Anda di halaman 1dari 12

Analisis Kebijakan Moneter dan Kebijakan Fiskal terhadap

Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia tahun 2005-2018

ANALYSIS OF MONETARY POLICY AND FISCAL POLICY ON ECONOMIC


GROWTH IN INDONESIA 2005-2018

1)
Khusni Aristina, 2)Whinarko Juliprijanto, 3)Panji Kusuma Prasetyanto
(1,2,3)
Fakultas Ekonomi, Universitas Tidar, Magelang, Indonesia
aristina.khusni@gmail.com
Abstrak
Pertumbuhan ekonomi di Indonesia dalam kurun waktu 2005-2018 beberapa kali
mengalami penurunan.Penelitian ini memiliki tujuan untuk menganalisis dampak kebijakan
moneter dan kebijakan fiskal terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia dengan periode
penelitian 2005:1-2018:12. Data dalam penelitian ini dikategorikan dalam dua blok, yaitu
blok kebijakan moneter yang terdiri atas suku bunga Bank Indonesia (Rate) dan jumlah uang
beredar (M2). Sedangkan dalam blok kebijakan fiskal terdiri atas penerimaan pajak (T) dan
pengeluaran pemerintah (G). Vector Error Correction Model (VECM) digunakan sebagai
metode analisis dalam penelitian ini. Hasil analisis menunjukkan bahwa kedua blok kebijakan
dan pertumbuhan ekonomi memiliki keseimbangan jangka panjang (kointegrasi). Dalam
jangka panjang, suku bunga Bank Indonesia (Rate) dan penerimaan pajak (T) memiliki
hubungan yang negatif terhadap pertumbuhan ekonomi (Y), sedangkan jumlah uang beredar
(M2) dan pengeluaran pemerintah (G) memiliki hubungan positif terhadap pertumbuhan
ekonomi (Y). Sedangkan dalam analisis kausalitas diketahui bahwa tidak terdapat hubungan
kausalitas (dua arah) diantara variabel, terjadi hubungan satu arah antara jumlah uang beredar
(M2) terhadap pertumbuhan ekonomi (Y), dan pengeluaran pemerintah (G) terhadap
pertumbuhan ekonomi (Y).

Kata Kunci: Pertumbuhan Ekonomi, Kebijakan Moneter, Kebijakan Fiskal, VECM

Abstract
Economic growth in Indonesia in the periode 2005-2018 has decreased several times. In
this paper we attempt to analyze effects of monetary policy and fiscal policy on economic
growth in Indonesia for the period 2005:1-2018:12. The data in this study are categorized into
two blocks, namely the monetary policy block consisting of interest rate of Indonesian Bank
(Rate) and the money supply (M2). While in the fiscal policy block consists of tax revenue (T)
and government expenditure (G). Vector Error Correction Model (VECM) is used as an
analytical method in this study. The analysis shows that the both of the policy blocks and
economic growth have a long-term balance (cointegrated). In the long run, ineterest rate of
Indonesian Bank (Rate) and tax revenue (T) have a negative relationship with economic growth
(Y), while the money supply (M2) and government expenditure (G) have a positive relationship
with economic growth (Y). Whereas in causality analysis it is known that there is no causality
(two-way) relationship between variables, there is a one-way relationship between money
supply (M2) to economic growth (Y) and government expenditur (G) to economic growth (Y)
.
Keyword: Econolmic Growth, Monetary Policy, Fiscal Policy, VECM

403
PENDAHULUAN negara stabil maka dapat dikatakan negara
Pembangunan ekonomi pada
tersebut maju, sebaliknya jika keadaan
hakikatnya bertujuan untuk meningkatkan
perekonomian suatu negara terpuruk maka
kesejahteraan masyarakat secara luas dalam
negara tersebut belum dapat dikatakan
suatu negara. Dalam rangka mencapai
sebagai negara maju.
tingkat kesejahteraan masyarakat yang tinggi
Pertumbuhan ekonomi di Indonesia
diperlukan adanya pertumbuhan ekonomi
pada tahun 2005-2018 berdasarkan data yang
dan distribusi pendapatan yang merata.
diperoleh dari Bank Indonesia, bersifat
Maka tidak mengherankan lagi apabila
fluktuatif. Artinya, pertumbuhan ekonomi
pertumbuhan ekonomi menjadi salah satu
yang terjadi tidak selalu menunjukkan
indikator utama keberhasilan dalam
peningkatan dan perkembangan dalam
pembangunan ekonomi. Menurut Mankiw
perekonomian di Indonesia, berikut ini
(2014: 203) salah satu variabel tolok ukur
adalah gambar yang menunjukkan
kemajuan suatu negara adalah pertumbuhan
pertumbuhan ekonomi di Indonesia tahun
perekonomian. Jika perekonomian suatu
2005-2018:

8
5.69
6.35 6.01 6.22 6.49 6.26 5.73
5.5 5.06 4.79 5.02 5.07 5.4
6 4.63
4
2
0
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Sumber: Bank Indonesia, 2019 tiga belas tahun dengan nilai 4,63%.
Gambar 1. Laju Pertumbuhan Ekonomi
Indonesia 2005-2018 Rendahnya pertumbuhan ekonomi ditahun
2009 ini merupakan dampak atas terjadinya
Berdasarkan gambar 1 menunjukkan
krisis global pada akhir tahun 2008. Adanya
bahwa pertumbuhan ekonomi di Indonesia
krisis global memberikan resiko dan
bersifat fluktuatif. Pertumbuhan ekonomi
tantangan yang lebih bagi perekonomian
tahun 2005 sebesar 5,69% turun menjadi
Indonesia, sehingga mengharuskan
5,5% pada tahun 2006. Kemudian sempat
pemerintah Indonesia untuk melaksanakan
mengalami kenaikan pada tahun 2007
kebijakan ekonomi dengan penuh
menjadi 6,35%, akan tetapi nilai
pertimbangan dan kehati- hatian sehingga
pertumbuhan ini kembali menurun hingga
mampu menciptakan pertumbuhan ekonomi
tahun 2009 dan menjadi nilai pertumbuhan
dan meminimalisir dampak yang
ekonomi paling rendah selama kurun waktu
404
diakibatkan. pemerintah itu sendiri, ini harus dikenali dan
Pada tahun 2010 pertumbuhan diidentifikasi secara tepat supaya faktor
ekonomi menjadi lebih baik, yang tersebut dapat mempengaruhi laju
ditunjukkan dengan angka 6,22% dan pertumbuhan ekonomi. Seperti negara lain
meningkat kembali pada tahun 2011 menjadi pada umumnya, kebijakan ekonomi yang
6,48%. Kenaikan pertumbuhan ekonomi ini diberlakukan di Indonesia adalah kebijakan
hanya berlangsung selama dua tahun saja, moneter dan kebijakan fiskal.
dimana pada tahun 2012 kembali mengalami Menurut Nopirin dalam Herlina (2018:
kemerosotan menjadi 6,26%. Kemerosotan 139) Kebijakan moneter merupakan bagian
ini berlangsung hingga tahun 2015 dan dari kebijakan makro-ekonomi yang sangat
menjadi titik terparah setelah tahun 2009, penting peranannya dalam mempengaruhi
yaitu sebesar 4,79%. Lambannya kondisi ekonomi suatu negara. Kebijakan
pertumbuhan ekonomi di tahun 2015 moneter dilakukan oleh otoritas moneter
disebabkan oleh adanya penurunan produksi (Bank Sentral) untuk mempengaruhi jumlah
dan melambannya pertumbuhan dari sektor uang yang beredar dan kredit yang pada
pengeluaran, baik pengeluaran rumah tangga gilirannya akan mempengaruhi kegiatan
maupun pengeluaran pemerintah dan juga ekonomi masyarakat. Dalam mengendalikan
nilai ekspor dan impor menurun. Setelah jumlah uang beredar otoritas moneter
keterpurukan pertumbuhan ekonomi di menggunakan kebijakan suku bunga (rate).
Indonesia pada tahun 2015, pertumbuhan Berhasil atau tidaknya kebijakan moneter
ekonomi mulai pulih dan bangkit kembali dapat dilihat dari dampak positifnya terhadap
pada tahun 2016 dengan nilai 5,02% dan variabel ekonomi makro.
5,07% pada tahun 2017, hingga pada tahun Kebijakan moneter di Indonesia
2018 pertumbuhan ekonomi menjadi sebesar dikendalikan oleh Bank Indonesia sebagai
5,4%. Laju pertumbuhan ekonomi di Bank Sentral yang independen. Bank
Indonesia sebenarnya tidak hanya Indonesia memiliki kewenangan penuh
dipengaruhi oleh menurun atau dalam menetapkan kebijakan moneter,
meningkatnya nilai pada suatu sektor saja. sehingga bank Indonesia sering disebut pula
Akan tetapi mengenai bagaimana kebijakan sebagai otoritas moneter. Dalam penelitian
yang diterapkan di Indonesia itu sendiri. ini, variabel kebijakan moneter yang
Seperti dalam penelitiannya Zakik (2013: digunakan adalah suku bunga (rate) yang
59) Masalah pertumbuhan ekonomi di suatu ditetapkan oleh Bank Indonesia sebagai suku
negara tergantung kepada banyak faktor bunga acuan bagi pelaksanaan perbankan di
seperti salah satunya adalah kebijakan Indonesia. Penurunan suku bunga akan

