Anda di halaman 1dari 7

KERJASAMA INDONESIA DENGAN NEGARA-NEGARA ASEAN DALAM B IDANG SOSIAL BUDAYA

2.3.1 Pemajuan dan Perlindungan Perempuan

Sejak dibentuk pada KTT ke-19 ASEAN, ASEAN Ministerial Meeting on Women (AMMW) telah
melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kerja sama pemajuan dan pelindungan hak-hak
perempuan, khususnya di bidang pemberdayaan dan pengarusutamaan gender dalam berbagai
kebijakan di tingkat regional.

Pertemuan ke-1 ASEAN Ministerial Meeting on Women di Vientiane, Laos, 16-19 Oktober 2012 telah
mengadopsi Vientiane Declaration on Enhancing Gender Perspective and ASEAN Women’s
Partnership for Environmental Sustainability. Deklarasi tersebut merupakan komitmen ASEAN untuk
meningkatkan (i) pengetahuan dan keterampilan perempuan dalam bidang lingkungan, (ii) akses,
kepemilikan dan kontrol terhadap sumber daya dan (iii) pembuatan kebijakan, strategi dan program
mengenai lingkungan berkelanjutan untuk perempuan terutama yang berasal dari kelompok rentan.
Selanjutnya AMMW menugaskan ASEAN Commission on Women (ACW) untuk
mengimplementasikan deklarasi tersebut melalui kolaborasi dan koordinasi dengan badan sektoral
terkait, seperti ASEAN Senior Officials Meeting on Environment (ASOEN) dan ASEAN Committee on
Disaster Management (ACDM).

Terkait dengan hak perempuan dan anak, ASEAN terus memaksimalkan peran ASEAN Commission
on the Promotion and Protection of the Rights of Women and Children (ACWC). Saat ini ACWC
tengah mengimplementasikan Workplan ACW periode 2011--2015 yang mencakup empat bidang,
yaitu (1) human development; (2) social welfare and social protection; (3) social justice and rights,
dan (4) gender mainstreaming in other Sector Cooperation in Socio-Cultural Pillar. Workplan ACW
tersebut terbagi menjadi 21 program untuk periode 2011-2015.

Selain itu, untuk memperkuat upaya ASEAN dalam perlindungan hak perempuan dan anak, ACWC
telah menyusun Declaration on the Elimination of Violence Against Women and Children in ASEAN
(DEVAWC). Deklarasi tersebut memperkuat komitmen ASEAN dalam ASEAN Declaration on the
Elimination of Violence Against Women (DEVAW). DEVAWC telah diadopsi dalam KTT ke-23 ASEAN
dan saat ini sedang disusun Guidelines on Implementation of DEVAWC.

2.3.2 Kepemudaan

Kerja sama ASEAN di bidang kepemudaan secara formal dimulai pada saat diselenggarakan
Konferensi Pemuda ASEAN, September 1975 melalui pembentukan Committee for ASEAN Youth
Cooperation (CAYC) yang berstatus Non-Governmental Organization (NGO). Pada tahun 1998 CAYC
berubah menjadi ASEAN Sub-Committee on Youth (ASY) dan pada tahun 2004 ditingkatkan menjadi
ASEAN Senior Officials Meeting on Youth (SOMY). Secara umum, kerja sama pemuda ASEAN
diarahkan untuk meningkatkan kemampuan pemuda ASEAN di berbagai bidang kegiatan khususnya
program pertukaran pemuda ASEAN.
Pada masa keketuaan Brunei Darussalam di ASEAN, kerjasama kepemudaan merupakan salah satu
isu yang menjadi prioritas. Pada Pertemuan ke-8 ASEAN Meeting on Youth (8th AMMY VIII) dan
Pertemuan ke-4 ASEAN Plus Three Ministerial Meeting (4th AMMY +3) di Bandar Seri Begawan,
Brunei Darussalam, 22-23 Mei 2013 telah dibahas berbagai isu mengenai kepemudaan. Pertemuan
tersebut diawali dengan the Preparatory Senior Officials Meeting for the 8th ASEAN Ministerial
Meeting on Youth (Prep-SOM for AMMY VIII) dan the Preparatory Meeting for the Fourth ASEAN
Plus Three Ministerial Meeting on Youth (Prep-SOM for the 4th AMMY +3). Bersamaan dengan
pertemuan tersebut juga telah dilaksanakan ASEAN Youth Entrepreneurs Seminar and Expo: ‘ASEAN
Youth Entrepreneur – Shaping the future of ASEAN’ sebagai pengganti kegiatan Youth Caucus 2013.

