Visit www.DeepL.com/pro
Jurnal Paradigma Multidisipliner for more
(JPM) Volume 3 Nomor information.
2 2022
Ratih Saputri1 🖂
1Universitas Tidar
🖂 ratihs834@gmail.com
Abstrak
Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses dimana terjadinya perubahan keadaan perekonomian dalam
suatu negara atau daerah secara berkepanjangan menuju kondisi yang lebih baik dari keadaan sebelumnya
dalam jangka waktu yang telah ditentukan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Indonesia tahun 1990-2019. Penelitian ini menggunakan data
sekunder dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan World Bank. Metode analisis yang digunakan yaitu Error
Corection Model (ECM). Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pada variabel Inflasi dalam jangka
panjang dan jangka pendek, Inflasi memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi
(PDB). Pada variabel Pengangguran dari hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam jangka panjang
Pengangguran memiliki pengaruh positif tidak signifikan, dalam jangka pendek Pengangguran berpengaruh
negatif tidak signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi (PDB). Pada variabel Pendidikan dari hasil
penelitian menunjukkan bahwa dalam jangka panjang memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap
Pertumbuhan Ekonomi (PDB), pada jangka pendek memiliki pengaruh negatif tidak signifikan terhadap
Pertumbuhan Ekonomi (PDB).
Abstrak
Pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses dimana terjadi perubahan keadaan perekonomian dalam suatu negara atau
daerah yang berlangsung lama menuju keadaan yang lebih baik dari keadaan sebelumnya dalam jangka waktu tertentu.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Indonesia pada
tahun 1990-2019. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan Bank Dunia. Metode
analisis yang digunakan adalah Error Correction Model (ECM). Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel
inflasi dalam jangka panjang dan jangka pendek, inflasi berpengaruh negatif signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi (PDB). Pada variabel Pengangguran, hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam jangka panjang Pengangguran
berpengaruh positif tidak signifikan, dalam jangka pendek Pengangguran berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap
Pertumbuhan Ekonomi (PDB). Pada variabel Pendidikan, hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam jangka panjang
berpengaruh negatif signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi (PDB), dalam jangka pendek berpengaruh negatif
tidak signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi (PDB).
173
Analisis Faktor-Faktor (Ratih Saputri)
penurunan (Riza Adytia Surya (2010), Isti Soeharto terpaksa mengundurkan diri dan dari sinilah krisis
Qomariyah (2013), Roby Cahyadi Kurniawan moneter di Indonesia semakin parah (Kompas.com, 2020).
(2013). Tabel berikut ini menunjukkan Pada tahun-tahun berikutnya pemerintah berusaha
Pertumbuhan PDB di Indonesia dari tahun 1990 meningkatkan pertumbuhan ekonomi kembali. Pada
hingga 2019.
Tabel 1. Pertumbuhan PDB Indonesia
Tahun 1990-2019
Pertumbuhan PDB Indonesia
Tahun 1990-2019
Tahun (%) Tahun (%)
1990 7.24 2005 5.69
1991 6.91 2006 5.50
1992 6.50 2007 6.35
1993 6.50 2008 6.01
1994 7.54 2009 4.63
1995 8.22 2010 6.22
1996 7.82 2011 6.17
1997 4.70 2012 6.03
1998 -13.13 2013 5.56
1999 0.79 2014 5.01
2000 4.92 2015 4.88
2001 3.64 2016 5.03
2002 4.50 2017 5.07
2003 4.78 2018 5.17
2004 5.03 2019 5.02
Sumber : Bank Dunia
Dari tabel di atas dapat dijelaskan
bahwa pertumbuhan PDB Indonesia dari
tahun 1990 hingga 2019 mengalami kenaikan
dan penurunan yang fluktuatif. Pertumbuhan
PDB Indonesia pada tahun 1990 mencapai
7,24% namun pada tahun 1991 hingga 1993
mengalami penurunan
menjadi 6,50%. Pada tahun 1994, angka ini
meningkat menjadi 7,54 tetapi
menurun lagi pada tahun 1996 dengan angka
7,82. Pada tahun 1998, pertumbuhan PDB
mengalami penurunan yang sangat drastis
mencapai -13,13% pada saat itu terjadi krisis
