Anda di halaman 1dari 16

PENGARUH KEBIJAKAN DIVIDEN DAN PROFITABILITAS TERHADAP HARGA

SAHAM PADA PERUSAHAAN SEKTOR PERTAMBANGAN


YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)
PERIODE 2012-2017
Sindi Maysandi1, Ketut Sunarta2, dan May Mulyaningsih3
1
Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Pakuan, Bogor
2
Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Pakuan, Bogor
3
Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Pakuan, Bogor

E-mail: sindimaysandi18@gmail.com

ABSTRAK

Perusahaan yang menginginkan hasil maksimal atas penjualan saham hendaknya menunjukan kinerja yang
baik guna menarik minat investor untuk menanamkan modalnya. harga saham yang tinggi merupakan cerminan dari
tingkat kemakmuran bagi pemegang saham, hal tersebut menunjukan bahwa kemakmuran pemegang saham akan
meningkat jika harga saham yang dimiliknya meningkat. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) untuk menganalisis
pengaruh kebijakan dividen terhadap harga saham pada perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) periode 2012-2017 (2) untuk menganalisis pengaruh profitabilitas terhadap harga saham pada
perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2012-2017. (3) Untuk
menganalisis pengaruh kebijakan dividen dan profitabilitas secara bersama-sama terhadap harga saham pada
perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di BEI periode 2012-2017. Data diuji dengan menggunakan SPPS
versi 23 dengan menggunakan uji asumsi klasik, uji regresi linear berganda, dan uji hipotesis.
Berdasarkan hasil pengujian secara parsial menunjukan bahwa kebijakan dividen dengan indikator Dividend Payout
Ratio (DPR) tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Dan profitabilitas dengan indikator Return on Asset
(ROA) berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Hasil pengujian secara simultan menunjukan bahwa variabel
kebijakan dividen dengan indikator Dividend Payout Ratio (DPR) dan variabel profitabilitas dengan indikator Return
on Asset (ROA) secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap harga saham pada perusahaan sektor
pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2012-2017.

Kata kunci: Dividend Payout Ratio, Return on Assets, dan Harga Saham.

ABSTRACT

Companies that want maximum results on stock sales should show good performance in order to attract investors to
invest their capital. a high stock price is a reflection of the level of prosperity for shareholders, it shows that
shareholder prosperity will increase if the price of shares owned increases. The purpose of this study is (1) to analyze
the effect of dividend policy on stock prices in mining sector companies listed on the Indonesia Stock Exchange
(IDX) for the period 2012-2017 (2) to analyze the effect of profitability on stock prices in mining companies listed in
Indonesia Stock Exchange (IDX) for the period 2012-2017. (3) To analyze the effect of dividend policy and
profitability together on stock prices in mining sector companies listed on the Stock Exchange for the period 2012-
2017. The data were tested using SPPS version 23 by using the classic assumption test, multiple linear regression
test, and hypothesis testing. Based on the results of the partial test shows that the dividend policy with the Dividend
Payout Ratio (DPR) indicator has no significant effect on stock prices. And profitability with indicators of Return on
Assets (ROA) has a significant effect on stock prices. Simultaneous testing results show that dividend policy
variables with Dividend Payout Ratio (DPR) indicators and profitability variables with indicators of Return on
Assets (ROA) together have a significant effect on stock prices in mining sector companies listed on the Indonesia
Stock Exchange (IDX) the period 2012-2017.

Keywords: Dividend Payout Ratio, Return on Assets, and Stock Prices.