405
berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi menaikkan tingkat suku bunga yang berlaku
karena jika suku bunga turun akan dengan tujuan untuk mengurangi tingkat
menaikkan minat ]masyarakat untuk permintaan agregat suatu perekonomian
melakukan kredit baik untuk konsumsi (Latumaerissa, 2017: 72).
ataupun investasi. Namun, jika suku bunga Selain kebijakan moneter, seperti yang
di Indonesia meningkat maka investor asing telah disebutkan sebelumnya bahwa
kurang tertarik untuk menanam modal di perekonomian berjalan juga dengan
Indonesia, bisa jadi investor domestik akan mengandalkan kebijakan fiskal. Kebijakan
berinvestasi ke luar negeri. Sehingga dapat fiskal dalam konteks perekonomian
berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia dikendalikan oleh Kementrian
(Sutawijaya dan Lestari, 2015: 68). Keuangan Republik Indonesia. Harsasto, dkk
Salah satu instrumen kebijakan (2017: 1.15) menyatakan bahwa kebijakan
moneter lainnya adalah jumlah uang beredar fiskal merupakan proses pembentukan
(M2). Jumlah uang beredar yang terlalu perpajakan dan pengeluaran pemerintah
tinggi akan dapat menimbulkan harga-harga dalam upaya menekan fluktuasi siklus
barang sehingga akan menyebabkan inflasi. ekonomi dan berperan dalam menjaga
Sehingga jumlah uang beredar berpengaruh ekonomi yang tumbuh dengan penggunaan
negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. tenaga kerja yang tinggi sehingga tidak
Dengan demikian pengelolaan jumlah uang terjadi laju inflasi yang tinggi dan berubah-
beredar harus selalu dilakukan dengan hati- ubah. Penerimaan pemerintah dan
hati dengan mempertimbangkan pengaruh pengeluaran pemerintah merupakan
yang akan terjadi nantinya. instrumen utama dalam kebjakan fiskal.
Di Indonesia, penerapan kebijakan Dalam struktur Anggaran Pendapatan dan
moneter dihadapkan pada dua pilihan yaitu Belanja Negara (APBN) penerimaan
kebijakan moneter ekspansif dan kebijakan pemerintah terdiri atas penerimaan negara
moneter kontraktif. Kebijakan moneter dari perpajakan dan Penerimaan Negara
ekspansif dilakukan dengan meningkatkan Bukan Pajak (PNBP). Akan tetapi
jumlah uang beredar dan menurunkan penerimaan pemerintah dari sektor pajak
tingkat suku bunga yang berlaku, kebijakan memiliki kontribusi yang lebih tinggi
ini dilakukan dengan tujuan untuk dibandingkan dengan PNBP, bahkan rasio
meningkatkan tingkat pengeluaran agregat. rata-rata nya mencapai 75% - 80%. Pada
Sedangkan kebijakan moneter kontraktif umumnya, penerimaan pajak digunakan
merupakan kebijakan yang dilakukan dengan untuk menyediakan barang publik dan untuk
mengurangi jumlah uang beredar dan mengatasi kemiskinan.