moneter di Indonesia pada tahun 1997. Krisis
moneter terjadi akibat inflasi dan kenaikan harga
pangan. Pada tanggal 21 Mei 1998 Presiden
176
Jurnal Paradigma Multidisipliner (JPM) Volume 3 Nomor 2 2022
1999 14.16 2014 5.44 terlalu tinggi sehingga pada tahun 1999 inflasi turun
menjadi 14,16%
2000 20.45 2015 3.98 tetapi naik lagi pada tahun 2000 menjadi 20,45%. Dari
tahun 2001 hingga
2001 14.30 2016 2.44 Inflasi tahun 2008 meningkat dan menurun di
tahun 2008
2002 5.90 2017 4.29 inflasi meningkat menjadi 18,15%. Dan pada tahun
2019
2003 5.49 2018 3.82 inflasi menurun dengan persentase sebesar 1,60%
2004 8.55 2019 1.60 yang merupakan inflasi terendah. Inflasi yang
rendah
Sumber : Bank Dunia penurunan yang fluktuatif. Pada tahun 1990 persentase
Dari tabel di atas dapat dijelaskan inflasi sebesar 9,09% namun pada tahun 1993 inflasi
bahwa inflasi Indonesia dari tahun 1990 meningkat menjadi 19,15%. Inflasi mengalami penurunan
hingga 2019 mengalami kenaikan dan dan kemudian meningkat kembali pada tahun 1997
penurunan yang fluktuatif. Pada tahun 1990 dengan angka 12,57% yang menyebabkan terjadinya
persentase inflasi sebesar 9,09% namun pada krisis moneter pada tahun tersebut. Pada tahun 1998,
tahun 1993 inflasi meningkat menjadi dengan adanya tragedi Presiden Soeharto terpaksa
19,15%. Inflasi mengalami penurunan dan mengundurkan diri sehingga krisis moneter Indonesia
kemudian meningkat kembali pada tahun memuncak dengan inflasi mencapai 75,27%. Dengan
1997 dengan angka 12,57% yang demikian, pemerintah berusaha menahan inflasi yang
menyebabkan terjadinya krisis moneter pada
tahun tersebut. Pada tahun 1998, dengan
adanya tragedi Presiden Soeharto terpaksa
mengundurkan diri sehingga krisis moneter
Indonesia memuncak dengan inflasi mencapai
75,27%. Dengan demikian, pemerintah
berusaha menahan inflasi yang terlalu tinggi
sehingga pada tahun 1999 inflasi turun
menjadi 14,16% namun naik kembali pada
tahun 2000 menjadi 20,45%. Dari tahun 2001
hingga 2008 inflasi mengalami kenaikan dan
penurunan pada tahun 2008 inflasi meningkat
menjadi 18,15%. Dan pada tahun 2019 inflasi
mengalami penurunan dengan persentase
1,60% yang merupakan inflasi terendah.
Rendahnya inflasi ini disebabkan oleh harga
barang bergejolak yang relatif terkendali,
misalnya harga beras yang pada umumnya
menjadi penyebab tingginya inflasi dapat
terkendali pada tahun-tahun sebelumnya.
Dari tabel di atas dapat dijelaskan
bahwa inflasi Indonesia dari tahun 1990
hingga 2019 mengalami kenaikan dan
178
Jurnal Paradigma Multidisipliner (JPM) Volume 3 Nomor 2 2022
Inflasi ini disebabkan oleh harga- Tingkat Pengangguran Terbuka
harga barang bergejolak yang Indonesia Tahun 1990-2020
relatif terkendali, misalnya harga Tahun (%) Tahun (%)
beras yang pada tahun-tahun
sebelumnya menjadi penyebab
inflasi tinggi, namun pada tahun-
tahun sebelumnya masih
terkendali.
Jenis pengangguran yang
terlihat jelas dan sering dijumpai di
masyarakat adalah pengangguran
terbuka. Pengangguran terbuka
adalah suatu kondisi yang terjadi
ketika seseorang ingin memiliki
pekerjaan namun belum
mendapatkan pekerjaan.
Pengangguran terbuka merupakan
pengangguran yang memiliki sifat
sia-sia karena terdapat orang-orang
terdidik yang cukup siap untuk
bekerja namun lapangan pekerjaan
yang tersedia tidak sebanding.
Kini di Indonesia, banyak sekali
orang yang berpendidikan namun
kesulitan mendapatkan pekerjaan.
Tingkat Pengangguran Terbuka
atau yang bisa disebut dengan TPT
adalah hasil dari persentase jumlah
pengangguran terhadap jumlah
angkatan kerja. Menurut
penjelasan Sakernas, TPT dibagi
menjadi empat yaitu mencari
pekerjaan dan tidak bekerja,
mendirikan usaha dan tidak
bekerja, tidak mencari pekerjaan
dan tidak bekerja karena merasa
tidak mungkin mendapatkan
pekerjaan, dan yang terakhir tidak
mencari pekerjaan dan tidak bekerja
karena sudah diterima bekerja atau
sudah diterima bekerja tetapi
belum mulai bekerja (Dewi, nd),
(Fatkhul, 2013). Tabel berikut
menunjukkan jumlah
pengangguran terbuka di Indonesia 179
dari tahun 1990 hingga 2019.