PENDAHULUAN sektor pertambangan paling kuat sepanjang tahun
2018, prospeknya dinilai tidak begitu cemerlang hingga
Bisnis merupakan hal yang penting di era akhir tahun. Pasar keuangan akan didominasi sentimen
globalisasi ini. Tanpa adanya bisnis suatu negara tidak eksternal. "Kalau pertambangan, masih seputar harga
akan berkembang dan maju, karena dari suatu bisnis komoditas. Saya sedikit pesimistis karena kabarnya tahun
itulah suatu negara dapat maju dan dikenal oleh lalu China sempat tidak ingin menggunakan batubara
negara lain. Majunya perkembangan bisnis dilihat dari sebagai energi listrik," jelas Okky kepada Kontan.co.id,
bagaimana perkembangan bisnis tersebut dari awal Rabu (6 Juni 2018). Sebagaimana diketahui, pemerintah
berdiri sampai berjalannya bisnis tersebut. China berencana untuk menekan tingkat polusi di Negeri
Perkembangan teknologi, informasi dan komunikasi Tirai Bambu tersebut. Salah satu jalan yang dipilih adalah
serta perkembangan ilmu pengetahuan juga menekan penggunaan energi batubara yang ditargetkan
merupakan salah satu faktor berkembangnya dunia turun 9%. Dengan begitu, hal ini bisa berdampak pada
bisnis. Suatu bisnis memiliki tujuan tertentu, salah produsen batubara Indonesia yang mengekspor ke China
satunya adalah untuk mencapai profit atau sebagai konsumen terbesar batubara terbesar di dunia
keuntungan. Perusahaan berlomba-lomba untuk (kontan.co.id, 2018).
mencapai tujuan mereka yaitu menghasilkan profit Kebijakan perusahaan membagikan dividen kepada
yang maksimum guna memenuhi perkembangan para investor adalah kebijakan yang sangat penting.
bisnisnya dan juga tanggung jawabnya kepada para Kebijakan pembagian dividen (dividend policy) tidak saja
investor (sindonews.com, 2018) membagikan keuntungan yang diperoleh perusahaan
Salah satu sektor industri yang terdapat di kepada para investor tetapi harus selalu diikuti dengan
Indonesia adalah industri pertambangan. Industri pertimbangan adanya kesempatan investasi kembali
pertambangan merupakan salah satu sektor yang (reinvestment). Menurut Rodoni dan Ali (2014:116), ada
punya sumbangsih besar bagi Indonesia mulai dari dua asumsi yang mendasari kebijakan dividen, antara lain:
peningkatakan pendapatan ekspor, pembangunan 1. Kebijakan dividen pada perusahaan yang tidak sedang
daerah, peningkatan aktivitas ekonomi, pembukaan tumbuh (a low investment rate plan). Pada
lapangan kerja dan sumber pemasukan terhadap perusahaan-perusahaan yang termasuk kategori ini
anggaran daerah. Sektor pertambangan merupakan mampu membayarkan dividen lebih tinggi pada awal
salah satu pilar pembangunan ekonomi nasional dan periode, tetapi pertumbuhan dividen pada tahun-tahun
menjadi salah satu industri strategis yang punya berikutnya lebih rendah.
peranan penting bagi Indonesia (sindonews.com, 2. Kebijakan dividen pada perusahaan yang sedang
2018). tumbuh (a high reinvestment rate plan). Perusahaan-
Harga komoditas Sumber Daya Alam (SDA) perusahaan yang sedang tumbuh akan memberikan
yang kuat dan kembalinya minat investor atas industri dividen relative rendah awalnya. Hal ini dikarenakan
pertambangan telah memacu nilai pasar perusahaan adanya rencana reinvestasi dari sebagian laba yang
pertambangan. Walaupun tingkat keuntungan diberoleh untuk membiayai aktivitas ekspansi
perusahaan tambang Indonesia lebih rendah (reinvestment). Sehingga pada tahun-tahun berikutnya
dibandingkan dengan rata-rata global karena kenaikan akan mampu menghasilkan tingkat pertumbuhan
yang tinggi yang dinikmati pemain global. Namun dividen yang lebih tinggi.
tingkat pengembalian atas invesasi tambang di Menurut Halim (2015:135), kebijakan dividen
Indonesia masih kuat. Guna menjamin kelangsungan adalah “penentuan berapa besarnya laba yang diperoleh
investasi di sektor pertambangan, investasi dalam suatu periode akan dibagikan kepada pemegang
membutuhkan jaminan kelangsungan investasi jangka saham dalam bentuk dividen dan ditahan dalam bentuk
panjang. Menurut ketua umum Indonesia mining laba ditahan.” Harmono (2014:12), mendefinisikan bahwa
institute Hendra Sinandia industri pertambangan “Kebijakan dividen adalah persentase laba yang
dikenal memiliki karakteristik yang unik dan berbeda dibayarkan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen
dibanding industri lainnya. Industri pertambangan tunai, penjagaan stabilitas dividen dari waktu ke waktu,
umumnya bersifat investasi jangka panjang dan padat pembagian dividen saham, dan pembelian kembali saham”
modal (sindonews.com, 2018). Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa
Sektor pertambangan tercatat sebagai salah satu kebijakan dividen merupakan penentuan besarnya laba
sektor terkuat sepanjang tahun 2018, prospek saham yang akan dibagikan kepada para pemegang saham secara
sektor pertambangan ke depan masih meragukan. persentase dalam bentuk dividen tunai, atau laba tersebut
Ditambah lagi, pasar keuangan juga masih bergejolak dapat ditahan dalam bentuk laba ditahan.
sepanjang tahun 2018. Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG) terkoreksi hingga 4,5% sejak awal tahun
hingga hari Rabu 6 Juni 2018. Analis Erdikha Elit
Sekuritas yaitu Okky Jonathan menilai meskipun
Telaah Teori dan Literatur meramalkan suatu penghasilan yang baik di masa
mendatang. Sebaliknya suatu penurunan dividen atau
Teori Kebijakan Dividen kenaikan dividen yang di bawah normal (biasanya)
diyakini investor sebagai pertanda (signal) bahwa
Menurut Sjahril (2010:311) ada beberapa teori perusahaan menghadapi masa sulit di masa mendatang.
kebijakan dividen yaitu: 5. Teori “Clientele Effect”
1. Teori “Dividen Tidak Relevan” dari Modligliani Kelompok (clientele) pemegang saham yang
dan Miller. berbeda akan memiliki preferensi yang berbeda
Asumsi-asumsi pendapat ini lemah karena terhadap kebijakan dividen perusahaan. Kelompok
pasar modal sempurna dimana semua investor pemegang saham yang membutuhkan penghasilan pada
adalah rasional. Prakteknya sulit ditemui pasar saat ini lebih menyukai suatu dividend payout yang
modal yang sempurna, tidak ada biaya emisi saham tinggi. Sebaliknya kelompok pemegang saham yang
baru, kenyataannya biaya emisi saham baru tidak begitu membutuhkan uang saat ini lebih senang
(flotation cost) itu pasti ada, tidak ada pajak, jika perusahaan menahan sebagian laba bersih
kenyataannya pajak pasti ada, kebijakan investasi perusahaan. Jika ada perbedaan pajak bagi individu
perusahaan pasti berubah, beberapa ahli menentang (misalnya orang lanjut usia dikenakan pajak lebih
bahwa adanya biaya emisi saham baru akan ringan) karena dapat menunda pajak. Kelompok ini
mempengaruhi nilai perusahaan. Perusahaan lebih lebih senang jika perusahaan membagi dividen yang
suka menggunakan laba ditahan daripada lebih kecil. Maka kelompok pemegang saham yang
menerbitkan saham baru. Ada kemungkinan laba dikenakan pajak tinggi lebih menyukai capital gains
ditahan tidak cukup besar sehingga perusahaan demikian pula sebaliknya.
harus menerbitkan saham baru. Semakin target
besar laba ditahan semakin kecil perusahaan Indikator Kebijakan Dividen
menerbitkan saham baru.
2. Teori “The Bird In The Hand” Rasio Pembayaran Dividen/Dividend Payout Ratio)
Gordon dan Lintner menyatakan bahwa merupakan rasio yang mengukur perbandingan dividen
biaya modal sendiri perusahaan akan naik jika terhadap laba perusahaan. Menurut Hery (2015:170):
DPR (Dividend Payout Ratio) rendah karena “Dividend Payout Ratio (DPR) merupakan rasio yang
investor lebih suka menerima dividen menunjukkan hasil perbandingan antara dividen tunai per
dibandingkan capital gain karena dividend yield lembar saham dengan laba per lembar saham yang
lebih pasti. Menurut Modligliani dan Miller dialokasikan dalam bentuk dividen. (DPR) dapat dijadikan
pendapat Gordon dan Lintner merupakan suatu proksi dalam menetapkan kebijakan dividen perusahaan,
kesalahan, karena akhirnya investor akan kembali yaitu suatu pengambilan keputusan perusahaan mengenai
menginvestasikan dividen yang mereka terima besarnya dividen tunai yang dibagikan kepada para
pada perusahaan yang sama atau perusahaan yang pemegang saham”.
memiliki risiko yang hampir sama. Sedangkan menurut Sudana (2011,24) “Dividend
Payout Ratio (DPR) merupakan rasio yang mengukur
3. Teori Perbedaan Pajak berapa besar bagian laba bersih setelah pajak yang
Teori ini diajukan oleh Litzenberger dan dibayarkan sebagai dividen kepada pemegang saham.
Ramaswamy karena adanya pajak terhadap Semakin besar DPR berarti semakin sedikit bagian laba
dividend dan capital gains. Para investor lebih yang ditahan untuk membelanjai investasi yang dilakukan
menyukai capital gains karena dapat menunda perusahaan”.
pembayaran pajak. Maka investor mensyaratkan
bahwa suatu tingkat keuntungan yang lebih tinggi (DPR) = Dividend Per Share (DPS)
pada saham yang memberikan dividend yield
tinggi, capital gains rendah daripada dividend yield Earning Per Share (EPS)
rendah capital gains tinggi. Jika pajak atas dividen
> pajak atas capital gains, perbedaan ini semakin Rasio Profitabilitas
terasa.
4. Teori “Signalling Hypothesis” Rasio profitablitas dapat digunakan untuk
Bukti empiris menyebutkan bahwa jika ada mengetahui tingkat laba perusahaan. Rasio profitabilitas
kenaikan dividen, sering diikuti dengan kenaikan merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan
harga saham demikian pula sebaliknya. Menurut dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan
Modligliani dan Miller kenaikan dividen biasanya ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan.
merupakan suatu “signal (tanda)” kepada para Kasmir (2010:196) menyatakan bahwa “Penggunaaan
investor bahwa manajemen perusahaan rasio profitabilitas dapat dilakukan dengan menggunakan
perbandingan antara berbagai komponen yang ada di pengembalian keuntungan sesuai dengan yang diharapkan
laporan keuangan, terutama laporan keuangan neraca dan investasi tersebut sebenarnya sama dengan asset
