Anda di halaman 1dari 11

ANALISIS BALANCE OF PAYMENT INDONESIA

PERIODE 2013 - 2022

Disusun untuk Melengkapi Tugas Mata Kuliah Ekonomi Global


Pengajar Prof. Susijati B. Hirawan, S.E., M.Sc., Ph.D

Oleh:
Khisi Kinanti
NPM 2206135953

UNIVERSITAS INDONESIA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI
JAKARTA
2023
1. Pendahuluan
Neraca pembayaran merupakan salah satu indikator penting dalam menentukan stabilitas
ekonomi dan tingkat kesejahteraan suatu negara. Sebagai cerminan dari seluruh transaksi
ekonomi yang terjadi antara suatu negara dengan negara lain di dunia, neraca pembayaran
mencerminkan sejauh mana ekonomi suatu negara terintegrasi secara global.
Indonesia yang memiliki potensi ekonomi besar memiliki dinamika yang kompleks dalam
neraca pembayarannya. Dalam beberapa tahun terakhir, perubahan dalam tren ekonomi global,
fluktuasi harga komoditas, dan kebijakan perdagangan internasional telah memberikan dampak
yang signifikan terhadap keseimbangan neraca pembayaran Indonesia (NPI). Tulisan ini akan
mencoba menganalisis NPI terutama Current Account Deficit (CAD) dalam sepuluh tahun
terakhir sejak 2013 hingga 2022. Analisis akan dilakukan dengan pembahasan tren historis
NPI, mencermati peran ekspor-impor, investasi asing, serta perubahan dalam posisi investasi
internasional. Dari analisis tersebut akan diberikan kesimpulan yang dapat ditarik dari
perkembangan data yang ada untuk menjawab apakah defisit current account dalam
pembayaran Indonesia sudah sangat membahayakan dan bagaimana mengatasi masalah yang
ada.
2. Neraca Pembayaran dan Strukturnya
Menurut Carbaugh dalam buku International Economics (2019), Neraca pembayaran adalah
catatan transaksi ekonomi antara penduduk suatu negara dengan seluruh dunia. Negara
menyimpan catatan neraca pembayarannya selama periode satu tahun; Amerika Serikat dan
beberapa negara lain juga menyusun catatan tersebut secara kuartalan.
Transaksi internasional adalah pertukaran barang, jasa, atau aset antara penduduk suatu negara
dengan penduduk negara lain. Pencatatan akun-akun dalam neraca pembayaran menggunakan
sistem double entry accounting. Sisa residual atau selisih antara antara pencatatan debit dan
kredit yang dikenal sebagai statistical discrepancy dicatat sebagai selisih perhitungan bersih.
Subakun ini diperlakukan sebagai bagian akun modal dan finansial. Surplus terjadi saat saldo
dalam subakun adalah positif, sedangkan defisit terjadi saat saldo negatif (Carbaugh, 2019).
Neraca pembayaran di dalam suatu negara dibagi menjadi 3 jenis transaksi, yaitu transaksi
berjalan, transaksi modal dan transaksi finansial atau keuangan. Neraca transaksi berjalan
secara keseluruhan menggambarkan nilai bersih antara kredit dan debit dari seluruh transaksi
di dalam setiap komponen transaksi berjalan. Berdasarkan pengertian dari Bank Indonesia,
Neraca Transaksi Berjalan (NTB) adalah neraca yang mengukur penerimaan dan
pengeluaran Indonesia yang berasa dari transaksi-transaksi barang dan jasa, pendapatan
sekunder dan primer. Neraca transaksi berjalan ini menggambarkan sebuah catatan
penggabungan transaksi dari neraca perdagangan, neraca jasa dan neraca transfer unilateral.
(Bank Indonesia, 2008 dalam Noraditha, Y., Heribeta, H., & Emilia, E., 2022).
Menurut Bank Indonesia (2008) komponen transaksi modal dan finansial (capital and financial
account) meliputi transaksi modal dan transaksi finansial. Transaksi modal meliputi transaksi
transfer modal (capital transfer) dan pembelian atau penjualan aset bukan finansial tak
terbarukan (acquisition or disposal of non-produced, non-financial assets). Sementara itu,
transaksi finansial meliputi semua transaksi yang terkait dengan perubahan kepemilikan aset
dan kewajiban finansial luar negeri Indonesia pada periode tertentu. Transaksi finansial terdiri
dari investasi langsung (direct investment), investasi portofolio (portfolio investment),
investasi lainnya (other investment) dan cadangan devisa (reserve assets). (Kementerian
Keuangan, 2012)
Tabel 1. Struktur Neraca Pembayaran
Sumber World bank dalam Laporan Tim Kajian Neraca Pembayaran Kementerian Keuangan, 2012

