Anda di halaman 1dari 7

ANALISIS JUMLAH UANG BEREDAR SEBAGAI PENENTU INFLASI DI

INDONESIA SERTA PENGENDALIANNYA

Ayu Nuro'im 19187203002

Email : ayunuroim8@gmail.com

Fakultas Sosial dan Humaniora, Program Studi Pendidikan Ekonomi

UNIVERSITAS BHINEKA PGRI TULUNGAGUNG

ABSTRAK

Inflasi dapat diartikan sebagai kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan terus
menerus dalam jangka waktu tertentu. Di Indonesia tingkat inflasi saat ini agak tinggi
dibanding negara berkembang lainnya dan negara maju. Salah satu faktor yang
mempengaruhi inflasi adalah jumlah uang yang beredar. Jumlah uang yang beredar di
indonesia terus meningkat. Untuk mengurangi tingkat inflasi di Indonesia diperlukan
pengendalian yang dilakukan oleh pemerintah. Berdasarkan masalah tersebut peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian mengenai analisi jumlah uang beredar sebagai penentu
inflasi di Indonesia serta pengendaliannya. Penelitian ini dilakukan dengan cara
mengumpulkan berbagai data melalui Badan Pusat Statistik dan BANK Indonesia serta dari
beberapa artikel. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bahwa Jumlah uang
beredar merupakan penentu tingkat inflasi di Indonesia dan berbagai upaya pengendalian
perlu dilakukan oleh pemerintah seperti kebijakan moneter, kebijakan fiskal, dan kebijakan
lainnya.

Kata Kunci : Jumlah Uang Beredar, Inflasi

ABSTRAK

Inflation can be interpreted as an increase in the price of goods and services in general and
continuously within a certain period of time. In Indonesia, the current inflation rate is rather
high compared to other developing and developed countries. One of the factors that
influence inflation is the money supply. The amount of money circulating in Indonesia
continues to increase. To reduce the inflation rate in Indonesia, it is necessary to control the
government. Based on these problems, researchers are interested in conducting research on
the analysis of the money supply as a determinant of inflation in Indonesia and its control.
This research was conducted by collecting various data through the Central Statistics Agency
and BANK Indonesia as well as from several articles. The purpose of this study is to find out
that the money supply is a determinant of the inflation rate in Indonesia and various control
measures need to be carried out by the government such as monetary policy, fiscal policy,
and other policies.

Keywords : Money Supply, Inflation

1
PENDAHULUAN

Inflasi adalah kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan terus menerus dalam jangka
waktu tertentu. Namun jika kenaikan harga hanya terjadi pada saat-saat tertentu tidak dapat
diartikan sebagai inflasi. Secara sederhana, terjadinya harga barang dan jasa secara umum
dan secara terus menerus adalah dua kunci utama untuk memahami arti dari inflasi (Budhi,
M. K. S., & Sipayung, P. T. E. 2013). Dan juga apabila Dalam perspektif ekonomi, inflasi
merupakan fenomena moneter dalam suatu negara di mana naik turunnya inflasi cenderung
mengakibatkan terjadinya gejolak ekonomi karena inflasi berpengaruh terhadap
pertumbuhan ekonomi, neraca perdagangan internasional, nilai utang piutang antar negara,
tingkat bunga, tabungan, domestik, pengangguran, dan kesejahteraan masyarakat (Utami, A.
T., & Soebagiyo, D. 2013).

Di Indonesia tingkat inflasi saat ini agak tinggi dibanding negara berkembang lainnya dan
negara maju. Tingkat inflasi yang terlaku tinggi tanpa diimbangi oleh peningkatan
pendapatan nominal masyarakat, telah menyebabkan pendapatan riil rakyat semakin
merosot (Atmadja, A. S. 1999). Inflasi memberikan dampak bagi negara baik dampak positif
dan dampak negatif. Pemerintah perlu melakukan pengendalian terhadap inflasi di
Indonesia. Pengendalian tingkat inflasi atau menjaga kestabilan harga merupakan salah satu
masalah utama makro ekonomi, disamping beberapa masalah makro ekonomi penting
lainnya seperti mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi, mengatasi masalah
pengangguran, menjaga keseimbangan neraca pembayaran dan pendistribusian pendapatan
yang adil dan merata (Sutawijaya, A. 2012).

