Anda di halaman 1dari 69

PENGARUH RATIO LIQUIDITY, PROFITABILITY, SOLVENCY AND

FIRM VALUE TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN


MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
TAHUN 2017-2021

USULAN PENELITIAN

Oleh :
Nazia Krismanita
NIM : 1.4.18.057

PROGRAM STUDI S1 MANAJEMEN


SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI
STIE ASSHOLEH
PEMALANG
2021
PENGARUH RATIO LIQUIDITY, PROFITABILITY, SOLVENCY AND
FIRM VALUE TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN
MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
TAHUN 2017-2021

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan


Jenjang Strata 1 dan Memperoleh Gelar Sarjana
Program Studi Manajemen
STIE Assholeh Pemalang

USULAN PENELITIAN

Oleh :
Nazia Krismanita
NIM : 1.4.18.057

PROGRAM STUDI S1 MANAJEMEN


SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI
STIE ASSHOLEH
PEMALANG
2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dunia otomotif di Indonesia ini semakin berkembang pesat, hal ini

ditandai dengan semakin bertambahnya kuantitas kendaraan yang dimiliki

masyarakat dari tahun ke tahun. Hal ini menunjukkan bahwa potensi pasar

otomotif di Indonesia sangat besar.

Industri otomotif merupakan industri go public yang menarik untuk

dijadikan obyek dalam penelitian ini, sebab seiring dengan berkembangnya

jaman semakin meningkatnya gaya hidup dan kebutuhan manusia yang

semakin kompleks, terutama kebutuhan kendaraan atau alat transportasi. Hal

ini akan mengakibatkan tingginya permintaan masyarakat pada produk

otomotif. Industri otomotif memiliki prospek yang sangat menguntungkan

bagi para investor dalam menginvestasikan modal yang mereka miliki dengan

menggunakan pasar modal.

Pasar modal merupakan pasar untuk berbagai instrument keuangan

jangka panjang yang dapat diperjualbelikan, baik surat utang (obligasi),

saham, reksa dana, derivatif maupun instrument lainnya. Selain itu pasar

modal dapat mendorong terciptanya alokasi dana yang efisien karena dengan

adanya pasar modal maka pihak yang kelebihan dana dapat memilih alternatif

investasi yang memberikan return paling optimal (Eduardus, 2010:26). Pasar

modal juga dikenal dengan istilah bursa efek. Demi efektivitas operasional
dan transaksi, pemerintah memutuskan untuk menggabungkan Bursa Efek

Jakarta sebagai pasar saham dengan Bursa Efek Surabaya sebagai pasar

obligasi dan derivatif menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI) atau Indonesia

Stock Exchage (IDX).

Diantara opsi investasi di pasar modal, saham adalah yang paling

popular karena dengan berinvestasi saham, investor memiliki gambaran

terhadap keuntungan yang akan dihasilkan di masa depan. Investor yang akan

melakukan kegiatan investasi harus mempertimbangkan berbagai hal dengan

melihat kinerja keuangan perusahaan, semakin tinggi harga saham, maka

semakin tinggi tingkat return saham yang didapatkan oleh pemegang saham.

Menurut Jogiyanto (2008:167) , harga saham adalah harga suatu saham

yang terjadi di pasar bursa efek pada saat tertentu yang ditentukan oleh

pelaku pasar dan ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham yang

bersangkutan di pasar modal. Pergerakan harga saham sejalan dengan kinerja

emiten (perusahaan yang mengeluarkan saham). Berikut ini merupakan data

mengenai harga saham closing price pada perusahaan otomotif dan

komponennya yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2017-2021 :


Gambar 1.
Pemkembangan Harga Saham Perusahaan Otomotif 5 Tahun Terakhir

12,000

10,000

8,000

6,000

4,000

2,000

0
AUTO ASII IMAS BRAM BOLT SMSM MASA GDYR GJTL INDS LPIN NIPS PRAS
Sumber : data yang diolah dari www.idx.co.id, (2021)

Dari Gambar di atas dapat diketahui bahwa pada Desember 2020,

sembilan saham dari tiga belas emiten otomotif yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia mengalami penurunan. Tiga saham menguat yaitu saham IMAS,

MASA dan GJTL, sedangkan satu saham stagnan yaitu saham NIPS. Saham

yang paling tertekan ialah PT Indo Kordsa Tbk (BRAM) dengan penurunan

yang sangat signifikan mencapai 108% dengan harga terakhir Rp

5.200/saham dari sebelumnya yang sempat mengalami kenaikan yang sangat

signifikan pula pada Desember 2019 mencapai 44% dengan harga Rp

10.800/saham. Sedangkan saham yang paling menguat ialah PT Multistrada

Arah Sarana Tbk (MASA) yang mengalami kenaikan 53% pada harga awal

Rp 480/saham. Dalam kondisi tersebut tiga harga saham emiten yang

bersangkutan cenderung naik. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin baik

prestasi yang dimiliki emiten, maka semakin besar keuntungan yang akan

dihasilkan. Harga saham sendiri dapat menunjukan nilai suatu perusahaan.


Menurut Hery (2017:5), nilai perusahaan (firm value) merupakan

persepsi investor terhadap tingkat keberhasilan perusahaan. Hal ini dapat

ditunjukkan melalui harga saham suatu industri, sebab harga saham dapat

menunjukkan nilai perusahaan. Semakin tinggi harga saham, maka semakin

tinggi pula nilai perusahaan yang menampilkan prospek perusahaan dimasa

mendatang. Oleh sebab itu, tujuan perusahaan untuk mengoptimalkan

kemakmuran pemegang saham dapat diwujudkan dengan mengoptimalkan

nilai perusahaan. Hal ini membuktikan bahwa penentu Price Earning Ratio

(perbandingan harga saham) adalah masalah yang penting bagi setiap

perusahaan.

Salah satu upaya untuk memprediksi harga saham dan memperoleh

informasi dapat dilihat dari laporan keuangan perusahaan yaitu dengan

melakukan analisis rasio keuangan. Rasio keuangan memiliki lima jenis yaitu

rasio likuiditas, profitabilitas, solvabilitas, aktivitas, pertumbuhan dan

penilaian. Rasio yang digunakan dalam penelitian ini yaitu rasio likuiditas,

profitabilitas, dan solvabilitas. Rasio pertama yang digunakan adalah rasio

likuiditas dengan menggunakan metode current ratio (CR). Menurut James

O. Gill (2008:11), likuiditas (liquidity) adalah kemampuan perusahaan dalam

memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Tanpa memiliki kemampuan

likuiditas, perusahaan tidak akan mampu melakukan kegiatan operasional

bisnis secara normal. Semakin tinggi nilai likuiditas perusahaan menunjukkan

kinerja yang semakin baik pula, karena perusahaan mampu membayar

kewajiban-kewajibannya.
Rasio kedua yang diduga mempengaruhi harga saham adalah

profitabilitas (profitability). Menurut Bambang Riyanto (2010:35), rasio

profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba atau

keuntungan dalam periode tertentu. Rasio yang digunakan adalah Earning

Per Share (EPS). Earning Per Share (laba per lembar saham) merupakan

rasio untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam mencapai keuntungan

bagi pemegang saham.

Rasio ketiga yang digunakan yaitu rasio solvabilitas (solvency).

Menurut Harahap (2016), rasio solvabilitas merupakan kemampuan

perusahaan dalam membayar kewajiban baik jangka panjang maupun jangka

pendek apabila perusahaan tutup atau dilikuidisi. Rasio yang digunakan

adalah Dept To Equity Ratio (DER) yang membandingkan antara total

kewajiban atau hutang dengan ekuitas. Semakin rendah rasio semakin baik

kondisi perusahaan, karena tingkat hutang terhadap modal semakin kecil.

Objek perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

perusahaan manufaktur sub sektor otomotif dan komponennya yang terdaftar

di Bursa Efek Indonesia (BEI). Perusahaan sektor otomotif dan komponen

dipilih karena di era globalisasi semakin meningkatnya gaya hidup dan

kebutuhan manusia, terutama kebutuhan kendaraan atau alat transportasi

sebagai penunjang aktivitas mereka sehari-hari. Dengan berjalannya waktu

perusahaan sektor otomotif akan terus berkembang, karena merupakan

kebutuhan tersier yang paling popular dan banyak diminati.


Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penelitian yang akan diteliti

mengenai perusahaan-perusahaan yang bergerak di sector otomotif dan

komponen yang telah tercatat di Bursa Efek Indonesia dengan judul

“Pengaruh Ratio Liqudity, Profitability, Solvency and Firm Value

Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar

Di Bursa Efek Indonesia Periode 2017-2021”.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah terdapat pengaruh yang segnifikan antara Current Ratio (CR)

terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur sub sektor otomotif

dan kompone di Bursa Efek Indonesia?

2. Apakah terdapat pengaruh yang segnifikan antara Earning Per Share

(EPS) terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur sub sektor

otomotif dan komponen di Bursa Efek Indonesia?

3. Apakah terdapat pengaruh yang segnifikan antara Dept To Equity Ratio

(DER) terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur sub sektor

otomotif dan komponen di Bursa Efek Indonesia?

4. Apakah terdapat pengaruh yang segnifikan antara Price Earning Ratio

(PER) terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur sub sektor

otomotif dan komponen di Bursa Efek Indonesia?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah:


1. Untuk mengetahui pengaruh Current Ratio (CR) terhadap harga saham

pada perusahaan sub sektor otomotif dan komponen di Bursa Efek

Indonesia tahun 2017-2021.

2. Untuk mengetahui pengaruh Earning Per Share (EPS) terhadap harga

saham pada perusahaan sub sektor otomotif dan komponen di Bursa Efek

Indonesia tahun 2017-2021.

3. Untuk mengetahui pengaruh Dept To Equity Ratio (DER) terhadap harga

saham pada perusahaan sub sektor otomotif dan komponen di Bursa Efek

Indonesia tahun 2017-2021.

4. Untuk mengetahui pengaruh Price Earning Ratio (PER) terhadap harga

saham pada perusahaan sub sektor otomotif dan komponen di Bursa Efek

Indonesia tahun 2017-2021.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi berbagai kalangan

masyarakat. Yaitu sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Bagi peneliti, yaitu menambah pengetahuan dan keterampilan dalam

melakukan analisis tentang harga saham dalam segi rasio keuangan

perusahaan dan pengetahuan mengenai pentingnya investor dalam

pengambilan keputusan sebagai langkah melakukan investasi.


b. Bagi investor, yaitu sebagai masukan bagi perusaan dalam

meningkatkan laba dan sebagai tolak ukur bagi investor dalam

melakukan investasi kepada perusahaan yang dianggap aman dan ehat.

c. Bagi kalangan almamater, yaitu sebagai bahan refensi guna penelitian

selanjutnya yang memerlukan pengembangan pengetahuan lebih

mengenai harga saham suatu perusahaan sun sektor otomotif.

d. Bagi pembaca dan penelitian selanjutnya yaitu sebagai referensi dan

informasi mengenai harga saham suatu perusahaan sub sektor otomotif.


