Anda di halaman 1dari 45

3.3.6.

Gambaran Umum Wilayah Perbatasan Sulawesi Utara Provinsi Sulawesi Utara adalah wilayah provinsi di ujung utara Pulau Sulawesi, berbatasan langsung dengan Negara Filipina. menjadi Provinsi Daerah Tingkat I. daerah bangsa. Pada tahun 2000, Wilayah Administrasi Provinsi Sulawesi Utara terdiri dari 5 Kabupaten dan 3 Kotamadaya yaitu : Kabupaten Minahasa, Bolaang Mongondow, Gorontalo, Sangihe dan Talaud, Boalemo serta Kotamadya Manado, Bitung dan Gorontalo. Selanjutnya seiring dengan nuansa reformasi dan otonomi daerah, maka telah dilakukan pemekaran wilayah dengan terbentuknya Provinsi Gorontalo sebagai hasil pemekaran dari Provinsi Sulawesi Utara melalui Undang-undang Nomor 38 Tahun 2000. Dengan demikian, wilayah Provinsi Sulawesi Utara setelah pemekaran provinsi meliputi : Kabupaten Sangihe dan Talaud, Kabupaten Minahasa, Kabupaten Bolaang Mongondow, Kota Manado dan Kota Bitung. Hingga saat ini telah terjadi pemekaran kabupaten dengan ketambahan kabupaten baru yaitu Kabupaten Talaud berdasarkan Undang-undang Nomor 8 Tahun 2002 serta Kabupaten Minahasa Selatan dan Kota Tomohon berdasarkan Undang-undang Nomor 10 Tahun 2003, dan Kabupaten Minahasa Utara berdasarkan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2003. Saat ini Provinsi Sulawesi Utara sudah memiliki 15 (tiga belas) daerah otonom, masing-masing 11 (sembilan) kabupaten dan 4 (empat) kota, yaitu: 1. 2. 3. 4. Kabupaten Kep. Sangihe Kabupaten Kep. Talaud Kabupaten Kep. Siau Tagulandang Biaro Kabupaten Minahasa Utara ini beberapa kali Provinsi ini memiliki latar belakang sejarah yang cukup panjang sebelum ditetapkan Dalam sejarah pemerintahannya, perubahan administrasi mengalami

pemerintahan seiring dengan dinamika penyelenggaraan pemerintahan

5. 6. 7. 8. 9.

Kabupaten Minahasa Kabupaten Minahasa Selatan Kabupaten Minahasa Tenggara Kabupaten Bolaang Mongondow Kabupaten Bolaang Mongondow Utara

10. Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan 11. Kabupaten Bolaang Mongondow Timur 12. Kota Manado 13. Kota Bitung 14. Kota Tomohon 15. Kota Mobagu 3.3.6.1.Kondisi Umum Wilayah Makro Wilayah Provinsi Sulawesi Utara berbatasan dengan sebelah : Utara Barat Selatan Timur : Negara Philipina, dan Laut Pasific : Provinsi Gorontalo : Teluk Tomini : Laut Maluku

Secara fisik wilayah Provinsi Sulawesi Utara terdiri dari wilayah daratan dan wilayah kepulauan dengan panjang garis pantai kurang lebih 1.837 km. Sulawesi Utara memiliki posisi strategis karena berhadapan langsung dengan kawasan Asia Timur (Cina, Jepang, Korea Selatan, Taiwan, ASEAN) dan Pasifik yang menjadi pusat perdagangan dan pertumbuhan ekonomi regional. Kondisi ini menciptakan iklim yang menarik bagi para wisatawan, pelaku bisnis, dan para investor domestik dan internasional untuk berkunjung di Sulawesi Utara. Posisi semenanjung wilayah Sulawesi Utara yang terletak di tepian Samudra Pasifik, diapit oleh 2 (dua) Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI II) yang melewati Selat Makassar antara Pulau Kalimantan dan Pulau Sulawesi, dan ALKI III yang melewati Laut Maluku antara Pulau

Sulawesi dan Kepulauan Maluku Utara dan Maluku. Posisi strategis ini menciptakan keunikan dan keunggulan khusus bagi Sulawesi Utara karena sangat dekat dengan pasar Asia Timur dan Pasifik. Posisi strategis dan keunggulan pelabuhan Bitung di kawasan Pasifik memperlihatkan ada perbedaan dari aspek jarak, jam, hari, dan biaya antara pelabuhan Bitung dibandingkan dengan Pelabuhan Tanjung Priok dan Singapura untuk pelabuhan tujuan Kaohsiung (Taiwan), Hongkong, Shanghai, Busan (Korsel), Tokyo, dan Los Angeles. Dilihat dari aspek jarak dan waktu, pelabuhan Bitung jauh lebih dekat dan lebih pendek waktunya untuk akses ke beberapa pelabuhan utama di Asia Timur dan Pasifik. Demikian juga dilihat dari aspek biaya kapal, jauh lebih murah dari pelabuhan Bitung dibandingkan dari pelabuhan Tanjung Priok dan Singapura. Jadi pelabuhan Bitung jauh lebih efisien untuk menjangkau beberapa pelabuhan utama di Asia Timur dan Pasifik. Sulawesi Utara memiliki jaringan logistik laut dari pelabuhan Bitung yang efisien untuk menjangkau pasar di kawasan Pasifik dan Asia Timur, dapat meningkatkan daya saing produk Indonesia di pasar global dengan pelayaran langsung dari pelabuhan Bitung ke pelabuhan luar wilayah Indonesia. Walaupun sampai saat ini, pelayaran dari pelabuhan Bitung ke negara tujuan ekspor masih dalam bentuk tidak terjadwal. Belum berkembangnya pelayaran langsung internasional dari pelabuhan Bitung, disebabkan oleh terbatasnya ketersediaan Ocean Going Container, Main Line Operator (MLO), dan kemampuan PT. Pelindo IV untuk membangun pelayaran langsung internasional dari Bitung. Umumnya yang menggunakan jasa pelayaran langsung ke Singapura adalah exportir kelas menengah dan kecil. Biaya pengiriman per kontainer bisa lebih murah antara US$250-US$300, dibandingkan dengan pengiriman melalui Jakarta atau Surabaya. Untuk memudahkan perusahaan pelayaran Swire beroperasi di pelabuhan Bitung, PT. Pelindo memberikan keringanan untuk pembayaran sewa container yard. Hanya saja insentif ini tidak berlangsung lama, hanya sekitar sekitar 3 bulan.

Insentif yang diberikan tidak sebanding dengan biaya untuk mereposisi ocean going container dari Singapura ke Bitung. Pelayaran langsung ini akhirnya hanya berlangsung kurang dari 3 tahun, disebabkan pelayanan dan insentif yang diberikan pelabuhan Bitung kalah bersaing dengan pelabuhan Madang (PNG), dimana jalur pelayaran ini berawal dari Madang-Bitung-Singapura. Selain diberikan insentif yang memadai, jumlah kontainer berkembang semakin pesat dan ruang kosong yang tersedia dalam kapal semakin berkurang untuk menampung kontainer yang dimuat dari pelabuhan Bitung. Indonesia melakukan pembangunan ekonomi dengan pendekatan growth centre di mulai dari Jakarta dan berkembang di pulau Jawa, sebagian besar komoditas ekspor tradisional dari Indonesia Timur harus melalui pelabuhan Tanjung Perak dan Tanjung Priok yang sudah terbatas daya dukungnya, sehingga terjadi penumpukan dan kemacetan (congested). Jadi komoditas ekspor dari luar Jawa seperti harus melewati jaringan pipa kecil yang sudah mengecil dan kadang-kadang tersumbat (bottleneck). Era Pasifik, Sulawesi Utara dan beberapa provinsi di Kawasan Timur bagian utara bukan lagi berada di wilayah pinggiran (periphery) Jakarta, tetapi kawasan timur bagian utara Indonesia berada di centrum peredaran perdagangan dunia dan pertumbuhan ekonomi dunia, ketika peta Indonesia diperluas pada peta dunia. Peluang ini membuktikan bahwa Sulawesi Utara Sebagai Pintu Gerbang Indonesia ke Asia Timur dan Pasifik bukan sebuah impian, melainkan sebuah solusi bagi Pemerintah Daerah dan masyarakat Sulawesi Utara pada khususnya dan Indonesia pada umumnya seperti yang telah diprediksi Dr. Sam Ratulangi (1936) pada beberapa puluh tahun lalu. Peningkatan peran aktif dalam perdagangan dunia, oleh Pemerintah Daerah Sulawesi Utara secara langsung maupun tidak langsung melalui kerjasama regional yang terintegrasi dan terpadu seperti BIMP-EAGA, ASEAN, EAST ASIA, dan APEC perlu dioptimalkan. Singkatnya, Sulawesi Utara berada pada

posisi sangat strategis untuk mengoptimalkan perdagangan bebas di kawasan Asia Timur dan Pasifik. Kerjasama Regional Kerjasama regional yang terjalin di provinsi Sulawesi Utara adalah sebagai berikut: 1. Kerjasama Luar Negeri a. Brunei Darussalam-Indonesia-Malaysia-Philippines East ASEAN Growth Area (BIMP-EAGA) Kerja sama Brunei Darussalam-Indonesia-Malaysia-Philippines East ASEAN Growth Area (BIMP-EAGA) dibentuk secara resmi pada Pertemuan Tingkat Menteri (PTM) ke-1 di Davao City, Filipina pada Tanggal 26 Maret 1994. BIMP-EAGA adalah kerjasama sub-regional yang bertujuan untuk meningkatkan Trade Tourism and Investment (TTI). Pertemuan tertinggi BIMP-EAGA adalah Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) kemudian Pertemuan Tingkat Menteri, Pertemuan Tingkat Pejabat Senior, dan pertemuan teknis di bawah SOM. Pertemuan teknis di bawah SOM terdiri atas cluster dan task force, yaitu: (a) Cluster on Natural Resources Development, diketuai oleh Indonesia (b) Cluster on Transport, and Infrastructure, and Information, (TIICTD), Communication, Technology Development

