Anda di halaman 1dari 10

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DEKLARASI ASEAN BALI CONCORD II

PADA KTT ASEAN KE-9 TAHUN 2003: ASEAN OPEN SKY 2015 DAN
UPAYA INDONESIA DALAM MENGHADAPINYA

IMPLEMENTATION OF ASEAN BALI CONCORD II DECLARATION POLICY


AT THE 9th ASEAN Summit 2003: ASEAN OPEN SKY 2015 AND
INDONESIA'S EFFORTS IN FACING IT

Alfiya Ma’la Alhafidzoh 1 dan Muhamad Fajar Pranomo 2


1
Universitas darussalam Gontor
email: allifiama’la@unida.gontor.ac.id

2
Universitas Darussalam Gontor
email: mfpramono@unida.gontor.ac.id

Abstrak
Setelah diberlakukannya liberalisasi penerbangan oleh berbagai negara di belahan dunia dan mencapai
keuntungannya, maka Asean turut memberlakukan liberalisasi penerbangan yang di sepakati dalam Deklarasi
Asean Bali Concord II pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Asean Ke-9 Tahun 2003. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui dan memahami implementasi dari kebijakan Asean Open Sky yang mulai diterapkan secara
bertahap dari Tahun 2009 hingga mencapai pada targetnya di Tahun 2015 dan pengaruh yang ditimbulkan oleh
implementasi tersebut terhadap undang-undang penerbangan Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode
deskriptif kualitatif. Data dikumpulkan dengan menggunakan teknik Literatur. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa liberalisasi penerbangan sudah diterapkan oleh organisasi regional Asean. Terlihat dari penetapan
kebijakan Asean Open Sky yang berlaku mulai Tahun 2009. Kebijakan ini menimbulkan peluang dan tantangan
tersendiri bagi Negara anggota Asean, salah satunya Indonesia. Indonesia telah menyikapi kebijakan Asean
Open Sky dengan upaya-upaya seperti, Pertama, menentukan bandara yang akan digunakan dalam
melakukan kebijakan open sky. Kedua, membatasi jumlah bandar udara yang akan diperbolehkan oleh
penerbangan asing. Ketiga, menerapkan kebijakan penggantian kerugian bagi penumpang pesawat
udara yang dinyatakan keberangkatannya mengalami penundaan lebih dari empat jam.

Kata Kunci : Liberalisasi penerbangan, Deklarasi Asean Bali Concord II, Asean Open Sky, Kebijakan
Penerbangan Indonesia

Abstract
After the enactment of aviation liberalization by various countries in the world and achieving its
benefits, Asean also implemented aviation liberalization which was agreed upon in the Asean Bali
Concord II Declaration at the 9th Asean Summit in 2003. This study aims to know and understand the
implementation of the Asean Open Sky policy which began to be implemented gradually from 2009 to
reach its 2015 target and the effect that this implementation had on Indonesia's aviation laws. This
study used descriptive qualitative method. Data is collected using Literature techniques. The results
of the study show that flight liberalization has been implemented by ASEAN regional organizations. It
can be seen from the Asean Open Sky policy setting that came into effect in 2009. This policy raises
its own opportunities and challenges for Asean member countries, one of which is Indonesia. Indonesia

1
has responded to the Asean Open Sky policy with efforts such as, Firts, to determine the airports that
will be used in conducting the open sky policy. Second, limiting the number of airports that foreign
airlines will allow. Third, implementing a compensation policy for airplane passengers who stated
their departure had a delay of more than four hours.

