Anda di halaman 1dari 41

RINGKASAN

PENCAPAIAN PEMBANGUNAN 2004—2009


DAN
RPJMN 2O10—2014

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/


BAPPENAS
Juni 2D1D
BAPPENAS

RINGKASAN
PENCAPAIAN PEMBANGUNAN 2004—2009
DAN RPJMN 2010—2014

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/


BAPPENAS
Juni 2010
KATA PENGANTAR

Seringkali Ibu Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional diminta


untuk memberi paparan atau melakukan dialog di berbagai
kesempatan dan tempat dalam konteks capaian pembangunan
nasional. Materi dan bahan paparan atau dialog merupakan hasil
kompilasi dan rangkuman dari bahan-bahan yang diberikan oleh
para Deputi dan Direktur sektor yang terkait di Bappenas. Ringkasan
ini merupakan hasil kompilasi bahan-bahan tersebut, namun
disajikan dalam versi yang lebih sederhana.

Menurut kami, banyak informasi baru maupun lama dalam bahan-


bahan tersebut yang dapat dijadikan referensi dan akan berguna
bagi banyak pihak. Oleh karena itu, ringkasan ini disusun agar
menjadi suatu dokumen yang meskipun sederhana namun dapat
membantu berbagai pihak yang terkait dengan pembangunan
sektoral khususnya mereka yang melakukan perencanaan
pembangunan maupun mereka yang perlu mereview hasil
pembangunan. Di lingkungan Bappenas khususnya, Buku Ringkasan
ini diharapkan dapat melengkapi referensi tentang hasil
pembangunan nasional.

Kompilasi yang dilakukan tentu masih jauh dari sempurna. Oleh


karena itu, kritik dan saran atas isi Buku Ringkasan ini sangat
diharapkan dan mohon disampaikan melalui alamat e-mail
ekp@bappenas.go.id. Terima kasih.

Jakarta, Juni 2010


Plt. Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan

Dr. Ir. Dedi M. Masykur Riyadi

ii
PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN NASIONAL
PENGANTAR

 Pembangunan ditujukan untuk menjawab berbagai


permasalahan dan tantangan di berbagai bidang yang pada
akhirnya bermuara pada peningkatan kesejahteraan rakyat.
Pembangunan harus dilaksanakan melalui upaya sinergis antar
bidang untuk mencapai peningkatan kesejahteraan rakyat
secara optimal.

Tabel 1. Tren Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2000-2007

 Perkembangan hingga saat ini menunjukkan capaian yang


cukup memuaskan untuk beberapa sektor berikut ini:

1
PERTUMBUHAN EKONOMI

 Indonesia mengupayakan pertumbuhan ekonomi yang tinggi


dan berkelanjutan dengan tetap menjaga stabilitas ekonomi
selama periode 2004—2009 di tengah faktor-faktor eksternal
yang tidak dapat diprediksi seperti krisis global dan tingginya
harga minyak dunia.
 Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2004 mencapai 5,0 persen,
tahun 2005 meningkat menjadi 5,7 persen, tahun 2006
sebesar 5,5 persen, tahun 2007 meningkat tajam menjadi 6,3
persen, dan pada tahun 2008 berada pada titik 6,1 persen. Di
tahun 2009, pertumbuhan ekonomi sampai Kuartal III tahun
2009 (TW III) telah mencapai 4,2 persen. Perlu dicatat, bahwa
pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2009 lebih rendah dari
tahun 2008 dan lebih rendah dari target RPJMN 2004-2009
(6,4 persen). Kondisi ini merupakan dampak dari masih
lesunya perekonomian global yang berimbas pada
perekonomian domestik. Namun demikian, terus diupayakan
untuk tetap menjaga ketahanan fiskal yang berkesinambungan
dengan pemberian stimulus fiskal guna merangsang
pertumbuhan ekonomi. Dalam kaitan itu, peningkatan
penerimaan perpajakan menunjukkan kinerja yang baik karena
perbaikan terus dilakukan menuju reformasi administrasi
perpajakan yang berkelanjutan, seperti modernisasi
administrasi perpajakan.
 Secara umum kondisi ekonomi makro pada akhir tahun 2009
adalah sebagai berikut:
 Setelah mendapatkan imbas akibat krisis subprime
mortgage pada akhir 2008, di pertengahan 2009
perekonomian nasional telah mulai menunjukkan tanda-
tanda pemulihan sejalan dengan membaiknya ekonomi
dunia dan mulai naiknya harga berbagaqi komoditi
internasional
 Konsumsi domestik sejak awal 2009 menjadi penyumbang
utama pertumbuhan ekonomi, terutama terkait dengan
terjaganya daya beli masyarakat, kegiatan kampanye
Pemilu, dan upaya mempercepat penyerapan anggaran

2
 Sebagian besar indikator ekonomi domestik angkanya terus
membaik dan dimulai sejak awal 2009, seperti:
o Keyakinan konsumen meningkat
o Penjualan barang retail dan otomotif membaik
o Aktivitas industri kembali meningkat setelah mengalami
penurunan pada akhir tahun 2008.
 Dampak krisis global mulai dirasakan terhadap pertumbuhan
ekonomi nasional sejak triwulan IV tahun 2008. Pertumbuhan
ekonomi triwulan IV tahun 2008 menurun menjadi minus 3,6
% dibandingkan triwulan III tahun 2008 (q-t-q) atau tumbuh
sebesar 5,2 persen (y-o-y), sementara itu pada triwulan
sebelumnya ekonomi tumbuh positip, yaitu 6,2 persen pada
triwulan I; 6,4 persen pada triwulan II; dan 6,4% pada triwulan
III (y-o-y). Krisis global—yang berdampak pada turunnya
permintaan dunia, menurunnya harga minyak dan komoditas
—menyebabkan ekspor barang dan jasa tumbuh negatif 5,5
persen pada triwulan IV tahun 2008 dibanding triwulan
sebelumnya. Dampak global juga mendorong pembalikan
aliran modal dari Indonesia ke luar negeri, sehingga
investasi/Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (PMTB)
hanya tumbuh 0,8 persen pada triwulan IV dibanding triwulan
sebelumnya.
 Penurunan pertumbuhan ekonomi terus berlanjut hingga
triwulan II tahun 2009. Pertumbuhan ekonomi triwulan I tahun
2009 adalah 4,2 persen dan pada triwulan II laju pertumbuhan
menurun menjadi 4 persen. Pada triwulan III tahun 2009 laju
pertumbuhan ekonomi meningkat kembali menjadi 4,2 persen
yang menunjukkan tanda-tanda pemulihan ekonomi nasional
sejalan dengan membaiknya ekonomi dunia.
 Pertumbuhan ekonomi sampai dengan triwulan III tahun 2009
adalah sebesar 4,2 persen (y-o-y). Dari sisi permintaan,
pertumbuhan ekonomi didorong oleh pengeluaran pemerintah
dan pengeluaran masyarakat yang masing masing tumbuh 15,1
persen dan 5,2 persen. Sementara itu ekspor masih tumbuh
negatif, yaitu -14,1 persen. Dari sisi produksi, pertumbuhan
ekonomi tinggi terutama didorong oleh sektor pertanian yang
meningkat sebesar 3,4 persen; dan sektor tersier, yaitu sektor
listrik, gas dan air; dan pengangkutan dan telekomunikasi yang
masing masing tumbuh 13,9 persen dan 17,6 persen.
 Dari fakta diatas, perkembangan pertumbuhan ekonomi
Indonesia masih dapat dikategorikan memiliki kinerja
perekonomian yang baik sementara banyak negara lain yang
pertumbuhannya negatif. Dalam konteks itu, ekonomi
Indonesia tumbuh positip 4 persen bersama China dan India
yang tumbuh pesat dan masing masing mencapai 7,9 persen
dan 6,1 persen pada triwulan II tahun 2009.
Tabel 2. Perkembangan Perekonomian Indonesia
Tahun 2004 – 2009
Capaian
Satuan 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Ekonomi
Pertumbuhan Ekonomi1) % 5,0 5,7 5,5 6,3 6,1 4,5
PDB Perkapita1) Rp Ribu 7.656 7.964 8.292 8.721 9.111 9.409
Laju Inflasi, IHK1) % 6,4 17,1 6,6 6,6 11,1 2,78
Nilai Tukar Nominal1) Rp/USD 8.968 9.750 9.141 9.166 9.681 9.400
Kemiskinan
Jumlah Penduduk Miskin1)
- Jumlah Juta
36,1 35,1 39,3 37,17 34,96 32,53
orang
- Persentase terhadap
% 16,7 16,0 17,7 16,6 15,4 14,2
penduduk
Ketenagakerjaan dan Pengangguran
Angkatan Kerja2) Juta 104,0 105,9 106,4 109,9 112,0 113,8
Angkatan Kerja Baru Juta 1,2 1,9 0,4 3,6 2,0 1,9
Penduduk yang bekerja2) Juta 93,7 94,0 95,5 99,9 102,6 104,8
Tambahan Kesempatan
Juta 0,3 1,5 4,5 4,5 2,6 2,2
Kerja
Pengangguran Terbuka2)
- Jumlah Juta 10,3 11,9 10,9 10,0 9,40 9,00
- Persentase terhadap
% 9,86 11,24 10,28 9,11 8,39 7,87
angkatan kerja
Kesempatan Kerja
Juta 28,4 28,9 29,7 30,9 31,2 32,1
Formal2)
Kesempatan Kerja
Juta 65,3 65,1 65,8 69,0 71,4 72,7
Informal2)
Pertanian dan Pangan
Produksi Padi1) Juta ton 54,1 54,2 54,5 57,2 60,3 64,3
Produksi Jagung1) Juta ton 11,3 11,5 11,6 13,3 16,3 17,6
Produksi Kedelai1) Ribu ton 724 808 748 593 776 966
Sumber: 1) Statistik Indonesia, BPS;
2) Sakernas 2004-2009, BPS, Laporan Evaluasi 5 Th Pelaksanaan RPJMN 2004-2009,
Bappenas (Final Draft)
1. KEMISKINAN

 Pada tahun 2005 jumlah penduduk miskin sebanyak 35,1 juta


jiwa atau 15, 97 persen dari seluruh penduduk Indonesia. Pada
tahun 2009, meskipun sudah menurun namun jumlah
penduduk miskin pada tahun 2009 ternyata masih cukup besar
secara absolut, yaitu 32,53 juta orang atau sebesar 14,15
persen dari total penduduk.

