Anda di halaman 1dari 32

Analisis Pengaruh dari Long Term Debt to Equity Ratio

(LTDtER), Turn Asset Turn Over (TATO), Arus Kas


Operasional dan Ukuran Perusahan terhadap Earning Per
Share di perusahan perkebunan di BEI pada Tahun

2016-2020

Proposal Skripsi

Diajukan untuk memenuhi syarat melanjutkan dalam rangka penulisan skripsi


pada Jurusan Akuntansi

Oleh :

Nining Sartika

030115680

Jurusan Akuntansi

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE)

DR. KHEZ MUTTAQIEN

PURWAKARTA

2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dunia bisnis di era globalisasi saat ini sangatlah maju pesat. Karena

perusahaan yang di jalani di masing-masingbidang usaha banyak mengalami

perkembangan yang baik. Perusahaan akan melakukan berbagai cara dan

memanfaatkan peluang yang ada untuk mendapatkan keuntungan yang

sebanyak-banyaknya.

Peranan pasar modal di Indonesia setiap tahunnya mengalami

peningkatan ditandai dengan bertambah banyaknya perusahaan melakukan

penawaran saham perdana sebagai salah satu langkah perusahaan untuk go

public. Tercatat hingga 1 juni 2021 perusahaan yang sudah terdaftar di Bursa

Efek Indonesia (BEI) mencapai 738 perusahaan. Sepanjang tahun 2020 lalu

perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) bertambah sebanyak

51 perusahaan. Sementara pada tahun 2019 dan 2018 masing-masing tercatat

peerusahaan yang terdaftar bertambah sebanyak 55 perusahaan. (idx.co.id)

Salah satu tujuan utama perusahaan selain mendapatkan profit yang

maksimal, adalah meningkatkan dan memaksimalkan keuntungan para

pemilik perusahaan atau para pemegang saham. Apabila keuntungan

perusahaan tercermin dalam laba bersih perusahaan, maka keuntungan

pemilik perusahaan atau para pemegang saham tercermin dalam laba untuk

pemegang saham biasa atau yang disebut dengan Earning Per Share ( EPS )
atau laba yang di hasilkan dari per lembar saham. EPS menunjukan seberapa

besar kemampuan perusahaan untuk memberikan pengembalian ( return )

kepada pemilik perusahaan. Oleh karena itu Earning Per Share sering di

gunakan sebagai indikator tolak ukur keberhasilan perusahaan dalam

mencapai keuntungan dari setiap lembar saham yang di investasikan oleh para

investor.

Kinerja perusahaan yang harus dicapai antara lain kinerja keuangan.

Kinerja keuangan dapat diukur dari berbagai aspek, namun secara umum,

masyarakat menilai bahwa perusahaan yang mencapai kinerja optimal adalah

perusahaan yang mampu memperoleh profit yang tinggi. Perlu dikaji lebih

lanjut tentang faktor-faktor yang mempengaruhi profit perusahaan, baik faktor

internal maupun faktor eksternal. Faktor internal antara lain pengelolaan

hutang jangka panjang, pengelolaan asset, ukuran perusahaan, sedangkan

faktor eksternal antara lain kondisi politik, perekonomian global dan faktor

perbankan.

Hutang menjadi salah satu pilihan perusahan untuk menambah modal

dalam aktivitas perusahaan sehingga meningkatkan penjualan. Dan harus

dimaksimalkan pengembaliannya kepada para pemegang saham, agar para

calon investor tertarik untuk menanmkan investasinya di perusahaan. Long

Term Debt to Equity Rasio (LTDtER) merupakan bagin dari salah satu rasio

solvabilitas yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar persentase

utang angka panjang yang dimiliki oleh perusahaan. Dengan tingginya Long
Term Debt to Equity Rasio (LTDtER) maka akan menunjukan ketergantungan

perusahaan terhadap pihak luar. (Handyani, 2018)

Selain itu penggunaan hutang dalam investasi merupakan sebagai

tambahan untuk mendanai asset perusahaan dan diharapkan dengan

bertambahnya asset perusahaan akan meningkatkan aktivitas

operasional perusahaan sehingga terjadi peningkatan dalam penjualan

bersih suatu perusahaan. Rasio aktivitas menggambarkan aktivitas yang

dilakukan perusahaan menjalankan operasionalnya baik penjualan, pembelian

dan kegiatan lainnya. Rasio aktivitas dapat diukur dengan menggunakan

Total Asset Turn Over (TATO). Rasio ini menunjukan perputaran total

aktiva di ukur dari volume penjualan, dengan kata lain seberapa jauh total

aktiva menciptakan penjualan. Sehingga pada akhirnya akan meningkatkan

keuntungan perusahaan (laba) ataupun keuntungan bagi pemilik

perusahaan (EPS). Dengan kata lain hutang yang dilakukan perusahaan

akan efektif bekerja jika pada saat yang bersamaan pihak manajemen

mampu memanfaatkan perputaran asset dengan efekitif.

Faktor lain yang mempengaruhi Earning Per Share adalah arus kas

operasi. Arus kas adalah sarana aliran arus kas masuk dan keluar pada suatu

periode yang berhubungan dengan tanggung jawab manajemen perusahaan

dalam mengelola kas baik dari kegiatan operasional, pendanaan dan maupun

investasi (Novika inkasari, 2016:242). Arus kas operasi adalah arus kas yang

dihasilkan dari kegiatan operasional yang mempengaruhi nilai kas dari

transaksi yang menghasilkan pendapatan dan beban kemudian dimasukkan


dalam penentuan laba bersih. Jadi, arus kas operasi yang tinggi dapat

mengindikasikan adanya laba yang diperoleh perusahaan tinggi, karena

adanya kemampuan perusahaan yang baik dalam memelihara operasi

sehingga laba yang tersedia bagi pemegang saham semakin besar (Ikatan

Akuntansi Indonesia, 2013).

