Anda di halaman 1dari 51

PROPOSAL PENELITIAN

PENGARUH EARNING PER SHARE DAN DIVIDEN PER SHARE


TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN SEKTOR
PROPERTI, REAL ESTATE DAN KONSTRUKSI YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

Disusun dan diajukan oleh:

Nama :……………
NIM : ……………..

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


KONSENTRASI MANAJEMEN KEUANGAN

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI MAKASSAR BONGAYA


STIEM BONGAYA
MAKASSAR
2020

1
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
DAFTAR ISI .................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 7
D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 10
A. Tinjauan Teoritis ......................................................................... 10
1. Konsep Manajemen Keuangan .............................................. 10
2. Signalling Theory .................................................................... 11
3. Saham dan Harga Saham ...................................................... 13
4. Earning Per Share ................................................................... 26
5. Dividen Per Share ................................................................... 28
B. Penelitian Terdahulu ................................................................... 30
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS ............................... 32
A. Kerangka Konseptual .................................................................. 32
B. Hipotesis Penelitian ..................................................................... 34
BAB IV METODE PENELITIAN ................................................................... 37
A. Pendekatan Penelitian ................................................................ 37
B. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 37
C. Populasi dan Sampel .................................................................. 37
D. Metode Pengumpulan Data ........................................................ 39
E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel .......................... 40
F. Uji Asumsi Klasik ........................................................................ 42
G. Metode Analisis ........................................................................... 45
H. Uji Hipotesis ................................................................................ 46
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 84

2
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Properti merupakan kebutuhan primer bagi seluruh masyarakat, tingginya


permintaan pada industri ini menjadi salah satu penyebab tingginya
persaingan dalam bisnis properti. Kinerja keuangan industri properti sangat
dipengaruhi faktor eksternal, seperti inflasi dan kebijakan pemerintah serta
kepercayaan masyarakat dan faktor internal seperti pengelolaan keuangan
perusahaan.

Perusahaan Sektor Properti, Real Estate dan Konstruksi Bangunan


bergerak dalam bidang pembangunan apartemen, kondominium, perumahan,
perkantoran, real estate dan sebagainya. Sektor tersebut biasanya dipilih
sebagai salah satu instrumen usaha yang mampu mendatangkan sejumlah
keuntungan bagi investor dan merupakan investasi jangka panjang yang
diminati investor karena tingkat kebutuhan masyarakat yang tinggi dengan
total emiten pada tahun 2019 sejumlah 82 emiten yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (Nirmalasari L., 2018).

Perusahaan Sektor Properti, Real Estate dan Konstruksi Bangunan


merupakan salah satu aktivitas bisnis yang paling rentan dalam industri makro
terhadap fluktuasi suku bunga, inflasi dan nilai tukar yang pada akhirnya akan
mempengaruhi daya beli masyarakat (Nirmalasari L., 2018). Kebijakan
pemangkasan suku bunga dan kepastian program kerja pemerintah telah
menguntungkan saham-saham sektor properti, infrastruktur, dan keuangan
sepanjang tahun berjalan (year-to-date) 2019. Berdasarkan data Bursa Efek
Indonesia sektor properti, real estate, dan konstruksi bangunan mengalami
peningkatan kinerja saham, hal ini dapat dilihat pada tabel berikut ini :

3
Tabel 1.1
Indeks Kinerja Sektor Jasa di Bursa Efek Indonesia Tahun 2019

Sektor Kinerja Saham (%)

Properti, Real Estate dan Konstruksi Bangunan 15,12

Infrastruktur, Utilitas, dan Transportasi 13,99

Keuangan 9,19

Perdagangan, Jasa, dan Investasi 2,59

Sumber: BEI, (www.market.bisnis.com, diakses 27 Januari 2020)

Kinerja saham perusahaan yang tinggi merupakan salah satu wujud


ketertarikan investor pada investasi di pasar modal, ditunjukkan dengan harga
saham perusahaan. Harga saham adalah nilai surat saham yang
mencerminkan kekayaan perusahaan yang mengeluarkan saham tersebut,
dimana perubahan dan fluktuasinya sangat ditentukan oleh kekuatan
permintaan dan penawaran yang terjadi di pasar bursa. Apabila permintaan
suatu saham mengalami kenaikan, maka harga saham cenderung bergerak
naik. Sebaliknya,jika terjadi kenaikan penawaran, maka harga saham akan
cenderung bergerak turun (Putri, L. P., 2017).

Harga saham menjadi sangat penting karena dari perubahan harga


saham berhubungan dengan keuntungan dan kerugian investor. Namun
pergerakan saham ini sulit untuk diprediksi secara langsung, hal ini
dikarenakan pergerakkan harga saham ini dipengaruhi oleh banyak faktor
seperti tingkat suku bunga, inflasi, nilai tukar, kinerja perusahaan dan faktor
ekonomi lainnya, seperti kondisi keamanan dan kondisi politik di Indonesia
(Bagya dkk., 2016).

Harga saham dalam beberapa literatur diukur dengan menggunakan


harga saham penutupan (closing price). Harga saham penutupan (closing
price) adalah harga yang diminta oleh penjual dan pembeli pada saat akhir
bursa (harga saham penutupan pasar tahunan) (Lilianti, 2018). Fakta empiris
menunjukkan dari 82 emiten yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, terdapat
10 emiten diantaranya yang merupakan perusahaan yang namanya telah
dikenal oleh publik, dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 1.2

Harga Saham Perusahaan Sektor Properti, Real Estate dan Konstruksi


Bangunan Tahun 2016 - 2017

10
Harga Saham (Closing Price)
Kode
Nama Perusahaan
Emiten
2016 2017 Perubahan

ACST Acset Indonusa, Tbk 2.820 2.460 -360

ADHI Adhi Karya (Persero),Tbk 2.080 1.885 -195

Gowa Makassar Tourism


GMTD 6.950 10.175 3.225
Development, Tbk

IDPR Indonesia Pondasi Raya, Tbk 1.120 1.050 -70

LPKR Lippo Karawaci, Tbk 720 488 -232

PPRO PP Properti, Tbk 340 189 -151

PWON Pakuwon Jati, Tbk 565 685 120

RDTX Roda Vivatex, Tbk 10.000 6.000 -4.000

WIKA Wijaya Karya (Persero), Tbk 2.360 1.550 -810

WSKT Waskita Karya (Persero), Tbk 2.550 2.210 -340

Sumber : www.idx.co.id (data diolah dan diunduh pada 20 Januari 2020)

Berdasarkan tabel tersebut diatas, menunjukkan bahwa dari 10 emiten


terdapat 2 emiten yang mengalami peningkatan harga sahamnya dari tahun
2016 - 2017 yaitu GMTD sebesar Rp 3.225 dan PWON sebesar Rp 120, serta
terdapat 8 emiten lainnya yang mengalami penurunan kinerja saham dari
tahun 2016 - 2017. Penurunan dan peningkatan harga saham yang terjadi
pada beberapa perusahaan, nilainya cenderung bervariasi. Hal ini disebabkan
oleh beberapa faktor seperti earning per share dan dividen per share yang
mempengaruhi harga saham perusahaan tersebut.

Harga saham dapat ditentukan dengan tiga faktor yaitu faktor teknikal,
faktor dari dalam perusahaan maupun faktor dari luar perusahaan. Salah satu
faktor yang mempengaruhi harga saham yaitu faktor internal perusahaan yang
diantaranya adalah pengumuman laporan keuangan perusahaan, seperti
peramalan laba sebelum akhir tahun fiskal dan setelah akhir tahun fiskal,
earning per share (EPS), dividen per share (DPS), price earning ratio, net
profit margin, return on assets dan lain-lain (Fatmawatie, A. S., dan Hamid,
M., 2018).

11
Earning per share merupakan besarnya laba yang dibagikan ke
pemegang saham setelah dibandingkan dengan saham yang beredar. Rasio
laba per lembar saham merupakan rasio untuk mengukur keberhasilan
manajemen dalam mencapai keuntungan bagi pemegang saham. Oleh
karena itu, dengan mengetahui earning per share suatu perusahaan maka
investor dapat menilai potensi pendapatan atau keuntungan yang akan
diterimanya.

Earning per share (EPS) merupakan rasio yang menunjukkan bagian laba
untuk setiap lembar saham. Kenaikan atau penurunan EPS dari tahun ke
tahun adalah ukuran penting untuk mengetahui baik tidaknya pekerjaan yang
dilakukan perusahaan pemegang sahamnya. EPS yang tinggi menandakan
bahwa perusahaan dapat memberikan tingkat keuntungan kepada para
pemegang saham, sebaliknya EPS yang lebih rendah memberikan tingkat
keuntungan yang rendah kepada para pemegang saham (Darmadji dan
Fakhruddin, 2012:154; dalam Rahmadewi, P. W., dan Abundanti, N., 2018).

Penelitian terdahulu membuktikan bahwa terdapat hubungan positif dan


signifikan antara earning per share dengan harga saham (Retni Noviasari,
2013; Bagya dkk., 2016). Hasil berbeda ditunjukkan peneliti lainnya, bahwa
earning per share berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap harga
saham (Anita dan Pavitra, 2014; Imelda Khairani, 2016).

Faktor lainnya yang mempengaruhi harga saham perusahaan adalah


dividen, dividen merupakan pembagian keuntungan secara proporsional dari
perusahaan kepada pemilik, yang dibagikan salah satunya dalam bentuk
dividen per share. Dividen per share merupakan rasio yang mengukur
seberapa besar dividen yang dibagikan dibandingkan dengan jumlah saham
yang beredar pada tahun tertentu. Rasio ini memberikan gambaran mengenai
seberapa besar laba yang dibagikan dalam bentuk dividen kepada pemegang
saham sesuai dengan jumlah lembar saham yang dimilikinya.

Dividen per share merupakan laba yang dibagikan kepada semua


pemegang saham secara proporsional sesuai dengan jumlah lembar saham
yang dimilikinya. Informasi mengenai dividen per share sangat diperlukan
untuk mengetahui berapa besar keuntungan setiap lembar saham yang akan
diterima oleh para pemegang saham. Jika dividen per share yang diterima
naik, maka akan mempengaruhi harga saham di pasar modal. Karena dengan
naiknya dividen per share akan menarik investor untuk membeli saham
perusahaan tersebut. Dengan banyaknya saham yang dibeli, maka harga
saham suatu perusahaan akan mengalami kenaikan di pasar modal (Harpono,
F. F., dan Chandra, T., 2019).

Penelitian yang dilakukan Retni Noviasari (2013) membuktikan bahwa


dividen per share berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham.
Hasil tersebut memperoleh bantahan dari peneliti lainnya bahwa dividen per

12
share berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap harga saham (Imelda
Khairani, 2016).