diketuai oleh Brunei Darussalam (c) Cluster on Joint Tourism Development (JTD), diketuai Malaysia (d) Cluster on Small and Medium Enterprises Development (SMED), diketuai oleh Filipina. (e) Task Force on Customs, Immigration, Quarantine, and Security, diketuai oleh Filipina. b. Coral Triangle Initiative (CTI) CTI merupakan tindak lanjut dari gagasan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang disampaikan di sela-sela Convention on Biological Diversity (CBD) ke-8 di Brazil Tahun 2006 didasari kenyataan bahwa perairan Indonesia dan kawasan di sekitarnya merupakan habitat bagi highest level of coral diversity (setidaknya terdapat 5000 lebih jenis coral), sehingga dengan

sendirinya memiliki kekayaan sumber daya hayati yang besar. CTI dikembangkan untuk membentuk mekanisme kerjasama antar negara-negara yang memiliki tujuan dan pandangan yang sama mengenai pengelolaan lingkungan hidup dan mempertahankan kesinambungan sumberdaya alam laut di kawasan Coral Triangle yang mencakup 6 negara: Indonesia, Filipina, Malaysia, Timor Laste, PNG, dan Kepulauan Solomon. 2. Kerjasama Provinsi-Provinsi Kepulauan Provinsi-provinsi kepulauan memiliki lembaga kerjasama yaitu Badan Kerjasama Provinsi Kepulauan dimana terdiri dari Provinsi: Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Utara, Kepulauan Riau, Kepulauan Bangka Belitung, Maluku Utara, dan Maluku. Sebagai tindak lanjut dari Kesepakatan Ternate Tahun 2008 tentang masalah yang berkaitan dengan Kerjasama Antar Daerah, maka Dewan, disepakati dan hal-hal yang meliputi Pelabuhan peningkatan di dan pengembangan komoditas rumput laut, percepatan pembentukan Badan Pengelola masing-masing pelabuhan di daerah untuk efisiensi pengelolaan pelabuhan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan, pengembangan industri pariwisata (wisata bahari, community based ecotourism, keunggulan lokal), dan penyiapan paket wisata bersama, pengembangan, dan pengelolaan kawasan konservasi laut daerah (KKLD) dan ekosistem laut lainnya, penyusunan rencana zonasi dan aksi masing-masing daerah, serta komitmen melaksanakan program dan pembiayaan yang telah disepakati bersama. Ekosistem Wilayah Provinsi Sulawesi Utara dipengaruhi oleh letak geografisnya yang terdiri dari dua ekosistem utama, yaitu daratan (terestrial) dan perairan (estuaria). Sebagian besar wilayah daratan Sulawesi Utara terdiri dari pegunungan dan bukit-bukit diselingi oleh lembah yang membentuk dataran. Dataran rendah dan tinggi Sulawesi Utara secara potensial mempunyai nilai ekonomi bagi para penghuninya,

terutama dalam komoditas pertanian (padi dan sayur-mayur) dan perkebunan (kelapa, cengkeh, pala, kopi, dan vanili). Beberapa dataran yang terdapat di Sulawesi Utara antara lain Tondano (2.850 ha), Langowan (2.381 ha), Modoinding (2.350 ha), Tompaso Baru (2.587 ha) di Kabupaten Minahasa; Taruna (265 ha) di Sangihe Talaud; Dumoga (21.100 ha), Ayong (2.700 ha), Sangkub (6.575 ha), Tungoi (8.020 ha), Poigar (2.440 ha), Molibagu (3.260 ha), Bintauna (6.300 ha) di Bolaang Mongondow. Gunung-gunung terletak berantai dengan ketinggian di atas 1000 m dari permukaan laut (dpl). Beberapa gunung yang terdapat di Provinsi Sulawesi Utara, yaitu G. Klabat (1895 m) di wilayah Minahasa Utara, G. Lokon (1579 m) dan G. Mahawu (1331 m) di wilayah Kota Tomohon, G. Soputan (1789 m) di wilayah Minahasa, G. Dua Saudara (1468 m) di wilayah Kota Bitung, G. Awu (1784 m), G. Ruang (1245 m), G.Karangetan (1320 m), G. Dalage (1165 m) di wilayah Sangihe dan Talaud, G. Ambang (1689 m), G. Gambula (1954 m), G. Batubulawan (1970 m), G. Kapoya (1.112 m) di wilayah Bolaang Mongondow. Jumlah keseluruhan gunung yang tersebar di Kabupaten Bolaang Mongondow adalah 41 (empat puluh satu) gunung, lalu diikuti oleh Kabupaten Minahasa sebanyak 16 (enam belas) gunung dan di Kabupaten Sangihe dan Talaud sebanyak delapan (8) gunung. Provinsi Sulawesi Utara dialiri 30 (tiga puluh) buah sungai. Di Kabupaten Bolaang Mongondow mengalir 18 (delapan belas) sungai dengan panjang keseluruhan 472,4 km, dimana Sungai Dumoga adalah sungai terpanjang (87,2) km. Di Kabupaten Minahasa, Minahasa Selatan dan Minahasa Utara terdapat 12 (dua belas) sungai dengan panjang sungai keseluruhan 362,7 km, dimana sungai terpanjang adalah Sungai Poigar (54,2) km. Sungai Tondanooutlet di Danau Tondano yang terletak di Kabupaten Minahasa, alirannya sampai ke muara melewati Kabupaten Minahasa Utara dan Kota Manado. Peran Sungai Tondano untuk pengembangan infrastruktur publik sangat berarti, terutama terhadap pemakaian air dan listrik sangat dipengaruhi debit air Sungai Tondano.

Sulawesi Utara sendiri memiliki 16 (enam belas) Daerah Aliran Sungai (DAS), yaitu DAS Tondano, DAS Kosibidan, DAS Sangkup, DAS Ranoyapo, DAS Pororosen, DAS Poigar, DAS Ongkak Mongondow, DAS Nuangan, DAS Ranowangko/Nimangan, DAS Likupang, DAS Buyat, DAS Bolangitang, DAS Ayong, DAS Andegile, DAS Dumoga dan DAS Bone (berdasarkan Peta Pembagian DAS Sulawesi Utara). Terdapat 17 (tujuh belas) danau yang tersebar mulai dari Kabupaten Bolaang Mongondow (8 danau) dengan luas keseluruhan 998 hektar, dengan danau terluasnya Danau Moat (617 hektar). Di Minahasa terdapat delapan 8 danau dengan luas keseluruhan 4.415 ha, dimana danau terluas adalah Danau Tondano (4.278 hektar). Di Sangihe Talaud terdapat sebuah danau, yaitu Danau Makalehi dengan luas 56 hektar. Keanekaragaman hayati tinggi di pesisir dan laut juga dimiliki oleh Sulawesi Utara. Flora dan fauna yang terdapat di pesisir seperti habitat bakau, padang lamun dan juga yang terdapat di laut seperti teripang, udang barong, ikan hias, dll memiliki nilai ekonomi tinggi. Taman Nasional Bunaken, Taman Nasional Dumoga Bone adalah sumbersumber daya yang sangat potensial sebagai obyek wisata dan peranan ekologis. Sektor perikanan Sulawesi Utara juga termasuk salah satu sektor unggulan provinsi ini. Sulawesi Utara merupakan pusat pengembangan industri perikanan sejak 2001, pemerintah setempat melaksanakan Gerakan Pengembangan Komoditas Unggulan Berbasis Agribisnis (Gerbang Kuba) meliputi industri ikan tuna, cakalang dan layang. Selain itu juga dikembangkan, Daerah Perlindungan Laut yang Berbasis Masyarakat (DPL-BM) yang ada di Kabupaten Minahasa Selatan (Desa Blongko), di Kabupaten Minahasa Tenggara (Desa Bentenan dan Desa Tumbak) dan di Kabupaten Minahasa Utara (Pulau Talise).

Luas hutan di Sulawesi Utara mencapai 788.691,88 ha1. Fungsi hutan itu dibagi menjadi: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Hutan Lindung: 175.958,33 ha, (22,3% luas kawasan hutan/11,1% luas provinsi); Cagar Alam (CA): 16.853 ha (2,1% luas kawasan hutan/1,1% luas provinsi); Suaka Taman Margasatwa Nasional (SM): 31.095 ha ha (3,9% (47,7% luas luas kawasan kawasan hutan/2,0% luas provinsi); (TN): 266.180 hutan/23,6% luas provinsi) Taman Wisata Alam (TWA): 1.250 Ha (0,2% luas kawasan hutan/0,1% luas provinsi); Hutan Produksi (HP): 67.423,55 ha, (8,5% luas kawasan hutan/4,2% luas provinsi); Hutan Produksi Terbatas (HPT) seluas 219.908,86 ha, (26,6% luas kawasan hutan/13.2% luas provinsi); dan Hutan Produksi Konversi (HPK): 14.643,40 ha (1,9% luas kawasan hutan/0,9% luas provinsi). Penggunaan lahan untuk kawasan budidaya adalah penggunaan lahan di luar kawasan lindung yang kondisi fisik dan potensi sumber daya alamnya dapat dan perlu dimanfaatkan baik bagi kepentingan produksi maupun pemenuhan kebutuhan masyarakat dan permukiman. Kawasankawasan budidaya tersebut meliputi Kawasan Hutan Produksi, Kawasan Pertanian, Kawasan Pertambangan, Kawasan Industri, Kawasan Pariwisata, dan Kawasan Permukiman. Sosial Ekonomi Struktur Ekonomi Provinsi Sulawesi Utara didasarkan pada 3 (tiga) sektor utama, yaitu:

sektor primer yang terdiri dari (1) Pertanian, (2) Pertambangan dan
Penggalian;

Sumber: BPKH tahun 2006; Sk Menhutbun No.452/Kpts-II/99 tanggal 17 Juni 1999

sektor sekunder yang terdiri dari (1) Industri, (2) Listrik, Gas dan
Air, (3) Bangunan;

sektor tertier yang terdiri dari (1) Perdagangan, Hotel dan


Perusahaan, (2) Angkutan dan Komunikasi, (3) Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan, dan (4) Jasa-jasa.