dan laporan laba rugi. Pengukuran dapat dilakukan perusahaan yang ditanamkan atau ditempatkan.
untuk beberapa periode operasi. Tujuannya adalah Dapat disimpulkan bahwa rasio ini digunakan untuk
agar terlihat perkembangan perusahaan dalam rentang mengukur kemampuan manajemen perusahaan dalam
waktu tertentu, baik penurunan atau kenaikan, memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan.
sekaligus mencari penyebab perubahan tersebut” Dengan kata lain, semakin tinggi rasio ini maka semakin
Menurut Sudana (2011:22) “rasio profitabilitas baik produktivitas asset dalam memperoleh keuntungan
merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur bersih. Hal ini selanjutnya akan meningkatkan daya tarik
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari perusahaan dan menjadikan perusahaan tersebut semakin
aktivitas normal bisnisnya.” Sedangkan menurut diminati oleh investor, karena tingkat pengembalian akan
Wahyudiono (2014:81) “rasio profitabilitas disebut semakin besar. Rasio ini akan berpengaruh terhadap laba
juga dengan rasio efisensi. Rasio ini digunakan untuk per lembar saham.
mengukur efisiensi penggunaan aktiva perusahaan. Adapun rumus untuk menghitung Return on Assets
Selain itu, digunakan untuk mengaitkan dengan (ROA) menurut Sudana (2011:22) adalah sebagai berikut:
penjualan yang berhasil diciptakan. Ada perusahaan
yang mengambil keuntungan relatif cukup tinggi dan ROA = Earning After Taxes (EAT)
ada pula yang relatif cukup rendah.”
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan Total Assets
bahwa rasio profitabilitas merupakan rasio untuk
menilai kemampuan perusahaan dalam mencari Harga Saham
keuntungan yang digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan, rasio profitabilitas dapat Perusahaan yang menginginkan hasil maksimal atas
disebut dengan rasio efesiensi yang digunakan utuk penjualan saham hendaknya menunjukkan kinerja
mengukur efisiensi penggunaan aktiva perusahaan. yang baik guna menarik minat investor untuk
menanamkan modalnya. Menurut Brigham dan
Definisi Return on Assets (ROA) Houston (2010:150) harga saham yang tinggi
merupakan cerminan dari tingkat kemakmuran bagi
Salah satu rasio profitabilitas adalah Return on pemegang saham, hal tersebut menunjukkan bahwa
Assets (ROA). Rasio ini memberikan indikasi kemakmuran pemegang saham akan meningkat jika
seberapa efisien suatu perusahaan dalam harga saham yang dimiliknya meningkat. Hal itu
menggunakan total asset mereka untuk menghasilkan sejalan dengan tujuan pemegang saham melakukan
laba. Semakin besar rasio ini maka perusahaan lebih investasi yaitu untuk memperoleh tingkat return yang
efisien dalam penggunaan asset. Sangat penting untuk tinggi sehingga dapat memaksimumkan kesejahteraan
mengambil rata-rata total asset karena asset cenderung mereka.
sering berubah setiap periodenya. Dalam melakukan investasi pada pasar modal,
Hasil pengembalian atas asset (Return on khususnya saham, perubahan harga pasar menjadi
Asset) merupakan rasio yang menunjukan seberapa perhatian penting bagi para investor, selain kondisi
besar kontribusi asset dalam menciptakan laba bersih. emiten dan keadaan perekonomiannya. Harga saham
Dengan kata lain, rasio ini digunakan untuk mengukur yang digunakan dalam melakukan transaksi di pasar
seberapa besar jumlah laba bersih yang akan modal merupakan harga yang terbentuk dari
dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam mekanisme pasar tairu permintaan dan penawaran
dalam total aset. (Hery, 2015:193). pasar.
Dwi prastowo (2014:91) mendefinisikan Return “Harga saham merupakan harga yang terjadi di bursa
on Asset (ROA) sebagai berikut : Return on Asset pada waktu tertentu. Harga saham bisa berubah naik
merupakan rasio untuk mengukur kemampuan atau pun turun dalam hitungan waktu yang begitu
perusahaan dalam memanfaatkan aktivanya untuk cepat. Hal tersebut dimungkinkan karena tergantung
memperoleh laba. Rasio ini mengukur tingkat dengan permintaan dan penawaran antara pembeli
pengembalian investasi yang telah dilakukan oleh saham dengan penjual saham.” (Darmadji dan
perusahaan dengan menggunakan seluruh dana Fakhrudin, 2012:102). Sedangkan menurut Jogiyanto
(aktiva) yang dimilikinya. (2010:8) “harga saham adalah harga yang terjadi di
Menurut Irham Fahmi (2014:137) menjelaskan pasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh
Return on Asset sebagai berikut : Return on Asset pelaku pasar dan ditentukan oleh permintaan dan
(ROA) sering juga disebut sebagai Return on penawaran saham yang bersangkutan di pasar modal”.
Investment, karena ROA ini melihat sejauh mana
investasi yang telah ditanamkan mampu memebrikan
Pengaruh Kebijakan Dividen (DPR) terhadap Harga Saham. Berdasarkan hasil penelitian tersebut
Harga Saham diperoleh hipotesis sebagai berikut:
H2 : Profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap Harga
Menurut Sudana (2011:24) “Dividend Payout Saham pada perusahaan sektor pertambangan
Ratio (DPR) merupakan rasio yang mengukur berapa yang terdaftar di BEI periode 2012-2017.
besar bagian laba bersih setelah pajak yang dibayarkan
sebagai dividen kepada pemegang saham. Semakin Pengaruh Kebijakan Dividen (DPR) dan Profitabilitas
besar DPR berarti semakin sedikit bagian laba yang (ROA) terhadap Harga Saham
ditahan untuk membelanjai investasi yang dilakukan
perusahaan”. Terdapat beberapa pendapat tentang Menurut Sartono (2015) harga saham adalah nilai
pengaruh kebijakan dividen terhadap harga saham. sekarang atau present value dari aliran kas yang
Salah satunya adalah pendapat yang disebut signaling diharapkan diterima. Harga saham biasanya berfluktuasi
hipotesis yang menyatakan kenaikan dividen biasanya mengikuti kekuatan permintaan dan penawaran. Fluktuasi
merupakan suatu “signal (tanda)” kepada para investor harga saham mencerminkan seberapa besar minat investor
bahwa manajemen perusahaan meramalkan suatu terhadap harga saham suatu perusahaan. Salah satu faktor
penghasilan yang baik di masa mendatang. Sebaliknya yang menjadi pertimbangan para investor untuk
suatu penurunan dividen atau kenaikan dividen yang menanamkan modalnya, khususnya di bursa efek adalah
di bawah normal (biasanya) diyakini investor sebagai kondisi fundamental emiten. Menurut Purnomo (2018)
pertanda (signal) bahwa perusahaan menghadapi masa faktor fundamental adalah faktor yang berkaitan langsung
sulit di masa mendatang. Hal tersebut sesuai dengan dengan kinerja emiten itu sendiri. Semakin baik kinerja
penelitian yang dilakukan oleh Istanti (2013), Fitriah emiten maka semakin baik pengaruhnya terhadap
dan Sudirjo (2016), Zurriah, Adel, dan Fatahurrazak kenaikan harga saham. Untuk mengetahui kondisi emiten
(2017) Musiana (2017), dan Putri dan Purnamasari dalam posisi baik atau buruk bisa diukur dari bagaimana
(2018) menyatakan bahwa Kebijakan Dividen secara perusahaan mampu memaksimalkan kinerja keuangan
parsial berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham. mereka dengan menghasilkan profitabilitas yang tinggi
Tetapi berbeda dengan hasil penelitian Fernandus dan juga dapat memberikan dividen yang tinggi kepada
(2015), Neville (2016), Pratiwi (2017), dan Dewi para investor yang dapat membuat investor menilai saham
(2017) yang menyatakan Kebijakan Dividen tidak dengan baik. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang
berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham. dilakukan oleh Asep Alipudin dan Resi Oktaviani (2016),
Berdasarkan hasil penelitian tersebut diperoleh Octaviani dan Komalasari (2017), Zurriah, Adel, dan
hipotesis sebagai berikut: Fatahurrazak (2017), Egi Prayoga (2017), Robi Perez
H1 : Kebijakan Dividen berpengaruh signifikan (2017), Arisiya (2017), dan Dewi (2017) menyatakan
terhadap Harga Saham pada perusahaan bahwa kebijakan dividen dan profitabilitas secara
sektor pertambangan yang terdaftar di BEI bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap harga
periode 2012-2017. saham. Berdasarkan hasil penelitian tersebut diperoleh
hipotesis sebagai berikut:
Pengaruh Profitabilitas (ROA) terhadap Harga H3 : Kebijakan Dividen dan Profitabilitas secara
Saham bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap
Harga Saham pada perusahaan sektor
Semakin tinggi ROA maka semakin tinggi pertambangan yang terdaftar di BEI periode
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan 2012-2017.
keuntungan dan akan membuat profitabilitas
perusahaan tinggi. Profitabilitas yang tinggi akan Berdasarkan pemikiran tersebut, maka kerangka
memberikan sinyal yang positif bagi para investor berpikir dalam penelitian ini dapat dikemukakan bahwa
bahwa perusahaan berada dalam kondisi yang Harga Saham (Y) dipengaruhi oleh Kebijakan Dividen
menguntungkan. Para investor akan menghargai (X1) dan Profitabilitas (X2). Dibawah ini merupakan
saham dengan baik dan membuat permintaan saham konstelasi pemikiran yang menunjukkan hubungan antara
tinggi. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang variabel yang diteliti yaitu variabel X1 dan X2 terhadap Y.
dilakukan oleh Fitriah dan Sudirjo (2016), Octaviani
dan Komalasari (2017), Perez (2017), Arisiya (2017)
menyatakan bahwa Profitabilitas secara parsial
berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham. Tetapi
berbeda dengan hasil penelitian Putri (2015), Alipudin
dan Oktaviani (2016) dan Eggi Prayoga (2017) yang
menyatakan Profitabilitas tidak berpengaruh terhadap
analisis yang digunakan adalah unit analisis organization,
Kebijakan Dividen yaitu penelitian suatu organisasi atau perusahaan, sehingga
Dividend Payout Ratio (DPR) data dalam penelitian ini berasal dari laporan keungan
(X1) Harga tahunan perusahaan. Untuk mendapatkan data yang
Saham memadai, lokasi penelitian yang dipilih untuk memperoleh
Profitabilitas (Y) data yang diperlukan dalam penelitian ini yaitu perusahaan
Return on Assets (ROA)
pertambangan yang terdaftar di BEI. Lokasi BEI sendiri
(X2)
yang terletak di jalan Jendral Sudirman Kavling 52-53
Jakarta Selatan 12190.