Selanjutnya, yang mempengaruhi Earning Per Share adalah ukuran

perusahaan. Ukuran perusahaan tolak ukur yang menunjukan besar kecilnya

perusahaan. Ukuran perusahaan yang dikatagorikan besar memiliki kekayaan

yang sangat besar, sebaliknya jika ukuran perusahaan kecil memiliki aset

yang kecil. Dengan total aset ang besar efektifitas dalam melalukan operasi

akan lebih tinggi jika di bandingkan dengan perusahaan yang memiliki total

aset yang lebih kecil. Perusahaan yang memiliki aset yang banyak dapat

dikelola dengan baik, maka mendorong besarnya pendapatan yang di peroleh

dalam satu periode tertentu. Oleh karena itu perusahaan dengan kepemilikan

aset yang besar akan mampu menciptakan keuntungan semaksimal mungkin

dan akan berdampak pada peningkatan laba perlembar saham (Shinta &

Laksto, 2014). Ukuran perusahaan dapat di ukur dengan menggunakan total

aktiva, penjualan atau modal dari perusahaan tersebut.


Tabel 1.1

Data Earning Per Share Pada Perusahaan Perkebunan Terbuka di Bursa


Efek Indonesia

Tingkat Earning Per Share ( USD )


Nama Perusahaan
2016 2017 2018 2019 2020
AALI 1.235,85 1.044,50 747,4 109,69 432,84
ANJT -0.00281 -0.01414 -0.000094 -0.001267 0.000709
BWPT -12,36 -7,41 -14,27 -36,08 -34,29
CSRA 176.772 600.390 175.727 18 35
DSNG 23,97 54,3 39,67 16,98 44,97
GOLL 0,22 -7,8 -27,52 -14,74 -23,44
GZCO -225,99 -27,73 -57,58 -96,51 -30,27
JAWA -59 -52 -79 -74 -81
LSIP 87 108 49 37 102
MAGP -4,88 -18,19 -4,68 -5,12 -4,84
PALM 30,79 9,59 -15,69 -9,99 281,75
SGRO 243 129 31 18 -111
SIMP 49 31 -5 -35 15
SMAR 906 410 208 313 536
SSMS 62,1 84,72 9,05 1,23 27,82
TBLA 115,21 117,6 141,84 124,08 128,23
UNSP -35,23 -1.178,05 -764,31 -1.783,41 -307,32
Sumber: www.idx.co data diolah

Berdasarkan Tabel 1.1 menunjukan perkembangan EPS dari perusahan

di sector perkebunan periode 2016 -2020 dari 19 perusahaan mengalami

fluktuasi dan bahkan mengalami penurunan dalam beberapa tahub terakhir.

Hal ini menggambarkan jmlah USD yang diperoleh untuk setiap lembar

saham biasa angka yang ditunjukan dari EPS ini sering dipublikasikan

mengenai kinerja perusahaan yang menjual sahamnya kepada masyarakat luas

(go public) karena investor maupun calon investor berpandangan bahwa EPS

1mrngandung informasi yag penting terkait prediksi mengenai besarnya

deviden per saham di kemudian hari dan tingkat harga saham dikemuian hari.
Berdasarkan uraian di atas dan untuk mengetahui seberapa besar

pengaruh dari Long Term Debt to Equity Ratio, TATO, Arus Kas Operasional

dan Ukuran Perusahan terhadap Earning Per Share. maka penulis melakukan

penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh dari Long Term Debt to Equity

Ratio (LTDtER), Turn Asset Turn Over ( TATO), Arus Kas Operasional

dan Ukuran Perusahan Terhadap Earning Per Share Di Perusahan

Perkebunan Yang Terdaftar Di BEI Pada Tahun 2016-2020”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi pokok masalah

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bangaimana pengaruh Long Term Debt To Equity Ratio ( LTDtER) terhadap

Earning Per Share ?

2. Bagaimana pengaruh Turn Asset Turn Over (TATO) terhadap Earning Per

Share ?

3. Bagaimana pengaruh Arus Kas Operasional terhadap Earning Per Share ?

4. Bagaimana pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Earning Per Share ?

5. Bagaimana pengaruh Long Term Debt To Equity Ratio ( LTDtER), Turn Asset

Turn Over (TATO), Arus Kas Operasional, Ukuran Perusahaann terhadap

Earning Per Share ?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Untuk mengetahui pengaruh Long Term Debt To Equity Ratio (LTDtER)

terhadap Earning Per Share

2. Untuk mengetahui pengaruh Turn Asset Turn Over (TATO) terhadap Earning

Per Share

3. Untuk mengetahui pengaruh Arus Kas Operasional terhadap Earning Per Share

4. Untuk mengetahui pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Earning Per Share

D. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membrikan manfaat bagi pihak

tertentu, seperti berikut :

1. Aspek teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah dan melengkapi koleksi

bahan studi kepustakaanSTIE DR. KHEZ Muttaqien dan dapat menjadikan

referensi untuk penelitian selanjutnya di bidang akuntansi yang terkait dengan

Long Term Debt to Equity Ratio (LTDtER), Turn Asset Turn Over ( TATO),

Arus Kas Operasional dan Ukuran Perusahan Terhadap Earning Per Share.