Keywords : Flight liberalization, Asean Bali Concord II Declaration, Asean Open Sky, Indonesian flight policy
PENDAHULUAN udara yang dilakukan oleh negara-negara. Hal
Sejak dibentuknya Assosiation of ini dilakukan untuk mengantisipasi perubahan
Southeast Asian Nation (ASEAN) sebagai lingkungan yang terjadi di dalam industri
organisasi regional pada tahun 1967 di penerbangan tersebut, menyusul banyaknya
Bangkok, negara-negara anggota ASEAN telah maskapai baru baik domestik maupun non
meletakkan kerjasama ekonomi sebagai salah domestik yang bermunculan. Kerjasama ini
satu agenda utama yang perlu dikembangkan. terjadi di berbagai belahan dunia mulai dari
Hal tersebut dimulai pada dekade 80-an sampai kawasan Amerika Utara, Amerika Latin,
dengan 90-an, disaat negara-negara di berbagai Eropa, Pasifik, bahkan hingga ke Asia
belahan dunia mulai melakukan upaya-upaya Tenggara. ASEAN Multilateral Agreement on
untuk menghilangkan hambatan-hambatan Air Services (Open sky) merupakan salah satu
ekonomi. Negara-negara anggota ASEAN juga bentuk perjanjian mengenai penerbangan yang
semakin menyadari bahwa cara terbaik untuk digagas oleh negara-negara anggota ASEAN
bekerjasama adalah dengan saling membuka yaitu Brunei Darusalam, Kamboja, Indonesia,
perekonomian mereka guna menciptakan Malaysia, Myanmar, Philipina, Singapura,
integrasi ekonomi kawasan. Bentuk kerjasama Thailand dan Vietnam.
tersebut seperti KTT ke-9 ASEAN di Bali Tujuan dari digagasnya open sky adalah
tahun 2003, dimana kerjasama ini menyepakati untuk meliberalisasi jasa transportasi udara
pembentukan komunitas ASEAN. Salah satu secara penuh. Dalam kerja sama open sky,
pilar komunitas ASEAN adalah ASEAN terdapat sekumpulan aspek kebijakan yang
Economic Community (AEC). Ada sebelas dilakukan secara berbeda, misalnya deregulasi
sektor yang diusulkan untuk diintegrasikan kapasitas dan penghapusan kendali pemerintah
dalam ASEAN Economic Community, salah atas harga yang ditetapkan, sehingga akan
satunya adalah sektor transportasi udara. (Hew, berdampak pada melonggarnya peraturan-
2005:1) peraturan dalam industri jasa transportasi
Transportasi udara telah berkembang udara. Secara khusus, open sky mendorong
sangat pesat dalam beberapa dekade terakhir terjadinya kompetisi yang makin ketat antara
ini. Industri penerbangan kini diramaikan oleh maskapai-maskapai penerbangan, hal ini akan
banyaknya aktifitas kerjasama jasa transportasi memungkinkan maskapai-maskapai dari
2
negara-negara di Asia Tenggara dapat domestik di negara ini, lokasi strategis
melayani rute-rute yang ada di sesama negara- Indonesia di jantung Asia Tenggara juga
negara ASEAN. Selain itu, adanya persetujuan semakin menegaskan betapa signifikannya
open sky dapat memberi keleluasaan bagi para pasar yang dimiliki Indonesia. Transportasi
maskapai untuk mengembangkan rute-rute dan udara juga penting untuk menunjang sejumlah
jaringan layanan yang mereka pilih. (Forsyth: besar industri tertentu. Adanya kontribusi yang
2004) diberikan transportasi udara terhadap sektor-
Tujuan dari ASEAN Open Sky Policy sektor lain menunjukkan semakin tinggi
menghapus segala bentuk pelarangan di bidang indeks, semakin tergantung industri tersebut
layanan penerbangan antar negara demi untuk kepada transportasi udara.
memajukan travel dan perusahaan perdagangan Menguntungkan dari segi kepentingan
yang sedang berkembang, produktivitas, ekonomi bukan berarti tanpa ada hambatan.
kesempatan kerja dengan kualitas tinggi, dan Mengadopsi kebijakan ruang terbuka tersebut
pertumbuhan ekonomi. Mereka melakukannya juga secara tidak langsung telah mengurangi
dengan cara mengurangi interfensi pemerintah kemutlakan kedaulatan negara Indonesia atas
pada keputusan niaga perusahaan wilayah udaranya16, serta terdapat implikasi
pengangkutan udara, membebaskan mereka secara sosial, pertahanan dan keamanan jika
untuk menyediakan jasa pelayanan udara yang Indonesia tidak siap menghadapinya. Dalam
dapat dijangkau, nyaman, dan efisien. (Open kaitan ini, Indonesia harus mempersiapkan diri
Skies Agreements) ASEAN Open Sky Policy secara menyeluruh, harus memiliki grand
memperbolehkan perusahaan pengangkutan desain dalam pengelolaan ruang udara sebagai
udara untuk membuat keputusan pada rute, salah satu aset negara yang memiliki nilai
kapasitas, dan harga, dan pilihan yang beragam strategis, baik dilihat dari aspek ekonomi,
untuk menyewa dan kegiatan penerbangan lain politik, sosial, budaya serta pertahanan
termasuk hak-hak code sharing yang tidak keamanan. Kepentingan-kepentingan ekonomi
terbatas. (Fajria: 2015) harus diimbangi oleh pertimbangan-
Mengadopsi kebijakan ruang terbuka pertimbangan politik (antara lain perlindungan
ini merupakan kesempatan emas untuk terhadap industri penerbangan domestik),
menambah lapangan pekerjaan, menambah sosial, budaya dan pertahanan dan keamanan.
jumlah investor dalam industri penerbangan, Pembuatan kebijakan di sektor penerbangan
meningkatkan konektivitas dalam aktivitas tanpa mengabaikan pertimbangan-
tujuan pariwisata Indonesia. Potensi bagi pertimbangan tersebut akan sangat
penerbangan di Indonesia sangat besar, dan membahayakan bagi kelangsungan kehidupan
seiring dengan pesatnya pertumbuhan pasar bangsa secara keseluruhan.

