Puji syukur kami ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan penyusunan Proposal Proyek Mata Kuliah Wajib
Kurikulum tentang Industri, Inovasi, dan Infrastruktur sebagai tugas dari Universitas
Sumatera Utara dimana Bapak Prof. Dr. Tan Kamello, S.H., M.S selaku dosen fasilitator, dan
Natanael Rapha Mendrofa selaku mentor sekaligus pengarah Proyek Industri, Inovasi, dan
Infrastruktur Kelompok 9. Proposal disusun secara sistematis sesuai dengan informasi dan
wawasan dari berbagai referensi pustaka terpercaya. Kami juga ingin menyampaikan ucapan
terima kasih Prof. Dr. Tan Kamello, S.H., M.S sebab telah senantiasa membimbing kami
dalam menyusun makalah Mata Kuliah Wajib Kurikulum Proyek Industri, Inovasi, dan
Infrastruktur ini.
Dalam proses penyusunan proposal ini, kami seringkali menemukan kesulitan dan
hambatan. Namun, kami telah berusaha untuk menyelesaikan makalah ini sebaik mungkin
dengan harapan proposal ini dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan mengenai
Industri, Inovasi, dan Infrastruktur.
Oleh karena itulah, kami mengharapkan kritik dan saran sebagai bahan masukan agar
dapat menyempurnakan dan memperbaiki penyusunan proposal yang disusun di masa
mendatang. Semoga proposal ini dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak yang
membacanya.
Tim Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Pembagian Penulisan Laporan ........................................................................................... 6
Tabel 1.2 Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Proyek ................................................................................ 7
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
Sarana dan prasarana yang belum lengkap dan memadai sangat menghambat proses
belajar. Jika sekolah menyediakan segala macam kebutuhan belajar yang diperlukan maka guru
dapat mengajar dengan lancar dan siswa dapat belajar dengan baik. Fasilitas belajar
yang tersedia lengkap dan memadai untuk kelancaran proses belajar juga perlu
diperhatikan oleh setiap sekolah. Kelancaran proses kegiatan belajar mengajar akan
berdampak pada mutu pendidikan di sekolah tersebut yang akan menyebabkan
peningkatan prestasi belajar siswa. Namun, seringkali infrastruktur sekolah menghadapi
tantangan serius yang menghambat pengalaman belajar yang berkualitas. Tantangan
infrastruktur sekolah termasuk masalah seperti:
1. Kondisi Gedung Sekolah yang Memburuk: Banyak sekolah di berbagai daerah
menghadapi masalah kondisi fisik gedung yang buruk, seperti atap bocor, tembok rusak, dan
ruang kelas yang tidak layak.
2. Kekurangan Fasilitas: Sekolah seringkali kekurangan fasilitas seperti perpustakaan
yang memadai, ruang olahraga, atau fasilitas laboratorium yang memadai.
3. Kurangnya Aksesibilitas: Infrastruktur sekolah yang tidak ramah disabilitas dapat
menghambat akses siswa dengan kebutuhan khusus.
4. Perawatan yang Terbatas: Keterbatasan dana dan sumber daya seringkali mengarah pada
perawatan terbatas dan pemeliharaan gedung sekolah.
5. Kualitas Udara dan Kebersihan: Udara dalam ruangan dan kebersihan lingkungan
belajar merupakan faktor penting dalam kesehatan dan kenyamanan siswa dan staf sekolah.
Dalam konteks ini, perbaikan dan inovasi infrastruktur sekolah menjadi sangat penting.
Sekolah yang aman, nyaman, dan dilengkapi dengan fasilitas yang memadai dapat
meningkatkan motivasi siswa, membantu staf pengajar bekerja lebih efektif, dan menghasilkan
lingkungan pembelajaran yang lebih baik secara keseluruhan.
Upaya perbaikan infrastruktur sekolah juga mencerminkan komitmen pada masa depan
pendidikan. Ini adalah investasi jangka panjang yang dapat menghasilkan manfaat yang
berkelanjutan, termasuk peningkatan prestasi akademik siswa, peningkatan rasa kebanggaan
sekolah, dan peningkatan nilai properti di sekitar sekolah.
Selain itu, permasalahan lain dalam lingkungan sekolah adalah sampah. Kebiasaan siswa
dalam membuang sampah sembarangan masih sering terjadi dan pengetahuan dalam mengolah
sampah masih minim. Maka, diperlukan suatu inovasi yang dapat mengatasi tentang
permasalahan sampah ini seperti pembuatan tempat sampah yang kreatif dan memberi edukasi
mengenai pemisahan antara sampah organik dan anorganik. Pemisahan jenis sampah ini
2
dilakukan agar dapat diolah dan dikendalikan sehingga permasalahan sampah tidak semakin
memburuk dan membuat lingkungan sekolah menjadi terawat.
Inovasi dalam membuat pemisahan tempat sampah dan edukasinya dalam mengolah
sampah haruslah dibuat dan disampaikan dengan menggunakan Bahasa Indonesia yang baik
dan benar serta dengan istilah-istilah yang sesuai dengan kaidah kebahasaan agar selain
mengedukasi dalam mengolah dan memisahkan jenis sampah, siswa-siswi juga dapat
mengetahui makna berbagai istilah yang biasanya digunakan dalam bahasa asing. Karena
sebagai warga negara Indonesia yang baik, diperlukan pemberdayaan bahasa meskipun dalam
hal kecil sekalipun.