2. Aspek praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapt memberikan manfaat dalam

pertimbangan keputusan investasi pada instrument saham untuk para investor

dan calon investor, sehingga dalam melakukan investasinya bisa lebih

terencana.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

A. KAJIAN PUSTAKA

1. Signaling Theory

Suganda (2018:5) menjelaskan bahwa teori sinyal digunakan

memahami suatu tindakan oleh pihak manajemen dalam menyaikan

informasi kepada investor yang pada akhirnya dapat mengubah

keputusan investor dalam melihat kodisi perusahaan. Teori sinyal secara

umum bapat diartikan sebagai isyarat yang dilakukan oleh perusahaan

kepada investor, bentuk sinyal yang disampaikan berupa sinyal positif

maupun negatif. Informasi yang dimiliki perusahaan sangat penting bagi

pihak eksternal karena informasi tersebut digunakan untuk pengambilan

keputusan dalam berinvestasi. Pihak eksternal membutuhkan informasi

yang lengkap dan akurat.

Signaling theory mepurakan teori yang membahas maslah-

masalah terkait dengan asimetri informasi. Teori ini timbul karena

adanya dasar pemikiran atas asumi bahwa manajer dan pemilik

perusahaan tidak memiliki kesamaan dalam akses informasi perusahaan.

Adanya informasi yang hanya diketahui oleh para manajer tanpa diketaui

oleh pemilik perusahaan menimbulkan adanya informasi yang tidak

simetri (asymmetric information).(Herdirinandasari,2016)


Asimetri informasi dapat berkurang dengan cara memberikan

sinyal kepada pemegang saham dalam bentuk pengungkapan informasi

keuangan melalui internet (IFR) serta membuat struktur pengendalian

internet untuk menjamin penyusunan laporan keuangan yang sesuai

permintaan investor. Informasi yang dipublikasi di dalam laporan

keuangan tahunan merupakan informasi yang berhubungan dengan

keuangan serta informasi non-akuntansi, yang mana laporan tahunan

tersebut diharapkan mampu memberikan informasi yang lebih relevan

dan bisa menyajikan informasi penting untuk diketahui oleh para

pengguna laporan baik dari pihak dalam maupun pihak luar perusahaan.

2. Agency Theory

Agency theory (Teori Keagenan) adalah sebuah kontrak antara

manajemen (agent) dengan pemilik (principal). Pemegang saham

memperkerjakan manajer yang bertindak atas nama dan untuk

kepentingan untuk mengelola perusahaan, sehingga atas nama tindaknya

tersebut agen mendapatkan imbalan (Jansen & Meckling 1976). Agar

hubungan kontraktual ini dapat berjalan dengan lancar, pemilik akan

menyerahkan kewenangan ini kepada manajemen dengan tujuan

manajemen akan mengelola perusahaan agar dapat menghasilkan laba

yang tinggi, dan pemilik akan mengawasi kinerja manajemen.

Pendesainan kontrak yang tepat untuk menyelaraskan kepentingan

manajemen dan pemilik dalam hal konflik kepentingan inilah yang

merupakan inti dari agency theory.


Teori keagenan berusahan untuk menjawab masalah keagenan

yang terjadi jika pihak- pihak yang saling bekerja sama memiliki tujuan

dan pembagian kerja yang berbeda. Secara khusus teori keagenan

membahs tentang adanya hubungan keagenan, dimana pihak tertentu

(principal) mendelegasikan pekerjaan kepada pihak lain (agent) yang

melakukan pekerjaan. Teori keagenan ditekankan untuk mengatasi dua

permasalahan yang terjadi dalam hubungan keagenan (Eisenhardt, 1989).

Terori keagenan ini dilandasi dari beberapa asumsi. Asumsi ini

dibagi menjadi tiga jenis, yaitu asumsi tentang sifat manusia, asumsi

keorganisasian dan asumsi informasi. Asumsi sifat manusia , manusia

memiliki daya pikir terdatas mengenai persepsi masa mendatang dan

manusia selalu menghindari resiko. Asumsi keorganisasian adalah

adanya konflik antara anggota organisasi, efisiensi sebagai criteria

efektivitas dan adanya asimetri informasi antara principal dan agent.

Asumsi informasi adalah bahwa informasi asebagai barang komoditi

yabg dapat diperjual belikan.

Hubungan antara teori keagenan dengan kualitas laba terletak

pada hubungan keagenan yang terjalin diantara laba dan manajemen.

Lada adalah hasil dari suatu usaha yang menjalakan usaha tersebut

adalah pihak manajemen, dan pihak manajemen mempunyai tugas

supaya usaha tersebut mendatkan laba yang berkualitas. Kualitas laba

meberikan informasi mengenai suatu perusahaan bahwa dampak

ekonomi transaksi yang terjadi akan beragam diantara perusahaan


sebagai fungsi dari karakter dasar bisnis mereka, dan secara beragam

dirumuskan sebagai tingkat laba yang menunjukan apakah dampak

ekonomi pokoknya lebih baik dalaaaam memperkirakan arus kas atau

juga dapat diramalkan.

