Anda di halaman 1dari 37

I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada era globalisasi sekarang ini pasar modal memiliki peran penting

dalam kegiatan ekonomi, terutama di negara yang menganut sistem ekonomi

pasar. Pasar modal menjadi salah satu sumber kemajuan ekonomi karena dapat

menjadi sumber dan alternatif bagi perusahaan disamping bank. Pasar modal

merupakan alternatif pembiayaan untuk mendapatkan modal dengan biaya yang

relatif murah dan juga tempat untuk investasi jangka pendek dan jangka panjang.

Perusahaan yang terdaftar di bursa efek setiap tahun wajib menyampaikan

laporan tahunan baik yang bersifat moneter maupun non moneter kepada Bursa

Efek dan para investor (Darnita, 2013).

Perkembangan pasar modal yang pesat akan mempermudah para

investor dalam melakukan aktivitas investasinya, baik dalam pemilihan portofolio

investasi pada efek yang tersedia maupun besarnya jumlah dana yang akan

diinvestasikan. Dengan melakukan investasi, para investor berharap mampu

meningkatkan kekayaannya dimasa yang akan datang, yaitu dengan

memperoleh deviden atau capital gain. Para investor tersebut membutuhkan

informasi yang akurat sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan pilihan

untuk membeli saham-saham perusahaan yang dapat memberi keuntungan

nantinya (Megawati dan Linda, 2013). Berbagai informasi yang diperoleh dapat

digunakan sebagai bahan analisis saham baik fundamental maupun teknikal.

Saham perusahaan publik, sebagai komoditi investasi tergolong berisiko tinggi,

karena sifat komoditasnya yang sangat peka terhadap perubahan yang terjadi,

baik perubahan di luar negeri maupun di dalam negeri, perubahan politik,

ekonomi, dan moneter. Perubahan tersebut dapat berdampak positif yang berarti
naiknya harga saham atau berdampak negatif yang berarti turunnya harga

saham.

Menurut Alwi (2003) dalam Lince Bulutoding et al. (2018) saham atau

stock adalah surat tanda bukti atau tanda kepemilikan terhadap suatu

perusahaan suatu perseroan terbatas. Dalam transaksi jual beli di bursa efek,

saham atau sering pula disebut share merupakan instrumen yang paling

dominan diperdagangkan. Saham dapat diterbitkan dengan cara atas nama atau

atas unjuk. Saham juga merupakan bukti kepemilikan perusahaan atau

penyertaan pada perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas (PT). Pemilik

saham akan menerima penghasilan dalam bentuk dividen dan dividen ini akan

dibagikan kepada pemegang saham apabila perusahaan memperoleh

keuntungan. Berbeda dengan penghasilan bunga yang mudah dihitung, maka

laba yang diperoleh perusahaan sulit diukur potensinya. Sedangkan harga

saham adalah harga yang terjadi di pasar bursa pada saat tertentu yang

ditentukan oleh pelaku pasar yaitu permintaan dan penawaran saham

bersangkutan di bursa.

Dividen merupakan sebagian atau seluruh laba perusaahaan dalam

menjalankan bisnis yang dibagikan kepada pemegang saham (Tandelilin, 2014:

32). Dalam pembagian dividen di suatu perusahaan perusahaan harus

menentukan keputusan yang harus diambil melalui kebijakan dividen. Kebijakan

dividen adalah bagian yang tidak terpisahkan dalam keputusan pendanaan

perusahaan (Van Horne dan Wachowicz, 2012:270). Kebijakan dividen

menyangkut masalah penggunaan laba yang menjadi hak pemegang saham

(Wiagustini, 2014 : 255). Kebijakan dividen sering menimbulkan konflik

kepentingan antara pihak manajemen perusahaan dengan pihak pemegang

saham. Kebijakan dividen merupakan suatu keputusan yang sulit bagi pihak

manajemen perusahaan, karena pembagian dividen di satu sisi akan memenuhi


harapan investor untuk mendapatkan return sebagai keuntungan dari investasi

yang dilakukannnya, sedangkan di sisi lain bagi perusahaan dengan pembagian

dividen diharapkan tidak akan mengancam kelangsungan dari perusahaan

tersebut. Manajemen perusahaan harus dapat menentukan suatu kebijkan

dividen yang optimal yang dapat menjadi suatu kebijakan yang adil antara

pemegang saham dengan dividen dan perusahaan dengan pertumbuhan

perusahaan. Berkaitan dengan dividen, para investor umumnya menginginkan

pembagian dividen yang stabil. Pembagian dividen yang relatif stabil akan

meningkatkan kepercayaan investor terhadap perusahaan, karena akan

mengurangi ketidakpastian investor dalam menanamkan modalnya ke

perusahaan (Sandy dan Asyik, 2013).

Kebijakan dividen tergambar pada dividend payout ratio, yaitu persentase

laba yang dibagikan dalam bentuk dividen tunai, artinya besar kecilnya dividend

payout ratio akan mempengaruhi keputusan investasi para pemegang saham

dan di sisi lain dapat berpengaruh terhadap kondisi keuangan perusahaan.

Semakin besar tingkat laba yang dibagikan dalam bentuk dividen akan membuat

calon investor semakin menarik dan itu dapat menunjukan kondisi perusahaan

yang sehat dan memiliki prospek yang bagus untuk kedepannya. Perusahaan

yang memilih untuk membagikan laba sebagai dividen akan mengurangi total

sumber dana internal. Perusahaan yang memilih untuk menahan laba yang

diperoleh akan mengakibatkan kemampuan pembentukan dana internal yang

semakin besar (Sartono, 2014:281). Kebijakan dividen baik itu dari perusahaan

maupun investor, yang dapat dikatakan sebagai perusahaan yang

menguntungkan adalah perusahaan yang mampu membayarkan dividennya

(Sari dan Sudjarni, 2015). Kebijakan dividen sangat penting bagi perusahaan

untuk dapat menentukan apakah laba yang diperoleh perusahaan harus

dibagikan kepada pemegang saham atau akan ditahan untuk dapat membantu
menunjang pertumbuhan dari perusahaan. Kebijakan dividen di suatu

perusahaan akan menentukan pembagian dividen bagi pemegang saham.

