Anda di halaman 1dari 32

Subscribe to DeepL Pro to translate larger documents.

Visit www.DeepL.com/pro
Jurnal Paradigma Multidisipliner for more
(JPM) Volume 3 Nomor information.
2 2022

JPM Vol 3/ No.2/2022

Jurnal Paradigma Multidisipliner (JPM)


E-ISSN: 2722-872X

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia


Tahun 1990-2019
Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 1990-2019

Ratih Saputri1 🖂
1Universitas Tidar
🖂 ratihs834@gmail.com

Abstrak

Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses dimana terjadinya perubahan keadaan perekonomian dalam
suatu negara atau daerah secara berkepanjangan menuju kondisi yang lebih baik dari keadaan sebelumnya
dalam jangka waktu yang telah ditentukan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Indonesia tahun 1990-2019. Penelitian ini menggunakan data
sekunder dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan World Bank. Metode analisis yang digunakan yaitu Error
Corection Model (ECM). Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pada variabel Inflasi dalam jangka
panjang dan jangka pendek, Inflasi memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi
(PDB). Pada variabel Pengangguran dari hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam jangka panjang
Pengangguran memiliki pengaruh positif tidak signifikan, dalam jangka pendek Pengangguran berpengaruh
negatif tidak signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi (PDB). Pada variabel Pendidikan dari hasil
penelitian menunjukkan bahwa dalam jangka panjang memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap
Pertumbuhan Ekonomi (PDB), pada jangka pendek memiliki pengaruh negatif tidak signifikan terhadap
Pertumbuhan Ekonomi (PDB).

Kata kunci: Pertumbuhan Ekonomi; Inflasi; Pengangguran; Tingkat Pendidikan

Abstrak

Pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses dimana terjadi perubahan keadaan perekonomian dalam suatu negara atau
daerah yang berlangsung lama menuju keadaan yang lebih baik dari keadaan sebelumnya dalam jangka waktu tertentu.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Indonesia pada
tahun 1990-2019. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan Bank Dunia. Metode
analisis yang digunakan adalah Error Correction Model (ECM). Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel
inflasi dalam jangka panjang dan jangka pendek, inflasi berpengaruh negatif signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi (PDB). Pada variabel Pengangguran, hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam jangka panjang Pengangguran
berpengaruh positif tidak signifikan, dalam jangka pendek Pengangguran berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap
Pertumbuhan Ekonomi (PDB). Pada variabel Pendidikan, hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam jangka panjang
berpengaruh negatif signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi (PDB), dalam jangka pendek berpengaruh negatif
tidak signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi (PDB).

Kata kunci: Pertumbuhan ekonomi; Inflasi; Pengangguran; Tingkat pendidikan


Analisis Faktor-Faktor (Ratih Saputri)

173
Analisis Faktor-Faktor (Ratih Saputri)

perekonomian ini semakin meningkat, maka akan


AWAL semakin cepat pula proses peningkatan output daerah,
Peningkatan pendapatan masyarakat dengan hal ini prospek pembangunan daerah akan lebih
dalam pertumbuhan ekonomi merupakan baik dari sebelumnya. Penentuan sektor-sektor prioritas
salah satu faktor keberhasilan pembangunan dalam
ekonomi di suatu negara atau daerah. Dalam
menilai kinerja perekonomian suatu daerah
dengan menganalisis hasil dari pembangunan
ekonomi tersebut yaitu adanya pertumbuhan
ekonomi. Dalam kurun waktu yang telah
ditentukan dalam menghasilkan kesejahteraan
masyarakat dalam kegiatan ekonomi,
pertumbuhan ekonomi ini sangat dibutuhkan.
Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu
proses dimana terjadi perubahan keadaan
perekonomian di suatu daerah atau negara
secara berkepanjangan untuk menuju keadaan
yang lebih baik dari keadaan sebelumnya
dalam jangka waktu tertentu (Bp IGMA
Dharmakarja, 2018).
Teori pertumbuhan dalam
perekonomian dapat menjelaskan faktor-
faktor yang dapat menentukan,
mempengaruhi, dan mengetahui proses
pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang,
seperti penjelasan bagaimana faktor-faktor
tersebut dapat mempengaruhi satu sama lain,
sehingga proses pertumbuhan ekonomi dapat
terjadi.
. Pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan
kemampuan perekonomian dalam
memproduksi barang dan jasa. Atau bisa
disebut, pertumbuhan ekonomi lebih dekat dengan
perubahan kuantitatif yang dapat diukur
dengan menggunakan data produk domestik
bruto (PDB) atau pendapatan output per
kapita.
Laju pertumbuhan dalam
perekonomian dapat menjelaskan persentase
kenaikan pendapatan nasional riil pada
periode waktu tertentu dibandingkan dengan
pendapatan nasional riil pada periode waktu
sebelumnya. Apabila laju pertumbuhan dalam
174
Jurnal Paradigma Multidisipliner (JPM) Volume 3 Nomor 2 2022

pembangunan haruslah dengan pertumbuhan adalah yang memiliki sifat self


adanya sumber-sumber generating yang dapat menghasilkan
pertumbuhan ekonomi. momentum atau dapat juga disebut kekuatan
Pertumbuhan ekonomi dapat untuk berlangsungnya proses pertumbuhan
diartikan sebagai suatu kondisi ekonomi pada periode waktu berikutnya
dimana terjadi proses perubahan (Ismail, 2020).
perekonomian suatu negara atau Salah satu indikator penting dalam
daerah menuju keadaan yang lebih menilai kinerja perekonomian di suatu negara
baik dari keadaan sebelumnya adalah dengan meningkatkan pertumbuhan
dalam kurun waktu tertentu. ekonomi. Secara umum, peningkatan
Secara umum, pertumbuhan pertumbuhan ekonomi dapat mempengaruhi
ekonomi sama dengan kenaikan jumlah angkatan kerja jika pertumbuhan
kapasitas produksi yang ekonomi di suatu negara meningkat secara
diwujudkan dengan kenaikan terus menerus, maka dapat diartikan bahwa
pendapatan nasional. output dari seluruh kegiatan ekonomi akan
Pertumbuhan ekonomi meningkat. Hal ini akan mengakibatkan
menurut pendapat Adam Smith meningkatnya permintaan terhadap jumlah
adalah naik atau turunnya tingkat pengangguran, sehingga pengangguran akan
perekonomian suatu negara
tergantung dari perkembangan
jumlah penduduk di negara
tersebut. Dari perkembangan
jumlah penduduk tersebut, maka
akan meningkatkan produksi di
negara tersebut. Menurut Sadono
Sukimo (1985), pertumbuhan
ekonomi adalah tingkat kegiatan
ekonomi yang berubah dari tahun
ke tahun. Dengan demikian, untuk
mengetahui pertumbuhan ekonomi
di suatu negara, maka perlu
dilakukan perbandingan
pendapatan nasional dari tahun ke
tahun atau yang disebut dengan
laju pertumbuhan ekonomi. Menurut
Budiono (1994), pertumbuhan
ekonomi terjadi apabila
pertambahan sumber daya yang
berasal dari proses internal suatu
perekonomian dan bersifat
sementara akan mengakibatkan
proses kenaikan output per kapita
yang terjadi dalam jangka panjang.
Artinya, yang dikatakan sebagai
175
Analisis Faktor-Faktor (Ratih Saputri)

penurunan (Riza Adytia Surya (2010), Isti Soeharto terpaksa mengundurkan diri dan dari sinilah krisis
Qomariyah (2013), Roby Cahyadi Kurniawan moneter di Indonesia semakin parah (Kompas.com, 2020).
(2013). Tabel berikut ini menunjukkan Pada tahun-tahun berikutnya pemerintah berusaha
Pertumbuhan PDB di Indonesia dari tahun 1990 meningkatkan pertumbuhan ekonomi kembali. Pada
hingga 2019.
Tabel 1. Pertumbuhan PDB Indonesia
Tahun 1990-2019
Pertumbuhan PDB Indonesia
Tahun 1990-2019
Tahun (%) Tahun (%)
1990 7.24 2005 5.69
1991 6.91 2006 5.50
1992 6.50 2007 6.35
1993 6.50 2008 6.01
1994 7.54 2009 4.63
1995 8.22 2010 6.22
1996 7.82 2011 6.17
1997 4.70 2012 6.03
1998 -13.13 2013 5.56
1999 0.79 2014 5.01
2000 4.92 2015 4.88
2001 3.64 2016 5.03
2002 4.50 2017 5.07
2003 4.78 2018 5.17
2004 5.03 2019 5.02
Sumber : Bank Dunia
Dari tabel di atas dapat dijelaskan
bahwa pertumbuhan PDB Indonesia dari
tahun 1990 hingga 2019 mengalami kenaikan
dan penurunan yang fluktuatif. Pertumbuhan
PDB Indonesia pada tahun 1990 mencapai
7,24% namun pada tahun 1991 hingga 1993
mengalami penurunan
menjadi 6,50%. Pada tahun 1994, angka ini
meningkat menjadi 7,54 tetapi
menurun lagi pada tahun 1996 dengan angka
7,82. Pada tahun 1998, pertumbuhan PDB
mengalami penurunan yang sangat drastis
mencapai -13,13% pada saat itu terjadi krisis
moneter di Indonesia pada tahun 1997. Krisis
moneter terjadi akibat inflasi dan kenaikan harga
pangan. Pada tanggal 21 Mei 1998 Presiden