Manajer lebih banyak mengetahui inforasi internal dan prospek

perusahaan di masa yang akan datang di bandingkan dengan pemegang

saham. Oleh karena itu, sebagai pengelolaan perusahaan, manajer

berkewajiban memberikan informasi mengenai kondisi perusahaan

kepada pemilik. Pada keadaan tetentu, informasi yang diberikan oleh

manajemen terkadang tidak sesuai dengan kondisi perusahan

sebenarnya. Sehingga akan menimbulkan informasi yang tidak simetri

atau bisa disebut asimetri informasi.

3. Teori Mondigliani & Miller

Teori struktur modal modern dimulai pada tahun 1958, ketika

Profesor Franco Mondigliani dan Merton Miller (MM) menerbitkan apa

yang disebut sebagai salah satu artiket keuangan yang paling

berpengaruh yang pernah ditulis. MM membuktikan, dengan

sekumpulan asumsi yang sangat membatasi, bahwa nilai sebuah

perusahaan tidak berpengaruh oleh struktur modalnya. Hasil yang

diperoleh MM menunjukan bahwa bagaimana cara sebuah perusahaan

akan mendanai operasinya tidak akan berarti apa-apa, sehingga struktur

modal adalah suatu hal yang tidak relevan. Akan tetapi, studi MM
didasarkan pada beberapa asumsi yang tidak realities, termasuk hal-hal

berikut ini:

1) Tidak ada biaya pialang,

2) Tidak ada pajak,

3) Tidak ada biaya kebangkrutan,

4) Investor dapat meminjam pada tingkat yang sama dengan

perusahaan,

5) Semua investor meimiliki informasi yang sama dengan

manajemen tentang peluang-peluang investasi perusahaan

di masa depan, dan

6) EBIT tidak berpengaruh oleh penggunaan utang.

Meskipun beberapa amunisi di atas merupakan suatu hal yang

tidak realistis, hasil ketidakrelevanan MM memiliki arti yang sangat

penting dengan menunjukan kondisi-kondisi diamana struktur modal

tersebut tidak relevan. MM juga telah memberikan petunjuk mengenai

hal-hal apa yang dibutukan agar membuat struktur modal menjadi

relevan dan yang mempengaruhi nilai perisahaan (Brigham dan Houston,

2006:33).

1. Earning Per Share (EPS)

a. Pengertian Earning Per Share

Earning Per Share atau laba per lembar saham adalah tingkat

keuntungan bersih untuk tiap lembar saham yang mampu diraih


perusahaan pada saat menjalankan operasinya. Earning Per Share [-

memberikan informasi kepada para pihak seberapa jauh kemampuan

perusahaan menghasilkan laba untuk tiap lembar saham yang beredar

dipasaran. Laba per lembar saham atau EPS diperoleh dari laba yang

tersedia bagi pemegang saham biasa dibagi dengan jumlah rata-rata

saham yang beredar.

Earning Per Share merupakan perbandingan antara laba

bersih setalah pajak pada satu tahun dengan jumlah saham yang

diterbitkan. Kenaikan Earning Per Share berarti perusahaan sedang

dalam tahap pertumbuhan atau kondisi keuangan sedang mengalami

peningkatan dalam penjualan dan laba.

Earning Per Share merupakan salah satu jenis rasio keuangan

dimana rasio ini menunjukan bagian laba untuk setiap saham yang

beredar ( Darmadji & Fakhruddin, 206:198). EPS menggambarkan

profitabilitas perusahaan yang tergambar pada setiap lembar saham

yang ada di pasaran. Semakin tinggi nilai EPS tentu saja

menggembirakan untuk pemegang saham karena makin besar laba

yang disediakan untuk pemegang saham dan kemungkinan

peningkatan jumlah deviden yang diterima pemegang saham akan

ikut meningkat.

Tandelilin (2016 :198) menjelaskan bahwa Earning Per

Share merupakan laba bersih dari perusahaan yang siap dibagikan


kepada paara pemegang saham yang dibagi dengan jumlah lembar

saham perusahaan yang beredar dipasaran. Earning Per Share yang

tinggi merupakan daya tarik bagi investor. Semakin tinggi EPS,

maka kemampuan perusahaan untuk memberikan pendapatan kepada

pemegang sahamnya semakin tinggi.

b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Earning Per Share

Menurut Brigham dan Housten (2009:23), faktor-faktor

penyebab kenaikan dan penurunan Earning Per Share (EPS) adalah:

1) Faktor penyebab kenaikan Earning Per Share (EPS):

a. Laba bersih naik dan jumlah lembar saham biasa yang

beredar tetap

b. Laba bersih tetap dan jumlah lembar saham biasa yang

bererdar turun

Laba bersih naik dan jumlah lembar saham biasa yang

beredar turun

c. Persentase kenaikan laba bersih lebih besar dari pada

persentase kenaikan jumlah lembar saham biasa yang beredar

d. Persentase penurunan jumlah lembar saham biasa yang

beredar lebih besar dari pada persentase penurunan laba

bersih

2) Sedangkan penurunan Earning Per Share (EPS) dapat

disebabkan karena:
a. Laba brsih tetap dan jumlah lembar saham biasa yang beredar

naik

b. Laba bersih turun dan jumlah lembar saham biasa yang edar

tetap

c. Laba bersih turun dan jumlah lembar saham biasa yang

beredar naik

d. Persentase penurunan laba bersih lebih besar dari pada

persentase penurunan jumlah lembar saham biasa yang

beredar

e. Persentase kenaikan jumlah lembar saham biasa yang beredar

lebih besar dari pada persentase kenaikan laba bersih

Jadi bagi suatu perusahaan,nilai laba per lembar saham akan

meningkat apanila persentase kenaikan laba bersihnya lebih besar

dari pada persentase kenaikan jumlah saham biasa yang beredar

begitu pula sebaliknya.