Keterkaitan antara earning per share dan dividen per share dalam
mempengaruhi tinggi ataupun rendahnya harga saham dapat ditunjukkan
melalui teori sinyal (signaling theory) yang menekankan pada pentingnya
informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan terhadap keputusan investasi
pihak di luar perusahaan. Informasi merupakan unsur penting bagi investor
dan pelaku bisnis karena informasi pada hakekatnya menyajikan keterangan,
catatan atau gambaran baik untuk keadaan masa lalu, saat ini maupun masa
yang akan datang bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan dan
bagaimana pasaran efeknya. Informasi yang lengkap, relevan, akurat dan
tepat waktu sangat diperlukan oleh investor di pasar modal sebagai alat
analisis untuk mengambil keputusan investasi. Informasi yang terkait dengan
laba (earning per share) ataupun pembagian keuntungan (dividen per share)
perusahaan merupakan salah satu hal yang menarik perhatian investor (Ross,
1977; dalam Maulana, F., 2017).

Signaling theory menjelaskan bahwa informasi tentang laporan keuangan


perusahaan yang digunakan oleh investor sebagai sinyal perusahaan di masa
mendatang. Sinyal perubahan earning per share (EPS) dan dividen per share
(DPS) dapat dilihat dari reaksi harga saham. Peningkatan earning per share
(EPS) dan dividen per share (DPS) akan membuat pasar bereaksi positif
(mendukung signaling theory) bila pasar cenderung menginterpretasikan
bahwa peningkatan earning per share (EPS) dan dividen per share (DPS)
dianggap sebagai sinyal tentang prospek cerah perusahaan di masa
mendatang, demikian juga sebaliknya pasar akan bereaksi negatif jika terjadi
penurunan earning per share (EPS) dan dividen per share (DPS), yang
dianggap sinyal yang kurang bagus tentang prospek perusahaan di masa
mendatang.

Terdapatnya penurunan dan peningkatan pada harga saham perusahaan


serta adanya perbedaan hasil temuan dari beberapa peneliti terdahulu, maka
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian skripsi dengan judul “Pengaruh
Earning Per Share dan Dividen Per Share Terhadap Harga Saham
Perusahaan Sektor Properti, Real Estate dan Konstruksi Yang Terdaftar
Di Bursa Efek Indonesia”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan


masalah dalam penelitian ini, yaitu:

13
1. Apakah Earning Per Share (EPS) berpengaruh terhadap harga saham

perusahaan sektor Properti, Real Estate dan Konstruksi yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia?

2. Apakah Dividen Per Share (DPS) berpengaruh terhadap harga saham

perusahaan sektor Properti, Real Estate dan Konstruksi yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia?

3. Variabel manakah yang dominan berpengaruh terhadap harga saham

perusahaan sektor Properti, Real Estate dan Konstruksi yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia?

C. Tujuan Penelitian

Mengacu pada rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka


penelitian ini bertujuan untuk menguji :

1. Pengaruh Earning Per Share (EPS) terhadap harga saham perusahaan

sektor Properti, Real Estate dan Konstruksi yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia.

2. Pengaruh Dividen Per share (DPS) terhadap harga saham perusahaan

sektor Properti, Real Estate dan Konstruksi yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia.

3. Variabel yang dominan berpengaruh terhadap harga saham perusahaan

sektor Properti, Real Estate dan Konstruksi yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak,


yaitu sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

14
Hasil penelitan ini diharapkan dapat memberikan penjelasan tentang

tinggi atau rendahnya harga saham yang dapat ditunjukkan melalui teori

sinyal (signaling theory) yang menekankan pada pentingnya informasi yang

dikeluarkan oleh perusahaan terhadap keputusan investasi pihak di luar

perusahaan. Informasi merupakan unsur penting bagi investor dan pelaku

bisnis yang mempengaruhi kelangsungan hidup suatu perusahaan dan

harga saham perusahaan tersebut di pasaran.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan

dan wawasan serta sumber bacaan atau referensi yang dapat memberikan

informasi teoritis dan empiris mengenai Earning Per Share dan Dividen Per

Share serta harga saham.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi pihak manajemen perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat

menjadi masukan yang dapat digunakan sebagai referensi dalam

meningkatkan kinerja perusahaan di masa yang akan datang yang

dipengaruhi oleh earning per share dan dividen per share, agar dapat

menarik investor untuk menanamkan modalnya sehingga

memungkinkan bertambahnya modal untuk pengembangan usaha

perusahaan.

b. Bagi pihak investor, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan

pertimbangan untuk dijadikan sebagai salah satu dasar dalam

pengambilan keputusan investasi.

c. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini diharapkan dapat menjadi

sebagai informasi dan referensi untuk mengembangkan model

penelitian sejenis di masa depan.

15
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis

1. Konsep Manajemen Keuangan

a. Pengertian Manajemen Keuangan

Manajemen keuangan merupakan penggabungan dari ilmu dan seni


yang membahas, mengkaji dan menganalisis tentang bagaimana
seorang manajer keuangan dengan mempergunakan seluruh sumber

16
daya perusahaan untuk mencari dana, mengelola dana dan membagi
dana dengan tujuan memberikan profit atau kemakmuran bagi para
pemegang saham dan suistainability (keberlanjutan) usaha bagi
perusahaan (Niyati, W., dan Lubis, I., 2019).
Manajemen keuangan menjelaskan keseluruhan aktivitas
perusahaan yang berhubungan dengan usaha mendapatkan dana yang
diperlukan dengan biaya yang minimal dan syarat-syarat yang paling
menguntungkan beserta usaha untuk menggunakan dana tersebut se-
efisien mungkin (Bambang Riyanto, 2013:4).
Dari beberapa pernyataan yang telah dikemukakan diatas, maka
manajemen keuangan merupakan segala aktivitas atau kegiatan yang
dilakukan melalui proses perencanaan, pencarian, pengelolaan dan
pemanfaatan dana beserta asset perusahaan lainnya secara efektif dan
efisien, untuk mencapai tujuan utama perusahaan yaitu profit.

b. Fungsi Manajemen Keuangan

Terdapat tiga fungsi manajemen keuangan (Brigham and Houston,


2014:4), yang terdiri dari:

17
1) Keputusan Investasi (Investment Decision). Keputusan investasi

merupakan keputusan terhadap aktiva apa yang akan dikelola oleh

perusahaan. Keputusan investasi ini merupakan keputusan yang

paling penting di antara ketiga fungsi lainnya. Hal ini karena

keputusan investasi berpengaruh secara langsung terhadap

besaranya investasi dan aliran kas perusahaan untuk waktu-waktu

yang akan datang.

2) Keputusan Pendanaan (Financing Decision). Keputusan pendanaan

menyangkut beberapa hal. Pertama, keputusan mengenai penetapan

sumber dana yang diperlukan untuk membiayai investasi. Kedua,

penetapan perimbangan pembelanjaan yang terbaik atau sering

disebut struktur modal yang optimum.

3) Keputusan Pengelolaan Aset (Assets Management Decision),

manajer keuangan bersama manajer lain di perusahaan bertanggung

jawab terhadap berbagai tingkatan operasi dari aset-aset yang ada.

Pengalokasian dana yang digunakan untuk pengadaan dan

pemanfaatan aset menjadi tanggung jawab manajer keuangan.

2. Signalling Theory

Teori Sinyal (Signalling Theory) yang dikemukakan oleh Ross (1977),


menjelaskan tentang bagaimana seharusnya sebuah perusahaan
memberikan sinyal–sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Pihak
manajemen perusahaan memiliki lebih banyak informasi serta mengetahui
prospek perusahaan di masa yang akan datang. Informasi tersebut bisa
berupa laporan keuangan, informasi kebijakan perusahaan maupun
informasi lain yang berasal dari manajemen perusahaan tersebut.
Informasi yang lengkap, relevan, akurat, dan tepat waktu sangat
dibutuhkan oleh investor di pasar modal sebagai alat analisis untuk
mengambil keputusan investasi. Teori sinyal menjelaskan bahwa
perusahaan melaporkan secara sukarela ke pasar modal agar investor
mau menginvestasikan dananya, kemudian manajer akan memberikan

32
sinyal dengan menyajikan laporan keuangan yang baik agar nilai saham
meningkat (Hartono, 2012).
Pemanfaatan teori sinyal dalam penelitian ini dapat dijelaskan, bahwa
laporan keuangan perusahaan merupakan sumber informasi yang dapat
menjadi sinyal atau tanda bagi investor. Sinyal inilah yang akan
memberikan pergerakan pada harga saham perusahaan, yang disebabkan
oleh respon investor. Informasi terkait laba perusahaan adalah salah satu
yang menarik minat investor, baik dalam bentuk earning per share dan
dividen per share. Hal ini disebabkan, karena laba yang dihasilkan
perusahaan dapat menggambarkan keberhasilan perusahaan, maka
semakin besar laba, semakin besar pula kemampuan perusahaan untuk
membagikan keuntungan bagi pemegang sahamnya.
Hal ini dapat meningkatkan permintaan akan saham, sehingga harga
saham pun akan naik, di mana hasil ini sesuai dengan signalling theory
yang memberikan sinyal baik pada investor. Semakin meningkat earning
per share perusahaan, maka investor menganggap perusahaan
mempunyai prospek yang cerah di masa yang akan datang, sehingga akan
meningkatkan harga saham. Dan apabila dividen per share yang dibagikan
meningkat, maka akan menarik investor untuk membeli saham perusahaan
tersebut sehingga harga saham juga dapat meningkat.

3. Saham dan Harga Saham

a. Pengertian dan Jenis Saham

Saham didefinisikan sebagai bukti atau sertifikat kepemilikan


seseorang atau suatu badan terhadap perusahaan yang menerbitkan
sekuritas tersebut, yang dapat pula diartikan sebagai keikutsertaan
investor sebagai pemodal pada suatu perusahaan sehingga memiliki
hak klaim atas penghasilan dan aktiva perusahaan tersebut (Harsono
2013:20; dalam Huizein, E.T, 2018).
Pandangan ahli lainnya menjelaskan bahwa saham merupakan
sebagai tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan
dalam suatu perusahaan terbatas. Wujud saham adalah berupa
selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut
adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut
(Darmadji dan Fakhruddin, 2011:5; dalam Nahariyah, R., dan Apriatni,
E. P., 2017)
Pernyataan serupa menjelaskan saham sebagai (1) tanda bukti
penyertaan kepemilikan modal atau dana pada suatu perusahaan, (2)
kertas yang tercantum dengan jelas nilai nominal, nama perusahaan
disertai dengan hak dan kewajiban yang dijelaskan kepada setiap
pemegangnya, (3) persediaan yang siap untuk dijual (Fahmi dan Hadi,
2011:68).
Berdasarkan jenisnya, maka saham dapat dibedakan sebagai
berikut (Fahmi dan Hadi, 2011:68), yaitu:

33
1) Saham Biasa (Common Stock), saham biasa merupakan jenis efek

yang paling sering dipergunakan oleh emiten untuk memperoleh

dana dari masyarakat dan juga merupakan yang paling populer di

pasar modal.