Jenis dan Sumber Data Penelitian


Gambar 2.1
Konstelasi Penelitian Jenis data yang diteliti adalah data kuantitatif yaitu
jenis data mengenai jumlah, tingkat, perbandingan,
Hipotesis Penelitian volume dalam bentuk data numeric (angka) dan bisa
diukur serta dihitung melalui pengukuran variabel dan
Berdasarkan perumusan identifikasi masalah, indikator penelitian. Sumber data yang digunakan dalam
tujuan penelitian dan landasan teori yang penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder
dikemukakan sebelumnya, maka hipotesis dalam (secondary data) merupakan data yang diperoleh peneliti
penelitian ini adalah: secara tidak langsung, tetapi diperoleh dari penyediaan
H1 : Kebijakan Dividen berpengaruh signifikan data. Jadi peneliti untuk mendapatkan data dan informasi
terhadap Harga Saham pada perusahaan diperoleh melalui Bursa Efek Indonesia (BEI) yaitu
sektor pertambangan yang terdaftar di BEI www.idx.co.id dan situs resmi masing-masing perusahaan.
periode 2012-2017.
H2 : Profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap Operasionalisasi Variabel
Harga Saham pada perusahaan sektor
pertambangan yang terdaftar di BEI periode Untuk memudahkan proses analisis, maka terlebih
2012-2017. dahulu penulis mengkalisfikasikan variabel-variabel
H3 : Kebijakan Dividen dan Profitabilitas secara penelitian ke dalam dua kelompok, yaitu sebagai berikut:
bersama-sama berpengaruh signifikan 1. Variabel Independen (Variabel Tidak Terikat/Bebas)
terhadap Harga Saham pada perusahaan sektor Variabel independen adalah variabel yang
pertambangan yang terdaftar di BEI periode mempengaruhi terhadap variabel dependen. Dalam
2012-2017. penelitian ini yang menjadi variabel independen
adalah Kebijakan Dividen dengan indikator Dividend
Jenis Penelitian Payout Ratio (DPR) dan Profitabilitas dengan
Jenis atau bentuk yang digunakan dalam indikator Return on Assets (ROA).
penelitian ini adalah jenis penelitian verifikatif dengan 2. Variabel Dependen (Variabel Terikat/Tidak Bebas)
metode penelitian explanatory survey. Metode Variabel dependen adalah variabel yang dapat
explanatory survey yaitu bertujuan untuk menguji dipengaruhi oleh variabel independen. Dalam
hipotesis dalam menjelaskan fenomena atau penelitian ini yang menjadi variabel dependen adalah
kesenjangan dalam bentuk hubungan antara dua Harga Saham pada perusahaan sektor pertambangan
variabel atau lebih. Penelitian verifikatif kali ini yang terdaftar di BEI.
mengenai “Pengaruh Kebijakan Dividen dan
Profitabilitas Terhadap Harga Saham pada Perusahaan
Sektor Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) periode 2012-2017”.

Objek, Unit Analisis, dan Lokasi Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah variabel-


variabel yang meliputi Dividend Payout Ratio (DPR),
dan Return on Assets (ROA) serta pengaruhnya
terhadap harga saham. Untuk memperoleh data dan
informasi yang diperlukan maka penulis melakukan
penelitian atas variabel-variabel tersebut pada
perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI. Unit
Tabel 3.1 2. Perusahaan pertambangan yang membagikan dividen
Operasionalisasi Variabel secara rutin selama tahun 2012 sampai dengan tahun
Pengaruh Kebijakan Dividen dan Profitabilitas 2017.
Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Sektor 3. Perusahaan pertambangan yang tidak mengalami
Pertambangan Yang Terdaftar Di Bursa Efe Indonesia kerugian selama tahun 2012 sampai dengan tahun
(BEI) Periode 2012-2017 2017.
4. Perusahaan pertambangan menggunakan mata uang
No Variabel Ukuran rupiah dalam laporan keuangannya selama tahun 2012
Skala
1 Kebijakan sampai dengan tahun 2017.
Dividen Rasio 5. Data yang tersedia lengkap (data secara keseluruhan
Dividend Per Share (DPS) tersedia pada publikasi periode 2012-2017), baik data
DPR = yang diperlukan untuk menghitung DPR, ROA, dan
Earning Per Share (EPS) Harga Saham.
Tabel 3.3
2 Daftar Empat Sampel Perusahaan Pertambangan
Profitabilitas Rasio No Kode Nama Perusahaan Tanggal
Perusahaan Listing di
Earning After Taxes BEI
ROA = 1 PTBA PT. Tambang Batu 23
Total Asset Bara Bukit Asam Desember
(persero) Tbk 2002
2 RUIS PT. Radiant Utama 12 Juli 2006
3 Harga Interinsco Tbk
Saham 3 TINS PT. Timah (persero) 19 Oktober
Rasio Tbk 1995
Harga Saham pada Periode Akhir
4 ELSA PT. ELNUSA Tbk 06 Februari
Tahun
2008
( Closing Price )
3.3 Metode Pengumpulan Data
Berdasarkan metode sampling di atas, maka data
yang terpilih dikumpulkan melalui metode pengumpulan
Metode Penarikan Sampel
data sekunder. Data diperoleh dari homepage Bursa Efek
Indonesia (BEI) yaitu http://www.idx.co.id dilakukan
Dalam penelitian ini populasi yang diambil
untuk mengakses dan mengunduh laporan keuangan
adalah semua perusahaan pertambangan yang terdaftar
perusahaan pertambangan yang telah dipublikasikan
di BEI periode 2012-2017 yaitu sebanyak 41
selama periode penelitian tahun 2012-2017.
perusahaan. Sampel dalam penelitian ini diambil
dengan metode purposive sampling, artinya
Metode Pengolahan/Analisis Data
pengambilan sampel yang didasarkan atas
pertimbangan-pertimbangan tertentu dari peneliti. Data yang telah dikumpulkan mengenai semua
Dalam penelitian ini sampel yang diambil adalah 4 variabel penelitian kemudian diolah atau dianalisis dengan
perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI analisis regresi linear berganda dengan bantuan Software
dengan kriteria sebagai berikut: Statistical Product and Service Solution (SPSS) untuk
1. Perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa mempermudah pengolahan data. Selanjutnya dilakukan
Efek Indonesia selama enam tahun penelitian beberapa uji asumsi klasik. Tetapi sebelumnya dilakukan
yaitu tahun 2012-2017. analisis statistik deskriptif terlebih dahulu.
Hasil dan Pembahasan

Uji Asumsi Klasik

Tabel 4.6
Hasil Uji Kolmogrov-smirnov Test
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized
Residual
N 24
a,b
Normal Parameters Mean .0000000
Std. Deviation 716.68047870
Most Extreme Differences Absolute .134
Positive .134
Negative -.083
Test Statistic .134
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.
Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan SPSS 23, Tahun 2019

Berdasarkan tabel 4.6 di atas menunjukkan memenuhi asumsi normalitas atau dapat dibuktikan dengan
bahwa nilai signifikansi yang diperoleh yaitu 0,200. gambar berikut ini
Karena nilai signifikansi yang dihasilkan berada di
atas 0,05, maka nilai residual tersebut telah normal.
Sehingga model penelitian dinyatakan telah