406
Pengeluaran pemerintah sebagai (Harsasto dkk, 2017:1.29).
instrumen kebijakan fiskal, sangat Dalam penerapannya, kebijakan
berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi moneter dan kebijakan fiskal tidak dapat
di Indonesia. Adanya pengeluaran dipisahkan satu sama lain demi tercapainya
diharapkan mampu mendorong kegiatan pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan
ekonomi dan meningkatkan pertumbuhan berkelanjutan. Perpaduan antara kebijakan
ekonomi. Peran pemerintah dalam fiskal dan kebijakan moneter sangat
perekonomian ditunjukkan oleh pengeluaran diperlukan untuk menetapkan dan mencapai
untuk bidang ekonomi yang cenderung target-target moneter dan defisit fiskal secara
meningkat. Dampak kenaikan pengeluaran konsisten dalam rangka mencapai
ini bisa berpengaruh terhadap perekonomian pembangunan ekonomi yang cukup tinggi
dengan melalui naiknya investasi seperti dan stabil. Koordinasi kedua kebijakan
pembangunan infrastruktur (Listyowati, tersebut secara harmonis dapat
2019: 3). Pengeluaran pemerintah akan meningkatkan social welfare masyarakat
mendukung pertumbuhan ekonomi apabila secara optimal. Dengan koordinasi, defisit
pemerintah mampu menyediakan barang pengeluaran pemerintah dapat terkendali
publik yang diharapkan sebagai input sehingga laju inflasi dapat dicapai pada
produksi yang baik. tingkat yang rendah dan pertumbuhan
Tidak berbeda dengan kebijakan ekonomi yang berkesinambungan dapat
moneter, pelaksanaan kebijakan fiskal di dicapai (Simorangkir, 2007: 6). Seperti
Indonesia juga dihadapkan pada dua pilihan dalam penelitiannya Safriadi, dkk (2014: 86)
yaitu kebijakan fiskal ekspansif dan bahwa dalam jangka panjang kebijakan
kebijakan fiskal kontraktif. Kebijakan fiskal fiskal dan moneter tidak bertentangan satu
ekspansif dilakukan dengan meningkatkan sama lain dalam mencapai pertumbuhan
pengeluaran pemerintah dan menurunkan ekonomi. Pada kondisi ini tidak diperlukan
pajak, kebijakan ini ditujukan untuk adanya koordinasi kebijakan. Dalam jangka
merangsang perekonomian disaat terjadi pendek, tidak adanya koordinasi antara
resesi dan terdapat banyak pengangguran. kebijakan fiskal dan kebijakan moneter akan
Sedangkan kebijakan fiskal kontraktif menyebabkan efektivitas kebijakan menjadi
dilakukan dengan meningkatkan pajak dan berkurang.
menurunkan pengeluaran pemerintah,
kebijakan ini ditujukan unutk memperlambat METODE PENELITIAN
perekonomian yang berarti kebijakan ini Penelitian ini menggunakan jenis
dilakukan disaat laju inflasi cukup tinggi penelitian deskriptif dengan pendekatan

407
kuantitatif. Terdapat lima variabel dalam melihat apakah terdapat hubungan jangka
penelitian ini, yaitu pertumbuhan ekonomi panjang dalam kombinasi variabel dalam
sebagai variabel terikat. Sedangkan untuk penelitian. Variabel yang tidak stasioner di
variabel bebas terdiri atas dua blok yaitu level melainkan di first difference
blok kebijakan moneter; suku bunga Bank meningkatkan potensi adanya hubungan
Indonesia dan jumlah uang beredar. Dan, kointegrasi antar variabel, sehingga uji
blok kebijakan fiskal; penerimaan kointegrasi perlu untuk dilakukan. Dalam
perpajakan dan pengeluaran pemerintah. penelitian ini digunakan pendekatan
Data penelitian merupakan data sekunder Granger Causality.
yang diperoleh dari website Bank Indonesia Penentuan Lag Optimum
dan Badan Fiskal Kementerian Keuangan. Uji lag optimum dilakukan dengan
Data sekunder tersebut berupa data bulanan tujuan untuk menghindari autokorelasi pada
2005:1 – 2018:12. Adapun metode analisis model. Dalam penelitian ini, penentuan lag
yang digunakan adalah Vector Error optimum dilakukan dengan menggunakan
Correction Model (VECM), yang dilakukan Akaike Information Criterion (AIC) atau
dengan berbagai uji yaitu uji stasioneritas Schwarz Information Criterion (SIC).
ADF, uji kointegrasi Johansen, uji Uji Kausalitas
penentuan Lag Optimum, uji kausalitas Uji kausalitas digunakan untuk
Granger, dan estimasi jangka panjang menguji apakah model dalam penelitian
pendekatan VECM. memiliki hubungan sebab akibat atau tidak
Uji Stasioneritas (hubungan dua arah), karena setiap variabel
Uji stasioneritas dilakukan untuk memiliki kesempatan untuk menjadi variabel
melihat apakah terdapat unit root dalam endogen maupun eksogen. Dalam penelitian
variabel-variabel penelitian. Data yang ini menggunakan pendekatan Johansesn
stasioner adalah data yang tidak flat, tidak Cointegration.
mengandung komponen trend, dengan Uji Hubungan Jangka Panjang
keragaman yang konstan serta tidak terdapat Hubungan jangka panjang dalam
fluktuasi periodik. Dalam penelitian ini penelitian ini dilihat dengan menggunakan
digunakan metode Augmented Dickey Fuller analisis VECM dengan tujuan untuk melihat
(ADF), dikatakan stasioner apabila nilai variabel yang mempengaruhi pertumbuhan
probablitias lebih kecil dari tingkat ekonomi pada jangka pendek dan jangka
𝛼 yang digunakan (0,05) atau 5%. panjang. Untuk mengetahui pengaruh
Uji Kointegrasi variabel secara jagka pendek dan jangka
Uji kointegrasi dilakukan untuk panjang dengan memperhatkan nilai uji t