BAB II

TELAAH PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

A. Telaah Pustaka

1. Penelitian Terdahulu

Di bawah ini merupakan penelitian terdahulu yang digunakan

sebagai referensi guna memberikan kontribusi dalam menyusun skripsi,

sehingga peneliti dapat mengetahui apa saja yang dapat mempengaruhi

variabel suatu penelitian dan dapat membantu peneliti menarik

kesimpulan atas pemecahan masalah yang ada. Penelitian-penelitian

terdahulu yang menganalisis pengaruh Ratio Liquidity, Profitability,

Solvensy And Firm Value terhadap harga saham pada Perusahaan

Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebagai berikut:

Tabel 1
Penelitian Terdahulu yang Relevan

No Judul Variabel Alat Analisis Hasil Penelitian


. Penelitian Penelitian Data
1. Pengaruh 1. Likuiditas - Uji Chow Secara parsial
Likuiditas, (X₁) - Uji Hausman current ratio
Profitabilitas, 2. Profitabilitas - Uji Asumsi (X₁)
Solvabilitas (X₂) Klasik Data berpengaruh
dan Nilai 3. Solvabilitas Panel negatif tidak
Tukar (X₃) - Uji t signifikan
Terhadap 4. Harga Saham - Uji F terhadap harga
Harga Saham (Y) saham (Y). Dept
Sub Sektor to equity ratio
Otomotif dan (X₃)
Komponen berpengaruh
Yang positif tidak
Terdaftar di signifikan
Bursa Efek terhadap harga
Indonesia saham (Y).
Periode 2014- Earning Per
2017 (Yona Share (X₂)
Yolanda berpengaruh
Pohan, positif tidak
Hendro signifikan
Sasongko, Zul terhadap harga
Azhar, 2019) saham (Y).
Jurnal Online Kemudian secara
Mahasiswa simultan current
(JOM) Bidang ratio (X₁), dept
Manajemen, to equity ratio
Universitas (X₂), dan
Pakuan earning per
share (X₃)
berpengaruh
terhadap harga
saham (Y). Hal
ini berarti
variable kinerja
keuangan
memberikan
kontribusi
69,83% terhadap
harga saham dan
sisanya 30,17%
dipengaruhi oleh
variable lain.
2. Pengaruh 1. Profitabilitas - Uji Asumsi Net Profit
Profitabilitas (X₁) Klasik Margin dan
dan Nilai 2. Nilai Regresi Price Earning
Perusahaan Perusahaan - Analisis Ratio (X₄)
Terhadap (X₄) Regresi secara simultan
Harga Saham 3. Harga Saham Linier berpengaruh
Pada (Y) Berganda positif dan
Perusahaan - Analisis signifikan
Manufaktur Statik terhadap harga
Sub Sektor Deskriptif saham (Y) dan
Otomotif yang - Uji F Price Earning
Terdaftar di - Uji t Ratio (X₄)
Bursa Efek berpengaruh
Indonesia positif dan tidak
(Amelia signifikan
Nurhani, terhadap harga
Fenty Fauziah, saham (Y), dan
2019) Borneo Net Profit
Student Margin sebagai
Research, variabel
Universitas dominan yang
Muhamadiah berpengaruh
Kalimantan terhadap harga
Timur, saham.
Samarinda
3. Pengaruh 1. Likuiditas - Analisis Rasio likuiditas
Rasio (X₁) Linier (X₁)
Likuiditas, 2. Profitabilitas Regresi berpengaruh
Aktivitas, (X₂) Berganda negatif dan
Profitabilitas 3. Harga Saham - Uji Asumsi signifikan
dan Tingkat (Y) Klasik terhadap harga
Suku Bunga - Uji F saham (Y), rasio
Terhadap - Uji t aktivitas
Harga Saham - Uji Koefesien berpengaruh
Perusahaan Determinasi positif
Otomotif (R²) signifikan
Yang terhadap
Terdaftar di harga saham,
BEI (Veranica rasio
Anisya, Imam profitabilitas
Hidayat, (X₂)
2021) Jurnal berpengaruh
Ilmu dan Riset positif
Manajemen, signifikan
Sekolah terhadap harga
Tinggi Ilmu saham (Y) dan
Ekonomi tingkat suku
Indonesia bunga
(STIESIA) berpengaruh
Surabaya negatif dan tidak
signifikan
terhadap harga
saham.
4. Pengaruh 1. Profitabilitas - Statistik Rasio
Rasio (X₂) Deskriptif profitabilitas
Profitabilitas 2. Solvabilitas - Analisis (X₂) tidak
dan DER (X₃) Regresi berpengaruh
Terhadap 3. Harga Linier terhadap harga
Harga Saham Saham (Y) Berganda saham dan Dept
Pada - Uji Asumsi To Equity Ratio
Perusahaan Klasik (DER) (X₃)
Manufaktur - Uji berpengaruh
Sub-sektor Determinasi terhadap harga
Otomotif dan - Uji t saham (Y).
Komponen - Uji F Secara simultan
(Fitriansyah rasio
Fajri, Fenty profitabilitas
Fauziah, (X₂) dan Dept
2020) Borneo To Equity Ratio
Student (DER) (X₃)
Research, berpengaruh
Universitas terhadap harga
Muhamadiah saham (Y).
Kalimantan
Timur,
Samarinda
5. Pengaruh 1. Likuidity - Uji Asumsi Variabel
Current Ratio (X₁) Klasik Current Ratio
Dan Debt To 2. Solvency - Analisis (X₁)
Equity Ratio (X₃) regresi linier berpengaruh
Terhadap 3. Harga berganda negatif dan tidak
Harga Saham Saham (Y) - Uji t signifikan
Perusahaan - Uji F terhadap
Otomotif variabel Harga
(Dian Indah Saham (Y).
Sari, 2020) Variabel Debt to
Jurnal ISSN, Equity Ratio
Universitas (X₃)
Bina Sarana berpengaruh
Informatika negatif dan tidak
signifikan
terhadap
variabel Harga
Saham (Y).
Variabel
Current Ratio
(X₁) dan Debt
to
Equity Ratio
(X₃) secara
simultan
berpengaruh
negatif dan tidak
signifikan
terhadap
variabel Harga
Saham (Y).
6. Pengaruh 1. Likuiditas - Uji Asumsi Variabel
Current Ratio (X₁) Klasik Current Ratio
(CR), Return 2. Profitabilitas - Analisis (CR) (X₁)
On Assets (X₂) Regresi secara parsial
(ROA), 3. Harga Linier berpengaruh
Earning Per Saham (Y) Berganda signifikan
Share (EPS) - Uji t terhadap
Terhadap - Uji F harga saham
Harga Saham - Koefisien (Y), Variabel
Pada Determinasi Return On Asset
Perusahaan (R²) (ROA) tidak
Manufaktur berpengaruh
Sub Sektor signifikan
Otomotif dan terhadap harga
Komponen saham, Variabel
Yang Earning Per
Terdaftar Di Share (EPS)
Bursa Efek (X₂)
Indonesia berpengaruh
Periode 2013- signifikan
2017 (Noviana terhadap harga
Ari Rahayu, saham (Y) pada
2019) Jurnal perusahaan
Manajemen manufaktur sub
Inovasi (JMI), sektor Otomotif
Universitas dan Komponen
Mercu Buana yang terdaftar di
Yogyakarta Bursa Efek
Indonesia
periode 2013-
2017. Current
Ratio (CR),
Return On
Asset (ROA),
dan Earning Per
Share (EPS)
secara simultan
berpengaruh
signifikan
terhadap harga
saham pada
perusahaan
manufaktur sub
sektor Otomotif
dan Komponen
yang terdaftar di
Bursa Efek
Indonesia
periode
2013-2017.
7. Pengaruh 1. Profitabilty - Uji Asumsi Berdasarkan
Return On (X₂) Klasik hasil pengujian
Equity, Debt 2. Solvency - Analisis memlalui uji F,
To Equity (X₃) Regresi penelitian ini
Ratio, Price 3. Firm Value Linier mampu
Earning Ratio, (X₄) Berganda membuktikan
dan Earning 4. Harga - Uji t adanya
Per Share Saham (Y) - Uji F pengaruh
Terhadap secara simultan
Harga Saham antara variabel
(Studi Pada Return on
Perusahaan Equity (ROE),
Manufaktur Debt to
Sektor Equity Ratio
Otomotif & (DER), Price
Komponen Earning
Yang Ratio (PER),
Terdaftar di dan Earning per
Bursa Efek Share
Indonesia) (I (EPS) terhadap
Dewa Made harga saham.
Arya Sanjaya, Berdasarkan
2017), Jurnal hasil pengujian
Ilmiah melalui
Mahasiswa uji T, secara
FEB, parsial Variabel
Universitas Return
Brawijaya on Equity
(ROE), Debt to
Equity
Ratio (DER),
Price Earning
Ratio
(PER), dan
Earning per
Share (EPS)
yang
berpengaruh
secara signifikan
terhadap harga
saham. Hanya
Debt to
Equity Ratio
(DER) yaang
berpengaruh
secara signifikan
negative
terhadap harga
saham. Debt to
Equity Ratio
(DER)
mempunyai
pengaruh
signifikan
negatif terhadap
harga saham.
8. Analisis Debt 1. Profitabilty - Uji Asumsi Debt to Equity
To Equity (X₂) Klasik Ratio (X₃) tidak
Ratio, Earning 2. Solvency - Analisis berpengaruh
Per Share, (X₃) Regresi signifikan
Return On 3. Firm Value Linier terhadap Harga
Assets dan (X₄) Berganda Saham (Y),
Price Earning 4. Harga - Uji t Earning per
Ratio Saham (Y) - Uji F Share (X₂)
Terhadap memberikan
Harga Saham pengaruh
(Fajar Fajrian, signifikan
Riyandi Nur terhadap Harga
Sumawidjaja, Saham (Y),
2018) Journal Return on Assets
IMAGE Riset tidak
Manajemen, memberikan
STIE pengaruh
Indonesia signifikan
Membangun, terhadap Harga
Bandung Saham, Price
Earning Ratio
(X₄) tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap Harga
Saham (Y).
Debt to Equity
Ratio, Earning
per Share,
Return on Assets
dan Price
Earning Ratio
secara simultan
berpengaruh
signifikan
terhadap Harga
Saham.
Pada penelitian ini, peneliti akan melakukan analisis terhadap

faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham dengan menggunakan

variabel independen Ratio Liquidity, Profitability, Solvency, dan Firm

Value di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan acuan pada

penelitian-penelitian terdahulu yang telah disebut di atas yang

menyatakan bahwa ada pengaruh secara signifikan variabel-variabel

tersebut di atas terhadap harga saham.

Penelitian ini memiliki persamaan dan perbedaan dengan

penelitian-penelitian terdahulu. Berikut persamaan dan perbedaan

penelitian dengan penelitian-penelitian terdahulu:

a. Persamaan

Persamaan yang ada dalam penelitian ini dan penelitian

terdahulu meliputi :

1) Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini memiliki

kesamaan dengan penelitian terdahulu diantaranya adalah:

a) Variabel Liquidity sama dengan penelitian yang dilakukan

oleh Yona Yolanda Pohan, Hendro Sasongko, Zul Azhar

(2019), Veranica Anisya, Imam Hidayat (2021), Dian Indah

Sari (2020), Noviana Ari Rahayu (2019).

b) Variabel Profitability sama dengan penelitian yang dilakukan

oleh Yona Yolanda Pohan, Hendro Sasongko, Zul Azhar

(2019), Amelia Nurhani, Fenty Fauziah (2019), Veranica


Anisya, Imam Hidayat (2021), Fitriansyah Fajri, Fenty

Fauziah (2020), Noviana Ari Rahayu (2019), I Dewa Made

Arya Sanjaya (2017), Fajar Fajrian, Riyandi Nur Sumawidjaja

(2018).

c) Variabel Solvency sama dengan penelitian yang dilakukan

oleh Yona Yolanda Pohan, Hendro Sasongko, Zul Azhar

(2019), Fitriansyah Fajri, Fenty Fauziah (2020), Dian Indah

Sari (2020), Dian Indah Sari (2020), I Dewa Made Arya

Sanjaya (2017), Fajar Fajrian, Riyandi Nur Sumawidjaja

(2018).

d) Variabel Firm Value sama dengan penelitian yang dilakukan

oleh Amelia Nurhani, Fenty Fauziah (2019), I Dewa Made

Arya Sanjaya (2017), Fajar Fajrian, Riyandi Nur Sumawidjaja

(2018).