Persentase Dividen Payout Ratio pada Perusahaan Manufaktur di BEI

yang membagikan dividen secara berturut turut pada periode 2012015 dapat

ditunjukan pada gambar berikut ini :

Tabel 1.1 Persentase Perusahaan Manufaktur di BEI yang Membagikan

Dividen Secara Berturut-turut pada Periode 2014-2017

DPR (%)
NO Kode Emiten
2014 2015 2016 2017
1 ASGR 59,88 40,01 39,91 47,31
2 GGRM 38,35 35,56 48,02 48,02
3 SMGR 45,00 45,00 40,00 40,00
4 INDF 49,81 49,80 49,72 49,70
5 HMSP 57,29 75,71 48,02 99,89
6 KLBF 66,77 44,97 43,41 44,14
7 CPIN 28,10 48,02 48,02 48,02
8 UNVR 99,96 99,93 48,02 48,02
9 TOTO 41,99 41,88 28,66 43,42
Rata – rata 54,13 53,43 43,75 52,06
Sumber : Laporan Keuangan Tahunan Perusahaan Manufaktur di BEI 2014-2017

Berdasarkan Tabel 1.1 dapat diketahui bahwa fenomena dividend payout

ratio yang terjadi pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia periode

2014-2017 yang membagikan dividen secara berturut - turut pada periode

tersebut mengalami fluktuasi pada setiap tahunnya. Persentase dividend payout

ratio yang berfluktuasi setiap tahunnya dapat disebabkan oleh faktor – faktor

tertentu yang ditentukan oleh perusahaan. Faktor – faktor yang menjadi

pertimbangan dalam pembagian dividen sangatlah banyak, namun pada

penelitian ini yang akan digunakan yaitu profitabilitas dan likuiditas.


Profitabilitas merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk

memperoleh laba (Sartono, 2014:122). Menurut Kasmir (2016:196) rasio

profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam

mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas

manajemen suatu perusahaan. Salah satu yang menjadi faktor penentuan

pembayaran dividen yang menjadi acuan adalah laba yang diperoleh

perusahaan. Laba yang diperoleh oleh perusahaan tersebutlah yang digunakan

untuk membayar dividen kepada pemegang saham. Semakin besar tingkat laba

yang diperoleh akan mempengaruhi pembayaran dividen yang akan dibagikan

kepada investor. Profitabilitas pada penelitian ini, diproksikan dengan return on

asset (ROA).

Menurut Lince, dkk (2018), Wira dan Tjhai (2017), Ida Ayu dan Ida Bagus

(2018), Wicaksono dan Nasir (2014) menyatakan bahwa profitabilitas

berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen. Sedangkan hasil

penelitian yang berbeda dikemukakan oleh Sari dan Sudjarni (2015) yang

menyatakan profitabilitas tidak berpengaruh terhadap kebijakan diividen. Afza

dan Mirza (2011), Parsian dan Shams (2013), Ahmed (2015) juga menyatakan

bahwa profitabilitas berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen.

Likuiditas berguna untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam

membiayai dan memenuhi kewajiban atau utang pada saat ditagih atau jatuh

tempo (Kasmir, 2016:145). Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan untuk

membayar kewajiban financial jangka pendeknya tepat pada waktunya, likuiditas

perusahaan ditunjukan oleh besar kecilnya aktiva lancar yaitu aktiva yang mudah

diubah menjadi kas yang meliputi kas, surat berharga, piutang, persediaan

(Sartono, 2014:116). Likuiditas pada penelitian ini diproksikan dengan current

ratio (CR). Current Ratio merupakan ukuran yang secara umum digunakan untuk

mengetahui kesanggupan memenuhi kewajiban jangka pendek. Likuiditas


perusahaan merupakaan bagian dari pertimbangan utama dalam kebijakan

dividen. Bagi perusahaan, dividen adalah arus kas keluar, dan hal tersebut

mempengaruhi posisi dari kas perusahaan. Semakin besar posisi kas dan posisi

likuiditas perusahaan secara keseluruhan juga semakin besar kemampuan

perusahaan untuk membayar dividen (Sartono, 2014: 293).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Syafri Yusman (2018), Wira dan

Tjhai (2017), Ida Ayu dan Ida Bagus (2018) menyatakan bahwa likuiditas

berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen. Sebaliknya

penelitian Masril (2017), Lidya dan Ronni (2015), Wicaksono dan Nasir (2014)

menyatakan bahwa likuiditas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap

kebijakan dividen.

Berhubungan dengan latar belakang tersebut dan adanya perubahan

yang terlihat dari fenomena gap yang terjadi di industri manufaktur yang

ditunjukkan pada tabel 1.1 serta terjadi research gap antara beberapa penelitian

yang telah dilakukan sebelumnya maka dari itu peneliti tertarik untuk meneliti

tentang “Faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen dan

dampaknya terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Kelompok perusahaan manufaktur ini

dianggap layak sebagai obyek penelitian karena mempunyai jumlah cukup besar

sebanyak 142 perusahaan yang masih terdaftar hingga akhir tahun 2017

dengan bidang usaha yang berbeda. Sehingga perusahaan manufaktur ini cukup

mewakili keberadaan perusahaan-perusahaan yang tercatat di Bursa Efek

Indonesia.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan tersebut, maka rumusan

permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebegai berikut :

1. Bagaimana pengaruh rasio profitabilitas (return on asset) terhadap

kebijakan dividen pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia ?

2. Bagaimana pengaruh rasio likuiditas (current ratio) terhadap kebijakan

dividen pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia ?

3. Bagaimana pengaruh rasio profitabilitas (return on asset) terhadap harga

saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia ?

4. Bagaimana pengaruh rasio likuiditas (current ratio) terhadap harga saham

pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia ?

5. Bagaimana pengaruh kebijakan dividen terhadap harga saham pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia ?

6. Bagaimana pengaruh rasio profitabilitas (return on asset) terhadap harga

saham melalui kebijakan dividen pada perusahaan manufaktur yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia ?

7. Bagaimana pengaruh rasio likuiditas (current ratio) terhadap harga saham

melalui pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia ?
C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini, maka

tujuan penelitian dapat dijabarkan sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengaruh rasio profitabilitas (return on asset) terhadap

kebijakan dividen pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia.

2. Untuk mengetahui pengaruh rasio likuiditas (current ratio) terhadap

kebijakan dividen pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia.

3. Untuk mengetahui pengaruh rasio profitabilitas (return on asset) terhadap

harga saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia.

4. Untuk mengetahui pengaruh rasio likuiditas (current ratio) terhadap harga

saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia.

5. Untuk mengetahui pengaruh kebijakan dividen terhadap harga saham

pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

6. Untuk mengetahui pengaruh rasio profitabilitas (return on asset) terhadap

harga saham melalui kebijakan dividen pada perusahaan manufaktur

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

7. Untuk mengetahui pengaruh rasio likuiditas (current ratio) terhadap harga

saham melalui pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia.
D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

Untuk memberikan sumbangan pikiran terhadap pengembangan ilmu

pengetahuan ekonomi khususnya tentang faktor-faktor yang

mempengaruhi kebijakan dividen dan dampaknya terhadap harga

saham.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi investor, penelitian ini bermanfaat untuk referensi dalam

menentukan strategi investasinya.

b. Bagi emiten, hasil penelitian ini bermanfaat sebagai bahan

pertimbangan dalam strategi penciptaan nilai bagi pemegang saham

(stockholder).

c. Bagi penulis / akademisi, penelitian ini dapat menambah pengetahuan

tentang penilaian harga saham dan penelitian ini diharapkan dapat

menjadi referensi bagi para peneliti yang tertarik untuk meneliti kajian

yang sama untuk waktu yang akan datang.