 Subsidi pada tahun 2005 sebesar Rp23 trilyun dan dialokasikan


pada sektor tertentu saja. Pada tahun 2009, untuk bantuan
sosial saja telah mencapai Rp79 trilyun.

 Disamping hal di atas, penurunan angka kemiskinan juga


merupakan andil dari berbagai bentuk program perlindungan
sosial seperti Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
(PNPM) Mandiri yang pada tahun 2007 dilaksanakan di 26.724
desa di 1.837 kecamatan dan pada tahun 2009 sudah mencakup
50.201 desa di 3.908 kecamatan yang tersebar di 32 provinsi.

 Melalui Program Raskin telah disalurkan bantuan subsidi beras


bagi 8,3 juta kepala keluarga sebanyak 1,99 juta ton pada tahun
2005 dan 18,5 juta rumah tangga sasaran sebanyak 3,24 juta
ton pada tahun 2009.

 Pelaksanakan Program Keluarga Harapan yang dimulai pada


tahun 2007 dan mencakup 387.947 kepala keluarga pada tahun
2009 telah meliputi 726.376 kepala keluarga.

 Bentuk intervensi yang terakhir adalah pemberian Kredit Usaha


Rakyat yang dimulai pada tahun 2008. Realisasi penyaluran KUR
secara kumulatif sejak tahun 2008 mencapai Rp17,19 trilyun
dengan proporsi Rp12,62 trilyun terealisasi di tahun 2008 dan
Rp4,57 trilyun terealisasi di tahun 2009 untuk 2,37 debitur.

 Berbagai intervensi di atas ikut berperan dalam menurunkan


angka kemiskinan. Tingkat kemiskinan terus menurun, dari
16,58 persen pada tahun 2007 menjadi 15,42 persen atau
sebanyak 34,96 juta penduduk yang hidup di bawah garis
kemiskinan. Selanjutnya pada tahun 2008 menurun menjadi
sebesar, dan pada Maret 2009 tingkat kemiskinan menurun lagi
menjadi 14,15 persen atau setara dengan 32,53 juta masyarakat
yang hidup di bahwa garis kemiskinan.
Tabel 3. Sasaran dan Pencapaian Penanggulangan Kemiskinan, Tahun 2005-2009
Pencapaian
No. Sasaran Indikator Satuan
2005 2006 2007 2008 2009

1 Menurunnya persentase Jumlah penduduk yang berada di bawah garis Juta jiwa 35,1 39,3 37,17 34,96 32,53
penduduk yang berada di kemiskinan dan tingkat kemiskinan 1)
bawah garis kemiskinan
manjadi 8,2 persen pada Persentase penduduk yang berada di bawah Persen 15,97 17,75 16,58 15,42 14,15
tahun 2009 garis kemiskinan dan tingkat kemiskinan 1)

2 Terpenuhinya kecukupan Jumlah masyarakat miskin yang menerima RTS 15.791.884 15.503.295 19.100.905 19.100.905 18.497.801
pangan yang bermutu dan Raskin 2)
terjangkau
Jumlah Subsidi Beras untuk masyarakat miskin 2 Juta ton 1,99 1,62 1,73 3,34 3,33

Jumlah produksi padi 2) Juta ton 54,15 66,61 57,16 60,32 63,84

3 Terpenuhinya pelayanan Jumlah masyarakat miskin yang mendapatkan Juta orang 60 60 76,4 76,4 76,4
kesehatan yang bermutu dan pelayanan kesehatan melalui
terjangkau Askeskin/Jamkesmas 2)

4 Tersedianya pelayanan Angka partisipasi Murni Jenjang SD/MI/Paket A Persen 94,30 94,48 94,90 95,14 95,4
3)
pendidikan dasar yang (Prediksi)
bermutu dan merata
Angka partisipasi kasar jenjang SMP/MTs 3) Persen 85,22 88,68 92,52 96,18 98
(Prediksi)

Tingkat Literasi >15 tahun 3) Persen 90,45 91,93 92,80 94,03 95,05 (Prediksi)

5 Terbukanya kesempatan Jumlah pengangguran 4) Juta orang 11,899 10,932 10,011 9,4 8,96
kerja dan berusaha 4)
Tingkat Pengangguran Terbuka Persen 11,2 10,28 9,11 8,39 7,87

7
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja 4) Persen 66,8 66,16 66,99 67,18 67,60
(Feb ’09)

6 Terpenuhinya kebutuhan Jumlah rumah susun sederhana yang dibangun Unit (tower) 4.762 6.448 8.265 9.443 8.791
perumahan dan sanitasi yang untuk masyarakat miskin 5) (50) (67 ) (86 ) (98) (99)
layak
Proporsi rumah tangga dengan akses rumah Persen 85 84,3 83,1 83,8 85,9
tinggal tetap 5)

7 Terpenuhinya kebutuhan air Pengembangan prasarana dan sarana air Orang 704.262 392.848 26.025 (*) (*)
bersih dan aman bagi minum bagi masyarakat berpendapatan
masyarakat miskin rendah di perkotaan (5)
Program PAMSIMAS di desa rawan air/terpencil Orang 469.918 239.382 75.950 (*) (*)
5)

8 Terjamin dan terlindunginya Jumlah sertifikasi tanah yang diterbitkan bagi Sertifikat 415.361 595.850 1.069.700 1.042.701 (*)
hak perorangan dan hak masyarakt miskin 6)
komunal atas tanah

9 Meningkatnya partisipasi Jumlah Kecamatan Penerima PNPM 7) Kecamatan (**) (**) 3.018 4.369 6.408
masyarakat miskin dalam
pengambilan keputusan

Sumber: 1) Statistik Indonesia, BPS;


2) Statistik Kesejahteraan Sosial, BPS;
3) Statistik Pendidikan, BPS;
4) Sakernas, BPS;
5) Kementerian PU;
6) BPN;
7) Kemendagri dan Kementerian PU.
Catatan: (*) Data publikasi resmi belum tersedia; (**) Data tidak tersedia.
2. KETENAGAKERJAAN & PENGANGGURAN

 Dalam periode 2005-2008, tren jumlah kesempatan kerja yang tercipta


rata-rata 2,2 juta per tahun, yang berarti di atas jumlah angkatan kerja
yang masuk ke pasar tenaga kerja yaitu 2 juta per tahun. Dampaknya
sangat menggembirakan. Jumlah penganggur secara nominal berhasil
diturunkan dan tingkat pengangguran berangsur turun menjadi 8,5%
pada tahun 2008 dan menurun lagi menjadi 8,1% pada awal tahun
2009.
 Jumlah pengangguran terbuka selama kurun waktu 2007 – 2009
semakin menurun. Pada tahun 2007 jumlah pengangguran terbuka
adalah sebanyak 10 juta atau 9,11 persen terhadap angkatan kerja;
turun menjadi 9 juta atau 7,87 persen terhadap angkatan kerja pada
tahun 2009. (Data rinci lihat Tabel Perkembangan Perekonomian
Indonesia Tahun 2005-2009)

Gambar 1. Perkembangan Angkatan Kerja, Bekerja dan


Pengangguran Terbuka, Tahun 2004–2009

120 11.24% 12%


10.28%
9.86%
100 9.11% 10%
8.39%
7.87%
Jumlah (juta orang)

80 8%

TPT (%)
Sasaran: TPT 5,1%
60 6%

103.97 105.86 106.39


40 109.94 111.95 113.83 4%
99.93
93.72 93.96 95.46 102.55
11.90 104.87
20 10.25 9.39 8.96 2%
10.93 10.01

0 0%
2004200520062007 2008 2009
Angkatan Kerja Pengangguran Terbuka Sasaran RPJMN Bekerja TPT (%)

Sumber: Sakernas-BPS, 2004-2009

9
3. PENDIDIKAN

 Pembangunan pendidikan nasional selama periode RPJMN 2004-2009


telah berhasil meningkatkan akses dan kesempatan masyarakat untuk
memperoleh pendidikan yang ditunjukkan dengan meningkatnya rata-
rata lama sekolah penduduk usia 15 tahun ke atas dari 7,27 tahun pada
tahun 2005 menjadi 7,50 tahun pada tahun 2008, dan menurunnya
persentase angka buta aksara penduduk usia 15 tahun ke atas dari
9,55 persen pada tahun 2005 menjadi 5,30 persen pada tahun 2009
(Susenas, BPS).