Saham biasa merupakan surat berharga paling banyak dan luas


perdagangannya. Pemegang surat berharga ini memiliki hak suara
dalam rapat umum pemegang saham (RUPS) dan disamping
memperoleh pembagian keuntungan (dividen) dari perusahaan juga
kemungkinan adanya keuntungan atas kenaikan modal (nilai) surat
berharga tersebut atau disebut capital gain (Kamaruddin, 2004:74;
dalam Noviasari, R., 2013).
2) Saham Preferen (Preferred Stock). Saham preferen adalah yang

berbentuk gabungan antara obligasi dan saham biasa. Jenis saham

ini sering disebut dengan sekuritas campuran. Saham preferen sama

dengan saham biasa karena tidak memiliki tanggal jatuh tempo dan

juga mewakili kepemilikan dari modal. Dilain pihak saham preferen

sama dengan obligasi karena jumlah dividennya tetap selama masa

berlaku dari saham, memiliki klaim atas laba dan aktiva sebelumnya,

memiliki hak tebus, dan dapat dipertukarkan dengan saham biasa.

Terdapat dua keuntungan yang diperoleh investor dengan membeli


atau memiliki saham (Darmadji dan Fakhruddin, 2011:9; dalam Novia, K.
A. 2017), yaitu :
1) Dividen, dividen merupakan pembagian keuntungan yang diberikan

perusahaan penerbit tersebut atas keuntungan yang dihasilkan

perusahaan. Dividen diberikan setelah mendapat persetujuan dari

pemegang saham dalam RUPS. Investor yang berhak menerima

dividen adalah investor yang memegang saham hingga batas waktu

yang ditentukan oleh perusahaan pada saat pengumuman

pembagian dividen. Dividen yang dibagikan perusahaan dapat

berupa dividen tunai artinya kepada setiap pemegang saham

diberikan dividen berupa uang tunai dalam jumlah rupiah tertentu

34
untuk setiap saham atau dapat pula berupa dividen saham yang

berarti kepada setiap pemegang saham diberikan dividen sejumlah

saham sehingga jumlah saham yang dimiliki seorang pemodal akan

bertambah dengan adanya pembagian dividen saham tersebut.

2) Capital Gain, Capital gain merupakan selisih antara harga beli dan

harga jual. Capital gain terbentuk dengan adanya aktivitas

perdagangan saham di pasar sekunder.

Adapun risiko yang dihadapi pemodal dengan kepemilikan saham


itu sendiri (Darmadji dan Fakhruddin, 2006:13; dalam Novasari, E.,
2013), yaitu:
1) Tidak mendapat dividen. Perusahaan akan membagikan dividen jika

operasinya menghasilkan keuntungan. Oleh karena itu, perusahaan

tidak dapat membagikan dividen jika mengalami kerugian. Dengan

demikian, potensi ditentukan oleh kinerja perusahaan tersebut.

2) Capital loss. Dalam aktivitas perdagangan saham, investor tidak

selalu mendapatkan capital gain atau keuntungan atas saham yang

dijualnya. Ada kalanya investor harus menjual saham dengan harga

jual lebih rendah dari harga beli saham, terkadang untuk menghindari

potensi kerugian yang semakin besar seiring terus menurunnya

harga saham, maka seorang investor rela menjual sahamnya dengan

harga rendah. Istilah ini dikenal dengan istilah penghentian kerugian

(cut loss).

Disamping risiko di atas, seorang pemegang saham juga masih


dihadapkan dengan potensi risiko lainnya (Darmadji dan Fakhruddin,
2006:13; dalam Novasari, E., 2013), yaitu, yaitu:
1) Perusahaan bangkrut atau dilikuidasi. Sesuai dengan peraturan

pencatatan saham di Bursa Efek, jika sebuah perusahaan bangkrut

atau dilikuidasi, maka otomatis saham perusahaan tersebut akan

dikeluarkan dari bursa atau di-delist. Dalam kondisi perusahaan

35
dilikuidasi, maka pemegang saham akan menempati posisi lebih

rendah dibanding kreditor atau pemegang saham obligasi dalam

pelunasan kewajiban perusahaan. Artinya, setelah semua aset

perusahaan tersebut dijual, terlebih dahulu akan dibagikan kepada

para kreditor atau pemegang obligasi, dan jika masih terdapat sisa,

baru dibagikan kepada para pemegang saham.

2) Saham di-delist dari bursa. Risiko lain yang dihadapi oleh para

pemodal adalah jika saham perusahaan di-delist dari bursa umumnya

adalah karena kinerja yang buruk misalnya dalam kurun waktu

tertentu tidak pernah diperdagangkan, mengalami kerugian beberapa

tahun, tidak membagikan dividen secara berturut-turut selama

beberapa tahun, dan berbagai kondisi lainnya sesuai dengan

peraturan pencatatan efek di bursa.

3) Saham dihentikan sementara (suspend). Disamping dua risiko di

atas, risiko lain yang juga “mengganggu” para investor untuk

melakukan aktivitasnya adalah jika suatu saham di-suspend atau

dihentikan perdagangannya oleh otoritas Bursa Efek, yang

menyebabkan investor tidak dapat menjual sahamnya hingga

suspensi tersebut dicabut. Suspensi biasanya berlangsung dalam

waktu singkat, misalnya satu sesi perdagangan, dua sesi

perdagangan, namun dapat pula berlangsung dalam kurun waktu

beberapa hari perdagangan. Hal tersebut dilakukan otoritas bursa jika

suatu saham mengalami pergerakan harga yang luar biasa, suatu

perusahaan dipailitkan oleh kreditornya, atau berbagai kondisi lain

yang mengharuskan otoritas bursa menghentikan perdagangan

saham tersebut untuk sementara sampai perusahaan yang

bersangkutan memberikan informasi yang jelas sehingga tidak

36
menjadi ajang spekulasi. Jika telah didapatkan suatu informasi yang

jelas, maka suspensi atas saham tersebut dapat dicabut oleh bursa

dan saham dapat diperdagangkan kembali seperti semula.

Berdasarkan definisi di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa


saham merupakan tanda bukti kepemilikan dengan menyertakan modal
terhadap sebuah perusahaan. Seorang investor akan menghadapi dua
kemungkinan atas kepemilikannya yaitu kemungkinan untuk untung dan
kemungkinan untuk rugi. Di samping itu pemegang saham bisa juga
tidak mempunyai suatu kepastian untuk mendapatkan bagian dari
keuntungan atau pembagian kekayaan perusahaan.
Jika pemegang saham dari perusahaan yang bersangkutan menjual
sahamnya, maka akan mendapatkan keuntungan dari selisih harga beli
dengan harga jual. Sebaliknya seorang pemegang saham juga memiliki
kemungkinan rugi, jika perusahaan yang sahamnya mereka miliki
mengalami pertumbuhan yang tidak baik. Meskipun manajemen tetap
membagikan dividen, namun terkadang saham tersebut secara umum
tidak mengalami kenaikan berarti di pasar, bahkan cenderung menurun.
Jika pemegang saham menjual sahamnya di pasar sekunder,
kemungkinan yang akan mereka dapat adalah kerugian secara nominal
atau riil.

b. Jumlah Rata-rata Tertimbang Saham yang Beredar

Dalam perhitungan laba per lembar saham, jumlah rata-rata


tertimbang saham yang beredar (weiahted average number of shares
outstanding) selama periode bersangkutan merupakan dasar untuk
melaporkan jumlah per lembar saham. Saham yang diterbitkan atau
dibeli selama periode itu akan mempengaruhi jumah saham yang
beredar dan harus ditimbang menurut bagian dari periode
peredarannya. Dasar pemikiran untuk pendekatan ini adalah mencari
jumlah ekuivalen dari seluruh saham yang beredar selama tahun
berjalan (Kieso, et al., 2008:381; dalam Noviasari, R., 2013).

c. Harga Saham dan Fungsinya

Salah satu tujuan investor berinvestasi di antaranya untuk


mendapatkan keuntungan. Tanpa adanya tingkat keuntungan yang
dinikmati dari suatu investasi, tentunya investor tidak akan melakukan
investasi. Semua investasi mempunyai tujuan utama yaitu untuk
mendapatkan keuntungan. Harga merupakan salah satu faktor yang
memotivasi investor untuk berinvestasi dan juga merupakan imbalan
atas keberanian investor menanggung risiko atas investor yang
dilakukan (Jogiyanto, 2010:199).

37
Harga saham merupakan harga yang terbentuk dari interaksi
penjual dan pembeli saham yang dilatarbelakangi oleh harapan
terhadap profit perusahaan. Aktivitas dalam pasar modal, harga saham
merupakan faktor yang sangat penting dan harus diperhatikan oleh
investor dalam melaksanakan investasi, karena harga menunjukkan nilai
suatu perusahaan. Semakin tinggi nilai harga saham semakin tinggi pula
nilai perusahaan tersebut begitu juga sebaliknya. Harga saham di bursa
efek ditentukan oleh kekuatan pasar, yang berarti harga saham
tergantung dari kekuatan permintaan dan penawaran. Kondisi
permintaan dan penawaran atas saham yang naik tiap harinya akan
membawa pola harga saham yang naik juga. Pada kondisi di mana
permintaan saham lebih besar, harga saham akan cenderung naik,
sedangkan pada kondisi di mana penawaran lebih banyak maka harga
saham akan menurun (Tandelilin, 2010:76).
Berdasarkan fungsinya, nilai suatu saham terbagi atas tiga jenis
(Anoraga dan Pakarti, 2008:58; dalam Novia, K. A. 2017), yaitu sebagai
berikut:
1) Par Value. Nilai yang tercantum pada saham untuk tujuan akuntansi

(Ketentuan UU PT. No.1/1995):

a) Nilai nominal dicantumkan dalam mata uang RI

b) Saham tanpa nilai nominal tidak dapat di keluarkan. Saham

nominalini tidak digunakan untuk mengukur sesuatu. Jumlah

saham yang dikeluarkan perseroan dikali dengan nilai nominalnya

merupakan modal disetor penuh bagi suatu perusahaan

perseroan, dan dalam pencatatan akuntansi nilai nominal di catat

sebagai modal atau ekuitas perseroan di dalam neraca. Untuk

satu jenis saham yang sama harus mempunyai satu jenis nilai

nominal.

2) Base Price. Harga perdana (untuk menentukan nilai pasar),

dipergunakan dalam perhitungan indeks harga saham. Harga dasar

akan berubah sesuai dengan aksi emiten. Untuk saham baru, harga

dasar merupakan harga perdananya.

