Anda di halaman 1dari 12

PENGARUH RETURN ON ASSET (ROA), RETURN ON EQUITY (ROE),

EARNING PER SHARE (EPS), DAN DEBT TO EQUITY RATIO (DER)

TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN SUB SEKTOR

OTOMOTIF DAN KOMPONENNYA YANG TERDAFTAR DI BURSA

EFEK INDONESIA (BEI)

OLEH :

NAMA : HERLINA PUTRI MENTARI

NPM : 2020.61.0473

PROGRAM STUDI : MANAJEMEN

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI BALIKPAPAN

(STIEPAN)

2023
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Di era ekonomi modern sekarang ini, perkembangan Indonesia semakin

naik dapat dilhat dari banyaknya pembangunan di berbagai sector terutama pada

sektor ekonomi. Untuk melakukan pembangunan suatu negara maka kita

memerlukan sebuah tambahan dana. Salah satunya bagi perusahaan agar

mendapatkan dana atau tambahan modal ialah dengan melalui pasar modal.

Pasar modal (capital market) adalah pertemuan antara pihak yang memiliki

kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara

memperjualbelikan sekuritas. Pasar modal juga dapat diartikan sebagai pasar

untuk berbagai instrument keuangan jangka panjang (jangka panjang lebih dari 1

tahun) yang bisa diperjualbelikan, baik surat utang (obligasi), ekuiti (saham),

reksa dana, instrument derivative maupun instrument lainnya. Pasar modal

merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lain (misalnya

pemerintah), dan sebagai sarana bagi kegiatan berinvestasi, dengan demikian,

pasar modal memfasilitasi berbagai sarana dan prasarana kegiatan jual beli dan

kegiatan terkait lainnya.

Di Indonesia yang berperan sebagai pasar modal adalah Bursa Efek

Indonesia (BEI). Perkembangan Bursa Efek Indonesia sangat cepat sehingga

menjadi alternatif bagi perusahaan untuk mencari tambahan dana. Perkembangan

bursa efek selain dilihat dari semakin banyaknya anggota bursa efek juga dapat
dilihat dari perubahan harga saham yang diperdagangankan. Perubahan harga

saham dapat memberikan petujunjuk tentang aktivitas yang terjadi di pasar modal

serta pemodal saham melakukan transaksi jual beli.

Pesatnya perkembangan yang terjadi di Bursa Efek Indonesia (BEI) saat ini

tidak terlepas dari peran investor yang menanamkan modalnya. Sebelum

memutuskan untuk menginvestasikan dananya di pasar modal investor harus

melakukan beberapa penelitian dengan cermat terhadap emiten. Investor harus

yakin bahwa investasi yang diterimanya adalah benar, serta tidak ada pihak lain

yang dibutuhkan oleh investor berasal dari laporan keuangan. Laporan keuangan

menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat

tertentu atau jangka waktu tertentu.

Terdapat teknik-teknik analisis terhadapat laporan keuangan yaitu analisis

fundamental dan analisis teknikal. Analisis fundamental adalah metode analisis

yang didasarkan pada fundamental ekonomi suatu perusahaan. Analisis ini

menitikberatkan pada rasio finansial dan kejadian-kejadian yang secara langsung

maupun tidak langsung mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan. Sedangkan

analisis teknikal adalah upaya untuk memperkirakan harga saham (kondisi pasar)

dengan mengamati perubahan harga saham tersebut diwaktu yang lalu.

Keyakinan investor akan emiten yang didanainya ditunjukan dengan harga

saham. Harga saham mencerminkan kondisi perusahaan dimata masyarakat. Jika

laba suatu perusahaan menunjukan peningkatan dari waktu ke waktu, maka

investor akan tertarik untuk menginvestasikan dananya pada perusahaan tersebut,


dengan demikian harga saham yang dimiliki perusahaan akan semakin meningkat.

Dengan meningkatnya harga saham maka kondisi perusahaan dimata masyarakat

baik, sebaliknya jika harga saham menurun maka kondisi perusahaan di mata

masyarakat kurang baik. Kondisi perusahaan dapat dilihat dari informasi

akuntansi. Informasi akuntansi digunakan untuk menilai kinerja suatu perusahaan

dengan melihat laporan keuangan. Tujuan laporan keuangan adalah memberikan

informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang

bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan

keputusan ekonomi. Laporan keuangan menunjukan hasil pertanggungjawaban

manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka.