Tabel 3. Tingkat Pengangguran
Terbuka Tingkat Pengangguran
Terbuka Indonesia Tahun
1990-2019
Analisis Faktor-Faktor (Ratih Saputri)
1990 2.54 2005 7.94 pula kinerja atau produktivitas seseorang dalam bekerja.
1991 2.62 2006 7.55 Pendidikan memiliki dampak positif terhadap
1992 2.73 2007 8.06 pertumbuhan ekonomi negara, ketika semakin tinggi
1993 2.78 2008 7.21 pendidikan maka semakin tinggi pula kontribusinya
1994 4.37 2009 6.11 terhadap kegiatan ekonomi (BPS, 2008:4).
1995 6.80 2010 5.61
1996 4.86 2011 5.15
1997 4.68 2012 4.47
1998 5.46 2013 4.34
1999 6.36 2014 4.05
2000 6.08 2015 4.51
2001 6.08 2016 4.30
2002 6.60 2017 3.88
2003 6.66 2018 4.40
2004 7.30 2019 3.62
Sumber : Bank Dunia
Dari tabel di atas dapat dijelaskan
bahwa dari tahun ke tahun di Indonesia
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
mengalami fluktuasi kenaikan dan penurunan.
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) dari
tahun 1990 sampai dengan tahun 1995 mengalami
kenaikan terus menerus sehingga pada tahun
1995 mencapai 6,80%. Pada tahun 1996
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) mengalami
penurunan sebesar 1,94% dan kembali
meningkat pada tahun 1998 mencapai 5,46%.
Sempat mengalami penurunan lagi sebesar
0,28% pada tahun 2000, namun kembali
meningkat pada tahun 2002 hingga mencapai
6,60%. Dari tahun 2003 hingga 2019 Tingkat
Pengangguran Terbuka (TPT) selalu
mengalami kenaikan dan penurunan. Pada tahun
2019 TPT mencapai persentase 3,62%.
Indikator ketiga yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi adalah
tingkat pendidikan. Pendidikan merupakan
salah satu dari beberapa modal dasar manusia
yang harus dipenuhi karena dalam mencapai
pembangunan ekonomi yang berkelanjutan
harus ada faktor pendidikan. Semakin tinggi
pendidikan seseorang, maka semakin tinggi
180
Jurnal Paradigma Multidisipliner (JPM) Volume 3 Nomor 2 2022
1997 48,64 2012 61,30 Domestik Bruto atau PDB (Sukirno, 2013).
1998 49,28 2013 63,64 Dalam mengukur pertumbuhan ekonomi,
1999 51,14 2014 70,13 digunakan nilai Produk Domestik Bruto berdasarkan
2000 51,17 2015 70,26
2001 49,18 2016 70,68
2002 49,76 2017 71,20
2003 50,97 2018 71,82
2004 53,48 2019 71,92
Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS)
Dari tabel di atas dapat dijelaskan
bahwa Angka Partisipasi Sekolah (APS) usia
16-18 tahun dari tahun 1990 sampai dengan tahun
2019 mengalami kenaikan dan penurunan yang
tidak terlalu fluktuatif. Pada tahun 1995
Angka Partisipasi Sekolah (APS) mengalami
penurunan sebesar 0,66%. Kemudian
meningkat kembali pada tahun 1996 hingga
mencapai 47,59%, namun menurun kembali
pada tahun 2001 dengan persentase 49,18%. Pada
tahun 2002 hingga 2019 Angka Partisipasi
Sekolah (APS) mengalami peningkatan yang
konstan secara terus menerus.
Dari latar belakang yang telah
diuraikan di atas, disimpulkan bahwa terdapat
beberapa indikator yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi, antara lain inflasi,
pengangguran, dan tingkat pendidikan. Oleh
karena itu, peneliti tertarik untuk membahas
mengenai pengaruh inflasi, pengangguran,
dan tingkat pendidikan terhadap pertumbuhan
ekonomi Indonesia tahun 1990-2019.
DASAR TEORI
Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan
sebagai perkembangan produksi barang dan
jasa serta produksi barang modal yang meningkat.