c. Pengukuran Earning Per Share

Angka laba per lembar saham (Earning Per Saham) diperoleh

dari laporan keuangan yang disajikan oleh prusahaan. Karenaitu

langkah pertama yang dilakukan adalah memahami laporan

keuangan yang disajikan perusahaan. Ada dua laporan keuangan

yang utama yaitu neraca dan lapran rugi laba. Neraca menunjukan

posisi kekayaan, kewajiban financial dan modal sendiri pada waktu


tertentu. Laporan rugi laba menunjukan berapa penjualan yang

diperoleh, berapa biaya yang ditanggung dan berapa laba yang

dipeoleh perusahaan dalam periode waktu tertentu (biasanya selama

satu tahun).

Adapun rumusnya :

EPS = Laba Bersih


Jumlah saham beredar

2. Long Term Debt to Equity Rasio

a. Pengertian Long Term Debt to Equity Rasio (LTDtER)

Kondisi keuangan perusahaan dapat diketahui dari

penyusunan laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan.

Gambaran mengenai perkembangan suatu perusahaan dapat

diperoleh dengan mengadakan analisi terhadap data keuangan.

Dengan menganalisis data keuangan dari tahun ke tahun dpaat

diketahui kelemahan-kelemahan dari perusahaan tersebut. Rasio

solvabilitas atau Leverage adalah rasio yang dapat mengukur apakah

modal perusahaan cukup untuk mendukung operasi perusahaan salah

satu rasio solvabilitas yag akan digunakan dalam penelitian ini

adalah Long Term Debt to Equity Ratio.


Menurut Kasmir (2018) Long Term Debt to Equity Ratio

merupakan rasio antara utang jangka panjang dengan modal sendiri.

Tujuan dari rasio ini adalah untuk mengkur berapa bagaian dari

setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan utang jangka

panjang dengan modal sendiri yang disediakan oleh perusahaan.

Analisis Long Term Debt to Equity Ratio berguna untuk menilai

kemampuan perusahaan untuk membayar utang jangka panjang yang

dimiliki dengan modal perusahaan. Penggunaan utang perusahaan

tergatung pada keberhasilan pendapatan dan ketersediaan aktiva

yang bisa digunakan sebagai jaminan utang.

b. Tujuan dan manfaat Long Term Debt to Equity Ratio

Tujuan dan manfaat dari Long Term Debt to Equity Ratio

adalah untuk mengetahui besarnya perbandingan antara jumlah dana

yang disediakan oleh kreditur jangka panjang dengan jumlah dana

yang berasal dari pemilik perusahaan. Yang bertujuan untuk

mnegetahui sebera banyak utang jangka panjang dari total modal.

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi Long Term Debt to Equity

Ratio

Rasio utang adalah pengukuran pembiayaan perusahaan dari

sumber utang yang akan berdampak pada kewajiban atau beban

tetap. Menurut Mulyawan (2015, 244-245) ada beberapa factor yang

dapat mempengaruhi rasio utang yaitu:


1) Tingkat bunga

2) Stabilitas earning

3) Susunan aktiva

4) Risiko aktiva

5) Jumlah modal yang dibutuhkan

6) Keadaan modal pasar

7) Sifat manajemen

8) Besarnya perusahaan

d. Perhitungan Long Term Debt to Equity Ratio

Jumlah dan proposi hutang didalam struktur modal

perusahaan sangatlah penting untuk menganalisis keuagan karena

harus memilih antara tingkat resiko atau tingkat pengembalian. Rasio

hutang menimbang porsi semua aktiva yang didanai dengan hutang.

Menurut kasmir (2018) rumus yang dapat digunakan untuk

mengukur Long Term Debt to Equity Ratio adalah sebagai berikut:

LTDtER = Utang Jangka Panjang


Ekuitas

Dengan keterangan:

1) Utang jangka panjang kewajiban yang dimiliki oleh

perusahaan kepada pihak ketiga yang jatuh temponya

lebih dari satu tahun.

2) Ekuitas adalah selisis antara nilai aset dengan liabilitas


Semakin besar hasil dari pengukuran Long Term Debt to

Equity Ratio menunjukan semakin besar beban utang jangk panjang

dan bunga yang harus dibayar sehingga menurunkan laba

perusahaan. Perusahaan dengan nilai pengukuran Long Term Debt to

Equity Ratio yang tinggi artinya hutang jangka panjang yang dimiliki

perusahaan lebih besar dibandingkan dengan modal sendiri, sehingga

perusahaan harus menanggung biaya modal yang besar setiap

bulannya dan itu akan menimbulkan dampak terhadap berkurangnya

laba yang di dapat perusahaan dimana laba tersebet terdapat hak

investor.

3. Turn Asset Turn Over (TATO)

a. Pengrtian Turn Asset Turn Over (TATO)

Rasio aktivitas merupan rasio yang digunakan untuk

mengukur efetivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva yang

dimilikinya. Menurut Kasmir (2014:14) rasio aktivitas adalah rasio

yang digunakan untuk melihat ukuran tingkat efektivitas perusahaan

dalam mempergunkan aktiva yang dimiliki oleh perusahan. Turn

Asset Turn Over merupakan salah satu dari rasio aktivitas.