II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis

1. Signalling Theory

Spence (1973) dalam Lince, dkk (2018) memberikan ilustrasi pada pasar

tenaga kerja dan mengemukakan bahwa perusahaan yang memiliki kinerja yang

baik menggunakan informasi finansial untuk mengirimkan sinyal ke pasar.

Signalling theory menekankan kepada pentingnya informasi yang dikeluarkan

oleh perusahaan terhadap keputusan investasi pihak di luar perusahaan.

Informasi merupakan unsur penting bagi investor dan pelaku bisnis karena

informasi pada hakekatnya menyajikan keterangan, catatan atau gambaran baik

untuk keadaan masa lalu, saat ini maupun keadaan masa yang akan datang bagi

kelangsungan hidup suatu perusahaan dan bagaimana pasaran efeknya.

Informasi yang lengkap, relevan, akurat dan tepat waktu sangat diperlukan oleh

investor di pasar modal sebagai alat analisis untuk mengambil keputusan

investasi.

Signalling theory menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai

dorongan untuk memberikan informasi laporan keuangan pada pihak eksternal.

Dorongan perusahaan untuk memberikan informasi karena terdapat asimetri

informasi antara perusahaan dan pihak luar karena perusahaan mengetahui

lebih banyak mengenai perusahaan dan prospek yang akan datang daripada

pihak luar (investor dan kreditur). Kurangnya informasi bagi pihak luar mengenai

perusahaan menyebabkan mereka melindungi diri mereka dengan memberikan

harga yang rendah untuk perusahaan.

Laporan keuangan adalah laporan yang menunjukkan kondisi keuangan

perusahaan pada saat itu atau pada suatu periode tertentu (Kasmir, 2010).

Maksud dari laporan keuangan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan


pada saat ini adalah merupakan kondisi keuangan perusahaan terkini. Kondisi

perusahaan terkini adalah keadaan keuangan perusahaan pada tanggal tertentu

(untuk neraca) dan periode tertentu (untuk laporan laba rugi).

2. Rasio Keuangan

a. Rasio Profitabilitas

Profitabilitas dapat didefinisikan sebagai kemampuan perusahaan

untuk memperoleh keuntungan (Al Habibi, 2011). Rasio profitabilitas

digunakan untuk mengukur efisiensi pengguanaan aset perusahaan dalam

menghasilkan laba selama periode tertentu. Rasio pembayaran dividen

bergantung pada banyaknya laba yang diperoleh selama satu periode.

Semakin banyak laba yang diperoleh maka semakin banyak dividen yang

dibagikan kepada para pemegang saham.

Macam-macam rasio profitabilitas adalah :

1) Net Profit Margin (NPM)

Net Profit Margin atau Margin Laba Bersih digunakan untuk mengukur

rupiah laba bersih yang dihasilkan oleh setiap satu rupiah penjualan dan

mengukur seluruh efisien, baik produksi, administrasi, pemasaran,

pendanaan, penentuan harga maupun manajemen pajak. Semakin tinggi

rasionya menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang

tinggi pada tingkat penjualan tertentu.

2) Gross Profit Margin (GPM)

Gross Profit Margin merupakan perbandingan antara laba kotor yang

diperoleh perusahaan dengan tingkat penjualan yang dicapai pada

periode yang sama. Rasio ini mencerminkan atau menggambarkan laba

kotor yang dapat dicapai setiap rupiahpenjualan. Semakin besar

rasionya berarti semakin baik kondisi keuangan perusahaan (Munawir,

2001:89).
3) Return On Asset (ROA)

Menurut Hanafi dan Halim (2003), return on assets (ROA) merupakan

rasio keuangan perusahaan yang berhubungan dengan profitabilitas

mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan atau laba

pada tingkat pendapatan, aset dan modal saham tertentu. Dengan

mengetahui ROA, para pemegang saham dapat menilai apakah

perusahaan telah efisien dalam menggunakan aktivanya dalam kegiatan

operasi untuk menghasilkan keuntungan.

4) Return On Investment (ROI)

Return On Investment merupakan kemampuan perusahaan untuk

menghasilkan keuntungan yang akan digunakan untuk menutup

investasi yang dikeluarkan. Laba yang digunakan untuk mengukur rasio

ini adalah laba bersih setelah pajak atau EAT (Sutrisno, 2001).

5) Return On Equity (ROE)

Return On Equity (ROE) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur

besarnya tingkat pengembalian modal dari perusahaan. ROE adalah

sebuah rasio yang sering digunakan oleh para pemegang saham untuk

menilai kinerja perusahaan yang bersangkutan (Sawir, 2005).

b. Rasio Likuiditas

Likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk membayar

kewajiban-kewajibannya yang harus segera dipenuhi (Sutrisno, 2012).

Kewajiban yang harus segera dipenuhi adalah hutang jangka pendek. Jika

perusahaan mampu membayar hutang jangka pendeknya maka perusahaan

berada dalam keadaan likuid. Jika perusahaan tidak mampu membayar,

maka perusahaan berada dalam keadaan tidak likuid.


Macam-macam rasio likuiditas adalah :

1) Current Ratio (CR)

Menurut Agnes Sawir (2003) menerangkan bahwa current ratio

merupakan ukuran yang paling umum digunakan untuk mengetahui

kesanggupan memenuhi kewajiban jangka pendek, karena rasio ini

menunjukan seberapa jauh tuntutan dari kreditor jangka pendek dipenuhi

oleh aktiva yang diperkirakan menjadi uang tunai dalam periode yang

sama dengan jatuh tempo utang.

2) Cash Ratio

Rasio ini membandingkan antara kas dan aktiva lancar yang bisa segera

menjadi uang kas dengan hutang lancar. Kas yang dimaksud adalah

uang perusahaan yang disimpan di kantor dan di bank dalam bentuk

rekening Koran. Sedangkan harta setara kas (near cash) adalah harta

lancar yang dengan mudah dan cepat dapat diuangkan kembali, dapat

dipengaruhi oleh kondisi ekonomi negara yang menjadi domisili

perusahaan bersangkutan.

3) Quick Ratio

Quick ratio disebut juga acid test ratio, merupakan perimbangan antara

jumlah aktiva lancar dikurangi persediaan, dengan jumlah hutang lancar.

Persediaan tidak dimasukkan dalam perhitungan quick ratio karena

persediaan merupakan komponen aktiva lancar yang paling kecil tingkat

likuiditasnya. Quick ratio memfokuskan komponen-komponen aktiva

lancar yang lebih likuid yaitu: kas, surat-surat berharga, dan piutang

dihubungkan dengan hutang lancar atau hutang jangka pendek

(Martono, 2003).
c. Rasio Leverage

Rasio leverage adalah rasio yang mengukur seberapa besar

penggunaan pendanaan melalui utang atau persentase aset perusahaan

dibiayai oleh utang (Fahmi, 2012). Semakin tinggi rasio leverage ini

menunjukkan semakin besar pengguanaan utang yang mengakibatkan

semakin besar pula risiko keuangan yang dihadapi oleh perusahaan.