2) Alat analisis dalam penelitian ini sama dengan yang dilakukan

penelitian terdahulu yaitu menggunakan alat analisis SPSS.

3) Objek penelitian ini sama dengan penelitian terdahulu yang

dilakukan oleh Yona Yolanda Pohan, Hendro Sasongko, Zul

Azhar (2019), Amelia Nurhani, Fenty Fauziah (2019), Veranica

Anisya, Imam Hidayat (2021), Fitriansyah Fajri, Fenty Fauziah

(2020), Dian Indah Sari (2020), Noviana Ari Rahayu (2019), I

Dewa Made Arya Sanjaya (2017) yaitu Perusahaan Manufaktur

Sub Sektor Otomotif di Bursa Efek Indonesia.


4) Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini sama dengan

penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Yona Yolanda Pohan,

Hendro Sasongko, Zul Azhar (2019), Amelia Nurhani, Fenty

Fauziah (2019), Fitriansyah Fajri, Fenty Fauziah (2020), Dian

Indah Sari (2020), Noviana Ari Rahayu (2019), I Dewa Made

Arya Sanjaya (2017), Fajar Fajrian, Riyandi Nur Sumawidjaja

(2018) yaitu menggunakan teknik purposive sampling (sampel

penilaian atau pakar).

b. Perbedaan

Perbedaan yang ada dalam penelitian ini dan penelitian

terdahulu adalah pada alat analisis yang menggunakan alat analisis

SPSS untuk menguji pengaruh langsung dan tidak langsung,

sedangkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Yona Yolanda

Pohan, Hendro Sasongko, Zul Azhar (2019) menggunakan alat

analisis Uji Chow untuk menguji hipotesis nol menggunakan model

Common Effect dan Uji Hausman untuk menguji hipotesis nol

menggunakan model Fixed Effect, Amelia Nurhani, Fenty Fauziah

(2019), Fitriansyah Fajri, Fenty Fauziah (2020) menggunakan alat

Analisis Statistik Deskriptif untuk memberikan gambaran suatu data

yang dilihat dari rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum,

minimum, sum, range, kurtosis, dan skewness (kemencengan

distribusi), Veranica Anisya, Imam Hidayat (2021), Fitriansyah Fajri,


Fenty Fauziah (2020), Noviana Ari Rahayu (2019) menggunakan alat

analisis Koefisien Determinasi (R²) untuk meneliti seberapa besar

presentase variabel-variabel indepenen dapat menjalankan variabel

dependen.

Perbedaan kedua adalah terdapat beberapa variabel penelitian

terdahulu yang tidak digunakan dalam penelitian ini diantaranya

adalah variabel variabel Nilai Tukar yang digunakan oleh Yona

Yolanda Pohan, Hendro Sasongko, Zul Azhar (2019), Rasio Aktivitas

dan Tingkat Suku Bunga yang digunakan oleh Veranica Anisya,

Imam Hidayat (2021), Return On Assets (ROA) yang digunakan oleh

Noviana Ari Rahayu (2019), Return On Equity (ROE) yang

digunakan oleh I Dewa Made Arya Sanjaya (2017), Return On Assets

(ROA) yang digunakan oleh Fajar Fajrian, Riyandi Nur Sumawidjaja

(2018).

Perbedaan ketiga terletak pada objek penelitian, penelitian ini

memilih objek penelitian Perusahaan Manufaktur Sub Sektor

Otomotif di Bursa Efek Indonesia, sedangkan penelitian terdahulu

yang dilakukan oleh Fajar Fajrian, Riyandi Nur Sumawidjaja (2018)

memilih objek penelitian Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Rokok

di Bursa Efek Indonesia.

Perbedaan keempat terletak pada jumlah populasi, jumlah

populasi dalam penelitian ini adalah 13 perusahaan, sedangkan

penelitian terdahulu yang dilakukan oleh I Dewa Made Arya Sanjaya


(2017) berjumlah 12 perusahaan, Dian Indah Sari (2020) berjumlah 4

perusahaan antara lain Astra Agro Lestari Tbk, Astra Grapia Tbk,

Astra International Tbk, Astra Otoparts Tbk, Fitriansyah Fajri, Fenty

Fauziah (2020) berjumlah 14 perusahaan, Veranica Anisya, Imam

Hidayat (2021) berjumlah 8 perusahaan, Amelia Nurhani, Fenty

Fauziah (2019) berjumlah 14 perusahaan.

Perbedaan keempat terletak pada teknik pengambilan sampel,

teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah purposive

sampling, sedangkan teknik pengambilan sampel pada penelitian

terdahulu yang dilakukan oleh Veranica Anisya, Imam Hidayat

(2021) yaitu menggunakan sampling jenuh.

2. Landasan Teori

a. Pasar Modal

Pasar modal merupakan pasar untuk berbagai instrument

keuangan jangka panjang yang dapat diperjualbelikan, baik surat

utang (obligasi), saham, reksa dana, derivatif maupun instrument

lainnya. Pasar modal juga dikenal dengan istilah bursa efek

Pasar modal terdapat berbagai jenis surat berharga. Masing-

masing surat berharga memiliki karakteristik tingkat keuntungan dan

risiko yang berbeda-beda, yaitu surat berharga yang menjanjikan

keuntungan besar namun sekaligus berisiko besar. Ada pula yang

menjanjikan keuntungan kecil dengan risiko yang kecil pula.


Umumnya semakin tinggi keuntungan yang dijanjikan semakin besar

pula risikonya. Pasar Modal memiliki ciri-ciri khusus yang

membedakannya dengan jenis pasar yang lain. Berikut karakteristik

dan perbedaan masing-masing bentuk pasar:

Tabel 1. Karakteristik Bentuk Pasar


Indikator Pasar Pasar Pasar Tenaga Pasar
Pasar Uang Modal Kerja Komoditi
Jangka Jangka Jangka Jangka Jangka
Waktu Pendek Panjang Panjang Menengah
Barang SBI, Saham, Pasar Faktor Kopi.
Dagangan SBPU Obligasi, Produksi Minyak
Reksadana, Nabati, dan
dll. hasil alam
lainnya
Hasil Bunga Dividen, Upah, Bunga Laba
Capital
Gain
Pelaksana Bank Perusahaan Penyelenggara Bursa
Indonesia Efek, Bursa Pasar Tenaga Berjangka
Efek Kerja
Peranan Piranti Alternatif Peningkatan Alternatif
Operasi Pendanaan Produksi Perdagangan
Pasar Perusahaan dan
Terbuka dan Alternatif
Alternatif Investasi
Investasi bagi
Bagi pemodal
Pemodal
Sumber: Dyah Ayu Wijayanti 2013, ‘Pengaruh Rasio Profitabilitas
Perusahaan Terhadap Harga Saham Perusahaan Manufaktur Sub-
Sektor Industri Makanan dan Minuman Yang Terdaftar di BEI’,
Ejournal Unesa, Universitas Negeri Surabaya

. Pasar modal berfungsi sebagai lembaga perantara yang

berperan penting dalam menunjang perekonomian, karena pasar

modal dapat menghubungkan pihak yang membutuhkan dana dengan

pihak yang kelebihan dana. Selain itu pasar modal dapat mendorong

terciptanya alokasi dana yang efisien karena dengan adanya pasar


modal maka pihak yang kelebihan dana dapat memilih alternatif

investasi yang memberikan return paling optimal (Eduardus,

2010:26).

b. Saham

Diantara opsi investasi di pasar modal, saham adalah yang

paling popular karena dengan berinvestasi saham, investor memiliki

gambaran terhadap keuntungan yang akan dihasilkan di masa depan. .

Saham merupakan surat bukti kepemilikan aset-aset perusahaan yang

menerbitkan saham. Dengan memiliki saham suatu perusahaan, maka

investor akan mempunyai hak terhadap pendapatan dan kekayaan

perusahaan, setelah dikurangi dengan pembayaran semua kewajiban

perusahaan (Tandelilin, 2010:18).

Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal

seseorang atau pihak (badan usaha) dalam suatu perusahaan atau

perseroan terbatas. Dengan menyertakan modal tersebut, maka pihak

tersebut memiliki klaim atas pendapatan perusahaan, klaim atas asset

perusahaan, dan berhak hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham

(RUPS). Dengan menerbitkan saham, memungkinkan perusahaan-

perusahaan yang membutuhkan pendanaan jangka panjang untuk

menjual kepentingan dalam bisnis saham.

Ada beberapa tipe saham, yaitu saham biasa dan saham

preferen. Saham preferen biasa disebut sebagai saham campuran


karena memiliki ciri-ciri hampir sama dengan saham biasa. Pada

umumnya, saham biasa hanya memiliki satu jenis, tetapi dalam

beberapa kasus terdapat lebih dari satu, tergantung dari kebutuhan

perusahaan. Saham biasa memiliki beberapa jenis, seperti kelas A,

kelas B, kelas C, dan lainnya dimana setiap kelas memiliki

keuntungan dan kerugiannya masing-masing.

1. Saham Preferen

Saham preferen memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

 Tagihan terhadap aktiva dan pendapatan memiliki

prioritas lebih tinggi dari saham biasa dalam hal

pembagian dividen.

 Dividen kumulatif, apabila belum dibayarkan dari

periode sebelumnya maka dapat dibayarkan pada periode

berjalan dan lebih dahulu dari saham biasa.

 Konvertibilitas, dapat ditukar menjadi saham biasa, bila

kesepakatan antara pemegang saham dan organisasi

penerbit terbentuk.

2. Saham Biasa

Saham biasa memiliki ciri-ciri sebagai beikut:

 Hak suara pemegang saham, dapat memilih dewan

komisaris

 Hak didahulukan, bila organisasi penerbit menerbitkan

saham baru
 Tanggung jawab terbatas, pada jumlah yang diberikan

saja.

Masyarakat dapat membeli saham biasa di bursa efek melalui

broker. Di indonesaia, pembelian saham harus dilakukan atas

kelipatan 100 lembar atau biasa disebut dengan 1 lot. Salah satu tujuan

masyarakat dalam membeli saham adalah untuk mendapatkan

keuntungan dengan cara meningkatkan nilai capital dan mendapatkan

dividen.

c. Harga Saham

Harga saham menjadi salah satu bahan pertimbangan para

investor dalam melakukan transaksi, karena harga saham dapat

mempengaruhi keuntungan dalam berinvestasi. Hal ini selaras dengan

pendapat Jogiyanto (2008:167) , bahwa harga saham adalah harga

suatu saham yang terjadi di pasar bursa efek pada saat tertentu yang

ditentukan oleh pelaku pasar dan ditentukan oleh permintaan dan

penawaran saham yang bersangkutan di pasar modal.