3. Neraca Pembayaran Indonesia Sepuluh Tahun Terakhir (2013-2022)


Neraca Pembayaran Indonesia mengalami pasang surut sepanjang dekade terakhir, meski
sempat mengalami beberapa kali defisit di tahun 2013, 2015 dan 2018, di tahun-tahun lain
Indonesia mencatatkan surplus neraca pembayaran secara keseluruhan. Di tahun 2013
Indonesia mencatat Defisit sebesar 7,3 juta dolar ASsetelah menikmati pertumbuhan
perekonomian pasca krisis global yang terjadi di tahun 2008. Di tahun 2013 tren global yang
menguntungkan Indonesia mulai bergeser, seperti harga ekspor komoditas yang sebelumnya
tinggi mulai mengalami penurunan akibat melemahnya ekonomi negara emerging market
partner dagang Indonesia seperti China dan India. Pada sektor finansial pasokan likuiditas asing
ke negara emerging market seperti Indonesia berangsur-angsur berkurang seiring pengurangan
stimulus moneter oleh the Fed ditengah indikasi kinerja perekonomian Amerika Serikat yang
membaik. Kedua fenomena tersebut menekan neraca pembayaran yang menyebabkan
depresiasi nilai tukar rupiah.
Di tahun 2014, NPI mencatat surplus 15,2 Juta dolar AS dengan menekan transaksi berjalan
melalui kenaikan surplus neraca perdagangan barang dan peningkatan arus modal masuk ke
dalam negeri tertinggi sepanjang sejarah (meski di kuartal IV sempat terjadi penarikan arus
modal keluar akibat pengumumam kebijakan normalisasi the Fed) berkat koordinasi
pemerintah dan kebijakan sentralisasi BI. Berkat surplus tersebut, cadangan devisa di akhir
2014 meningkat dan indikator kerentanan eksternal tetap terjaga.
NPI pada 2015 kembali mencatat defisit 1,1 Juta dolar AS, lebih rendah dibandingkan defisit
dua tahun sebelumnya. Meski mencatat defisit NPI, terjadi penurunan defisit transaksi berjalan
selama 2015 sebesar 2,1% dari Produk Domestik Bruto (PDB) yang disebabkan oleh beberapa
faktor. Pertama, menurunnya harga minyak mendorong perbaikan di neraca migas. Kedua,
menurunnya impor nonmigas sejalan dengan melemahnya permintaan domestik dan ekspor
nonmigas. Ketiga, penyesuaian impor terhadap depresiasi nilai tukar rupiah. Sementara itu, di
neraca TMF, menurunnya aliran modal sebagai dampak dari ketidakpastian global
menyebabkan terjadinya defisit di NPI untuk keseluruhan tahun 2015.
Grafik 1. Neraca Pembayaran Indonesia 2013 – 2022
(Bank Indonesia, 2023)

ITEMS 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022
I. Transaksi Berjalan -29.109 -27.510 -17.519 -16.952 -16.196 -30.633 -30.279 -4.433 3.511 13.216
II. Transaksi Modal 45 27 17 41 46 97 39 37 80 60
III. Transaksi Finansial 2) 21.926 44.916 16.843 29.306 28.686 25.122 36.564 7.885 12.492 -8.916
IV. Total (I + II + III) -7.139 17.433 -659 12.394 12.536 -5.414 6.324 3.488 16.083 4.360
V. Selisih Perhitungan Bersih -186 -2.184 -439 -305 -950 -1.717 -1.648 -891 -2.622 -361
VI. Neraca Keseluruhan (IV + V) -7.325 15.249 -1.098 12.089 11.586 -7.131 4.676 2.597 13.461 3.999