3
Tujuan dari penelitian ini adalah, besar Asia, seperti Cina dan India. Dan salah
sebagaimana di jelaskan diatas, pembuatan satu perwujudannya adalah dengan adanya
kebijakan Asean Open Sky ini bertujuan untuk ASEAN Open Sky.
mengliberalisasi penerbangan di kawasan Asia Kesepakatan open sky menegaskan
tenggara, maka pembaca dapat mengetahui bahwa layanan udara yang kompetitif sangat
bagaimana implementasi kebijakan tersebut penting untuk mengembangkan perdagangan.
kepada negara-negara Asean, yang benyak Open sky diharapkan dapat menguntungkan
beranggotakan negara berkembang, dan konsumen dan meningkatkan pertumbuhan
dampak yang akan ditimbulkan dari ekonomi. Indonesia sebagai negara anggota
implementasi tersebut untuk negara Indonesia ASEAN dengan kawasan terbesar memiliki
sendiri. berbagai macam peluang dan tantangan. Pada
satu sisi, kita menyadari bahwa ASEAN yang
METODE PENELITIAN terintegrasi secara ekonomi menawarkan akses
Untuk memperoleh kebenaran suatu pasar yang lebih besar, dan peluang penyerapan
penelitian maka sangat diperlukan adanya data tenaga kerja yang lebih luas. Namun di sisi lain,
yang berisikan tentang fakta-fakta yang ada di dengan tingkat daya saing Indonesia yang
lapangan. Metode yang penulis gunakan dalam secara umum belum mampu bersaing dengan
perumusan penelitian ini yaitu metode negaranegara tetangga, sehingga menimbulkan
deskriptif kualitatif yang kemudian dibagi lagi kekhawatiran yang meluas dengan makin
kedalam dua metode yaitu, metode dekatnya tahun 2015. Pasar Indonesia yang
pengumpulan data dan metode analisis data. notabene merupakan pasar terbesar di ASEAN
Data dikumpulkan dengan menggunakan di khawatirkan akan lebih banyak dirambah
teknik Literatur. oleh pelaku-pelaku usaha dari negara tetangga.
Atas alasan tersebut, menjadi pertanyaan serta
HASIL PENELITIAN kekhawatiran sejumlah pihak sebenarnya
Dalam Bali Concord II telah disebutkan seberapa besar tantangan yang harus kita
bahwa citacita terbentuknya ASEAN Economic hadapi serta langkah apa saja yang harus
Community pada tahun 2015 adalah, angkutan dilakukan untuk turut mengambil manfaat dari
udara menjadi salah satu dari 12 (dua belas) kerjasama ASEAN tersebut. Dalam
sektor yang akan diintegrasikan pada tahun implementasi open sky bagi Indonesia, berikut
2010. Kekuatan dari negara-negara ASEAN ini ini berturutturut akan dijelaskan faktor-faktor
harus segera dipersatukan layaknya Eropa yang dapat menjadi peluang maupun tantangan
dengan Uni Eropa-nya untuk menghadapi dalam menghadapi open sky, dilihat dari segi
tantangan dan persaingan dari negara-negara ekonomi dan sosial.