Perekonomian dapat diartikan sebagai
pertumbuhan ekonomi ketika jumlah produksi
barang dan jasa meningkat. Angka yang dapat
digunakan untuk menghitung output adalah
nilai moneter yaitu dalam nilai Produk
182
Jurnal Paradigma Multidisipliner (JPM) Volume 3 Nomor 2 2022
Inflasi
Analisis Faktor-Faktor (Ratih Saputri)
Dari penjelasan-penjelasan mengenai inflasi tahun. Namun, dari semua penduduk yang dapat bekerja,
yang telah disebutkan, dapat disimpulkan tidak semua benar-benar ingin bekerja. Penduduk yang
bahwa inflasi adalah kecenderungan bersekolah, mencari nafkah, mengurus rumah tangga, dan
meningkatnya harga-harga barang secara sebagainya merupakan kelompok pekerja yang tidak
keseluruhan dan terjadi secara terus menerus. termasuk dalam angkatan kerja.
Inflasi adalah kenaikan harga
komoditas secara keseluruhan yang
disebabkan oleh ketidaksesuaian tingkat
pendapatan dengan program sistem pengadaan
komoditas oleh masyarakat suatu negara.
Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja
tidak dapat dikatakan sebagai inflasi karena
inflasi adalah kenaikan harga barang secara
keseluruhan. Sukirno (2002:89) berpendapat
bahwa inflasi dikatakan sebagai suatu proses
meningkatnya harga-harga barang dalam
perekonomian (Kalsum, 2017).
Pengangguran
Dari sisi indikator ketenagakerjaan,
menurut Badan Pusat Statistik (BPS)
pengangguran dapat didefinisikan sebagai
penduduk yang sedang mempersiapkan suatu
usaha baru atau penduduk yang tidak bekerja
namun sedang mencari pekerjaan atau juga
penduduk yang tidak mencari pekerjaan
karena sudah memiliki pekerjaan namun
belum mulai bekerja. Definisi lain dari
pengangguran adalah ketika seseorang yang
ingin mendapatkan pekerjaan atau bekerja
tetapi belum mendapatkan pekerjaan dan tidak
memiliki peran dalam proses produksi barang
atau jasa dimanapun (Mankiw, 2006:131).
Menurut Sukirno (2010:14) pengertian
pengangguran adalah suatu keadaan dimana
penduduk dari suatu kelompok tenaga kerja
tidak mempunyai pekerjaan, penduduk yang
sudah berusaha mencari pekerjaan tetapi belum
mendapatkannya. Angkatan kerja adalah
jumlah seluruh penduduk potensial yang dapat
memproduksi barang dan jasa dalam usia
kerja yaitu antara usia 15 sampai dengan 64
184
Jurnal Paradigma Multidisipliner (JPM) Volume 3 Nomor 2 2022
angkatan kerja atau yang disebut modern sehingga tercipta pembangunan yang
dengan bukan angkatan kerja. berkelanjutan (Todaro, 2006). Tingkat
Menurut Suparmoko pendidikan merupakan salah satu dari
(2007), definisi pengangguran beberapa variabel yang dapat mempengaruhi
adalah ketidakmampuan angkatan pertumbuhan ekonomi. Tingkat pendidikan
kerja untuk mendapatkan masyarakat yang rata-rata tinggi merupakan
pekerjaan yang sesuai dengan yang suatu hal yang penting bagi keberlangsungan
diinginkan dan dibutuhkan. bangsa untuk menghadapi berbagai
Sehingga dapat disimpulkan permasalahan atau tantangan global di masa
bahwa pengangguran adalah suatu depan. Tingkat pendidikan yang relatif tinggi
keadaan dimana seseorang yang akan memudahkan masyarakat dalam
termasuk dalam angkatan kerja belum menyerap informasi dan mengaplikasikannya
mendapatkan pekerjaan dan dalam kehidupan sehari-hari. Pada tingkat
sedang mencari pekerjaan. Murni
(2006) berpendapat bahwa
pengangguran diartikan sebagai
orang yang tidak memiliki
pekerjaan atau dapat juga
dikatakan tidak memiliki
penghasilan.
Akibat dari pengangguran
yang tidak segera diatasi dapat
menimbulkan berbagai masalah
dalam perekonomian seperti
kerawanan sosial dan juga dapat
berpotensi pada munculnya
kemiskinan. Munculnya
pengangguran di suatu wilayah
atau daerah dapat disebabkan oleh
banyaknya jumlah permintaan
kerja dan penawaran kerja yang
tidak seimbang atau jumlah
lapangan kerja di suatu negara atau
daerah tidak sebanding dengan
jumlah angkatan kerja. Hal ini
akan mengakibatkan peningkatan
laju pertumbuhan angkatan kerja
yang dapat melebihi jumlah
kesempatan kerja (Suhendra &
Wicaksono, 2020), (Kalsum,
2017).