Salah satu jenis sekuritas yang paling popular dipasar modal adalah

sekuritas saham, saham adalah kertas yang tercantum dengan jelas nilai nominal,

nama perusahaan dan diikuti dengan hak dan kewajiban yang dijelaskan kepada

setiap pemegangnya. Tinggi rendahnya harga saham suatu perusahaan

dipengaruhi oleh faktor seperti kinerja perusahaan, dividen, tingkat suku bunga,

penawaran, permintaan dan kondisi perekonomian. Karena perubahan faktor-

faktor di atas, harga saham akan mengalami perubahan naik atau turun. Oleh

karea itu, harga saham merupakan hal yang penting bagi suatu perusahaan.

Harga merupakan segala bentuk biaya moneter yang dikorbankan oleh

konsumen untuk memperoleh, memiliki, memanfaatkan sejumlah kombinasi dari

barang berserta pelayanan dari suatu produk (Hassan, 2014). Sedangkan untuk

saham ialah surat berharga yang berasal dari perusahaan berbentuk perseroan

terbatas yang melakukan penawaran umum (Sjahrial, 2012). Perseroan terbatas


yang telah berhasil IPO (Initial Public Offering/IPO) disebut sebagai emiten dan

masyarakat yang membeli saham emiten pada saat IPO dinyatakan sebagai

pemilik sebagian perusahaan atau sering disebut dengan pemegang saham

perusahaan atas lembar saham yang dibelinya.

Harga saham atau stock price ialah nilai perlembar saham pada perusahaan

yang berlaku di pasar modal (Ardiyanto et al., 2020). Harga saham merupakan

gambaran dari kinerja suatu perusahaan pada periode tertentu, dimana bila dalam

jangka pendeknilainya cenderung berfluktuatif sedangkan dalam jangka panjang

cenderung meningkat. Salah satu faktor yang bisa memprediksi harga saham ialah

rasio keuangan seperti profitabilitas, likuiditas, solvabilitas, penilaian maupun

rasio aktivitas (Wira, 2015 dalam Widianingsih, 2021). Selain itu, harga saham ini

juga menunjukkan prestasi dari perusahaan dalam mencapai tujuanya yakni

mengoptimalkan kesejahteraan stakeholder (Ardiyanto et al., 2020). Dalam

laporan keuangan, harga saham bisa dilihat pada harga penutupan (closing price).

Dalam pemilihan suatu kelompok perusahaan, penulis memilih untuk

melakukan penelitian pada Perusahaan Sub Sektor Industri Otomotif dan

Komponennya yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Melihat industri Sub

Sektor Industri Otomotif dan Komponennya diperkirakan terus mengalami

pertumbuhan. Data kenaikan dan penurunan perusahaan Sub Sektor Industri

Otomotif dan Komponennya jangka waktu lima tahun dari tahun 2018-2022

digambarkan dalam bentuk tabel berikut ini :

Tabel 1.1
Harga Saham Perusahaan Sub Sektor Otomotif dan Komponennya
Tahun 2018-2022

KODE HARGA SAHAM


NO
PERUSAHAAN 2018 2019 2020 2021 2022
1 ASII 8,225 6,925 6,025 5,700 5,700
2 AUTO 1,470 1,240 1,115 1,155 1,460
3 MPMX 905 665 494 1,145 1,120
4 IMAS 2,160 1,155 1,515 875 870
5 GJTL 650 585 655 665 560
6 MASA 720 460 995 5,875 2,120
7 GDYR 1,910 2,000 1,420 1,340 1,395
8 INDS 2,220 2,300 2,000 2,390 1,945
9 LPIN 246 284 244 1,175 390
10 BRAM 6,100 10,800 5,200 12,325 8,275
11 BOLT 970 840 790 825 745
12 CARS 280 186 50 50 84
13 PRAS 177 136 122 254 152
14 SMSM 1,400 1,490 1,385 1,360 1,535

Sumber : www.Idx.co.id dan yahoo finance

Berdasarkan pergerakan harga saham penutup selama lima tahun terakhir

di empat belas perusahaan sub sektor otomotif dan komponennya yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia (BEI) mengalami perubahan signifikan atau yang biasa

disebut berfluktuasi. Dimana pada perusahaan dengan kode saham INDS, LPIN,

dan BRAM sama-sama mengalami kenaikan harga saham ditahun 2018 ke tahun

2019, lalu turun pada tahun 2020 kembali naik di tahun 2021 dan kemudian turun

kembali di tahun 2022. Kenaikan harga saham di tahun 2018 ke 2019 juga terjadi

pada perusahaan dengan kode saham GDYR dan SMSM, yang kemudian turun

ditahun 2019 sampai 2021 dan mulai meningkat Kembali di tahun 2022.