Nilai Dasar = Harga saham x Total saham yang beredar

38
3) Market Price. Market price merupakan harga pada pasar riil, dan

merupakan harga yang paling mudah ditentukan karena merupakan

harga dari suatu saham pada pasar yang sedang berlangsung atau

jika pasar sudah tutup, maka harga pasar adalah harga

penutupannya (closing price). Harga ini terjadi setelah saham

tersebut dicantumkan di bursa, baik bursa utama maupun OTC (Over

The Counter market). Transaksi disini sudah tidak lagi melibatkan

emiten dan penjamin emisi. Harga pasar ini merupakan harga jual

dari investor yang satu dengan investor yang lain, dan disebut harga

di pasar sekunder. Harga pasar inilah yang menyatakan naik

turunnya suatu saham dan setiap hari diumumkan di surat-surat

kabar atau media lainnya.

Nilai Pasar = Harga pasar x Total nilai saham yang beredar


Harga saham tidak dapat diprediksi bisa naik dan turun sewaktu-
waktu, pergerakan harga saham tersebut setidaknya ada tiga macam
(Salim, 2012:55) yaitu:
1) Bullish, yaitu dimana harga saham naik terus-menerus dari waktu ke

waktu. Hal ini bisa terjadi karena berbagai macam sebab, bisa

dikarenakan keadaan finansial secara global atau kebijakan

manajemen perusahaan.

2) Bearish, yaitu keadaan dimana harga saham turun terus-menerus

dan merugikan investor.

3) Sideways, yaitu keadaan dimana harga saham stabil. Karena harga

saham bergerak naik atau turun sehingga membentuk grafik

mendatar dari waktu ke waktu.

Dari beberapa definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa harga


saham adalah harga suatu saham pada saat tertentu yang ditentukan
oleh pelaku pasar dan oleh permintaan dan penawaran saham yang
bersangkutan yang terjadi di pasar modal. Harga saham sebuah
perusahaan tidak selalu sama sejak pasar dibuka hingga pasar

39
penutupan. Kecenderungan harga saham yang bervariasi menjadi daya
tarik pasar modal.

d. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Harga Saham

Terdapat beberapa faktor utama yang mempengaruhi harga saham


(Houston, et.al, 2001:26; dalam Noviasari, R., 2013) yaitu :
1) Laba Per Lembar Saham (EPS). Seorang investor yang melakukan

investasi pada perusahaan akan menerima laba atas saham yang

dimilikinya. Semakin tinggi laba per lembar saham (EPS) yang

diberikan perusahaan akan memberikan pengembalian yang cukup

baik. Ini akan mendorong investor untuk melakukan investasi yang

lebih besar lagi sehingga harga saham perusahaan akan meningkat.

2) Tingkat Bunga, tingkat bunga dapat mempengaruhi harga saham

dengan cara :

a) Mempengaruhi persaingan di pasar modal antara saham dengan

obligasi, apabila suku bunga naik maka investor akan menjual

sahamnya untuk ditukarkan dengan obligasi. Hal ini akan

menurunkan harga saham. Hal sebaliknya juga akan terjadi

apabila tingkat bunga mengalami penurunan.

b) Mempengaruhi laba perusahaan, hal ini terjadi karena bunga

adalah biaya, semakin tinggi suku bunga maka semakin rendah

laba perusahaan. Suku bunga juga mempengaruhi kegiatan

ekonomi yang juga akan mempengaruhi laba perusahaan.

3) Jumlah Kas Dividen yang Diberikan. Kebijakan pembagian dividen

dapat dibagi menjadi dua, yaitu sebagian dibagikan dalam bentuk

dividen dan sebagian lagi disisihkan sebagai laba ditahan.Sebagai

salah satu faktor yang mempengaruhi harga saham, maka

peningkatan pembagian dividen merupakan salah satu cara untuk

meningkatkan kepercayaan dari pemegang saham karena jumlah kas

40
dividen yang besar adalah yang diinginkan oleh investor sehingga

harga saham naik.

4) Jumlah Laba yang Didapat Perusahaan. Pada umumnya, investor

melakukan investasi pada perusahaan yang mempunyai profit yang

cukup baik karena menunjukan prospek yang cerah sehingga

investor tertarik untuk berinvestasi, yang nantinya akan

mempengaruhi harga saham perusahaan.

5) Tingkat Risiko dan Pengembalian. Apabila tingkat risiko dan proyeksi

laba yang diharapkan perusahaan meningkat maka akan

mempengaruhi harga saham perusahaan. Biasanya semakin tinggi

risiko maka semakin tinggi pula tingkat pengembalian saham yang

diterima.

e. Indeks Harga Saham dan Jenisnya

Indeks harga saham merupakan suatu nilai yang berfungsi sebagai


pengukuran kinerja suatu saham di Bursa Efek Indonesia (Sunariyah,
2011:162). Indeks saham digunakan untuk tujuan analisis dan
menghindari dampak negatif dari penggunaan harga saham dalam
rupiah. Dengan adanya indeks, masyarakat dapat mengetahui tren
pergerakan harga saham saat ini, apakah sedang naik, stabil atau turun.
Pada saat indeks saham bergerak naik, berarti harga sebagian
besar saham-saham yang diukur oleh indeks tersebut bergerak naik.
Sebaliknya, apabila indeks saham bergerak turun, maka sebagian besar
saham-saham konstituen indeks bergerak turun. Dengan melihat
pergerakan suatu indeks saham, maka investor dapat mengetahui
performa harga secara umum atas saham-saham yang dimilikinya.
Selain itu, investor juga dapat mengetahui kondisi pasar saham secara
umum apabila terjadi perubahan kebijakan dari dalam maupun luar
negeri (www.idx.co.id, diakses 21 Februari 2020).
Berdasarkan informasi yang terdapat di situs resmi Bursa Efek
Indonesia (www.idx.co.id, diakses 21 Februari 2020), indeks harga
saham terdiri dari :
1) Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Indeks yang mengukur

pergerakan semua saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia.

41
2) Indeks LQ45. Indeks yang mengukur performa harga dari 45

saham-saham yang memiliki likuiditas tinggi dan kapitalisasi pasar

besar serta didukung oleh fundamental perusahaan yang baik.

3) Indeks IDX30. Indeks yang mengukur performa harga dari 30

saham-saham yang memiliki likuiditas tinggi dan kapitalisasi pasar

besar serta didukung oleh fundamental perusahaan yang baik.

4) Indeks IDX80. Indeks yang mengukur performa harga dari 80

saham-saham yang memiliki likuiditas tinggi dan kapitalisasi pasar

besar serta didukung oleh fundamental perusahaan yang baik.

5) Indeks IDX Value30 (IDXV30). Indeks yang mengukur kinerja harga

dari 30 saham yang memiliki valuasi harga yang rendah dengan

likuiditas transaksi serta kinerja keuangan yang baik.

6) Indeks IDX Growth30 (IDXG30). Indeks yang mengukur kinerja

harga dari 30 saham yang memiliki tren pertumbuhan laba bersih

dan pendapatan relatif terhadap harga dengan likuiditas transaksi

serta kinerja keuangan yang baik.

7) Indeks KOMPAS100. Indeks yang mengukur performa harga dari

100 saham-saham yang memiliki likuiditas yang baik dan

kapitalisasi pasar yang besar.

8) Indeks IDX SMC Composite / IDX Small-Mid Cap Composite Index.

Indeks yang mengukur performa harga dari saham-saham yang

memiliki kapitalisasi pasar kecil dan menengah.

9) Indeks IDX SMC Liquid / IDX Small-Mid Cap Liquid Index. Indeks

yang mengukur performa harga dari saham-saham dengan

likuiditas tinggi yang memiliki kapitalisasi pasar kecil dan

menengah. Konstituen Indeks IDX SMC Liquid diambil dari

konstituen Indeks IDX SMC Composite.

42
10) Indeks IDX High Dividend 20 / IDX High Dividend 20 Index. Indeks

harga atas 20 saham yang membagikan dividen tunai selama 3

tahun terakhir dan memiliki dividend yield yang tinggi.

11) Indeks IDX BUMN20 / IDX BUMN20 Index. Indeks yang mengukur

performa harga harga atas 20 saham perusahaan tercatat yang

merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik

Daerah (BUMD), dan afiliasinya.

12) Indeks Saham Syariah Indonesia / Indonesia Syariah Stock

Index (ISSI). Indeks yang mengukur performa harga seluruh saham

yang dinyatakan sebagai saham syariah sesuai dengan Daftar Efek

Syariah (DES) yang ditetapkan oleh Otoritas Jasa Keungan (OJK).

13) Jakarta Islamic Index (JII). Indeks yang mengukur performa harga

dari 30 saham-saham syariah yang memiliki kinerja keuangan yang

baik dan likuiditas transaksi yang tinggi.

14) Jakarta Islamic Index 70 (JII70). Indeks yang mengukur performa

harga dari 70 saham-saham syariah yang memiliki kinerja keuangan

yang baik dan likuiditas transaksi yang tinggi.

15) Indeks Sektoral. Indeks yang mengukur performa harga seluruh

saham dari masing-masing sektor industri yang terdapat pada

klasifikasi Jakarta Stock Industrial Classification (JASICA).

16) Indeks Papan Pencatatan (Board Index). Indeks yang mengukur

performa harga seluruh saham tercatat sesuai dengan papan

pencatatannya yaitu Utama dan Pengembangan.

17) Indeks BISNIS-27. Indeks yang mengukur performa harga dari 27

saham–saham yang dipilih oleh Komite Indeks Bisnis Indonesia.

43
18) Indeks PEFINDO25. Indeks yang mengukur performa harga saham

dari 25 emiten kecil dan menengah yang memiliki kinerja keuangan

yang baik dan likuiditas transaksi yang tinggi.

19) Indeks SRI-KEHATI. Indeks yang mengukur performa harga saham

dari 25 emiten yang memiliki kinerja yang baik dalam mendorong

usaha-usaha berkelanjutan, serta memiliki kesadaran terhadap

lingkungan hidup, sosial, dan tata kelola perusahaan yang baik atau

disebut Sustainable and Responsible Investment (SRI).

20) Indeks infobank15. Indeks infobank15 adalah indeks yang terdiri

dari 15 saham perbankan yang memiliki faktor fundamental yang

baik dan likuiditas perdagangan yang tinggi.

21) Indeks SMinfra18. Indeks SMinfra18 adalah indeks yang terdiri dari

18 saham yang konstituennya dipilih dari sektorsektor infrastruktur,

penunjang infrastruktur, dan pembiayaan infrastruktur (dari sektor

perbankan) yang dipilih berdasarkan kriteria tertentu. Indeks

SMinfra18 diluncurkan dan dikelola berkerja sama dengan PT

Sarana Multi Infrastruktur (Persero) (SMI).