Tabel 2. Neraca Pembayaran Indonesia Tahun 2013 – 2022 dalam Juta Dolar AS
(Bank Indonesia, 2023)
NPI 2016 mencatat surplus sebesar 12,1 Juta dolar AS, dipengaruhi penurunan defisit transaksi
berjalan dan kenaikan surplus transaksi modal finansial. Penurunan defisit transaksi berjalan
dari 2,0% pada 2015 menjadi 1,8% PDB dipengaruhi impor yang tetap terkendali serta dampak
dari nilai tukar rupiah yang bergerak sesuai fundamental. Sementara itu, kenaikan surplus TMF
dipengaruhi aliran masuk modal asing yang cukup tinggi didorong berbagai persepsi positif
investor asing terhadap prospek perekonomian Indonesia, termasuk pengaruh dari keberhasilan
program amnesti pajak.
NPI 2017 kembali mencatatkan surplus, neraca perdagangan barang nonmigas meningkat
hingga 30,4%, kembali didorong kenaikan nilai ekspor akibat perbaikan harga komoditas
global dan peningkatan permintaan negara-negara mitra dagang utama. Kenaikan tersebut
menopang kenaikan impor nonmigas, defisit neraca migas, serta defisit neraca jasa dan
pendapatan primer. Surplus TMF meningkat menjadi 29,9 miliar dolar AS, lebih tinggi dari
capaian 2016 sebesar 29,3 miliar dolar AS, didukung oleh membaiknya persepsi investor
terhadap prospek ekonomi Indonesia dan risiko global yang secara umum menurun.
Perekonomian global yang kurang kondusif di tengah pertumbuhan ekonomi domestik
memberikan tantangan bagi pengelolaan NPI 2018. Perekonomian global yang kurang
menguntungkan, telah memberikan tekanan pada NPI, baik melalui jalur perdagangan
maupunjalur finansial. Dalam periode awal hingga pertengahan 2018, defisit transaksi berjalan
tercatat sebesar 3% dari PDB. Defisit didorong pertumbuhan impor yang tinggi akibat
permintaan domestik yang kuat serta ekspor yang menurun akibat ekonomi dunia yang juga
melambat. Aliran masuk modal asing juga menurun dipicu kenaikan Federal Funds Rate (FFR)
dan ketidakpastian pasar keuangan global.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia berkontribusi pada aliran masuk modal asing yang meningkat
pada 2019 dan menopang surplus NPI sebesar 4,68 miliar dolar AS, berbalik arah dari kondisi
2018 yang mengalami defisit sebesar 7,13 miliar dolar AS. Surplus NPI bersumber dari surplus
TMF yang meningkat dalam investasi portofolio dalam bentuk surat utang maupun saham,
khususnya pada surat utang negara (SUN) yang mencapai 11,27 miliar dolar AS. Aliran masuk
modal asing tersebut dipengaruhi oleh prospek perekonomian yang terjaga dan imbal hasil aset
domestik yang masih menarik serta ketidakpastian global yang menurun dan kebijakan moneter
akomodatif negara maju. Defisit transaksi berjalan tercatat 2,72% PDB, menurun dibandingkan
tahun sebelumnya dipengaruhi oleh perbaikan ekspor nonmigas Impor juga tercatat lebih
rendah sejalan penyesuaian domestik merespons menurunnya kinerja ekspor dan tertahannya
investasi nonbangunan, yang kemudian menurunkan permintaan impor bahan baku dan barang
modal.
Tahun 2020 transaksi internasional menurun drastis dalam seluruh sektor NPI akibat
pembatasan dalam rangka penanggulangan pandemi Covid-19. Perlambatan ekonomi banyak
terjadi di berbagai daerah dan banyak ditopang oleh permintaan domestik. NPI pada semester
I 2020 masih mencatat surplus 700,5 juta dolar AS, didukung oleh defisit transaksi berjalan
yang menurun sejalan dengan berkurangnya permintaan domestik terhadap impor. Penurunan
defisit transaksi berjalan tersebut pada gilirannya menahan dampak penurunan kinerja transaksi
modal dan finansial akibat berbaliknya aliran modal asing seiring kepanikan akibat Covid-19
yang mendorong aliran modal keluar dalam jumlah besar dan cepat dari negara berkembang,
termasuk dari Indonesia.
Berlanjutnya proses pemulihan ekonomi domestik memengaruhi kinerja NPI tahun 2021. NPI
pada semester I 2021 tercatat surplus 3,6 miliar dolar AS, ditopang oleh transaksi berjalan yang
mencatat defisit yang rendah sebesar 3,0 miliar dolar AS. Beberapa komoditas utama
nonmigas, ditopang oleh kenaikan permintaan dari negara mitra dagang utama, khususnya
Tiongkok dan AS, seiring dengan perbaikan ekonomi yang berlangsung lebih cepat di negara
tersebut pada semester II 2020. Surplus TMF tercatat 7,3 miliar dolar AS, berbalik dari
semester II 2020 yang mencatat defisit 76,0 juta dolar AS. Surplus berasal dari aliran masuk
investasi langsung dan investasi portofolio.
Perkembangan NPI secara kumulatif sampai dengan triwulan III 2022 tercatat defisit 0,7 miliar
dolar AS. Secara keseluruhan meski surplus neraca transaksi berjalan mencapai 13,2 miliar
dolar AS, terdapat defisit TMF yang tinggi sebesar 8,9 miliar dolar AS. Surplus neraca
perdagangan barang meningkat karena lonjakan harga komoditas akibat dampak perang Rusia-
Ukraina serta permintaan negara mitra dagang terhadap produk manufaktur dan pertambangan.
Di sisi neraca TMF, ketidakpastian pasar keuangan global yang meningkat berdampak pada
arus keluar investasi portofolio asing, terutama SBN, di tengah peningkatan aliran masuk
dalam bentuk saham. Defisit transaksi modal dan finansial juga berasal dari transaksi investasi
lainnya yang disebabkan oleh penempatan aset swasta pada beberapa instrumen keuangan di
luar negeri terkait kebutuhan operasional usaha.
Grafik 2. Transaksi Berjalan Indonesia 2013 – 2022
(Bank Indonesia, 2023)