Menurut jogiyanto menjelaskan bahwa nilai (harga) saham

terdiri dari tiga, yaitu sebagai berikut:

1. Nilai Buku (book value)

Nilai buku merupakan nilai saham menurut pembukuan

perusahaan emiten. Yang mana nilai tersebut dipengaruhi

oleh nilai-nilai lain seperti nilai nominal (par value), agio


saham (additional paid capital), nilai modal yang disetor

(paid in capital), dan laba yang ditahan (retained

earnings).

2. Nilai Pasar (market value)

Nilai pasar merupakan harga saham yang terjadi di pasar

bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar.

Nilai pasar ini ditentukan oleh permintaan dan penawaran

saham bersangkutan di pasar bursa.

3. Nilai Intrinsik (intrinsic value)

Nilai Intrinsik (intrinsic value) disebut juga nilai

fundamental (fundamental value) yang merupakan nilai

sebenarnya dari suatu saham perusahaan.

Harga saham merupakan ukuran indeks prestasi emiten. Harga

saham berperan penting bagi perusahaan manufaktur yang go public

terutama dalam sektor otomotif dan komponen karena harga saham

dapat mencerminkan kinerja dari perusahaan.

Harga saham dapat mengalami perubahankarena adanya

pengaruh dari faktor-faktor lain. Beberapa faktor yang mempengaruhi

menurut Fahmi (2012:87) antara lain:

a. Kondisi mikro dan makro ekonomi.


b. Kebijakan perusahaan dalam memutuskan untuk ekspansi

(perluasan usaha), seperti membuka kantor cabang, kantor cabang

pembantu baik yang dibuka di domestik maupun luar negeri.

c. Pergantian direksi secara tiba-tiba.

d. Adanya direksi atau pihak komisaris perusahaan yang terlibat

tindak pidana dan kasusnya sudah masuk ke pengadilan.

e. Kinerja perusahaan yang terus mengalami penurunan dalam setiap

waktunya.

f. Resiko sistematis, yaitu suatu bentuk risiko yang terjadi secara

menyeluruh dan telah ikut menyebabkan perusahaan ikut terlibat.

Harga saham dapat ditentukan menggunakan analisis

fundamental dan analisis teknikal sebagai berikut:

1. Analisis Fundamental

Menurut (Jogiyanto, 2014:188) mengatakan bahwa analisis

fundamental merupakan analisis yang digunakan untuk

memperkirakan harga saham dengan menggunakan data

fundamental, yaitu data yang berasal dari keuangan perusahaan

(misalnya laba, dividen yang dibayar, penjualan dan lain

sebagainya).

2. Analisis Teknikal

Menurut (Jogiyanto, 2014:188) mengemukakan bahwa analisis

ini menggunakan data pasar dari saham (misalnya harga dan


volume transaksi saham) untuk menentukan nilai dari suatu

saham. Dengan metode ini ini, para analis melakukan evaluasi

saham berbasis pada data-data statistik yang dihasilkan dari

aktivitas perdagangan saham. Dengan berbagai grafik yang ada

serta pola-pola grafik yang terbentuk, analisis teknikal

memprediksi arah pergerakan saham ke depan. Para analis

teknikal mempercayai bahwa perkembangan atau kinerja saham

dan pasar dimasa lampau merupakan cerminan kinerja di masa

yang akan datang.

d. Nilai Perusahaan

Menurut Hery (2017:5), nilai perusahaan (firm value)

merupakan persepsi investor terhadap tingkat keberhasilan

perusahaan. Hal ini dapat ditunjukkan melalui harga saham suatu

industri, sebab harga saham dapat menunjukkan nilai perusahaan.

Semakin tinggi harga saham, maka semakin tinggi pula nilai

perusahaan yang menampilkan prospek perusahaan dimasa

mendatang. Oleh sebab itu, tujuan perusahaan untuk mengoptimalkan

kemakmuran pemegang saham dapat diwujudkan dengan

mengoptimalkan nilai perusahaan. Hal ini membuktikan bahwa

penentu Price Earning Ratio (perbandingan harga saham) adalah

masalah yang penting bagi setiap perusahaan.


Setiap perusahaan yang menjalankan usaha pasti memiliki nilai

yang berbeda-beda. Semakin tinggi asset yang dimiliki, perusahaan

tersebut akan dianggap potensial oleh banyak investor. Efek dari nilai

perusahaan yang tinggi itu adalah peluang mendapatkan investasi di

masa depan. Oleh sebab itu perusahaan wajib menjaga kondisinya dari

berbagai sektor. Tidak hanya sektor keuangan agar cash flow (arus

kas) tidak berantakan, perusahaan juga mampu menjaga tren potitif

sehingga skor yang dimiliki dapat bertahan dengan baik atau

meningkat.

Faktor Yang Mempengaruhi Nilai Perusahaan

Indikator nilai perusahaan ditentukan dari beberapa elemen.

Untuk mengetahui faktornya, perlu beberapa poin yang harus

diketahui sebagai berikut:

1. Price Earning Ratio (PER)

Menurut Sudana (2011:23) “PER merupakan rasio yang

digunakan untuk mengukur kemampuan laba. Semakin

tinggi PER semakin tinggi pula minat investor dalam

menanamkan modal di suatu perusahaan, sehingga harga

saham perusahaan tersebut akan meningkat”.

2. Price To Book Value (PBV)

PVB dihitung untuk mengetahui berapa perbandingan nilai

saham dan nilai buku yang dimiliki oleh perusahaan.


Semakin tinggi nilai saham yang dimiliki, skor yang

dimiliki perusahaan akan meningkat. Apabila sebaliknya,

maka investor tidak akan mau mendekat.

3. Tobin’s Q

Menurut Tobin, faktor yang mempengaruhi nilai

perusahaan terdiri dari nilai saham dan juga ekuitas itu

sendiri. Selama dua hal tersebut bisa berjalan dengan baik

dan skor yang didapatkan tinggi, maka nilai dari

perusahaan semakin diminati oleh investor.

e. Laporan Keuangan

Dalam pengertian sederhana (Kasmir, 2012:7) mangatakan

bahwa, laporan keuangan adalah laporan yang menunjukkan kondisi

keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu.

Maksud laporan keuangan yang menunjukkan kondisi keuangan

perusahaan saat ini merupakan kondisi terkini. Kondisi perusahaan

terkini adalah keadaan keuangan perusahaan pada tanggal tertentu

(untuk neraca) dan periode tertentu (untuk laporan laba rugi).

Komponen Laporan Keuangan

Secara umum, terdapat beberapa komponen yang masuk dalam

laporan keuangan perusahaan. Menurut (Hanafi dan Halim, 2007:12)

mengemukakan terdapat tiga bentuk laporan keuangan yang pokok


yang dihasilkan oleh suatu perusahaan yaitu neraca, laporan laba rugi,

dan laporan aliran kas.

f. Rasio Keuangan

Pengertian rasio keuangan menurut (Harahap, 2013:297)

adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari suatu pos

laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan

yang relevan dan signifikan. Sedangkan menurut (Munawir, 2002:25)

berpendapat bahwa, salah satu analisis yang biasa dilakukan pengguna

laporan keuangan dalam memaksimalkan manfaat laporan keuangan

adalah analisis rasio keuangan. Analisis rasio digunakan dengan cara

membandingkan suatu angka tertentu pada suatu akun terhadap angka

dari akun lainnya.

Manfaat Rasio Keuangan

Menurut (Lukman Syamsudin 2000:56) mengatakan bahwa,

analisis rasio keuangan bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan

terhadap laporan keuangan tersebut. Manfaat tersebut antara lain:

1. Bagi manajemen perusahaan. Hasil dari analisis laporan rasio

keuangan memungkinkan manajemen untuk efektifitas dan

efisiensi operasional perusahaan, profitabilitas, kondisi sumber

daya yang dimiliki perusahaan dan lain-lain.


2. Bagi para pemegang saham. Hasil dari analisis rasio keuangan

dapat menunjukkan seberapa besar profitabilitas dari perusahaan

yang menjadi obyek investasi mereka. Para pemegang saham

tentunya menginginkan profit atas modal yang telah mereka

tanamkan.

3. Bagi para pemegang saham. Hasil dari analisis rasio keuangan

dapat menunjukkan seberapa besar profitabilitas dari perusahaan

yang menjadi obyek investasi mereka. Para pemegang saham

tentunya menginginkan profit atas modal yang telah mereka

tanamkan.

4. Bagi pemerintah, masyarakat umum, tenaga kerja. Hasil analisis

rasio keuangan membantu menunjukkan kemampuan perusahaan

dalam membayar pajak, upah, kemampuan memenuhi kewajiban

sosial, tunjangan, dan lain-lain.

Jenis-Jenis Rasio Keuangan

Pada dasarnya terdapat beberapa macam rasio keuangan yang

ada di perusahaan. Menurut (Hanafi dan Halim, 2007:76)

mengemukakan kelima macam kategori tersebut adalah sebagai

berikut:

1. Rasio Likuiditas

2. Rasio Solvabilitas

3. Rasio Profitabilitas
4. Rasio Aktivitas

5. Rasio Pasar

g. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio)

Menurut James O. Gill (2008:11), likuiditas (liquidity) adalah

kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka

pendeknya. Tanpa memiliki kemampuan likuiditas, perusahaan tidak

bisa melakukan kegiatan operasional bisnis secara normal. Semakin

tinggi nilai likuiditas perusahaan, semakin baik pula kinerja

perusahaan, karena perusahaan mampu membayar kewajiban-

kewajiban jangka pendeknya.

Rasio likuiditas mengukur jumlah kas atau jumlah investasi

yang dapat dikonversikan atau diubah menjadi kas untuk membayar

pengeluaran, tagihan, dan seluruh kewajiban lainnya yang sudah jatuh

tempo.

Tujuan dan Manfaat Rasio Likuiditas

1. Mengukur seberapa mampunya perusahaan dalam membayar

hutang atau kewajiban jangka pendek.

2. Mengukur besarnya uang kas yang tersedia untuk membayar

hutang.

3. Sebagai alat perencanaan ke depan, terutama yang berkaitan

dengan kas dan hutang.


4. Melihat kelemahan perusahaan yang dapat dilihat dari aktiva

lancar dan hutang lancar.

Current Ratio (CR)

"Current ratio atau rasio lancar adalah rasio untuk mengukur

kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka

pendeknya” (James O.Gill, 2008:11)

Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan

dalam membayar hutang jangka pendek total/keseluruhan, karena

menunjukkan seberapa besar tuntutan kreditur jangka pendek yang

dapat dipenuhi oleh aktiva lancar terdiri dari kas, surat berharga,

piutang dagang, dan persediaan. CR yang rendah berarti menunjukkan

terjadinya masalah pada likuiditas. Sebaliknya suatu perusahaan yang

CR-nya terlalu tinggi juga kurang bagus, karena menunjukan

banyaknya dana yang menganggur pada akhirnya dapat mengurangi

kemampuan laba perusahaan. Rasio yang ideal ditentukan oleh

ketentuan umum dengan mempertimbangkan beberapa faktor seperti

jenis industri dan kebiasaan kredit. Sebab pengamatan terhadap tren

sangat signifikan terhadap analisis rasio, namun penilaian tehadap tren

dan CR termasuk sulit, sebab data CR dapat berubah dengan cepat

dalam waktu yang singkat.


h. Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio)

Menurut Bambang Riyanto (2010:35), rasio profitabilitas

(profitability ratio) adalah kemampuan perusahaan dalam

memperoleh laba atau keuntungan dalam periode tertentu.