4
mendirikan kantor penjualan di negara-negara
PEMBAHASAN yang turut menandatangani perjanjian tersebut.
Kerjasama open sky dapat dipandang 3. Pricing
sebagai sebuah rezim. Menurut Stephen Perjanjian open sky biasanya
Haggard, rezim merupakan sekumpulan memberikan fleksibilitas yang lebih besar
prinsip, norma, dan aturan yang bersifat kepada maskapai-maskapai untuk melakukan
eksplisit serta prosedur pengambilan keputusan penetapan harga.
atas suatu titik temu dari berbagai ekspektasi 4. Cooperative marketing arrangement
para aktor pada suatu bidang tertentu dalam Umumnya maskapai diijinkan untuk
hubungan internasional. Secara umum berbagi kode penerbangan atau melakukan
perjanjian ini menitikberatkan pada perjanjian leasing dengan maskapai dari
pembebasan ruang udara terbuka bagi setiap negara-negara yang ikut dalam perjanjian ini.
negara yang menyetujuinya. Mengingat di era 5. Disputeresolution
modern dengan tingkat mobilitas yang tinggi Umumnya perjanjian ini juga memuat
sudah dapa dipastikan industri jasa prosedur untuk menyelesaikan perbedaan-
penerbangan merupakan industri yang sangat perbedaan yang mungkin muncul selama
diminati, karena lebih cepat dan efisien. berjalannya perjanjian tersebut.
Perjanjian open sky umumnya mencakup 6. Charter market
beberapa ketentuan yang mengikat negara- Perjanjian ini juga memuat aturan yang
negara yang membuat perjanjian tersebut yaitu memberi kebebasan bagi pasar pesawat-
: ( Nurani, et, al: 2012) pesawat angkut sewa.
1. Open market 7. Safety and security
Perjanjian ini biasanya dicirikan dengan Pemerintah dari negara-negara yang
meninggalkan (secara menyeluruh atau parsial) menandatangani perjanjian tersebut setuju
batasan-batasan yang berhubungan dengan untuk menjalankan standar standar
rute-rute, jumlah maskapai yang diijinkan, penerbangan mengenai keselamatan dan
kapasitas, frekuensi dan tipe pesawat yang akan keamanan yang disetujui.
beroperasi. 8. Optional 7th freedom of cargo right
2. Level playing field Perjanjian open sky mengijinkan
Perjanjian open sky biasanya memuat maskapai dari negara-negara yang ikut serta
aturan yang mengijinkan maskapai yang dalam perjanjian ini untuk mengoperasikan
berdomisili di negara-negara berpartisipasi jasa kargo secara murni diantara negara
dalam perjanjian ini untuk berkompetisi secara anggota lainnya dan negara ketiga tanpa harus
adil dan setara. Misalnya, maskapai boleh