ITEMS 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022
I. Transaksi Berjalan -29.109 -27.510 -17.519 -16.952 -16.196 -30.633 -30.279 -4.433 3.511 13.216
A. Barang 1) 5.833 6.983 14.049 15.318 18.814 -228 3.508 28.301 43.806 62.682
- Ekspor 182.089 175.293 149.124 144.470 168.883 180.725 168.455 163.402 232.835 292.548
- Impor -176.256 -168.310 -135.076 -129.152 -150.069 -180.953 -164.948 -135.101 -189.029 -229.866
1. Barang Dagangan Umum 4.069 5.474 13.319 14.744 17.915 -219 1.647 24.568 44.839 65.005
- Ekspor, fob. 180.294 173.760 147.725 143.105 167.002 178.703 164.911 157.860 231.316 291.521
- Impor, fob. -176.225 -168.286 -134.406 -128.360 -149.087 -178.922 -163.264 -133.292 -186.477 -226.515
a. Nonmigas 13.777 17.304 19.023 19.516 25.264 11.186 11.965 29.954 57.804 89.773
- Ekspor, fob 146.706 145.008 130.541 130.188 151.429 161.089 152.930 149.380 218.116 274.471
- Impor, fob -132.928 -127.704 -111.518 -110.672 -126.164 -149.903 -140.964 -119.426 -160.311 -184.699
b. Migas -9.709 -11.830 -5.703 -4.772 -7.349 -11.405 -10.319 -5.386 -12.965 -24.767
- Ekspor, fob 33.588 28.752 17.184 12.916 15.573 17.614 11.981 8.480 13.201 17.049
- Impor, fob -43.297 -40.582 -22.887 -17.688 -22.922 -29.019 -22.300 -13.867 -26.166 -41.817
2. Barang Lainnya 1.765 1.509 730 574 899 -9 1.861 3.734 -1.033 -2.323
- Ekspor, fob. 1.795 1.533 1.400 1.365 1.881 2.022 3.544 5.542 1.519 1.028
- Impor, fob. -31 -24 -670 -792 -982 -2.032 -1.683 -1.808 -2.552 -3.351
B. Jasa - jasa -12.070 -10.010 -8.697 -7.084 -7.379 -6.485 -7.641 -9.755 -14.599 -20.041
- Ekspor 22.944 23.531 22.221 23.324 25.328 31.206 31.641 15.016 13.951 23.376
- Impor -35.015 -33.541 -30.918 -30.407 -32.707 -37.692 -39.282 -24.771 -28.550 -43.417
C. Pendapatan Primer -27.050 -29.703 -28.379 -29.647 -32.131 -30.815 -33.775 -28.911 -31.961 -35.782
- Penerimaan 2.602 2.130 2.822 4.048 5.575 9.302 7.372 5.222 6.739 7.306
- Pembayaran -29.652 -31.832 -31.201 -33.695 -37.706 -40.117 -41.147 -34.133 -38.699 -43.088
D. Pendapatan Sekunder 4.178 5.220 5.508 4.460 4.500 6.895 7.629 5.932 6.264 6.357
- Penerimaan 8.508 9.374 10.362 9.832 9.967 12.220 12.677 10.624 10.804 11.201
- Pembayaran -4.330 -4.154 -4.853 -5.371 -5.467 -5.325 -5.048 -4.692 -4.540 -4.844