22) Indeks MNC36. Indeks yang terdiri dari 36 saham yang memiliki

kinerja positif yang dipilih berdasarkan kapitalisasi pasar, likuiditas

transaksi, dan fundametal serta rasio keuangan. Indeks MNC36

diluncurkan dan dikelola berkerja sama dengan perusahaan media

Media Nusantara Citra (MNC) Group.

23) Indeks Investor33. Indeks yang mengukur performa harga 33

saham yang dipilih dari 100 (seratus) Perusahaan Tercatat terbaik

versi Majalah Investor yang dipilih berdasarkan kapitalisasi pasar,

likuiditas transaksi dan fundamental serta rasio keuangan.

44
24) Indeks PEFINDO i-Grade / PEFINDO Investment Grade Index.

Indeks yang mengukur performa harga dari 30 saham emiten-

emiten yang memiliki peringkat investment grade dari PEFINDO

(idAAA hingga idBBB-) yang berkapitalisasi pasar paling besar.

4. Earning Per Share

Earning per share merupakan ukuran kemampuan perusahaan untuk


menghasilkan keuntungan per lembar saham. Laba yang digunakan adalah
laba bersih setelah pajak. Jika earning per share suatu perusahaan tinggi,
maka laba perusahaan yang akan dibagikan dalam bentuk dividen kepada
pemegang saham semakin tinggi (Kasmir, 2008:127; dalam Noviasari, R.,
2013). Dalam prakteknya, para investor dipasar modal mempunyai
beberapa motif atau tujuan dalam membeli saham bank yang telah
melakukan emisi sahamnya, yaitu sebagai berikut:
1) Memperoleh dividen berdasarkan keputusan RUPS

2) Mengejar Capital Gain jika bermain di bursa efek

3) Menguasai perusahaan melalui pencapaian mayoritas saham.

Earning per share merupakan laba bersih setelah bunga dan pajak
yang siap dibagikan kepada pemegang saham dibagi dengan jumlah
lembar saham perusahaan. Semakin tinggi nilai earning per share akan
menggembirakan pemegang saham karena semakin besar laba yang
disediakan untuk pemegang saham. Dengan meningkatnya laba maka
harga saham cenderung naik, sedangkan ketika laba menurun maka harga
saham ikut juga turun. Untuk menganalisis penyebab perubahan EPS
dapat digunakan analisis rasio laba. Rasio laba menunjukkan dampak
gabungan dari likuiditas serta manajemen aktiva dan kewajiban terhadap
kemampuan perusahaan menghasilkan laba (Darmadji, dkk, 2012:82).
Terdapat dua jenis earning per share (Kasmir, 2016:207), yaitu :
1) Earning per share Historis. Merupakan earning per share yang dihitung

berdasarkan kinerja perusahaan pada tahun buku yang telah lampau.

EPS historis merupakan nilai yang telah terjadi pada masa lampau.

2) Earning per share Proyektif. Merupakan earning per share yang

diperkirakan akan terjadi dengan asumsi sesuai dengan proyeksi kinerja

emiten.

Laba per lembar saham dapat digunakan oleh pimpinan perusahaan


untuk menentukan dividen yang akan dibagikan. Informasi ini juga berguna

45
bagi investor untuk mengetahui perkembangan perusahaan selain itu juga
dapat digunakan untuk mengukur tingkat keuntungan suatu perusahaan.
Menghitung earning per share (Kasmir, 2016:207) dapat dilakukan dengan
menghitung:
𝐋𝐚𝐛𝐚 𝐁𝐞𝐫𝐬𝐢𝐡 𝐒𝐞𝐭𝐞𝐥𝐚𝐡 𝐁𝐮𝐧𝐠𝐚 𝐝𝐚𝐧 𝐏𝐚𝐣𝐚𝐤
𝑬𝑷𝑺 =
𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐒𝐚𝐡𝐚𝐦 𝐁𝐞𝐫𝐞𝐝𝐚𝐫
5. Dividen Per Share

Dividen merupakan pembagian sisa laba bersih perusahaan yang


didistribusikan kepada pemegang saham atas persetujuan RUPS. Dilihat
dari bentuk dividen yang didistribusikan kepada pemegang saham, dividen
dapat dibedakan menjadi beberapa jenis (Darmadji, dkk, 2012:179), yaitu:
1) Dividen tunai (cash dividend), dividen yang dibagikan kepada pemegang

saham dalam bentuk uang kas tersebut.

2) Dividen saham (stock dividend), dividen yang dibagikan bukan dalam

bentuk uang tunai melainkan dalam bentuk saham perusahaan tersebut.

3) Dividen properti (property dividend), dividen yang dibagikan dalam

bentuk aktiva lain sekalian kas atau saham, misalnya aktiva tetap dan

surat-surat berharga.

4) Dividen likuidasi (liquidating dividend), dividen yang diberikan kepada

pemegang saham sebagai akibat dilikuidasinya perusahaan. Dividen

yang dibagikan adalah selisih nilai realisasi aset perusahaan dikurangi

semua dengan kewajibannya

Salah satu yang menjadi alasan investor berinvestasi adalah


mengharapkan pengembalian dalam bentuk dividen yang dibagikan
perusahaan kepada pemegang saham, maka pihak manajemen
perusahaan perlu memperhatikan kebijakan dividen yang akan diterapkan
dalam rangka menarik minat investor untuk menanamkan modalnya dalam
perusahaan dalam bentuk kepemilikan saham. Ini menjadi kebijakan
perusahaan pada saat Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dimana
diputuskan apakah perusahaan pada periode tersebut akan membagikan
dividen atau menahannya.
Kondisi tersebut akan berpengaruh kepada jumlah investor mereka.
Dividen per share merupakan total semua dividen yang dibagikan pada
tahun sebelumnya, baik dividen intern, dividen total atau dividen saham.
Dividen per lembar saham merupakan pembayaran tambahan saham biasa
kepada pemegang saham. Dividen per lembar saham hanya menunjukan
perubahan pembukuan dalam perkiraan ekuitas pemegang saham pada

46
neraca perusahan. Proporsi kepemilikan saham dalam perusahaan tetap
sama (Susan Irawati, 2006; dalam Noviasari R, 2013).
Dividen per share merupakan besarnya pembagian dividen yang akan
dibagikan kepada pemegang saham setelah dibandingkan dengan rata-
rata tertimbang saham biasa yang beredar. Perusahaan yang dividen per
share-nya tinggi dibandingkan dengan perusahaan sejenis akan lebih
diminati oleh investor karena investor akan memperoleh kepastian berupa
dividen (Widyowati, L., 2015).
Pendapat ahli lainnya mengemukakan bahwa dividen per share
merupakan total semua dividen tunai yang dibagikan dibandingkan dengan
jumlah saham yang beredar. Besarnya dividen per lembar saham dapat
dihitung dengan rumus (Tandelilin, 2010:384; dalam Aminah, N., Arifati, R.,
dan Supriyanto, A., 2016), yaitu :
𝐃𝐢𝐯𝐢𝐝𝐞𝐧 𝐓𝐮𝐧𝐚𝐢
𝑫𝑷𝑺 =
𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐒𝐚𝐡𝐚𝐦 𝐁𝐞𝐫𝐞𝐝𝐚𝐫
B. Penelitian Terdahulu

Beberapa peneliti sebelumnya telah melakukan penelitian mengenai


pengaruh earning per share (EPS) dan dividen per share (DPS) terhadap
harga saham. Penelitian-penelitian mengenai pengaruh antara variabel-
variabel tersebut menunjukkan hasil yang beragam, seperti yang
dikemukakan beberapa peneliti antara lain:

Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu

Nama Peneliti,
Variabel Populasi, Sampel
No Tahun dan Judul Hasil penelitan
Penelitan dan Alat Analisis
Penelitian

1 Retni Noviasari 1) Independen: 1) Populasi: Dividen per share


(2013), Pengaruh Dividen per 148 perusahaan dan Earning per
Dividen per share share dan share berpengaruh
dan Earning per Earnings per 2) Sampel: positif signifikan
share Terhadap share Metode purposive terhadap harga
Harga Saham sampling, saham.
Pada Perusahaan 2) Dependen: 37 perusahaan
Manufaktur Yang Harga Saham
Terdaftar Di BEI
3) Alat Analisis:
Regresi linear
berganda

2 Yongki S dan Siti 1) Independen: 1) Populasi: Earning per share


Khairani (2013), Devidend per Perusahaan berpengaruh positif
Pengaruh share dan otomotif terdaftar di signifikan terhadap
Devidend Per Earning per BEI tahun 2008- harga saham.

47
Share Dan Earning share 2012 Sedangkan Devidend
Per Share per share
Terhadap Harga 2) Dependen: 2) Sampel: berpengaruh positif
Saham Pada Harga Saham Metode purposive dan tidak signifikan
Perusahaan Sektor sampling, terhadap harga
Otomotif Yang 9 perusahaan saham
Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia
3) Alat Analisis:
Regresi linier
berganda

48
Tabel 2.1 (Lanjutan)

3 Imelda Khairani 1) Independen: 1) Populasi: Tidak terdapat


Earning per 39 perusahaan pengaruh antara
(2016), Pengaruh share dan Earning per share
Earning per share Dividen per 2) Sampel: dan Dividen per
dan Dividen per share Metode purposive share terhadap harga
share Terhadap sampling, 13 saham
Harga Saham 2) Dependen: perusahaan
Perusahaan Harga Saham
Pertambangan
Yang Terdaftar di
BEI Tahun 2011- 3) Alat Analisis:
2013 Regresi linier
berganda

4 M. B Bagya, dkk 1) Independen: 1) Populasi: Terdapat pengaruh


(2016), Pengaruh Earning per Perusahaan signifikan antara
Earning per share, share, Return telekomunikasi Earning per share
Return on equity on equity dan yang terdaftar dan Return on equity
dan Price earning Price earning dalam BEI periode terhadap harga
ratio Terhadap ratio tahun 2010-2014 saham, sedangkan
Harga Saham Price earning ratio
(Studi Pada 2) Dependen: 2) Sampel: tidak mempunyai
Perusahaan Harga saham Metode purposive pengaruh signifikan
Telekomunikasi sampling terhadap harga
yang Terdaftar Di saham
BEI)
3) Alat Analisis:
Regresi linier
berganda

5 Lilianti (2018), 1) Independen: 1) Populasi: Dividen per share


Pengaruh Dividen Dividen per 10 perusahaan (DPS) dan Earning
per share dan share dan per share (EPS)
Earning per share Earning per 2) Sampel: berpengaruh positif
Terhadap Harga share Metode purposive terhadap harga
Saham Pada sampling, saham.
Perusahaan Sub 2) Dependen: 9 perusahaan
Sektor Farmasi di Harga Saham
Bursa Efek
Indonesia
3) Alat Analisis:
Regresi linier
berganda

49
6 Nur Hilal Syarief 1) Independen: 1) Populasi: Earning per share
(2019), Pengaruh Earning per 19 perusahaan (EPS), Dividen per
Earning per share share, share (DPS), Return
(EPS) dan Dividen Dividen per 2) Sampel: On Investment, dan
per share (DPS) share,Return Metode purposive Arus kas
Terhadap Harga On sampling, berpengaruh positif
Saham Pada Investment, 8 perusahaan signifikan terhadap
Perusahaan dan Arus kas harga saham.
Otomotif yang 3) Alat Analisis:
Terdaftar di Bursa 2) Dependen: Regresi linier
Efek Indonesia Harga saham berganda

Sumber : Hasil review jurnal (2020)

50
III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Konseptual

Kerangka konsep akan menghubungkan secara teoritis antara variabel-

variabel penelitian yaitu antara variabel independen (earning per share) dan

dividen per share) dengan variabel dependen (harga saham) (Sugiyono, 2017:

128).