Macam-macam rasio leverage adalah :

1) Debt to Asset Ratio (DAR)

Debt To Assets Ratio merupakan rasio utang yang digunakan untuk

mengukur seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang atau

seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan

aktiva (Kasmir, 2010). Semakin tinggi ratio DAR berarti semakin besar

jumlah pinjaman modal yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan

bagi perusahaan.

2) Debt to Equity Ratio (DER)

Debt To Equity Ratio adalah rasio yang mencerminkan kemampuan

perusahaann dalam memenuhi seluruh kewajibannya, yang ditunjukkan

oleh bebrapa bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar

hutang. Darmadji (2006) menyebutkan DER adalah rasio yang mengukur

sejauh mana besarnya hutang dapat ditutupi oleh modal sendiri.

3) Longterm Debt to Asset Ratio (LDAR)

Longterm Debt To Assets Ratio adalah perbandingan antara jumah

hutang jangka panjang perusahaan dengan jumlah seluruh kekayaan

atau aktiva perusahaan (Rahadrdjo, 2007).

4) Longterm Debt to Equity Ratio (LDER)

Longterm Debt To Equity Ratio (LDER) digunakan untuk mengukur besar

kecilnya penggunaan utang jangka panjang dibandingkan dengan modal


sendiri perusahaan. Semakin besar rasio semakin mencerminkan risiko

keuangan perusahaan yang semakin tinggi, dan sebaliknya (Sudana,

2011).

d. Rasio Aktivitas

Rasio Aktivitas adalah rasio yang mengukur efektivitas sebuah

perusahaan untuk memanfaatkan segala sumber daya yang mereka miliki.

Aktivitas yang rendah pada tingkat penjualan tertentu akan mengakibatkan

semakin besarnya dana kelebihan yang tertanam pada aktiva-aktiva

tersebut. Dana kelebihan tersebut akan lebih baik bila ditanamkan pada

aktiva lain yang lebih produktif.

Macam-macam rasio aktivitas adalah :

1) Perputaran Piutang

Perputaran Piutang adalah rasio untuk mengukur efektivitas pengelolaan

piutang yang dimiliki suatu perusahaan. Cara mengukurnya adalah

dengan menghitung berapa rata-rata piutang yang dikumpulkan dalam

satu tahun.

2) Perputaran Persediaan

Perputaran Persediaan adalah rasio yang juga mencerminkan likuiditas

suatu perusahaan dengan mengukur tingkat efisiensi pengelolaan yang

dilakukan perusahaan dan juga penjualan persediaan yang mereka

miliki.

3) Perputaran Aktiva Tetap

Perputaran aktiva tetap adalah rasio yang mengukur kemampuan

perusahaan dalam menghasilkan penjualan yang didasarkan pada aktiva

tetap perusahaan. Rasio ini menilai efektivitas perusahaan dalam

memanfaatkan aktiva tetap mereka.


4) Perputaran Total Aktiva

Perputaran total aktiva adalah rasio untuk menghitung efektivitas

penggunaan total aktiva perusahaan. Jika nilai rasio ini tinggi, maka

perusahaan tersebut bisa dinilai sebagai perusahaan dengan sistem

manajemen yang baik. Namun, ketika nilai rasio ini relatif rendah (kurang

dari 1 atau mendekati nol) maka perusahaan tersebut bisa dinilai

memiliki manajemen yang kurang baik, baik dalam strategi, pemasaran,

sampai pengeluaran untuk investasi.

Dari rasio-rasio tersebut, yang berkaitan langsung dengan

kepentingan analisis kinerja perusahaan dalam penelitian ini meliputi :

 Return On Equity (ROE)

Menurut Harahap (2011) ROA adalah rasio yang digunakan

untuk mengukur keuntungan bersih yang diperoleh dari penggunaan

aset. Semakin tinggi keuntungan yang dihasilkan perusahaan akan

menjadikan investor tertarik terhadap saham tersebut. ROA merupakan

salah satu ukuran yang digunakan untuk kebutuhan investasi karena

memberikan dasar kuantitatif untuk membuat keputusan investasi.

Perusahaan yang mampu menunjukkan kinerja yang baik melalui ROA

yang tinggiakan membuat investor tertarik untuk menanamkan

sahamnya di perusahaan tersebut, sehingga akan membuat harga

saham meningkat. Return On Asset (ROA) adalah salah satu bentuk

dari rasio profitabilitas yang dimaksudkan untuk mengukur kemampuan

perusahaan atas keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktivitas

yang digunakan untuk aktivitas operasi perusahaan dengan tujuan untuk

menghasilkan laba dengan memanfaatkan asset yang dimilikinya.


ROA dapat dirumuskan sebagai berikut :

𝐋𝐚𝐛𝐚 𝐬𝐞𝐛𝐞𝐥𝐮𝐦 𝐩𝐚𝐣𝐚𝐤


𝐑𝐎𝐀 =
𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐀𝐤𝐭𝐢𝐯𝐚

 Current Ratio (CR)

Current Ratio merupakan perbandingan antara aktiva lancar

dengan hutang lancar (Munawir, 2012). Current ratio merupakan salah

satu rasio likuiditas, yaitu rasio yang bertujuan untuk mengukur

kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka

pendeknya. Semakin tinggi CR suatu perusahaan berarti semakin kecil

resiko kegagalan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka

pendeknya. Akibatnya resiko yang akan ditanggung pemegang saham

juga semakin kecil (Robert Ang, 2010).

Menurut Harahap (2011) semakin tinggi rasio lancar,

kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendek

juga semakin besar. Tetapi current ratio yang terlalu tinggi juga

menunjukkan manajemen yang buruk atas sumber likuiditas. Kelebihan

dalam dana atau aktiva lancar seharusnya digunakan untuk membayar

dividen, membayar hutang jangka panjang atau untuk investasi yang

bisa menghasilkan tingkat kembalian lebih.

CR dapat dirumuskan sebagai berikut (Munawir, 2012) :

𝐀𝐤𝐭𝐢𝐯𝐚 𝐋𝐚𝐧𝐜𝐚𝐫
𝐂𝐑 =
𝐇𝐮𝐭𝐚𝐧𝐠 𝐋𝐚𝐧𝐜𝐚𝐫

3. Kebijakan Dividen

Pada dasarnya tujuan utama investor dengan keinginan perusahaan

berbeda, salah satunya dapat dilihat dari dividen khususnya mengenai kebijakan

dividen merupakan keputusan yang ditetapkan oleh perusahaan terutama untuk

menentukan besarnya laba yang dibagikan dalam bentuk dividen. Kebijakan


dividen merupakan keputusan yang diambil perusahaan untuk menentukan

berapa besar bagian dari laba bersih yang diperoleh untuk dibagikan sebagai

dividen atau sebagai laba ditahan. Kebijakan dividen merupakan sebagian dari

keputusan investasi. Oleh karena itu, perusahaan dalam hal ini dituntut untuk

membagikan dividen sebagai realisasi harapan hasil yang didambakan seorang

investor dalam menginvestasikan dananya untuk membeli saham itu. Kebijakan

dividen berhubungan dengan pembagian pendapatan antara penggunaan

pendapatan untuk dibayarkan kepada pemegang saham sebagai dividen atau

digunakan dalam perusahaan, yang berarti pendapatan tersebut harus ditahan

dalam perusahaan. Kebijakan dividen merupakan suatu kebijakan untuk

menetapkan berapa bagian dari laba bersih yang akan dibagikan sebagai dividen

kepada pemegang saham dan berapa besar bagian dari laba bersih itu akan

ditanamkan kembali sebagai laba ditahan oleh perusahaan untuk diinvestasikan

kembali.