Tabel 3. Transaksi Berjalan Indonesia (Current Account) Tahun 2013 – 2022 dalam Juta
Dolar AS
(Bank Indonesia, 2023)
Beberapa faktor yang mempengaruhi NPI diantaranya adalah pertumbuhan ekonomi dunia,
pertumbuhan mitra dagang utama Indonesia, pertumbuhan ekonomi domestik, harga
komoditas, nilai tukar, krisis keuangan, serta kebijakan ekonomi pemerintah. (Handoko,
2010)
Selama sepuluh tahun terakhir transaksi berjalan Indonesia secara umum mengalami defisit,
yakni sejak 2013 hingga 2020. Catatan defisit transaksi berjalan selama delapan tahun tersebut
dimulai saat krisis ekonomi 2013, setelah Indonesia menikmati peningkatan booming
komoditas efek meningkatnya permintaan negara emerging market seperti China dan India
(CNBC Indonesia, 2022). Tahun 2021 merupakan pertama kalinya transaksi berjalan Indonesia
mencatat surplus secara kumulatif tahunan sejak 2011 sebersar 3,5 Juta dolar AS (Bank
Indonesia, 2022) kemudian berlanjut mencatat surplus sebesar 13,2 Juta dolar AS yang
diperkirakan 0,4 - 1,2% dari PDB di tahun 2022, pertama kalinya dalam catatan 42 tahun
terakhir. Surplus tahun 2021 dan 2022 diatribusikan kepada lonjakan harga komoditas ekspor
diantaranya batu bara, minyak sawit mentah (CPO) dan nikel sebagai akibat perang Rusia –
Ukraina.
Ketergantungan Indonesia terhadap ekspor komoditas dalam menunjang transaksi berjalan
dapat terlihat masih relatif besar dalam laporan satu dekade terakhir di atas. Sektor jasa selalu
menyumbang defisit dari tahun ke tahun akibat impor jasa melebihi dari nilai ekspor. Jasa
transportasi yang merupakan penyumbang utama defisit jasa merupakan kegiatan penunjang
dalam transaksi internasional. Seiring peningkatan lalu lintas ekspor impor, kita tidak bisa
menghindari defisit jasa selama masih bergantung pada jasa transportasi asing. Defisit
pendapatan primer menjadi langganan sebagai konsekuensi imbal hasil yang dibayarkan dari
penanaman modal asing di Indonesia. Sulit untuk membalikkan posisi defisit saat Indonesia
masih sangat bergantung pada investasi asing untung mendorong pertumbuhan ekonomi.