Penciptaan pengaruh antara variabel dalam penelitian ini merujuk pada

signaling theory yang menjelaskan bahwa earning per share dan dividen per

share dapat mempengaruhi tinggi ataupun rendahnya harga saham, hal ini

dikarenakan teori sinyal (signaling theory) menekankan pada pentingnya

informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan. Informasi merupakan unsur

penting bagi investor dan pelaku bisnis, karena informasi pada hakekatnya

menyajikan keterangan, catatan atau gambaran baik untuk keadaan masa lalu,

saat ini maupun masa yang akan datang bagi kelangsungan hidup suatu

perusahaan. Informasi yang terkait dengan laba (earning per share) ataupun

pembagian keuntungan (dividen per share) perusahaan merupakan salah satu

hal yang menarik perhatian investor untuk mengambil keputusan investasi

(Maulana, F., 2017).

Penelitian ini menganalisis pengaruh earning per share (EPS) dan dividen

per share (DPS) terhadap harga saham. Kemampuan perusahaan untuk

meningkatkan laba setiap tahunnya dapat menunjukkan kinerja perusahaan

tersebut. Apabila earning per share dan dividen per share meningkat, maka

kinerja perusahaan juga meningkat, yang menyebabkan investor tertarik untuk

membeli saham perusahaan tersebut. Dengan banyaknya jumlah saham yang

51
dibeli, maka harga saham perusahaan akan mengalami kenaikan di pasar

modal.

Pengaruh antar variabel dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam

kerangka konsep yaitu sebagai berikut :

Gambar 3.1

Kerangka Konseptual

Earning per share merupakan besarnya laba yang dibagikan ke pemegang

saham setelah dibandingkan dengan saham yang beredar. Rasio laba per

lembar saham merupakan rasio untuk mengukur keberhasilan manajemen

dalam mencapai keuntungan bagi pemegang saham. Oleh karena itu, dengan

mengetahui earning per share suatu perusahaan maka investor dapat menilai

potensi pendapatan atau keuntungan yang akan diterimanya. Hasil temuan

peneliti terdahulu membuktikan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan

antara earning per share dengan harga saham (Retni Noviasari, 2013; Bagya

dkk., 2016). Hasil berbeda ditunjukkan peneliti lainnya, bahwa earning per share

berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap harga saham (Anita dan

Pavitra, 2014; Imelda Khairani, 2016).

37
Dividen per share merupakan rasio yang memberikan gambaran mengenai

seberapa besar laba yang dibagikan dalam bentuk dividen kepada pemegang

saham sesuai dengan jumlah lembar saham yang dimilikinya. Jika dividen per

share yang diterima naik, maka akan mempengaruhi harga saham di pasar

modal. Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan Retni Noviasari (2013),

membuktikan bahwa dividen per share berpengaruh positif dan signifikan

terhadap harga saham. Hasil tersebut memperoleh bantahan dari peneliti

lainnya bahwa dividen per share berpengaruh negatif dan tidak signifikan

terhadap harga saham (Imelda Khairani, 2016).

B. Hipotesis Penelitian

Permasalahan dalam penelitian ini, apakah earning per share dan dividen

per share berpengaruh terhadap harga saham, untuk menjawab permasalahan

tersebut, maka digunakan dugaan sementara atau hipotesis penelitian, yaitu :

1. Pengaruh Earning Per Share terhadap Harga Saham

Earning per share (EPS) merupakan rasio yang mengukur perbandingan

antara laba bersih setelah pajak pada satu tahun buku dengan jumlah saham

yang diterbitkan. Informasi peningkatan EPS akan diterima pasar sebagai sinyal

baik yang akan memberikan masukan positif bagi investor dalam pengambilan

keputusan membeli saham. Hal ini membuat permintaan akan saham meningkat

sehingga harganya pun akan naik (Ardiyanto, A., Wahdi, N., dan Santoso, A.,

2020).

Berdasarkan pernyataan diatas, maka hipotesis yang diajukan, yaitu:

H 1 : Earning per share berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham

perusahaan sektor Properti, Real Estate dan Konstruksi yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia

2. Pengaruh Dividen Per Share terhadap Harga Saham

38
Pengumuman dividen merupakan sinyal yang positif bagi investor karena

menunjukkan kondisi likuiditas perusahaan yang baik dan kemampuan

perusahaan dalam memenuhi kebutuhan investor berupa dividen. Pembayaran

dividen salah satunya dilakukan dalam bentuk dividen per share. Sinyal positif

yang diterima oleh investor menyebabkan permintaan atas saham tersebut

menjadi tinggi sehingga harga saham meningkat, namun jika investor menerima

sinyal negatif atas suatu informasi yang diumumkan oleh emiten maka

permintaan saham akan menurun sehingga harga saham juga menurun

(Aminah, N., Arifati, R., dan Supriyanto, A., 2016).

Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis yang diajukan adalah:

H2 : Dividen per share berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham

perusahaan sektor Properti, Real Estate dan Konstruksi yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia

3. Pengaruh Dominan antara Earning per share dan Dividen per share

Terhadap Harga Saham

Informasi peningkatan earning per share dan dividen per share akan

diterima pasar sebagai sinyal baik yang akan memberikan masukan positif bagi

investor dalam pengambilan keputusan membeli saham, karena menunjukkan

kondisi likuiditas perusahaan yang baik dan perusahaan mampu memenuhi

kebutuhan investor baik berupa dividen. Hal ini membuat permintaan akan

saham meningkat yang disebabkan oleh sinyal yang diterima oleh investor,

sehingga mengakibatkan harga saham mengalami kenaikan (Aminah, N., dkk,

2016; Ardiyanto, A., dkk, 2020).

Berdasarkan penelitian terdahulu, penelitian yang dilakukan Retni Noviasari

(2013) menghasilkan nilai signifikansi uji-t tertinggi dibandingkan dengan

peneliti-peneliti lainnya dan earning per share sebagai variabel dengan nilai

39
signifikansi uji-t tertinggi yaitu sebesar 16,922 , maka hipotesis yang dapat

diajukan yaitu:

H 3 : Earning per share dominan berpengaruh terhadap harga saham perusahaan

sektor Properti, Real Estate dan Konstruksi yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia

40
IV. METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu menggunakan

cara berpikir deduktif yang menunjukkan bahwa pemikiran dalam penelitian ini

didasarkan pada pola yang umum atau universal kemudian mengarah kepada

pola yang lebih sempit atau spesifik. Sedangkan berdasarkan tingkat

eksplanasinya, penelitian ini tergolong penelitian asosiatif. Penelitian asosiatif

adalah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh atau hubungan

sebab akibat, yaitu variabel bebas atau independen (X) terhadap variabel

terikat atau dependen (Y) (Prawiroharjo Thauwrisan, L., 2016).

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Perusahaan Sektor Properti, Real Estate

dan Konstruksi Bangunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Pengumpulan data diperoleh melalui Galeri Bursa Efek Indonesia STIEM

Bongaya di Jalan Letjen. Pol. A. Mappaoddang No. 28 Makassar. Adapun

waktu yang digunakan dalam penelitian ini selama dua bulan.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau

subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan

oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono,

2017:80). Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan sektor Properti,

41
Real Estate dan Konstruksi Bangunan yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia yaitu sebanyak 82 perusahaan.

42
2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut (Sugiyono, 2017: 81). Teknik pengambilan sampel dalam

penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Menurut Sugiyono

(2017: 85), purposive sampling merupakan teknik penentuan sampel

berdasarkan kriteria-kriteria tertentu. Adapun kriteria sampel yang

digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Perusahaan sektor Properti, Real Estate dan Konstruksi Bangunan yang

telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebelum tahun 2016 dan masih

terdaftar hingga tahun 2018

2) Perusahaan yang mempublikasikan laporan keuangan tahunannya

(annual report) secara berturut-turut di Bursa Efek Indonesia selama

periode 2016 - 2018

3) Perusahaan yang memiliki ketersediaan data terkait dengan variabel

yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

Berdasarkan kriteria diatas, dari 82 perusahaan sektor Properti, Real

Estate dan Konstruksi Bangunan yang dijadikan populasi hanya terdapat

20 perusahaan yang memenuhi kriteria, akan tetapi terdapat pula 4

perusahaan yang datanya rusak dan dikeluarkan dari pengujian, sehingga

jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 16 x 3 = 48 data sampel laporan

keuangan perusahaan untuk periode penelitian 2016 - 2018.


Tabel 4.1
Perusahaan Sektor Properti, Real Estate dan Konstruksi Bangunan
Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (Sampel Penelitian)
No Kode Emiten Nama Perusahaan
1 ACST Acset Indonusa Tbk.
2 ADHI Adhi Karya (Persero) Tbk.
3 CTRA Ciputra Development Tbk.
4 DMAS Puradelta Lestari Tbk.
5 GPRA Perdana Gapuraprima Tbk.
6 IDPR Indonesia Pondasi Raya Tbk.
7 JKON Jaya Konstruksi Manggala Prata
8 JRPT Jaya Real Property Tbk.
9 LPKR Lippo Karawaci Tbk.
10 MTLA Metropolitan Land Tbk.
11 NRCA Nusa Raya Cipta Tbk.
12 PPRO PP Properti Tbk.
13 PWON Pakuwon Jati Tbk.
14 SMRA Summarecon Agung Tbk.
15 SSIA Surya Semesta Internusa Tbk.
16 TOTL Total Bangun Persada Tbk.
Sumber : www.sahamok.com (data diolah dan diakses 20 Januari 2020)

D. Metode Pengumpulan Data

1. Bentuk Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan desain cross-

sectional, yang merupakan suatu jenis penelitian yang dilakukan dengan

cara mengumpulkan data pada satu waktu yang sama selama satu periode

hari, minggu atau bulan maupun tahun (Susanto, 2013:67).

2. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif,

dikatakan kuantitatif karena data yang diperoleh bersifat numerik atau

dalam bentuk angka yang dapat dianalisis dengan menggunakan statistik

(Sugiyono, 2017:224).
3. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data

sekunder. Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari lembaga

atau instansi yang berhubungan dengan objek penelitian yang telah diolah

dan didapatkan melalui dokumen-dokumen. Data diperoleh dari Laporan

Keuangan Publikasi yang diterbitkan oleh Bursa Efek Indonesia dan

diakses melalui situs resmi yaitu www.idx.co.id. Periodesasi data yang

digunakan merupakan data Laporan Keuangan Publikasi pada periode

tahun 2016 - 2018.

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik

dokumentasi yaitu teknik yang dilakukan dengan cara mengumpulkan,

mencatat, dan mengkaji data sekunder yang berupa data laporan

keuangan perusahaan sektor Properti, Real Estate dan Konstruksi

Bangunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia melalui www.idx.co.id,

serta dari berbagai buku pendukung, jurnal hasil penelitian dan sumber-

sumber lainnya yang berhubungan dengan variabel yang akan digunakan.

E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang

hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2017:38). Penelitian

ini menggunakan tiga variabel penelitian yang terdiri dari dua variabel bebas

dan satu variabel terikat, yaitu sebagai berikut :

1. Variabel Bebas (X)


Variabel bebas (Independent variable) merupakan obyek yang

mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya

variabel terikat (Sugiyono, 2017: 38). Penelitian ini menetapkan dua

variabel bebas, yaitu sebagai berikut :

1) Earning Per Share (X 1 )

Earning per share atau laba per lembar saham menunjukkan

besarnya laba bersih perusahaan yang siap dibagikan bagi semua

pemegang saham perusahaan atau jumlah uang yang dihasilkan

(return) dari setiap lembar saham. Untuk mengukur EPS, dapat

dilakukan dengan menggunakan rumus (Kasmir, 2016:207), yaitu:

𝐋𝐚𝐛𝐚 𝐁𝐞𝐫𝐬𝐢𝐡 𝐒𝐞𝐭𝐞𝐥𝐚𝐡 𝐁𝐮𝐧𝐠𝐚 𝐝𝐚𝐧 𝐏𝐚𝐣𝐚𝐤


𝑬𝑷𝑺 =
𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐒𝐚𝐡𝐚𝐦 𝐁𝐞𝐫𝐞𝐝𝐚𝐫

2) Dividen Per Share (X 2 )

Dividen per share merupakan rasio yang mengukur seberapa besar

dividen yang dibagikan dibandingkan dengan jumlah saham yang

beredar. Untuk mengukur DPS, dapat dilakukan dengan menggunakan

rumus (Tandelilin 2011:384), yaitu:

𝐃𝐢𝐯𝐢𝐝𝐞𝐧 𝐓𝐮𝐧𝐚𝐢
𝑫𝑷𝑺 =
𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐒𝐚𝐡𝐚𝐦 𝐁𝐞𝐫𝐞𝐝𝐚𝐫

2. Variabel Terikat (Y)

Variabel terikat (Dependent variable) merupakan obyek penelitian yang

dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas

(Sugiyono, 2017:38). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah harga

saham. Harga saham merupakan harga selembar kertas yang

diperjualbelikan di pasar modal, yang mana harga tersebutdapat berubah

kapan saja dan berubah sesuai dengan permintaan dan penawaran. Harga
saham yang digunakan dalam penelitian ini adalah harga saham

penutupan (closing price) yang tercatat pada laporan keuangan

perusahaan yaitu per 31 Desember (Lilianti, 2018).

Tabel 4.2
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Variabel Definisi Proksi Skala
Earning per share
menunjukkan besarnya
laba bersih perusahaan 𝐋𝐚𝐛𝐚 𝐁𝐞𝐫𝐬𝐢𝐡 𝐒𝐞𝐭𝐞𝐥𝐚𝐡 𝐁𝐮𝐧𝐠𝐚 𝐝𝐚𝐧 𝐏𝐚𝐣𝐚𝐤
𝑬𝑷𝑺 =
Earning yang siap dibagikan 𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐒𝐚𝐡𝐚𝐦 𝐁𝐞𝐫𝐞𝐝𝐚𝐫
Rasio
Per Share bagi semua pemegang
saham perusahaan dari (Kasmir, 2016:207)
setiap lembar saham.

Dividen per share


mengukur seberapa
besar dividen yang
dibagikan kepada 𝐃𝐢𝐯𝐢𝐝𝐞𝐧 𝐓𝐮𝐧𝐚𝐢
𝑫𝑷𝑺 =
Dividen investor sesuai dengan 𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐒𝐚𝐡𝐚𝐦 𝐁𝐞𝐫𝐞𝐝𝐚𝐫 Rasio
Per Share lembar saham yang
dimiliki dibandingkan (Tandelilin 2011:384),
dengan jumlah saham
yang beredar.

Harga saham
merupakan harga yang
terbentuk dari interaksi
penjual dan pembeli Closing Price
Harga
saham yang Rasio
Saham
dilatarbelakangi oleh (Lilianti, 2018)
harapan terhadap profit
perusahaan.

Sumber : Jurnal-jurnal ilmiah (diunduh, 2020)

F. Uji Asumsi Klasik (Uji BLUE (Best, Linear, Unbiased, Estimated))

1. Uji Normalitas

Uji normalitas adalah untuk untuk menguji apakah dalam model regresi

variabel independen dan variabel dependen memiliki distribusi data normal

atau tidak (Ghozali, 2016:154). Model regresi yang baik adalah memiliki

distribusi normal atau mendekati normal. Apabila variabel tidak berdistribusi

secara normal maka hasil uji statistik akan mengalami penurunan. Uji

normalitas data dapat dilakukan dengan menggunakan One Sample


Kolmogorov- Smirnov yaitu dengan ketentuan apabila nilai signifikan diatas

0,05, maka data terdistribusi normal. Sedangkan, jika hasil One Sample

Kolmogorov-Smirnov menunjukkan nilai signifikan dibawah 0,05, maka

data tidak terdistribusi normal.

2. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear

ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan

kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya) (Ghozali, 2016 :

155). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi,

model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Untuk

mendeteksi ada tidaknya autokorelasi dalam penelitian ini digunakan uji

Durbin-Watson (DW Test) :

Tabel 4.3

Pengambilan Keputusan Ada Tidaknya Autokorelasi

Hipotesis Nol Keputusan Jika

Ada autokorelasi positif Tolak 0<d<dl

Tidak ada autokorelasi positif No decision dl<d<du

Ada autokorelasi negatif Tolak 4-dl<d<4

Tidak ada autokorelasi negatif No decision 4-du<d<4-du

Tidak ada autokorelasi Tidak ditolak du<d<4-du

Sumber: (Ghozali, 2016:155)

Keterangan :

a. Bila nilai DW (Durbin Watson) terletak antara batas atas atau Upper

bound (dU=Durbin Watson Upper) dan (4 - dU), maka koefisien

autokorelasi sama dengan nol, berarti tidak ada autokorelasi.


b. Bila nilai DW lebih rendah daripada batas bawah atau lower bound

(dL=Durbin Watson Lower), maka koefisien autokorelasi lebih besar

daripada nol, berarti ada autokorelasi positif.

c. Bila nilai DW lebih besar daripada (4 - dL), maka koefisien

autokorelasi lebih kecil daripada nol, berarti ada autokorelasi negatif.

d. Bila nilai DW terletak di antara batas atas (dU) dan batas bawah (dL)

atau DW terletak antara (4 - dU) dan (4 - dL), maka hasilnya tidak

dapat disimpulkan.

3. Uji Multikolonieritas

Uji multikolonieritas ini bertujuan untuk menguji apakah model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model

regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel

independen (Ghozali, 2016:103). Untuk mendeteksi ada atau tidaknya

multikolonieritas di dalam model regresi dapat dilihat dengan nilai

Tolerance (TOL) dan Variance Inflation Factor (VIF).

Kriteria pengukurannya adalah sebagai berikut :

1) Jika tolerance > 10% dan VIF < 10%, maka tidak terjadi

multikolinieritas.

2) Jika tolerance < 10% dan VIF > 10%, maka terjadi multikolinieritas.

4. Uji Heteroskedastisitas

Uji Heterokedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi

terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke

pengamatan lain. Jika varian dari residual dari satu pengamatan ke

pengamatan yang lain tetap, maka disebut Homokedastisitas. Dan jika


varian berbeda disebut Heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah

tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2016:134).

Untuk mendeteksi uji ini dapat dilihat dengan ada atau tidaknya pola

tertentu pada grafik scatterplot. Jika ada pola tertentu maka

mengindikasikan terjadi heteroskedastisitas. Tetapi jika tidak ada pola yang

jelas serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y,

maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

5. Uji Linearitas

Uji linearitas digunakan untuk mengetahui apakah dua variabel

mempunyai hubungan yang linear atau tidak secara signifikan (Ghozali,

2016:105). Kriteria dalam uji linearitas adalah dua variabel dikatakan

mempunyai hubungan yang linear apabila signifikasi (linearity) < 0,05.

G. Metode Analisis

1. Analisis Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif adalah statistik yang memberikan gambaran

atau deskripsi suatu data yang dilihat dari mean, standard deviasi,

maksimum, minimum, sum, range, serta untuk mengukur distribusi data

dengan skewness dan kurtosis. Statistik deskriptif mendeskripsikan data

menjadi sebuah informasi yang lebih jelas dan mudah dipahami (Ghozali,

2016:19).

2. Analisis Statistik Inferensial

Analisis statistik inferensial adalah teknik statistik yang digunakan

untuk menganalisis data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi,

statistik ini akan cocok digunakan bila sampel diambil dari populasi yang
jelas dan teknik pengambilan sampel dari populasi itu dilakukan secara

random (Ghozali, 2016:170).

Penelitian ini menggunakan analisis regresi linear berganda, yang

bertujuan untuk mempelajari hubungan antara variabel independen (X)

dengan variabel dependen (Y). Analisis regresi berganda (multiple

regression method) dan atau yang biasa disebut dengan atau

menggunakan regresi ordinary least square (metode kuadrat terkecil), yang

digunakan untuk menganalisis Earning Per Share (X 1 ) dan Dividen Per

Share (X 2 ) sebagai variabel independen terhadap harga saham (Y)

sebagai variabel dependen. Persamaan regresi linear berganda adalah

sebagai berikut:

Y = α+ β 1 X 1 +β 2 X 2 + e

Keterangan :

Y = Harga Saham

X1 = Earning Per Share

X2 = Dividen Per Share

β1 - β2 = Koefisien regresi (β eta )

A = Nilai konstanta

E = error term (nilai residual)

H. Uji Hipotesis

1. Uji Fisher test (Uji-F atau Uji Kelayakan Model)

Untuk menguji pengaruh dari seluruh variabel independen terhadap

variabel dependen yang dalam model regresi digunakan uji F. Uji F disebut

dengan uji koefisien regresi secara serentak. Pengujian ini dilakukan untuk

mengetahui apakah variabel independen secara simultan mempengaruhi


variabel dependen (Ghozali, 2016:96). Prosedur yang digunakan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

a) Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikansi 0,05 dengan derajat

bebas (n-k), dimana n = jumlah pengamatan dan k = jumlah variabel.

b) Kriteria keputusan :

1) Uji kelayakan model diterima jika F- hitung > F- tabel , maka model regresi

dinyatakan layak atau < a = 0,05, maka model ini sesuai.