Turn Asset Turn Over merupakan rasio yang digunakan

untuk mengukur seberapa efisiennya seluruh aktiva perusahaan

digunakan untuk menunjang kegiatan penjualan. Perputaran total

aktiva menunjukan bagaimana efektifitas perusahaan menggunakan


keseluruhan aktiva untuk menciptakan penjualan yang berkaitan

dengan laba perusahaan. Nilai Turn Asset Turn Over yang semakin

besar menunjukan nilai penjualannya juga semakin besar dan

harapan memproleh laba juga semakin besar pula. Demikian yang

meningkatnya nilai Turn Asset Turn Over maka laba perusahaan pun

akan meningkat.

Menurut Kasmir (2016:185) menyatakan pengertian dari

Turn Asset Turn Over adalah rasio pengelolaan aktiva yang

mengukur perputaran seluruh aset perusahaan, dan dihitung dengan

membagi penjualan dengan total aset dan mengukur berapa jumlah

penjualan yang dipeoleh dari tiap rupiah aktiva. Apabila perusahaan

tidak menghasilkan volume usaha yang cukup untuk ukuran invstasi

sebesar total aktivanya, maka penjualan harus ditingkatkan lagi.

b. Pengukuran Turn Asset Turn Over

Rumus untuk mencari Turn Asset Turn Over adalah sebagai

berikut:

Turn Asset Turn Over = Penjualan


Total Aktiva

Semakin besar rasio ini semakin baik, yang berarti bahwa

aktiva dapat lebih cepat berputar dan meraih laba dan menunjukan

semakin efisien penggunaan keseluruhan aktiva dalam penghasilkan

penjualan. Dengan kata lain jumlah aset yang lama dapat


memperbesar volume penjualan apabila aset turn overnya

ditingkatkan atau diperbesar.

4. Arus Kas

Kas merupakan aktivitas yang paling liquid atau mepurakan salah

satu unsur modal yang paling tinggi likuiditasnya, berarti semakin besar

jumlah kas yang dimiliki oleh suatu perusahaan akan semakin tinggi pula

tingkat likuiditasnya.( Jurningan, 2014:97)

Menurut Munawir (2014:242) menyatakan bahwa kas merupakan

uang yang dapat dikontrol dan digunakan perusahaan. Kas dalam laporan

arus kas sebagai jumlah uang tunai yang terdapat diperusahaan dan

rekening giro atau simpanan bank yang dalam pengambilannya tidak

dibatasi baik dalam segi waktu maupun jumlahnya dan investasi jangka

pendek, yang secara formal disebut kas dan setara kas.

Arus kas merupakan sejumlah uang kas yang terdiri dari aliran

kas yang masuk dalam perusahaan dan aliran kas keluar perusahaan serta

dilaporkan berapa saldonya setiap periode sebagai dari aktivitas

perusahaan. Salah satu jenis arus kas adalah arus kas operasi yang

digunakan dalam penelitian ini.

a. Pengertian Arus Kas Operasi

Subramanyam (2017:5) menyatakan arus kas operasi

merupakan aktivitas perusahaan tarkait dengan laba. Aktivitas


operasi juga meliputi arus kas masuk dan arus kas keluar bersih yang

berasal dari aktivitas operasi terkait, seperti pemberian kredit kepada

pelanggan, investasi dalam persediaan, dan perolehan kredit dari

pemasok.

Heny (2016:105) menyatakan bahwa nilai kas bersih dari arus

kas operasi positif, atau mengalami peningkatan akan berdampak

pada kemungkinan perusahaan untuk membeli aset tetap dan

membayar utang jangka panjang kepada kreditor, atau melakukan

pembayaran prive atau deviden tuani kepada pemilik atau investor.

Arus kas operasi apabila mengalami penurunan dan bernilai negative,

perusahaan kemungkinan akan menjual seluruh investasi atau aset

tetap dan melakukan pinjaman jangka dari kreditur.

Arus kas dari aktivitas operasi mancakup semua efek kas dari

setiap transaksi atau kejadian yang merupakan komponen penentu

laba bersih, seperti penerimaan kas dari penjualan barang dagang,

pembayaran kas pembelian bahan kepada (supplier, dan pembayaran

gaji kepada karyawan perusahaan).

Arus kas operasi yang tinggi dapat mengindikasikan adanya

laba yang dipeoleh perusahaan tinggi, karena adanya kemampuan

peusahaan yang baik dalam memelihara operasi sehingga laba yang

tersedia bagi pemegang saham semakin besar (IAI, 2013).


Laporan arus kas dimaksudkan untuk memberikan ikhtisar

arus kas masuk dan arus keluar untuk suatu periode. Rasio ini

digunakan untuk menunjukan tingkat kemampan perusahaan

menghasilkan kas dari aktifitas operasi yang dapat digunakan untuk

aktifitas pendanaan dan investasi.

b. Pengukuran Arus Kas Operasi

Menurut Rumus Arus Kas Operasi dihitung dengan

menggunakan:

Arus kas dari aktivitas operasi


AKO = X 100%
Pendapatan

5. Ukuran Perusahaan

Menurut Brigham dan Houston (2013:117-119), mengemukakan

bahwa ukuran perusahaan yaitu rata-rata total aset untuk tahun yang

bersangkutan sampai beberapa tahun. Maka dapat disimpulkan bahwa

ukuran perusahaan merupakan total aset suatu perusahaan pada suatu

tahun tertentu.