Gambar 4.4
Hasil Uji Normalitas Histogram-Harga Saham
dan Normal Probalility Plot-Harga Saham
Pada Histogram tersebut, data distribusi Kedua hal ini menunjukkan bahwa harga saham atau
nilai residu (error) menunjukkan distribusi normal. model regresinya memenuhi asumsi normalitas, atau
Pada normal probalility plot terlihat titik-titik residu dari model dapat dianggap berdistribusi secara
menyebar di sekitar garis diagonal (normal) serta normal.
penyebarannya mengikuti garis diagonal (normal).
Uji Multikolinearitas
Tabel 4.7.
Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Standardize
Unstandardized d Collinearity
Coefficients Coefficients Statistics
Std.
Model B Error Beta t Sig. Tolerance VIF
1 (Constan
1752.843 287.012 6.107 .000
t)
DPR -4.747 3.806 -.219 -1.247 .226 .994 1.006
ROA -82.534 26.981 -.538 -3.059 .006 .994 1.006
a. Dependent Variable: HS
Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan SPSS 23, Tahun 2019

Dari output pada tabel 4.7 di atas, dapat tolerance variabel dependent berada > 0,10 dan nilai
diketahui bahwa nilai tolerance kedua variabel VIF semua variable independent < 10. Maka dapat
yaitu DPR dan ROA memiliki nilai tolerance disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah
0,994 dan nilai VIF kedua variabel yaitu DPR dan multikolinearitas pada model regresi.
ROA memiliki nilai VIF 1,006. Semua nilai

Uji Heteroskedastisitas
Tabel 4.8
Uji Heteroskedastisitas
Correlations
Unstandardi
zed
DPR ROA Residual
Spearman' DPR Correlation
1.000 .409* .177
s rho Coefficient
Sig. (2-tailed) . .047 .407
N 24 24 24
ROA Correlation *
.409 1.000 -.086
Coefficient
Sig. (2-tailed) .047 . .689
N 24 24 24
Unstandardized Residual Correlation
.177 -.086 1.000
Coefficient
Sig. (2-tailed) .407 .689 .
N 24 24 24
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan SPSS 23, Tahun 2019

Dari tabel 4.8 di atas, dapat diketahui korelasi bahwa pada model regresi tidak ditemukan adanya
antara DPR dan ROA dengan Unstandardized Residual masalah heteroskedastisitas.
yang menghasilkan nilai signifikansi masing-masing Berikut ini adalah uji heterokedastisitas terkait dengan
sebesar 0,407 dan 0,689. Karena nilai signifikansi harga saham sebagai variabel dependen:
korelasi lebih besar dari 0.05, maka dapat disimpulkan
Sumber: Hasil pengolahan data dengan SPSS 23, Tahun 2019
Gambar 4.5
Hasil Uji Heteroskedastisitas

Grafik scatterplot pada gambar di atas pada grafik. Titik pada grafik menyebar yang
memperlihatkan bahwa tidak terdapat pola tertentu bermakna bahwa tidak terjadi
heteroskedastisitas dalam data yang digunakan dalam
penelitian ini.

Uji Autokorelasi
Tabel 4.10
Uji Autokorelasi
Runs Test
Unstandardize
d Residual
a
Test Value -171.85905
Cases < Test Value 12
Cases >= Test Value 12
Total Cases 24
Number of Runs 8
Z -1.878
Asymp. Sig. (2-
.060
tailed)
a. Median
Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan SPSS 23, Tahun 2019

Berdasarkan tabel 4.10 di atas diketahui bahwa cukup random sehingga tidak terdapat masalah
hasil Runs Test menunjukkan nilai Asymp. Sig. autokorelasi.
(2-tailed) > 0,05 yang berarti data yang digunakan
Analisis Regresi Linier Berganda
Tabel 4.11
Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients Collinearity Statistics
Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF
1 (Constant) 1752.843 287.012 6.107 .000
DPR -4.747 3.806 -.219 -1.247 .226 .994 1.006
ROA -82.534 26.981 -.538 -3.059 .006 .994 1.006
a. Dependent Variable: HS
Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan SPSS 23, Tahun 2019
Y = a + b1.X1 + b2.X2
Berdasarkan hasil analisis di atas, maka dapat dibuat
Y= 1752,843 + (-4,747) DPR + (-82,534) ROA
model persamaan regresi linear berganda sebagai
Keterangan :
berikut:
Y = Harga Saham
X1 = Dividend Payout Ratio (DPR) Koefisien bertanda negatif, hal ini menunjukan
X2 = Return on Asset (ROA) bahwa DPR berhubungan negatif dengan harga
a = Nilai Konstanta saham pada perusahaan sektor pertambangan yang
b1 = Koefisien regresi variabel Dividend terdaftar di BEI. Dari koefisien DPR tersebut maka
Payout Ratio (DPR) dapat disimpulkan bahwa jika DPR bernilai
b2 = Koefisien regresi variabel Return on Asset negatif maka haga saham pun akan naik.
(ROA) 3. Koefisien Regresi Variabel Return on Asset (ROA)
Interpretasi dari persamaan model regresi linier Nilai koefisien regresi variabel ROA (b2) bernilai
berganda di atas adalah sebagai berikut: negatif, yaitu sebesar (-82,534). Hal ini
menunjukkan bahwa setiap peningkatan ROA
1. Konstanta
sebesar satu satuan, maka harga saham juga akan
Nilai konstanta (a) adalah 1752,843. Artinya, jika
meningkat sebesar (-82,534) dengan asumsi bahwa
variabel independen yaitu DPR dan ROA nilainya
variabel independen lainnya dalam model regresi
adalah nol, maka nilai variabel dependen yaitu
ini nilainya tetap.
harga saham nilainya positif yaitu sebesar
Koefisien ROA bertanda negatif. Hal ini
1752,843
menunjukkan bahwa ROA berhubungan negatif
2. Koefisien Regresi Variabel Dividend Payout Ratio
dengan harga saham pada perusahaan sektor
(DPR)
pertambangan yang terdaftar di BEI. Dari koefisien
Nilai koefisien regresi variabel DPR (b1) bernilai
ROA tersebut maka dapat disimpulkan bahwa jika
negatif, yaitu sebesar (-4,747). Hal ini menunjukan
ROA bernilai negatif maka harga saham pun akan
bahwa setiap peningkatan DPR sebesar satu satuan,
naik.
maka harga saham juga akan meningkat sebesar (-
4,747) dengan asumsi bahwa variabel independen
lainnya dalam model regresi ini nilainya tetap.
Uji Hipotesis
Tabel 4.12
Hasil Uji Koefisien Regresi Secara Parsial (Uji t)
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 1752.843 287.012 6.107 .000
DPR -4.747 3.806 -.219 -1.247 .226
ROA -82.534 26.981 -.538 -3.059 .006
a. Dependent Variable: HS
Sumber: Hasil pengolahan data dengan SPSS 23, Tahun 2019
Analisis uji t berdasarkan Tabel 4.12 di atas adalah b. Return on Asset (X2) terhadap Harga Saham
sebagai berikut: (Y)
a. Dividend Payout Ratio (X1) terhadap Harga Berdasarkan signifikasi, jika signifikansi < 0,05
Saham (Y) maka Ho ditolak dan Ha diterima, dan jika
Berdasarkan signifikasi, jika signifikansi < 0,05 signifikansi > 0,05 maka Ho diterima dan Ha
maka Ho ditolak dan Ha diterima, dan jika ditolak. Pada tabel di atas terlihat bahwa
signifikansi > 0,05 maka Ho diterima dan Ha signifikansi yang dihasilkan yaitu 0,006 dan
ditolak. Pada tabel di atas terlihat bahwa thitung = -3,059. Karena signifikansi pada uji t
signifikansi yang dihasilkan yaitu 0,226 dan kurang dari 0,05 (0,006 < 0,05) dimana nilai
thitung = -1,247. Karena signifikasi pada uji t (thitung > ttabel) (3,059 > 1,71088) maka Ho
lebih dari 0,05 (0,226 > 0,05) dimana nilai ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian
(thitung < ttabel) (1,247 < 1,71088) maka Ho dapat disimpulkan bahwa secara parsial
diterima dan Ha ditolak. Dengan demikian Profitabilitas (ROA) berpengaruh signifikan
dapat disimpulkan bahwa secara parsial terhadap harga saham.
Kebijakan Dividen (DPR) tidak berpengaruh
signifikan terhadap harga saham.
Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Tabel 4.13
Hasil Uji Koefisien Secara Simultan (uji F)
ANOVAa
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 6497746.062 2 3248873.031 5.775 .010b
Residual 11813510.897 21 562548.138
Total 18311256.958 23
a. Dependent Variable: HS
b. Predictors: (Constant), ROA, DPR
Sumber: Hasil pengolahan data dengan SPSS 23, Tahun 2019
Berdasarkan Tabel ANOVA di atas dapat dilihat Fhitung lebih besar dari pada Ftabel (5,775 > 3,47) dan
bahwa secara simultan variabel independen F hitung nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 (0,010 < 0,05)
sebesar 5,775 dengan signifikansi 0,010. Sedangkan uji maka Ho ditolak dan Ha diterima. Dapat disimpulakan
Ftabel di dapat dari statistic dengan tingkat signifikansi bahwa semua variabel independen Kebijakan Dividen
0,05 dengan df 1 (Jumlah variabel - 1) atau 3 - 1 = 2 dan (DPR) dan Profitabilitas (ROA) secara bersama-sama
df 2 (n-k-1) atau 24 - 2 - 1 = 21 (n adalah jumlah kasus berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen
dan k adalah jumlah variabel independen), hasil yang (harga saham).
diperoleh untuk Ftabel adalah sebesar 3,47. Karena nilai