2.3.3 Pegawai Negeri

Kerja sama ASEAN di bidang kepegawaian dan administrasi telah dimulai sejak pembentukan ASEAN
Conference on ASEAN Reform of Civil Service (ACRCS) pada tahun 1981, namun masih berada di luar
struktur ASEAN. Pada Sidang ASC ke-21, ACRCS diubah menjadi ASEAN Conference on Civil Service
Matters (ACCSM) dan disahkan menjadi salah satu struktur ASEAN. Tujuan pembentukan ACCSM
adalah sebagai wahana untuk tukar menukar pandangan dan pengalaman untuk memperbaiki
efisiensi dan efektivitas manajemen publik, khususnya dalam melaksanakan fungsinya memberikan
pelayanan kepada masyarakat. Dalam masa keketuaan Indonesia (2007--2008), ACCSM telah
menyelenggarakan Sidang ke-14 ACCSM tanggal 29--31 Oktober 2008 di Bali.

Sebagai tindak lanjut hasil sidang ACCSM Technical Meeting bulan Oktober 2009 di Padang,
Indonesia telah menyelenggarakan pertemuan ACCSM Working Group for Operationalize of the
ACCSM Work Plan di Kantor BKN, Jakarta, Indonesia, pada tanggal 23 Maret 2009. Pertemuan
tersebut sepakat menerima draft paper of Work Plan mengenai: (1) Enhancing Workforce
Competencies; (2) Building Institutional Capacity; (3) Strengthening Leadership; dan (4) Review of
the ASEAN Resource Centers.

2.3.4 Olahraga

Mengingat pentingnya kontribusi sektor olahraga terhadap people to people contact menuju
pembentukan Masyarakat ASEAN 2015 serta dalam upaya mempromosikan gaya hidup sehat bagi
warga ASEAN dan meningkatkan prestasi olahraga ASEAN di tingkat global, ASCC Council
membentuk badan sektoral baru, yaitu ASEAN Ministerial Meeting on Sport (AMMS), untuk
menangani masalah olah raga di ASEAN. Pembentukan AMMS disetujui oleh para Pemimpin ASEAN
dalam KTT ke-18 ASEAN di Jakarta, tanggal 1 - 2 Mei 2011.

AMMS melaksanakan pertemuannya yang pertama di Yogyakarta pada tanggal 14 Desember 2011,
yang menghasilkan antara lain, pengesahan Terms of Reference (ToR) AMMS dan ToRSOMS,
penambahan satu elemen dan lima action lines di bidang olahraga untuk dimasukkan ke dalam ASCC
Blueprint dan Statement of Ministers tentang sejumlah inistiatif baru di bidang olahraga, seperti
pembentukan centre of excellence bidang olahraga, pencanangan ASEAN Sports Industry Year 2013
dan Sports For All, pemajuan sports management, sports science, sports medicine, dan human
resource development related to sports, peningkatan infrastruktur keolahragaan, dan penjajakan
partisipasi ASEAN dalam FIFA World Cup Bid tahun 2030

Pembahasan tersebut kemudian ditindaklanjuti pada pertemuan ke-2 AMMS dan Pertemuan ke-3
ASEAN Senior Officials Meeting on Sports (SOMS 3) di Vientiane, Laos tanggal 3-5 Desember 2013.
Pada pertemuan tersebut telah dibahas implementasi ASEAN Sports Industry Year (ASIY) 2013 oleh
masing-masing negara anggota ASEAN. Pertemuan juga mengesahkan Vientiane Declaration on
Sports yang akan menjadi acuan kerjasama olahraga di kawasan.