Sektor tertier mendominasi struktur perekonomian Provinsi Sulawesi Utara. Sektor sekunder cenderung meningkat namun sektor primer Dalam perkembangan selanjutnya, gejala cenderung menurun.

transformasi struktur perekonomian Provinsi Sulawesi Utara akan terus menjadi kenyataan sebagai ciri pertumbuhan ekonomi yang terus mencari keseimbangan antara pertanian primer dan industri yang bertalian dengan pertumbuhan ekonomi dan peningkatan jumlah penduduk. Hal ini akan berdampak pada penyediaan lapangan kerja, perubahan preferensi dan berbagai kebutuhan sosial ekonomi yang turut serta meningkat sebagai pengaruh perkembangan teknologi dan informasi dalam tatanan global.

Sosial Budaya Budaya masyarakat Sulawesi Utara sangat dipengaruhi oleh karakter masyarakat yang terdiri dari: Suku Minahasa, Suku Sangihe, Suku Talaud, Suku Bolaang, dan Suku Mongondow. Masing-masing kelompok etnis tersebut masih terbagi pula dalam sub etnis yang memiliki bahasa daerah, tradisi, dan norma-norma kemasyarakatan yang khas serta diperkuat semangat Mapalus, Mapaluse, dan Moposad. Dilihat dari unsur budaya bahasa, maka Sulawesi Utara memiliki tiga jenis bahasa daerah yaitu:

a. b. c.

Bahasa

Minahasa

(Toulour,

Tombulu,

Tonsea,

Tontemboan,

Tonsawang, Pasan, Ponosakan, dan Bantik). Bahasa Sangihe dan Talaud (Sangir Besar, Siau, dan Talaud). Bahasa Bolaang dan Mongondow (Boroko, Bolangitang, Bolaang, Mongondow, Mongondow). Namun demikian Bahasa Indonesia adalah Bahasa Nasional yang digunakan dan dimengerti dengan baik oleh sebagian besar penduduk Sulawesi Utara. Agama yang dianut oleh penduduk di Provinsi Sulawesi Utara adalah Protestan, Katolik, Islam, Hindu, Budha, dan Konghucu. Seni Budaya di Sulawesi Utara cukup berkembang yang tersebar di masyarakat luas. Hal ini dikembangkan melalui program menggali, menginventarisasi keunggulan, dan keragaman seni budaya yang dikemas dalam pelaksanaan festival seni budaya berskala nasional dan internasional. Dikembangkan dengan kerjasama sektor terkait dan organisasi masyarakat.
Indikator Perkembangan Seni dan budaya Provinsi Sulawesi Utara, Tahun 20062009
Indikator Benda Cagar Budaya Juru Pelihara Museum Organisasi Seniman Jenis Kesenian 2006 52 57 1 105 232 14 2007 52 57 1 120 310 20 2008 52 57 1 120 310 20 2009 52 57 1 120 310 20

Bintauna,

Kaidipang,

Bolango,

dan

Bantik

Sumber: Dinas Kebudayaan Da Periwisata Provinsi Sulawesi Utara, 2010

Objek wisata Sulawesi utara telah ditetapkan sebagai satu dari lima daerah tujuan wisata dan satu dari 10 daerah yang dapat menyelenggarakan Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition (MICE). Objek-objek wisata yang cukup menarik diantaranya: 1. Wisata Bahari antara lain Taman Laut Bunaken, Pulau Siladen, Mantehage, dan Hamparan Taman Laut Di Sangihe Talaud, dan Bolaang Mongondow.

2.

Wisata alam antara lain Taman Nasional Dumoga Bone di Bolaang Mongondow, Cagar Alam Tangkoko Batu Angus di Bitung, Danau Tondok, Gunung Ambang di Bolaang Mongondow, dan Sumaru Endo di Danau Tondano.

3. 4. 5.

Wisata Peninggalan Sejarah Budaya Berupa Kuburan Tua/Waruga Di Sawangan, dan Gua Peninggalan Jepang Di Kawangkoan. Wisata religi antara lain Bukit Kasih Kanonang, Jalan Salib Tomohon, dan Bukit Doa Pinaling. Wisata Pantai antara lain Pantai Tasik Ria, Pantai Kalasei, Pantai Hais, Pantai Kora-Kora, Pantai Tanjung Merah Di Minahasa, Pantai Molas Di Manado, Pantai Molosing dan Labuan Uki Di Bolaang Mongondow.

6.

Wisata pemandian air panas banyak tersebar di Kabupaten Minahasa bagian tengah seperti di Tondano, Remboken, Passo, dan Langowan.

7.

Wisata Tirta, untuk jenis wisata Ini dapat dinikmati pada hampir semua Sungai dan Danau yang ada di daerah Ini, seperti Danau Tondano dan Das Tondano serta Danau Moat di Kabupaten Minahasa.

Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata RI telah menetapkan Sulawesi Utara sebagai salah satu dari lima destinasi wisata unggulan di Indonesia. Salah satu yang menjadi unggulan Sulawesi Utara adalah keunikan seni dan budaya daerah yang dimiliki, seperti Musik Kolintang, Musik Bambu, Tari Maengket, Tari Kabasaran, Tari Tuitan, Tari Wella, Tulude, Masamper, dsb. Dalam rangka melestarikan seni budaya daerah dan mengembangkannya sebagai daya tarik wisata, maka pemerintah membuat paket-paket wisata ataupun pergelaran-pergelaran seni budaya, seperti Festival Bunaken, pemilihan Nyong-Noni Sulawesi Utara, dll. yang Pelestarian bergerak seni di budaya dan pengembangannya Selain itu, dilakukan dilakukan bekerjasama dengan pihak-pihak swasta atau organisasi masyarakat bidang kepariwisataan. perencanaan dan pembangunan museum atau pusat seni budaya daerah. Demikian pula peran tenaga-tenaga ahli dan kaum profesional

di bidang kebudayaan dan pariwisata sangat diperlukan dimana mereka membutuhkan peningkatan kemampuan SDM dan penguasaan IPTEK. Hal ini akan menjadi sangat penting untuk pelestarian, pengembangan, dan promosi seni budaya daerah. Adapun beberapa upaya pemerintah dalam mempromosikan pariwisata daerah Sulawesi Utara meliputi pembentukan Badan Promosi Pariwisata Daerah pada 2009, berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, kerjasama berupa Memorandum of Understanding dengan Provinsi Bali (paket wisata, promosi pariwisata), pembuatan paket-paket wisata lokal, promosi seni budaya ke mancanegara berupa pergelaran-pergelaran lokal daerah yang dibawa ke pentas internasional, dan pembuatan Branding Sulawesi Utara yang representatif untuk diusung ke dunia Internasional. Pembangunan kepariwisataan ditujukan pada peningkatan kemampuan untuk menggalakkan kegiatan ekonomi dan meningkatkan citra Sulawesi Utara sebagai destinasi wisata dunia, meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal, serta memberikan perluasan kesempatan kerja utamanya disektor community based ecotourism. Pengembangan kepariwisataan memanfaatkan keragaman wisata bahari sebagai potensi ekowisata berbasis marine tourism, edutainment, serta mendorong kegiatan ekonomi yang terkait dengan pengembangan kesenian dan budaya daerah yang melibatkan berbagai sektor. Kegiatan pariwisata diharapkan mampu membuka lapangan kerja, peningkatan pendapatan bagi pemerintah dan masyarakat di daerah wisata serta penerimaan devisa bagi Negara. Indikator kegiatan kepariwisataan di Sulawesi Utara tercermin dari jumlah wisatawan baik asing maupun nusantara. Jumlah wisatawan asing Tahun 2007 tercatat 25.141 orang, meningkat menjadi 32.760 orangTahun 2008, dan memuncak menjadi 51.977 orang Tahun 2009. Patut dicatat lonjakan kunjungan wisatawan asing terjadi bersamaan dengan penyelenggaraan World Ocean Conference dan Sail Bunaken di Sulawesi Utara.

Untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas infrastruktur dan sarana penunjang ke objek wisata perlu adanya koordinasi dan dukungan anggaran dari SKPD terkait bersama Pemerintah Kabupaten Kota serta kerja sama dengan berbagai stakeholder kepariwisataan termasuk investor untuk pembangunan infrastruktur kepariwisataan. Akses pariwisata internasional dan nasional ke Sulawesi Utara saat ini melalui 2 jalur utama yaitu Bandara Internasional Sam Ratulangi Manado dan Pelabuhan Internasional Bitung. Untuk Bandara Internasional Sam Ratulangi direncanakan akan ditingkatkan fasilitas dan pelayanannya. Selain itu sedang dirintis pembukaan dan pembukaan kembali jalur-jalur penerbangan internasional yang baru, seperti Manado-Goanzhou, Manado-Kuala Lumpur, Manado-Davao dan Manado-General Santos. Demikian pula, peningkatan frekuensi penerbangan baik penerbangan domestik maupun penerbangan internasional. Penting untuk dikaji dalam rangka pengembangan destinasi pariwisata di Sulawesi Utara, di perlukan pengembangan paket pariwisata kewilayahan dengan memperhatikan potensi objek wisaya yang ada misalkan Bunaken Marine Park, Bunaken-Lembeh-Likupang-Makelehi. Pelabuhan Internasional Bitung, meningkat statusnya sebagai

International Hub Port. Demikian pula, akan ditingkatkan fasilitas dan infrastruktur pelabuhan, seperti pembangunan terminal kapal pesiar internasional untuk memperluas akses/jalur kapal pesiar internasional, pengembangan dermaga kapal, dan peningkatan jumlah fasilitasfasilitas lainnya seperti crane. Dilihat dari segi keamanan, pengawasan, dan kewaspadaan di Bandara Internasional Sam Ratulangi dan Pelabuhan Intenasional Bitung, telah tercipta situasi yang kondusif atas dukungan aparat keamanan. Hal ini ditunjukkan dengan pemberdayaan Polisi Pariwisata dalam bentuk kerjasama antara Kepolisian Daerah dengan manajemen Bandara Internasional Sam Ratulangi dan Pelabuhan Internasional Bitung yang berlangsung dengan baik.