Analisis Koefisien Determinasi (R2 )


Tabel 4.14
Hasil Uji Model Summary
Model Summaryb
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate
1 .596a .355 .293 750.03209
a. Predictors: (Constant), ROA, DPR
b. Dependent Variable: HS
Sumber: Hasil pengolahan data dengan SPSS 23, Tahun 2019
Hasil tabel di atas menjelaskan tentang dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak
ringkasan model, yang terdiri dari hasil nilai dimasukkan dalam model penelitian ini.
korelasi berganda (R), koefisien determinasi (R c. Adjusted R Square, adalah R Square yang
Square), koefisien determinasi yang disesuaikan telah disesuaikan, nilai sebesar 0,293 ini juga
(adjusted R Square) dan ukuran kesalahan prediksi menunjukkan sumbangan pengaruh variabel
(Std Error of the Estimate), antara lain: independen terhadap variabel dependen,
a. R menunjukkan nilai korelasi berganda, yaitu adjusted R Square biasanya untuk mengukur
korelasi antara dua atau lebih variabel sumbangan pengaruh jika dalam regresi
independen terhadap variabel dependen. Nilai menggunakan lebih dari dua variabel
R berkisar antara 0 sampai 1, jika mendeteksi independen.
1 maka hubungan semakin lemah. Angka R d. Standard Error of the Estimate, adalah
yang didapat yaitu 0,596, artinya korelasi ukuran kesalahan prediksi, nilai Standard
antara variabel DPR dan ROA terhadap Error of the Estimate dalam penelitian ini
harga saham sebesar 0,596. Hal ini berarti sebesar 750,03209 yang merupakan kesalahan
terjadi hubungan yang sangat erat karena nilai yang dapat terjadi dalam memprediksi harga
mendekati satu. saham.
b. R Square (R2) atau kuadrat dari R, yaitu
menunjukkan koefisien determinasi. Angka Pengaruh Kebijakan Dividen (DPR) Terhadap
ini akan diubah ke bentuk persen, yang Harga Saham
artinya presentase sumbangan pengaruh
variabel independen terhadap variabel Pada tahun 2014 dan 2016 mengalami
dependen, nilai R2 sebesar 35,5% artinya penurunan DPR tetapi Harga Saham di tahun tersebut
presentase sumbangan pengaruh variabel mengalami kenaikan. Hal ini tidak sejalan dengan teori
DPR dan ROA terhadap harga saham sebesar yang menyatakan bahwa apabila DPR mengalami
35,5% sedangkan sisanya sebesar 64,5% kenaikan maka akan menyebabkan harga saham
mengalami kenaikan. Begitupun sebaliknya apabila Pengaruh Profitabilitas (ROA) Terhadap Harga
DPR mengalami penurunan maka akan menyebabkan Saham
harga saham mengalami penurunan. Menurut Sudana Pada tahun 2016 mengalami penurunan ROA
(2011:24) “Dividend Payout Ratio (DPR) merupakan tetapi Harga Saham di tahun tersebut mengalami
rasio yang mengukur berapa besar bagian laba bersih kenaikan. Begitupun pada tahun 2017 mengalami
setelah pajak yang dibayarkan sebagai dividen kepada kenaikan ROA tetapi Harga Saham di tahun tersebut
pemegang saham. Semakin besar DPR berarti semakin mengalami penurunan. Hal ini tidak sejalan dengan teori
sedikit bagian laba yang ditahan untuk membelanjai yang menyatakan bahwa apabila ROA mengalami
investasi yang dilakukan perusahaan”. kenaikan maka akan menyebabkan harga saham
Berdasarkan hasil pengolahan data uji t dengan mengalami kenaikan. Begitupun sebaliknya apabila
menggunakan program SPSS versi 23 dapat dilihat pada ROA mengalami penurunan maka akan menyebabkan
tabel 4.12 diatas, variabel kebijakan dividen dengan harga saham mengalami penurunan. Menurut Dwi
indikator Dividend Payout Ratio (DPR) memiliki nilai prastowo (2014:91) Return on Asset (ROA) merupakan
signifikansi sebesar 0,226 lebih besar dari 0,05 (0,226 > rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
0,05) dan thitung sebesar -1,247 dimana nilai thitung < ttabel memanfaatkan aktivanya untuk memperoleh laba. Rasio
(1,247 < 1,71088). Ketentuan pengambilan keputusan ini mengukur tingkat pengembalian investasi yang telah
hipotesis diterima atau ditolak didasarkan pada besarnya dilakukan oleh perusahaan dengan menggunakan
nilai signifikansi. Jika signifikansi < 0,05 maka hipotesis seluruh dana (aktiva) yang dimilikinya.
diterima, jika signifikansi > 0,05 maka hipotesis ditolak. Berdasarkan hasil pengolahan data uji t dengan
Hasil penelitian diperoleh nilai signifikansi sebesar menggunakan program SPSS versi 23 dapat dilihat pada
(0,226 > 0,05) yang berarti H1 ditolak. Dengan demikian tabel 4.12 diatas, variabel profitabilitas dengan indikator
dapat disimpulkan bahwa secara parsial kebijakan Return on Asset (ROA) memiliki nilai signifikansi
dividen (DPR) tidak berpengaruh signifikan terhadap sebesar 0,006 lebih besar dari 0,05 (0,006 < 0,05) dan
harga saham pada perusahaan sektor pertambangan yang thitung sebesar -3,059 dimana nilai thitung > ttabel (3,059 >
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2012- 1,71088). Ketentuan pengambilan keputusan hipotesis
2017. Hal tersebut tidak sejalan dengan teori Signalling diterima atau ditolak didasarkan pada besarnya nilai
Hypothesis yang diungkap oleh Modligliani dan Miller signifikansi. Jika signifikansi < 0,05 maka hipotesis
kenaikan dividen biasanya merupakan suatu “signal diterima, jika signifikansi > 0,05 maka hipotesis ditolak.
(tanda)” kepada para investor bahwa manajemen Hasil penelitian diperoleh nilai signifikansi sebesar
perusahaan meramalkan suatu penghasilan yang baik di (0,006 < 0,05) yang berarti H2 diterima. Dengan
masa mendatang. Pada akhirnya dividen tidak demikian dapat disimpulkan bahwa secara parsial
memberikan sinyal atau informasi kepada investor untuk profitabilitas (ROA) berpengaruh signifikan terhadap
menanamkan modalnya dalam bentuk saham. Dividen harga saham pada perusahaan sektor pertambangan yang
tidak mengandung signal dikarenakan nilai dividen pada terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2012-
sektor pertambangan tidak stabil, yang artinya 2017. Dengan profitabilitas ROA berpengaruh secara
perusahaan tidak dapat memaksimalkan kinerja signifikan terhadap harga saham, maka hal ini akan
keuangan mereka sehingga investor tidak tertarik untuk menjelaskan bahwa tingkat profitabilitas yang besar
menginvestasikan dananya di perusahaan tersebut. menjadi pertimbangan atau persepsi mendasar bagi
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian investor. ROA yang meningkat menunjukan bahwa
yang dilakukan oleh Fernandus (2015), Neville (2016), kinerja manajemen meningkat dalam mengelola sumber
Pratiwi (2017), dan Dewi (2017) yang menyatakan dana secara efektif untuk menghasilkan laba bersih yang
bahwa kebijakan dividen secara parsial tidak pada akhirnya hal tersebut menjadi perhatian utama bagi
berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham. Namun para pemegang saham.
tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian
Istanti (2013), Fitriah dan Sudirjo (2016), Zurriah, Adel, yang dilakukan oleh Fitriah dan Sudirjo (2016), Perez
dan Fatahurrazak (2017), Musiana (2017), dan Putri dan (2017), Octaviani dan Komalasari (2017), dan Arisiya
Purnamasari (2018) menyatakan bahwa kebijakan (2017) menyatakan bahwa profitabilitas secara parsial
dividen secara parsial berpengaruh signifikan terhadap berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham. Namun
Harga Saham. tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa hasil Putri (2015), Alipudin dan Oktaviani (2016) dan Eggi
penelitian ini tidak sesuai dengan H1 yang menyatakan Prayoga (2017) yang menyatakan bahwa profitabilitas
bahwa kebijakan dividen berpengaruh signifikan tidak berpengaruh terhadap Harga Saham.
terhadap harga saham, maka dari itu H1 ditolak. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa hasil
penelitian ini sesuai dengan H2 yang menyatakan bahwa
profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap harga
saham, maka dari itu H2 diterima.
Pengaruh Kebijakan Dividen (DPR) dan Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian
Profitabilitas (ROA) Terhadap Harga Saham yang dilakukan oleh Asep Alipudin dan Resi Oktaviani
(2016), Octaviani dan Komalasari (2017), Zurriah, Adel,
Pada tahun 2014 dan 2017 mengalami penurunan dan Fatahurrazak (2017), Egi Prayoga (2017), Robi
DPR tetapi Harga Saham di tahun tersebut mengalami Perez (2017), Arisiya (2017), dan Dewi (2017)
kenaikan. Hal ini tidak sejalan dengan teori yang menyatakan bahwa kebijakan dividen dan profitabilitas
menyatakan bahwa apabila DPR mengalami kenaikan secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap
maka akan menyebabkan harga saham mengalami harga saham.
kenaikan. Begitupun sebaliknya apabila DPR Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa hasil
mengalami penurunan maka akan menyebabkan harga penelitian ini sesuai dengan H3 yang menyatakan bahwa
saham mengalami penurunan. Pada tahun 2016 kebijakan dividen dan profitabilitas secara bersama-
mengalami penurunan ROA tetapi Harga Saham di sama berpengaruh signifikan terhadap harga saham,
tahun tersebut mengalami kenaikan. Begitupun pada maka dari itu H3 diterima.
tahun 2017 mengalami kenaikan ROA tetapi Harga
Saham di tahun tersebut mengalami penurunan. Hal ini Penutup
tidak sejalan dengan teori yang menyatakan bahwa
apabila ROA mengalami kenaikan maka akan Simpulan
menyebabkan harga saham mengalami kenaikan.
Menurut Sudana (2011:24) “Dividend Payout Ratio Berdasarkan hasil penelitian yang berjudul
(DPR) merupakan rasio yang mengukur berapa besar “Pengaruh Kebijakan Dividen dan Profitabilitas
bagian laba bersih setelah pajak yang dibayarkan Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Sektor
sebagai dividen kepada pemegang saham. Semakin Pertambangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
besar DPR berarti semakin sedikit bagian laba yang (BEI) Periode 2012 - 2017” dan pembahasan yang
ditahan untuk membelanjai investasi yang dilakukan dilakukan oleh penulis, maka dapat diambil kesimpulan
perusahaan”. Menurut Dwi prastowo (2014:91) Return sebagai berikut:
on Asset (ROA) merupakan rasio untuk mengukur
1. Hasil pengujian secara parsial dengan uji t
kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan aktivanya
menunjukan bahwa variabel kebijakan dividen
untuk memperoleh laba. Rasio ini mengukur tingkat
dengan indikator Dividend Payout ratio (DPR) tidak
pengembalian investasi yang telah dilakukan oleh
berpengaruh signifikan terhadap harga saham, hal ini
perusahaan dengan menggunakan seluruh dana (aktiva)
dibuktikan dengan pengujian statistik dimana thitung <
yang dimilikinya.
ttabel dengan signifikansi lebih besar dari 0,05. Jadi
Berdasarkan hasil pengolahan data uji F dengan
dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian ini tidak
menggunakan program SPSS versi 23 dapat dilihat pada
sesuai dengan H1 yang menyatakan bahwa kebijakan
tabel 4.13 diatas, variabel kebijakan dividen dengan
dividen berpengaruh signifikan terhadap harga
indikator Dividend Payout Ratio (DPR) dan
saham, maka dari itu H1 ditolak.
profitabilitas dengan indikator Return on Asset (ROA)
2. Hasil pengujian secara parsial dengan uji t
memiliki nilai signifikansi lenih kecil dari 0,05 (0,010 <
menunjukan bahwa variabel profitabilitas dengan
0,05) dan diperoleh nilai Ftabel sebesar 3,47 maka nilai
indikator Return on Asset (ROA) berpengaruh
Fhitung lebih besar dari pada Ftabel (5,775 > 3,47) yang
signifikan terhadap harga saham, hal ini dibuktikan
berarti H3 diterima. Dapat disimpulkan bahwa kebijakan
dengan pengujian statistik dimana thitung > ttabel
dividen (DPR) dan profitabilitas (ROA) secara bersama-
dengan signifikansi lebih kecil dari 0,05. Jadi dapat
sama berpengaruh signifikan terhadap harga saham pada
disimpulkan bahwa hasil penelitian ini sesuai dengan
perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa
H2 yang menyatakan bahwa profitabilitas
Efek Indonesia (BEI) periode 2012-2017. Artinya
berpengaruh signifikan terhadap harga saham, maka
apabila Dividend Payout Ratio (DPR) dan Return on
dari itu H1 diterima
Asset (ROA) nilainya mengalami peningkatan maka
3. Hasil pengujian secara simultan dengan uji F
harga saham akan mengikuti, begitu pula sebaliknya
menunjukan bahwa variabel kebijakan dividend
apabila Dividend Payout Ratio (DPR) dan Return on
dengan indikator Dividend Payout Ratio (DPR) dan
Asset (ROA) nilainya mengalami penurunan maka harga
variabel profitabilitas dengan indikator Return on
saham akan mengikuti. Kondisi ini menggambarkan
Asset (ROA) secara bersama-sama berpengaruh
bahwa bagaimana perusahaan mampu memaksimalkan
signifikan terhadap harga saham, hal ini dibuktikan
kinerja keuangan mereka dengan menghasilkan
dengan pengujian statistik dimana thitung > ttabel
profitabilitas yang tinggi dan juga dapat memberikan
dengan signifikansi lebih kecil dari 0,05. Jadi dapat
dividen yang tinggi kepada para investor yang dapat
disimpulkan bahwa hasil penelitian ini sesuai dengan
membuat investor menilai saham dengan baik.
H3 yang menyatakan bahwa kebijakan dividen dan
profitabilitas secara bersama-sama berpengaruh
signifikan terhadap harga saham, maka dari itu H3 Referensi
diterima
Brigham, Eugene F. dan Joel F Housten, (2011).
Keterbatasan Penelitian Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Edisi ke
Penelitian ini terdapat keterbatasan-keterbatasan sepuluh. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
yang dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi peneliti
selanjutnya agar dapat mendapatkan hasil yang lebih , . dan . (2010). Manajemen
baik. Keuangan. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.