176
Jurnal Paradigma Multidisipliner (JPM) Volume 3 Nomor 2 2022

Tahun 1999 pertumbuhan PDB Tahun 1990-2019


sudah mulai meningkat dengan Inflasi, Deflator PDB Indonesia
mencapai 0,79%. Dari tahun 2000 Tahun 1990-2019
hingga 2019 pertumbuhan PDB di Tahun (%) Tahun (%)
setiap tahunnya mengalami 1990 9.09 2005 14.33
kenaikan dan penurunan yang 1991 8.77 2006 14.09
tidak terlalu fluktuatif. 1992 7.29 2007 11.26
Inflasi adalah salah satu 1993 19.15 2008 18.15
indikator ekonomi yang dapat 1994 7.78 2009 8.27
digunakan untuk mengukur 1995 9.88 2010 15.26
stabilitas ekonomi di suatu negara. 1996 8.68 2011 7.47
Inflasi merupakan salah satu dari 1997 12.57 2012 3.75
sekian banyak masalah ekonomi 1998 75.27 2013 4.97
yang sangat kompleks. Inflasi
merupakan indikator yang
berhubungan dengan banyak
masalah ekonomi lainnya. Inflasi
dapat mempengaruhi dan
dipengaruhi oleh berbagai masalah
ekonomi. Perubahan nilai inflasi
ini berdampak pada dinamika
pertumbuhan ekonomi suatu
negara. Dari sisi ekonomi, inflasi
dapat dikatakan sebagai fenomena
ekonomi karena ketika inflasi naik
dan turun, maka akan
menimbulkan gejolak ekonomi di
suatu negara. Fenomena dimana
terjadi kenaikan tingkat harga
umum secara terus menerus dapat
dikatakan sebagai inflasi. Kenaikan
harga barang tersebut tidak hanya
dari satu atau dua barang saja, tetapi
kenaikannya dalam cakupan
barang yang lebih luas lagi atau
dapat berakibat pada kenaikan
harga barang lainnya. Inflasi yang
tinggi dapat diartikan bahwa
perekonomian suatu negara sedang
tidak baik atau dapat dikatakan
buruk. Berikut ini adalah tabel
Inflasi di Indonesia dari tahun
1990 sampai dengan tahun 2019.
Tabel 2. Inflasi
PDB 177
Indonesia
Tahun
1990-2019
Inflasi PDB
Indonesia
Analisis Faktor-Faktor (Ratih Saputri)

1999 14.16 2014 5.44 terlalu tinggi sehingga pada tahun 1999 inflasi turun
menjadi 14,16%
2000 20.45 2015 3.98 tetapi naik lagi pada tahun 2000 menjadi 20,45%. Dari
tahun 2001 hingga
2001 14.30 2016 2.44 Inflasi tahun 2008 meningkat dan menurun di
tahun 2008
2002 5.90 2017 4.29 inflasi meningkat menjadi 18,15%. Dan pada tahun
2019
2003 5.49 2018 3.82 inflasi menurun dengan persentase sebesar 1,60%
2004 8.55 2019 1.60 yang merupakan inflasi terendah. Inflasi yang
rendah
Sumber : Bank Dunia penurunan yang fluktuatif. Pada tahun 1990 persentase
Dari tabel di atas dapat dijelaskan inflasi sebesar 9,09% namun pada tahun 1993 inflasi
bahwa inflasi Indonesia dari tahun 1990 meningkat menjadi 19,15%. Inflasi mengalami penurunan
hingga 2019 mengalami kenaikan dan dan kemudian meningkat kembali pada tahun 1997
penurunan yang fluktuatif. Pada tahun 1990 dengan angka 12,57% yang menyebabkan terjadinya
persentase inflasi sebesar 9,09% namun pada krisis moneter pada tahun tersebut. Pada tahun 1998,
tahun 1993 inflasi meningkat menjadi dengan adanya tragedi Presiden Soeharto terpaksa
19,15%. Inflasi mengalami penurunan dan mengundurkan diri sehingga krisis moneter Indonesia
kemudian meningkat kembali pada tahun memuncak dengan inflasi mencapai 75,27%. Dengan
1997 dengan angka 12,57% yang demikian, pemerintah berusaha menahan inflasi yang
menyebabkan terjadinya krisis moneter pada
tahun tersebut. Pada tahun 1998, dengan
adanya tragedi Presiden Soeharto terpaksa
mengundurkan diri sehingga krisis moneter
Indonesia memuncak dengan inflasi mencapai
75,27%. Dengan demikian, pemerintah
berusaha menahan inflasi yang terlalu tinggi
sehingga pada tahun 1999 inflasi turun
menjadi 14,16% namun naik kembali pada
tahun 2000 menjadi 20,45%. Dari tahun 2001
hingga 2008 inflasi mengalami kenaikan dan
penurunan pada tahun 2008 inflasi meningkat
menjadi 18,15%. Dan pada tahun 2019 inflasi
mengalami penurunan dengan persentase
1,60% yang merupakan inflasi terendah.
Rendahnya inflasi ini disebabkan oleh harga
barang bergejolak yang relatif terkendali,
misalnya harga beras yang pada umumnya
menjadi penyebab tingginya inflasi dapat
terkendali pada tahun-tahun sebelumnya.
Dari tabel di atas dapat dijelaskan
bahwa inflasi Indonesia dari tahun 1990
hingga 2019 mengalami kenaikan dan

178
Jurnal Paradigma Multidisipliner (JPM) Volume 3 Nomor 2 2022
Inflasi ini disebabkan oleh harga- Tingkat Pengangguran Terbuka
harga barang bergejolak yang Indonesia Tahun 1990-2020
relatif terkendali, misalnya harga Tahun (%) Tahun (%)
beras yang pada tahun-tahun
sebelumnya menjadi penyebab
inflasi tinggi, namun pada tahun-
tahun sebelumnya masih
terkendali.
Jenis pengangguran yang
terlihat jelas dan sering dijumpai di
masyarakat adalah pengangguran
terbuka. Pengangguran terbuka
adalah suatu kondisi yang terjadi
ketika seseorang ingin memiliki
pekerjaan namun belum
mendapatkan pekerjaan.
Pengangguran terbuka merupakan
pengangguran yang memiliki sifat
sia-sia karena terdapat orang-orang
terdidik yang cukup siap untuk
bekerja namun lapangan pekerjaan
yang tersedia tidak sebanding.
Kini di Indonesia, banyak sekali
orang yang berpendidikan namun
kesulitan mendapatkan pekerjaan.
Tingkat Pengangguran Terbuka
atau yang bisa disebut dengan TPT
adalah hasil dari persentase jumlah
pengangguran terhadap jumlah
angkatan kerja. Menurut
penjelasan Sakernas, TPT dibagi
menjadi empat yaitu mencari
pekerjaan dan tidak bekerja,
mendirikan usaha dan tidak
bekerja, tidak mencari pekerjaan
dan tidak bekerja karena merasa
tidak mungkin mendapatkan
pekerjaan, dan yang terakhir tidak
mencari pekerjaan dan tidak bekerja
karena sudah diterima bekerja atau
sudah diterima bekerja tetapi
belum mulai bekerja (Dewi, nd),
(Fatkhul, 2013). Tabel berikut
menunjukkan jumlah
pengangguran terbuka di Indonesia 179
dari tahun 1990 hingga 2019.
Tabel 3. Tingkat Pengangguran
Terbuka Tingkat Pengangguran
Terbuka Indonesia Tahun
1990-2019
Analisis Faktor-Faktor (Ratih Saputri)