Tingkat pendidikan
Secara umum, pendidikan
dianggap sebagai peran utama 185
dalam menciptakan kemampuan
suatu negara atau wilayah tertentu
yang bertujuan untuk
mengembangkan kapasitas
produksi dan menyerap teknologi
Analisis Faktor-Faktor (Ratih Saputri)
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian
Penelitian ini menggunakan
pendekatan kuantitatif dan menggunakan data
berupa data sekunder. Pendekatan kuantitatif
adalah pendekatan kuantitatif adalah
pendekatan yang dalam proposal penelitian,
proses, hipotesis, turun ke lapangan,
menganalisis data dan menyimpulkan data
sampai dengan penulisannya menggunakan
aspek pengukuran, perhitungan, rumus-rumus
dan kepastian data angka. Data sekunder
adalah data yang berisi informasi yang
sebelumnya telah ada dan sengaja
dikumpulkan oleh peneliti dengan tujuan
untuk dapat melengkapi kebutuhan data dalam
penelitian. Data sekunder ini dapat diperoleh
melalui jurnal, laporan, buku, situs web
terkait, laporan, catatan internal dari
organisasi, dan juga dari publikasi
pemerintah. Proses pengumpulan data
sekunder cenderung mudah dan cepat
dilakukan. Pada umumnya, data sekunder
merupakan data yang telah disusun dan diolah
sehingga hasilnya akan lebih sempurna.
186
Jurnal Paradigma Multidisipliner (JPM) Volume 3 Nomor 2 2022
informasi mengenai hal-hal yang terkait, Model (ECM) adalah suatu analisis model data runtun waktu
setelah itu akan ditarik kesimpulan. yang dapat digunakan untuk mengolah variabel-variabel
Dalam penelitian ini, saya menggunakan yang memiliki kointegrasi atau dependensi. Metode ECM
dua macam variabel, antara lain: ini bertujuan untuk menyeimbangkan hubungan ekonomi
- Variabel Dependen antara variabel yang memiliki
Variabel dependen atau variabel
terikat adalah variabel yang nilainya
tergantung atau dipengaruhi oleh nilai
variabel lain, variabel ini juga sering
disebut sebagai variabel output,
kriteria, dan konsekuen. Dalam
penelitian ini yang menjadi variabel
dependen adalah Pertumbuhan
Ekonomi PDB Indonesia tahun 1990-
2019.
- Variabel Independen
Variabel independen atau variabel
bebas adalah variabel yang nilainya dapat
mempengaruhi variabel dependen
(terikat). Dalam penelitian ini yang
menjadi variabel independen adalah
inflasi PDB, Tingkat Pengangguran
Terbuka (TPT), dan Angka Partisipasi
Sekolah (APS) di Indonesia tahun
1990-2019.
188
Jurnal Paradigma Multidisipliner (JPM) Volume 3 Nomor 2 2022
β4ECTt-1 + et
Keterangan :
β0 = Intercept atau
Konstanta β1, β2, β3, β4 =
Koefisien
PE = Pertumbuhan
Ekonomi PDB
(%)
Inflasi= Inflasi PDB (%)
TPT = Tingkat
Penganggu
ran
Terbuka
(%)
APS = Angka Partisipasi Sekolah (%)
ECT = Variabel Koreksi Kesalahan
t = Tahun
e = Kesalahan
Langkah-langkah yang diambil meliputi:
1. Uji Stasioneritas
Uji stasioneritas adalah uji
yang digunakan untuk
mengetahui apakah data sudah
stasioner yang nantinya dapat
langsung diestimasi,
sedangkan jika data tidak
stasioner maka data tersebut
mengandung unsur trend
(Random Walk). Jika tidak
stasioner maka yang harus 189
dilakukan adalah dengan
melakukan defferencing.