Besar kecilnya ukuran suatu perusahaan dapat dinilai berdasarkan

total aset, total penjualan, kapitalisasi pasar, jumlah tenaga kerja, dan

sebagainya. Perusahaan yang memiliki aset besar secara otomatis modal

yang ditanam juga besar serta banyaknya penjualan akan membuat

perputaran uang semakin besar pula dan kapitalisasi pasar yang besar

membuat perusahaan lebih dikenal oleh publik. Perusahaan besar


memiliki system informasi yang canggih untuk pengendalian internalnya

sehingga penyelesaian laporan keuangan menjadi lebih cepat.. untuk

menjaga eksistensi, perusahaan lebih memilih melaporkan keuangan

melalui internet atau website (IFR) agar menarik para investor. Faktor

ukuran perusahaan yang menunjukan besar kecilnya perusahaan

tersebutlah yang merupakan faktor penting dalam pembentukan laba.

Ukuran perusahaan dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

Ukuran perusahaan = Ln Total Aset

6. Terdahulu Terdahulu

Penelitian terdahulu menjadi salah satu acuan dasar yang

dilakukan oleh penilus, sehungga dapat memperkaya teori-teori yang

digunakan dalam mengkaji penelitian ini. Adapun penelitian

terdahulu yang dijadikan acuan adalah sebagai berikut:

Table 2.1

Penelitian Terdahulu

Peneliti Judul Peneliti Variabel Penelitian Hasil Penelitian


Muhamad Analisis Leverage Variabel Independent:  Deegre Of Operasional
Hidayat, Operasi Dan Leverage Operasi Laverage mempunyai
2019 Leverage ( DOL ) Dan Leverage pengaruh signifikan
Keuangan Keuangan ( DFL ) namun memiliki arah
Terhadap Earning negative terhadap Earning
Pershare Di Variabel Dependent : Per Share
Perusahaan Earning Per share  Deegre Of Financial
Industry Pabrik Laverage tidak memiliki
Kertas Yang pengaruh signifikan dan
Terdaftar Di BEI memiliki arah negative
terhadap Earning Per
Share
Ahmad Pengaruh Variabel Independent:  Debt To Asset Ratio
Agus Yasin Leverage Dan Leverage ( DAR ) Dan memiliki efek positif pada
Fadil, 2019 Propitabilitas Propitabilitas ( ROE ) earning per Share
Terhadap Earning  Return on Equity
Per share Variabel Dependent : memeiliki pengaruh positif
Earning Per Share terhadap Earning Per share
Erni Analisis Pengaruh Variabel Independent:  DER tidak berpengaruh
Damayanti, Struktur Modal Struktur Modal ( DER, signifikan terhadap
2017 Dan Profitabilitas Debt to Asset ) dan Earning Per Share
Terhadap Erning Profitabilitas ( ROA,  Debt to Asset Ratio tidak
Per share ROE ) berpengaruh signifikan
terhadap Earning Per
Variabel Dependent : Share
Earning Per Share  ROA berpengaruh
signifikan terhadap
Earning Per Share
 ROE berpengaruh
signifikan terhadap
Earning Per Share
Ayu Pengaruh Kinerja Variabel Independent:  Current Ratio berpengaruh
Nugrahani, Keuangan Dan Kinerja Keuangan ( CR, negative terhadap earning
2016 Ukuran TATO, DER, ROE), Per Share
Perusahaan Dan Ukuran Perusahaan  TATO Berpengaruh
Terhadap Earning Positif terhadap Earning
Per Share Variabel Dependent : Per Share
Earning Per Share  DER Berpengaruh Positif
terhadap Earning Per
Share
 ROE Berpengaruh Positif
terhadap Earning Per
Share
 Kuran perusahan
Berpengaruh Positif
terhadap Earning Per
Share

Muhamad Analisis Kinerja Variabel Independent:  ROA berpengruh


Barlita Uno, Keuangan, kinerja keuangan signifikan terhadap
2014 Ukuran ( ROA, ROE, CR, Earning Per Share
Perusahaan, Arus DER), Ukuran  ROE berpengruh
Kas Operasional Perusahaan ( Size ), signifikan terhadap
Pengaruhnya Arus Kas Operasional Earning Per Share
Terhadap Earning ( CFO )  Current Ratio berpengruh
Per Share signifikan terhadap
Variabel Dependent : Earning Per Share
Earning Per Share  Debt To Equity
berpengruh signifikan
terhadap Earning Per
Share
 Size tidak berpengruh
signifikan terhadap
Earning Per Share
 Cash Flow Operation
tidak berpengruh
signifikan terhadap
Earning Per Share