 Pencapaian tersebut semakin diperkuat dengan adanya peningkatan


angka partisipasi pendidikan pada semua jenjang pendidikan. APK
SD/MI/sederajat pada tahun 2005 sebesar 111,2 persen meningkat
menjadi 117 persen pada tahun 2009, dan APK SMP/MTs/sederajat
pada tahun 2005 sebesar 85,22 persen meningkat menjadi 98,3 persen
pada tahun 2009. Sementara itu, APK SMA/SMK/MA/sederajat dan
APK pendidikan tinggi pada tahun 2005 masing-masing sebesar 52,20
persen dan 15,00 persen meningkat menjadi 69,6 persen dan 23,5
persen pada tahun 2009. Secara rinci kondisi pembangunan
pendidikan sampai saat ini dapat dilihat pada Tabel 4 berikut.
Tabel 4. Perkembangan Pembangunan Pendidikan Tahun 2004-2009
Capaian
No Sasaran Indikator Satuan 2004 2005 2006 2007 2008 2009*)
1 Meningkatnya taraf APK SD/MI/SDLB/Paket A % 112,5 111,20 112,57 115,71 116,56 117,00
pendidikan penduduk APK SMP/MTs/SMPLB/Paket B % 81,22 85,22 88,68 92,52 96,18 98,3
Indonesia APK SMA/SMK/MA/SMLB/Paket C % 49,01 52,20 56,22 60,51 64,28 69,6
APK PT/PTA, termasuk UT (usia 19-24 tahun) % 14,62 15,00 16,70 17,25 17,75 23,50**)
APK PAUD % 39,09 42,34 45,63 48,32 50,62 53,70
APS penduduk usia 7-12 tahun % 96,77 97,14 97,39 97,60 97,83 97,90
APS penduduk usia 13-15 tahun % 83,49 84,02 84,08 84,26 84,41 87,90
Persentase Buta Aksara usia > 15 tahun % 10,21 9,55 8,07 7,20 5,97 5,30
Angka melanjutkan jenjang SD ke SMP % 83,11 92,09 95,48 96,74 ta ta
Angka melanjutkan jenjang SMP ke SMA % 75,12 80,94 80,74 84,72 ta ta
Disparitas APK PAUD antara Kabupaten dan Kota % 6,04 5,42 4,37 4,20 3,61 ta
Disparitas APK SD/MI/SDLB/Paket A antara Kabupaten % 2,49 2,49 2,43 2,40 2,28 ta
dan Kota
Disparitas APK SMP/MTs/SMPLB/Paket B antara % 25,14 25,14 23,44 23,00 20,18 ta
Kabupaten dan Kota
2 Meningkatnya kualitas Nilai rata-rata UN SMP/MTs/sederajat 5,26 6,28 7,05 7,02 6,87 ta
pendidikan Nilai rata-rata UN SMA/SMK/MA sederajat 5,31 6,52 7,33 7,14 7,17 ta
Proporsi guru yang berkualifikasi S1/D4 % 30 30 36,9 43,9 47,0 49,5
3 Meningkatnya efektivitas Persentase anggaran pendidikan terhadap APBN % 14,2 14,4 19,3 19,6 16,1
***) 20,0
dan efisiensi manajemen
pelayanan pendidikan
Sumber: Renstra Kementerian Pendidikan Nasional 2010-2014
Catatan: *) : Angka perkiraan akhir tahun 2009
**) : Kisaran usia peserta didik PT disesuaikan dengan rata-rata lama bersekolah dari semula 19-24 tahun menjadi 19-23 tahun
***) : APBN-P 2008
ta : tidak ada data/data belum tersedia

11
4. KESEHATAN

 Pencapaian sasaran pembangunan kesehatan selama kurun waktu


2004-2009 telah diupayakan melalui peningkatan akses masyarakat
terhadap pelayanan kesehatan. Peningkatan umur harapan hidup dari
66,2 tahun pada 2004 menjadi 70,5 tahun pada 2008 menunjukkan
peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang semakin membaik.
Status dan kecenderungan Angka Kematian Ibu (AKI) melahirkan telah
mengalami penurunan dari 307 per 100.000 kelahiran hidup pada 2005
(SDKI 2002-2003) dan 228 per 100.000 kelahiran hidup pada 2007.
 Kondisi pembangunan kesehatan berdasarkan sasaran RPJMN 2004-
2009 ditunjukkan antara lain dengan usia harapan hidup pada tahun
2009 yang mencapai 70,7 tahun, lebih tinggi dari sasaran usia harapan
hidup dalam RPJMN 2004-2009, yaitu sebesar 70,6 tahun. Berdasarkan
hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, angka
kematian ibu menurun dari 307 per 100.000 kelahiran hidup menjadi
228 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007. Angka ini telah
mendekati sasaran dalam RPJMN 2004-2009 yakni 226 per 100.000
kelahiran hidup. Secara lengkap status pembangunan kesehatan
sampai saat ini dapat dilihat dalam tabel berikut.

12
Tabel 5. Perkembangan Pembangunan Kesehatan

Capaian
Sasaran RPJMN 2004-
No Indikator Satuan Target
2009 2005 2006 2007 2008
2009
1 Meningkatnya umur
Umur
harapan hidup dari 66,2
Harapan Tahun 70 69,8 70,5 70,5 70,6
tahun menjadi 70,6
Hidup2)
tahun
2 Menurunnya angka
Angka per 1.000
kematian bayi dari 35
Kematian kelahiran 35 --- 34 --- 26
menjadi 26 per 1.000
Bayi3) hidup
kelahiran hidup
3 Menurunnya angka
Angka
kematian ibu Per
Kematian
melahirkan dari 307 Ibu 100.000
307 --- 228 --- 226
menjadi 226 per melahirka kelahiran
100.000 kelahiran 3)
hidup
hidup n
4 Menurunnya prevalensi
kurang gizi pada anak
Prevalensi
dan balita dari 25,8
kurang Persen 25,8 --- 18,4 --- 20
persen menjadi 20,0
gizi4)
persen dari jumlah
penduduk
Catatan: 1) Sasaran status kesehatan dalam bentuk impact (outcome) sehingga tidak tersedia data tahunan; 2) Capaian
bersumber dari hasil proyeksi BPS; 3) Bersumber dari SDKI 2002-2003; 4) Bersumber dari Survei GAKY tahun 2002; 5)
Bersumber dari SDKI 2007; 6) Bersumber dari Riskesdas 2007; 7) Status terakhir AKI dan AKB akan didapatkan melalui survei
penduduk (SP) tahun 2010; 8) Status terakhir prevalensi kekurangan gizi akan didapatkan melalui Riskesdas tahun 2010.
6. PERTANIAN DAN PANGAN

 Kemajuan dalam bidang produksi pangan selama RPJMN 2004-2009


ditunjukkan oleh produksi semua komoditas pangan yang meningkat
tajam, khususnya dalam dua tahun terakhir. Produksi padi sepanjang
tahun 2005-2009 menunjukkan trend yang meningkat. Pada tahun
2005, produksi padi mencapai 54,15 juta ton Gabah Kering Giling (GKG)
yang didukung oleh luasan panen 11,84 juta ha dan produktivitas 4,57
ton/ha. Sementara pada tahun 2006, 2007, dan 2008, produksi padi
nasional masing-masing mencapai 54,45 juta, 57,16 juta, dan 60,33
juta ton GKG.
 Peningkatan produksi terbesar terjadi pada tahun 2009, dimana
berdasarkan ARAM III BPS produksi padi nasional mencapai 63,84 juta
ton GKG atau meningkat 5,83 persen dibandingkan pada tahun 2008.
Peningkatan ini didorong oleh peningkatan luas panen dan
produktivitas, dimana masing-masing meningkat sebesar 4,18 persen
dan 1,57 persen. Sementara itu, luas panen dan produktivitas pada
tahun 2009 ini masing-masing mencapai 12,84 juta ha dan 49,71
kuintal per hektar (ku/ha).