Pada masa pemerintahan Presiden Soeharto pemerintah berusaha menekan inflasi, akan
tetapi tidak bisa di bawah 10% setahun rata-rata, antara lain dikarenakan Bank Indonesia
masih mempunyai misi ganda yang salah satunya adalah sebagai agent of development yang
bisa mengucurkan kredit likuiditas tanpa batas. Namun pada saat pemerintahan Habibie
maka fungsi Bank Indonesia mengutamakan penjagaan nilai rupiah. Akan tetapi sejarah dan
karena inflationary expectetions masyarakat yang bercermin kepada sejarah maka inflasi ini
masih lebih besar dari 5% setahun. Inflasi tidak hanya menjadi perhatian bagi bank sentral,
pemerintah maupun dunia usaha, tetapi juga bagi masyarakat umum karena inflasi langsung
berpengaruh terhadap kesejahteraan hidup (Rando, S. S. J., Rotinsulu, D. C., & Rorong, I. P. F.
2021).

Dimasa perekonomian yang berkembang pesat seperti saat ini membuka kesempatan kerja
yang banyak dan pendapatan yang juga banyak pula, sehingga menimbulkan pengeluaran
yang melebihi kemampuan ekonomi. Pengeluaran yang berlebihan dapat menimbulkan
inflasi. Apabila pengeluaran secara terus menerus meningkat maka permintaan akan terus
menerus naik. Dikarenakan semakin meningkatnya jumlah permintaan maka perusahaan
akan menambah produksinya dan menyebabkan pendapatan nasional rill (PDB) juga
meningkat.

Jumlah uang yang beredar mempengaruhi tingkat inflasi. Tanpa adanya kenaikan jumlah
uang beredar maka tidak akan terjadi inflasi, meskipun terjadi kenaikan harga (Utami, A. T.,

2
& Soebagiyo, D. 2013). Inflasi dapat berhenti apabila jumlah uang yang beredar menurun.
Inflasi bukanlah sesuatu hal yang harus dihindari atau dimusuhi suatu negara (Budhi, M. K.
S., & Sipayung, P. T. E. 2013). Inflasi bisa meningkatkan produksi dalam negeri jika berada
pada tingkat yang tepat.

Banyak sekali faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan inflasi di banyak Negara,


termasuk Indonesia berasal dari variabel domestik dan variabel eksternal. Salah satu
varuabel tersebut adalah Jumlah Uang Beredar. Untuk mengatasi inflasi diperlukan
pengendalian dengan cara memahami variabel-variabel yang mempengaruhi inflasi agar
dapat mengambil kebijakan yang tepat. Dari pernyataan tersebut peneliti tertari melakukan
penelitian mengenai Analisis Uang Beredar Sebagai Penentu Inflasi di Indonesia Serta
Pengendaliannya.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Jenis penelitian kualitatif temuan-temuannya


tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya dan berusaha
memahami dan menafsirkan makna suatu peristiwa interaksi tingkah laku manusia dalam
situasi tertentu menurut perspektif penelitian.

Penelitian ini menganalisis tentang variabel yang mempengaruhi Inflasi di Indonesia pada
tahun 2007-2013. Sumber data yang digunakan adalah data sekunder yang merupakan data
jumlah uang beredar runtut dari masa waktu periode 2007-2013. Data yang diambil daam
penelitian ini berasal dari Badan Pusan Statistik dan BANK Indonesia.

Perkembangan inflasi di Indonesia tahun 2007-2013

TAHUN INFLASI (%)

2007 7,39

2008 11,06

2009 2,78

2010 6,96

2011 3,79

2012 4,3

2013 8,39

Seperti terlihat pada tabel bahwa inflasi di Indonesia sangat tidak stabil. Pada tahun 2007
inflasi di Indonesia terbilang tinggi yaitu sebesar 7,39% namun masih dibawah 10%. Tahun
2008 inflasi semakin tinggi dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 11,06%. Pada tahun 2009

3
inflasi turun menjadi 2,78 ini diartikan pada tahun ini perekonomian di Indonesia telah
stabil. Pada tahun 2010 inflasi naik menjadi 6,96% . Pada tahun 2011 inflasi turun menjadi
3,79. Pada tahun 2012 inflasi naik menjadi 4,3%. Pada tahun 2013 inflasi naik menjadi 8,39%.