Eka Pengaruh Variabel Independent :  Current rasio berpengaruh


susilawati, Likuiditas, Likuiditas ( CR ), signifikan terhadap
204 Solvabilitas, dan Solvabilitas ( DER ), Earning Per Share yang
Profitabilitas Profitabilitas ( Return berarti bahwa variasi
terhadap Earning Of Equity, NPM ) perubahan nilai variabel
Per Share independent dapat
Variabel Dependent : menjelaskan varabel
Earning Per Share dependent
 Debt to Equity Ratio
berpengaruh signifikan
terhadap Earning Per
Share yang berarti bahwa
variasi perubahan nilai
variabel independent dapat
menjelaskan varabel
dependent
 Return Of Equity tidak
terdapat pengaruh yang
signifikan terhadap
Earning Per Share, yang
berarti bahwa variasi
perubahan nilai variabel
independent tidak dapat
menjelaskan variabel
dependen
 Net Profit Margin
berpengaruh signifikan
terhadap Earning Per
Share yang berarti bahwa
variasi perubahan nilai
variabel independent dapat
menjelaskan varabel
dependent
Ani Analisis Pengaruh Variabel Independen :  Leverage Operasi tidak
Susilowati, Leverage operasi, Leverage operasi berpengaruh signifikan
2020 Leverage ( DOL ), Leverage terhadap Earning Per
Keuangan, Keuangan ( DFL ), Share
Profitabilitas, Profitabilitas ( ROA ),  Leverage Keuangan
Likuiditas dan Likuiditas ( CR ), berpengaruh negative dan
Ukuran Ukuran perusahaan signifikan terhadap
Perusahaan Earning Per Share.
terhadap Earning Variabel dependent :  Profitabilitas berpengaruh
Per Share Earning Per Share positif dan signifikan
terhadap Earning Per
Share
 Likuiditas tidak
berpengaruh signifikan
terhadap Earning Per
Share
 Ukuran Perusahaan tidak
berpengaruh signifikan
terhadap Earning Per
Share

B. KERANGKA PEMIKIRAN

Menurut Kasmir (2018) Long Term Debt to Equity Ratio merupakan

rasio antara utang jangka panjang dengan modal sendiri. Tujuan dari rasio

ini adalah untuk mengkur berapa bagaian dari setiap rupiah modal sendiri

yang dijadikan jaminan utang jangka panjang dengan modal sendiri yang

disediakan oleh perusahaan. Semakin besar hasil dari pengukuran Long

Term Debt to Equity Ratio menunjukan semakin besar beban utang jangka

panjang dan bunga yang harus dibayar sehingga menurunkan laba

perusahaan.

Turn Asset Turn Over merupakan rasio yang digunakan untuk

mengukur seberapa efisiennya seluruh aktiva perusahaan digunakan untuk

menunjang kegiatan penjualan. Perputaran total aktiva menunjukan


bagaimana efektifitas perusahaan menggunakan keseluruhan aktiva untuk

menciptakan penjualan yang berkaitan dengan laba perusahaan.

Nilai Turn Asset Turn Over yang semakin besar menunjukan nilai

penjualannya juga semakin besar dan harapan memperoleh laba juga

semakin besar pula. Demikian yang meningkatnya nilai Turn Asset Turn

Over maka laba perusahaan pun akan meningkat. Semakin besar rasio ini

semakin baik, yang berarti bahwa aktiva dapat lebih cepat berputar dan

meraih laba dan menunjukan semakin efisien penggunaan keseluruhan

aktiva dalam penghasilkan penjualan.

Heny (2016:105) menyatakan bahwa nilai kas bersih dari arus kas

operasi positif, atau mengalami peningkatan akan berdampak pada

kemungkinan perusahaan untuk membeli aset tetap dan membayar utang

jangka panjang kepada kreditor, atau melakukan pembayaran prive atau

deviden tuani kepada pemilik atau investor. Arus kas operasi apabila

mengalami penurunan dan bernilai negatif, perusahaan kemungkinan akan

menjual seluruh investasi atau aset tetap dan melakukan pinjaman jangka

dari kreditur.

Arus kas dari aktivitas operasi mancakup semua efek kas dari setiap

transaksi atau kejadian yang merupakan komponen penentu laba bersih,

seperti penerimaan kas dari penjualan barang dagang, pembayaran kas

pembelian bahan kepada (supplier, dan pembayaran gaji kepada karyawan

perusahaan). Rasio ini digunakan untuk menunjukan tingkat kemampan


perusahaan menghasilkan kas dari aktifitas operasi yang dapat digunakan

untuk aktifitas pendanaan dan investasi.

Menurut Brigham dan Houston (2013:117-119), mengemukakan

bahwa ukuran perusahaan yaitu rata-rata total aset untuk tahun yang

bersangkutan sampai beberapa tahun. Perusahaan yang memiliki aset besar

secara otomatis modal yang ditanam juga besar serta banyaknya penjualan

akan membuat perputaran uang semakin besar pula dan kapitalisasi pasar

yang besar membuat perusahaan lebih dikenal oleh publik. Untuk menjaga

eksistensi, perusahaan lebih memilih melaporkan keuangan melalui internet

atau website (IFR) agar menarik para investor. Faktor ukuran perusahaan

yang menunjukan besar kecilnya perusahaan tersebutlah yang merupakan

faktor penting dalam pembentukan laba.

Table 2.2

Kerangka pemikiran
C. HIPOTESIS

Berdasarkan tinjauan teoritis dan kerangka pemikiran konseptual

yang telah dikemukakan maka hipotesis penelitian ini adalah:

H1 : Long Term Debt to Equity Ratio berpengaruh terhadap

Earning Per Share

H2 : Turn Asset Turn Over berpengaruh terhadap Earning Per

Share

H3 : Arus Kas Operasional berpengaruh terhadap Earning Per

Share

H4 : Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap Earning Per

Share

H5 : Long Term Debt to Equity Ratio (LTDtER), Turn Asset Turn

Over (TATO), Arus Kas Operasional dan Ukuran

Perusahaan terhadap Earning Per Share.

Anda mungkin juga menyukai