Dengan demikian data harus
melalui proses defferencing
agar data yang stasioner dapat
Analisis Faktor-Faktor (Ratih Saputri)
regresi palsu (spurious regression). Sering empat uji yang sering digunakan, antara lain uji
dikatakan bahwa variabel-variabel yang normalitas, uji multikolinieritas, uji
terkointegrasi pasti memiliki hubungan heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi. (Konsultan
jangka panjang, sehingga regresi antara Statistik, 2011).
variabel-variabel ini dapat dibenarkan. a. Uji Normalitas
3. Model Koreksi Kesalahan (ECM) Uji normalitas berfungsi untuk mengetahui nilai
Error Correction Model (ECM) residual pada
merupakan analisis data runtun waktu
yang digunakan untuk variabel-variabel
yang memiliki ketergantungan yang dapat
disebut kointegrasi. Metode ECM
digunakan untuk menyeimbangkan
hubungan ekonomi jangka pendek dari
variabel-variabel yang telah memiliki
keseimbangan atau hubungan ekonomi
jangka panjang. Terdapat 4 prosedur dalam
model ECM, antara lain sebagai berikut
(Dimas, 2020):
- Jika semua variabel yang terdapat
dalam penelitian stasioner pada
"level", maka model regresi biasa
digunakan.
- Jika terdapat satu variabel dari
penelitian yang tidak stasioner pada
tingkat "level", maka digunakan model
regresi dengan menggunakan
difference.
- Jika tidak ada variabel dari penelitian
yang stasioner pada "level", maka
lakukan uji stasioneritas dengan
menggunakan difference.
- Jika semua variabel dari penelitian
stasioner pada tingkat "difference"
yang sama, misalnya pada difference 1,
maka ada kemungkinan untuk
melakukan regresi dengan
menggunakan model ECM (Error
Correction Model).
4. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik dalam model ECM
(Error Correction Model) sangat diperlukan.
Dalam uji asumsi klasik ini terdapat
190
Jurnal Paradigma Multidisipliner (JPM) Volume 3 Nomor 2 2022
1. Uji Stasioneritas
Terdapat 2 metode yang
dapat digunakan, yaitu
Augmented Dickey Fuller
Test (ADF Test) dan Phillip
Perron Test (PP Test).
Penelitian ini menggunakan
Augmented Dickey Fuller 191
Test (ADF Test). Jika hasil
data pada tingkat level sudah
stasioner, maka dapat
langsung diolah dengan
menggunakan metode VAR
Analisis Faktor-Faktor (Ratih Saputri)
Tabel 5. Hasil Uji Stasioneritas Data Tabel 8. Hasil Uji Stasioneritas Data
Variabel Pertumbuhan PDB Hasil Uji Variabel Tingkat Pendidikan Hasil Uji
Stasioneritas Data Variabel Pertumbuhan Stasioneritas Data Variabel Tingkat
PDB Tingkat Level Pendidikan
t-Statistik Prob.*
t-Statistik Mungkin
.
t-Statistik Prob.*
192
Jurnal Paradigma Multidisipliner (JPM) Volume 3 Nomor 2 2022
Statistik uji Augmented Dickey-Fuller -0.439527 0 . 8893 t-statistic yang lebih kecil dari nilai
Uji nilai kritis: Tingkat 1% -3.679322
Tingkat 5% -2.967767
MacKinnon pada taraf signifikan dan nilai
Tingkat 10% -2.622989 probabilitas kedua variabel tersebut lebih
*Nilai p satu sisi MacKinnon (1996). besar dari 0,05 atau 5%. Karena terdapat dua
Sumber : Eviews 10 (diolah, 2021) variabel yang tidak stasioner pada level,
Berdasarkan keempat tabel di
maka pengujian dilanjutkan pada pengujian
atas, yaitu tabel 5, 6, 7, dan 8,
pada first difference.
dapat disimpulkan bahwa variabel
b. Hasil Uji Stasioneritas Data pada
pertumbuhan dan inflasi stasioner
Tingkat First Difference
pada tingkat level, hal ini dapat dilihat
dari nilai ADF t-statistic yang lebih Tabel 9. Hasil Uji Stasioneritas Data Variabel
besar dari nilai MacKinnon pada Pertumbuhan PDB Tingkat First Difference
tingkat signifikan dan nilai Tabel 9. Hasil Uji Stasioneritas Data Variabel
probabilitas kedua variabel tersebut Pertumbuhan PDB Tingkat First Difference
Hipotesis Nol: D(PERTUMBUHAN) memiliki akar unit
lebih besar dari 0,05 atau 5%. Eksogen: Konstanta
Sedangkan variabel pengangguran Panjang Lag: 0 (Otomatis - berdasarkan SIC, maxlag = 6)
t-Statistik Prob.*
danUji nilai
pendidikan tidak stasioner
kritis: Tingkat 1% -3.679322
Tingkat 5 -2.967767 Statistik uji Augmented Dickey-Fuller -6 .634919 0 . 0000
pada level, terlihat dari
Tingkat 10
nilai ADF
-2.622989
Uji nilai kritis: Tingkat 1% -3.689194
Tingkat 5 -2.971853
*Nilai p satu sisi MacKinnon (1996). Tingkat 10 -2.625121
Sumber : Eviews 10 (diolah, 2021) *Nilai p satu sisi MacKinnon (1996).