Menurut James O. Gill (2008:13) menjelaskan bahwa rasio

profitabilitas mengukur dan membantu mengontrol penerimaan, serta

mengukur kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Angka

profitabilitas dinyatakan dalam angka laba sebelum atau sesudah

pajak, pendapatan per saham, laba investasi, dan laba ukuran bagi

kesehatan perusahaan. Perusahaan dituntut untuk mempertahankan

dan meningkatkan kinerjanya agar mampu bertahan dalam masa krisis

maupun persaingan yang semakin ketat. Oleh sebab itu penelitian ini

dimaksudkan untuk melihat apakah profitabilitas yang dihasilkan oleh

perusahaan otomotif yang telah terdaftar di bursa efek indonesia

sebanyak 13 perusahaan mempengaruhi tingkat saham mereka antara

tahun 2017 dan 2021.

Tujuan dan Manfaat Rasio Profitabilitas

1. Mengukur serta menghitung laba perusahaan dalam periode

tertentu.

2. Menilai perkembangan laba perusahaan.

3. Menilai seberapa besar laba bersih setelah pajak dengan modal

pribadi.
4. Menilai posisi laba perusahaan dari tahun ke tahun.

Earning Per Share (EPS)

Rasio yang digunakan pada penelitian ini adalah earning per

share (laba per lembar saham). Menurut Kasmir (2017) earning per

share adalah rasio profitabilitas yang menunjukan kemampuan

perusahaan dalam memperoleh laba dan mendistribusikan laba yang

diraih perusahaan terhadap pemegang saham. Earning per share

merupakan rasio untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam

mencapai keuntungan bagi pemegang saham. Semakin rendah tingkat

rasio menunjukkan manajemen belum kompeten dalam memuaskan

pemegang saham, semakin tinggi rasio semakin tinggi pula

kesejahteraan pemegang saham.

i. Rasio Solvabilitas (Solvency Ratio)

Menurut Harahap (2016), rasio solvabilitas merupakan

kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban baik jangka

panjang maupun jangka pendek apabila perusahaan tutup atau

dilikuidisi.

Tujuan dan Manfaat Rasio Solvabilitas

1. Mengukur sejauh mana perusahaan mampu membayar kewajiban

yang bersifat tetap seperti angsuran pinjaman termasuk bunga.


2. Mengukur besarnya aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang.

3. Menilai berapa dana pinjaman yang akan ditagih dalam waktu

dekat.

Dept To Equity Ratio (DER)

Rasio yang digunakan dalam penelitian ini adalah dept to

equity ratio (DER). Debt to equity ratio adalah rasio yang digunakan

untuk menilai utang pada perusahaan dan ekuitas rasio ini digunakan

untuk mengetahui banyaknya modal yang disediakan oleh kreditur

dengan pemilik perusahaan (Kamsir, 2014). DER dapat

membandingkan antara total kewajiban atau hutang dengan ekuitas.

Semakin rendah rasio semakin baik kondisi perusahaan, karena

semakin kecil tingkat hutang terhadap modal. Bagi kreditor semakin

tinggi rasio ini,akan semakin tinggi risiko yang ditanggung atas

kegagalan yang suatu saat dapat terjadi di perusahaan. Sedangkan bagi

perusahaan semakin ringgi rasio ini akan semakin stabil dan membaik.

B. Kerangka Pemikiran Teoritis

Harga saham (Y) di pengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya faktor

internal dan faktor eksternal perusahaan (Brigham & Houston, 2010).

1. Faktor internal, diantaranya: Pengumuman laporan keuangan

perusahaan, seperti pendugaan laba sebelum akhir tahun fiskal (jangka

waktu selama dua belas bulan berturut-turut sebagai dasar penutupan


buku) dan setelah akhir tahun fiskal, Current Ratio (CR), Earning Per

Share (EPS), Dept To Equity Ratio (DER), Price Earning Ratio (PER)

dan lain-lain.

2. Faktor eksternal, seperti pengumuman pemerintah tentang perubahan

suku bunga tabungan dan deposito kurs valuta asing, inflasi, serta

berbagai regulasi dan regulasi ekonomi lainnya.

Current ratio atau rasio lancar (X₁) adalah rasio untuk mengukur

kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya

(James O.Gill, 2008:11). CR merupakan faktor penting terhadap harga saham.

CR yang rendah biasanya dianggap menunjukkan terjadinya masalah pada

likuiditas. Sebaliknya suatu perusahaan yang CR-nya terlalu tinggi juga

kurang bagus, karena menunjukan banyaknya dana yang menganggur pada

akhirnya dapat mengurangi kemampuan laba perusahaan. Faktor berikutnya

yang mempengaruhi harga saham adalah Earning Per Share (EPS).

Earning per share (EPS) (X₂) merupakan rasio untuk mengukur

keberhasilan manajemen dalam mencapai keuntungan bagi pemegang saham.

Semakin rendah tingkat rasio menunjukkan manajemen belum berhasil dalam

memuaskan pemegang saham, semakin tinggi rasio semakin tinggi pula

kesejahteraan pemegang saham (Kasmir, 2012). Faktor berikutnya yang

mempengaruhi harga saham adalah Dept To Equity Ratio (DER).

Dept to equity ratio (DER) (X₃) yang membandingkan antara total

kewajiban atau hutang dengan ekuitas. Semakin tinggi DER semakin besar

komposisi total hutang baik jangka pendek maupun jangka panjang


dibandingkan dengan total modal sendiri, sehingga berdampak terhadap

semakin besarnya beban perusahaan terhadap pihak luar (Kasmir, 2014).

Faktor terakhir pada penelitian ini yang mempengaruhi harga saham adalah

Price Earning Ratio (PER).

Price earning ratio (PER) (X₄) merupakan rasio yang digunakan untuk

mengukur kemampuan laba. PER berkaitan erat dengan harga saham.

Semakin tinggi PER semakin tinggi pula minat investor dalam menanamkan

modal di suatu perusahaan, sehingga harga saham perusahaan tersebut akan

meningkat (Sudana 2011:23).

Berdasarkan latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan

penelitian, kajian teori dan penelitian terdahulu, maka kerangka pemikiran

teoritis dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2
Kerangka Pemikiran Teoritis

Current Ratio
(X₁)
H₁

H₅

H₂
Earning Per Harga Saham
Share (X₂) (Y)
H₃
H₆
H₄
Dept To Price
Equity Ratio H₇ Earning
(X₃) Ratio (X₄)
Keterangan :

a. Variabel Independen penelitian ini adalah Current Ratio (X₁),

Earning Per Share (X₂), Dept To Equity Ratio (X₃) dan Price

Earning Ratio (X₄).

b. Variabel Dependen penelitian ini adalah Harga Saham (Y).

Berdasarkan gambar di atas memberikan penjelasan mengenai variable

Current Ratio (X₁), Earning Per Share (X₂), Dept To Equity Ratio (X₃) dan

Price Earning Ratio (X₄) yang mempunyai pengaruh secara langsung dan

tidak langsung terhadap Harga Saham (Y). Current Ratio (X₁), Earning Per

Share (X₂), Dept To Equity Ratio (X₃) berpengaruh terhadap Price Earning

Ratio (X₄).

C. Pengembangan Hipotesis

Menurut (Sugiyono, 2009) hipotesis merupakan jawaban yang masih

bersifat sementara terhadap rumusan masalah penelitian, yang mana rumusan

masalah penelitian sudah dinyatakan dalam bentu pertanyaan. Maka hipotesis

dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada

teori.

Untuk mengetahui apakah variabel yang tertera diatas memiliki

pengaruh terhadap harga saham, maka penelitian ini mengemukakan hipotesis

sebagai berikut:

1. Pengaruh Current Ratio (CR) terhadap Harga Saham


Current ratio merupakan faktor penting terhadap harga saham dalam

mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar hutang jangka

pendek total, karena menunjukan seberapa besar tuntutan kreditur jangka

pendek yang dapat dipenuhi oleh aktiva lancar terdiri dari kas, surat

berharga, piutang dagang, dan persediaan. Menurut Sutrisno (2013) yang

menyatakan bahwa semakin tinggi CR semakin besar pula kemampuan

perusahaan untuk melunasi hutanghutangnya. Semakin tinggi CR maka

perusahaan dianggap mampu untuk melunasi kewajiban jangka

pendeknya sehingga akan menarik investor untuk membeli saham

perusahaan tersebut sehingga akan meningkatkan harga saham.

Penggunaan variabel current ratio di dasari oleh penelitian yang

dilakukan Yona Yolanda Pohan, Hendro Sasongko dan Zul Azhar (2019)

yang berjudul Pengaruh Likuiditas, Profitabilitas, Solvabilitas dan Nilai

Tukar Terhadap Harga Saham Sub Sektor Otomotif dan Komponen Yang

Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2014-2017 dan Noviana Ari

Rahayu (2019) yang berjudul Pengaruh Current Ratio (CR), Return On

Assets (ROA), Earning Per Share (EPS) Terhadap Harga Saham Pada

Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Otomotif dan Komponen Yang

Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2017, hasil penelitian

menunjukkan bahwa bahwa variabel current ratio berpengaruh positif dan

signifikan terhadap harga saham.

Berdasarkan teori dan penelitian sebelumnya, maka dirumuskan

hipotesis penelitian sebagai berikut:


H₁ : Current Ratio (CR) berpengaruh positif terhadap Harga

Saham di Bursa Efek Indonesia tahun 2017-2021

2. Pengaruh Earning Per Share (EPS) terhadap Harga Saham

Menurut Kasmir (2017) earning per share adalah rasio profitabilitas

yang menunjukan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba dan

mendistribusikan laba yang diraih perusahaan terhadap pemegang saham.

Earning per share merupakan rasio untuk mengukur keberhasilan

manajemen dalam mencapai keuntungan bagi pemegang saham. Semakin

rendah tingkat rasio menunjukkan manajemen belum kompeten dalam

memuaskan pemegang saham, semakin tinggi rasio semakin tinggi pula

kesejahteraan pemegang saham.

Penggunaan variabel earning per share di dasari oleh penelitian yang

dilakukan Yona Yolanda Pohan, Hendro Sasongko dan Zul Azhar (2019)

yang berjudul Pengaruh Likuiditas, Profitabilitas, Solvabilitas dan Nilai

Tukar Terhadap Harga Saham Sub Sektor Otomotif dan Komponen Yang

Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2014-2017, Noviana Ari

Rahayu (2019) yang berjudul Pengaruh Current Ratio (CR), Return On

Assets (ROA), Earning Per Share (EPS) Terhadap Harga Saham Pada

Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Otomotif dan Komponen Yang

Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2017, Veranica Anisya

dan Imam Hidayat (2021) yang berjudul Pengaruh Rasio Likuiditas,

Aktivitas, Profitabilitas dan Tingkat Suku Bunga Terhadap Harga Saham

Perusahaan Otomotif Yang Terdaftar di BEI, I Dewa Made Arya Sanjaya


(2017) yang berjudul Pengaruh Return On Equity, Debt To Equity Ratio,

Price Earning Ratio, dan Earning Per Share Terhadap Harga Saham

(Studi Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Otomotif & Komponen Yang

Terdaftar di Bursa Efek Indonesia), Fajar Fajrian dan Riyandi Nur

Sumawidjaja (2018) yang berjudul Analisis Debt To Equity Ratio,

Earning Per Share, Return On Assets dan Price Earning Ratio Terhadap

Harga Saham, hasil penelitian menunjukkan bahwa bahwa variabel

earning per share berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga

saham.