Tidak terdapat badan promosi pariwisata, sehingga peran dan fungsi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata harus dimantapkan untuk bisa melaksanakan promosi pariwisata baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Promosi pariwisata akan berhasil jika ditunjang dengan peningkatan dan pelaksanaan kualitas pelayanan industri pariwisata melalui penambahan akses penerbangan internasional, pembangunan terminal kapal pesiar internasional, pusat seni dan kebudayaan, pusat souvenir khas, pembenahan museummuseum dan pusat informasi pariwisata. Kerjasama promosi pariwisata dengan provinsiprovinsi sekitar serta ke manca Negara sangat berguna untuk pengembangan Provinsi Sulawesi Utara sebagai pintu gerbang pariwisata Indonesia bagian Timur. Menjaga kenyamanan pengunjung objek-objek wisata perlu dilakukan melalui pembenahan sarana dan prasarana seperti tempat peristirahatan, wc umum, jalan menuju lokasi wisata, sarana dan prasarana. Ruang terbuka umum untuk publik perlu adanya peningkatan pemeliharaan demi kenyamanan bagi masyarakat dalam memanfaatkan fasilitas ruang terbuka untuk umum. 3.3.6.2.Kondisi Umum Wilayah Mikro (Kabupaten Kepulauan Talaud) Kabupaten Kepulauan Talaud merupakan bagian integral dari Propinsi Sulawesi Utara, beribukota Melonguane yang berjarak sekitar 271 mil laut dari Ibukota Propinsi Sulawesi Utara yaitu Manado, terletak antara 33800- 53300 Lintang Utara dan 1263800-1271000 Bujur Timur, di mana batas administrasi Kabupaten Kepulauan Talaud adalah sebagai berikut : Sebelah Utara Sebelah Timur Sebelah Barat : Berbatasan dengan Negara Philipina : Berbatasan dengan Lautan Pasifik : Berbatasan dengan Laut Sulawesi

Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kepulauan Sangihe

Berada diantara Pulau Sulawesi dengan Pulau Mindanao (Republik Philipina), sehingga Kabupaten Kepulauan Talaud, bersama dengan

Kabupaten Kepulauan Sangihe, di sebut Daerah Perbatasan. Kemudian disamping Daerah Perbatasan, karateristik lain yang cukup signifikan membedakan Kabupaten Kepulauan Talaud dengan Kab/Kota lain yakni: Daerah Kepulauan dan Daerah Tertinggal. Kabupaten Kepulauan Talaud merupakan pemekaran dari Kabupaten Kepulauan Sangihe (pada saat itu masih Kabupaten Kepulauan Sangihe Talaud), berdasarkan bahari dengan luas Undang-Undang No. 8 Tahun 2002. Sebagai lautnya sekitar 37.800 km2 dan luas wilayah daerah kepulauan, Kabupaten Kepulauan Talaud merupakan daerah daratan 1.251,02 Km2. Terdapat tiga pulau utama di Kabupaten Kepulauan Talaud, yaitu Pulau Karakelang, Pulau Salibabu dan Pulau Kabaruan. Berdasarkan data Kabupaten Kepulauan Talaud Talaud ini adalah : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Kabaruan Damau Lirung Salibabu Kalongan Moronge Melonguane Melonguane Timur Beo dalam Angka Tahun

2009, kecamatan yang masuk dalam wilayah Kabupaten Kepulauan

10. Beo Utara 11. Beo Selatan 12. Rainis 13. Tampan Amma 14. Pulutan 15. Essang 16. Essang Selatan 17. Gemeh

18. Nanusa 19. Miangas Kajian Regional Kabupaten Kepulauan Talaud Sebagai kawasan perbatasan memiliki peluang dan kekuatan yang dapat diandalkan untuk bersinergi ke dalam dinamika global karena posisi geografis Kabpaten Talaud yang terletak di bibir pasifik sangat memungkinkan daerah ini,melakukan terobosan-terobosan dan atau kolaborasi di bidang ekonomi dan pembangunan pada umumnya yang bersifat outward looking mengingat di bagian utara terdapat beberapa negara yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi tertinggi di dunia seperti : Jepang, Korea, Cina, Taiwan dan Amerika Serikat tanpa mengesampingkan keberadaan negara tetangga Philipina dan aktivitas inward looking (regional dan nasional). Paradigma baru kebijakan pembangunan perbatasan nasional daerah secara nyata telah menetapkan fokus dan daerah prioritas dan tertinggal sebagai

pemberdayaan. hal mana secara formal tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang RPJM Nasional 2005 2009 dan Surat Keputusan Menteri Negara Pembangunan Daerah Tertinggal Nomor 001/Kep/M-PDT/II/2005 tanggal 7 Februari 2005 tentang Strategi Nasional Pembangunan Daerah Tertinggal. kekuatan lain adalah sebagai daerah otonom di bawah payung undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah. Namun harus diakui bahwa sebagai daerah perbatasan diperhadapkan dengan tantangan yang tidak bisa diabaikan seperti isue-isue negatif yang sangat merugikan kepentingan nasional dan daerah antara lain menjadi wilayah transit terorisme internasional, praktek penyeludupan barang-barang terlarang (narkoba, senjata api, video porno dan uang palsu). Pelanggaran imigrasi dan bea cukai serta pengrusakan lingkungan/eksploitasi potensi sumber daya laut (perikanan) oleh warga negara asing yang telah berlangsung sejak puluhan tahun lamanya.

Kabupaten

Kepulauan

Talaud

mengoleksi

beberapa

pulau

yang

berbatasan langsung dengan Negara tetangga Filipina. Pulau-pulau ini ada yang berpenghuni dan ada yang tidak berpenghuni . Dalam sistem Perkotaan Nasional, sebagaimana ditetapkan dalam RTRWN, Kabupaten Talaud digolongkan sebagai PKSN(Pusat Kegiatan Strategis Nasional). Sebagai tipe Kabupaten PKSN, maka Kabupaten Talaud yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala provinsi atau beberapa Kabupaten. Dalam peta sistem perkotaan Nasional, nampak bahwa arahan unutuk Kabupaten Kepulauan Talaud diantaranya Melonguane menjadi Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN). Melonguane a. sebagai Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN)

sebagaimana dimaksud berfungsi juga sebagai: Lintas Batas (Custom, Immigration, Quarantine, Security), simpul promosi dan pemasaran, serta simpul transportasi kawasan perbatasan negara dengan Filipina, dengan prinsip berkelanjutan yang pengembangannya dikaitkan dengan Kawasan Perkotaan Manado Bitung; b. Kota yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa yang melayani skala provinsi dan beberapa kabupaten; Dalam Draft RTRW Provinsi Sulawesi Utara, Kabupaten Talaud berfungsi sebagai PKSN (Pusat Kegiatan Strategis Nasional). Sebagai tipe kota PKSN, maka Kabupaten ini berfungsi untuk melayani kegiatan skala provinsi atau beberapa Kabupaten; yang dalam hal ini, melingkupi wilayah sekitarnya yakni Kabupaten Kepulauan Sangihe. Kawasan Strategis Nasional (KSN) yang terkait dengan wilayah Provinsi Sulawesi Utara untuk Kabupaten Talaud, meliputi: a. Kawasan Strategis Dari Sudut keamanan terdiri dari: Kawasan Perbatasan Laut termasuk delapan belas puau kecil terluar dengan Negara Malaysia/ Filipina. Kepentingan Pertahanan dan

Pulau-pulau kecil terluar di Provinsi Sulawesi Utara sebagimana dimaksud pada ayat (1) ialah : Pulau Miangas, Pulau Marampit, Pulau Intata, dan Pulau Kakorotan (Kepulauan Talaud)

b.

Kawasan Strategis Dari Sudut Kepentingan pertumbuhan ekonomi terdiri dari : Kawasan Ekonomi Khusus (KEK Bitung, KPE Sangihe/Sitaro, KPE Talaud dan KPE Tomohon) yang berada di Kota Bitung, Kepulauan Sangihe, Kepulauan Siau Tagulandang Biaro, Kepulauan Talaud dan Kota Tomohon

Sosial Ekonomi Kabupaten Talaud belum termasuk dalam kawasan andalan nasional untuk pengembangan sektor pertanian. Padahal sektor pertanian merupakan sektor basis. Penggunaan tanah umumnya dibedakan menjadi lahan untuk sawah dan bukan sawah. Dimana lahan bukan untuk sawah dibagi atas ladang, perkebunan, bangunan dan yang sementara tidak diusahakan. Tanaman kelapa, pala adalah tanaman yang paling banyak diusahakan oleh rakyat dari tahun ke tahun dan merupakan komoditi unggulan. Kinerja ekonomi Talaud belakangan cukup menggembirakan, hal ini dapat dilihat dari kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku naik dari tahun-tahun sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi suatu daerah dapat dilihat dari pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan pada suatu tahun tertentu. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kepulauan Talaud (berdasarkan harga konstan 2000) juga mengalami kenaikan. Secara sektoral pertumbuhan ekonomi Talaud bervariasi diantara (1,83 12,32) persen. Sektor yang paling tinggi pertumbuhannya adalah sektor bangunan sebesar 12,32 persen. Kemudian diikuti oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 8,57 persen. Sedangkan

sektor yang paling rendah pertumbuhannya adalah sektor pertanian sebesar 1,83 persen. Struktur perekonomian Talaud saat ini tidak mengalami perubahan berarti dari tahun sebelumnya. Sektor pertanian masih mendominasi struktur perekonomian Kabupaten Talaud yaitu sebesar 48,36 persen. Kemudian diikuti sektor jasa-jasa sebesar 13,82 persen, sektor bangunan sebesar 10,73 persen dan sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 10,38 persen. Lapangan usaha yang memberi kontribusi terbesar adalah sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perkebunan yakni 48,90 persen, dan Jasa-Jasa pada peringkat dua yakni 14,16 persen, disusul sektor Perdag . Hotel & Restoran, sebesar 9,81 persen. Memperhatikan perkembangan kontribusi PDRB pada sektor lapangan usaha, terjadi peningkatan yang cukup signifikan pada sektor Bangunan, (36,67%) dan sektor pertambangan & penggalian (24,39 %).Sementara sektor pertanian mengalami penurunan yang cukup besar yakni (8,43%) sedangkan sektor lainnya, mengalami peningkatan dan penurunan yang tidak terlampau besar. Sektor industry pengolahan dan sektor pertambangan dan penggalian sekalipun mengalami peningkatan nilai, namun secara komparatif, masih tergolong pada posisi relatif mundur. Karena itu, sektor ini perlu mendapat perhatian yang serius, untuk digeser posisinya pada kuadran yang cenderung unggul. Upaya peningkatan daya saing pada sektor ini perlu mendapatkan perhatian. Sebagai wilayah Kabupaten yang memiliki karakteristik pertumbuhan ekonomi pada sektor Pertanian atau non jasa, maka sektor industri pengolahan dan sektor pengangkutan dan komunikasi akan berperan memberikan kontribusi yang signifikan. Kehidupan perekonomian Kepulauan Talaud, pada umumnya ditandai antara lain dengan kehadiran kelompok petani, tukang ojek, penjaja