1990 2.54 2005 7.94 pula kinerja atau produktivitas seseorang dalam bekerja.
1991 2.62 2006 7.55 Pendidikan memiliki dampak positif terhadap
1992 2.73 2007 8.06 pertumbuhan ekonomi negara, ketika semakin tinggi
1993 2.78 2008 7.21 pendidikan maka semakin tinggi pula kontribusinya
1994 4.37 2009 6.11 terhadap kegiatan ekonomi (BPS, 2008:4).
1995 6.80 2010 5.61
1996 4.86 2011 5.15
1997 4.68 2012 4.47
1998 5.46 2013 4.34
1999 6.36 2014 4.05
2000 6.08 2015 4.51
2001 6.08 2016 4.30
2002 6.60 2017 3.88
2003 6.66 2018 4.40
2004 7.30 2019 3.62
Sumber : Bank Dunia
Dari tabel di atas dapat dijelaskan
bahwa dari tahun ke tahun di Indonesia
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
mengalami fluktuasi kenaikan dan penurunan.
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) dari
tahun 1990 sampai dengan tahun 1995 mengalami
kenaikan terus menerus sehingga pada tahun
1995 mencapai 6,80%. Pada tahun 1996
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) mengalami
penurunan sebesar 1,94% dan kembali
meningkat pada tahun 1998 mencapai 5,46%.
Sempat mengalami penurunan lagi sebesar
0,28% pada tahun 2000, namun kembali
meningkat pada tahun 2002 hingga mencapai
6,60%. Dari tahun 2003 hingga 2019 Tingkat
Pengangguran Terbuka (TPT) selalu
mengalami kenaikan dan penurunan. Pada tahun
2019 TPT mencapai persentase 3,62%.
Indikator ketiga yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi adalah
tingkat pendidikan. Pendidikan merupakan
salah satu dari beberapa modal dasar manusia
yang harus dipenuhi karena dalam mencapai
pembangunan ekonomi yang berkelanjutan
harus ada faktor pendidikan. Semakin tinggi
pendidikan seseorang, maka semakin tinggi

180
Jurnal Paradigma Multidisipliner (JPM) Volume 3 Nomor 2 2022

Sukirno (2004) Sekolah (APS) usia 16-18 tahun Indonesia


berpendapat bahwa pendidikan Tahun 1990-2019 Angka Partisipasi Sekolah
merupakan investasi yang akan (APS)
sangat berguna dan dapat 16-18 Tahun 1990-2019
dinikmati hasilnya di masa yang Tahun (%) Tahun (%)
akan datang bagi pembangunan 1990 37,23 2005 53,86
ekonomi suatu negara atau daerah. 1991 39,01 2006 53,92
Hal ini berarti pendidikan memiliki 1992 41,45 2007 54,61
peran yang sangat penting dalam 1993 43,51 2008 54,70
menciptakan sumber daya manusia 1994 45,31 2009 55,05
(SDM) yang berkualitas bagi 1995 44,65 2010 55,83
bangsa dan negara sehingga dapat 1996 47,59 2011 57,69
memberikan dampak langsung
melalui peningkatan keterampilan
dan produktivitas kerja terhadap
pertumbuhan ekonomi suatu
negara. Dengan adanya hal
tersebut, pemerintah berharap
pendidikan dapat mengatasi
permasalahan ekonomi seperti
keterbelakangan ekonomi melalui
peningkatan kemampuan sumber
daya manusia, sehingga
kesejahteraan masyarakat akan
meningkat (Sari, 2014).
Dalam KBBI (2008),
pendidikan adalah proses
pengubahan sikap dan tata laku
seseorang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui
upaya peningkatan kedewasaan diri
melalui berbagai macam pelatihan
dan pengajaran. Dalam Undang-
Undang Republik Indonesia Pasal 1
Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Pendidikan Nasional, penjelasan
mengenai pendidikan adalah usaha
yang telah direncanakan agar proses
pembelajaran dan juga suasana
belajar dapat berjalan dengan baik
sehingga peserta didik dapat
mengembangkan potensi dirinya
dalam berbagai aspek (Sisdiknas,
2003). Berikut ini adalah tabel
Tingkat Pendidikan yang diukur dari 181
Angka Partisipasi Sekolah (APS)
usia 16 hingga 18 tahun mulai dari
tahun 1990 hingga
2019 (BPS, 2021).
Tabel 4. Angka Partisipasi
Analisis Faktor-Faktor (Ratih Saputri)

1997 48,64 2012 61,30 Domestik Bruto atau PDB (Sukirno, 2013).
1998 49,28 2013 63,64 Dalam mengukur pertumbuhan ekonomi,
1999 51,14 2014 70,13 digunakan nilai Produk Domestik Bruto berdasarkan
2000 51,17 2015 70,26
2001 49,18 2016 70,68
2002 49,76 2017 71,20
2003 50,97 2018 71,82
2004 53,48 2019 71,92
Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS)
Dari tabel di atas dapat dijelaskan
bahwa Angka Partisipasi Sekolah (APS) usia
16-18 tahun dari tahun 1990 sampai dengan tahun
2019 mengalami kenaikan dan penurunan yang
tidak terlalu fluktuatif. Pada tahun 1995
Angka Partisipasi Sekolah (APS) mengalami
penurunan sebesar 0,66%. Kemudian
meningkat kembali pada tahun 1996 hingga
mencapai 47,59%, namun menurun kembali
pada tahun 2001 dengan persentase 49,18%. Pada
tahun 2002 hingga 2019 Angka Partisipasi
Sekolah (APS) mengalami peningkatan yang
konstan secara terus menerus.
Dari latar belakang yang telah
diuraikan di atas, disimpulkan bahwa terdapat
beberapa indikator yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi, antara lain inflasi,
pengangguran, dan tingkat pendidikan. Oleh
karena itu, peneliti tertarik untuk membahas
mengenai pengaruh inflasi, pengangguran,
dan tingkat pendidikan terhadap pertumbuhan
ekonomi Indonesia tahun 1990-2019.

DASAR TEORI
Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan
sebagai perkembangan produksi barang dan
jasa serta produksi barang modal yang meningkat.
Perekonomian dapat diartikan sebagai
pertumbuhan ekonomi ketika jumlah produksi
barang dan jasa meningkat. Angka yang dapat
digunakan untuk menghitung output adalah
nilai moneter yaitu dalam nilai Produk

182
Jurnal Paradigma Multidisipliner (JPM) Volume 3 Nomor 2 2022

harga konstan. Karena jika Secara umum, inflasi dapat dijelaskan


menggunakan nilai Produk bahwa terjadi kenaikan tingkat harga barang
Domestik Bruto atas dasar harga dan jasa secara umum dan terjadi secara terus
konstan, maka pengaruh menerus dalam kurun waktu tertentu. Suseno
perubahan harga dihilangkan, dan Astiyah (2009) berpendapat bahwa inflasi
dengan demikian nilai yang akan adalah kecenderungan meningkatnya harga
muncul adalah nilai uang yang barang atau jasa secara umum atau
berasal dari output barang atau menyeluruh dan terus menerus. Budiono
jasa, bukan dari kuantitas barang (2008) berpendapat bahwa inflasi adalah suatu
atau jasa (Manurung & Rahardja, proses meningkatnya harga-harga barang
2008). secara umum dan terus menerus. Sukirno
Teori pertumbuhan (2008) berpendapat mengenai definisi inflasi
ekonomi memiliki definisi sebagai suatu proses kenaikan harga-harga
mengenai faktor-faktor apa saja yang berlaku di suatu daerah. Dari beberapa
yang dapat menentukan kenaikan pengertian inflasi di atas, dapat disimpulkan
output per kapita dalam jangka bahwa inflasi adalah suatu proses kenaikan
panjang, dan penjelasan mengenai harga-harga secara umum dan terus menerus.
bagaimana faktor-faktor tersebut
dapat mempengaruhi satu sama
lain, yang dapat menyebabkan
terjadinya proses pertumbuhan
ekonomi. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa teori pertumbuhan adalah
suatu pemikiran tentang
bagaimana proses pertumbuhan itu
sendiri dapat terjadi (Boediono,
2009).
Pertumbuhan ekonomi
merupakan suatu kriteria dengan
tujuan untuk melihat keberhasilan
pembangunan di suatu negara atau
daerah, khususnya di bidang
ekonomi. Pengukuran
pertumbuhan ekonomi dalam
lingkup nasional dapat
menggunakan tingkat
pertumbuhan Produk Domestik
Bruto (PDB) sedangkan dalam
lingkup regional menggunakan
Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB). Selain dipengaruhi oleh
faktor internal, setelah era
perekonomian yang semakin
mengglobal, pertumbuhan
ekonomi juga dapat dipengaruhi 183
oleh faktor eksternal atau luar
negeri... (Rizki & Indonesia,
2016).