Berdasarkan teori dan penelitian sebelumnya, maka dirumuskan

hipotesis penelitian sebagai berikut:

H₂ : Earning Per Share (EPS) berpengaruh positif terhadap Harga

Saham di Bursa Efek Indonesia tahun 2017-2021

3. Pengaruh Dept To Equity Ratio (DER) terhadap Harga Saham

Debt to equity ratio adalah rasio yang digunakan untuk menilai

utang pada perusahaan dan ekuitas rasio ini digunakan untuk mengetahui

banyaknya modal yang disediakan oleh kreditur dengan pemilik

perusahaan (Kamsir, 2014). DER dapat membandingkan antara total

kewajiban atau hutang dengan ekuitas. Semakin rendah rasio semakin

baik kondisi perusahaan, karena semakin kecil tingkat hutang terhadap

modal. Bagi kreditor semakin tinggi rasio ini,akan semakin tinggi risiko

yang ditanggung atas kegagalan yang suatu saat dapat terjadi di


perusahaan. Sedangkan bagi perusahaan semakin ringgi rasio ini akan

semakin stabil dan membaik.

Penggunaan variabel dept to equity ratio di dasari oleh penelitian

yang dilakukan Yona Yolanda Pohan, Hendro Sasongko dan Zul Azhar

(2019) yang berjudul Pengaruh Likuiditas, Profitabilitas, Solvabilitas dan

Nilai Tukar Terhadap Harga Saham Sub Sektor Otomotif dan Komponen

Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2014-2017, Fitriansyah

Fajri dan Fenty Fauziah (2020) yang berjudul Pengaruh Rasio

Profitabilitas dan DER Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan

Manufaktur Sub-sektor Otomotif dan Komponen, I Dewa Made Arya

Sanjaya (2017) yang berjudul Pengaruh Return On Equity, Debt To

Equity Ratio, Price Earning Ratio, dan Earning Per Share Terhadap

Harga Saham (Studi Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Otomotif &

Komponen Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia), Fajar Fajrian dan

Riyandi Nur Sumawidjaja (2018) yang berjudul Analisis Debt To Equity

Ratio, Earning Per Share, Return On Assets dan Price Earning Ratio

Terhadap Harga Saham, hasil penelitian menunjukkan bahwa bahwa

variabel dept to equity ratio berpengaruh positif dan signifikan terhadap

harga saham.

Berdasarkan teori dan penelitian sebelumnya, maka dirumuskan

hipotesis penelitian sebagai berikut:

H₃ : Dept To Equity Ratio (DER) berpengaruh positif terhadap

Harga Saham di Bursa Efek Indonesia tahun 2017-2021


4. Pengaruh Price Earning Ratio (PER) terhadap Harga Saham

Price earning ratio (PER) merupakan rasio yang digunakan untuk

mengukur kemampuan laba. PER berkaitan erat dengan harga saham.

Semakin tinggi PER semakin tinggi pula minat investor dalam

menanamkan modal di suatu perusahaan, sehingga harga saham

perusahaan tersebut akan meningkat (Sudana 2011:23).

Penggunaan variabel price earning ratio di dasari oleh penelitian

yang dilakukan Amelia Nurhani dan Fenty Fauziah (2019) yang berjudul

Pengaruh Profitabilitas dan Nilai Perusahaan Terhadap Harga Saham

Pada Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Otomotif yang Terdaftar di

Bursa Efek Indonesia, I Dewa Made Arya Sanjaya (2017) yang berjudul

Pengaruh Return On Equity, Debt To Equity Ratio, Price Earning Ratio,

dan Earning Per Share Terhadap Harga Saham (Studi Pada Perusahaan

Manufaktur Sektor Otomotif & Komponen Yang Terdaftar di Bursa Efek

Indonesia), Fajar Fajrian dan Riyandi Nur Sumawidjaja (2018) yang

berjudul Analisis Debt To Equity Ratio, Earning Per Share, Return On

Assets dan Price Earning Ratio Terhadap Harga Saham, hasil penelitian

menunjukkan bahwa bahwa variabel price earning ratio berpengaruh

positif dan signifikan terhadap harga saham.

Berdasarkan teori dan penelitian sebelumnya, maka dirumuskan

hipotesis penelitian sebagai berikut:

H₄ : Price Earning Ratio (PER) berpengaruh positif terhadap

Harga Saham di Bursa Efek Indonesia tahun 2017-2021


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Sumber Data Penelitian

1. Jenis Data

Penelitian yang dilakukan ini menggunakan jenis penelitian

explanatory research. Menurut Sugiyono (2017:6) mengatakan bahwa

explanatory research merupakan metode penelitian yang bermaksud

menjelaskan kedudukan variabel-variabel yang diteliti serta perngaruh

antara satu variabel dengan variabel lainnya.

Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini

menggunakan data kuantitatif berupa laporan keuangan perusahaan

manufaktur otomotif. Pendekatan penelitian kuantitatif menurut Arikunto

(2006:12) dapat diartikan sebagai pendekatan penelitian yang banyak

menggunakan angka-angka, mulai dari mengumpulkan data, penafsiran

terhadap data yang diperoleh, serta pemaparan hasilnya.

2. Sumber Data

Sumber data yang digunakan pada penelitian ini adalah data

sekunder. Menurut Sugiyono (2012:141) mendefinisikan data sekunder

sebagai sumber data yang diperoleh dengan cara membaca, mempelajari,

memahami melalui media lain yang bersumber dari literatur, buku-buku,

serta dokumen. Data yang diperoleh dengan cara publikasi online melalui
website Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id), yahoo finance yaitu

www.finance.yahoo.com.

B. Metode Pengumpulan Data

Menurut Riduwan (2010:50) mendefinisikan metode pengumpulan data

sebagai salah satu metode yang ada di dalam pengumpulan data dengan

menggunakan teknik atau cara yang digunakan oleh para peneliti untuk

mengumpulkan data. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu

menggunakan metode dokumentasi. Metode dokumentasi merupakan metode

pengukuran data dengan menggunakan catatan dokumentasi yang dimiliki

perusahaan berupa laporan keuangan perusahaan manufaktur sub sektor

Otomotif dan Komponen periode Tahun 2017 sampai dengan Tahun 2021

dalam bentuk data Annual Report yang dikeluarkan oleh Bursa Efek

Indonesia (BEI).

C. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah sekumpulan individu dengan kualitas dan karakter

yang sudah ditetapkan oleh peneliti. Ciri, karakteristik, dan kualitas itu

yang dinamakan sebagai variabel (Nazir, 2005). Populasi yang digunakan

dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur sub sektor

Otomotif dan Komponen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada

Tahun 2017 hingga Tahun 2021 yang berjumlah 13 perusahaan. Alasan

peneliti memilih periode tahun tersebut adalah agar penelitian yang di

hasilkan bisa lebih akurat dan terbaru sesuai dengan keadaan saat ini.
Tabel 3.1. Data Perusahaan Sektor Otomotif dan Komponen yang Terdaftar
di Bursa Efek Indonesia selama periode 2017-2021

No Kode Nama Perusahaan


1 AUTO PT Astra Otoparts Tbk.
2 ASII PT Astra Internasional Tbk.
3 IMAS PT Indomobil Sukses Internasional Tbk.
4 BRAM PT Indo Kordsa Tbk.
5 BOLT PT Garuda Metalindo Tbk.
6 SMSM PT Selamat Sempurna Tbk.
7 MASA PT Multistrada Arah Sarana Tbk.
8 GDYR PT Goodyear Indonesia Tbk.
9 GJTL PT Gajah Tunggal Tbk.
10 INDS PT Indospring Tbk.
11 LPIN PT Multi Prima Sejahtera Tbk.
12 NIPS PT Nipress Tbk.
13 PRAS PT Prima Alloy Steel Unilever Tbk.
Sumber : www.idx.co.id

2. Teknik Pengambilan Sampel

Sampel merupakan himpunan bagian/subset dari suatu populasi,

sampel memberikan gambaran yang benar mengenai populasi (Gulo,

2010:78). Teknik pengambilan sampel yang akan digunakan dalam

penelitian ini yaitu mengunakan teknik purposive sampling (sampel non

acak). Purposive sampling sendiri merupakan teknik pengambilan sampel

yang didasarkan atas suatu pertimbangan, seperti ciri-ciri atau sifat-sifat

suatu populasi (Notoatmodjo, 2010).

Adapun kriteria yang digunakan sebagai sampel yaitu:

1. Perusahaan manufaktur sub sektor Otomotif dan Komponen yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2017-2021.

2. Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan yang telah diaudit

pada tahun 2017-2021.


3. Seluruh data/komponen yang diperlukan yang tertera dalam laporan

keuangan perusahaan periode 2017-2021.

4. Tersedianya data harga saham secara lengkap selama periode 2017-

2021 yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia dan yahoo finance

melalui website online.

Berdasarkan kriteria yang telah ditentukan, maka pada penelitian ini

sampel yang digunakan adalah data perusahaan manufaktur sub sektor

Otomotif dan Komponen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode

2017-2021 sebanyak 13 perusahaan.

D. Definisi Operasional Variabel

Operasional dalam variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat

atau nilai dari obyek atau kegiatan yang memiliki variasi tertentu yang telah

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik simpulannya

(Sugiyono, 2015). Sedangkan variabel merupakan sebuah konsep yang

mempunyai nilai yang bermacam-macam. Suatu konsep dapat diubah menjadi

suatu variabel dengan cara memusatkan pada aspek tertentu dari variabel itu

sendiri (F.N. Kerlinger, 2002).

Sesuai dengan definisi variabel-variabel penelitian yang telah

digambarkan dalam tinjauan pustaka, dan pengukuran variabel menurut

kaidah atau skala pengukuran yang layak diterima secara akademis, maka

definisi operasional variabel adalah sebagai berikut:


1. Variabel Dependen

Variabel dependen adalah variabel yang keberadaannya dipengaruhi

oleh variabel lain (Widiyanto, 2013). Variabel disebut dengan variabel

terikat dan disimbolkan dengan huruf Y. Variabel terikat dalam penelitian

ini adalah Harga Saham Perusahaan Manufaktur Otomotif yang Terdaftar

di Bursa Efek Indonesia. Harga saham merupakan harga suatu saham yang

dikeluarkan oleh bursa efek di Indonesia pada saat tertentu. Data tersebut

diperoleh dari website resmi www.idx.co.id dalam satuan rupiah. Data

yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data tahunan selama

periode 2017 hingga 2021 yang diambil setiap bulan Desember per

tahunnya.

2. Variabel Independen

Menurut Widiyanto (2013), bahwa variabel independen adalah

variabel yang mempengaruhi variabel lain. Variabel ini disimbolkan

dengan huruf X. Dalam penelitian ini terdapat empat variabel yang

menjadi variabel independen yaitu Liquidity (X₁), Profitability (X₂),

Solvency (X₃), dan Firm Value (X₄).

a. Liquidity

Rasio likuiditas diproksikan dengan Current Ratio (CR) atau rasio

lancar adalah rasio yang menunjukkan seberapa besar tuntutan kreditur

jangka pendek yang dapat dipenuhi oleh aktiva lancar terdiri dari kas,

surat berharga, piutang dagang, dan persediaan.