408
nya, dengan membandingkan antara t- HASIL DAN PEMBAHASAN
statistic yang diperoleh dari perhitungan Uji Stasioneritas
VECM dengan t-tabel.
Tabel 1. Hasil Uji Stasioneritas (Uji Unit Root Test Augmented Dickey Fuller)
Critical
Variabel ADF Statistik Prob Keterangan
Value 5%
Y -5.545130 -2.878937 0.0000 Stasioner
Rate -5.723644 -2.878829 0.0000 Stasioner
M2 -13.46250 -2.878937 0.0000 Stasioner
T -2.510190 -2.879045 0.0149 Stasioner
G -4.835959 -2.878937 0.0001 Stasioner
Sumber: Data diolah dengan e-views 10, 2020 penelitian lebih kecil dari α=5%. Dengan

Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui demikian, penelitian ini dapat dilakukan

bahwa semua variabel dalam penelitian dengan menggunakan metode Vector Error

stasioner pada tingkat first difference yang Correction Model (VECM).

dibuktikan dengan nilai probabilitas dalam Uji Kointegrasi

Tabel 2. Uji Kointegrasi Johansen

Hypothesized Trace 0.05


No. of CE(s) Eigenvalue Statistic Critical Value Prob.**

None * 0.175410 76.22986 69.81889 0.0141


At most 1 0.145703 44.40654 47.85613 0.1017
At most 2 0.079719 18.42288 29.79707 0.5350
At most 3 0.026540 4.715234 15.49471 0.8383
At most 4 0.001677 0.276939 3.841466 0.5987
Sumber: Data diolah dengan e-views 10, 2020 sehingga dapat diartikan bahwa terdapat

Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat kointegrasi didalam model persamaan model

bahwa nilai trace statistic pada None* lebih dalam penelitian.

besar dibandingkan dengan nilai critical Penentuan Lag Optimum


value 5 persen yaitu 76,22986 > 69,81889
Tabel 3. Penentuan Lag Optimum
Lag AIC SC HQ

0 58.63042 58.72492 58.66878


1 38.56825 39.13530 38.79845
2 37.52632 38.56591* 37.94835*
3 37.42162* 38.93375 38.03549
4 37.58068 39.56535 38.38638
Sumber: Data diolah dengan e-views 10, 2020 terdapat pada lag 3, dimana lag ini terdapat

Tabel 3 menunjukkan bahwa nilai lag nilai terendah bagi Akaike Information

409
Criterion (AIC) sebesar 37,42162. Uji Kausalitas
Tabel 4. Hasil Uji Kausalitas Granger
Pairwise Granger Causality Tests
Date: 03/23/20 Time: 22:54
Sample: 2005M01 2018M12
Lags: 5

Null Hypothesis: Obs F-Statistic Prob.


RATE does not Granger Cause Y 163 0.49941 0.7763
Y does not Granger Cause RATE 0.25534 0.9366
M2 does not Granger Cause Y 163 2.37525 0.0143
Y does not Granger Cause M2 1.03408 0.3997
T does not Granger Cause Y 163 0.71515 0.613
Y does not Granger Cause T 2.87812 0.0452
G does not Granger Cause Y 163 0.46156 0.8044
Y does not Granger Cause G 3.33487 0.0357
Sumber: Data diolah dengan e-views 10, 202 diterima. Hasil uji kausalitas granger T

Tabel 4 menunjukkan hasil uji kausalitas terhadap pertumbuhan ekonomi

dengan pendekatan granger. Dapat menunjukkan nilai probabolitas sebesar

diketahui bahwa Rate terhadap 0,613 lebih besar dibandingkan nilai α =

pertumbuhan ekonomi menunjukkan angka 5%, sehingga Ho diterima. Sedangkan, nilai

probablitias sebesar 0,7763 dimana nilai probabilitas pertumbuhan ekonomi terhadap

tersebut lebih besar dari α = 5%, sehingga T sebesar 0,0452 lebih kecil dibandingkan α