Kebijakan dividen berhubungan dengan pembagian pendapatan antara

penggunaan pendapatan untuk dibayarkan kepada pemegang saham sebagai

dividen atau digunakan dalam perusahaan, yang berarti pendapatan tersebut

harus ditahan dalam perusahaan. Kebijakan dividen merupakan suatu kebijakan

untuk menetapkan berapa bagian dari laba bersih yang akan dibagikan sebagai

dividen kepada pemegang saham dan berapa besar bagian dari laba bersih itu

akan ditanamkan kembali sebagai laba ditahan oleh perusahaan untuk

diinvestasikan kembali (Rizal, 2014).

Kebijakan dividen perusahaan sendiri tergambar pada dividend payout

ratio (DPR), yaitu persentase laba yang dibagikan dalam bentuk dividen tunai,

artinya besar kecilnya dividend payout ratio akan mempengaruhi keputusan

investasi para pemegang saham dan disisi lain berpengaruh pada kondisi

keuangan perusahaan. Pertimbangan mengenai dividend payout ratio ini diduga


sangat berkaitan dengan kinerja keuangan perusahaan. Perusahaan dengan

kinerja keuangan yang bagus maka perusahaan tersebut akan mampu

menetapkan besarnya dividend payout ratio sesuai dengan harapan pemegang

saham dan tentu saja tanpa mengabaikan kepentingan perusahaan untuk tetap

sehat dan tumbuh (Diantini dan Badjra, 2016).

DPR dapat dirumuskan sebagai berikut :

𝐃𝐢𝐯𝐢𝐝𝐞𝐧
𝐃𝐏𝐑 =
𝐋𝐚𝐛𝐚 𝐁𝐞𝐫𝐬𝐢𝐡

4. Harga Saham

Menurut Tandelilin (2010:18), saham merupakan surat bukti bahwa

kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang menerbitkan saham. Jadi, saham

adalah surat berharga yang diperdagangkan di pasar modal yang dikeluarkan

oleh sebuah perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT). Harga saham

dapat didefinisikan sebagai harga pasar. Harga pasar merupakan yang paling

mudah ditentukan karena harga pasar merupakan harga suatu saham pada

pasar yang sedang berlangsung. Jika pasar bursa efek sudah tutup, maka harga

pasar adalah harga penutupannya (closing price). Jadi harga pasar inilah yang

menyatakan naik dan turunnya suatu saham.

Salah satu faktor yang penting untuk diperhatikan oleh investor dalam

melakukan transaksi jual beli saham adalah harga saham itu sendiri. Tingkat

keuntungan perusahaan akan mempengaruhi harga saham, semakin tinggi

tingkat keuntungan, maka semakin tinggi harga saham. Indeks harga saham

adalah suatu angka yang digunakan untuk membandingkan perubahan harga

saham dari waktu kewaktu apakah harga saham mengalami penurunan atau

kenaikan. Naik turunnya indeks harga saham menunjukkan naik turunnya

investasi.
5. Pengaruh Profitabilitas dan Dividend Payout Ratio (DPR)

Profitabilitas mencerminkan kemampuan perusahaan dalam

menghasilkan laba atas pengelolaan asset perusahaan yang merupakan

perbandingan antara earning after tax dengan total asset. Profitabilitas adalah

tingkat keuntungan bersih yang mampu diraih oleh perusahaan pada saat

menjalankan operasinya. Faktor ini juga memiliki pengaruh terhadap kebijakan

dividen. Dividen adalah laba bersih yang diperoleh perusahaan, oleh karena itu

dividen akan dibagikan apabila perusahaan memperoleh keuntungan.

Keuntungan yang layak dibagikan kepada pemegang saham adalah keuntungan

setelah perusahaan memenuhi kewajiban-kewajiban tetapnya yaitu bunga dan

pajak. Oleh karena itu dividen yang diambilkan dari keuntungan bersih akan

mempengaruhi dividend payout ratio. Perusahaan yang semakin besar

keuntungannya akan membayar porsi pendapatan yang semakin besar sebagai

dividen. Dengan kata lain,semakin besar keuntungan yang diperoleh, maka akan

semakin besar juga kemampuan bagi perusahaan untuk membayar dividen.

6. Pengaruh Likuiditas dan Dividend Payout Ratio (DPR)

Dalam Kasmir (2009) current ratio merupakan rasio yang digunakan

untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka

pendek atau hutang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara

keseluruhan. Dimana, seberapa banyak aset lancar yang tersedia untuk

menutupi kewajiban jangka pendek yang segera jatuh tempo. Semakin besar

current ratio menunjukkan semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam

memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Dan tingginya current ratio

menunjukkan keyakinan investor terhadap kemampuan perusahaan untuk

membayar dividen payout ratio yang dijanjikan. Dengan kata lain ada pengaruh

antara current ratio terhadap pembayaran dividen payout ratio.


B. Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1 Ringkasan hasil penelitian terdahulu

Variabel yang Metode / Alat


No. Peneliti dan Judul Hasil Penelitian
diamati Analisis

1. Lince, dkk (2018) Harga Saham, Analisis SEM Terdapat pengaruh

Pengaruh Return On Return On Asset, PLS 3.0. yang signifikan antara

Asset (ROA) Dan Debt To Equity Retun On Asset

Debt To Equity Ratio Ratio, Dividen (ROA) terhadap

(DER) Terhadap Payout Ratio harga saham.

Harga Saham Begitupun Dividen

Dengan Kebijakan Payout Ratio (DPR)

Dividen Sebagai berpengaruh

Variabel Intervening signifikan terhadap

(Studi Empiris Pada harga saham. Debt to

Perusahaan Yang equity ratio tidak

Terdaftar Di Jakarta berpengaruh

Islamic Index (JII) terhadap harga

Periode 2010-2016) saham

2. Syafri Yusman Profitability, Liquidity, Regresi Linier Likuiditas mempunyai

(2018) Pengaruh Leverage, Dividend Berganda pengaruh yang positif

Profitabilitas, Policy dengan kebijakan

Likuiditas Dan dividen. Sedangkan

Leverage Terhadap profitabilitas dan

Kebijakan Dividen leverage

Pada Perusahaan berpengaruh negatif

Sektor Industri terhadap kebijakan


Dasar Dan Kimia dividen.