2.3.5 Pengendalian Penyebarluasan Penyalahgunaan Narkoba

Kerja sama ASEAN di bidang penanggulangan narkoba telah berlangsung sejak ditandatanganinya
ASEAN Declaration of Principles to Combat the Abuse of Narcotic Drugs pada sidang AMM di Manila
tanggal 26 Juni 1976. Dalam perkembangannya kerja sama di bidang penanggulangan Narkoba
ditangani oleh ASEAN Senior Official on Drug Matters (ASOD). Penyalahgunaan dan peredaran
narkotika merupakan masalah internasional yang mendapat perhatian serius. Kawasan ASEAN kini
tidak lagi menjadi daerah transit, tetapi sudah dijadikan daerah sasaran pengguna bahkan produksi
narkoba.

Secara umum inti kerja sama penanggulangan, pemberantasan penyalahgunaan, dan peredaran
gelap narkoba (P4GN) di tingkat regional ASEAN diarahkan pada upaya merealisasikan Kawasan
ASEAN Bebas Narkoba 2015 (A Drug Free ASEAN 2015). Upaya di tingkat regional tersebut
diselaraskan dengan langkah-langkah di tingkat nasional yang menetapkan pencapaian Kawasan
Indonesia Bebas Narkoba 2015.

Komitmen untuk mewujudkan Kawasan ASEAN Bebas Narkoba 2015 semakin dipertegas dengan
diadopsinya ASEAN Leaders’ Declaration on Drug-Free ASEAN 2015 oleh para Pemimpin ASEAN pada
KTT ke-20 ASEAN di Phnom Penh. Seluruh Negara anggota ASEAN sepakat untuk menyamakan visi
dan merealisasikan kawasan ASEAN bebas dari penyalahgunaan obat-obatan terlarang. Para
pemimpin ASEAN sepakat akan menindaklanjuti pembicaraan teknis di tingkat menteri terkait dan
menyusun kerangka kerja untuk memberantas peredaran narkotika dan akan diselaraskan dengan
kerja sama masyarakat ASEAN 2015. Dalam dokumen itu juga disebutkan para pemimpin negara
ASEAN sepakat membuat komite yang mengkoordinasi langkah-langkah untuk mencapai ASEAN
bebas dari penyalahgunaan narkotika. Setiap tahun komite itu akan memberikan laporan kemajuan
proses pencapaian target kepada para pemimpin negara ASEAN.

Negara-negara anggota ASEAN juga sepakat untuk saling bertukar informasi dan pengalaman terkait
dengan upaya penanggulangan penyalahgunaan narkotika. Selain itu kerja sama dilakukan juga
dengan mitra wicara ASEAN.
2.3.6 Pendidikan

Kerja sama sektor pendidikan di wilayah Asia Tenggara dimulai dengan pembentukan Organisasi
Menteri-menteri Pendidikan Asia Tenggara (South East Asian Ministers of Education
Organization/SEAMEO) tanggal 30 November 1965. Dalam kerangka ASEAN, kerja sama pendidikan
dilaksanakan oleh Komite ASEAN untuk Pendidikan (ASEAN Committee on Education/ASCOE).