Indikator current ratio antara lain adalah sebagai berikut:

1. Menurut I Made Sudana current ratio dapat diukur dengan rumus:

2. Menurut Dwi Prastowo (2015:74) bahwa current ratio dapat diukur

dengan rumus:

3. Menurut Kasmir (2014:135) bahwa current ratio dapat diukur

dengan rumus:

Current Assets
Current Ratio = Current Liabilities X 100%

Dari rumus di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Aktiva Lancar

Menurut James (2008:5) aktiva lancar merupakan jumlah atau

total dari kas, wesel tagih, piutang dagang (dikurangi piutang ragu-

ragu), uang muka sediaan, sediaan, dan beberapa item lainnya yang

dapat dikonversikan atau diubah menjadi kas dalam waktu singkat,

biasanya kurang dari satu tahun.


2. Utang Lancar

Menurut James (2008:5) utang lancar merupakan total seluruh

uang yang dipinjam oleh perusahaan yang jatuh tempo

pembayarannya kurang dari satu tahun.

b. Profitability

Rasio profitabilitas diproksikan dengan Earning Per Share (EPS).

Menurut Kasmir (2017) earning per share adalah rasio profitabilitas

yang menunjukan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba dan

mendistribusikan laba yang diraih perusahaan terhadap pemegang

saham. Earning per share merupakan rasio untuk mengukur

keberhasilan manajemen dalam mencapai keuntungan bagi pemegang

saham. Sedangkan menurut Syamsudin (2004:136) mengatakan bahwa

secara umum para pemegang saham tertarik dengan earning per share

yang besar karena hal tersebut merupakan salah satu indikator

keberhasilan perusahaan.

Menurut Lukman Syamsudin (2004:66) menjelaskan bahwa laba

per saham (earning per share) merupakan laba bersih setelah pajak

dibagi dengan jumlah lembar saham yang beredar. Angka laba per

lembar saham didapatkan dari laporan keuangan yang disajikan oleh

perusahaan yaitu melalui neraca dan laporan laba rugi perusahaan. Oleh

karena itu earning per share dapat dirumuskan sebagai berikut:

Laba Saham
Earning Per Share=
SahamYang Beredar
c. Solvability

Rasio Solvabilitas diproksikan dengan Dept To Equity Ratio

(DER). Debt to equity ratio adalah rasio yang digunakan untuk menilai

utang pada perusahaan dan ekuitas rasio ini digunakan untuk

mengetahui banyaknya modal yang disediakan oleh kreditur dengan

pemilik perusahaan (Kamsir, 2014). DER dapat membandingkan antara

total kewajiban atau hutang dengan ekuitas.

Indikator Dept To Equity Ratio antara lain sebagai berikut:

1. Menurut Kasmir (2013:157) debt to equity ratio dapat dirumuskan

sebagai berikut:

Total Hutang (Debt)


Debt To Equity Ratio = Ekuitas (Equity) X 100%

2. Menurut Toto Prihadi (2012:264) debt to equity ratio dapat dihitung

dengan rumus:

Total Hutang
Dept ¿ Equity Ratio=
Total Modal

3. Menurut Sofyan Syafri (2013:303) debt to equity ratio dapat

dihitung dengan rumus:

Total Hutang
Dept ¿ Equity Ratio=
Total Modal
Dari indikator di atas dapat disimpulkan bahwa debt to equity

ratio digunakan untuk menghitung atau membandingkan total hutang

dengan total ekuitas/modal.

d. Firm Value

Firm value atau nilai perusahaan diproksikan dengan Price

Earning Ratio (PER). Menurut Sudana (2011:23) Price earning ratio

merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan laba.

Price earning ratio juga merupakan suatu indikator bagi investor untuk

mengetahui potensi perkembangan perusahaan dimasa mendatang. PER

lebih banyak digunakan dalam menilai perusahaan karena PER

menggambarkan indikator kepercayaan pasar terhadap prospek

perusahaan (Sartono, 1996:104). Semakin tinggi PER semakin tinggi

pula minat investor dalam menanamkan modal di suatu perusahaan,

sehingga harga saham perusahaan tersebut akan meningkat. PER dapat

dirumuskan sebagai berikut:

Harga Saham
Price Earning Ratio=
Earning Per Lembar

E. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

1. Analisis Kuantitatif

Penelitian ini digunakan untuk meneliti data yang digunakan

dalam penelitian ini menggunakan data kuantitatif/statistik berupa laporan

keuangan perusahaan manufaktur otomotif dengan tujuan sebagai


pengujian terhadap hipotesis yang telah ditetapkan. Dalam penelitian ini

penulis mencari pengaruh rasio likuditas, profitabilitas, solvabilitas dan

nilai perusahaan terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur

otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

2. Metode Analisis dan Pengujian Hipotesis

A. Uji Asumsi Klasik

Pengujian validitas dengan berbagai uji asumsi klasik sebaiknya

dilakukan terlebih dahulu sebelum melakukan pengujian analisis

regresi. Hal tersebut dilakukan supaya mendapat hasil kesimpulan yang

valid atau benar. Pengujian ini meliputi uji normalitas, uji autokorelasi,

uji heteroskedastisitas dan uji multikolinieritas. Dalam penelitian ini

teknik pengolahan data yang digunakan untuk pengujian yaitu dengan

menggunakan Statistical Package For The Social Science (SPSS).

Adapun uraian dari masing-masing uji asumsi klasik yaitu sebagai

berikut:

a. Uji Normalitas

Menurut Ghozali (2016:154) uji normalitas dilakukan untuk

menguji apakah pada suatu model regresi, suatu variabel independen

dan dependen ataupun keduanya mempunyai distribusi normal atau

tidak normal. Apabila suatu variabel tidak berdistribusi secara

normal, maka hasil uji statistik akan mengalami penurunan. Model

regresi dianggap baik apabila memiliki residual yang berdistribusi

normal atau mendekati nilai normal. Seperti halnya uji t dan uji f
mengasumsi bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Jadi

jika asumsi tersebut dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid

untuk jumlah sampel yang tergolong kecil. Ada dua cara untuk

mengetahui seberapa normal atau tidaknya residual berdistribusi

yaitu dengan cara dengan melakukan analisis grafik dan alasisis

statistic (Ghozali, 2018:161).

Uji statistik lain yang dapat digunakan untuk menguji normalitas

residual yaitu dengan menggunakan non-parametik Kolmogorov-

Smirnov (K-S). Apabila nilai signifikansi dari hasil uji Kolmogorov-

Smirnov (K-S) melebihi 0,05 maka asumsi normalitas terpenuhi.

Sedangkan cara termudah untuk melihat normalitas residual yaitu

melakukan analisis grafik dengan melihat grafik histogram yang

membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang

mendekati distribusi normal.

b. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi adalah uji antar anggota sampel yang diurutkan

berdasarkan urutan waktu. Tujuan uji autokorelasi yaitu untuk

mengetahui adakah korelasi variabel yang terdapat dalam model

prediksi dengan perubahan waktu. Menurut Ghozali (2012:110) uji

autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode-t

dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 sebelumnya.

Pengujian autokorelasi dilakukan dengan menggunakan uji durbin


watson dengan membandingkan nilai durbin watson hitung (d)

dengan nilai durbin watson tabel, yaitu batas atas (du) dan batas

bawah (dL). Kriteria pengujian ini yaitu sebagai berikut:

1. Jika 0 < d < dL, maka terjadi autokorelasi positif.

2. Jika 0 < d < du, maka tidak ada kepastian terjadi autokorelasi atau

tidak.

3. Jika d-dL < d < 4, maka terjadi autokorelasi negatif.

4. Jika 4 –du < d < 4 –dL, maka tidak ada kepastian terjadi

autokorelasi atau tidak.

5. Jika du < d < 4 –du, maka tidak terjadi autokorelasi positif

maupun negatif.

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk melakukan uji apakah

pada sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari

residual satu pengamat ke pengamat yang lain. Jika variance dari

residual atau pengamat ke pengamat lain tetap, maka disebut

homoskedastisitas dan jika berbeda ditesebut heteroskedastisitas.

Model yang baik adalah model regresi homoskedastisitas atau tidak

terjadi heteroskedastisitas karena data ini menghimpun data yang

mewakili berbagai ukutan (Ghozali, 2013:139).

Menurut Ghozali (2018:138) untuk menguji heteroskedastisitas

dapat dilakukan dengan melihat adanya pola tertentu pada grafik


scatterplot antara residual dan variabel terikat. Dasar analisisnya

yaitu sebagai berikut:

1. Apabila terdapat pola tertentu, seperti titik-titik yang membentuk

pola tertentu yang teratur yaitu bergelombang, melebar kemudian

menyempit maka dapat mengindikasikan telah terjadi

heteroskedastisitas.

2. Apabila tidak terdapat pola yang jelas serta titik-titik menyebar di

atas dan bawah angka 0 pada sumbu Y, maka terjadi

heteroskedastisitas.

d. Uji Multikolinieritas

Menurut Ghozali (2012:105) uji multikolinieritas bertujuan

untuk menguji apakah suatu model regresi terdapat korelasi antar

variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya

tidak terjadi korelasi antar independen. Adapun cara mendeteksi ada

tidaknya multikolinieritas yaitu dengan melihat angka Variance

Inflation Factor (VIF) dan tolerance. Nilai cutoff yang sering

digunakan untuk menunjukkan adanya multikolinieritas yaitu nilai

tolerance ≤ 0,10 atau sama dengan nilai VIF ≥ 0,10 (Ghozali,

2018:108).

B. Pengujian Hipotesis

a. Uji Parsial (Uji t)

Uji t merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah,

yaitu yang menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih.


Rancangan pengujian hipotesis digunakan untuk mengetahui korelasi

dari kedua variabel yang diteliti (Sugiyono, 2018:223).

Menurut Ghozali (2016) pengambilan keputusan dilakukan

dengan melihat nilai signifikansi pada tabel Coefficients. Dasar

pengujian hasil regresi dilakukan dengan tingkat kepercayaan

sebesar 95% atau dengan taraf signifikannya sebesar 5% (α = 0,05).

Adapun kriteria dari statistic t sebagai berikut:

1. Jika nilai signifikansi uji t > 0,05 maka H₀ diterima dan Ha

ditolak. Artinya tidak ada pengaruh antara variabel independen

terhadap variabel dependen.

2. Jika nilai signifikansi uji t < 0,05 maka H₀ ditolak dan Ha

diterima. Artinya terdapat pengaruh antara variabel independen

terhadap variabel dependen.

Rumus t hitung dalam analisis regresi adalah:

b
t hitung=
sb

Keterangan :

t : Signifikan

b : Koefisien regresi variable bebas

sb : Kesalahan standar koefisien regresi

b. Uji Simultan (Uji F)

Uji F digunakan untuk menguji signifikan tidaknya pengaruh

variabel bebas secara simultan terhadap variabel terikat (Kuncoro,

2009). Persentase kepercayaan yang digunakan yaitu 5%. Jika nilai F


hitung lebih besar dari F tabel, maka hipotesis alternatif yang

menyatakan bahwa seluruh variabel independen secara simultan

berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen (Gunjarati,

2001). F hitung dapat dirumuskan sebagai berikut:


2
R /k
F hitung= 2
1−R / ( n−k−1 )

Keterangan :

R² : Koefisien determinasi

n : Jumlah data atau kasus

k : Jumlah variabel independen

Dasar pengambilan keputusan yang diambil dari

alonwisuda.blogspot.com adalah sebagai berikut:

1. Jika probabilitas (signifikansi) > 0,05 (α) atau F hitung < F tabel

berarti hipotesis tidak terbukti, maka H₀ diterima sedangkan Ha

ditolak apabila dilakukan pengujian secara simultan.