Sumber : Eviews 10 (diolah, 2021)
193
Analisis Faktor-Faktor (Ratih Saputri)
Tabel 10. Hasil Uji Stasioneritas Data Variabel Berdasarkan keempat tabel di
Tingkat Inflasi Hasil Uji Stasioneritas Data atas, yaitu tabel 9, 10, 11, dan 12, dapat
Variabel Tingkat Inflasi First Difference disimpulkan bahwa setelah dilakukan
pengujian pada tingkat first difference,
Hipotesis Nol: D(INFLASI) memiliki akar unit
Eksogen: Konstanta
seluruh variabel yang digunakan adalah
Panjang Lag: 0 (Otomatis - berdasarkan SIC, maxlag = 6) stasioner. Variabel pertumbuhan dan
inflasi memiliki lag 6, sedangkan
t-Statistik Prob.*
variabel pengangguran dan pendidikan
Statistik uji Augmented Dickey-Fuller -8.961177 0.0000 tetap pada lag 7. Dapat dilihat bahwa
Uji nilai kritis: Tingkat 1% - 3.689194 nilai Mac Kinnon pada tingkat
Tingkat 5% - 2.971853
10% level-2.625121 signifikansi masing-masing variabel
lebih besar dari nilai t-statistik ADF.
*Nilai p satu sisi MacKinnon (1996).
Nilai probabilitas masing-masing
Sumber : Eviews 10 (diolah, 2021) variabel juga lebih kecil dari 0,05 atau
5%. Dengan demikian, dapat
Tabel 11. Hasil Uji Stasioneritas Data Variabel disimpulkan bahwa variabel-variabel
Pengangguran Hasil Uji Stasioneritas Data dalam penelitian ini stasioner pada
Variabel Tingkat Pengangguran First tingkat first difference.
Difference
2. Uji Kointegrasi
Hipotesis Nol: D(PENGANGGURAN) memiliki akar unit Kointegrasi adalah sejumlah variabel
Eksogen: Konstanta
Panjang Lag: 0 (Otomatis - berdasarkan SIC, maxlag = 7) yang memiliki keseimbangan atau
kointegrasi dalam jangka waktu yang
t-Statistik Prob.*
panjang dan dapat berintegrasi satu
Statistik uji Augmented Dickey-Fuller -4. 793508 0 . 0006 sama lain dalam urutan yang sama.
Uji nilai kritis: Tingkat 1% - 3.689194
Berikut ini adalah hasil Uji
Tingkat 5% - 2.971853
10% level-2.625121 Kointegrasi, yaitu:
194
Jurnal Paradigma Multidisipliner (JPM) Volume 3 Nomor 2 2022
*Nilai p satu sisi MacKinnon (1996).
Sumber : Eviews 10 (diolah, 2021)
Berdasarkan hasil
uji kointegrasi di atas, pada
Uji Kointegrasi Johansen
nilai probabilitas setiap
variabel yang digunakan
lebih kecil dari =
0,05 atau 5%. Dan nilai
residual ect stasioner pada
tingkat level. Hal ini dapat
berupa
195
Analisis Faktor-Faktor (Ratih Saputri)
dilihat dari nilai t-statistik ADF lebih Tabel 14. Uji ECM Jangka Panjang Uji ECM Jangka
besar dari nilai MacKinnon pada tingkat Panjang
signifikansi. Nilai probabilitas variabel Variabel Dependen: PERTUMBUHAN
yang digunakan juga lebih kecil dari = Metode: Kuadrat Terkecil
0,05 atau 5%, yaitu sebesar Tanggal: 04/08/21 Waktu: 09:28
Sampel: 1990 2019
Pengamatan yang disertakan: 30
0,0012 yang berarti bahwa ada
kointegrasi. Variabel Koefisien Standar t-Statistik Mung
Kesalahan kin.
model yang terdapat pada variabel R-kuadrat 0.828403 Rata-rata var 4.943333
independen dan variabel dependen dependen
R-kuadrat yang 0.808604 S.D. variabel dependen 3.688262
yang bertujuan untuk melihat pengaruh disesuaikan
S.E. dari regresi 1.613572 Kriteria info Akaike 3.918344
jangka panjang dan jangka pendek Jumlah kuadrat resid 67.69402 Kriteria Schwarz 4.105170
(Satria, 2004). Log likelihood -54.77516 Kritikus Hannan- 3.978111
Quinn.