Kemajuan kerja sama ASEAN di bidang pendidikan, antara lain ditandai dengan disepakatinya
deklarasi penguatan kerja sama bidang pendidikan melalui Cha-Am Hua Hin Declaration on
Strengthening Cooperation on Education to Achieve an ASEAN Caring and Sharing Community pada
KTT ASEAN ke-15 di Hua Hin, Thailand tanggal 23-25 Oktober 2009. Deklarasi tersebut ditujukan
sebagai persiapan menuju Masyarakat ASEAN 2015. Penguatan kerja sama pendidikan itu bertujuan
untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia sehingga memiliki daya saing, baik di tingkat
regional maupun global, sebagaimana dicanangkan dalam ASEAN 5-Year Work Plan on Education
(WPE) tahun 2011. Deklarasi juga mencantumkan keinginan negara-negara ASEAN untuk
membentuk konvensi penelitian di bidang pendidikan. Dalam kaitan ini, negara anggota ASEAN
diwajibkan untuk memperbaiki standar kompetensi pendidikan dan meningkatkan standar
professional tenaga pengajar, yang diharapkan dapat dijadikan referensi bersama untuk meningkat
kualitas pendidikan yang lebih baik.

2.3.7 Kerja Sama Kebudayaan dan Penerangan ASEAN

Kerjasama ASEAN di sektor kebudayaan berkembang sejak dibentuknya subsidiary body dengan
nama ASEAN Committee on Culture and Information (ASEAN-COCI) pada tahun 1978, yang bertujuan
untuk mempromosikan kerjasama yang efektif di bidang kebudayaan dan penerangan dalam rangka
meningkatkan saling pengertian (mutual understanding) dan kesetiakawanan di antara masyarakat
ASEAN.

Berbagai kegiatan kerja sama sektor kebudayaan dilakukan melalui penyelenggaraan workshop dan
symposium di bidang seni dan budaya, ASEAN Culture Week, ASEAN Youth Camp, ASEAN Quiz, serta
pertukaran kunjungan antar seniman ASEAN. Adapun di sektor informasi, berbagai kegiatan yang
dilakukan antara lain, pertukaran berita di antara Negara anggota ASEAN yang ditayangkan pada
televisi nasional di masing-masing Negara anggota ASEAN (ASEAN TV News) serta penayangan berita
dan informasi mengenai ASEAN melalui radio-radio nasional.

2.3.8 Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Kerja sama ASEAN di sektor ilmu pengetahuan dan teknologi ditangani oleh ASEAN Committee on
Science and Technology (ASEAN-COST) yang didirikan pada tahun 1978. Kerja sama itu bertujuan,
antara lain, meningkatkan kemampuan dan jumlah tenaga ahli ASEAN di sektor Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi (IPTEK), mendorong alih teknologi, memberikan dukungan dan bantuan dalam
pengembangan aplikasi temuan dan riset. COST merupakan perangkat dalam mengembangkan dan
melaksanakan rencana strategis ASEAN di bidang IPTEK yang mengacu kepada ASEAN Plan of Action
on Science, Technology and Innovation (APASTI).

Untuk isu IPTEK, ASEAN mengadakan pertemuan setiap tahun melalui ASEAN Ministerial Meeting on
Science and Technology (AMMST) dan Informal ASEAN Ministerial Meeting on Science and
Technology (IAMMST). AMMST diadakan setiap dua tahun sekali dan pertama kali diselenggarakan
pada tahun 1980. Sementara itu IAMMST diselenggarakan pertama pada tahun 2000, di Malaysia.
Sejak saat itu, AMMST dan IAMMST diselenggarakan secara bergantian tiap tahunnya.

2.3.9 Lingkungan Hidup

Sejalan dengan ASEAN Vision 2020, kerja sama ASEAN di bidang lingkungan hidup diarahkan untuk
menciptakan "a clean and green ASEAN with fully established mechanisms for sustainable
development to ensure the protection of the region’s environment, the sustainability of its natural
resources, and the high quality of life of its people."

Dalam kerangka ASEAN, perkembangan kerja sama lingkungan dibahas pada ASEAN Ministerial
Meeting on Environment (AMME) yang didirikan pada tahun 1981 dan bersidang setiap tiga tahun
sekali. Untuk pemantauan dan harmonisasi upaya pelestarian lingkungan di antara negara-negara
ASEAN, didirikan ASEAN Senior Officials on Environment (ASOEN) pada tahun 1989. Hasil
pemantauan dan harmonisasi itu dilaporkan kepada AMME.

