Anda di halaman 1dari 4

ASEAN

Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) didirikan pada tahun 1967 dan terdiri
dari 10 negara anggota, yaitu: Brunei Darussalam, Indonesia, Kamboja, Laos, Malaysia,
Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand dan Vietnam. Tujuan ASEAN tidak sebatas menjaga
stabilitas kawasan, melainkan juga lebih dari itu menjalankan integrasi ekonomi serta dalam
memperbaiki daya saing regional.
Kepemimpinan ASEAN digilir setiap tahun sekali antara tiap negara anggota. Pada tahun 2023,
Indonesia akan kembali menjadi Ketua ASEAN.
ASEAN telah mendirikan sebuah kawasan perdagangan bebas bernama ASEAN Free Trade
Area (AFTA) melalui pengurangan tarif bertahap. Perjanjian AFTA telah mulai diberlakukan
pada 1 Januari 2003. Kawasan perdagangan bebas antara enam negara anggota ASEAN
(ASEAN-6) yang menandatangani Deklarasi Singapura pada 1992 secara luas telah berlaku
sejak 2010. Empat negara anggota yang bergabung setelahnya – Vietnam (1995), Laos dan
Myanmar (1997), dan Kamboja (1995) – diberikan masa transisi hingga 2015 untuk
mengimplementasikan perjanjian tersebut. Dengan berlakunya AFTA secara hampir
menyeluruh, perdagangan dalam ASEAN telah terbebas dari hambatan tarif. Namun demikian,
penghapusan hambatan non-tarif telah berjalan dengan lebih lamban.
MTWG
ASEAN MTWG adalah pertemuan ASEAN di tingkat teknis yang membahas program dan
kegiatan di sektor transportasi laut dibawah Kuala Lumpur Transport Strategic Plan (KLTSP)
2016-2025. Adapun KLTSP adalah rencana induk 10 (sepuluh) tahun untuk sektor transportasi
ASEAN, yang bertujuan untuk meningkatkan integrasi ekonomi regional. 
Melalui ASEAN MTWG, negara-negara Anggota ASEAN akan menjalin kerjasama dengan mitra
dialog seperti Cina, Jepang, dan Republik Korea, serta mitra internasional seperti Organisasi
Maritim Internasional (IMO) mengenai kepentingan bersama untuk meningkatkan konektivitas,
efisiensi, keselamatan, dan keberlanjutan dalam sektor transportasi laut. Hasil dari pertemuan
ASEAN MTWG ini kemudian akan dilaporkan pada tingkat Pertemuan yang lebih tinggi, yaitu
Senior Transport Officials Meeting (STOM), yang selanjutnya akan dilaporkan lagi pada tingkat
yang lebih tinggi, yaitu ASEAN Transport Ministers Meeting (ATM)

 Pertemuan Tingkat Working Level


Merujuk berita di portal hubla pada tanggal 11 Maret 2021 di Program-program ini
dipaparkan dalam pertemuan ASEAN Maritime Transport Working Group (MTWG) ke-40
yang digelar secara virtual pada DI ASEAN MTWG KE-40, INDONESIA PAPARKAN
PROGRAM - PROGRAM STRATEGIS TRANSPORTASI LAUT

Pertama, Indonesia telah mengerjakan proyek pembangunan jalan untuk mendukung


akses pelabuhan, misalnya pembangunan Jalan Tol Lintas Sumatera, Tol Manado-
Bitung, dan Tol Balikpapan-Samarinda

Kedua, mengungkapkan Indonesia juga menyampaikan perkembangan dari


pengimplementasian Rute RoRo Dumai-Malaka, yang merupakan Pilot Project untuk
ASEAN Single Shipping Market (ASSM), serta Rute RoRo Bitung-Davao/General
Santos
Ketiga, Indonesia menegaskan komitmen untuk mendukung Green Ship Strategy
dengan menetapkan kewajiban penggunaan bahan bakar Low Sulfur (maksimal 0,5 %
m/m), termasuk pengunaan Bahan Bakar B20 dan B30 yang memiliki kandungan sulfur
di bawah 0,5 m/m; kewajiban penggunaan Scrubber bagi kapal yang masih
menggunakan bahan bakar high sulfur; Kewajiban penerapan energy efficiency untuk
mengurangi Emisi CO2; Peremajaan Kapal, yang dimulai dari kapal-kapal milik negara;
Penggunaan alat bantu navigasi yang ramah lingkungan dengan energi surya (Solar
Cell); serta kewajiban pelaporan konsumsi bahan bakar kapal untuk semua kapal
berbendera Indonesia