Ho diterima. Sedangkan nilai probabilitas = 5%, sehingga Ho ditolak. Hasil uji

pertumbuhan ekonomi terhadap Rate kausalitas granger G terhadap pertumbuhan

sebesar 0,9366 lebih besar dari α = 5%, ekonomi menunjukkan nilai probabilitas

sehingga Ho diterima. Hasil uji kausalitas sebesar 0,8044 lebih besar dibandingkan

granger M2 terhadap pertumbuhan ekonomi nilai α = 5%, sehingga Ho diterima.

menunjukkan angka probabilitas sebesar Sedangkan, nilai probabilitas pertumbuhan

0,0143 lebih kecil dari α = 5%, sehingga Ho ekonomi terhadap G sebesar 0,0357,

ditolak, sedangkan nilai probabilitas sehingga Ho ditolak.

pertumbuhan ekonomi terhadap M2 sebesar Uji Hubungan Jangka Panjang


0,3997 lebih besar dari α = 5%, sehingga Ho Tabel 5. Hasil Jangka Panjang VECM

Variabel Koefisien T-statistic Keterangan


RATE(-1) -0.05759 -1.73265 Signifikan
M2(-1) 2.70007 1.6453 Signifikan
T(-1) -0.00097 -1.75239 Signifikan
G(-1) 0.01392 1.98837 Signifikan
Sumber: Data diolah dengan e-views 10, 2020 panjang pada tabel 5 semua variabel

Berdasarkan hasil estimasi jangka diketahui signifikan terhadap pertumbuhan

410
ekonomi. Hal tersebut dapat diketahui panjang. Hal ini dikarenakan adanya
dengan membandingkan nilai T-statistic kenaikan suku bunga akan menurunkan
nya dengan nilai t-tabel, dalam penelitian gairah perekonomian. Tingginya suku
ini nilai t-tabel sebesar 1,645. Dengan bunga yang ditetapkan akan mempengaruhi
demikian karena nilai T-statistic dari penawaran uang dimana rendahnya
variabel suku bunga (Rate), jumlah uang penawaran uang akan mempengaruhi
beredar (M2), penerimaan perpajakan (T) permintaan agregat. Ketika penawaran uang
dan pengeluaran pemerintah (G) lebih besar menurun maka permintaan agregat pun juga
dibandingkan nilai t-tabel maka semua menunrun, sehingga gairah perekonomian
variabel dalam penelitian diketahui melemah. Tinggi rendahnya suku bunga
signifikan pada tingkat α = 5% terhadap yang ditetapkan pun juga akan
pertumbuhan ekoonomi di Indonesia. Suku mempengaruhi iklim investasi, ketika suku
bunga Bank Indonesia berpengaruh negatif bunga yang ditetapkan tinggi investasi
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi cenderung menurun. Menurunnya tingkat
dengan nilai koefisien sebesar 0,05759 investasi juga akan mempengaruhi tingkat
persen. Jumlah uang beredar berpengaruh produksi atau output dan muara akhirnya
positif terhadap pertumbuhan ekonomi pada pertumbuhan ekonomi. Dalam
dengan nilai koefisien sebesar 2,70007 prakteknya, penetapan suku bunga yang
persen. Penerimaan perpajakan berpengaruh tinggi dikenal dengan kebijakan moneter
negatif signifikan terhadap pertumbuhan kontraktif. Kebijakan moneter kontraktif
ekonomi dengan nilai koefisien sebesar pada umumnya dilaksanakan ketika laju
0,00097 persen. Pengeluaran pemerintah perekonomian terlalu tinggi dan ditandai
berpengaruh positif sihnifikan terhadap dengan adanya tekanan inflasi yang tinggi.
pertumbuhan ekonomi dengan nilai Pengaruh Jumlah Uang Beredar
terhadap Pertumbuhan Ekonomi di
koefisien sebesar 0,01392 persen.
Indonesia dalam Jangka Panjang
Berdasarkan hasil estimasi jangka
PEMBAHASAN panjang melalui perhitungan VECM
Pengaruh Suku Bunga terhadap diketahui bahwa jumlah uang beredar (M2)
Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia
signifikan mempengaruhi pertumbuhan
dalam Jangka Panjang
Berdasarkan hasil estimasi jangka ekonomi dalam jangka panjang. Penawaran
panjang melalui perhitungan VECM uang yang tinggi juga akan berpengaruh
diketahui bahwa antara suku bunga Bank terhadap pola konsumsi masyarakat.
Indonesia (rate) dengan pertumbuhan Tingginya jumlah uang beredar dapat
ekonomi memiliki hubungan jangka meningkatkan konsumsi masyarakat