Tiga isu yang menjadi perhatian utama dalam kerja sama ASEAN di bidang lingkungan hidup adalah
masalah pencemaran kabut asap (haze), konservasi keanekaragaman hayati, dan masalah
perubahan iklim. Berkenaan dengan kabut asap, pada tanggal 10 Juni 2002, negara-negara ASEAN
menandatangani ASEAN Agreement on Transboundary Haze Pollution (AATHP) yang kemudian
berlaku secara resmi (entry into force) pada 25 November 2003. Indonesia telah meratifikasi
persetujuan tersebut melalui UU No. 26 tahun 2014, dengan demikian seluruh negara ASEAN
meratifikasi Persetujuan ASEAN tersebut.

Indonesia aktif melakukan berbagai upaya untuk menanggulangi kebakaran hutan dan lahan yang
menyebabkan polusi asap lintas batas di kawasan. Hal tersebut juga sejalan dengan komitmen
Indonesia untuk mengurangi emisi karbon hingga 26%. Sebagai tindak lanjut, Indonesia juga telah
menyatakan maksud untuk menjadi tuan rumah ASEAN Coordinating Centre for Transboundary Haze
Pollution Control yang dibentuk dalam kerangka kerja sama AATHP.

2.3.10 Penanggulangan Bencana Alam

Berangkat dari kepentingan bersama untuk menjadikan kawasan Asia Tenggara siap dan tanggap
darurat bencana, pada 26 Juni 1976 dideklarasikan ASEAN Declaration on Mutual Assistance on
Natural Disasters di Manila, yang diikuti dengan pembentukan ASEAN Committee on Disaster
Management (ACDM) pada 2003. Melalui ACDM, ASEAN menetapkan sejumlah program/kegiatan
yang implementatif dalam skema ASEAN Regional Programme on Disaster Management (ARPDM)
2004-2010, yang juga disertai dengan pembentukan kerangka kerjasama ASEAN dan para mitra
wicara ASEAN serta Organisasi Internasional seperti: UN States Department of Agriculture Forest
Service, Pacific Disaster Centre, UNOCHA, UNHCR, UNICEF, IFRC, Asian Disaster Preparedness Centre,
dan sebagainya.

Kerja sama penanggulangan bencana menghasilkan ASEAN Agreement on Disaster Management and
Emergency Response (AADMER) yang ditandatangani pada 2005 dan berlaku pada Desember 2009
setelah diratifikasi oleh seluruh negara anggota ASEAN. Pada Juli 2007, di Manila, para Menlu ASEAN
menandatangani komponen terpenting AADMER yakni pendirian ASEAN Coordinating Centre for
Humanitarian Assistance on Disaster Management (AHA Centre). AHA Centre difungsikan sebagai
pusat bantuan kemanusiaan ASEAN yang terpusat di Indonesia, Jakarta. Sebagai tuan rumah,
Indonesia memberikan dukungan fasilitas seperti gedung (premis) dan peralatan tingkat moderate,
di Lantai 17 Gedung I Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Secara resmi AHA Centre
mulai beroperasi pada 17 November 2011 dan untuk mendukung operasionaliasasi AHA Center,
disamping bantuan Pemerintah Indoneisa, AHA Center juga mendapatkan dukungan dana
operasionalisasi dari negara anggota ASEAN serta negara mitra wicara ASEAN seperti Australia dan
Jepang.

2.3.11 Kerja Sama Ketenagakerjaan

Kerja sama ASEAN di bidang ketenagakerjaan diarahkan pada upaya untuk menggalang sikap
bersama ASEAN dalam menanggulangi isu-isu ketenagakerjaan, antara lain perbaikan lingkungan
kerja dan upaya perlindungan dan pemajuan (protection and promotion) hak tenaga kerja migran
(migrant worker).