Berbanding terbalik dengan perusahaan yang mengalami kenaikan harga

saham ditahun 2019, perusahaan dengan kode saham GJTL dan MASA justru

mengalami penurunan harga saham dari tahun 2018 ke tahun 2019. Tetapi harga
saham dua perusahaan ini mulai meningkat dari tahun 2020 sampai tahun 2021

dan Kembali turun ditahun 2022. Selain itu, pada tahun 2018 sampai tahun 2020

perusahaan dengan kode saham MPMX, BOLT, dan PRAS harga sahamnya

mengalami penurunan, dan kemudian naik Kembali di tahun 2021 lalu turun

Kembali di tahun berikutnya.

Untuk empat perusahaan lainnya dengan kode saham IMAS, ASII, AUTO,

dan CARS tidak dijelaskan secara rinci. Karena mengalami perubahan harga

saham yang cenderung berbeda setiap tahunnya atau bahkan harga sahamnya tetap

dari tahun sebelumnya ke tahun berikutnya. Berdasarkan tabel diatas maka penulis

menggambarkan ilustrasi naik turunnya harga saham dari empat belas perusahaan

sub sector otomotif dan komponennya dalam bentuk line chart berikut :

Gambar 1.1
Line Chart Harga Saham Perusahaan Sub Sektor Otomotif dan
Komponennya
Tahun 2018-2022

Sumber : Data diolah oleh penulis, 2022


Gambar diatas menunjukkan bahwa adanya fluktuasi harga saham pada

perusahaan sub sector otomotif dan komponennya yang ada di Bursa Efek

Indonesia. Berdasarkan faktor-faktor yang bisa mempengaruhi harga saham, maka

penulis menggunakan empat variabel independent yaitu Return On Asset, Return

On Equity, Earning Per Share, dan Debt To Equity.

Salah satu indikator pencapaian kinerja suatu perusahaan adalah laba

(profit). Profitabilitas menunjukan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan

laba selama periode tertentu. Profitabilitas adalah hasil akhir bersih dari berbagai

kebijakan dan keputusan manajemen. Rasio ini memberikan gambaran tentang

tingkat efektifitas pengelolaan perusahaan. Profitabilitas sering digunakan untuk

mengukur efesiensi penggunaan modal dalam suatu perusahaan dengan

membandingkan antara laba dan modal yang digunakan dalam operasi.

Salah satu rasio yang umumnya digunakan sebagai pengukur kinerja

keuangan perusahaan adalah Return On Assets (ROA). Return On Asset (ROA)

adalah merupakan rasio yang menunjukan hasil (return) atas jumlah aktiva

yang digunakan dalam perusahaan atau suatu ukuran tentang aktivitas

manajemen (Kasmir, 2012). Return on Asset yang positif menunjukan bahwa

dari total aktiva yang dipergunakan untuk operasi perusahaan mampu memberikan

laba bagi perusahaan. Sebaliknya jika Return on Asset negatif menunjukan

total aktiva yang dipergunakan tidak memberikan keuntungan/rugi.

Selain dengan dengan menggunakan ROA untuk mengukur kinerja

keuangan juga dapat menggunakan Return On Equity (ROE). ROE ialah indikator

profitabilitas guna menilai keahlian perusahaan dalam hal mencapai keuntungan


dari modal yang dimilikinya sendiri (Sutrisno, 2013). Rasio ini berfungsi untuk

melihat seberapa besar tingkat efisiensi dari penggunaan modal oleh perusahaan

untuk kegiatan operasionalnya. Semakin besar presentase ROE perusahaan, maka

semakin besar pula indikator laba bersihnya. Sebaliknya, semakin rendah

presentase ROE perusahaan, mengindikasikan bahwa kinerja perusahaan menurun

dan menyebabkan berkurangnya laba bersih yang diperoleh.

Sementara itu, terdapat rasio lainnya yaitu Earning Per Share (EPS) suatu

bentuk pemberian keuntungan yang diberikan kepada pada pemegang saham dari

setiap lembar saham yang dimiliki. Earning per Share (EPS) diartikan sebagai

laba dari setiap lembar saham perusahaan. Rasio ini menunjukkan seberapa tinggi

tingkat perolehan laba perusahaan (Oktavian, 2019). Hal ini yang menarik

investor untuk membeli saham perusahaan dengan tujuan mendapatkan

keuntungan sebesar-besarnya.

Serta rasio Debt to Equity Ratio atau DER adalah rasio keuangan utama

dan digunakan untuk menilai posisi keuangan suatu perusahaan (Kasmir, 2013).