Yang Terdaftar di

Bursa Efek

Indonesia

3. Masril (2017) Likuiditas, Size, Regresi Linier likuiditas (current

Pengaruh Kebijakan Dividen, Berganda ratio) berpengaruh

Likuiditas, Dan Laba Bersih negatif dan signifikan

Size Terhadap terhadap kebijakan

dividen dan Size tidak


Kebijakan Dividen
berpengaruh
Dengan Laba
signifikan terhadap
Bersih Sebagai
kebijakan dividen
Moderate

(Perusahaan

Manufaktur Di Bei

2011-2015)

4. Wira dan Kebijakan Dividen, Regresi Linier likuiditas,

Tjhai (2017) Likuiditas, Berganda profitabilitas, ukuran

Faktor-Faktor Yang Profitabilitas, perusahaan,

Mempengaruhi Kebijakan Hutang, pertumbuhan

Kebijakan Dividen Ukuran Perusahaan, perusahaan, dan

Pada Perusahaan Pertumbuhan kepemilikan

Non Keuangan Yang Perusahaan, institusional

Terdaftar Kepemilikan mempengaruhi

Di Bursa Efek Institusional, Arus kebijakan dividen.

Indonesia Kas Bebas, Set


Kesempatan

Investasi.

5. Ida Ayu dan Ida Profitabilitas, Regresi Linier Hasil analisis

Bagus (2018) likuiditas, tingkat Berganda menunjukan bahwa

Faktor-Faktor Yang pertumbuhan profitabilitas,

Mempengaruhi perusahaan, ukuran likuiditas, ukuran

Kebijakan Dividen perusahaan, perusahaan

Pada Perusahaan kebijakan dividen berpengruh positif

Manufaktur Di Bursa dan signifikan

Efek Indonesia terhadap kebijakan

dividen.

6. Lidya dan Ronni Kebijakan Dividen, Regresi Linier Hasil penelitian

(2015) Leverage, Berganda menunjukkan bahwa

Analisa Faktor- Likuiditas, likuiditas,

Faktor Yang Profitabilitas, profitabilitas, leverage

Mempengaruhi Ukuran Perusahaan dan ukuran

Kebijakan Dividen perusahaan

(Studi Kasus berpengaruh

Perusahaan signifikan terhadap

Manufaktur 2009- kebijakan dividen.

2014)

Sumber : berdasarkan penelitian terdahulu yang diolah

C. Kerangka Konseptual
Berdasarkan latar belakang permasalahan, perumusan masalah, tujuan

penelitian, dan landasan teori yang telah dikemukakan diatas maka kerangka

konseptual yang diajukan adalah sebagai berikut :

Gambar 2.1 Kerangka konseptual

Faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen dan dampaknya

terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar

di Bursa Efek Indonesia

Indikator : Indikator :
Dividend Payout
Return On Asset
Ratio

Rasio Indikator :
Profitabilitas Share

Kebijakan Harga
Dividen Saham

Rasio
Likuiditas

Indikator :
Current Ratio

Sumber : Lince, dkk (2018) yang diolah


D. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

H1 : Rasio profitabilitas (return on asset) berpengaruh terhadap

kebijakan dividen.

H2 : Rasio likuiditas (current ratio) berpengaruh terhadap kebijakan

dividen.

H3 : Rasio profitabilitas (return on asset) berpengaruh terhadap harga

saham.

H4 : Rasio likuiditas (current ratio) berpengaruh terhadap harga saham.

H5 : Kebijakan dividen berpengaruh terhadap harga saham.

H6 : Rasio profitabilitas (return on asset) berpengaruh terhadap harga

saham melalui kebijakan dividen.

H7 : Rasio likuiditas (current ratio) berpengaruh terhadap harga saham

melalui kebijakan dividen.


III METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan

kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan

pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau

sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan

secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian,

analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji

hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2014 : 7). Jenis penelitian

kuantitatif yang digunakan yaitu metode deskriptif. Penelitian deskriptif

adalah metode penelitian yang berusaha menggambarkan objek atau

subjek yang diteliti sesuai dengan apa adanya.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat

Penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia pada

perusahaan sektor industri manufaktur, melalui Galeri Investasi Bursa

Efek Indonesia Danareksa Sekuritas di Kampus Stiem Bongaya

ruangan H3 yang beralamat di Jl. Letjen Pol. Andi Mappaoddang No.

28 Makassar.

2. Waktu

Penelitian ini dilakukan hingga pada masa penyelesaian

proposal ini kurang lebih tiga bulan terhitung mulai bulan Mei sampai

bulan Juli 2019.


C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas:

obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Sugiyono, 2014 : 80).

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur

yang listed di Bursa Efek Indonesia (BEI) antara periode 2014 sampai

2017. Jumlah populasi ini adalah 145 perusahaan dan tidak semua

populasi ini akan menjadi obyek penelitian sehingga perlu dilakukan

pengambilan sampel.

2. Sampel

Adapun teknik sampling yang digunakan adalah purposive

sampling, yaitu pemilihan anggota sampel dengan mendasarkan pada

kriteria-kriteria tertentu. Kriteria yang digunakan dalam penelitian ini

adalah :

 Perusahaan yang sahamnya aktif diperdagangkan selama

periode penelitian dan masih tercatat di BEI hingga akhir tahun

2017. Hal ini dimaksudkan untuk data yang

berkesinambungan.

 Selama periode penelitian, perusahaan membuat laporan

keuangan tahunan dan dipublikasikan secara luas.

 Perusahaan yang dijadikan obyek penelitian membagikan

dividen secara berturut-turut selama periode penelitian.

Berdasarkan kriteria tersebut, maka jumlah sampel yang

diperoleh sebanyak 9 (sembilan) perusahaan yang akan digunakan


dalam penelitian ini. Pada tabel 3.1 menunjukkan nama-nama

perusahaan manufaktur yang menjadi sampel penelitian, yaitu :

Tabel 3.1 Perusahaan Manufaktur yang menjadi sampel

penelitian.

No. Kode Nama Perusahaan

1 ASGR
2 GGRM Gudang Garam Tbk
3 SMGR
4 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk
5 HMSP Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk
6 KLBF Kalbe Farma Tbk
7 CPIN Charoen Pokphand Indonesia Tbk
8 UNVR Unilever Indonesia Tbk
9 TOTO Surya Toto Indonesia Tbk

D. Metode Pengumpulan Data

1. Jenis Data

Penelitian ini menggunakan data sekunder. Data sekunder

adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari berbagai

sumber yang telah ada.

2. Sumber Data

Peneliti menggunakan sumber data yang berasal dari

Indonesia Capital Market Directory (ICMD) 2018, mengakses

www.sahamok.com dan data pada IDX Company Report tahun 2018

(melalui www.idx.co.id).

3. Teknik Pengumpulan Data

Data sekunder ini dikumpulkan dengan menggunakan metode

dokumentasi, yaitu dengan cara mencatat atau mendokumentasikan


data yang berkaitan dengan penelitian yang tercantum dalam

Indonesian Capital Market Directory (ICMD) 2018, www.sahamok.com

dan IDX Company Report (melalui www.idx.co.id) perusahaan

manufaktur yang terdaftar di BEI selama periode penelitian.