Inflasi
Analisis Faktor-Faktor (Ratih Saputri)

Dari penjelasan-penjelasan mengenai inflasi tahun. Namun, dari semua penduduk yang dapat bekerja,
yang telah disebutkan, dapat disimpulkan tidak semua benar-benar ingin bekerja. Penduduk yang
bahwa inflasi adalah kecenderungan bersekolah, mencari nafkah, mengurus rumah tangga, dan
meningkatnya harga-harga barang secara sebagainya merupakan kelompok pekerja yang tidak
keseluruhan dan terjadi secara terus menerus. termasuk dalam angkatan kerja.
Inflasi adalah kenaikan harga
komoditas secara keseluruhan yang
disebabkan oleh ketidaksesuaian tingkat
pendapatan dengan program sistem pengadaan
komoditas oleh masyarakat suatu negara.
Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja
tidak dapat dikatakan sebagai inflasi karena
inflasi adalah kenaikan harga barang secara
keseluruhan. Sukirno (2002:89) berpendapat
bahwa inflasi dikatakan sebagai suatu proses
meningkatnya harga-harga barang dalam
perekonomian (Kalsum, 2017).

Pengangguran
Dari sisi indikator ketenagakerjaan,
menurut Badan Pusat Statistik (BPS)
pengangguran dapat didefinisikan sebagai
penduduk yang sedang mempersiapkan suatu
usaha baru atau penduduk yang tidak bekerja
namun sedang mencari pekerjaan atau juga
penduduk yang tidak mencari pekerjaan
karena sudah memiliki pekerjaan namun
belum mulai bekerja. Definisi lain dari
pengangguran adalah ketika seseorang yang
ingin mendapatkan pekerjaan atau bekerja
tetapi belum mendapatkan pekerjaan dan tidak
memiliki peran dalam proses produksi barang
atau jasa dimanapun (Mankiw, 2006:131).
Menurut Sukirno (2010:14) pengertian
pengangguran adalah suatu keadaan dimana
penduduk dari suatu kelompok tenaga kerja
tidak mempunyai pekerjaan, penduduk yang
sudah berusaha mencari pekerjaan tetapi belum
mendapatkannya. Angkatan kerja adalah
jumlah seluruh penduduk potensial yang dapat
memproduksi barang dan jasa dalam usia
kerja yaitu antara usia 15 sampai dengan 64

184
Jurnal Paradigma Multidisipliner (JPM) Volume 3 Nomor 2 2022

angkatan kerja atau yang disebut modern sehingga tercipta pembangunan yang
dengan bukan angkatan kerja. berkelanjutan (Todaro, 2006). Tingkat
Menurut Suparmoko pendidikan merupakan salah satu dari
(2007), definisi pengangguran beberapa variabel yang dapat mempengaruhi
adalah ketidakmampuan angkatan pertumbuhan ekonomi. Tingkat pendidikan
kerja untuk mendapatkan masyarakat yang rata-rata tinggi merupakan
pekerjaan yang sesuai dengan yang suatu hal yang penting bagi keberlangsungan
diinginkan dan dibutuhkan. bangsa untuk menghadapi berbagai
Sehingga dapat disimpulkan permasalahan atau tantangan global di masa
bahwa pengangguran adalah suatu depan. Tingkat pendidikan yang relatif tinggi
keadaan dimana seseorang yang akan memudahkan masyarakat dalam
termasuk dalam angkatan kerja belum menyerap informasi dan mengaplikasikannya
mendapatkan pekerjaan dan dalam kehidupan sehari-hari. Pada tingkat
sedang mencari pekerjaan. Murni
(2006) berpendapat bahwa
pengangguran diartikan sebagai
orang yang tidak memiliki
pekerjaan atau dapat juga
dikatakan tidak memiliki
penghasilan.
Akibat dari pengangguran
yang tidak segera diatasi dapat
menimbulkan berbagai masalah
dalam perekonomian seperti
kerawanan sosial dan juga dapat
berpotensi pada munculnya
kemiskinan. Munculnya
pengangguran di suatu wilayah
atau daerah dapat disebabkan oleh
banyaknya jumlah permintaan
kerja dan penawaran kerja yang
tidak seimbang atau jumlah
lapangan kerja di suatu negara atau
daerah tidak sebanding dengan
jumlah angkatan kerja. Hal ini
akan mengakibatkan peningkatan
laju pertumbuhan angkatan kerja
yang dapat melebihi jumlah
kesempatan kerja (Suhendra &
Wicaksono, 2020), (Kalsum,
2017).

Tingkat pendidikan
Secara umum, pendidikan
dianggap sebagai peran utama 185
dalam menciptakan kemampuan
suatu negara atau wilayah tertentu
yang bertujuan untuk
mengembangkan kapasitas
produksi dan menyerap teknologi
Analisis Faktor-Faktor (Ratih Saputri)

Pendidikan formal dapat menciptakan nilai,


terutama dalam menerima sesuatu yang baru Waktu dan Tempat Penelitian
dari sebelumnya (Suhardjo, 2007). Penelitian ini dilakukan di Indonesia dengan periode
Dengan adanya tingkat pendidikan yang waktu dari tahun 1990 hingga 2019.
lebih tinggi akan membentuk kemampuan
masyarakat yang nantinya akan menciptakan
sumber daya manusia yang lebih berkualitas dan
dapat memberikan efektifitas produksi yang
baik, sehingga mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi suatu daerah menjadi lebih baik.
Dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi
akan menciptakan tenaga kerja yang lebih
berkualitas sehingga dapat memberikan
efektifitas dan efisiensi dalam melakukan
produksi (Budiarti & Seosatyo, 2011), (Adi
Parwa, 2019).

METODE PENELITIAN
Jenis penelitian
Penelitian ini menggunakan
pendekatan kuantitatif dan menggunakan data
berupa data sekunder. Pendekatan kuantitatif
adalah pendekatan kuantitatif adalah
pendekatan yang dalam proposal penelitian,
proses, hipotesis, turun ke lapangan,
menganalisis data dan menyimpulkan data
sampai dengan penulisannya menggunakan
aspek pengukuran, perhitungan, rumus-rumus
dan kepastian data angka. Data sekunder
adalah data yang berisi informasi yang
sebelumnya telah ada dan sengaja
dikumpulkan oleh peneliti dengan tujuan
untuk dapat melengkapi kebutuhan data dalam
penelitian. Data sekunder ini dapat diperoleh
melalui jurnal, laporan, buku, situs web
terkait, laporan, catatan internal dari
organisasi, dan juga dari publikasi
pemerintah. Proses pengumpulan data
sekunder cenderung mudah dan cepat
dilakukan. Pada umumnya, data sekunder
merupakan data yang telah disusun dan diolah
sehingga hasilnya akan lebih sempurna.
186
Jurnal Paradigma Multidisipliner (JPM) Volume 3 Nomor 2 2022

Target/Subjek Penelitian tujuan penelitian ini.


Populasi adalah ⮚ Variabel Penelitian
sekelompok subjek atau data Variabel adalah segala sesuatu yang dapat
dengan karakteristik tertentu. diukur dan cara pengukurannya berbeda-
Populasi merupakan keseluruhan beda. Sugiyono berpendapat bahwa
sasaran yang seharusnya diteliti variabel penelitian adalah segala sesuatu
dan pada populasi inilah hasil yang berbentuk apa saja yang dipilih oleh
penelitian diberlakukan. Populasi peneliti yang bertujuan untuk dipelajari
dalam penelitian ini adalah data sehingga diperoleh berbagai
pertumbuhan ekonomi (PDB), data
inflasi, data tingkat pengangguran
terbuka (TPT), dan data angka
partisipasi sekolah (APS) di
seluruh Indonesia dari tahun 1990
sampai dengan tahun 2019. Sampel
adalah bagian dari populasi yang
akan diambil untuk diteliti dan
hasil penelitian digunakan sebagai
representasi dari populasi secara
keseluruhan. Sampel penelitian
adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Sampel dari
penelitian ini adalah data
Pertumbuhan Ekonomi (PDB),
data Inflasi, data Tingkat
Pengangguran Terbuka (TPT), dan
data Angka Partisipasi Sekolah
(APS) di seluruh Indonesia pada
tahun 2019. Adapun teknik
pengambilan sampel dalam
penelitian kuantitatif ini
menggunakan teknik probability
sampling.