kredit, jasa perantara jual-beli, dll. Di Kepulauan Talaud sektor informal tersebut akan terus berkembang seiring dengan berfungsinya peran Kepulauan Talaud sebagai wilayah Kabupaten, yang dicirikan dengan perkembangan sektor-sektor primer. Sektor utama yang beperan besar dalam pertumbuhan ekonomi adalah sektor keuangan, dan jasa-jasa, serta sektor perdagangan dan hotel yang dapat digtingkatkan. Sektor-sektor tersebut perlu ditunjang oleh sarana dan prasarana agar pertumbuhannya dapat ditingkatkan. Prasarana dan sarana penunjang pertumbuhan ekonomi khususnya menunjang sektor-sektor andalan tersebut, dengan demikian dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu prasarana dan sarana perekonomian yang langsung berhubungan logis untuk menunjang sektor terkait yang meliputi perbankan, lembaga keuangan, lembaga penjaminan (asuransi), koperasi serta unsur kelembagaan dalam tatanan pemerintah Kabupaten. Sedangkan kelompok lainnya adalah sarana dan prasarana fisik meliputi pusat perdagangan, hotel, pasar, jaringan transportasi, energi dan telekomunikasi. Kinerja ekonomi Kabupaten Kepulauan Talaud dalam kurun waktu

2009-2014 akan dipengaruhi oleh peristiwa-peristiwa politik penting di dalam negeri. Dimulai dengan pemilihan calon legislatif daerah, legislatif pusat, dewan perwakilan daerah dan pemilihan Presiden dan Wakil Presiden. Hal lain yang harus diperhitungkan dalam melihat prospek ekonomi Kabupaten Kepulauan Talaud tahun 2009-2014 antara lain pengaruh dari kondisi nasional, regional dan internasional, serta faktor internal. Pada faktor eksternal terdiri atas lima cakupan, antara lain: Pertama, globalisasi ekonomi dan pembentukan zona ekonomi regional; fenomena ini akan mengakibatkan kompetisi yang semakin ketat dalam hal investasi, perdagangan dan pariwisata antarnegara. Kedua, kebijakan fiskal dan moneter nasional, kebijakan ini akan mempengaruhi investasi dan aktivitas sektor riil. Ketiga, perdagangan antardaerah dan trans-

nasional, kegiatan ini mempengaruhi kelancaran distribusi barang dari dan ke Kabupaten Kepulauan Talaud, yang pada gilirannya berdampak pada tingkat inflasi. Keempat, keterbatasan kemampuan keuangan negara, kondisi ini akan mempengaruhi kemampuan pembiayaan pembangunan di daerah. Kelima, gejala megapolitan dalam kesatuan tata ruang, kondisi ini akan mempengaruhi arah dan keberlanjutan pembangunan ekonomi, sosial dan lingkungan di Kabupaten Kepulauan Talaud. Sedangkan faktor internal yang akan mempengaruhi perekonomian Kabupaten Kepulauan Talaud antara lain adalah: Pertama, jumlah penduduk. Kondisi ini di satu sisi merupakan potensi pasar barang dan jasa, namun di sisi lain merupakan beban pembangunan ekonomi. Kabupaten Kepulauan Talaud menghadapi tantangan arus migrasi masuk yang tinggi karena faktor daya tarik investasi. Kedua, infrastruktur daerah. Penyediaan sarana dan prasarana daerah yang berkualitas dan dapat diandalkan mempengaruhi tingkat efisiensi perekonomian sehingga menjadi daya tarik investasi, dan pada gilirannya mampu menciptakan lapangan pekerjaan. Ketiga, Kebijakan Pemerintah Kabupaten Kepulauan Talaud di bidang pembangunan yang memberikan dampak yang seimbang antara sektor formal dan sektor informal, antara sektor industri/jasa modern dengan sektor pertanian, serta antara wilayah tengah dengan wilayah utara dan selatan. Keempat, iklim ketentraman dan ketertiban yang kondusif, kondisi ini sangat mempengaruhi kelancaran usaha dan aktivitas ekonomi. Sosial Budaya Distribusi / persebaran penduduk di 19 kecamatan terlihat bervariasi, jumlah penduduk tertinggi berada di Kecamatan Melonguane, yaitu 8.665 jiwa atau sekitar 10,49 persen dari jumlah penduduk Kabupaten, dan memiliki tingkat kepadatan sebesar 111,97 orang perkilometer persegi. Sedangkan kepadatan penduduk di Kabupaten Kepulauan Talaud adalah 67,05 jiwa per kilometer persegi.

Di

Pulau

Karakelang

dimana

terdapat terdapat

Ibukota

Kabupaten

dan

merupakan pulau terluas, penduduk yang mendiami sekitar 61,59 persen dari total penduduk dengan tingkat kepadatan 52,09 orang per kilometer persegi.

Dilihat dari tingkat kepadatan penduduk, jelas ada ketimpangan. Kecamatan Miangas M yang memiliki luas hanya 2,39 km2 memiliki jumlah penduduk rendah sehingga memiliki tingkat kepadatan yang paling tinggi dibandingkan kecamatan lainnya. Sedangkan kecamatan Beo Utara yang memiliki luas secara total terbesar di Kabupaten Kepulauan Talaud laud yaitu sekitar 144,85 Km dengan jumlah penduduk sebesar 3,746 jiwa, tingkat kepadatannya hanya 25,86 orang per kilometer persegi.
Kepadatan Penduduk Per Kecamatan di Kabupaten Kepulauan Talaud Luas Area (Km2) 66,03 49,58 31,11 21,80 24,81 20,35 77,39 Kepadatan Penduduk 87,64 90,38 193,02 266,15 120,72 171,06 105,74

No. 1 2 3 4 5 6 7

Kecamatan Kabaruan Damau Lirung Salibabu Kalongan Moronge Melonguane

Penduduk 5787 4481 6005 5802 2995 3481 8183

8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

Melonguane Timur Beo Beo Utara Beo Selatan Rainis Tampan 'Amma Pulutan Essang Essang Selatan Gemeh Nanusa Miangas Total

48,35 70,93 144,85 63,87 80,68 124,18 58,81 94,76 75,02 137,71 58,40 2,39 1251,02

3414 5945 3965 3032 7534 5857 2182 3117 2885 5876 3522 684 84.747

70,61 83,82 27,37 47,47 93,38 47,17 37,1 32,89 38,46 42,67 60,31 286,19 1.902,15

Sumber : Kabupaten Kepulauan Talaud dalam Angka Tahun 2013

Seperti klan lain di Indonesia, orang Sangihe Talaud sebagai sebuah indigenous, dalam kurun ribuan tahun hidup dalam mite dan legenda tersendiri, yang pada akhirnya melahirkan system nilai dalam kehidupan mereka. Tapi apakah dengan demikian membedakan ke-asal-an etnik ini dengan suku bangsa lain di jazirah Nusantara? Kajian antropologi kebudayaan pada masa sebelumnya menjelaskan orang Sangihe Talaud merupakan rumpun manusia berbahasa Milanesia yang berasal dari migrasi Asia pada 40.000 tahun SM. Kemudian disusul pada masa yang lebih muda sekitar 3.000 tahun SM dari Formosa yang berbahasa Austronesia. Penemuan terbaru yang lebih mengejutkan yang berhasil mematahkan terori linguistic di atas, adalah adanya kemungkinan nenek moyang suluruh klan di Indonesia berasal dari Nias-Mentawai, dengan ciri gen dari masa yang lebih tua sebelum migrasi Formosa. Agak berbeda dengan sejumlah anasir antropologi kebudayaan, hasil peneletian gen manusia saat ini memberikan cerita tentang pengembaraan panjang leluhur manusia di seluruh dunia yang disebut berasal dari Afrika sejak 50.000 tahun silam yang berekspansi ke Eurasia. Perhitungan para paleoantropolog dan pakar genetika menyebutkan homo sapiens ini berasal dari 200.000 tahun silam dan berhasil mengembangkan keturunan sebanyak enam setengah miliar jiwa. Hal ini dibuktikan dengan pemetaan gen yang menunjukkan 99,9 persen kesamaan kode-kode genetika atau genom manusia di seluruh dunia. Sisanya 1 persen hanya menegaskan perbedaan individual seperti

warna mata atau resiko penyakit. Perjalanan panjang itu pun telah membawa sejumlah perubahan lain seperti mutasi neurologist yang menciptakan perbedaan bahasa lisan dan juga sebuah perubahan wajah dan ras baru.

Mitos Penduduk Setempat


Bila masuk lebih dalam menelisik aneka budaya lisan di masyarakat Sangihe Talaud, kita dipertemu dengan cerita jejak nenek moyang lebih unik dan menarik seperti pengakuan adanya para pendatang (homo sapiens) yang dalam bahasa setempat disebut sebagai Ampuang (manusia biasa). Selain para pendatang ini juga ada dua jenis manusia lain yang telah ada di sana dari masa sebelumnya yaitu Ansuang (raksasa) dan Apapuhang (manusia kerdil). Untuk dua jenis manusia terakhir itu, hingga kini belum bisa dibuktikan secara ilmiah. Rujukkan terhadap keberadaan mereka masih terbatas pada kepercayaan adanya beberapa artefak seperti bekas kaki dalam ukuran besar yang terpahat di bebatuan yang bisa saja tercipta akibat fenomena alam. Sejumlah legenda pun ikut memperkaya kesimpangsiuran jejak asal muasal manusia Sangihe Talaud. Dari kepercayaan turun-temurun. Pulau-pulau Sangihe Talaud konon tercipta dari air mata seorang bidadari. Dari bidadari inilah manusia Sangihe dilahirkan. Ini sebabnya nama Sangihe itu berasal dari kata Sangi (tagis}. Di pulau-pulaud Talaud, penyebutan Porodisa untuk kawasan itu justru dikaitkan dengan anggapan dimana manusia Talaud adalah keturunan Wando Ruata, yaitu seorang manusia gaib yang berasal dari Surga. Padahal kata Porodisa menurut teori linguistic justru merupakan mutasi neurologist bahasa lisan dari bahasa Spanyol: Paradiso (surga). Kata Sangi di Sangihe sendiri merupakan mutasi dari kata Melayu: tangis. Mite lainnya bercerita tentang manusia yang berasal dari telur buaya. Ada juga yang beranggapan terjadi dari evolusi pelepah pisang secara mistis menjadi manusia.