E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Berikut ini adalah definisi operasional variabel yang digunakan

dalam penelitian ini :

Tabel 3.2 Definisi operasional, skala dan pengukuran variabel

Variabel Indikator Definisi Skala Pengukuran

Perbandingan antara
Kebijakan 𝐃𝐢𝐯𝐢𝐝𝐞𝐧
Dividend
dividen terhadap laba 𝐃𝐏𝐑 =
Payout Rasio 𝐋𝐚𝐛𝐚 𝐁𝐞𝐫𝐬𝐢𝐡
Dividen
Ratio
bersih.

Perbandingan antara tingkat


Rasio 𝐋𝐚𝐛𝐚 𝐬𝐞𝐛𝐞𝐥𝐮𝐦 𝐩𝐚𝐣𝐚𝐤
Return On
keuntungan sebelum pajak 𝐑𝐎𝐀 =
Asset Rasio 𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐀𝐤𝐭𝐢𝐯𝐚
Profitabilitas
(ROA)
terhadap total aktiva.

Perbandingan antara
Rasio 𝐀𝐤𝐭𝐢𝐯𝐚 𝐋𝐚𝐧𝐜𝐚𝐫
Current
aktiva lancar terhadap 𝐂𝐑 =
Ratio Rasio 𝐇𝐮𝐭𝐚𝐧𝐠 𝐋𝐚𝐧𝐜𝐚𝐫
Likuiditas
(CR)
kewajiban / hutang lancar.

Sumber : Harahap (2011)

F. Uji Asumsi Klasik

Karena data yang digunakan adalah data sekunder, maka untuk

menentukan ketepatan model perlu dilakukan pengujian atas beberapa

asumsi klasik yang mendasari model regresi. Penyimpangan asumsi

klasik yang digunakan dalam penelitian ini meliputi uji normalitas, uji

multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi yang secara

rinci dapat dijelaskan sebagai berikut :


1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regressi,

variabel dependen dan variabel independen keduanya mempunyai

distribusi normal ataukah tidak. Model regresi yang baik adalah

memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Untuk

mendeteksi normalitas dapat dilakukan dengan uji statistik. Test

statistik yang digunakan antara lain analisis grafik histogram, normal

probability plots dan Kolmogorov-Smirnov test (Imam Ghozali, 2011).

2. Uji Multikolinearis

Pengujian asumsi kedua adalah uji multikolinearis (multicollinearity)

antar variabel-variabel independen yang masuk ke dalam model.

Metode untuk mendiagnosa adanya multicollinearity dilakukan dengan

uji Varience Inflation Factor (VIF) yang dihitung dengan rumus

sebagai berikut:

Jika VIF lebih besar dari 10, maka antar variabel independen (bebas)

terjadi persoalan multikolinearitas (Gujarati dan Porter, 2010).

3. Uji Heteroskedastisitas

Pengujian asumsi ketiga adalah heteroskedastisitas

(heteroscedasticity) digunakan untuk mengetahui ada tidaknya

heteroskedastisitas, dalam hal ini akan dilakukan dengan cara melihat

grafik Scatterplot. Jika dalam grafik terlihat ada pola tertentu seperti

titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur

(bergelombang, melebar, kemudian menyempit), maka

mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola

yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada

sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas (Imam Ghozali,

2011).
VIF = 1/Tolerance

4. Uji Autokorelasi

Pengujian asumsi ke-empat dalam model regresi linier klasik adalah

uji autokorelasi (autocorrelation). Uji autokorelasi bertujuan untuk

menguji apakah dalam suatu model regresi linier ada korelasi antara

kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi

korelasi maka dinamakan ada problem autokerelasi. Uji autokorelasi

dapat dilihat dari nilai Durbin Watson. Apabila nilai Durbin Watson

berada pada daerah dU sampai 4-dU dapat disimpulkan bahwa model

regresi tidak mengandung autokorelasi.

G. Metode Analisis

Penelitian ini menggunakan data kuantitatif untuk memperkirakan

secara kuantitatif dari variabel-variabel yang mempengaruhi, secara

parsial maupun simultan terhadap price erning ratio (PER).

Teknik analisis data dalam penelitian kuantitatif menggunakan

statistik. Terdapat dua macam statistik yang digunakan untuk

menganalisis data dalam penelitian, yaitu :

1. Analisis statistik deskriptif

Analisis statistik deskriptif adalah metode statistik yang digunakan

untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau

menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya

tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum

atau generalisasi.

2. Analisis statistik inferensial

Analisis statistik inferensial adalah metode statistik yang digunakan

untuk mendeskripsikan data sampel dan hasilnya akan

digeneralisasikan (diinferensialkan) untuk populasi dimana sampel


diambil. Analisis ini digunakan untuk menjawab masalah dan

sekaligus menguji hipotesis.

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode

analisis jalur.

Persamaannya adalah sebagai berikut :

Y1 = Py1X1 + Py1X2 + Py1.e1

Dimana,

Y1 = Dividend Payout Ratio (DPR)

X1 = Return On Asset (ROA)

X2 = Current Ratio (CR)

e = Variabel residual (error)

H. Uji Hipotesis

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh

hubungan antara variabel independen dan variabel dependen dengan

skala pengukuran atau rasio dalam sebuah persamaan linier.

Pengujian terhadap hipotesis dilakukan dengan cara uji

signifikansi (pengaruh nyata) variabel independen (Xi) terhadap variabel

dependen (Y) baik secara parsial maupun secara bersama-sama

dilakukan dengan uji statistik F (F-test), uji t (t-test) dan uji koefisien

determinasi (R2).

1) Uji Statistik F

Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel

bebas yang dimasukkan di dalam model memiliki pengaruh secara

bersama-sama terhadap variabel dependen. Cara yang digunakan

adalah dengan melihat besarnya nilai probabilitas signifikansinya. Jika

nilai probabilitas signifikansinya kurang dari lima persen maka

variabel independen akan berpengaruh signifikan secara bersama –


sama terhadap variabel dependen (Ghozali, 2011).

Hipotesis ini dirumuskan sebagai berikut :

H1 : β1, β2, β3 ≠ 0

Artinya terdapat pengaruh yang significant secara bersama-sama dari

variabel independen (X1 s/d X3) terhadap variabel dependen (Y).

Pengambilan keputusan :

Jika probabilitas > 0,05 maka H0 tidak dapat ditolak (diterima)

Jika probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak dan menerima Ha.

Adapun Hipotesisnya :

H0 = tidak ada pengaruh signifikan dari variabel independent secara

simultan terhadap variabel dependen.

Ha = ada pengaruh dari variabel independent secara simultan

terhadap variabel dependen.

2) Uji Statistik t

Uji statistik t pada intinya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu

variabel independen atau variabel penjelas secara individual dalam

menerangkan variabel dependen (Ghozali, 2011). Uji keberartian

koefisien (βi) dilakukan dengan statistik-t (student-t). Hal ini dilakukan

untuk menguji koefisien regresi secara parsial dari variabel

independennya. Namun terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik.