Data, Instrumen dan Teknik


Pengumpulan Data
Penelitian ini
menggunakan data sekunder yang
bersumber dari website Bank
Dunia dan website Badan Pusat
Statistik (BPS), antara lain: Data
Pertumbuhan Ekonomi (PDB), data
Inflasi, data Tingkat Pengangguran
Terbuka (TPT), dan data Angka 187
Partisipasi Sekolah (APS) di
seluruh Indonesia dari tahun 1990
sampai dengan tahun 2019. Dari
data yang diperoleh kemudian
diolah dan disusun sesuai dengan
Analisis Faktor-Faktor (Ratih Saputri)

informasi mengenai hal-hal yang terkait, Model (ECM) adalah suatu analisis model data runtun waktu
setelah itu akan ditarik kesimpulan. yang dapat digunakan untuk mengolah variabel-variabel
Dalam penelitian ini, saya menggunakan yang memiliki kointegrasi atau dependensi. Metode ECM
dua macam variabel, antara lain: ini bertujuan untuk menyeimbangkan hubungan ekonomi
- Variabel Dependen antara variabel yang memiliki
Variabel dependen atau variabel
terikat adalah variabel yang nilainya
tergantung atau dipengaruhi oleh nilai
variabel lain, variabel ini juga sering
disebut sebagai variabel output,
kriteria, dan konsekuen. Dalam
penelitian ini yang menjadi variabel
dependen adalah Pertumbuhan
Ekonomi PDB Indonesia tahun 1990-
2019.
- Variabel Independen
Variabel independen atau variabel
bebas adalah variabel yang nilainya dapat
mempengaruhi variabel dependen
(terikat). Dalam penelitian ini yang
menjadi variabel independen adalah
inflasi PDB, Tingkat Pengangguran
Terbuka (TPT), dan Angka Partisipasi
Sekolah (APS) di Indonesia tahun
1990-2019.

Teknik analisis data


Adapun metode analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan data kuantitatif time series
dengan analisis regresi Error Correction Model
(ECM) dengan menggunakan bantuan
software eviews 10. Data runtut waktu atau
data berkala adalah data yang disusun dari
waktu ke waktu atau berdasarkan urutan
waktu. Urutan waktu yang dapat digunakan
antara lain minggu, bulan, tahun dan lain-lain.
Time Series atau TS adalah serangkaian data
observasi yang terjadi berdasarkan indeks
waktu (t) secara berurutan dengan interval
waktu yang tetap yang berasal dari sumber
yang tetap (Cryer, 1986). Error Correction

188
Jurnal Paradigma Multidisipliner (JPM) Volume 3 Nomor 2 2022

keseimbangan dalam jangka tercapai.


pendek atau hubungan ekonomi 2. Uji Kointegrasi
dalam jangka panjang (Stiawan, Uji kointegrasi adalah uji yang digunakan
2018), (Error Correction untuk mengetahui apakah variabel-
Mechanism (ECM), n.d.). variabel yang terkait memiliki kointegrasi
Model estimasi pertumbuhan atau ketergantungan, yaitu ketika data
ekonomi dalam jangka panjang tidak stasioner dapat dikatakan memiliki
yang digunakan dalam penelitian kointegrasi jika masing-masing variabel
ini adalah sebagai berikut: memiliki pola tren yang sama. Sehingga
PE = β0 + β1inflasit + β2TPTt + β3APSt + e regresi antara variabel yang
Model estimasi Pertumbuhan berkointegrasi tidak akan menghasilkan
Ekonomi dalam jangka pendek
yang digunakan dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
∆PEt = β0 + β1∆inflasit + β2∆TPTt + β3∆APSt +

β4ECTt-1 + et

Keterangan :
β0 = Intercept atau
Konstanta β1, β2, β3, β4 =
Koefisien
PE = Pertumbuhan
Ekonomi PDB
(%)
Inflasi= Inflasi PDB (%)
TPT = Tingkat
Penganggu
ran
Terbuka
(%)
APS = Angka Partisipasi Sekolah (%)
ECT = Variabel Koreksi Kesalahan
t = Tahun
e = Kesalahan
Langkah-langkah yang diambil meliputi:
1. Uji Stasioneritas
Uji stasioneritas adalah uji
yang digunakan untuk
mengetahui apakah data sudah
stasioner yang nantinya dapat
langsung diestimasi,
sedangkan jika data tidak
stasioner maka data tersebut
mengandung unsur trend
(Random Walk). Jika tidak
stasioner maka yang harus 189
dilakukan adalah dengan
melakukan defferencing.
Dengan demikian data harus
melalui proses defferencing
agar data yang stasioner dapat
Analisis Faktor-Faktor (Ratih Saputri)

regresi palsu (spurious regression). Sering empat uji yang sering digunakan, antara lain uji
dikatakan bahwa variabel-variabel yang normalitas, uji multikolinieritas, uji
terkointegrasi pasti memiliki hubungan heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi. (Konsultan
jangka panjang, sehingga regresi antara Statistik, 2011).
variabel-variabel ini dapat dibenarkan. a. Uji Normalitas
3. Model Koreksi Kesalahan (ECM) Uji normalitas berfungsi untuk mengetahui nilai
Error Correction Model (ECM) residual pada
merupakan analisis data runtun waktu
yang digunakan untuk variabel-variabel
yang memiliki ketergantungan yang dapat
disebut kointegrasi. Metode ECM
digunakan untuk menyeimbangkan
hubungan ekonomi jangka pendek dari
variabel-variabel yang telah memiliki
keseimbangan atau hubungan ekonomi
jangka panjang. Terdapat 4 prosedur dalam
model ECM, antara lain sebagai berikut
(Dimas, 2020):
- Jika semua variabel yang terdapat
dalam penelitian stasioner pada
"level", maka model regresi biasa
digunakan.
- Jika terdapat satu variabel dari
penelitian yang tidak stasioner pada
tingkat "level", maka digunakan model
regresi dengan menggunakan
difference.
- Jika tidak ada variabel dari penelitian
yang stasioner pada "level", maka
lakukan uji stasioneritas dengan
menggunakan difference.
- Jika semua variabel dari penelitian
stasioner pada tingkat "difference"
yang sama, misalnya pada difference 1,
maka ada kemungkinan untuk
melakukan regresi dengan
menggunakan model ECM (Error
Correction Model).
4. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik dalam model ECM
(Error Correction Model) sangat diperlukan.
Dalam uji asumsi klasik ini terdapat

190
Jurnal Paradigma Multidisipliner (JPM) Volume 3 Nomor 2 2022

variabel berdistribusi biasa, namun jika hasil data pada tingkat


normal atau tidak. Uji level tidak stasioner, maka harus
normalitas tidak dilakukan uji pada tingkat difference
dilakukan pada setiap hingga data stasioner. Berikut hasil dari
variabel tetapi pada nilai uji akar-akar unit dengan menggunakan
residual. uji ADF adalah sebagai berikut:
b. Uji Multikolinearitas Uji
multikolinearitas adalah
uji yang digunakan
untuk mengetahui ada
tidaknya korelasi
yang tinggi yang
tinggi antara
beberapa variabel
independen
independen
dalam
dalam model
regresi.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas
adalah uji yang
digunakan untuk
mengetahui apakah
terdapat perbedaan dalam varians dari satu residual ke residual yang lain. Jik
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi adalah
uji yang digunakan
untuk mengetahui
apakah ada korelasi
antara suatu periode (t)
dengan periode
sebelumnya (t -1).