Model Jangka Panjang F-statistik 41.83938 Statistik Durbin-Watson 1.730660
Prob (F-statistik) 0.000000
PE = β0 + β1inflasit + β2TPTt + β3APSt + e Model Sumber : Eviews 10 (diolah, 2021)
Jangka Pendek
∆PEt = β0 + β1∆inflasit + β2∆TPTt + β3∆APSt + β4ECTt-1 + Tabel 15. Uji ECM Jangka Pendek Uji ECM Jangka
et Pendek
Kedua persamaan di atas
Dependent Variable: D1_PRTMBHN
didasarkan pada hasil pengujian bahwa Metode: Kuadrat Terkecil
semua variabel stasioner pada tingkat Tanggal: 04/08/21 Waktu: 09:31
first difference. Metode ECM ini Sampel (disesuaikan): 1991 2019
Pengamatan yang disertakan: 29 setelah penyesuaian
menggabungkan jangka panjang dan jangka Variabel Koefisien Std. t-Statistik Mung
pendek Kesalahan kin.
efek. Tabel berikut ini menunjukkan
hasil uji ECM, yaitu: C 0.040337 0.367641 0.109718 0.9135
D1_INFLASI -0.238534 0.016869 -14.14007 0.0000
D1_PENGANGGURAN -0.174799 0.360111 -0.485402 0.6318
D1_APS -0.001316 0.001922 -0.685002 0.4999
RESID_ECT (-1) -0.855582 0.191133 -4.476361 0.0002
196
Jurnal Paradigma Multidisipliner (JPM) Volume 3 Nomor 2 2022
probabilitas
sebesar 0.6445 yang lebih besar dari tidak berpengaruh terhadap Pertumbuhan
tingkat signifikansi sebesar 5% atau Ekonomi (PDB).
0.05. Sedangkan dalam jangka pendek, c. Pengaruh Variabel Pendidikan terhadap
dapat dilihat bahwa nilai t-statistik Pertumbuhan Ekonomi (PDB) di Indonesia Dari
sebesar - 0.485402 dan nilai hasil penelitian menyimpulkan bahwa dalam
probabilitas sebesar 0.6318 yang lebih jangka panjang terdapat pengaruh yang signifikan
besar dari tingkat signifikansi sebesar
5% atau 0.05. Dengan demikian dapat
menyimpulkan bahwa Pengangguran
197
Analisis Faktor-Faktor (Ratih Saputri)
-3 -2 -1 0 1 2
198
Jurnal Paradigma Multidisipliner (JPM) Volume 3 Nomor 2 2022
variabel independen dalam model Tabel 17. Hasil Uji Heteroskedatisitas Hasil Uji
Heteroskedatisitas
regresi.
199
Analisis Faktor-Faktor (Ratih Saputri)
KESIMPULAN DAN SARAN secara tidak langsung sehingga data yang digunakan
Kesimpulan terbatas.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat
disimpulkan bahwa:
1. Inflasi Variabel
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
dalam jangka panjang dan jangka
pendek inflasi berpengaruh negatif
signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi (PDB).
2. Variabel Pengangguran
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
dalam jangka panjang, pengangguran
berpengaruh positif dan tidak signifikan,
sedangkan dalam jangka pendek,
pengangguran berpengaruh negatif tidak
signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi (PDB).
3. Variabel Pendidikan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
dalam jangka panjang berpengaruh
negatif signifikan terhadap Pertumbuhan
Ekonomi (PDB). Sedangkan dalam jangka
pendek berpengaruh negatif tidak
signifikan terhadap Pertumbuhan
Ekonomi (PDB).
Saran
1. Inflasi merupakan masalah yang sangat
penting dan harus diatasi, oleh karena
itu pemerintah harus memberikan
kebijakan-kebijakan untuk mengurangi
lonjakan inflasi di Indonesia.
2. Masalah pengangguran perlu diatasi,
ada beberapa cara, salah satunya dengan
membangun lapangan kerja baru.
3. Pendidikan adalah modal manusia yang
paling penting. Dengan pendidikan yang
lebih tinggi, seseorang akan memiliki
pengetahuan atau keterampilan yang
lebih baik. Pendidikan yang lebih tinggi
akan menjamin pekerjaan seseorang.
188
201
Analisis Faktor-Faktor (Ratih Saputri)
189