1. Tahun penelitian hanya 6 tahun sebaiknya bagi Darmadji, T. dan Hendy, M. Fakhruddin. (2012).
peneliti selanjutnya menambahkan tahun Pasar Modal Indonesia dan Pendekatan Tanya
penelitian lebih dari 6 tahun. Jawab. Edisi ke tiga. Jakarta: Penerbit Salemba
2. Sampel dalam penelitian ini hanya 4, sebaiknya Empat.
bagi peneliti selanjutnya menggunakan sampel
yang lebih banyak dengan perusahaan yang Fahmi, I. (2013). Rahasia Saham dan Obligasi.
berbeda Bandung: Penerbit Alfabeta
3. Variabel yang digunakan untuk melihat pengaruh
terhadap harga saham dalam penelitian hanya Ghazali, I. (2016). Aplikasi Analisis
diwakili oleh dua variabel independen, sedangkan Multivariate dengan Program IMB SPSS23.
masih banyak variabel independen lain yang dapat Semarang: Badan Penerbit UNDIP.
mempengaruhi harga saham.
Harjito, A. dan Martono. (2012). Manajemen
Saran Keuangan. Yogyakarta: Penerbit Ekonesia.
Adapun saran yang dapat disampaikan sehubungan Halim, A. ( 2015). Manajemen Keuangan
dengan permasalahan penelitian mengenai pengaruh Bisnis. Jakarta: Penerbit Mitra Wacana Media.
kebijakan dividen dan profitabilitas terhadap harga
saham pada perusahaan sektor pertambangan yang Harahap, Sofyan S. (2013). Teori Akuntansi.
terdaftar di bursa efek Indonesia (BEI) yaitu sebagai Jakarta: Penerbit Bumi Aksara.
berikut:
Harmono. (2014). Manajemen Keuangan.
1. Bagi perkembangan ilmu akuntansi khususnya
Jakarta: Penerbit Bumi Aksara.
konsentrasi keuangan bahwa penelitian ini
diharapkan dapat memberikan informasi serta dapat
Haryati, I dan Serfianto. (2010). Buku Pintar
dijadikan refrensi mengenai pengaruh kebijakan
Bisnis Pasar Modal. Jakarta: Visi Media
dividen dan profitabilitas terhadap harga saham
dimana kebijakan dividen dan profitabilitas
Hery. (2012). Analisis Laporan Keuangan.
berpengaruh signifikan terhadap harga saham
Jakarta: Penerbit Bumi Aksara.
terutama sektor pertambangan di Indonesia.
. (2015). Analisis Laporan Keuangan.
2. Bagi peneliti berikutnya diharapkan mampu
Yogyakarta: Penerbit CAPS.
mengurangi keterbatasan atas penelitian ini dimana
penelitian ini hanya memiliki 3 variabel terbatas.
Kamaludin dan Indriyani, R. (2011).
Oleh karena itu sebaiknya penelitian selanjutnya
Manajemen Keuangan “Konsep Dasar dan
dapat memakai variabel yang tidak dicantumkan
Penerapannya”. Bandung: CV Mandar Maju.
dalam penelitian ini, serta periode penelitian yang
bertambah, dan sektor yang diperluas.
Kasmir. (2010). Analisis Laporan Keuangan.
3. Bagi para investor yang akan berinvestasi pada
Jakarta: Penerbit Rajawali Pers.
perusahaan khususnya perusahaan pertambangan
diharapkan penelitian ini dapat memberikan
Prawironegoro, D. (2010). Manajemen
gambaran tentang bagaimana kebijakan dividen dan
Keuangan. Jakarta: Penerbit Nusantara
juga profitabilitas perusahaan mempengaruhi harga
Consulting.
saham, sehingga para investor diharapkan mampu
menilai lebih baik perusahaan sebelum
Rodoni, A. dan Ali, H. (2014). Manajemen
menanamkan investasinya.
Keuangan Modern. Jakarta: Penerbit Mitra
Wacana Media.
Said Kelana, A dan wijaya, C. (2015). Harga Saham pada Perusahaan Sub Sektor
Manajemen Keuangan Untuk Non Keuangan. Semen yang Terdaftar di BEI. JIAFE (Jurnal
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Ilmiah Akuntansi Fakultas Ekonomi) Volume
2. No.1 tahun 2016.
Sjahrial, D. (2010). Manajemen Keuangan.
Edisi ke empat. Jakarta: Penerbit Mitra Wacana Arisiya, N. F. (2017). Pengaruh Kinerja
Media. Keuangan Terhadap Harga Saham Pada
Perusahaan Otomotif yang Terdaftar di Bursa
Sutrisno. (2012). Manajemen Keuangan: Teori, Efek Indonesia. Skripsi Universitas Pakuan,
Kondep dan Aplikasi. Yogyakarta: Penerbit Oktober 2017.
Ekonesia.
Musiana. (2017). Analisis pengaruh Likuiditas
Sudana, I Made. (2011). Manajemen Keuangan dan Kebijakan Dividen terhadap Harga Saham
Perusahaan (Teori dan Praktik). Jakarta: pada perusahaan Badan Usaha Milik Negara
Penerbit Erlangga. (BUMN) yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) periode 2010-2015, Skripsi
Wahyudiono, B. (2014). Memahami Laporan Universitas Bandar lampung [online] Tersedia
Keuangan. Jakarta: Penerbit Raih Asa Sukses. di: http://digilib.unila.ac.id [Diakses 29
Oktober 2018].
Warsini, S. (2009). Manajemen Investasi.
Jakarta: Penerbit Semesta Media. Perez, R. (2017). Pengaruh Earning Per Share
(EPS), Return On Equity (ROE), Return On
Layla, W. S. (2013). Pengaruh Kebijakan Assets (ROA) dan Debt to Assets (DAR)
Dividen terhadap Harga Saham pada Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Sub
perusahaan LQ 45 periode 2004-2008, [online] Sektor Telekomunikasi yang Terdaftar di BEI
Volume 19(1). Tersedia di: Periode 2011-2015. Skripsi Universitas
http://download.portalgaruda.org/article.php [ Pakuan, Oktober 2017.
Diakses pada 5 Agustus 2018].
Octaviani, S dan Komalasari, D. (2017).
Fernandus, Y. (2015). Pengaruh Kebijakan Pengaruh Likuiditas, Profitabilitas, dan
Dividen terhadap Harga Saham pada Solvabilitas Terhadap Harga Saham (Studi
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Kasus pada Perusahaan Perbankan yang
Indonesia periode 2011-2013, Skripsi Terdaftar di Bursa Efek Indonesia). Jurnal
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Akuntansi Universitas Serang RayaVol. 3 No. 2
[online] Tersedia di: https://repository.usd.ac.id Januari 2017.
[Diakses pada 5 Agustus 2018]. Prayoga, E. (2017). Pengaruh Rasio
Profitabilitas dan Likuiditas Terhadap Harga
Putri, P. L. (2015). Pengaruh Profitabilitas Saham (Studi pada Perusahaan Sub Sektor
Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Rokok yang Terdaftar di BEI Periode 2011-
Pertambangan Batubara di Indonesia. Jurnal 2015, Skripsi Universitas Pakuan, Juli 2017.
Ilmiah Manajemen dan Bisnis, [online] Volume
16(2). Tersedia di: www.idx.co.id [Diakses 20 Agustus 2018].
http://jurnal.umsu.ac.id/index.php/mbisnis/artic
le/view/955 [Diakses pada 2 November 2018]. www.sahamok.com [Diakses 20 Agustus
2018].
Fitriah & Sudirjo, F. (2016). Pengaruh Analisis
Rasio Keuangan, Rasio Pasar dan Kebijakan www.kontan.co.id [Diakses 21 Agustus 2018].
Deviden Terhadap Harga Saham (Studi Empiris
pada Perusahaan Kelompok Saham LQ-45 di www.sindonews.com [Diakses 24 Desember
BEI). Jurnal Ilmiah UNTANG Semarang, 2018].
[online] Volume5(2).Tersedia di:
http://jurnal.untagsmg.ac.id/index.php/sa/article www.yahoofinance.com [Diakses 20 Agustus
/view/469 [Diakses pada 30 Oktober 2018]. 2018].

Alipudin, A dan Oktaviani, R. (2016).


Pengaruh EPS, ROE, ROA dan DER Terhadap

Anda mungkin juga menyukai