Grafik 2. Transaksi Modal dan Finansial Indonesia 2013 – 2022


(Bank Indonesia, 2023)

ITEMS 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022
II. Transaksi Modal 45 27 17 41 46 97 39 37 80 60
- Penerimaan 45 27 17 41 46 97 39 37 80 60
- Pembayaran 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
III. Transaksi Finansial 2) 21.926 44.916 16.843 29.306 28.686 25.122 36.564 7.885 12.492 -8.916
- Aset -15.467 -10.786 -21.489 15.920 -18.410 -19.186 -15.339 -16.831 -13.715 -24.027
- Kewajiban 37.393 55.702 38.332 13.386 47.096 44.308 51.903 24.715 26.207 15.111
1. Investasi Langsung 12.170 14.733 10.704 16.136 18.502 12.511 20.531 14.142 17.286 15.120
a. Aset -11.112 -10.388 -9.075 11.594 -2.008 -6.399 -4.462 -5.033 -3.927 -6.532
b. Kewajiban 23.282 25.121 19.779 4.542 20.510 18.910 24.994 19.175 21.213 21.652
2. Investasi Portofolio 10.873 26.067 16.183 18.996 21.059 9.312 21.990 3.369 5.086 -9.023
a. Aset -1.273 2.587 -1.268 2.218 -3.356 -5.171 410 -1.199 -1.778 -5.047
b. Kewajiban 12.145 23.480 17.451 16.778 24.415 14.483 21.581 4.567 6.863 -3.975
- Sektor publik 10.257 15.380 17.386 16.835 21.877 9.504 14.973 1.424 -616 -6.889
- Sektor swasta 1.888 8.100 65 -57 2.537 4.980 6.608 3.144 7.479 2.914
3. Derivatif Finansial -334 -156 20 -9 -128 34 186 18 333 48
4. Investasi Lainnya -783 4.272 -10.064 -5.817 -10.747 3.266 -6.144 -9.645 -10.212 -15.062
a. Aset -3.427 -3.427 -11.812 1.499 -13.487 -8.233 -12.203 -11.908 -9.486 -13.783
b. Kewajiban 2.645 7.699 1.748 -7.316 2.740 11.499 6.059 2.264 -726 -1.279
- Sektor publik -1.376 -4.209 -190 -2.369 -1.353 -983 -2.555 1.989 4.933 1.427
- Sektor swasta 4.020 11.907 1.938 -4.947 4.093 12.482 8.614 274 -5.659 -2.706

Tabel 4. Transaksi Modal dan Finansial Tahun 2013 – 2022 dalam Juta Dolar AS
(Bank Indonesia, 2023)
Transaksi modal secara konstan membukukan nilai positif sementara Transaksi finansial secara
keseluruhan juga mengalami surplus kecuali di tahun 2022 dimana Indonesia mencatat defisit
-8,9 Juta dolar AS sebagai akibat dari penarikan investasi portofolio. Penurunan transaksi
finansial yang terjadi di tahun 2020 disebabkan efek Covid-19 yang melemahkan ekonomi
dunia. Sebagaimana diketahui memang volatilitas Investasi Portofolio lebih tinggi dari pada
Investasi langsung (FDI), sehingga neracanya jauh lebih berfluktuasi. Defisit neraca
Pendapatan Primer juga sebagian besar berasal dari pembayaran imbal hasil pendapatan
terutama portofolio investasi. Indonesia sebagai negara berkembang masih sangat bergantung
dengan Investasi asing untuk membiayai pembiayaan modalnya. Perlu difersifikasi portofolio
investasi yang lebih baik agar neraca modal dan finansial memiliki ketahanan lebih baik
menghadapi ketidakpastian kondisi perekonomian global.