2) Uji kelayakan model ditolak jika F- hitung < F- tabel , maka model regresi

dinyatakan tidak layak atau > a =0,05 , maka model dinyatakan tidak

sesuai.

2. Uji Student test (t-test atau parsial)

Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh

satu variabel penjelas (independen) secara individual dalam menerangkan

variasi variabel dependen. Uji ini mempunyai nilai signifikansi a = 5%.

Kriteria pengujian hipotesis dengan menggunakan uji statistik t adalah jika

nilai signifikansi t (p-value) < 0,05, maka hipotesis alternative diterima, yang

menyatakan bahwa suatu variabel independen secara individual dan

signifikan mempengaruhi variabel dependen (Ghozali, 2016:98).

1) Apabila t- hitung > t- tabel ., maka H0 ditolak dan Ha diterima, hipotesis

penelitian diterima.

2) Apabila t- hitung < t- tabel ., maka H0 diterima dan Ha ditolak, hipotesis

penelitian ditolak.

3. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) dimaksudkan untuk mengetahui tingkat

ketepatan paling baik dalam analisa regresi, dimana hal tersebut


ditunjukkan oleh besarnya koefisien determinasi (R2) antara 0 (nol) dan 1

(satu). Koefisien determinasi (R2) nol, berarti variabel independen sama

sekali tidak berpengaruh terhadap variabel dependen. Apabila koefisien

determinasi mendekati satu, maka dapat dikatakan bahwa variabel

independen berpengaruh terhadap variabel dependen.

Penetapan nilai koefisien determinasi dapat dilakukan dengan

mengalikan nilai koefisien regresi dengan persentase, untuk itu dapat

dihitung dengan rumus sebagai berikut :

R2 = r x 100%

Selain itu, koefisien determinasi (R2) dipergunakan untuk mengetahui

persentase perubahan variabel dependen (Y) yang disebabkan oleh

variabel independen (X). Pengujian koefisien determinasi dilakukan dengan

cara mengalikan nilai koefisien regresi yang telah distandarisasi beta,

sehingga dapat diperoleh besaran kontribusi dari masing-masing variabel

independen terhadap variabel dependen.


DAFTAR PUSTAKA

Aduardus, Tandelilin. 2011. Fortofolio Dan Investasi. Yogyakarta

Aminah, N., Arifati, R., &Supriyanto, A. (2016). Pengaruh Dividen Per Share,
Return On Equity, Net Profit Margin, Return On Investment Dan Return
On Asset Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Real Estate Dan
Property Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2011-
2013. Journal Of Accounting, 2(2).

Ardiyanto, A., Wahdi, N., & Santoso, A. (2020). Pengaruh Return On Assets,
Return On Equity, Earning Per Share Dan Price To Book Value
Terhadap Harga Saham. Jurnal Bisnis & Akuntansi Unsurya, 5(1).

Bagya, M. B., Suhadak, S., & Handayani, S. R. (2016). Pengaruh Earning Per
Share (EPS), Return On Equity (ROE), Dan Price Earning Ratio (PER)
Terhadap Harga Saham (Studi Pada Perusahaan Telekomunikasi Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2010-2014). Jurnal
Administrasi Bisnis, 41(1), 100-107.

Brigham & Houston. 2014. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Jakarta:


Salemba Empat.

Bursa Efek Indonesia (2020). Financial Report, diakses melalui


https://www.idx.co.id

Darmadji, Tjiptono, Dan Fakhruddin. 2012. Pasar Modal Di Indonesia. Edisi.


Ketiga. Jakarta : Salemba Empat.

Fatmawatie, A. S., & Hamid, M. (2018). Pengaruh Earning Per Share (EPS) Dan
Deviden Per Share (DPS) Terhadap Harga Saham Indeks Lq-45 Di
Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2016 (Doctoral Dissertation, Stie
Widya Wiwaha).

Ghozali, Imam. 2016. Aplikasi Analisis Multivariete Dengan Program Ibm Spss 23
(Edisi 8). Cetakan Ke Viii. Semarang : Badan Penerbit Universitas
Diponegoro.

Harpono, F. F., & Chandra, T. (2019). Analisis Pengaruh DER, ROE, PER, EPS,
Dan DPS Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Sub Sektor
Kesehatan Dan Farmasi Yang Terdaftar Di BEI Tahun 2010-
2017. Bilancia: Jurnal Ilmiah Akuntansi, 3(1),69-78.

Huizein, E. T. Pengaruh Return On Equity, Debt To Equity Ratio, Earning Per


Share, Price Earning Ratio Dan Current Ratio Terhadap Harga Saham
Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Industri Dasar Dan Kimia Tahun
Periode 2012-2016.

Jogiyanto, H. (2010). Teori Portofolio Dan Analisis Investasi. Edisi Kedua.


Yogyakarta: BPFE.
Kasmir. 2016. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Khairani, I. (2016). Pengaruh Earning Per Share (EPS) Dan Deviden Per Share
Terhadap Harga Saham Perusahaan Pertambangan Yang Terdaftar Di
Bursa Efek Indonesia (Bei) Tahun 2011-2013. Jurnal Manajemen Dan
Keuangan, 5(2), 566-572.

Lilianti, E. (2018). Pengaruh Dividend Per Share (DPS) Dan Earning Per Share
(EPS) Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Sub Sektor Farmasi
Di Bursa Efek Indonesia (Bei). Jurnal Ecoment Global; Kajian Bisnis Dan
Manajemen, 3(1), 12-22.

Maulana, F. (2017). Pengaruh Faktor-Faktor Fundamental Terhadap Harga


Saham (Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur Sub Sektor
Makanan Dan Minuman Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indoneisa (BEI)
Periode 2013-2015) (Doctoral Dissertation, Iib Darmajaya).

Nahariyah, R., & Apriatni, E. P. (2017). Pengaruh Current Ratio (CR), Debt To
Equity Ratio (DER), Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE),
Dan Earning Per Share (EPS) Terhadap Harga Saham Pada
Perusahaan Sub Sektor Konstruksi Bangunan Yang Terdaftar Di Bursa
Efek Indonesia Periode 2011-2015. Jurnal Ilmu Administrasi Bisnis, 6(4),
310-324.

Nicken Tari, Dwi (2019). "Indeks Sektor Properti dan Infrastruktur Melaju".
https://market.bisnis.com>read Hasil web Indeks Sektor Properti dan
Infrastruktur…/ diakses pada 27 Januari 2020.

Nirmalasari, L. (2018). Analisis Financial Distress Pada Perusahaan Sektor


Property, Real Estate Dan Konstruksi Bangunan Yang Terdaftar Di
Bursa Efek Indonesia. Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia (Jmbi), 7(1),
46-61.

Niyati, W., & Lubis, I. (2019). Analisis Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan
Metode Economic Value Added (EVA) Pada Pt. Adaro Energy Tbk.
Periode 2011-2017. Jurnal Ilmu Manajemen Dan Akuntansi Terapan
(Jimat), 10(1), 26-42.

Novasari, E. (2013). Pengaruh PER, EPS, ROA Dan DER Terhadap Harga
Saham Perusahaan Sub-Sektor Industri Textile Yang Go Public Di
Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2009-2011 (Doctoral Dissertation,
Universitas Negeri Semarang).

Novia, K. A. (2017). Pengaruh Return On Assets (ROA), Return On Equity


(ROE), Net Profit Margin (NPM), Dan Earning Per Share (EPS)
Terhadap Harga Saham (Studi Pada Perusahaan Property Sub
Residence Yang Listing Di Bursa Efek Indonesia Periode 2014-
2016) (Doctoral Dissertation, Faculty Of Social And Political Sciences).

Noviasari, R. (2013). Pengaruh Dividend Per Share (DPS) Dan Earning Per
Share (EPS) Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur
Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (Doctoral Dissertation,
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau).
Nur Fitria, F. E. B. B. Y. (2019). Pengaruh Debt To Equity Ratio (DER), Earning
Per Share (EPS), Devidend Per Share (DPS) Dan Return On Asset
(ROA) Terhadap Harga Saham (Survey Pada Perusahaan Manufaktur
Di Bursa Efek Indonesia Periode 2015-2018) (Doctoral Dissertation,
Universitas Siliwangi).

Prawiroharjo Thauwrisan, L. I. D. Y. A. (2016). Faktor-Faktor Yang


Mempengaruhi Kebijakan Dividen Terhadap Harga Saham Perusahaan
Sektor Properti, Real Estate, Dan Konstruksi Bangunan Yang Terdaftar
Di Bursa Efek Indonesia (Doctoral Dissertation).

Putri, L. P. (2017). Pengaruh Profitabilitas Terhadap Harga Saham Pada


Perusahaan Pertambangan Batubara Di Indonesia. Jurnal Ilmiah
Manajemen Dan Bisnis, 16(2).

Rahmadewi, P. W., & Abundanti, N. (2018). Pengaruh EPS, PER, CR Dan ROE
Terhadap Harga Saham Di Bursa Efek Indonesia. E-Jurnal
Manajemen, 7(4), 2106-2133.

Riyanto, Bambang., 2013. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi.


Keempat. BPFE-Yogyakarta. Yogyakarta.

SahamOk (2020). Daftar Emiten, diakses melalui https://www.sahamok.com

Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. Bandung

Sunariyah. 2011. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. Edisi Keenam.


Yogyakarta: UPP STIM YKPN

Tandelilin, E. (2010). Portofolio Dan Investasi, Edisi Ke-3 Yogyakarta: Kanisus

Widyowati, L. (2015). Pengaruh Earning Per Share (EPS), Dividend Per Share
(DPS), Dan Price Earning Ratio (PER),Terhadap Harga Saham
Perusahaan Manufaktur Tahun 2010-2013 Di Bursa Efek Indonesia
BEI (Doctoral Dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).

Yunaz, A. B. (2019). Pengaruh Earning Per Share, Dividend Per Share, Return
On Assets Dan Debt Equity Ratio Terhadap Harga Saham Pada
Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Periode 2012-2017.

Anda mungkin juga menyukai