Tabel 5. Sasaran dan Pencapaian Sasaran Utama Revitalisasi Pertanian,


Tahun 2005-2009
Pencapaian
No Sasaran Indikator Satuan
2005 2006 2007 2008 2009
1 Pertumbuhan Pertumbuhan PDB Persen 2,72 3,36 3,47 4,83 4,13
sektor pertanian
 Tanaman bahan
3,52 persen Persen 2,60 2,98 3,35 6,06 4,71
makanan
 Tanaman
Persen 2,48 3,79 4,55 3,67 2,46
perkebunan
 Peternakan dan
Persen 2,13 3,35 2,36 3,52 3,72
hasilnya
 Kehutanan Persen -1,47 -2,85 -0,83 -0,03 1,51
 Perikanan Persen 5,87 6,90 5,39 5,07 5,20
2 Meningkat-nya Perkembangan
Rp juta 6,10 6,37 6,48 6,77 6,89
pendapatan dan pendapatan petani
kese-jahtean Nilai Tukar Petani
Unit NTP 100,97 102,49 107,09 110,16 *)
petani (NTP)
Sumber: 1) BPS;
2) Kementerian Pertanian;
3) Kementerian Kehutanan;
4) Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Catatan: *) Data dari publikasi resmi belum tersedia.
7. SARANA DAN PRASARANA

INFRASTRUKTUR SUMBER DAYA

AIR

 Pelaksanaan percepatan pembangunan infrastruktur sumberdaya


air (SDA) guna mendukung penyediaan infrastruktur yang lebih
baik selama kurun waktu 2004-2008 telah dilakukan, diantaranya
yaitu penanganan kelembagaan sumberdaya air sebagai amanat
UU No. 7/2004 dengan melengkapi peraturan perundang-
undangan yang diperlukan, peningkatan pelayanan infrastruktur
sesuai Standar Pelayanan Minimum (SPM) dengan pembangunan
saluran air baku dengan kapasitas terpasang 1,00 m3/detik,
rehabilitasi sarana/prasarana pengendali banjir di 62 lokasi
pembangunan, pemeliharaan prasarana pengaman pantai
sepanjang 20 km dan prasarana air tanah untuk air minum di
daerah terpencil/perbatasan seluas 688 ha.
 Pembangunan infrastruktur sumber daya air (SDA) berkontribusi
langsung atas terciptanya ketahanan pangan melalui
penyelenggaraan penyediaan jaringan irigasi yang handal
sekaligus dapat mewujudkan revitalisasi pertanian dan
ketersediaan air baku untuk irigasi domestik dan industri. Sampai
dengan tahun 2009, telah dilakukan peningkatan luas layanan
jaringan irigasi seluas 527,06 ribu hektar, rehabilitasi jaringan
irigasi seluas 1,93 juta hektar, serta operasi dan pemeliharaan
jaringan irigasi yang menjadi kewenangan Pusat seluas 2,1 juta
hektar per tahun. Selain itu, juga telah dilakukan peningkatan
/rehabilitasi jaringan rawa seluas 923,57 ribu hektar serta operasi
dan pemeliharaan jaringan rawa seluas 451,29 ribu hektar per
tahun. Dalam upaya mempertahankan ketersediaan air baku
untuk rumah tangga, industri dan perkotaan pada tahun 2009
dilakukan pembangunan infrastruktur pembawa air baku dengan
kapasitas layanan lebih kurang 12,53 m 3/detik, dan pembangunan
embung/bendung sebanyak 443 buah.
INFRASTRUKTUR JALAN

 Pembangunan prasarana jalan yang sesuai dengan sasaran


pembangunan prasarana jalan hingga 2008 telah dilakukan
penanganan jalan lintas utama untuk mempertahankan kondisi
dan fungsi jalan yang meliputi jalan lintas pantai utara jawa
sepanjang 332 km, jalan lintas timur sumatera sepanjang 318 km,
jalan lintas selatan kalimantan sepanjang 282,9 km, jalan lintas
barat sulawesi sepanjang 260,4 km, serta jalan lintas lainnya
sepanjang 1.401,2 km.
 Pembangunan infrastruktur jaringan jalan mempunyai peranan
penting dalam mendukung peningkatan daya saing terutama
dalam mempercepat pertumbuhan ekonomi wilayah dan
kelancaran arus barang/jasa. Pencapaian kinerja pada tahun 2009,
meliputi: antara lain rehabilitasi/pemeliharaan jalan nasional
31.169 km dan 63.781 m jembatan dan pembangunan Jembatan
Suramadu 5,4 km. Pada akhir tahun 2009 pencapaian kondisi
mantap jalan nasional menjadi sekitar 89%.

INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN

 Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk menyediakan


tempat tinggal layak huni dan terjangkau yang didukung oleh
prasarana dan sarana dasar permukiman yang sehat. Di bidang
perumahan dan permukiman, Pemerintah telah melakukan
berbagai fasilitasi/subsidi penyediaan rumah sederhana sehat
serta meningkatkan pelayanan air minum, air limbah,
persampahan dan drainase. Salah satu upaya yang telah dilakukan
di bidang perumahan antara lain penyediaan subsidi kredit
pemilikan rumah sederhana sehat (KPR-RSH) sebanyak 63.713
unit pada 2005 dan menjadi 122.901 unit pada 2008.
 Pembangunan infrastruktur permukiman selama lima tahun
terakhir menunjukkan kinerja sangat baik, sebagai contoh, telah
dilakukan pembangunan Rumah Susun Sederhana Sewa
(Rusunawa) sebanyak 37.709 unit, dan penataan bangunan dan
lingkungan di 802 kelurahan.
I. RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA
MEMENGAH NASIONAL 2010-2014

A. DOKUMEN PERENCANAAN

Dari segi struktur penulisan dan kerangka pemikiran, dokumen RPJMN


tahun 2010-2014 sangat berbeda dengan 2004-2009. Disamping itu, visi
misi Presiden terpilih benar-benar diterjemahkan dalam Buku I dan
dilaksanakan dalam Buku II dan III.

Secara singkat, beberapa hal yang menjelaskan mengapa perbedaan diatas


harus dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Dokumen perencanaan harus merupakan gambaran keterkaitan


antara dokumen anggaran dan dokumen rencana pembangunan.
Selain itu, dokumen perencanaan harus memuat sasaran
pembangunan yang terukur, sehingga dapat di monitor
pelaksanaanya dan dapat dievaluasi capaiannya.
2. Adanya upaya reformasi perencanaan dan penganggaran dengan
menekankan pada perencanaan dan penganggaran berbasis kinerja
(performance Based Budgeting), berjangka menengah (Medium Term
Expenditure Framework), dan sistem penganggaran terpadu (Unified
Budgeting).
3. Restrukturisasi program pembangunan dengan pendekatan:
a. Prinsip akuntabilitas kinerja kabinet (perencanaan kebijakan/Policy
Planning) dimana terdapat keterkaitan yang jelas antara program
dan kegiatan dengan upaya pencapaian sasaran pembangunan
nasional
b. Prinsip akuntabilitas kinerja organisasi dimana terdapat
keterkaitan antara tupoksi organisasi dengan dengan struktur
program, sehingga terlihat jelas tanggung jawab dari masing-
masing kementerian/lembaga.
4. Dokumen RPJMN 2010-2014 telah memuat sasaran dan indikator
pembangunan yang terukur pada berbagai tingkat pencapaian
sasaran tersebut. Dengan demikian sasaran pembangunan yang
tercantum dalam dokumen RPJMN dengan mudah dapat
dimonitoring dan dievaluasi. Selain itu, kinerja pembangunan jelas
dapat diukur capaiannya dan diketahui penanggung jawabnya.
5. Melalui Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2010 tentang Percepatan
Prioritas Pembangunan Nasional 2010, peningkatan monitoring
pencapaian sasaran pembangunan nasional tahun 2010 dilaksanakan
dengan tujuan untuk memastikan dan mempercepat pelaksanaan
pembangunan dalam mencapai sasaran-sasaran yang telah
ditetapkan.
6. Kebijakan New Initiative. Kebijakan ini dilaksanakan dalam rangka
memenuhi kebutuhan kementerian/lembaga yang belum tercantum
dalam baseline tahun 2011. New Initiative diperkenankan dalam
rangka akselerasi output, memperbesar kegiatan dalam
mempercepat pencapaian output dan penambahan kegiatan baru
sepanjang kegiatan tersebut sangat penting untuk dilaksanakan
segera.
B. RENCANA PEMBANGUNAN SEKTORAL

Berikut ini diuraikan beberapa rencana pembangunan sektoral yang ke


depan, diperkirakan akan menjadi isu penting:

B.1. EKONOMI
Pembangunan bidang ekonomi ditujukan untuk menjawab berbagai
permasalahan dan tantangan di berbagai bidang dan pada akhirnya
bermuara pada peningkatan kesejahteraan rakyat. Pembangunan bidang
ekonomi harus dilaksanakan secara sinergi dengan bidang-bidang yang lain
untuk mencapai peningkatan kesejahteraan rakyat. Dalam rangka
penciptaan peningkatan kesejahteraan rakyat, dalam RPJM 2010-2014
kondisi utama yang harus diciptakan adalah
(1) Pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan;
(2) Penciptaan stabilitas ekonomi yang kokoh;
(3) Pembangunan ekonomi yang inklusif dan berkeadilan.