4. Kondisi Defisit Transaksi Berjalan Indonesia dan Saran Mengatasinya


Berlawanan dengan pandangan umum, defisit transaksi berjalan hanya sedikit berkaitan
dengan praktik perdagangan luar negeri atau ketidakmampuan suatu negara untuk menjual
barangnya di pasar dunia. Sebaliknya, defisit terjadi karena kondisi makroekonomi di dalam
negeri yang membutuhkan lebih banyak impor untuk memenuhi permintaan domestik akan
barang dan jasa dibandingkan yang dapat dibayar melalui penjualan ekspor. Secara efektif,
ekonomi domestik menghabiskan lebih banyak daripada yang diproduksi, dan kelebihan
permintaan ini dipenuhi oleh aliran bersih barang dan jasa asing yang mengakibatkan defisit
transaksi berjalan. Tendensi ini diminimalkan selama periode resesi tetapi berkembang
signifikan dengan peningkatan pendapatan yang terkait dengan pemulihan dan ekspansi
ekonomi. Defisit transaksi berjalan tidak secara efisien dapat dibalik oleh kebijakan
perdagangan yang mencoba mengubah tingkat impor atau ekspor seperti tarif, kuota, atau
subsidi.
Ketika sebuah negara mengalami defisit transaksi berjalan, negara mengalami arus masuk
modal asing dan menjadi peminjam bersih dana dari seluruh dunia. Seringkali, negara-negara
yang menikmati pertumbuhan ekonomi yang cepat memiliki defisit transaksi berjalan dalam
jangka panjang, sedangkan negara-negara dengan pertumbuhan ekonomi yang lebih lemah
memiliki surplus transaksi berjalan dalam jangka panjang. Hubungan ini mungkin berasal dari
kenyataan bahwa pertumbuhan ekonomi yang cepat dan investasi yang kuat seringkali berjalan
beriringan.
Menurut Thirlwall (dalam Falianty, 2018) sebuah negara bisa mengalami Current Account
Deficit (CAD) dalam jangka pendek tetapi tidak untuk CAD yang persisten secara
berkelanjutan. CAD yang berkelanjutan juga dapat menyebabkan nilai tukar rupiah terhadap
mata uang lain terdepresiasi. Di sisi lain, CAD bisa berkontribusi meningkatkan perekonomian
apabila defisit berasal dari kebutuhan investasi domestik seperti yang terjadi di U.S. pada tahun
1990an.
Pada kasus Indonesia, sebagaimana uraian pada bagian sebelumnya catatan defisit transaksi
berjalan yang terjadi dari 2013 hingga pertengahan 2020, hingga surplus yang mengikuti di
periode selanjutnya hingga tahun 2022 sangat dipengaruhi permintaan dan harga komoditas
ekspor. Ketergantungan Indonesia terhadap ekspor komoditas sudah sering kali menjadi
perhatian, karena harga komoditas bergantung pada banyak faktor eksternal yang kompleks
dan dinamis dengan volatilitas tinggi, sehingga perlu adanya restrukturisasi bauran ekspor jika
kita menjadi lebih resisten terhadap ketidakpastian kondisi ekonomi dan geopolitik dunia.
Salah satunya kebijakan pemerintah saat ini untuk melakukan hilirisasi beberapa komoditas
menjadi langkah tepat, karena dengan mengekspor produk turunan manufaktur yang lebih
beragam, pendapatan ekspor menjadi lebih elastis terhadap permintaan asing (Felipe,
McCombie & Naqvi dalam Falianty, 2018).
Di sisi lain kita perlu juga memperhatikan defisit pendapatan primer. Neraca berjalan dengan
transaksi modal dan finansial berhubungan erat dimana sebagai konsekuensi dari double entry
bookkeeping. Saat neraca berjalan mengalami defisit dibutuhkan pembiayaan untuk menutupi
defisit tersebut, maka negara membutuhkan investasi asing atau pinjaman dari luar. Jika
memilih pendanaan melalui utang, perlu diperhatikan pembayaran bunga dan kemampuan
membayar di masa depan serta dampak terhadap pertumbuhan ekonomi. Kumar (2007) dalam
tulisannya menggambarkan manfaat investasi langsung asing (FDI) terhadap emerging
economies, dimana FDI memberikan manfaat transfer teknologi kepada negara ekonomi
berkembang sebagai penerima investasi.
Sebagaimana diketahui juga, investasi portofolio Indonesia lebih rentan terhadap sentimen
negatif pasar sehingga sebaiknya pemerintah mengambil berbagai kebijakan yang menciptakan
lingkungan kondusif untuk menarik investor asing seperti menjaga stabilitas makroekonomi
melalui kebijakan fiskal yang berkelanjutan, memberikan insentif pajak, membuat kawasan
khusus wilayah investasi dengan regulasi lebih fleksibel, menjalin kerja sama publik dan privat
serta kemudahan repatriasi keuntungan.
Portofolio FDI dalam neraca transaksi finansial Indonesia hanya terkonsentrasi pada beberapa
sektor saja terutama sektor sumber daya alam (SDA) dan sektor padat modal, yang mana minim
penciptaan lapangan kerja. Saat ini FDI terkonsentrasi 25% itu di logam, manufaktur-
manufaktur seperti elektronik bahkan ternyata tidak terlalu banyak juga mengundang investasi
(CNBC Indonesia, 2023). Dalam pengamatan, hal ini sangat beresiko jika sektor-sektor
tersebut mengalami tekanan. Oleh karenanya hal ini bisa disiasati dengan melakukan
diferensiasi sektor FDI. Risiko penarikan modal juga sering terjadi saat suku bunga di luar
negeri terutama the Fed sedang beranjak naik. Untuk itu, pemerintah dapat mensiasati dengan
memperkuat pasar surat berharga negara (SBN) dalam negeri.
Referensi