Kerja sama ASEAN di bidang ketenagakerjaan dilaksanakan oleh ASEAN Labour Ministers Meeting
(ALMM) yang diselenggarakan setiap dua tahun. Selama Periode Tahun 2007-2014, ASEAN Labour
Ministers Meeting (ALMM) telah menyetujui pembentukan sejumlah outcome Documents yang
menjadi landasan bagi peningkatan kerja sama di bidang ketenagakerjaan regional sebagai berikut:

ASEAN Declaration on Protection and Promotion of the Rights of Migrant Workers (2007);
Plan of Action on National Occupational Safety and Health (2007);
ASEAN Guidelines on Good Industrial Relations Practices (2010);
ASEAN Leaders’ Joint Statement on Human Resources and Skills Development for Economic
Recovery (2010);
ASEAN Labour Ministers' Work Programme 2010-2015

2.3.12 Kesehatan

ASEAN Health Ministers’ Meeting (AHMM) merupakan forum pertemuan tingkat menteri kesehatan
ASEAN yang bertujuan untuk meningkatkan kerja sama ASEAN di bidang kesehatan. Forum tersebut
dibentuk pada tahun 1980 dan melaksanakan pertemuannya setiap dua tahun sekali, sementara
Pertemuan Senior Officials’ Meeting on Health Development (SOMHD) dilaksanakan setiap tahun.
Sebagaimana tercakup dalam Cetak Biru Masyarakat Sosial Budaya ASEAN, tercatat 54 rencana aksi
kegiatan di bidang kerja sama kesehatan ASEAN, yang terbagi dalam 3 elemen utama yakni food
safety, pemajuan gaya hidup sehat (healthy lifestyle) dan penanggulangan penyakit menular
(communicable diseases). Rencana implementasi kerja sama ASEAN bidang kesehatan tercakup
dalam Strategic Framework on Health Development, yang pelaksanaannya dilakukan oleh 10
(sepuluh) subsidiary bodies dibawah SOMHD.

2.3.13 Pembangunan Pedesaan dan Penanggulangan Kemiskinan

Kerja sama ASEAN di bidang pembangunan pedesaan dan penanggulangan kemiskinan didasarkan
pada dokumen Ministerial Understanding on Rural Development and Poverty Eradication (RDPE)
yang mengacu pada Declaration of ASEAN Concord (Bali Concord I) 1976. Deklarasi tersebut
menekankan kepedulian ASEAN pada masalah penanggulangan kemiskinan, kelaparan, penyakit, dan
buta huruf. Selain itu, Deklarasi juga menekankan kerja sama di bidang pembangunan sosial dan
ekonomi dalam rangka meningkatkan keadilan sosial dan perbaikan standar hidup masyarakat
ASEAN. Untuk itu, dibentuk ASEAN Ministerial Meeting on Rural Development and Poverty
Eradication (AMMRDPE) sebagai forum pertemuan tingkat menteri yang menangani pembangunan
pedesaan dan pengentasan kemiskinan.

2.3.14 Pembangunan dan Kesejahteraan Sosial

Sejalan dengan semangat ASEAN dalam meningkatkan pembangunan dan kesejahteraan


masyarakatnya, pada tahun 1979 dibentuk ASEAN Ministers Meeting on Social Welfare and
Development (AMMSWD). AMMSWD merupakan forum pertemuan tingkat menteri ASEAN untuk
bekerja sama dalam penanganan masalah kesejahteraan sosial. Sebagaimana tercakup dalam Cetak
Biru Masyarakat Sosial Budaya ASEAN, kerja sama ASEAN di bidang pembangunan dan kesejahteraan
sosial difokuskan pada program kesejahteraan sosial dan pemenuhan hak/akses yang sama kepada
kalangan vulnerable groups, antara lain perempuan, anak, lansia dan penyandang disabilitas.

Anda mungkin juga menyukai