(1) Pertumbuhan Ekonomi yang Berkelanjutan


 Pertumbuhan ekonomi dapat didorong dari dua sisi, yakni sisi
permintaan dan sisi penawaran.
Pertumbuhan ekonomi dari sisi permintaan terdapat empat komponen
utama:
Komponen Pertama adalah investasi. Investasi memegang peran penting
bagi pertumbuhan ekonomi. Kebijakan diversifikasi dan penyebaran
investasi harus secara intensif dilakukan, disesuaikan dengan potensi atau
sumber daya spesifik yang dimiliki daerah atau industri.
Komponen Kedua adalah ekspor yang juga merupakan sumber bagi
pertumbuhan ekonomi. Dari waktu ke waktu kinerja ekspor Indonesia
terus menunjukkan perbaikan. Kebijakan peningkatan daya saing produk
ekspor perlu dilakukan dengan cara menurunkan biaya logistik,
meningkatkan ketersediaan infrastruktur, mengurangi pungutan liar, dan
menyederhanakan peraturan dan prosedur perizinan, sehingga biaya
ekonomi dapat ditekan.
Komponen Ketiga, kebijakan menjaga daya beli. Daya beli rakyat akan
dapat ditingkatkan apabila pendapatan masyarakat mengalami
peningkatan. Kebijakan yang diperlukan adalah mengantsipasi faktor-
faktor yang menimbulkan gejolak inflasi, terutama yang terkait dengan
proses distribusi dan pergerakan harga di pasar internasional. Apabila daya
beli terjaga, tingkat konsumsi rakyat juga akan terjaga, yang kemudian
akan mendukung pula terciptanya pertumbuhan ekonomi.
Komponen Keempat, optimalisasi pengeluaran pemerintah dan
pengelolaan kekayaan negara. Pengeluaran pemerintah memiliki peran
penting terutama ketika terjadi ancaman krisis ekonomi. Pemberian
stimulus fiskal diharapkan mampu mendorong peningkatan permintaan,
serta menutupi penurunan permintaan akibat turunnya investasi dan
ekspor. Namun, pengeluaran pemerintah juga dibatasi oleh ketersediaan
anggaran (resource envelope) yang dimiliki. Apabila pengeluaran terlalu
besar, defisit anggaran akan membesar, dan dapat mengancam
keberlangsungan kebijakan fiskal ke depan. Di sisi lain, pengeluaran yang
terlalu besar juga dapat mengurangi porsi konsumsi dan investasi swasta
dalam perekonomian (crowding out effect). Untuk itu, pemerintah perlu
meningkatkan optimalisasi pengeluarannya secara efektif dan efisien, yang
didukung dengan pengelolaan aset secara akuntabel dan bertanggung
jawab melalui pengelolaan kekayaan negara yang andal dan kredibel.

Pertumbuhan ekonomi dari sisi penawaran:


 Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi akan diperoleh melalui
peningkatan produksi.
 Sektor yang diharapkan menjadi pendorong utama peningkatan
pertumbuhan ekonomi dari sisi produksi adalah:
Pertama, sektor industri manufaktur. Hal ini terjadi karena sektor
industri manufaktur dapat memberikan nilai tambah yang besar.
Kedua, sektor pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan,
dan perikanan dalam mendorong peningkatan pertumbuhan
ekonomi.

Proyeksi
 Dalam rangka terwujudnya pertumbuhan yang berkelanjutan,
pertumbuhan ekonomi dalam tahun 2010-2014 diharapkan meningkat
rata-rata 6,3-6,8 persen per tahun.

 Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi ini didukung oleh:


 Pertumbuhan investasi sebesar 9,1-10,8 persen,
 Pertumbuhan ekspor sebesar 10,7-11,6 persen,
 Pertumbuhan konsumsi rumah tangga sebesar 5,3-5,4 persen, dan
 Pertumbuhan konsumsi pemerintah sebesar 10,6-11,7 persen.
 Dari sisi produksi, pertumbuhan ekonomi ini didukung oleh:
 Pertumbuhan sektor pertanian dengan rata-rata sebesar 3,6-3,7
persen
 Pertumbuhan sektor industri pengolahan yang tumbuh rata-rata
sebesar 5,5-6,0 persen.

(2) Stabilitas Ekonomi yang Kokoh


 Terciptanya stabilitas ekonomi makro merupakan kondisi yang
tidak kalah pentingnya untuk meningkatkan kesejahteraan
rakyat dan prasyarat bagi pertumbunan ekonomi. Perekonomian
nasional hanya dapat memberikan kinerja yang baik apabila
didukung oleh kestabilan ekonomi yang kokoh. Volatilitas pada
harga barang, tingkat suku bunga, tingkat pertumbuhan
ekonomi, atau utang pemerintah dapat memberikan gangguan
pada perekonomian, terutama sektor swasta, yang
membutuhkan kepastian dalam menjalankan usahanya yang
pada gilirannya akan mempengaruhi kesejahteraan masyarakat.

Upaya untuk menciptakan stabilitas ekonomi yang kokoh:


Pertama, stabilitas harga dan stabilitas nilai tukar harus dapat dijaga.
Gejolak harga yang tinggi selain mengurangi daya beli masyarakat juga
akan menimbulkan ketidakpastian dalam berusaha. Nilai tukar yang
befluktuasi juga akan menimbulkan ketidakpastian bagi kinerja sektor
perdagangan karena ketika nilai tukar terlalu menguat daya saing ekspor
akan menurun dan sebaliknya ketika nilai tukar melemah perekonomian
akan terganggu oleh tingginya harga impor.  Untuk mengatasi kedua
permasalahan tersebut langkah kebijakan moneter harus dipertajam.
Kedua, kebijakan fiskal yang berkelanjutan. Tingkat defisit atau utang yang
terlalu tinggi akan meningkatkan ketidakpercayaan swasta kepada
pemerintah.  Kebijakan anggaran defisit akan mendorong pemerintah
untuk mencari sumber pembiayaan, baik luar negeri dalam bentuk
pinjaman luar negeri maupun dari pinjaman dalam negeri dalam bentuk
penerbitan surat berharga negara (SBN). Dengan kebijakan seperti ini,
risiko memegang obligasi negara semakin meningkat yang pada gilirannya
mendorong tingginya yield yang harus dibayarkan pemerintah.
Ketiga, sektor kebijakan sektor keuangan. Krisis ekonomi Indonesia tahun
1998 berawal dari krisis di sektor keuangan yang selanjutnya memberikan
pengaruh buruk pada seluruh bidang pembangunan. Krisis ekonomi dunia
yang baru saja terjadi juga dipicu oleh krisis di sektor keuangan. Oleh
karena itu, stabilitas sektor keuangan ini harus menjadi fokus utama dalam
mendukung stabilitas ekonomi yang kokoh.
Tujuan stabilitas ekonomi yang kokoh  diharapkan tingkat inflasi dapat
dijaga sebesar rata-rata 4,0-6,0 persen per tahun pada tahun 2010-2014,
volatilitas nilai tukar rupiah terjaga, dan cadangan devisa berkisar USD
101,4 miliar sampai USD 105,5 miliar pada tahun 2014. Sementara itu, dari
sisi keuangan negara, defisit anggaran pada tahun 2014 diupayakan pada
tingkatan yang aman sekitar 1,2-1,9 persen.

(3) Pembangunan Ekonomi yang Inklusif dan Berkeadilan


Dalam rangka terciptanya Pembangunan Ekonomi yang Inklusif dan
Berkeadilan, pada tahun 2014 tingkat kemiskinan diharapkan dapat
diturunkan menjadi sekitar 8,0-10,0 persen, dan tingkat pengangguran
dapat diturunkan menjadi 5,0-6,0 persen.
Selama lima tahun ke depan, dalam rangka melaksanakan prioritas
pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, penciptaan stabilitas yang
kokoh serta pembangunan ekonomi yang inklusif dan berkeadilan maka
strategi dan arah kebijakan yang akan ditempuh adalah sebagai berikut.
Peningkatan Investasi
Fokus prioritas investasi dalam RPJMN 2010-2014 adalah sebagai berikut:
1) Fokus Prioritas Peningkatan Harmonisasi Kebijakan dan
Penyederhanaan Perizinan Investasi
2) Fokus Prioritas Peningkatan Fasilitasi Investasi

Peningkatan Ekspor Fokus prioritas dan kegiatan prioritas untuk


perdagangan luar negeri adalah sebagai berikut:
1) Fokus Prioritas Peningkatan Diversifikasi Pasar Tujuan Ekspor
2) Fokus Prioritas Peningkatan Kualitas dan Keberagaman Produk Ekspor
3) Fokus Prioritas Peningkatan Fasilitasi Ekspor
Peningkatan Daya Saing Pariwisata
Fokus prioritas dan kegiatan prioritas kepariwisataan dalam RPJMN 2010-
2014 adalah sebagai berikut:
1) Fokus Prioritas Pengembangan Industri Pariwisata
2) Fokus Prioritas Pengembangan Tujuan Pariwisata
3) Fokus Prioritas Pengembangan Pemasaran dan Promosi Pariwisata
4) Fokus Prioritas Pengembangan Sumber Daya Pariwisata
Peningkatan Daya Beli Masyarakat.
Fokus prioritas dan kegiatan prioritas perdagangan dalam negeri dalam
lima tahun ke depan adalah:
1) Fokus Prioritas Peningkatan Jaringan Distribusi untuk Menunjang
Pengembangan Logistik Nasional
2) Fokus Prioritas Penguatan Pasar Domestik Dan Efisiensi Pasar Komoditi
3) Fokus Prioritas Peningkatan Efektivitas Pengawasan dan Iklim Usaha
Perdagangan
Keuangan Negara
Fokus prioritas dan kegiatan prioritas optimalisasi pengeluaran pemerintah
dan pengelolaan kekayaan negara dalam lima tahun ke depan adalah:
1) Fokus Prioritas Optimalisasi Anggaran Belanja Pemerintah Pusat
2) Fokus Prioritas Pengelolaan Perimbangan Keuangan
3) Fokus Prioritas Pengelolaan Perbendaharaan Negara
4) Fokus Prioritas Pengelolaan Kekayaan Negara