2. Jika probabilitas (signifikansi) > 0,05 (α) atau F hitung < F tabel

berarti hipotesis tidak terbukti, maka H₀ ditolak sedangkan Ha

diterima apabila dilakukan pengujian secara simultan.

c. Koefisien Determinasi (R²)

Menurut Ghozali (2016), uji koefisien determinasi bertujuan

untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam

menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi

adalah antara nol dan satu. Nilai R² kecil menunjukkan bahwa


kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan

variabel dependen sangat terbatas. Klasifikasi koefisien korelasi

tanpa memperhatikan arah yaitu sebagai berikut:

1. 0 : Tidak ada korelasi

2. 0 hingga 0,49 : Korelasi lemah

3. 0,50 : Korelasi moderat

4. 0,51 hingga 0,99 : Korelasi kuat

5. 1,00 : Korelasi sempurna

Menurut Ghozali (2016) mengungkapkan bahwa apabila

terdapat penambahan variabel independen maka R² semakin

meningkat tanpa memperdulikan apakah variabel tersebut

berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Oleh sebab itu,

cara yang tepat yaitu menggunakan adjusted R². Model adjusted R²

dapat naik dan turun jika terdapat suatu variabel independen yang

ditambahkan kedalam model.

Apabila dalam uji empiris didapat nilai adjusted R² negatif,

maka nilai adjusted R² dianggap nol. Secara statistik apabila nilai R²

= 1, maka adjusted R² = R² = 1 sedangkan jika nilai R² = 0, maka

adjusted R² = (1-k)(n-k). Apabila k > 1, maka adjusted R² akan

bernilai negatif (Imam Ghozali, 2006).

C. Uji Statistik

a. Uji Regresi Linier Berganda


Menurut Umi Narimawati (2008), analisis regresi linier

berganda merupakan suatu analisis asosiasi yang digunakan secara

bersamaan untuk meneliti pengaruh dua variabel atau lebih variabel

independen terhadap satu variabel dependen dengan skala interval.

Adapun model persamaan untuk menghitung regresi linier berganda

yaitu sebagai berikut:

Y= α+b₁X₁+b₂X₂+b₃X₃+b₄X₄+bₙXₙ+e

Keterangan:

 Y : Harga Saham

 X₁ : Current Ratio (CR)

 X₂ : Earning Per Share (EPS)

 X₃ : Debt To Equity Ratio (DER)

 X₄ : Price Earning Ratio (PER)

 α : Nilai konstanta

 b (1,2,3,4) : Nilai koefisien regresi

 e : Standard Error

Menurut Rina Hayati (2020), dari rumus tersebut dapat

disimpulkan bahwa regresi linier berganda sebagai berikut:

1. Seberapa kuat hubungan antara variabel-variabel independen

dengan variabel dependen.

2. Nilai variabel dependen pada nilai variabel independen tertentu.

b. Uji Statistik Deskriptif


Analisis deskriptif merupakan analisis yang dilakukan untuk

mengetahui keberadaan variabel mandiri, naik hanya pada satu

variabel ataupun lebih tanpa membuat berbandingan variabel itu

sendiri dan mencari hubungan dengan variabel lain (Sugiyono,

2017:35). Analisis statistik deskriptif merupakan teknik analisa data

untuk menjelaskan data secara umum atau generalisasi dengan

menghitung nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata (mean),

dan standar deviasi (standart deviation) (Sugiyono, 2017:147).

c. Pengaruh Langsung, Pengaruh Tidak Langsung dan Pengaruh

Total

Analisis jalur merupakan perluasan dari analisis regresi linier

berganda, atau analisis jalur adalah penggunaan analisis regresi

untuk menaksir hubungan kausalitas antar variabel (model kasual)

yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan teori (Sugiyono,

2016). Pada saat peneliti akan melakukan analisis jalur, sebelum

melakukan sebuah penelitian baiknya peneliti membuat sebuah

diagram jalur terlebih dahulu untuk memberikan gambaran yang

lebih jelas mengenai hubungan kausal antara variabel penyebab dan

variabel terikat secara diagramatik.

Juliansyah Noor (2014:81) menyatakan bahwa diagram jalur

dapat digunakan untuk menghitung pengaruh langsung dan tidak

langsung dari variabel independen terhadap variabel dependen.


Pengaruh-pengaruh tersebut tercermin dalam koefisien jalur, dimana

secara statistik analisis jalur mengikuti mode struktural.

Gambar 3.1
Diagram Jalur

e₁ e₂
CR
ρ yx₁
r₁₂
ρ x₁x₄
ρ yx₂
r₁₃
EPS HS
ρ x₂x₄
r₂₃ ρ yx₃ ρ yx₄

DER ρ PER
x₃x₄

Keterangan :

1. Current Ratio berpengaruh langsung terhadap Harga Saham = ρ yx₁

2. Earning Per Share berpengaruh langsung terhadap Harga Saham = ρ yx₂

3. Dept To Equity Ratio berpengaruh langsung terhadap Harga Saham = ρ yx₃

4. Price Earning Ratio berpengaruh langsung terhadap Harga Saham = ρ yx₄

5. Current Ratio berpengaruh tidak langsung terhadap Harga Saham karena

melalui Price Earning Ratio terlebih dahulu = ρ x₁x₄


6. Pengaruh total = ρ yx₁ + (ρ x₁x₄. ρ yx₄)

7. Earning Per Share berpengaruh tidak langsung terhadap Harga Saham

karena melalui Price Earning Ratio terlebih dahulu = ρ x₂x₄

8. Pengaruh total = ρ yx₂ + (ρ x₂x₄. ρ yx₄)

9. Dept To Equity Ratio berpengaruh tidak langsung terhadap Harga Saham

karena melalui Price Earning Ratio terlebih dahulu = ρ x₃x₄

10. Pengaruh total = ρ yx₃ + (ρ x₃x₄. ρ yx₄)

11. Current Ratio, Earning Per Share, Dept To Equity Ratio berpengaruh

terhadap Harga Saham = (ρ yx₁) + (ρ yx₂) + (ρ yx₃)

12. Current Ratio, Earning Per Share, Dept To Equity Ratio, Price Earning

Ratio berpengaruh terhadap Harga Saham = (ρ yx₁) + (ρ yx₂) + (ρ yx₃) + (ρ

yx₄)

13. Current Ratio, Earning Per Share, Dept To Equity Ratio berpengaruh

terhadap Harga Saham melalui Price Earning Ratio = (ρ x₁x₄) + (ρ x₂x₄)

+ (ρ x₃x₄)
DAFTAR PUSTAKA

Amelia Nurhani, F. F. (2019). Pengaruh Profitabilitas dan Nilai Perusahaan


Terhadap Harga Saham. Borneo Student Research, 626-633.

Anisya, V. (2021). PENGARUH RASIO LIKUIDITAS, AKTIVITAS,


PROFITABILITAS DAN TINGKAT. Jurnal Ilmu dan Riset Manajemen,
2-20.

Badruzaman, J. (2017). PENGARUH EARNING PER SHARE TERHADAP


HARGA SAHAM. Jurnal Akuntansi (JAK), Vol. 12, No. 1, 102-109.

Bambang Mulyana, R. R. (2017). PENGARUH SOLVABILITAS,


PROFITABILITAS, UKURAN. Jurnal Ilmiah Manajemen & Bisnis,
Vol.1, No. 3, 17-30.

Dicky Ramadan, D. Y. (2020, Mei). PENGARUH NET PROFIT MARGIN DAN


EARNING PER SHARE TERHADAP HARGA SAHAM. Jurnal Ilmu
Manajemen, Vol. 3, No. 2, 177-190.

Fajar Fajrian, R. N. (2018, November). ANALISIS DEBT TO EQUITY RATIO,


EARNING PER SHARE,. Journal IMAGE, Vol. 7, No. 2, 59-68.

Fitriansyah Fajri, F. F. (2020). Pengaruh Rasio Profitabilitas dan DER Terhadap


Harga Saham Pada Perusahaan. Borneo Student Research, Vol 1, No 2,,
920-926.

Gill, J. O. (2008). Cepat & Mudah Analisis Keuangan (Financial Analysis)


(Cetakan 4 ed.). (P. Herawati, Ed., & E. Herawaty, Trans.) Victory Jaya
Abadi.

Maulana, A. K. (2016). PENGARUH CURRENT RATIO, DEBT TO EQUITY


RATIO, NET PROFIT MARGIN. Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB, Vol. 4,
No. 2.

Niki Nony Mutiarani, R. R. (2019, Agustus). PENGARUH PRICE EARNING


RATIO, PRICE TO BOOK VALUE, DAN INFLASI. Edunomika, Vol. 03,
No. 02, 433-443.

Nohita Cipta Nada, N. H. (2021). PENGARUH CURRENT RATIO DAN DEBT


TO EQUITY RATIO TERHADAP RETURN. Jurnal Akuntansi dan
Keuangan, Vol. 5, No. 2, 75-80.
Pande Widya Rahmadewi, N. A. (2018). PENGARUH EPS, PER, CR, DAN ROE
TERHADAP HARGA SAHAM DI. E-Jurnal Manajemen Unud, Vol. 7,
No. 4, 2106-2133.

RAHAYU, N. A. (2019, Oktober). PENGARUH CURRENT RATIO (CR),


RETURN ON. Jurnal Manajemen Inovasi (JMI), Vol. 10, No. 2, 50-64.

Reny Nelwan, H. S. (2020, Juni). Efek Profitabilitas Dan Solvabilitas Pada Harga
Saham Perusahaan. JSMBI ( Jurnal Sains Manajemen Dan Bisnis
Indonesia ), Vol. 10 No. 1 Juni, 10-17.

Rika Handini Putri, L. M. (2021, April). PENGARUH DER, ROE, DAN PBV
TERHADAP HARGA. Gorontalo Management Research, Vol. 4, No. 1,
45-57.

Sanjaya, I. D. (2017). PENGARUH RETURN ON EQUITY, DEBT TO EQUITY


RATIO,. Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB, Vol. 6, No. 1, 1-18.

Sari, D. I. (2020). Pengaruh Current Rasio Dan Debt To Equity Ratio Terhadap.
Jurnal Riset Akuntansi & Keuangan Dewantara (JAD), 66-77.

SELVI SEMBIRING, I. T. (2019). FAKTOR – FAKTOR YANG


MEMPENGARUHI NILAI PERUSAHAAN. JURNAL BISNIS DAN
AKUNTANSI, Vol. 21, No. 1a-2, 173-184.

Tita Dwi Suryanengsih, F. K. (2020). Pengaruh Current Ratio dan Quick Ratio
Terhadap Harga Saham pada Perusahaan Consumer Goods yang Tercatat
di BEI Periode Tahun 2013– 2017. Borneo Student Research, Vol 1, No 3,
1564-1570.

wijayanti, D. a. (2013). PENGARUH RASIO PROFITABILITAS


PERUSAHAAN TERHADAP HARGA. Jurnal Mahasiswa Unesa, 1-21.

Yona Yolanda Pohan, H. S. (2019). PENGARUH LIKUIDITAS,


PROFITABILITAS, SOLVABILITAS DAN NILAI TUKAR. Jurnal
Online Mahasiswa (JOM), Vol 4, No. 2: Edisi 2.

Yuyun Naelufar, A. W. (2021). Faktor Yang Mempengaruhi Harga Saham Pada


Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Otomotif. Jurnal Akuntansi dan Pajak
(JAP), Vol. 22, No. 1.

www.idx.co.id

www.finance.yahoo.com

Anda mungkin juga menyukai