5
berhenti di negara asal dari maskapai kargo menengah dan diluar batas-batas, perjanjian
tersebut. seperti itu menyediakan fleksibilitas
Tujuan dari open sky menghapus segala operasional yang maksimal untuk partner
bentuk pelarangan di bidang layanan perserikatan perusahaan penerbangan.
penerbangan antar negara demi untuk Standarisasi ASEAN Open Sky
memajukan travel dan perusahaan perdagangan Pelaksanaan ASEAN open sky tentu
yang sedang berkembang, produktivitas, memiliki standarisasi dalam mengukur
kesempatan kerja dengan kualitas tinggi, dan kelayakan negara dalam menghadapi kebijakan
pertumbuhan ekonomi. ASEAN open sky tersebut. Dalam berbagai sumber penulis
dilaksanakan dengan cara mengurangi menemukan standarisasi ASEAN open sky di
interferensi pemerintah pada keputusan niaga seluruh dunia mengacu pada standar yang
perusahaan pengangkutan udara, ditetapkan oleh International Civil Aviation
membebaskan maskapaimaskapai penerbangan Organization (ICAO) selaku organisasi di
untuk menyediakan jasa pelayanan udara yang bawah naungan PBB dalam bidang industri
dapat dijangkau, nyaman, dan efisien.17 penerbangan. Ketentuan- ketentuan dalam
Dengan begitu memudahkan mobilitas ICAO terdapat di dalam 18 annex yang
penduduk diseluruh kawasan Asia Tenggara merupakan hasil dari pertemuan negara-negara
yang berdampak langsung pada perekonomian di dunia dalam konvensi Chicago
negara-negara Asia Tenggara baik itu dari segi 1944.19Selanjutnya, terdapat ICAO Doc. 9859
pariwisata, ekspor-impor, pengiriman jasa yang menyebutkan bahwa SMS is a systematic
kargo dan lain-lain. (Mujiono: 2015) approach to managing safety, including the
Open sky memperbolehkan perusahaan necessary organisational structures,
pengangkutan udara untuk membuat keputusan accountabilities, policies and
pada rute, kapasitas, dan harga, dan pilihan procedures.20Sebuah pendekatan sistematis
yang beragam untuk menyewa dan kegiatan untuk melakukan manajemen keselamatan
penerbangan lain termasuk hak-hak yang mencakup struktur organisasi,
codesharing yang tidak terbatas. akuntabilitas, kebijakan dan prosedur. Safety
Kebijakankebijakan open sky sangat sukses Management System adalah konsep ICAO yang
karena kebijakan tersebut berhubungan ditujukan bagi industri penerbangan, yang
langsungdengan globalisasi perusahaan pengawasannya dilakukan oleh otoritas
penerbangan. Dengan memperbolehkan akses penerbangan sipil di sebuah negara
tidak terbatas perusahaan pengangkutan udara berdasarkan ketentuan SARPs ICAO.
ke negara-negara pelaku/peserta penanda Definition of Safety as SMS ICAO Doc 9859 is:
tanganan dan akses tidak terbatas untuk the state in which the risk of harm to persons or

6
of property damage is reduced to, and FAA, selain Indonesia, antara lain adalah :
maintained at or below, an acceptable level Guyana, Nauru, Serbia,Zimbabwe dan Congo.
through a continuing process of hazard Kedua, Kategori satu atau Category 1,
identification and risk management. Definisi maksudnya adalah :Does Comply with ICAO
keselamatan sebagaimana tercantum dalam Standards: A country’s civil aviation authority
SMS ICAO Doc 9859 adalah keadaan di mana has been assessed by FAA inspectors and has
resiko yang dapat membahayakan seseorang been found to license and oversee air carriers
atau merusakkan aset kepemilikan dapat in accordance with ICAO aviation safety
dikurangi dan dipertahankan di tingkat yang standards.23Ketetapan standar ICAO telah
dapat diterima atau di bawahnya, melalui terpenuhi apabila:otoritas penerbangan
proses yang terus menerus dilakukan dalam sipilsuatu negaratelah dinilai oleh inspektur
menemukenali bahaya dan manajemen resiko. FAA dan telah memiliki lisensidan
(Hutagalung, et, al: 2018) pengawasan maskapai penerbangansesuai
Terdapat dua kategori sebagai tolak ukur dengan standar keselamatan penerbangan
sebuah negara dalam pemenuhan standar yang ICAO. (Setiyanti :2016)
telah ditetapkan oleh ICAO. Pertama,Kategori Upaya Indonesia dalam Menghadapi
dua atau Category 2, maksudnya adalah :Does ASEAN Open Sky 2015
not Comply with ICAO Standards: The Federal Selaku regulator dalam menghadapi
Aviation Administration assessed this ASEAN open sky 2015, pemerintah Indonesia
country’s civil aviation authority (CAA) and melakukan beberapa kebijakan dalam negeri
determined that it does not provide safety untuk melindungi maskapai penerbangan yang
oversight of its air carrier operators in ada di dalam negeri, pertama menentukan
accordance with the minimum safety oversight bandara yang akan digunakan dalam
standards established by the International Civil melakukan kebijakan open sky dan tentunya
Aviation Organization (ICAO).22 Ketetapan meningkatkan pelayanan Undang No.1 tahun
standar dari ICAO belum terpenuhi apabila : 2009 tentang penerbangan. Dalam undang-
The Federal Aviation Administration menilai undang ini diatur hal-hal yang berkaitan dengan
otoritas penerbangan sipil negara tersebut dan operasionalisasi bisnis penerbangan,
menentukan bahwa itu tidak memberikan khususnya mengatur perizinan perusahaan
pengawasan keamanan operator angkutan angkutan udara, peraturan standar keselamatan
udara sesuai dengan standar pengawasan penerbangan. Dalam hal perizinan pemerintah
keselamatan minimum yang ditetapkan oleh menetapkan bahwa untuk angkutan udara niaga
ICAO.Sebagai sekedar tambahan informasi, berjadwal perusahaan penerbangan harus
negara-negara yang masuk dalam kategori 2 memiliki paling sedikit lima unit pesawat