Prioritas pengelolaan APBN yang berkelanjutan melalui fokus prioritas dan


kegiatan prioritas dapat diuraikan sebagai berikut.
1) Fokus Prioritas Perumusan Kebijakan Fiskal, Pengelolaan
Pembiayaan Anggaran Dan Pengendalian Resiko
2) Fokus Prioritas Peningkatan dan Optimalisasi Penerimaan Negara
3) Fokus Prioritas Pengelolaan dan Pembinaan BUMN
Tabel 7. Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi 2010-2014 (%)
Rata-rata
2010 2011 2012 2013 2014
2010-2014
PERTUMBUHAN EKONOMI 5,5 – 5,6 6,0 – 6,3 6,4 – 6,9 6,7 – 7,4 7,0 – 7,7 6,3 – 6,8
Sisi Pengeluaran
Konsumsi Masyarakat 5,2 – 5,2 5,2 – 5,3 5,3 – 5,4 5,3 – 5,4 5,3 – 5,4 5,3 – 5,4
Konsumsi Pemerintah 10,8 – 10 ,9 10,9 – 11,2 12,9 – 13,2 10,2 – 13,5 8,1 – 9,8 10,6 – 11,7
Investasi 7,2 – 7,3 7,9 – 10,9 8,4 – 11,5 10,2 – 12,0 11,7 – 12,1 9,1 – 10,8
Ekspor Barang dan Jasa 6,4 – 6,5 9,7 – 10,6 11,4 – 12,0 12,3 – 13,4 13,5 – 15,6 10,7 – 11,6
Impor Barang dan Jasa 9,2 – 9,3 12,7 – 15,2 14,3- 15,9 15,0 – 16,5 16,0 – 17,4 13,4 – 14,9
Sisi Produksi
Pertanian, Perkebunan, Peternakan,
3,3 – 3,4 3,4 – 3,5 3,5 – 3,7 3,6 – 3,8 3,7 – 3,9 3,6 – 3,7
Kehutanan, dan Perikanan
Pertambangan dan Penggalian 2,0 – 2,1 2,1 – 2,3 2,3 – 2,4 2,4 – 2,5 2,5 – 2,6 2,2 – 2,4
Industri Pengolahan 4,2 – 4,3 5,0 – 5,4 5,7 – 6,5 6,2 – 6,8 6,5 – 7,3 5,5 – 6,0
Industi Bukan Migas 4,8 – 4,9 5,6 – 6,1 6,3 – 7,0 6,8 – 7,5 7,1 – 7,8 6,1 – 6,7
Listrik, Gas, dan Air 13,4 – 13,5 13,7 – 13,8 13,8 – 13,9 13,9 -14,0 14,1 – 14,2 13,8 – 13,9
Konstruksi 7,1 – 7,2 8,4 – 8,5 8,8 – 9,3 8,9 – 10,1 9,1 – 11,1 8,4 – 9,2
Perdagangan, Hotel, dan Restoran 4,0 – 4,1 4,2 – 4,8 4,4 – 5,2 4,5 – 6,4 4,6 – 6,6 4,3 – 5,4
Pengangkutan dan Telekomunikasi 14,3 – 14,8 14,5 – 15,2 14,7 – 15,4 14,9 – 15,6 15,1 – 16,1 14,7 – 15,4
Keuangan, Real Estat, dan Jasa Perusahaan 6,5 – 6,6 6,6 – 6,7 6,8 – 7,0 6,9 – 7,0 7,2 – 7,3 6,8 – 6,9
Jasa-jasa 6,7 – 6,9 6,9 – 7,0 7,0 – 7,1 7,1 – 7,2 7,2 – 7,4 6,9 – 7,1
Sumber: RPJMN 2010-2014

24
Tabel 8. Kerangka Ekonomi Makro 2010-2014

Proyeksi Jangka Menengah


2010 2011 2012 2013 2014
Pertumbuhan Ekonomi 5,5 – 5,6 6,0 – 6,3 6,4 – 6,9 6,7 – 7,4 7,0 – 7,7
Pertumbuhan PDB Sisi
Pengeluaran (%)
Konsumsi
Masyarakat 5,2 – 5,3 5,2 – 5,3 5,3 – 5,4 5,3 – 5,4 5,3 – 5,4
Pemerintah 10,8 – 10,9 10,9 -11,2 12,9 – 13,2 10,2 – 13,5 8,1 – 9,8
Investasi 7,2 -7,3 7,9 – 10,9 8,4 – 11,5 10,2 – 12,0 11,7 – 12,1
Ekspor 6,4 – 6,5 9,7 – 10,9 11,4 -12,0 12,3 – 13,4 13,5 - 15,6
Impor 9,2 – 9,3 12,7 – 15,2 14,3 – 15,9 15,0 – 16,5 16,0 – 17,4
Pertumbuhan PDB Sisi
Produksi (%)
Pertanian 3,3 – 3,4 3,4 – 3,5 3,5 – 3,7 3,6 – 3,8 3,7 – 3,9
Industri Pengolahan 4,2 – 4,3 5,0 – 5,4 5,7 – 6,5 6,2 – 6,8 6,5 – 7,3
Nonmigas 4,8 – 4,9 5,6 – 6,1 6,3 – 7,0 6,8 – 7,5 7,1 – 7,8
Lainnya 6,5 – 6,7 7,0 – 7,3 7,3 – 7,7 7,5 – 8,4 7,8 – 8,6
PDB Perkapita
(US$) 2.555 2.883 3.170 3.445 3.811
Riil Harga Konstan 2000
9.785 10.255 10.790 11.389 12.058
(Ribu Rp)
Stabilitas Ekonomi
Laju inflasi, Indeks Harga
4,0 – 6,0 4,0 – 6,0 4,0 – 6,0 3,5 – 5,5 3,5 – 5,5
Konsumen (%)
Nilai Tukar Nominal
9.750 – 10.250 9.250 – 9.750 9.250 – 9.750 9.250 – 9.850 9.250 – 9.850
(Rp/US$)
Suku Bunga SBI 3 bln (%) 6,0 – 7,5 6,0 – 7,5 6,0 – 7,5 5,5 – 6,5 5,5 – 6,5
Neraca Pembayaran
Pertumbuhan Ekspor
7,0 – 8,0 11,0 -12,0 12,5 – 13,5 13,5 – 14,5 14,5 – 16,5
Nonmigas (%)
Pertumbuhan Impor
8,0 – 9,0 14,0 – 15,6 16,0 – 17,5 17,0 – 18,3 18,0 – 19,0
Nonmigas (%)
Cadangan Devisa (USD
74,7 -75,6 82,4 – 84,1 89,6 – 92,0 96,1 – 99,2 101,4 – 105,5
miliar)
Keuangan Negara *)
Surplus/Defisit APBN/PDB
-1,6 -1,9 -1,6 -1,4 -1,2
(%)
Penerimaan Pajak/PDB (%) 12,4 12,6 13,0 13,6 14,2
Stok Utang
29 28 27 25 24
Pemerintah/PDB (%)
Pengangguran dan
Kemiskinan
Tingkat Pengangguran (%) 7,6 7,3 – 7,4 6,7 – 7,0 6,0 – 6,6 5,0 – 6,0
Tingkas Kemiskinan (%) 12,0 – 13,5 11,5 – 12,5 10,5 – 11,5 9,5 – 10,5 8,0 – 10,0

Sumber: RPJMN 2010-2014


Catatan:*) Angka Tahun 2010 adalah angka APBN 2010 yang akan disesuaikan pada saat APBN-P 2010

25
Gambar 2. Alur Pikir Pembangunan Bidang Ekonomi

Sumber: RPJMN 2010-2014


B.2. KESEHATAN

 Permasalahan utama yang dihadapi adalah akses dan kualitas


pelayanan kesehatan yang masih belum memadai, yang antara lain
ditunjukkan oleh masih rendahnya status kesehatan ibu dan anak,
masih rendahnya status gizi masyarakat, masih tingginya angka
kesakitan dan kematian akibat penyakit, dan terbatasnya ketersediaan
tenaga kesehatan.

 Namun demikian, secara umum pembangunan bidang kesehatan terus


menunjukkan perbaikan, yang ditandai dengan: (a) Menurunnya Angka
Kematian Ibu (AKI) yang cukup tajam yaitu dari 307 (SDKI, 2002-2003)
menjadi 228 per 100 ribu kelahiran hidup (SDKI, 2007); dan (b)
Menurunnya prevalensi kekurangan gizi pada anak balita dari 25,8
persen (Susenas, 2005) menjadi 18,4 persen (Riskesdas, 2007) yang
melampaui target tahun 2009, yaitu sebesar 20%; (c) Menurunnya
Angka Kematian Bayi (AKB) dari 35 (SDKI, 2002-2003) menjadi 34 per
1000 kelahiran hidup (SDKI, 2007).