ASEAN Senior Transport Officials Meeting


Salah satu hasil dari sejumlah agenda yang dibahas dalam pertemuan tersebut yaitu Indonesia
menyatakan kesiapannya untuk mengimplementasikan ASEAN Framework Agreement on
Multimodal Transport, yang merupakan perjanjian terkait pelaksanaan angkutan multimoda di
wilayah ASEAN. Selain itu, Indonesia juga menyampaikan perkembangan proses ratifikasi
perjanjian kerja sama ASEAN lain, seperti ASEAN Cross Border Transport of Passengers by
Road Vehicle, ASEAN Framework Agreement on the Facilitation of Inter-State Transport, dan
ASEAN Framework Agreement on the Facilitation of Goods in Transit Protocol 6 yang telah
mencapai tahap akhir, untuk memperkuat dukungan terhadap lalu lintas penumpang dan
barang antar negara ASEAN.
Adapun dalam kerangka kerja sama ASEAN dan Mitra Dialog, telah diselenggarakan pula 1st
ASEAN-US STOD yang merupakan pertemuan tingkat pejabat tinggi transportasi Negara
Anggota ASEAN dan Amerika Serikat.
Dalam pertemuan ini, Staf Khusus Menteri Perhubungan Bidang Ekonomi dan Investasi
Transportasi, Prof Wihana Kirana Jaya menyampaikan apresiasi atas terwujudnya secara
formal hubungan kerja sama transportasi antara ASEAN dan Amerika Serikat.
Selain itu, telah dilaksanakan pula pembahasan kerja sama dengan Tiongkok, Jepang dan
Korea Selatan.
Indonesia dan Korea Selatan telah menyepakati pelaksanaan program pelatihan dalam sektor
perhubungan darat dan perkeretaapian bagi aparatur perhubungan dalam kedua sektor
tersebut. Kemudian di sektor transportasi darat, Indonesia melaporkan perkembangan
pembangunan jalan dalam jaringan ASEAN Highway Network di Kalimantan untuk semakin
memperkuat dukungan terhadap kelancaran lalu lintas di jalur tersebut.
pembahasan lain terkait transportasi laut yang diangkat,
1. Progress dari Regional Action Plan on Port Security (RAPPS) 2017 and Development of
VTS Operator Training, termasuk finalisasi dari Best Practices Booklet in Port Security
Measures for the Training of Trainer (ToT) Manual and Model Audit Training;
2. Update pengambangan dari study terkait regional container shipping. Dalam hal ini,
pertemuan akan mengadopsi Terms of Reference (TOR) dari study Enhancing
Container Circulation to Support Maritime Transportation of Selected ASEAN Member
States; dan
3. Perkembangan dari EU-ASEAN Maritime Transport Dialogue on the Implementation of
the Maritime Labour Convention 2006.

BIMP-EAGA
Kerja sama Brunei Darussalam-Indonesia-Malaysia-Philippines East ASEAN Growth Area
(BIMP-EAGA) dibentuk secara resmi pada Pertemuan Tingkat Menteri (PTM) ke-1 di Davao
City, Filipina pada tanggal 26 Maret 1994. Kerja sama tersebut bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan dan pertumbuhan ekonomi masyarakat di daerah perbatasan negara-negara
BIMP-EAGA. Para pelaku usaha diharapkan menjadi motor penggerak kerja sama dimaksud
sedangkan pemerintah bertindak sebagai regulator dan fasilitator.
Wilayah Indonesia yang menjadi anggota BIMP-EAGA adalah Kalimantan Barat, Kalimantan
Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, Sulawesi
Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Gorontalo, Maluku, Maluku Utara, Papua, dan
Papua Barat.
Pertemuan tertinggi BIMP-EAGA adalah Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) kemudian Pertemuan
Tingkat Menteri, Pertemuan Tingkat Pejabat Senior, dan pertemuan teknis di bawah SOM.
Pertemuan teknis di bawah SOM terdiri atas cluster dan task force, yaitu : (a) Cluster on Natural
Resources Development, diketuai oleh Indonesia (b) Cluster on Transport, Infrastructure, and
Information, Communication, and Technology Development (TIICTD), diketuai oleh Brunei
Darussalam (c) Cluster on Joint Tourism Development (JTD), diketuai Malaysia (d) Cluster on
Small and Medium Enterprises Development (SMED), diketuai oleh Filipina. (e) Task Force on
Customs, Immigration, Quarantine, and Security, diketuai oleh Filipina.
Kawasan Pertumbuhan ASEAN Timur (BIMP-EAGA) yang diluncurkan pada 1994 sebagai
sebuah inisiatif kerjasama oleh Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia dan Filipina yang
merupakan negara anggota Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (Perbara) adalah
sebuah inisiatif kerjasama ekonomi anak wilayah di Asia Tenggara. Organisasi tersebut
didirikan di Kota Davao, pusat perdagangan dan komersial di Filipina Selatan.