Kepercayaan terhadap dewa dewi dan system nilai budaya orang Sangihe Talaud ini menujukan adanya persinggung dengan system nilai di tempat lain seperti teori keseimbangan alam, memiliki kesamaan dengan teori Fun She dan Esho Funi dalam pemahaman Hindu kuno. Kepercayaan Manna atau kepercayaan terhadap adanya kekuatan mekanis dalam alam yang mempengaruhi peri kehidupan manusia, bukan tidak mungkin merupakan interpretasi lain akibat mutasi dari pemahaman kaum semitik akan Tuhan. Demikian pula dengan budaya ritual persembahan kurban yang mengunakan symbol darah Manusia yang di pukul sampai mati. Manusia Sangihe Talaud sejak masa purba, juga mengakui adanya zat suci pencipta alam semesta dan manusia yang di sebut Doeata,Ruata, juga dinamakan Ghenggona. Di bawahnya, bertahta banyak roh Ompung (Roh penguasa laut), dan Empung (roh penguasa daratan). Dewa-dewi ini berhadirat di gunung dan lembah-lembah, di laut, di sehamparan karang. Di cerocok dan tanjung. Di pohon, dan dalam angin. Di cahya, bahkan bisikan bayu. Di segala tempat, ruang, dan suasana. Kendati begitu, eksplorasi yang lebih ilmiah terhadap asal usul manusia Sangihe Talaud, yang telah ada saat ini baru sebatas dari masa abad ke 14. Bermula pada periode Migrasi Kerajaan Bowontehu 1399-1500. Disusul periode Kerajaan Manado 1500-1678. Dan terakhir periode kerajaan-kerajaan Sangihe Talaud dari 1425-1951. Gumansalangi (Upung Dellu) sebagai Kulano tertua kerajaan Tabukan atau Tampunglawo, yang bermukim di gunung Sahendarumang bersama Ondoasa (Sangiang Killa), istrinya, adalah anak dari Humansandulage bersama istrinya Tendensehiwu, yang mendarat di Bowontehu pada awal mula migrasi Bowontehu, Desember 1399. Mereka melakukan pelayaran dari Molibagu melalui Pulau Ruang, Tagulandang, Biaro, Siau terus ke Mangindano (Mindanau-Filipina), kemudian balik ke pulau Sangir Kauhis dan mendaki gunung

Sahendarumang, dimana mereka dan para pengikut mendirikan kerajaan Tampunglawo sebagai kerajaan tertua di Tabukan, yang pada periode kemudian melebar hingga ke seluruh kawasan kepulauan Sangihe dan Talaud. Sementara Bulango bermigrasi dari Bowontehu pada 1570 menuju Tagulandang dimana anaknya bernama ratu Lohoraung mendirikan kerajaan Tagulandang di pulau itu bersama para pengikutnya. Bulango adalah saudara dari Lokongbanua II, raja pertama kerajaan Siau. Keduanya adalah anak dari raja Mokodoludut dengan istrinya Abunia dari kerajaan Bowontehu. Sedangkan Raja Bolaang Mangondow pertama, Yayubongkai, adalah juga putra Mokoduludut. Ini sebabnya ada kesamaan budaya dan marga antara orang Bolaang Mangondow dan orang Sangihe Talaud. Perubahan budaya di kedua etnik ini lebih dipengaruhi oleh alkulturasi pasca masuknya agama-agama semitik, (Kristen-Islam) di kedua kawasan etnik itu. Demikian pula di Tahuna pada 1580 Tatehe Woba mendirikan kerajaan di sana, juga di Kendahe yang didirikan oleh Mehegelangi. Raja Kendahe ini anak dari Syarif Mansur dan istrinya Taupanglawo. Sebelum periode migrasi Bowontehu (Manado Tua) pada 1399, kawasan itu telah dihuni manusia selama enam generasi. Tapi hal terpenting dalam hubungan kekeluargaan oranga Sangihe Talaud dan Bolang Mangondow, dipercaya karena berasal dari Migrasi Bowontehu.

Kepercayaan Dahulu kala


Sejak berabad- abad lamanya penduduk disini sudah berhubungan dengan agama kristen dan islam. Hal ini menyebabkan adat istiadat dalam agama waktu itu hanya tersimpan dalam suatu daerah yang sangat kecil . dengan melepaskan keadaan sekarang adalah akibat pengaruah yang berubah sejak abad ke 16 dapat dilihat suatu pandangan hidup yang sudah umum dan di konteks animisme lebih tepat lagi dinyatakan sebagai suatu campuran yang khas yaitu

kepercayaan mana yaitu suatu kepercayaan yang dilakasanakan dalam penyembahan orang mfati dan pada roh-roh dan dewa- dewa. Kepercayaan Mana Kata Mana adalah suatu kata bahasa malanesia yang mengatakan suatau kesaksian tentang tenaga sakti penuh rahasia. Tenaga ini menurut pengertian suku primitif ada dalam alam ini yang dapat di jalankan untuk kebaikan dan permusuhan. Ada juga orang-orang justru memiliki tetisi atau simulat (Jimat) yang memiliki kuasa yang sama besar dalam diri mereka, sehingga dapat menimbulkan kuasa lawan, dan dapat mengarahkan kuasa gelap itu untuk kepentingan sesamanya (magig putih, dukun) maupun justru untuk kepentingan diri sendiri untuk pencapaian keinginan pribadi yang sering merugikan orang lain (magig hitam, sihir, songkot) . Penyembahan Orang mati Disamping kepercayaan MANA terdapat juga penyembahan orang mati dengan banyak seluk-beluknya. Di dalam kehendak orangorang yang telah tiada memegang peranan yang besar. Roh- roh mereka dianggap masih ada dan berada di lingkungan orang yang masih hidup. Penyembahan orang mati tidak dapat di katakan kultur karna penyembahan ini tidak bersumber pada pemujaan yang di sebabkan oleh persaan halus seseorang terhadap orang mati. Tetapi yang lebih banyak bersumber pada kekuatan terhadap segala malapetaka yang dapat di akibatkan oleh orang mati itu, dan bertujuan untuk melindunginya terhadap itu, itu bukan kepercayaan upacara keagamaan, tetapi suatu upaya yang timbul karena di perhamba oleh kekuatanan. Kepercayaan pada roh- roh Dewa Roh- roh ini diakui mempunyai pengaruh yang besar dalam hal baikburuknya kehidupan dalam alam dan manusia. Diantara dewa-dewa ini juga terdapat baik yang jahat, yang di takuti maupun yang baik, yang dapat dimintakan roh-roh pertolongan. dan Mana Kepercayaan dianggap Animisme dari (percaya pada berbeda

pemandangan dunia yang sama, hanya kepercayaan Mana adalah kepercayaan yang mendahului animisme( pra animisme). Kekuatan pada suatu kuasa terlepas dari suatu cara kepercayaan orang itu. Bila hidup dalam suasana ketakutan dan ketidak tentramana terus-menerus, ada kuasa yang misterius yang menguasai dalam raya, juga dianggap segaa perbuatan yang jahat dan pelanggaran susila mengakibatkan pemusnahan tanaman oleh hama dan binatang hutan. Sekalipun kita tidak berbuat pelanggaran, tapi bila orang lainnya, maka semua akibat bertanggung pada lingkungan dimana kita berada. Kepercayaan terhadap jiwa orang mati Sebagai mana telah di ceritakan sebelumnya bahwa kuasa misterius sering membawa keresahan, jiwa orang mati juga membawa ketakutan, ketegangan, ketidak pastian selama yag meninggal masih dianggap ada lewat pengaruh jiwanya masih di perhitungkan. Di bayangkan bahwa jiwa itu pada hari yang ketiga tidak bagi menguasai tubuhnya dan ia sudah beradapada dunia yang lain.

Pariwisata Pengembangan pariwisata merupakan rangkaian pemanfaatan potensi secara optimal dan penganeka ragaman kegiatan untuk meningkatkan tingkat perekonomian masyarakat. Pengembangan pariwisata diprioritaskan untuk menarik wisatawan mancanegara dan wisatawan domestik yang memberikan konstribusi penghasilan terbesar ditingkat propinsi maupun tingkat nasional. Kawasan pariwisata sebagaimana dimaksud di wilayah Kabupaten Kepulauan Talaud adalah kawasan yang memiliki potensi objek dan daya tarik wisata alam, wisata budaya, wisat agro dan wisata lainnya baik yang sudah berkembang maupun yang belum berkembang;

Kawasan Wisata Kab. Talaud


No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 Objek Wisata Pulau Garat Pulau Intata (upacara adat mane'e Pulau Malo Pulau Sara Pulau Nusa Dolong Gunung Piapi Hutan Tropis Kampung Banntane Hutan Tropis Kampung Tuabatu Hutan Tropis Kampung Ammat Hutan Tropis Kampung Kuma Hutan Tropis Kampung Apan Goa Wetta Goa Masare Goa Mane'e Goa Lengane Goa Totombatu Goa Arandangan Goa Wuidduanne Batu Ular Patung Larenggam Pantai Tabang Pesawat Jepang Kapal Jepang Pantai Tiwudda Lokasi Pulau Garat Pulau Intata Pulau Malo Pulau Sara Desa Lobbo Desa Pulutan Desa Bantane Desa Tuabatu Desa Ammmat Desa Kuma Desa Apan Desa Perangan Desa Taturan Desa Arangka'a Desa Bulude Desa Tarohan Desa Damau Desa Musi Desa Pulutan Desa Tabang Desa Sawang Desa Mala Desa Bitunuris Kecamatan Nanusa Nanusa Nanusa Lirung Lobbo Pulutan Rainis Tanpanamma Tanpanamma Essang Gemeh Rainis Gemeh Gemeh Essang Tarohan Damau Lirung Pulutan Rainis Melonguane Melonguane Salibabu