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Uji Stasioneritas
Terdapat 2 metode yang
dapat digunakan, yaitu
Augmented Dickey Fuller
Test (ADF Test) dan Phillip
Perron Test (PP Test).
Penelitian ini menggunakan
Augmented Dickey Fuller 191
Test (ADF Test). Jika hasil
data pada tingkat level sudah
stasioner, maka dapat
langsung diolah dengan
menggunakan metode VAR
Analisis Faktor-Faktor (Ratih Saputri)

a. Hasil Uji Stasioneritas Data pada Level

Tabel 5. Hasil Uji Stasioneritas Data Tabel 8. Hasil Uji Stasioneritas Data
Variabel Pertumbuhan PDB Hasil Uji Variabel Tingkat Pendidikan Hasil Uji
Stasioneritas Data Variabel Pertumbuhan Stasioneritas Data Variabel Tingkat
PDB Tingkat Level Pendidikan

Hipotesis Nol: APS memiliki akar


Hipotesis Nol: PERTUMBUHAN memiliki akar unit unit Eksogen: Konstanta
Eksogen: Konstanta Panjang Lag: 0 (Otomatis - berdasarkan SIC, maxlag = 7)

Panjang Lag: 0 (Otomatis - berdasarkan SIC, maxlag = t-Statistik Prob.*


7)

t-Statistik Prob.*

Statistik uji Augmented Dickey-Fuller -3.854600 0.0065


Kritis uji
nilai: Tingkat 1% -3.679322
Tingkat 5% -2.967767
Tingkat 10% -2.622989

*Nilai p satu sisi MacKinnon (1996).


Sumber : Eviews 10 (diolah, 2021)

Tabel 6. Hasil Uji Stasioneritas Data


Variabel Tingkat Inflasi Hasil Uji
Stasioneritas Data Variabel Tingkat
Inflasi
Hipotesis Nol: INFLASI memiliki akar unit Eksogen:
Konstanta
Panjang Lag: 0 (Otomatis - berdasarkan SIC, maxlag = 7)

t-Statistik Mungkin
.

Statistik uji Augmented Dickey-Fuller -4.478950 0.0014


Menguji nilai kritis: Tingkat 1% -3.679322
Tingkat 5 -2.967767
Tingkat 10 -2.622989

*Nilai p satu sisi MacKinnon (1996).


Sumber : Eviews 10 (diolah, 2021)

Tabel 7. Hasil Uji Stasioneritas Data


Variabel Tingkat Pengangguran
Hasil Uji Stasioneritas Data Variabel
Tingkat Pengangguran
Hipotesis Nol: PENGANGGURAN memiliki akar unit Eksogen:
Konstanta
Panjang Lag: 0 (Otomatis - berdasarkan SIC, maxlag = 7)

t-Statistik Prob.*

Statistik uji Augmented Dickey-Fuller -1.767889 0 . 3882

192
Jurnal Paradigma Multidisipliner (JPM) Volume 3 Nomor 2 2022
Statistik uji Augmented Dickey-Fuller -0.439527 0 . 8893 t-statistic yang lebih kecil dari nilai
Uji nilai kritis: Tingkat 1% -3.679322
Tingkat 5% -2.967767
MacKinnon pada taraf signifikan dan nilai
Tingkat 10% -2.622989 probabilitas kedua variabel tersebut lebih
*Nilai p satu sisi MacKinnon (1996). besar dari 0,05 atau 5%. Karena terdapat dua
Sumber : Eviews 10 (diolah, 2021) variabel yang tidak stasioner pada level,
Berdasarkan keempat tabel di
maka pengujian dilanjutkan pada pengujian
atas, yaitu tabel 5, 6, 7, dan 8,
pada first difference.
dapat disimpulkan bahwa variabel
b. Hasil Uji Stasioneritas Data pada
pertumbuhan dan inflasi stasioner
Tingkat First Difference
pada tingkat level, hal ini dapat dilihat
dari nilai ADF t-statistic yang lebih Tabel 9. Hasil Uji Stasioneritas Data Variabel
besar dari nilai MacKinnon pada Pertumbuhan PDB Tingkat First Difference
tingkat signifikan dan nilai Tabel 9. Hasil Uji Stasioneritas Data Variabel
probabilitas kedua variabel tersebut Pertumbuhan PDB Tingkat First Difference
Hipotesis Nol: D(PERTUMBUHAN) memiliki akar unit
lebih besar dari 0,05 atau 5%. Eksogen: Konstanta
Sedangkan variabel pengangguran Panjang Lag: 0 (Otomatis - berdasarkan SIC, maxlag = 6)
t-Statistik Prob.*
danUji nilai
pendidikan tidak stasioner
kritis: Tingkat 1% -3.679322
Tingkat 5 -2.967767 Statistik uji Augmented Dickey-Fuller -6 .634919 0 . 0000
pada level, terlihat dari
Tingkat 10
nilai ADF
-2.622989
Uji nilai kritis: Tingkat 1% -3.689194
Tingkat 5 -2.971853
*Nilai p satu sisi MacKinnon (1996). Tingkat 10 -2.625121
Sumber : Eviews 10 (diolah, 2021) *Nilai p satu sisi MacKinnon (1996).
Sumber : Eviews 10 (diolah, 2021)

193
Analisis Faktor-Faktor (Ratih Saputri)

Tabel 10. Hasil Uji Stasioneritas Data Variabel Berdasarkan keempat tabel di
Tingkat Inflasi Hasil Uji Stasioneritas Data atas, yaitu tabel 9, 10, 11, dan 12, dapat
Variabel Tingkat Inflasi First Difference disimpulkan bahwa setelah dilakukan
pengujian pada tingkat first difference,
Hipotesis Nol: D(INFLASI) memiliki akar unit
Eksogen: Konstanta
seluruh variabel yang digunakan adalah
Panjang Lag: 0 (Otomatis - berdasarkan SIC, maxlag = 6) stasioner. Variabel pertumbuhan dan
inflasi memiliki lag 6, sedangkan
t-Statistik Prob.*
variabel pengangguran dan pendidikan
Statistik uji Augmented Dickey-Fuller -8.961177 0.0000 tetap pada lag 7. Dapat dilihat bahwa
Uji nilai kritis: Tingkat 1% - 3.689194 nilai Mac Kinnon pada tingkat
Tingkat 5% - 2.971853
10% level-2.625121 signifikansi masing-masing variabel
lebih besar dari nilai t-statistik ADF.
*Nilai p satu sisi MacKinnon (1996).
Nilai probabilitas masing-masing
Sumber : Eviews 10 (diolah, 2021) variabel juga lebih kecil dari 0,05 atau
5%. Dengan demikian, dapat
Tabel 11. Hasil Uji Stasioneritas Data Variabel disimpulkan bahwa variabel-variabel
Pengangguran Hasil Uji Stasioneritas Data dalam penelitian ini stasioner pada
Variabel Tingkat Pengangguran First tingkat first difference.
Difference
2. Uji Kointegrasi
Hipotesis Nol: D(PENGANGGURAN) memiliki akar unit Kointegrasi adalah sejumlah variabel
Eksogen: Konstanta
Panjang Lag: 0 (Otomatis - berdasarkan SIC, maxlag = 7) yang memiliki keseimbangan atau
kointegrasi dalam jangka waktu yang
t-Statistik Prob.*
panjang dan dapat berintegrasi satu
Statistik uji Augmented Dickey-Fuller -4. 793508 0 . 0006 sama lain dalam urutan yang sama.
Uji nilai kritis: Tingkat 1% - 3.689194
Berikut ini adalah hasil Uji
Tingkat 5% - 2.971853
10% level-2.625121 Kointegrasi, yaitu:

*Nilai p satu sisi MacKinnon (1996).