Carbaugh, R. J. (2019). International Economics, Seventeenth Edition. Boston, USA: Cengage.

Falianty, T. (2017). Balance of Payment Dynamic in Indonesia and. Economics and Finance in
Indonesia, Vol. 63 No. 1,, 53 - 80.

Handoko, R. (2010). Faktor-Faktor yang mempengaruhi Kinerja transaksi berjalan Indonesia. Kajian
Ekonomi dan Keuangan 14(4), 35-35.

Pusat Kebijakan Ekonomi Makro, Badan Kebiajakan Fiskal, Kementerian Keuangan RI. (2012) Laporan
Tim Kajian Neraca Pembayaran.

Komoditas Berkah Sekaligus Kutukan Buat Indonesia? (2022, Agustus 18). Retrieved from CNBC
Indonesia: https://www.cnbcindonesia.com/news/20220818122625-4-364717/komoditas-
berkah-sekaligus-kutukan-buat-indonesia?page=all

Noraditha, Y., Heribeta, & Emilia. (2022). Analisis variabel yang mempengaruhi kinerja neraca
transaksiberjalanIndonesiaperiode2006-202. E-Journal Perdagangan Industri dan Moneter
Vol. 10. No. 1,Januari -April2021, 51-62.

Soal Ini, Jokowi Cetak Rekor Lewati Capaian 5 Presiden RI! Retrieved from CNBCIndonesia:
https://www.cnbcindonesia.com/market/20230220154434-17-415335/soal-ini-jokowi-cetak-
rekor-lewati-capaian-5-presiden-ri

Transaksi Berjalan RI Surplus di 2021 Thanks Batu Bata. (2022, Februari 18). Retrieved from CNBC
Indonesia: https://www.cnbcindonesia.com/news/20220218122116-4-316470/transaksi-
berjalan-ri-surplus-di-2021-thanks-batu-bara/2

Transaksi Berjalan Surplus 1,3% dari PDB, Jangan Happy Dulu! (2023, Februari 20). Retrieved from
CNBC Indonesia: https://www.cnbcindonesia.com/news/20230220180633-4-
415379/transaksi-berjalan-surplus-13-dari-pdb-jangan-happy-dulu

Anomali Defisit Transaksi Berjalan Pasca Pandemi. (2023, September 4). Retrieved from Bisnis
Indonesia: https://ekonomi.bisnis.com/read/20230904/9/1691068/opini-anomali-defisit-
transaksi-berjalan-pasca-pandemi

(2014). LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN 2013. Bank Indonesia.

(2015). LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN 2014. Bank Indonesia.

(2016). LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN 2015. Bank Indonesia.

(2017). LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN 2016. Bank Indonesia.

(2018). LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN 2017. Bank Indonesia.

(2020). LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN 2019. Bank Indonesia.

(2021). LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN 2020. Bank Indonesia.

(2022). LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN 2021. Bank Indonesia.

(2023). LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN 2021. Bank Indonesia.


(2023). LAPORAN NERACA PAMBAYARAN INDONESIA. Bank Indonesia

Anda mungkin juga menyukai