7
udara. Dengan memiliki lima unit pesawat pemberlakuan peraturan Internasional
udara diharapkan bisa mendukung pengelolaan wilayah udara sekitar bandara
kelangsungan usaha dengan rute yang dilayani Hang Nadim oleh Singapura membuat
dan dapat bersaing dengan maskapai asing. terpilihnya kelima bandara tersebut.. penetapan
Kedua, menghadapi regulasi ASEAN kelima bandara tersebut akan membagi pintu
open sky 2015 membuat pemerintah Indonesia masuk ke Indonesia lewat jalur barat, tengah
akan sangat membatasi jumlah bandar udara dan timur. ( Rachman: 2017)
yang akan diperbolehkan oleh penerbangan Ketiga, Kementerian Perhubungan pada
asing. Pemerintah melalui Kementrian Januari 2012 telah menerapkan kebijakan
Perhubungan yang bertindak sebagai regulator penggantian kerugian bagi penumpang pesawat
telah mengeluarkan peraturan Keputusan udara yang dinyatakan keberangkatannya
Menteri 11 Tahun 2010 tentang Tatanan mengalami penundaan lebih dari empat jam.
Kebandarudaraan Nasional (KM 11), selain itu Aturan resmi tersebut tertuang dalam Peraturan
pemerintah telah menetapkan lima bandara di Menteri Perhubungan Nomor 77/2011 (PM
Indonesia yaitu, Bandara Kualanamu (Medan), 77). Di dalam PM 77 mengatur tentang bagasi
Soekarno Hatta (Jakarta), Ngurah Rai (Bali), yang hilang sehingga mewajibkan untuk
Juanda (Surabaya) dan Sultan Hassanudin penggantian maksimal 4 juta rupiah, atau
(Makasar). Alasan pemilihan lima bandara 200.000 rupiah per kg. Bagasi dinyatakan
tersebut, karena dinilai sebagai bandara yang hilang apabila dalam kurun waktu 14 hari tidak
berada di daerah yang tingkat pertumbuhan dapat ditemukan. Kehilangan sementara bagasi
ekonomi relatif tinggi. Wilayah tersebut mendapat ganti rugi uang tunggu sebesar
dianggap terbesar dalam kuantitas penumpang 200.000 rupiah per hari (maksimal tiga hari).
dan kargo, baik dalam angkutan udara Dengan adanya PM 77 ini menandakan
domestik maupun luar negeri, lalu memiliki pemerintah ingin meningkatkan pelayanan
cakupan rute dalam dan luar negeri terbanyak, maskapai penerbangan yang beroperasi di
termasuk dilengkapi dengan fasilitas keamanan Indonesia dan melindungi hak konsumen.24
dan penerbangan terlengkap. Padahal Kebijakan-kebijakan tersebut merupakan
Indonesia masih memiliki beberapa bandara langkah konkrit pemerintah Indonesia dalam
yang dinilai memadai seperti bandara Hang mempersiapkan diri menghadapi kebijakan
Nadim di Batam, bandara Seipinggan di ASEAN open sky 2015. Dengan adanya
Balikpapan dan bandara Internasional Lombok kebijakan-kebijakan yang mendukung
di Lombok, namun dinilai karena kurang penyelenggaraan serta tidak lupa pemerintah
strategis seperti di Batam yang terlalu dekat memperhatikan kelangsungan maskapai-
dengan Singapura serta Malaysia dan maskapai dalam negeri yang perlu dilindungi