Debt to equity ratio (DER) ini rasio yang dipakai untuk mengukur utang dengan

ekuitas. Rasio ini dihitung dengan cara membandingkan antara seluruh utang,

termasuk utang lancar, dengan seluruh ekuitas perusahaan. Rasio DER dianggap

penting, baik bagi perusahaan maupun investor yang akan menanamkan

modalnya. Semakin tinggi rasio DER, maka semakin tidak menentu profitabilitas

perusahaan dan ketidakmampuan untuk memenuhi kewajiban pembayaran

hutangnya
Penulis memilih rasio ROA dan ROE sebagai faktor yang mempengaruhi

harga saham karena ROA dan ROE merupakan rasio yang mewakili

pengembalian atas seluruh aktivitas perusahaan. Sementara EPS dipilih karena

EPS menunjakan berapa rupiah laba yang diterima investor atas setiap lembar

saham. DER digunakan untuk mengetahui bagaimana komposisi utang dan

ekuitas pada suatu perusahaan. Keempat faktor tersebut diduga menjadi

pertimbangan para investor dalam membeli saham dan memiliki kemungkinan

dapat mempengaruhi harga saham.

Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mendapatkan hasil mengenai

pengaruh rasio-rasio keuangan terhadap harga saham. Menurut penelitian Natasha

Salamona Dewi dan Agus Endro Suwarno (2022) yang berjudul Pengaruh ROA,

ROE, EPS dan DER Terhadap Harga Saham Perusahaan (Studi Empiris pada

Perusahaan LQ45 yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2016-2020),

mengatakan bahwa (ROA), Earning Per Share (EPS), Debt to Equity Ratio (DER)

berpengaruh positif terhadap harga saham dan Return On Equity (ROE)

berpengaruh negatif terhadap harga saham.

Menurut penelitian Wenny Widiah Utami (2021) yang bejudul pengaruh

ROE, DER, EPS, dan PER Terhadap Harga Saham Perusahaan Telekomunikasi di

Bursa Efek Indonesia tahun 2013-2019, mengatakan bahwa Return On Equity

(ROE) berpengaruh positif signifikan terhadap harga , Debt to Equity Ratio

(DER) berpengaruh positif signifikan terhadap harga saham, dan Earning Per

Share (EPS) berpengaruh positif signifikan terhadap harga saham.


Menurut penelitiaan Muhammad Jalil (2020) yang berjudul Pengaruh EPS,

ROA, DER, dan CR Terhadap Harga Saham pada Perusahaan Makanan dan

Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia mengatakan bahwa Earning Per

Share secara parsial tidak berpengaruh terhadap harga saham pada perusahaan

makanan dan minuman yang terdaftar di BEI. Return On Asset secara parsial

berpengaruh terhadap harga saham pada perusahaan makanan dan minuman

yang terdaftar di BEI. Debt to Equity Ratio secara parsial tidak berpengaruh

terhadap harga saham pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar

di BEI.

Menurut penelitiaan yang dilakukan oleh Muhammad Fala Dika Prodi dan

Hiras Pasaribu berjudul Pengaruh EPS, ROA, dan DER Terhadap Harga Saham

menyatakan bahwa Variabel EPS (Earning Per Share) berpengaruh signifikan

terhadap harga saham. Variabel ROA (Return On Asset) berpengaruh signifikan

terhadap harga saham. Sedangkan untuk variabel DER (Debt to Equity Ratio)

tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham.

Menurut penelitiaan Yemima Youriza, Agus Wahyudi Salasa Gama, Ni

Putu Yeni Astiti (2020) berjudul Pengaruh DER, ROE dan ROA Terhadap Harga

Saham pada Perusahaan Farmasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun

2014-2018 menyatakan bahwa, Debt to Equity Ratiotidak berpengaruh

terhadap harga saham pada perusahaan farmasi di Bursa Efek Indonesia.

Return On Equity berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham

pada perusahaan farmasi di Bursa Efek Indonesia. Return On Assets tidak


berpengaruh terhadap harga saham pada perusahaan farmasi di Bursa Efek

Indonesia.

Berdasarkan latar belakang dapat dilihat peranan profitabilitas perusahaan

sangat penting terhadap harga saham untuk manarik investor menanamkan

modalnya kepada perusahaan yang bersangkutan, oleh karena itu penulis tertarik

untuk mengangkat masalah ini sebagai bahan penulisan skripsi dengan judul

“Pengaruh Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), Earning Per

Share (EPS) dan Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Harga Saham pada

Sub Sektor Otomotif dan Komponennya yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia”.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Anda mungkin juga menyukai