Tabel 13. Hasil Uji Kointegrasi Hasil Uji
Sumber : Eviews 10 (diolah, 2021) Kointegrasi
Hipotesis Nol: RESID_ECT memiliki akar unit
Exogenous: Konstanta
Tabel 12. Hasil Uji Stasioneritas Data Variabel Panjang Lag: 0 (Otomatis - berdasarkan SIC, maxlag = 7)
Tingkat Pendidikan Hasil Uji Stasioneritas
Data Variabel Tingkat Pendidikan First t-Statistik Prob.*
Difference
Statistik uji Augmented Dickey-Fuller -4.536337 0.0012
Hipotesis Nol: D(APS) memiliki akar unit Kritis uji
Eksogen: Konstanta nilai: Tingkat 1% - 3.679322
Panjang Lag: 0 (Otomatis - berdasarkan SIC, maxlag = 7) Tingkat 5% - 2.967767
10% level-2.622989
t-Statistik Prob.*

Statistik uji Augmented Dickey-Fuller -4.249319 0.0026


*Nilai p satu sisi MacKinnon (1996).
Kritis uji
nilai: Tingkat 1% - 3.689194 Sumber : Eviews 10 (diolah, 2021)
Tingkat 5% -
2.971853
10% level-2.625121

194
Jurnal Paradigma Multidisipliner (JPM) Volume 3 Nomor 2 2022
*Nilai p satu sisi MacKinnon (1996).
Sumber : Eviews 10 (diolah, 2021)

Berdasarkan hasil
uji kointegrasi di atas, pada
Uji Kointegrasi Johansen
nilai probabilitas setiap
variabel yang digunakan
lebih kecil dari =
0,05 atau 5%. Dan nilai
residual ect stasioner pada
tingkat level. Hal ini dapat
berupa

195
Analisis Faktor-Faktor (Ratih Saputri)

dilihat dari nilai t-statistik ADF lebih Tabel 14. Uji ECM Jangka Panjang Uji ECM Jangka
besar dari nilai MacKinnon pada tingkat Panjang
signifikansi. Nilai probabilitas variabel Variabel Dependen: PERTUMBUHAN
yang digunakan juga lebih kecil dari = Metode: Kuadrat Terkecil
0,05 atau 5%, yaitu sebesar Tanggal: 04/08/21 Waktu: 09:28
Sampel: 1990 2019
Pengamatan yang disertakan: 30
0,0012 yang berarti bahwa ada
kointegrasi. Variabel Koefisien Standar t-Statistik Mung
Kesalahan kin.

3. Tes ECM C 13.86338 2.012268 6.889427 0.0000


INFLASI -0.270568 0.024370 -11.10263 0.0000
Error Correction Model (ECM) PENGANGGURAN 0.087824 0.188135 0.466815 0.6445
atau model koreksi kesalahan adalah APS -0.001145 0.000309 -3.703948 0.0010

model yang terdapat pada variabel R-kuadrat 0.828403 Rata-rata var 4.943333
independen dan variabel dependen dependen
R-kuadrat yang 0.808604 S.D. variabel dependen 3.688262
yang bertujuan untuk melihat pengaruh disesuaikan
S.E. dari regresi 1.613572 Kriteria info Akaike 3.918344
jangka panjang dan jangka pendek Jumlah kuadrat resid 67.69402 Kriteria Schwarz 4.105170
(Satria, 2004). Log likelihood -54.77516 Kritikus Hannan- 3.978111
Quinn.
Model Jangka Panjang F-statistik 41.83938 Statistik Durbin-Watson 1.730660
Prob (F-statistik) 0.000000
PE = β0 + β1inflasit + β2TPTt + β3APSt + e Model Sumber : Eviews 10 (diolah, 2021)
Jangka Pendek
∆PEt = β0 + β1∆inflasit + β2∆TPTt + β3∆APSt + β4ECTt-1 + Tabel 15. Uji ECM Jangka Pendek Uji ECM Jangka
et Pendek
Kedua persamaan di atas
Dependent Variable: D1_PRTMBHN
didasarkan pada hasil pengujian bahwa Metode: Kuadrat Terkecil
semua variabel stasioner pada tingkat Tanggal: 04/08/21 Waktu: 09:31
first difference. Metode ECM ini Sampel (disesuaikan): 1991 2019
Pengamatan yang disertakan: 29 setelah penyesuaian

menggabungkan jangka panjang dan jangka Variabel Koefisien Std. t-Statistik Mung
pendek Kesalahan kin.
efek. Tabel berikut ini menunjukkan
hasil uji ECM, yaitu: C 0.040337 0.367641 0.109718 0.9135
D1_INFLASI -0.238534 0.016869 -14.14007 0.0000
D1_PENGANGGURAN -0.174799 0.360111 -0.485402 0.6318
D1_APS -0.001316 0.001922 -0.685002 0.4999
RESID_ECT (-1) -0.855582 0.191133 -4.476361 0.0002

R-kuadrat 0.897536 Rata-rata var dependen -0.076552


R-kuadrat yang disesuaikan 0.880459 S.D. variabel dependen 4.428632
S.E. dari regresi 1.531185 Kriteria info Akaike 3.845547
Jumlah kuadrat resid 56.26869 Kriteria Schwarz 4.081288
Log likelihood -50.76043 Kritikus Hannan-Quinn. 3.919378
F-statistik 52.55738 Statistik Durbin-Watson 1.637399
Prob (F-statistik) 0.000000

Sumber : Eviews 10 (diolah, 2021)

196
Jurnal Paradigma Multidisipliner (JPM) Volume 3 Nomor 2 2022

a. Pengaruh Variabel Inflasi terhadap berpengaruh negatif terhadap


Pertumbuhan Ekonomi (PDB) di Pertumbuhan Ekonomi (PDB). Dengan
Indonesia Hasil penelitian menunjukkan nilai t-statistik sebesar -3.703948 dan
bahwa dalam jangka panjang dan jangka nilai probabilitas sebesar 0.0010, lebih
pendek inflasi berpengaruh negatif kecil dari tingkat signifikansi pada = 5%
signifikan terhadap pertumbuhan atau 0.05. Sedangkan dalam jangka
ekonomi (PDB). Dalam jangka panjang, pendek berpengaruh negatif dan tidak
nilai t-statistik sebesar -11.10263 dan signifikan terhadap Pertumbuhan
nilai probabilitas sebesar 0.0000 yang Ekonomi (PDB). Dengan nilai t-statistik
lebih kecil dari tingkat signifikansi sebesar -0.685002 dan nilai probabilitas
sebesar 5% atau 0.05. Dalam jangka sebesar 0.4999, lebih besar dari tingkat
pendek, nilai t-statistik sebesar - signifikansi sebesar 5% atau 0.05.
14.14007 dan nilai probabilitas sebesar Dengan demikian, dalam uji ECM
0.0000 yang lebih kecil dari tingkat jangka panjang jika Pendidikan
signifikansi sebesar 5% atau 0.05. berpengaruh terhadap pertumbuhan
Dengan demikian, pada uji ECM jangka PDB, sedangkan dalam jangka pendek
panjang dan jangka pendek, ketika pendidikan tidak terlalu berpengaruh
inflasi meningkat maka pertumbuhan terhadap Pertumbuhan Ekonomi (PDB).
ekonomi (PDB) akan mengalami 4. Uji Asumsi Klasik
penurunan dan sebaliknya. a. Uji Normalitas
b. Pengaruh Variabel Pengangguran Uji normalitas berfungsi untuk
Terhadap Pertumbuhan Ekonomi mengetahui apakah nilai residual
(PDB) di Indonesia. terdistribusi secara normal atau tidak.
Dari hasil penelitian disimpulkan Gambar 1. Hasil Uji Normalitas Hasil Uji
bahwa dalam jangka panjang Normalitas
6
Pengangguran berpengaruh positif dan Seri Sampel Residual
1991 2019
5
tidak signifikan sedangkan dalam Pengamatan 29

jangka pendek Pengangguran 4 Berarti


Median
3.25e-16
-0.099741
Maksimum 2.312262
berpengaruh negatif dan tidak signifikan 3
Minimum -3.210242
Std. Dev. 1.417602
terhadap Pertumbuhan Ekonomi (PDB). 2
Kecondongan -0.105380
Kurtosis 2.476638
Dalam jangka panjang terlihat bahwa 1
Jarque-Bera 0 .384646
nilai t-statistik sebesar 0.466815 dan 0 Probabilitas 0.825040

probabilitas
sebesar 0.6445 yang lebih besar dari tidak berpengaruh terhadap Pertumbuhan
tingkat signifikansi sebesar 5% atau Ekonomi (PDB).
0.05. Sedangkan dalam jangka pendek, c. Pengaruh Variabel Pendidikan terhadap
dapat dilihat bahwa nilai t-statistik Pertumbuhan Ekonomi (PDB) di Indonesia Dari
sebesar - 0.485402 dan nilai hasil penelitian menyimpulkan bahwa dalam
probabilitas sebesar 0.6318 yang lebih jangka panjang terdapat pengaruh yang signifikan
besar dari tingkat signifikansi sebesar
5% atau 0.05. Dengan demikian dapat
menyimpulkan bahwa Pengangguran

197
Analisis Faktor-Faktor (Ratih Saputri)
-3 -2 -1 0 1 2

Sumber : Eviews 10 (diolah, 2021)


Berdasarkan uji
normalitas di atas, nilai
Jarque-Bera statistic
sebesar 0,384646 dan nilai
probabilitas sebesar
0,825040 yang lebih besar
dari 0,05 atau 5%, maka
dapat dikatakan bahwa
data tersebut normal atau
memenuhi syarat
normalitas.
b. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas adalah
uji yang bertujuan untuk
mengetahui ada tidaknya
korelasi yang tinggi antara

198
Jurnal Paradigma Multidisipliner (JPM) Volume 3 Nomor 2 2022

variabel independen dalam model Tabel 17. Hasil Uji Heteroskedatisitas Hasil Uji
Heteroskedatisitas
regresi.