- Sea Linkages Working Group (SLWG)

Pertemuan yang dihadiri oleh perwakilan dari Negara anggota BIMP EAGA Brunei Darussalam,
Indonesia, Malaysia dan Philippines, serta perwakilan dari BIMP FC, BEBC dan ADB bertujuan
untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi di wilayah regional BIMP EAGA terutama di daerah
perbatasan yang pertumbuhannya belum optimal.
Dalam hal ini, perlu digaris bawahi adalah Indonesia sebagai negara kepulauan melihat
transportasi laut sebagai tulang punggung perekonomian sekaligus sebagai sarana untuk
memperlancar roda perekonomian antar pulau dengan berperan sebagai penunjang, pendorong
dan penggerak bagi pembangunan nasional dalam upaya meningkatkan kesejahteraan rakyat
serta menjadi perekat Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Transportasi laut juga merupakan urat nadi yang menghubungkan Indonesia dengan Negara-
negara di kawasan regional ASEAN dan secara lebih intensif di kawasan sub regional BIMP
EAGA, yang memiliki perbatasan laut dan darat dengan Negara tetangga. Sebagai negara
kepulauan, Indonesia memiliki laut yang berbatasan langsung dengan negara lain. Ada 10
negara tetangga yang lautnya berbatasan langsung dengan wilayah Nusantara. Mereka adalah
India, Thailand, Vietnam, Malaysia, Singapura, Filipina, Republik Palau, Papua New Guinea,
Australia, dan Timor Leste. Wilayah BIMP EAGA memiliki perbatasan laut dengan Indonesia,
dan hal ini perlu mendapat perhatian serius.

- BIMP EAGA Transport Cluster

pada tahun 2013, diadakannya pertemuan BIMP EAGA Strategic Planning Meeting dan Senior
Officials Meeting BIMP-EAGA yang diselenggarakan oleh Asian Development Bank (ADB) dan
dihadiri oleh perwakilan serta pejabat-pejabat senior dari Brunei Darussalam, Indonesia,
Malaysia, dan Filipina. Pertemuan BIMP EAGA Strategic Planning Meeting diselenggarakan
guna membahas perencanaan strategis di tahun 2013 untuk negara anggota BIMP-EAGA
dalam kerangka kerjasama yang telah berjalan.
BIMP-EAGA memiliki Klaster dan kelompok kerja yang berfungsi sebagai unit operasi yang
menerjemahkan kepercayaan strategis sektor prioritas ke dalam proyek dan salah satunya ada
Pilar Konektivitas yang meliputi Transportasi, Fasilitasi Perdagangan dan Investasi, Teknologi
Informasi dan Komunikasi, serta Infrastruktur Tenaga dan Energi dan di Klaster Transportasi
memiliki tiga kelompok kerja yaitu Udara, Laut, dan Darat.
Pertemuan diawali dengan sesi Plenary yang diisi dengan presentasi dari Asian Development
Bank yang bertema “Mechanics of the Breakout Session based on New Institutional Structure
(IS)/Strategic Pillars)”. Selanjutnya pertemuan dilanjutkan dengan pembahasan masing-masing
pilar yang terbagi dalam beberapa working group.
Pertemuan Transport Cluster dan Working Group diketuai oleh ketua cluster dari Brunei
Darussalam, dan dihadiri oleh perwakilan dari seluruh negara BIMP-EAGA. Pertemuan Cluster
ini membahas perkembangan proyek dalam Implementation Blue Print dan Rolling Pipeline.
Perkembangan proyek di perhubungan darat yang ada di Indonesia, meliputi :
- Rute Jalan Raya Pontianak-Entikong Fase I yang menghubungkan antara Pontianak-
Tayan telah selesai dibangun sepanjang 79,2 km,
- Rute Jalan Pontianak-Entikong Fase 2 yang akan menghubungkan Tayan-Entikong
akan mulai dibangun pada Mei 2013 setelah proses Engineering Design selesai
dilakukan. Selanjutnya, diharapkan untuk dapat diselesaikan pada awal tahun 2014,
- Jalan Tol Manado-Bitung rencananya mulai dibangun pada tahun 2015, dan pada
saat ini sedang dalam proses pembebasan lahan. Lahan yang telah dibebaskan saat ini
seluas 65 Ha atau sekitar 15% dari total kebutuhan 450 Ha dan diharapkan dapat dibebaskan
50% dari total kebutuhan pada akhir tahun 2013 serta dapat dibebaskan seluruhnya
pada akhir tahun 2014. Detail Engineering Design diharapkan untuk dapat dilakukan pada
akhir tahun 2014.
- Rehabilitasi Jalan Raya Tanjung Selor-Border Road. Pada saat ini proyek sedang
berada pada tahap procurement dan pemilihan tim konsultan. Rehabilitasi jalan raya ini
diharapkan untuk dapat memulai proses pembebasan lahan pada quartal ke-3 pada
tahun 2013 dan memulai Basic Engineering Design pada akhir tahun 2013. (RS)

Anda mungkin juga menyukai