Adapun hipotesis dilakukan sebagai berikut :

H1 : βi ≠ 0

Artinya terdapat pengaruh yang significant dari variabel independen Xi

terhadap variabel dependen (Y).

Pengambilan keputusan :

Jika probabilitas > 0,05 maka H0 tidak dapat ditolak (diterima)

Jika probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak dan menerima Ha


Adapun Hipotesisnya :

H0 = tidak ada pengaruh signifikan dari variabel independent secara

parsial terhadap variabel dependen.

Ha = ada pengaruh dari variabel independent secara parsial

terhadap variabel dependen.

3) Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi (R2) pada dasarnya mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variabel dependen. Nilai

koefisien determinasi adalah diantara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil

memperlihatkan kemampuan variabel independen dalam menjelaskan

variabel-variabel sangat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti

variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi

yang diperlukan untuk memprediksikan variabel-variabel dependen

(Ghozali, 2011).

I. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian memuat tentang kegiatan penelitian beserta

dengan jadwal penelitian. Berikut disajikan tabel rancangan penelitian :

Tabel 3.2. Rancangan penelitian

Bulan ke –
No. Uraian Kegiatan Penelitian
1 2 3 4 5 6 7 8
1. Stor Judul Proposal Penelitian

2. SK Pembimbing Proposal

Konsultasi Pembimbing II
3.
4. Revisi

5. Konsultasi Pembimbing I
DAFTAR PUSTAKA

Ahmed, I. E. (2015). Liquidity, Profitability and the Dividends Payout Policy World
Review of Business Research. 5 (2): 73 – 85.

Bulutodinget, Lince, dkk. (2018). Pengaruh Return On Asset (Roa) Dan Debt To
Equity Ratio (Der) Terhadap Harga Saham Dengan Kebijakan Dividen
Sebagai Variabel Intervening (Studi Empiris Pada Perusahaan Yang
Terdaftar Di Jakarta Islamic Index (Jii) Periode 2010-2016). Jurnal Ilmiah
Akuntansi Peradaban. 4 (2) : 1 – 14.

Darmadji, Tjiptono dan Fakhruddin, Hendy M. (2006). Pasar Modal di Indonesia :


Pendekatan Tanya Jawab. Jakarta : Salemba Empat.

Dewi, Ida Ayu Putri Pertami dan Sedana, Ida Bagus Panji. (2018). Faktor-
Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen Pada Perusahaan
Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia. E-Jurnal Manajemen Unud. 7 (7) :
3623-3652.

Fahmi, Irham. (2011). Analisis Kinerja Keuangan. Bandung : Alfabeta.

Ghozali, Imam. (2011). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS.


Semarang : BP Universitas Diponegoro.

Gujarati, Damodar dan Porter, Dawn. (2010). Dasar-dasar Ekonometrika. Buku


Satu. Edisi Keempat. Jakarta :Salemba Empat.

Hadi, Nor. (2015). Pasar Modal. Edisi Kedua. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Harahap, Sofyan Syafri. (2015). Analisis Kritis atas Laporan Keuangan. Edisi
Kesepuluh. Jakarta : Rajawali Pers.

Horne, V., James, C. dan Junior W. J. M. (2012). Prinsip – prinsip Manajemen


Keuangan. Buku 1. Edisi 12. Jakarta : Salemba Empat.

Husnan, Suad. (2009). Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas.


Yogyakarta : UPP AMP YKPN.

Indonesian Capital Market Directory. (2015). Institute For Economic and Financial
Research.

Kasmir. (2016). Analisis Laporan Keuangan. Cetakan Ketiga. Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada.

Kurniawan, Wira Andi dan Jin, Tjhai Fung. (2017). Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Non Keuangan Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Bisnis Dan Akuntansi. 12 (1A) :
191 – 199.

Masril. (2017). Pengaruh Likuiditas, dan Size Terhadap Kebijakan Dividen


Dengan Laba Bersih Sebagai Moderate (Perusahaan Manufaktur Di Bei
2011-2015). Jurnal Wira Ekonomi Mikroskil. 7 (2).
Megawati dan Muthia Roza Linda. (2013). Pengaruh Eps, Dps, Per, Npm Dan
Roa Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Rokok Yang Go Public Di
BursaEfek Indonesia. Jurnal Kajian Manajemen Bisnis. 2(2) : 33 – 43.

Munawir, S. (2010). Analisa Laporan Keuangan. Edisi Keempat. Yogyakarta :


Liberty.

Murhadi, Werner R. (2008). Analisis Saham : Pendekatan Fundamental. Jakarta :


Indeks.

Oktaviani, Lidya dan Basana, Sautma Ronni. (2015). Analisa Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Kebijakan Dividen (Studi Kasus Perusahaan Manufaktur
2009-2014). Jurnal Riset Ekonomi Dan Manajemen. 15 (2) : 361-370.

Pedoman Penulisan Skripsi. (2016). Makassar : STIEM Bongaya.

Sandy, A., dan Asyik, N. F. (2013). Pengaruh Profitabilitas Dan Likuiditas


Terhadap Kebijakan Dividen Kas Pada Perusahaan Otomotif. Jurnal Ilmu
dan Riset Akuntansi. 1 (1) : 58 – 76.
Sari, K. A. N dan Sudjarni, L. K. (2015). Pengaruh Likuiditas, Leverage,
Pertumbuhan Perusahaan dan Profitabilitas Terhadap Kebijakan Dividen
Pada Perusahaan Manufaktur di BEI. E- Jurnal Manajemen Unud. 4 (10) :
3346-3374.

Sartono, A. (2014). Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi. Edisi Empat.


Cetakan Ketujuh. Yogyakarta : BPFE.

Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung :


Alfabeta.

Sunariyah. (2010). Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. Edisi Keenam.


Yogyakarta : UPP STIM YKPN.

Tandelilin, Eduardus. (2010). Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio. Edisi


Pertama. Yogyakarta : BPFE.

Tandelilin, E. (2014). Portofolio dan Investasi Teori dan Aplikasi. Edisi Pertama.
Yogyakarta : BPFE.

Weston, J.F dan Copeland. (2008). Dasar-Dasar Manajemen Keuangan Jilid II.
Jakarta : Erlangga.

Wiagustini, N. L. P. (2014). Manajemen Keuangan. Denpasar: Udayana


University Press.

Wicaksono, Santiko dan Nasir, Mohamad. (2014). Faktor-Faktor Yang


Mempengaruhi Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Manufaktur Yang
Terdaftar Di Bei Periode Tahun 2011-2013. Diponegoro Journal Of
Accounting. 3 (4) : 1 – 13.

www.idx.co.id

www.sahamok.com
Yusman, Syafri. (2018). Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas Dan Leverage
Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Sektor Industri Dasar Dan
Kimia Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. JOM FISIP. 5 (1).

Zubir, Zalmi. (2011). Manajemen Portofolio : Penerapannya Dalam Investasi


Saham. Jakarta : Salemba Empat.

Anda mungkin juga menyukai