Tabel 16. Hasil Uji Multikolinearitas Hasil Uji Heteroskedastisitas: Harvey


Uji Multikolinearitas
Faktor Inflasi Varians
F-statistik 1.169487 Prob. F(4,24) 0.3490
Tanggal: 04/08/21 Waktu: 12:30 Obs*R-kuadrat 4.730481 Prob. Chi-Square(4) 0.3161
Contoh: 1990 2019 Skala yang dijelaskan 4.102529 Prob. Chi-Square(4) 0.3923
SS
Termasuk pengamatan: 29

Sumber : Eviews 10 (diolah, 2021)


Varians VIF tidak VIF

Variabel Koefisien terpusat terpusat Berdasarkan Uji Heteroskedastisitas


di atas dapat disimpulkan bahwa nilai
C 0.135160 1.671822 NA
D1_INFLASI 0.000285 1.024606 1.024372 probabilitas Chi- square sebesar
D1_PENGANGGURAN 0.129680 1.079718 1.077493
D1_APS 3.69E-06 1.717092 1.063553
0,3161 lebih besar dari = 5% (0,05)
RESID_ECT (-1) 0.036532 1.051015 1.050885 yang berarti signifikan dan model
regresi yang digunakan terbebas dari
Sumber : Eviews 10 (diolah, 2021)
masalah heteroskedastisitas.
d. Uji Autokorelasi
Berdasarkan Uji
Multikolinearitas di atas, dapat Uji autokorelasi adalah uji yang
disimpulkan bahwa nilai VIF untuk bertujuan untuk mengetahui apakah
variabel Inflasi sebesar 1,024372, ada korelasi antara suatu periode (t)
variabel Pengangguran sebesar 1,077493 dengan periode sebelumnya (t -1).
dan variabel Pendidikan (APS) sebesar
1,063553. Nilai VIF semua variabel Tabel 18. Hasil Uji Autokorelasi Hasil Uji Autokorelasi
tidak ada yang lebih besar dari 10 atau
kurang dari 10 sehingga dapat Uji LM Korelasi Serial Breusch-Godfrey:
F-statistik 2.506143 Prob. F(3,21) 0.0868
dikatakan tidak terjadi multikolinieritas Obs*R-kuadrat 7.645386 Prob. Chi-Square(3) 0.0539
pada variabel-variabel tersebut. Sehingga Sumber : Eviews 10 (diolah, 2021)
dapat disimpulkan bahwa model
terbebas dari masalah multikolinieritas. Berdasarkan uji autokorelasi di atas
c. Uji Heteroskedastisitas Uji dapat disimpulkan bahwa nilai
heteroskedastisitas adalah uji yang probabilitas Chi- square sebesar
digunakan untuk mengetahui apakah 0,0539 lebih besar dari = 5% (0,05)
dalam model regresi terjadi perbedaan pada lag 3 yang berarti signifikan dan
varians dari residual satu pengamatan model regresi yang digunakan terbebas
ke pengamatan yang lain. dari masalah autokorelasi.

199
Analisis Faktor-Faktor (Ratih Saputri)

KESIMPULAN DAN SARAN secara tidak langsung sehingga data yang digunakan
Kesimpulan terbatas.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat
disimpulkan bahwa:
1. Inflasi Variabel
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
dalam jangka panjang dan jangka
pendek inflasi berpengaruh negatif
signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi (PDB).
2. Variabel Pengangguran
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
dalam jangka panjang, pengangguran
berpengaruh positif dan tidak signifikan,
sedangkan dalam jangka pendek,
pengangguran berpengaruh negatif tidak
signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi (PDB).
3. Variabel Pendidikan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
dalam jangka panjang berpengaruh
negatif signifikan terhadap Pertumbuhan
Ekonomi (PDB). Sedangkan dalam jangka
pendek berpengaruh negatif tidak
signifikan terhadap Pertumbuhan
Ekonomi (PDB).

Saran
1. Inflasi merupakan masalah yang sangat
penting dan harus diatasi, oleh karena
itu pemerintah harus memberikan
kebijakan-kebijakan untuk mengurangi
lonjakan inflasi di Indonesia.
2. Masalah pengangguran perlu diatasi,
ada beberapa cara, salah satunya dengan
membangun lapangan kerja baru.
3. Pendidikan adalah modal manusia yang
paling penting. Dengan pendidikan yang
lebih tinggi, seseorang akan memiliki
pengetahuan atau keterampilan yang
lebih baik. Pendidikan yang lebih tinggi
akan menjamin pekerjaan seseorang.

Implikasi dan Keterbatasan


Keterbatasan dalam penelitian ini
adalah data yang digunakan hanya
bersumber dari website atau online atau
Jurnal Paradigma Multidisipliner (JPM) Volume 3 Nomor 1 2022

BIBLIOGRAFI Kabupaten Mojokerto Tahun 2000-2011,


Adi Parwa, I. G. N. J. L. dan I. G. W. M. Y. 1-19.
(2019). Pengaruh Buhaerah, P. (2017). Pembangunan Keuangan
Tingkat Pendidikan dan dan Pertumbuhan Ekonomi: Studi Kasus
Investasi Terhadap Indonesia. Kajian Ekonomi & Keuangan,
Pertumbuhan Ekonomi 1, 2. http://fiskal.kemenkeu.go.id
dan Kemiskinan di /ejournal
Provinsi Bali. E-Jurnal Dimas. (2020). Cara Menguji Model ECM
EP Unud, 8(5), 945-973. (Error Correction Model) Data
BADAN PUSAT STATISTIK Time Series di Eviews 9.
(BPS). (2021). Indikator https://www.dimas
Pendidikan, 1994-2020. channel.com/2020/09/cara-menguji-
https://www.bps.go.id/static model-ecm-error-correction.html
table/2010/ Ismail, I. (2020). Pertumbuhan Ekonomi
03/19/1525/indikator- Adalah:: Pengertian, Ciri-Ciri, dan Cara
pendidikan-1994- Mengukurnya. https://accurate.id
2019.html /ekonomi-keuangan/pertumbuhan-
Budiarti, D., & Seosatyo, Y. ekonomi-adalah/
(2011). 7189-9791- 1-Pb. Kalsum, U. (2017). Pengaruh Pengangguran
Pengaruh Tingkat Dan Inflasi Terhadap Pertumbuhan
Pendidikan Terhadap Ekonomi Di Sumatera Utara.
Pertumbuhan Ekonomi Di EKONOMIKAWAN: Jurnal Ilmu

188

201
Analisis Faktor-Faktor (Ratih Saputri)

Ekonomi Dan Studi Pembangunan, 17(1),


87-94. https://doi.org/10.30596
/ekonomikawan.v17i1.1183
Kompas.com. (2020). Penyebab Krisis
Moneter di Indonesia. https://www.
kompas.com/skola/read/2020/02/10/170
000769/penyebab-krisis-moneter-di-
indonesia
Konsultan Statistik. (2011). Uji Asumsi Klasik.
https://www.konsultanstatistik.com/200
9/03/uji-asumsi-klasik.html
Rizki, K., & Indonesia, E. D. I. (2016).
Pengaruh Inflasi Dan Tingkat
Pengangguran Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi Di Indonesia. I-Ekonomi,
2(1), 50-65.
Stiawan, M. N. (2018). Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Indeks Pembangunan
Manusia di Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta (1997-2016). Publikasi.
Suhendra, I., & Wicaksono, B. H. (2020).
Tingkat Pendidikan, Upah, Inflasi,
Dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap
Pengangguran Di Indonesia. Jurnal
Ekonomi-Qu, 6(1), 1-17.

189

Anda mungkin juga menyukai