411
sehingga meningkatkan permintaan agregat, dan harga produkpun akan meningkat
dan akhirnya akan berpengaruh pada pula. Adanya harga-harga barang atau
pertumbuhan ekonomi. Meskipun demikian, produk yang terlalu tinggi sehingga akan
jumlah uang yang beredar dimasyarakat menyebabkan menurunnya daya beli
harus selalu dikontrol dan terkendali masyarakat, hal tersebut sangat tidak
sehingga tidak mengakibatkan pada tekanan menguntungkan bagi perekonomian
inflasi yang tinggi. Prakteknya, tingginya sebab akan mengurangi permintaan
jumlah uang beredar dikenal dengan agregat dan muaranya akhirnya akan
kebijakan moneter ekspansif. Pelaksanaan mengakibatkan rendahnya pertumbuhan
kebijkan moneter ekspansif dibarengi ekonomi.
dengan penetapan suku bunga yang rendah. Pengaruh Pengeluaran Pemerintah
Pengaruh Penerimaan Perpajakan terhadap Pertumbuhan Ekonomi di
terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia dalam Jangka Panjang
Indonesia dalam Jangka Panjang Berdasarkan hasil estimasi jangkla
Berdasarkan hasil estimasi jangkla panjang melalui perhitungan VECM
panjang melalui perhitungan VECM diketahui bahwa variabel pengeluaran
diketahui bahwa variabel penerimaan pemerintah dalam jangka panjang
perpajakan (T) berpengaruh negatif beroengaruh positif signifikan terhadap
signifikan terhadap pertumbuhan pertumbuhan ekonomi. Tingginnya
ekonomi dalam jangka panjang. Adanya pengeluaran pemerintah akan sangat
peningkatan penerimaan perpajakan berpengaruh terhadap pertumbuhan
mengindikasikan adanya peningkatan ekonomi ketika pengeluaran pemerintah
tarif pajak yang dikenakan. Semakin tersebut digunakan untuk membiayai proses
tinggi tarif pajak yang dikenakan, maka pembangunan ekonomi. misalnya saja
hal tersebut akan mempengaruhi adanya pembangunan infrastruktur atau
pertumbuhan ekonomi. Hal tersebut fasilitas umum yang mendukung jalannya
terjadi ketika pendapatan yang diperoleh perekonomian seperti pembangunan jalan,
masyarakat digunakan untuk membayar pembangunan bidang pendidikan dan
pajak sehingga mengurangi besarnya kesehatan. Selain itu, pengeluaran
konsumsi, tabungan dan investasi. pemerintah yang digunakan untuk
Sedangkan dalam hal tarif pajak badan mengurangi pengangguran atau
usaha atau yang lainnya, adanya meningkatkan lapangan kerja melalui
penambahan tarif pajak akan program padat karya. Dengan demikian,
mengakibatkan biaya produksi meningkat pengangguran akan menurun, pendapatan

412
akan meningkat dan pertumbuhan ekonomi ini berarti tinggi rendahnya pengeluaran
juga akan meningkat. pemerintah yang ditetapkan akan
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di
KESIMPULAN Indonesia.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai SARAN
berikut: Berdasarkan hasil penerlitian yang sudah
1. Dalam jangka panjang variabel suku dilakukan, saran yang dapat disampaikan
bunga Bank Indonesia memiliki oleh peneliti yaitu sebagai berikut:
pengaruh yang signifikan terhadap 1. Agar pertumbuhan ekonomi dapat
pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Hal tercapai, koordinasi kebijakan moneter
ini berarti tinggi rendahnya suku bunga dan kebijakan fiskal harus terkoordinasi
Bank Indonesia yang ditetapkan akan dengan baik, meskipun kedua pemangku
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di kebijakan tersebut memiliki otoritasnya
Indonesia. masing-masing. Adanya koordinasi yang
2. Dalam jangka panjang variabel jumlah baik akan menciptakan kebijakan yang
uang beredar memiliki pengaruh yang seimbang, sehingga tidak menimbulkan
signifikan terhadap pertumbuhan adanya gap dalam pelaksanaan kebijakan
ekonomi di Indonesia. Hal ini berarti moneter dan kebijakan fiskal di
tinggi rendahnya jumlah uang beredar Indonesia.
yang ditetapkan akan mempengaruhi 2. Dalam jangka panjang, jumlah uang
pertumbuhan ekonomi di Indonesia. beredar yang merupakan instrumen
3. Dalam jangka panjang variabel kebijakan moneter memiliki nilai
penerimaan perpajakan memiliki pengaruh yang paling besar
pengaruh yang signifikan terhadap dibandingkan suku bunga. Dengan
pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Hal demikian, dalam mencapai pertumbuhan
ini berarti tinggi rendahnya penerimaan ekonomi otoritas moneter sebaiknya
perpajakan yang ditetapkan akan menggunakan kebijakan moneter
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di ekspansif dengan meningkatkan jumlah
Indonesia. uang beredar dan menurunkan tingkat
4. Dalam jangka panjang variabel suku bunga karena peningkatan suku
pengeluaran pemerintah memiliki bunga memiliki pengaruh yang negatif
pengaruh yang signifikan terhadap terhadap pertumbuhan ekonomi. Namun,
pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Hal meskipun demikian jumlah uang beredar