8
agar tidak kalah bersaing, maka kebijakan- Ketiga, Kementerian Perhubungan pada
kebeijakan dalam negeri hendaknya berpihak Januari 2012 telah menerapkan kebijakan
pada kepentingan nasional. (Silalahi, et, al: penggantian kerugian bagi penumpang pesawat
2013) udara yang dinyatakan keberangkatannya
mengalami penundaan lebih dari empat jam.
KESIMPULAN DAN SARAN
REFERENSI
Kerjasama open sky dapat dipandang
Fajria, Devi, 2015, Gagasan Asean Open Skies
sebagai sebuah rezim. Perjanjian open sky
Di Indonesia Dan Kaitannya Dengan
umumnya mencakup beberapa ketentuan yang
Kedaulatan Wilayah Udara Indonesia,
mengikat negara-negara yang membuat
Jurnal JOM Fakultas Hukum Volume II
perjanjian tersebut yaitu: Open market, Level
No. II Oktober 2015
playing field, Pricing, Cooperative marketing
Forsyth, P, et al, 2004. Preparing Asean For
arrangement, Disputeresolution, Charter
Open Sky ( AADCP Regional Economic
Market, safety and Security, dan Optional 7th
Policy Support facility Research Project
freedom of cargo right. . Dalam berbagai
02/008I). Malaysia: Monash Internatio-
sumber penulis menemukan standarisasi
nal Pty Ltd Final Report.
ASEAN open sky di seluruh dunia mengacu
Hew, Denis. 2005. Introduction: Roadmap to
pada standar yang ditetapkan oleh
an ASEAN Economic Community dalam
International Civil Aviation Organization
Roadmap to an ASEAN Economic
(ICAO) selaku organisasi di bawah naungan
Community. Singapore : Istitute of South
PBB dalam bidang industri penerbangan.
East Asian Studies. Kementrian
Ketentuan- ketentuan dalam ICAO terdapat di
Perdagangan Indonesia. Buletin KPI,
dalam 18 annex yang merupakan hasil dari
Edisi 005/KPI/2010. Jakarta :
pertemuan negara-negara di dunia dalam
Kementrian Perdagangan Indonesia.
konvensi Chicago 1944.
Hutagalung, et al, 2018, Kebijakan “Open Sky”
Upaya-upaya yang diambil oleh Indonesia
Terhadap Pertumbuhan Industri
adalah, pertama menentukan bandara yang
Penerbangan, Kajian Perspektif Hukum
akan digunakan dalam melakukan kebijakan
Dan Kerjasama Internasional:
open sky dan tentunya meningkatkan pelayanan
Indonesia, Malaysia Dan Vietnam, Jurnal
Undang No.1 tahun 2009 tentang penerbangan.
Asia Pacific Studies, Volume 2 Number
Kedua, menghadapi regulasi ASEAN open sky
1/ January - June 2018
2015 membuat pemerintah Indonesia akan
Mujiono, Dadang, 2015, Tantangan Industri
sangat membatasi jumlah bandar udara yang
Penerbangan Indonesia Menuju ASEAN
akan diperbolehkan oleh penerbangan asing.
9
Open Sky Policy, Jurnal Hubungan
Internasional, Interdependence, Vol. 3
No. 1 Januari-April 2015
Nurani, Brillian, dan Prabhawati, 2012, Peluang
dan Tantangan Indonesia Terhadap ASEAN
Multilateral Agreement On Air Services 2009
(ASEAN Open Sky Policy), Artikel Ilmiah
hasil Penelitian Mahasiswa 2012
Rachman, et al, 2017, Kebijakan Penetapan Rute
Penerbangan pada era Asean Open Sky
2015, Jurnal managemen transportasi dan
Logistik, Vol. 04, No. 03, November 2017
Setiyanti, Dini, 2016, Potensi Ancaman Asean
Open Sky policy 2015 Terhadap
Keamanan Nasional Indonesia, Jurnal Of
Journal of International Relations,
Volume 2, Nomor 4, Tahun 2016, hal.
10-18
Silalahi, Sahat, dan wirabrata, Achmad, 2013,
Strategi Dalam Menghadapi Asean Open Sky
2015, Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Publik,
Vol.4 No.1, Juni 2013

10

Anda mungkin juga menyukai