Jumlah uang beredar di Indonesia tahun 2007-2013

TAHUN JUB (Miliar Rupiah)

2007 1.649.622

2008 1.895.838

2009 2.141.384

2010 2.469.399

2011 2.877.220

2012 3.205.129

2013 3.730.196

Jumlah uang beredar di Indonesia setiap tahunnya mengalami kenaikan. Seperti terlihat
pada tabel bahwa pada tahun 2007 JUB sebanyak 1.649.622 Miliar rupiah. Pada tahun 2008
JUB naik menjadi 1.895.838 Miliar rupiah. Pada tahun 2009 JUB naik menjadi 2.141.384
Miliar rupiah. Pada tahun 2010 JUB naik menjadi 2.469.399 Miliar rupiah. Pada tahun 2011
JUB naik menjadi 2.877.220 Miliar rupiah. Pada tahun 2012 JUB naik menjadi 3.205.129
Miliar rupiah. Pada tahun 2013 JUB naik lagi menjadi 3.730.196 Miliar rupiah.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Setelah melakukan pengambilan data, maka dapat dilihat bahwa jumlah uang beredar
berpengaruh terhadap tingkat inflasi di Indonesia. Penelitian ini juga sejalan dengan Annisa
Tri Utami dan Daryono Soebagiyo (2013) dalam penelitiannya yang menjelaskan bahwa
Jumlah Uang Beredar meningkat namun Inflasi menurun. Jika Inflasi meningkat maka Jumlah
Uang Beredar menurun. Terbukti bahwa jumlah jumlah uang beredar selalu meningkat
setiap tahunnya, namun inflasi menurun. Jadi dapat disimpulkan bahwa ketika jumlah uang
beredar naik namun inflasinya menurun, jika jumlah uang beredar menurun maka inflasi
naik. Hal ini karena jumlah uang beredar dalam arti luas yang terdiri atas uang beredar, uang
giral, dan uang kuasi. Persentase uang kuasi yang terdiri atas deposito berjangka, tabungan,
dan rekening valas milik swasta domestik cukup besar. Uang kuasi dalam hal ini merupakan
nilai yang tidak liquid. Sehingga walaupun nilainya tinggi namun tidak cukup untuk
mempengaruhi peningkatan inflasi yang ada dalam perekonomian.

Tekanan inflasi di Indonesia dikarenakan jumlah uang beredar. Penentuan jumlah uang
beredar dilakukan oleh Bank Sentral sedangkan jumlah uang yang diminta ditentukan oleh

4
faktor seperti tingkat harga rata-rata dalam perekonomian. Jumlah uang yang diminta
masyarakat untuk melakukan transaksi bergantung pada tingkat harga barang dan jasa yang
tersedia. Ketika harga naik kemudian akan mendorong pula naiknya jumlah uang yang
diminta masyarakat. Kebijakan moneter yang dilakukan untuk menekan laju inflasi adalah
salah satunya dengan mengurangi jumlah uang beredar atau penawaran uang misalnya
dengan menaikan suku bunga atau memperbesar cadangan wajib, dengan kebijakan ini
diharapkan akan menimbulkan penurunan investasi dan menurunkan konsumsi dalam
perekonomian masyarakat.

PENGENDALIAN INFLASI DI INDONESIA

Secara terus-menerus, inflasi dapat melemahkan nilai mata uang dan menyebabkan resesi
ekonomi. Negara dapat menerapkan berbagai metode pengendalian inflasi dengan berbagai
kebijakan:

1. Kebijakan Moneter

Kebijakan ini bertujuan untuk menjaga stabilitas ekonomi dengan langkah-langkah yang
fokus di bidang keuangan (moneter). Terdapat tiga wujud kebijakan moneter:

 Penetapan Persediaan Kas

Bank sentral (dalam kasus ini berarti Bank Indonesia) mengeluarkan kebijakan
untuk meningkatkan batas minimum kas setiap lembaga perbankan di
Indonesia. Alhasil, bank tidak bisa mengeluarkan banyak uang. Tujuan akhirnya
adalah mengurangi jumlah uang yang beredar di masyarakat.

 Diskonto

Bank Indonesia menerapkan kebijakan peningkatan suku bunga. Masyarakat jadi


tergerak untuk menyimpan uang di bank, bukan untuk berbelanja. Akhirnya,
uang yang beredar di masyarakat bisa berkurang.