24 Patung Larenggam 25 Air Terjun Ampapitu Sumber : Dinas Pariwisata Kab. Talaud

Desa Arangka'a Desa Rusoh

Gemeh Tarohan

Berikut ini akan dijelaskan gambaran singkat mengenai beberapa objek wisata yang terdapat di Kabupaten Kepulauan Talaud, yaitu sebagai berikut: a. Pulau Sara Pulau sara berada di Kecamatan Lirung yang dikelilingi oleh hamparan pasir putih dan di tutupi oleh tumbuh- tumbuhan hijau dan masih alami yang membuat daya tarik wisatawan, karena pulau ini merupakan habitat Burung Male, Nuri, dan Ketang Kenari. Pulau ini memiliki karang yang indah, aneka ragam jenis ikan dan biota laut lain yang yang dimiliki. Untuk menuju pulau ini menggunakan perahu tempe, waktu tempu empat menit dari Lirung dan 60 menit dari bandara Melonguane.

b. Danau Sarro Dengan luas wilayah 200 m2, Danau Sarro terletak kira kira- kira 70 km bagian utara Pulau Krakelang atau akan memakan waktu dua

sampai tiga jam perjalanan dari bandara Melonguane, yang mencapai ketinggian 564 m diatas permukaan Laut. Kawasan ini menyatu dengan Kawasan konservasi alam hutan hutan tropis Kampung Tuabatu dan dikelilingi oleh hutan tropis. Beberapa hewan endemic yang hidup dikawasan ini adalah Babi, Rusa, beberapa jenis Burung, Reptil, dan hewan lainnya. c. Pulau Nusa Pulau nusa berada di Kecamatan Lobbo, pulau ini dikelilingi pantai pasir putih dan situtupi oleh tumbuh-tumbuhan tumbuh tumbuhan hijau alami yang memikat daya tarik wisatawan. Pulau ini sangat baik bagi para penyelam yang ingin menyelam karena memiliki dinding karang yang cantik, aneka ragam jenis ikan dan biota laut lain yang dim dimilikinya. Waktu tempuh yang dibutuhkan untuk menuju pulau ini adalah 10 menit dari Desa Lobbo dan 90 menit dari Bandara Melonguane.

d. Pulau Malo Pulau Malo adalah salah satu Pulau yang berada di Kepulauan Nanusa, Pulau ini memiliki Pantai yang rata, Pantai pasir putih bersih serta ditutupi oleh perkebunan Kelapa. Kawasan Pulau ini merupakan habitat endemic Burung Maleo dan Ketang kenari. Pulau ini juga memiliki terumbu Karang cantik dan dihuni oleh berbagai macam jenis Ikan, sehingga cocok untuk Wisat Wisata Selam dan Snorkeling. Untuk menuju pulau ini dapat menggunakan Perahu Motor TempelkiraTempelkira kira 1 jam perjalanan dari Karatung dan kira kira-kira 4 jam dari Bandara Melonguane.

e. Pulau Garat Pulau Garat terletak di Kepulauan Nanusa, Pulau ini ditutupi oleh tumbuh-tumbuhan tumbuhan Hijau yang masih alami dan sangat menarik minat para pengunjung. Kawasan ini memiliki beberapa hewan endemik Kebupaten Kepulauan Talaud, seperti Burung Maleo Nuri dan Ketang Kenari, dikelilingi oleh Pantai pasir putih yang bersih, serta terumbu Karang dan berbagai jenis Ikan. Pulau ini dapat ditempuh dengan menggunakan Perahu Motor Tempel kira kira- kira 1 jam dari Karatung dan 4 jam dari Bandara Melonguane.

f. Pantai Mangaran Pantai ini adalah Pantai panjang, rata dan pantai pasir putih bersih. diarea pantai endemik dan ini ada habitat Maleo Kenari. Ibukota Burung

Ketang

Berlokasi di 1,5 Km dari Mangaran Kecamatan Kabaruan. g. Pantai Tabang Dikenal dengan pasir putih yang bersih, dengan ombak yang besar sangat banyak diminati wisatawan untuk berselancar. berselancar. Berada di Desa Tabang Kecamatan Rainis kawasan ini dapat ditempuh kurang lebih 2 jam dari Bandara Melonguane atau 1 jam dari Rainis dengan menggunakan Mobil.

h. Pantai Melonguane Pantai Melonguane, terletak ditepi Kota Melongane, hamparan pasir putih ih dengan latar belakang laut yang bersih. Di kawasan ini terdapat Taman Laut yang kaya akan spesies Ikan yang unik. Sejumlah fasilitas Pariwisata tersedia ditempat ini seperti, Restoran, Penginapan, Perahu Cepat, dan hanya dapat ditempuh 10 menit dai Bandara ara Melonguane.

i.

Pantai Tiwuda Pantai Tiwuda terletak di bagian Selatan Pulau Salibabu yaitu di Desa Bitunuris. Pantai ini dikenal dengan pantai panjang pasir putih bersih dan ditutupi oleh hamparan perkebunan kelapa. Kawasan ini juga sangat baik untuk Wisata Selam dan Snorkeling karena memiliki Terumbu Karang yang indah. Pantai Tiwuda dapat di tempuh dengan menggunakan Mobil kurang lebih 60 menit dari Lirung atau 2 jam dari Bandara melonguane dengan Mobil.

j. Hutan tropis Bantane dan Tuabatu Hutan tropis ropis Bantane terletak kira-kira kira kira 60 km dari Melonguane atau 5 km dari Kecamatan Rainis, dikawasan ini hidup berbagai flora dan fauna endemic seperti Maleo, Nuri Talaud (sampiri Burung Khas Talaud) dan lainlain lain. Hutan Tropis Tuabatu, berada di desa-desa desa Tuabatu kira kira-kira 80 km dari Bandara Melonguane. Ini adalah Wialayah Konservasi bagi flora dan fauna Talaud.

k. Gunung Piapi Gunung Piapi adalah Gunung tertinggi di Kabupaten Kepulauan Talaud dengan ketinggian kurang lebih 864 m dari permukaan air. Pendakian akan memakan waktu kurang lebih 2-3 2 jam dimulai dari dari Desa Pulutan. Gunung Piapi memiliki beberapa tumbuhan eksotis dan dari puncak dapat dilihat wilayah pemandangan seluruh

Kabupaten Kepulauan Talaud. Kawasan ini dapat ditempuh dengan mobil kurang lebih 15 menit dari Desa Pulutan atau 2 jam dari Bandara Melonguane.

l.

Kapal dan Pesawat Jepang ini adalah kapal perang Jepang yang tenggelam pada erang dunia ke dua, kapal ini terletak di Desa Mala dan ditempuh hanya 15 menit dari Bandara Melonguane Melonguan dan ini adalah Kapal perang Jepang yang tenggelam pada perang dusian ke dua berlokasi di Desa Sawang dengan waktu tempuh 15 menit dari bandara Melonguane.

m. Air Terjun Ampapitu Air Terjun Ampapitu adalahadalah Air terjun yang eksotis karena memiliki tujuh uh tingkatan. Air terjun ini berada di 5 km dari Desa Rusoh. Atau 25 km dari Melonguane. Lokasi dapat ditempuh dengan mobil kira-kira kira 2 jam dari Bandara Melongane atau 1 jam dari Desa Rusoh dengan berjalan kaki. n. Gua Totombutu

Terletak kira-kira kira 30 km dari i Melonguane, Goa Totombatu menyimpan

tengkorak dari legenda Raja Tatuhe, Istri dan para pengawalnya. Gua ini adlag Gua eksotis karena letaknya diatas Bukit Batu dan dikelilingi tumbuhan hijau yang masih alami.

o. Batu Ular dan Gua Arandangan Disebut Batu Ular kareni berbentuk menyerupai Ular, hal ini berdasarkan cerita dongeng dari nenek moyang orang Talaud. Kawasan ini berada di Desa Pulutan dan dapat ditempuh dengan menggunakan mobil dari bandara Melonguane kira kira- kira 2 jam perjalanan. Gua Arandangan, pada da bagian Gua pengunjung dapat menemukan tengkorak dari nenek moyang masyarakat Talaud jaman dahulu. Berlokasi di Desa Damau dan dapat ditempuh dengan menggunakan perahu kirakira kira 2 jam perjalanan dari Bandar Udara Melonguane. p. Gua Wetta dan Gua Massare Gua Wetta terletak di Desa Perangan Kecamatan Rainis, dapat ditempuh kira-kira kira kira 2 jam dari Bandara Melonguane atau 1 jam dari Beo. Gua ini sangat menarik karena dihuni oleh banyak Kelelawar dan dialiri oleh sebuah sungai yang keluar dari dalam yang hulunya berasal dari dalam Gua. Kawasan ini dikelilingi oleh hutan tropis. Gua Massare adalah sebuah Gua yang sangat menarik karena kawasan ini dikelilingi oleh bukit batu. Goa Massare terletak di Desa Taturan, dapat ditempuh dengan Mobil kira-kira kira kira 3 jam dari Band Bandara Melonguane. q. Gua Manee dan manumen Larenggam