413
harus tetap terkontrol sehingga tidak Gejolak Global. Jakarta: Badan
Kebijakan Fiskal, Kementerian
menyebabkan efek negatif terhadap
Keuangan.
perekonomian.
Latumaerissa, J. R. (2017). Bank &
3. Dalam jangka panjang, pelaksanaan
Lembaga Keuangan: Teori dan
kebijakan fiskal lebih baik dilaksanakan Kebijakan. Jakarta: Mitra
Wacana Media.
dengan kebijakan fiskal ekspansif (defisit
anggaran) dengan cara menaikkan Listyowati, L. (2018). Dinamika
Kebijakan Fiskal dan Moneter
pengeluaran pemerintah dan menurunkan
serta Dampaknya bagi
pajak. Sebab, dalam jangka panjang Pertumbuhan Ekonomi
Indonesia tahun 1988-2017. 1-
penerimaan perpajakan memiliki
13.
pengaruh yang negatif terhadap
Mankiw, N. G., Quah, E., & Wilson, P.
pertumbuhan ekonomi, sedangkan
(2014). Penganta Ekonomi
pengeluaran pemerintah memiliki Makro: Edisi Asia. Jakarta:
Salemba Empat.
pengaruh yang positif terhadap
pertumbuhan ekonomi. Sebaiknya Safriadi, Masbar, R., & Syahnur, S.
(2014). Efektivitas Kebijakan
pengeluaran pemerintah ditujukan untuk
Moneter dan Kebijakan Fiskal
sektor-sektor ekonomi, sehingga adanya terhadap Perekonomian
Indonesia: Pendekatan IS-LM.
penurunan pajak dapat ditutupi oleh
Jurnal Ilmu Ekonomi, Vol 2 No
pendapatan nasional bukan pajak atau 4, ISSN: 2302-0172, 85-96.
dari sektor riil lainnya.
Simorangkir, I. (2007). Koordinasi
Kebijakan Moneter dan Fiskal
di Indonesia: Suatu Kajian
DAFTAR PUSTAKA
dengan Pendekatan Game
Harsasto, P., Widayati, W., Astuti, P., Theory. Buletin Ekonomi
Martini, R., & H, N. R. (2017). Moneter dan Perbankan, 5-30.
Ekonomi Pemerintahan.
Tangerang: Universitas Sutawijaya, A., & Lestari, E. P. (2013).
Terbuka. Penerapan Metode VAR dalam
Interaksi Kebijakan Fiskal dan
Herlina, D. (2018). Identifikasi Moneter di Indonesia. Jurnal
Mekanisme Transmisi Ekonomi Pembangunan, Vol 14
Kebijakan Moneter Saluran No 1, 66-77.
Uang dan Saluran Suku Bunga
di Indonesia. Jurnal Ilmu Zakik. (2013). Analisis Efektivitas
Ekonomi, Vol: 8 No: 2, ISSN: Kebijakan Moneter dan
2089-4473, e-ISSN: 2541- Kebijakan Fiskal terhadap
1314, 139-157. Tingkat Pendapatan Perkapita.
Media Trend, Vol 8 No 1, ISSN:
Keuangan, K. (2019). Tinjauan Ekonomi, , 59-70.
Keuangan dan Kebijakan
Fiskal: Melaju di Tengah
414

Anda mungkin juga menyukai