 Operasi Pasar Terbuka

Bank Indonesia menerapkan kebijakan ini dengan cara menjual surat-surat


berharga kepada publik, contoh yang paling mudah adalah Surat Utang Negara
(SUN). Penjualan surat berharga akan menyerap uang masyarakat dan menekan
peredaran uang. Hasilnya, laju inflasi bisa ditekan.

2. Kebijakan Fiskal

Cara mengatasi inflasi selanjutnya adalah penerapan kebijakan fiskal yang dapat
mempengaruhi nominal pengeluaran pemerintah. Kebijakan ini dapat berbentuk dua
kegiatan:

 Menghemat pengeluaran pemerintah juga

5
Alih-alih meminta masyarakat untuk menekan belanja, pemerintah dapat
melakukannya sendiri. Saat pengeluaran negara ditekan, maka jumlah
pembelian produk barang dan jasa akan ikut turun. Demand yang turun akan
mampu menekan laju inflasi.

 Menaikkan tarif pajak

Kenaikan tarif pajak akan turut mengurangi tingkat belanja masyarakat.


Hasilnya, peredaran uang di tengah masyarakat berkurang dan harga barang
berangsur-angsur kembali ke kondisi normal.

3. Kebijakan Lainnya

Selain fokus di bidang moneter dan fiskal, masih ada cara mengatasi inflasi lain yang bisa
dilakukan oleh pemerintah. Dua metode tersebut adalah:

 Menambah jumlah barang di pasar

Penambahan jumlah barang dapat diwujudkan dengan dua cara. Pertama,


pemberian subsidi atau stimulus agar industri meningkatkan produksi hingga
level tertentu. Kedua, pelonggaran keran impor agar stok barang di pasar
meningkat secara signifikan.

 Menetapkan harga batas atas

Lari inflasi bisa ditekan dengan menetapkan harga maksimal untuk barang-
barang tertentu. Langkah ini bertujuan agar harga tidak semakin naik dan tidak
terkendali. Namun, kebijakan ini rawan memunculkan praktik pasar gelap (black
market).

KESIMPULAN

Inflasi adalah kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan terus menerus dalam jangka
waktu tertentu. Di Indonesia tingkat inflasi saat ini agak tinggi dibanding negara berkembang
lainnya dan negara maju. Jumlah jumlah uang beredar selalu meningkat setiap tahunnya,
namun inflasi menurun. Jadi dapat disimpulkan bahwa ketika jumlah uang beredar naik
namun inflasinya menurun, jika jumlah uang beredar menurun maka inflasi naik. Hal ini
karena jumlah uang beredar dalam arti luas yang terdiri atas uang beredar, uang giral, dan
uang kuasi. Untuk mengatasi tingkat inflasi di Indonesia diperlukan metode pengendalian
inflasi mealui beberapa kebijakan yaitu melalui kebijakan moneter, kebijakan fiskal, dan
kebijakan lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

6
Utami, A. T., & Soebagiyo, D. (2013). Penentu Inflasi Di Indonesia; Jumlah Uang Beredar,
Nilai Tukar, Ataukah Cadangan Devisa?. Jurnal Ekonomi & Studi Pembangunan, 14(2),
144-152.

Budhi, M. K. S., & Sipayung, P. T. E. (2013). Pengaruh PDB, Nilai Tukar dan Jumlah Uang
Beredar terhadap Inflasi di Indonesia Periode 1993-2012. E-Jurnal Ekonomi
Pembangunan Universitas Udayana, 2(7), 44622.

Sutawijaya, A. (2012). Pengaruh Faktor-Faktor Ekonomi Terhadap Inflasi di Indonesia. Jurnal


Organisasi dan Manajemen, 8(2), 85-101.

Rando, S. S. J., Rotinsulu, D. C., & Rorong, I. P. F. (2021). ANALISIS FAKTOR-FAKTOR


PENENTU INFLASI DI INDONESIA. JURNAL PEMBANGUNAN EKONOMI DAN
KEUANGAN DAERAH, 22(1), 66-83.

Atmadja, A. S. (1999). Inflasi di Indonesia: Sumber-sumber penyebab dan pengendaliannya.


Jurnal Akuntansi dan Keuangan, 1(1), 54-67.

Anda mungkin juga menyukai