Gua Manee berada di Desa Arangkaa Kecamatan Gemeh. Gua Manee (Raja Kerajaan Arangkaa) dan pengikutnya yang gugur melawan penjajah Belanda dalam peperangan. Untuk menuju tempat ini dibutuhkan waktu kira-kira 3 jam dari Bandar Udara Melonguane, atau 10 menit dari Gemeh. Manumen ini adalah Monumen untuk mengenang Raja Larenggam yang gugur dalam peperangan melawan penjajah Belanda. Patung ini terletak di Desa Arangka Kecamatan Gemeh. r. Bukit Wuidduan e Bukit ini adalah tempat suci dari penganut agama Adat Musi mereka selalu menjaga alam sekitar agar teteap terjaga, tempat ini di kelilingi tumbuhan hijau alami,. Tempat ini berada di Desa Musi, Kecamatan Lirung dan dapat ditempuh dengan Mobil kira- kira 15 menit dari Lirung atau 1 jam dari Bandara Melonguene. s. Manduru Tona Manduru Tona adalah upacara tradisional Etnis Talaud yang dilaksanakan pada akhir bulan januari setiap tahunnya. Sebagai rasa syukur kepada Tuhan atas segala berkat dan pengampunan dosa dan memohon segala berkat ditahun yang baru. Pada upacara ini juga ditampilkan berbagai jenis budaya tradisional. Kegiatan Kepariwisataan 1. Festival manee Dengan luas wilayah 0,28 km2 Pulau intana merupakan Pulau kosong, sebagai salah satu gugusan Pulau terkecil di Kecamatan Nanusa Kabupaten Kepulauan Talaud, kawasan ini memiliki potensi wisata bahari dan adat istiadat. Di Pulau Intata setiap tahunnya diselenggarakan penangkapan ikan secara tradisional disebut Manee yaitu penangkapan Ikan dengan menggunakan rangkaian janur sepanjang 2 km. Tradisi Manee adalah tradisi salah satu budaya warisan nenek moyang Talaud dimulai sehjak abad ke 15 , ketika air surut pentua adat kampung Kakorotan memberi tanda

bahwa panen akan dimulai. Beberapa larangan arangan selamprosesi maneea yang paling utama adalah: Sebelum ada perintah tidak diperkenankan melakukan penangkapan ikan. Tidak diperkenankan ada bunyi-bunyian. bunyi Pengunjung tidak diperkenankan menggunakan pakaian yang berwarna merah. Mane`e, ane`e, adalah tradisi menangkap ikan tradisional turun turun-temurun yang digelar sekali dalam setahun di Pulau Intata, Kecamatan Nanusa, Kabupaten Talaud, Provinsi Sulawesi Utara. dasar kerja sama, kebersamaan dan persatuan. Warga setempat mengartikan Mane`e sebagai melaksanakan sesuatu atas Semangat kebersamaan inilah yang kemudian menjadi inspirasi warga Pulau Kakorotan, pulau bersebelahan dengan Pulau Intata, menangkap ikan tanpa menggunakan bom atau racun seperti yang biasa dilakukan nelayan di tempat lain.

Manee memang sebuah tradisi yang sangat istimewa. Salah satunya adalah karena penentuan waktu acara Manee ini didasarkan pada perhitungan gerakan bintang dan pasang pasang-surut tertinggi air laut. Lokasi penyelenggaraan acara tradisi Manee juga telah disterilkan dari penangkapan ikan biasa. asa. Hal ini dilakukan agar tidak mengganggu pelaksanaan acara Manee ini.

Acara Manee ini dilakukan di sembilan lokasi penangkapan ikan. Dari sembilan lokasi penangkapan ikan di Pulau Intata dan sekitarnya, satu lokasi di antaranya penangkapan ikan hanya dibolehkan sekali dalam setahun saat acara Manee. Delapan lokasi lainnya sterilisasi berlaku selama enam bulan. Luas setiap lokasi berkisar enam sampai delapan hektar. Di luar lokasi pelaksanaan Manee, nelayan tetap boleh menangkap ikan sepanjang tahun. Dalam pelaksanaan Manee, ikan-ikan pertama digiring dengan menggunakan janur yang terikat pada rotan. Ikan-ikan tersebut digiring ke sebuah kolam di dekat pantai. Setelah ikan-ikan tersebut masuk ke kolam tersebut, semua warga masyarakat diizinkan menangkapnya dengan tangan. Dilarang menggunakan alat apa pun untuk menangkap ikan, hanya boleh dengan tangan kosong. Hasil tangkapan itu kemudian bisa dibawa pulang dan dikonsumsi di rumah masing- masing. Seiring dengan perkembangan zaman, Manee pun menjadi populer di berbagai pelosok dunia. Semakin banyak yang mempopulerkan acara Manee ini. Meskipun ada satu kendala yaitu acara Manee ini tidak terjadwal secara pasti. Sehingga Anda harus mencari informasi dulu bulan apa acara Manee ini dilaksanakan pada tahun ini. Hal ini justru kemudian menjadikan acara Manee ini menjadi lebih istimewa. Acara Manee kemudian berubah menjadi ikon pariwisata di Kepulauan Talaud. Tradisi yang telah berlangsung ratusan tahun itu pastinya tidak dijumpai di daerah lain. Tradisi Mane`e kemudian dikemas begitu rupa oleh Pemerintah Kabupaten Talaud menjadi sebuah kegiatan bertajuk Festival Mane`e, ikon pariwisata baru kabupaten yang dimekarkan dari kabupaten induk, Sangihe dan Talaud. 2. Festival Miangas

Festival Miangas berlokasi berlokasi di Pulau Miangas, Kabupaten Kepulauan Talaud, Pulau Miangas adalah pulau terluar di Utara Wilayah Indonesia yang berbatasan langsung dengan Philiphina hanya memakan waktu 4 jam sedangkan jarak tempuh dari Malonguange sebagai ibukota Kabupaten sekitar 8 jam dengan Kapal Laut. Festival ini bertujuan memberi perhatian lebih kepada masyarakat yang tinggal dipulau laut terpencil. Kegiatan festival ini didahului oleh pesta rakyat, yang menampilkan tari-tarian tari tarian dan Musik Tradisional seperti, Tari Sasahoro, Tari Tatummania, Tari Bonceng, Musik Entel dan Tambur. 3. Perayaan Ulang tahun Kabupaten Talaud. Perayaan hari ulang tahun Kabupaten Kepulauan Talaud dilaksanakan pada tanggal 2 Juli, dirayakan dengan penampilan Tari Sasohoro, Tari Bara, Tari Tatunnania, juag di tampilkan Musik Tambur, Musik Entel, dan Hawaian, pertandingan Olahraha Tradisional, selain itu disemarakan dengan parade budaya Kabupaten Kepulauan Talaud.

Tarian Tradisonal

Ada beberapa tarian tradisional yang terdapat di Kabupaten Kepulauan Talaud, antara lain: Tari Manee Diangkat penangkapan dari ikan upacara secara

tradisional pada masyarakat Nanusa, yang memancing ikan tanpa menggunakan peralatan modern Tri Sasaroho Tarian ini menceritakan tantang gadis-gadis gadis Talaud yang ceri dan ramah, tarian ini ditampilkan untuk menjemput tamu. Tari Tatumia Tari Tatumia atau tari Tongkat diambil dari legenda seorang Raja Talaudyang memiliki kebiasaan yaitu selalu membawa tongkat disetiap aktivitasnya, yang bermakna bermak kokoh selama-lamanya. Tari Wuundaren Tari Wuundaren menceritakan tentang kisah cinta seorang gadis dan seorang pemuda, tari ini biasanya ditampilkan pada perayaan ulang tahun Kabupaten Kepulauan Talau. Tari Panawian. Menjelaskan tentang masyarakat Talaud, Talaud, sebagai nelayan sebelum melaut mereka melakukan ritual guna memohon berkat agar memperoleh ikan. Tari Bara Tari Baraa adalah tari perang, menceritakan tentang kisah pasukan kerajaan dalam peperangan. Musik Tambur Musik Tambur menceritakan tentang Ras Kebersamaan Kebersamaan dalam berbagai aktivitas, Tambur digunakan untuk membuat bunyi sambil diiringi oleh harmonica sebagai melody, musik ini selalu ditampilkan pada acara yang meriah. Bambu Entel tapi hanya menggunakan janur kelapa.

Bambu Entel dimainkan dengan cara dibanting kelantai untuk menghasilkan bunyi, sambil diiringi oleh Gitar sebagai instrumen. menghasilkan

Kerajinan Alat Musik Bambu Salah satu ciri khas dari musik bambu tradisional Sangihe Talaud adalah semua peralatannya terbuat dari bambu.Bunyi bambu. unyi dari peralatan dari bambu lebih halus dibanding bunyi yang dihasilkan dari alat tiup terbuat dari logam. Selain itu, dengan bahan bambu pembuatan alat tiup relatif lebih mudah sebab dapat dikerjakan sendiri dengan peralatan sederhana. Dulu model alat tiup sangat sederhana, tapi belakangan seiring dengan n kemajuan bentuknya peralatan dapat dibuat dengan model beraneka ragam. Ada yang meniru bentuk trompet musik tentara, ada dibuat melingkar-lingkar, melingkar lingkar, tergantung kreasi masyarakat Biasanya satu grup musik bambu tradisional terdiri dari beberapa alat tiup, yakni, suling kecil, suling besar, korno nada tinggi (terdiri \dari dari tiga jenis yakni, re-mi-fa, re do-si-la, la, dan korno sol). Lalu ada korno nada rendah yang terbagi sama dengan korno nada tinggi. Korno berfungsi sebagai pengiring melodi yang dimainkan oleh suling kecil, dan juga klarinet. Sedangkan suling besar yang

mengikuti irama suling kecil berfungsi sebagai penghalus nada sehingga terdengar lembut. Lalu, ada trombone (sexaphone) kontra bas dan bas yang dimainkan layaknya pada musik tiup pada umumnya.

Hiasan Kayu Hitam (Eboni) Masyarakat ssangir Talaud juga dikenal dengan keahliannya membuat berbagai jenis kerajinan dari kayu hitam. Daerah kepulauan Talaud dikenal sebagai penghasil kayu hitam. Potensi ini dimanfaatkan oleh sebagian penduduk dengan keahliannya dibuat kerajinan untuk untuk cindramata. Bentuk kerajinan tangan tersebut

seperti perahu layar, hiasan berbentuk kelapa dan pohon pohon-pohonan. Di kecamatan Beo bahkan sudah terbentuk sentra-sentra sentra sentra pengrajin kayu hitam. Aneka jenis bentuk kerajinan tersebut nampaknya menggambarkan kultur kultur setempat yang erat hubungannya dengan kehidupan kelautan.

Bambu Batik Masyarakat di Kabupaten Kepulauan Talaud memanfaatkan Bambu batik atau bambu cina untuk membuat membuat kerajinan seperti kursi tamu, meja hias dan furniture lainnya.

Anda mungkin juga menyukai