 Berdasarkan pencapaian pada RPJMN 2004-2009 dan permasalahan


serta tantangan yang dihadapi maka sasaran pembangunan kesehatan
pada RPJMN 2010-2014 adalah:

Tabel 9. Sasaran Pembangunan Kesehatan Tahun 2014

Status Awal Target tahun


No. Sasaran
(tahun 2008) 2014
Meningkatnya umur harapan
a) 70,7 72,0
hidup (tahun)
Menurunnya angka kematian ibu
b) melahirkan per 100.000 kelahiran 228 118
hidup
Menurunnya angka kematian bayi
c) 34 24
per 1.000 kelahiran hidup
Menurunnya prevalensi
kekurangan gizi(gizi kurang dan Lebih kecil dari
d) 18,4
gizi buruk) pada anak balita 15,0
(persen)
Sumber: RPJMN 2010-2014
 Titik berat pembangunan bidang kesehatan lebih pada pendekatan
preventif daripada hanya kuratif, misalnya melalui peningkatan
kesehatan masyarakat dan lingkungan antara lain dengan perluasan
penyediaan air bersih, pengurangan wilayah kumuh sehingga secara
keseluruhan diharapkan dapat meningkatkan angka harapan hidup
dari 70,7 tahun pada 2009 menjadi 72,0 tahun pada 2014, dan menuju
pencapaian keseluruhan sasaran Millenium Development Goals
(MDGs) tahun 2015.

 Substansi inti program aksi bidang kesehatan adalah sebagai berikut:


1. Program kesehatan masyarakat: Pelaksanaan Program Kesehatan
Preventif Terpadu yang meliputi pemberian imunisasi dasar
kepada 90% balita pada 2014; Penyediaan akses sumber air bersih
yang menjangkau 67% penduduk dan akses terhadap sanitasi
dasar berkualitas yang menjangkau 75% penduduk sebelum 2014;
Penurunan tingkat kematian ibu saat melahirkan dari 307 per
100.000 kelahiran pada 2008 menjadi 118 pada 2014, serta
tingkat kematian bayi dari 34 per 1.000 kelahiran pada 2008
menjadi 24 pada 2014;
2. Sarana kesehatan: Ketersediaan dan peningkatan kualitas layanan
rumah sakit berakreditasi internasional di minimal 5 kota besar di
Indonesia dengan target 3 kota pada 2012 dan 5 kota pada 2014;
3. Obat: Pemberlakuan Daftar Obat Esensial Nasional sebagai dasar
pengadaan obat di seluruh Indonesia dan pembatasan harga obat
generik bermerek pada 2010;
4. Asuransi Kesehatan Nasional: Penerapan Asuransi Kesehatan
Nasional untuk seluruh keluarga miskin dengan cakupan 100%
pada 2011 dan diperluas secara bertahap untuk keluarga
Indonesia lainnya antara 2012-2014.
Gambar 3. Rencana Pembangunan Bidang Sosial
Dan Kehidupan Beragama

Fokus Prioritas
Prioritas Dampak Sasaran
Bidang

Revitalisasi Program Keluarga Berencana (KB)


Penyerasian kebijakan pengendalian penduduk
Pengendalian Kuantitas Penduduk
Peningkatan ketersediaan dan kualitas data dan informasi kependudukan

Peningkatan kesehatan ibu, bayi dan balita


Perbaikan status gizi masyarakat
Pengendalian penyakit menular serta penyakit tidak menular,diikuti penyehatan lingkungan
Pengembangan sumber daya manusia kesehatan
Peningkatan ketersediaan, keterjangkauan, pemerataan, keamanan, mutu dan penggunaan obat serta pengawasan obat dan makanan
Pengembangan sistem jaminan pembiayaan kesehatan
Pemberdayaan masyarakat dan penanggulangan bencana dan krisis kesehatan
Peningkatan Akses dan Kualitas Pelayanan Kesehatan
Peningkatan pelayanan kesehatan primer, sekunder dan tersier

Peningkatan kualitas wajar pendidikan dasar 9 tahun yang merata


Didukung Oleh:
Peningkatan akses, kualitas, dan relevansi pendidikan menengah
Peningkatan kualitas, relevansi, dan daya saing pendidikan tinggi
Peningkatan profesionalisme dan pemerataan distribusi guru dan tenaga kependidikan
Peningkatan kualitas dan relevansi pendidikan non- formal
Pembangunan Ekonomi
Peningkatan minat dan budaya gemar membaca masyarakat
Peningkatan akses dan kualitas pendidikan anak usia dini
Peningkatan kualitas pendidikan agama dan keagamaan Peningkatan Akses, Kualitas, dan Relevansi Pendidikan
Pembangunan Hukum dan HAM
Pemantapan pelaksanaan sistem pendidikan nasional

Pembangunan SDA - LH

Pembangunan Infrastruktur

Peningkatan partisipasi dan peran aktif pemuda dalam berbagai bidang pembangunan
Peningkatan Partisipasi Pemuda, Budaya dan Prestasi Olahraga
PengembanganPeningkatan
Iptek budaya dan prestasi olahraga

Dll
Peningkatan kualitas pemahaman dan pengamalan agama
Peningkatan kualitas kerukunan umat beragama Peningkatan Kualitas Kehidupan Beragama
Peningkatan kualitas pelayanan kehidupan beragama
Pelaksanaan ibadah haji yang tertib dan lancar
Peningkatan rata-rata lama sekolah dan menurunnya angka buta aksara

Peningkatan Kualitas SDM (HDI, GDI, NRR)


serta Jati Diri dan Karakter Bangsa

Peningkatan Jati Diri dan


Karakter Bangsa

Peningkatan Kesejahteraan dan Kualitas Hidup Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS)

Peningkatan kesejahteraan dan kualitas hidup perempuan dan anak

Penguatan jati diri dan karakter bangsa yang berbasis pada keragaman budaya
Peningkatan apresiasi terhadap keragaman serta kreativitas seni dan budaya
Peningkatan kualitas perlindungan, penyelamatan, pengembangan dan pemanfaatan warisan budaya
Penguatan Jati Diri Bangsa dan Pelestarian Budaya
Pengembangan sumber daya kebudayaan

Peningkatan Program Keluarga Harapan (PKH)


Peningkatan pelayanan dan rehabilitasi sosial Peningkatan Akses dan Kualitas Pelayanan Kesejahteraan Sosial
Peningkatan Bantuan Sosial
Pemberdayaan fakir miskin dan komunitas adat terpencil (KAT)

Peningkatan Kesetaraan Gender,


Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak

Peningkatan kapasitas kelembagaan pengarusutamaan gender (PUG) dan pemberdayaan perempuan


Peningkatan kapasitas kelembagaan perlindungan anak

Sumber: RPJMN 2010-2014


B.3. PENDIDIKAN

 Permasalahan dan tantangan yang dihadapi terkait pembangunan


pendidikan antara lain: kesempatan memperoleh pendidikan yang
masih terbatas; kualitas, relevansi, dan daya saing pendidikan masih
rendah; profesionalisme guru masih rendah dan distribusinya belum
merata; ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan yang
berkualitas masih terbatas; manajemen dan tatakelola pendidikan
belum efektif; pembiayaan pendidikan yang berkeadilan belum
terwujud.
 Berdasarkan pencapaian pembangunan RPJMN 2004-2009 dan
berbagai permasalahan dan tantangan yang masih terus dihadapi,
maka sasaran pembangunan pendidikan pada RPJMN 2010-2014
ditetapkan sebagai berikut:

Tabel 10. Sasaran Pembangunan Pendidikan Tahun 2014


Status Awal Target tahun
Sasaran
(tahun 2008) 2014
a) Meningkatnya rata-rata lama sekolah 7,50 8,25
penduduk berusia 15 tahun ke atas
(tahun)
b) Menurunnya angka buta aksara 5,97 4,18
penduduk berusia 15 tahun ke atas
(persen)
c) Meningkatnya APM SD/SDLB/ 95,14 96,0
MI/Paket A (persen)
d) Meningkatnya APM SMP/SMPLB/ 72,28 76,0
MTs/Paket B (persen)
e) Meningkatnya APK SMA/SMK/ 64,28 85,0
MA/Paket C (persen)
f) Meningkatnya APK PT usia 19-23 21,26 30,0
tahun (persen)
g) Menurunnya disparitas partisipasi dan kualitas pelayanan pendidikan
antarwilayah, gender, dan sosial ekonomi, serta antarsatuan pendidikan
yang diselenggarakan oleh pemerintah dan masyarakat
Sumber: RPJMN 2010-2014
 Pembangunan bidang pendidikan diarahkan demi tercapainya
pertumbuhan ekonomi yang didukung keselarasan antara
ketersediaan tenaga terdidik dengan kemampuan: 1) menciptakan
lapangan kerja atau kewirausahaan dan 2) menjawab tantangan
kebutuhan tenaga kerja.
 Substansi inti program aksi bidang pendidikan adalah sebagai berikut:
1. Akses pendidikan dasar-menengah: Peningkatan Angka Partisipasi
Murni (APM) pendidikan dasar dari 95% di 2009 menjadi 96% di
2014 dan APM pendidikan setingkat SMP dari 73% menjadi 76%
dan Angka Partisipasi Kasar (APK) pendidikan setingkat SMA dari
69% menjadi 85%; Pemantapan/rasionalisasi implementasi BOS,
penurunan harga buku standar di tingkat sekolah dasar dan
menengah sebesar 30-50% selambat-lambatnya 2012 dan
penyediaan sambungan internet ber-content pendidikan ke
sekolah tingkat menengah selambat-lambatnya 2012 dan terus
diperluas ke tingkat sekolah dasar;
2. Akses pendidikan tinggi: Peningkatan APK pendidikan tinggi dari
18% di 2009 menjadi 25% di 2014;
3. Metodologi: Penerapan metodologi pendidikan yang tidak lagi
berupa pengajaran demi kelulusan ujian (teaching to the test),
namun pendidikan menyeluruh yang memperhatikan kemampuan
sosial, watak, budi pekerti, kecintaan terhadap budaya-bahasa
Indonesia melalui penyesuaian sistem Ujian Akhir Nasional pada
2011 dan penyempurnaan kurikulum sekolah dasar-menengah
sebelum tahun 2011 yang diterapkan di 25% sekolah pada 2012
dan 100% pada 2014;
4. Pengelolaan: Pemberdayaan peran kepala sekolah sebagai
manajer sistem pendidikan yang unggul, revitalisasi peran
pengawas sekolah sebagai entitas quality assurance, mendorong
aktivasi peran Komite Sekolah untuk menjamin keterlibatan
pemangku kepentingan dalam proses pembelajaran, dan Dewan
Pendidikan di tingkat Kabupaten;
5. Kurikulum: Penataan ulang kurikulum sekolah yang dibagi menjadi
kurikulum tingkat nasional, daerah, dan sekolah sehingga dapat
mendorong penciptaan hasil didik yang mampu menjawab
kebutuhan SDM untuk mendukung pertumbuhan nasional dan
daerah dengan memasukkan pendidikan kewirausahaan
(diantaranya dengan mengembangkan model link and match);
6. Kualitas: Peningkatan kualitas guru, pengelolaan dan layanan
sekolah, melalui: 1) program remediasi kemampuan mengajar
guru; 2) penerapan sistem evaluasi kinerja profesional tenaga
pengajar; 3) sertifikasi ISO 9001:2008 di 100% PTN, 50% PTS,
100% SMK sebelum 2014; 4) membuka luas kerja sama PTN
dengan lembaga pendidikan internasional; 5) mendorong 11 PT
masuk Top 500 THES pada 2014; 6) memastikan perbandingan
guru:murid di setiap SD & MI sebesar 1:32 dan di setiap SMP &
MTs 1:40; dan 7) memastikan tercapainya Standar Nasional
Pendidikan (SNP) bagi Pendidikan Agama dan Keagamaan paling
lambat tahun 2013.

B.4. PERTANIAN DAN PANGAN


 Peningkatan ketahanan pangan dan lanjutan revitalisasi pertanian
untuk mewujudkan kemandirian pangan, peningkatan daya saing
produk pertanian, peningkatan pendapatan petani, serta kelestarian
lingkungan dan sumber daya alam. Peningkatan pertumbuhan PDB
sektor pertanian sebesar 3,7% per tahun dan Indeks Nilai Tukar Petani
sebesar 115-120 pada 2014.
 Sasaran pembangunan pangan meliputi : (a) produksi padi tumbuh
3,22 persen per tahun, (b) produksi jagung tumbuh 10,02 persen per
tahun, (c) produksi kedelai tumbuh 20,05 persen per tahun. (d)
produksi gula tumbuh 12,55 persen per tahun, dan (e) produksi daging
sapi tumbuh 7,30 persen per tahun
 Sedangkan substansi inti program aksi ketahanan pangan meliputi:
1. Lahan, Pengembangan Kawasan dan Tata Ruang Pertanian:
Penataan regulasi untuk menjamin kepastian hukum atas lahan
pertanian, pengembangan areal pertanian baru seluas 2 juta
hektar, penertiban serta optimalisasi penggunaan lahan terlantar;
2. Infrastruktur: Pembangunan dan pemeliharaan sarana
transportasi dan angkutan, pengairan, jaringan listrik, serta
teknologi komunikasi dan sistem informasi nasional yang melayani
daerah-daerah sentra produksi pertanian demi peningkatan
kuantitas dan kualitas produksi serta kemampuan pemasarannya;
3. Penelitian dan Pengembangan: Peningkatan upaya penelitian dan
pengembangan bidang pertanian yang mampu menciptakan benih
unggul dan hasil peneilitian lainnya menuju kualitas dan
produktivitas hasil pertanian nasional yang tinggi;
4. Investasi, Pembiayaan, dan Subsidi: Dorongan untuk investasi
pangan, pertanian, dan industri perdesaan berbasis produk lokal
oleh pelaku usaha dan pemerintah, penyediaan pembiayaan yang
terjangkau, serta sistem subsidi yang menjamin ketersediaan
benih varietas unggul yang teruji, pupuk, teknologi dan sarana
pasca panen yang sesuai secara tepat waktu, tepat jumlah, dan
terjangkau;
5. Pangan dan Gizi: Peningkatan kualitas gizi dan keanekaragaman
pangan melalui peningkatan pola pangan harapan;
6. Adaptasi Perubahan Iklim: Pengambilan langkah-langkah kongkrit
terkait adaptasi dan antisipasi sistem pangan dan pertanian
terhadap perubahan iklim.
Gambar 4. Alur Pembangunan Bidang Sumber Daya Alam Dan Lingkungan Hidup

Sumber: RPJMN 2010-2014

34
B.5. INFRASTRUKTUR

 Pembangunan infrastruktur nasional yang memiliki daya dukung dan


daya gerak terhadap pertumbuhan ekonomi dan sosial yang
berkeadilan dan mengutamakan kepentingan masyarakat umum di
seluruh bagian negara kepulauan Republik Indonesia dengan
mendorong partisipasi masyarakat.

 Sasaran pembangunan infrastruktur hingga tahun 2014 meliputi: (a)


pembangunan Jalan Lintas Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi,
Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Papua mencapai
sepanjang 19.370 km, (b) pembangunan jaringan prasarana dan
penyediaan sarana transportasi antar-moda dan antar-pulau yang
terintegrasi sesuai dengan Sistem Transportasi Nasional dan Cetak Biru
Transportasi Multimoda, (c) penuntasan pembangunan Jaringan Serat
Optik di Indonesia Bagian Timur, dan (d) perbaikan sistem dan jaringan
transportasi d 4 kota besar (Jakarta, Bandung, Surabaya, dan Medan)

 Sedangkan substansi inti program aksi bidang infrastruktur adalah


sebagai berikut:
1. Tanah dan tata ruang: Konsolidasi kebijakan penanganan dan
pemanfaatan tanah untuk kepentingan umum secara menyeluruh
di bawah satu atap dan pengelolaan tata ruang secara terpadu;
2. Jalan: Penyelesaian pembangunan Lintas Sumatera, Jawa, Bali,
Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur,
dan Papua sepanjang total 19.370 km pada 2014;
3. Perhubungan: Pembangunan jaringan prasarana dan penyediaan
sarana transportasi antarmoda dan antarpulau yang terintegrasi
sesuai dengan Sistem Transportasi Nasional dan Cetak Biru
Transportasi Multimoda dan penurunan tingkat kecelakaan
transportasi sehingga pada 2014 lebih kecil dari 50% keadaan saat
ini;
4. Perumahan rakyat: Pembangunan 685.000 Rumah Sederhana
Sehat Bersubsidi, 180 Rusunami dan 650 twin block berikut
fasilitas pendukung kawasan permukiman yang dapat
menampung 836.000 keluarga yang kurang mampu pada 2012;

35
5. Pengendalian banjir: Penyelesaian pembangunan prasarana
pengendalian banjir, diantaranya Banjir Kanal Timur Jakarta
sebelum 2012 dan penanganan secara terpadu Daerah Aliran
Sungai Bengawan Solo sebelum 2013;
6. Telekomunikasi: Penuntasan pembangunan jaringan serat optik di
Indonesia bagian timur sebelum 2013 dan maksimalisasi
tersedianya akses komunikasi data dan suara bagi seluruh rakyat;
7. Transportasi perkotaan: Perbaikan sistem dan jaringan
transportasi di 4 kota besar (Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan)
sesuai dengan Cetak Biru Transportasi Perkotaan, termasuk
penyelesaian pembangunan angkutan kereta listrik di Jakarta
(MRT dan Monorail) selambat-lambatnya 2014.

Gambar 5. Kerangka Prioritas Bidang Sarana Dan Prasarana

Sumber: RPJMN 2010-2014

Anda mungkin juga menyukai