Kesadaran akan perawatan infrastruktur sekolah dan sampah ini perlu dan harus dimiliki
setiap siswa sebagai umat yang beragama, karena di setiap agama tentunya memiliki ajaran
mengenai kebersihan dan kepedulian terhadap lingkungan. Selain itu, pembangunan dan
perawatan infrastruktur sekolah merupakan salah satu bentuk pengamalan butir Pancasila, yaitu
sila kelima (Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia) dan juga diatur dalam Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Standar Sarana dan Prasarana
untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/Madrasah
Tsanawiyah (SMP/MTs), dan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA).
Maka dari itu, kegiatan yang akan kami lakukan ini dilakukan untuk mengetahui dan
menganalisis mengenai bagaimana kondisi infrastruktur sekolah saat ini dan bagaimana
siswasiswi sebagai generasi muda dalam merawat lingkungan sekolahnya dan sebagai
contohnya, kami akan melakukan observasi di SMA RAKSANA Medan. Meskipun mendasar
dan dalam lingkup kecil, namun dari tingkat ini lah perlu dilakukan perawatan dan inovasi
infrastruktur sebelum memasuki lingkup yang lebih luas. Selain itu, kami juga ingin
mewujudkan suatu perubahan karakter pada masyarakat dan menyesuaikan dengan Tema
“Gotong Royong Merawat Kebhinekaan Sebagai Modal Dasar Menuju Sumatera Utara
Maju, Aman, dan Bermatabat”.
3
1.2. Rumusan Masalah
1) Bagaimana melakukan pemerataan dan meningkatkan infrastruktur dalam pendidikan?
2) Apa saja faktor yang menghambat inovasi dan perawatan infrastruktur disekolah saat ini?
3) Bagaimana cara memastikan keberlanjutan pemeliharaan dan inovasi infrastruktur di masa
depan?
1.3. Lokasi Kegiatan Proyek
Lokasi dalam projek kami akan dilaksanakan di SMA RAKSANA Medan yang terletak
di JL. GAJAH MADA NO. 20, Petisah Tengah, Kec. Medan Petisah, Kota Medan Prov.
Sumatera Utara 20154.
4
1.4. Tujuan
1) Untuk mengetahui bagaimana cara melakukan pemerataan dan meningkatan
infrastruktur dalam pendidikan.
2) Untuk mengetahui apa saja faktor yang menghambat inovasi dan perawatan
infrastruktur di sekolah saat ini.
3) Untuk mengetahui bagaimana cara memastikan keberlanjutan pemeliharaan dan inovasi
infrastruktur di masa depan.
5
1.6. Sumber Daya yang Diperlukan
Sumber daya adalah suatu nilai potensi yang dimiliki oleh suatu materi atau unsur
tertentu dalam kehidupan baik yang memiliki fisik maupun non-fisik. Dalam pengerjaan
proposal “Inovasi dan Perawatan Infrastruktur di SMA RAKSANA Medan” ini kami
menggunakan beberapa sumber daya seperti yang disajikan dalam Tabel 1.1
6
Keterangan Jumlah Harga
Print Surat Izin 2 lembar Rp 2.500,00
Print Proposal 25 lembar Rp 15.000,00
Biaya Konsumsi 72 buah Rp 230.000,00
Biaya Transportasi 2 angkutan kota Rp 90.000,00
Total Rp 337.500,00
1.7.Jadwal Pelaksanaan
Berikut adalah jadwal pelaksanaan kegiatan proyek yang disajikan pada Tabel
1.2 sebagai berikut:
7
BAB II
KERANGKA TEORI
9
Menurut Hari Sudradjad pendidikan yang berkualitas adalah pendidikan yang mampu
menghasilkan lulusan yang memiliki kemampuan atau kompotensi, baik kompetensi akademik
maupun kompetensi kejuruan, yang dilandasi oleh kompetensi personal dan sosial, serta nilai-
nilai akhlak mulia, yang keseluruhannya merupakan kecakapan hidup (life skill), pendidikan
yang mampu menghasilkan manusia seutuhnya (manusia paripurna) atau manusia dengan
pribadi yang integral (integrated personality) mereka yang mampu mengintegralkan iman, ilmu,
dan amal.
10
Kesesuaian antara media yang akan digunakan dengan materi yang akan dibahas; (3)
Tersedianya sarana dan prasarana penunjang; (4) Karakteristik siswa.
Untuk memenuhi standar sarana dan prasarana dalam dunia pendidikan, diperlukan
evaluasi berdasarkan ketentuan dalam standar tersebut serta memastikan bahwa kondisi sarana
dan prasarana di lembaga pendidikan sesuai dengan nilai, kapasitas, dan kegunaannya. Setiap
lembaga pendidikan harus dilengkapi dengan peralatan pendidikan, materi, media
pembelajaran, buku, dan sumber belajar yang memadai, serta perlengkapan pendidikan lainnya.
Semua ini bertujuan untuk mendukung peserta didik dalam mengoptimalkan proses
pembelajaran agar berjalan dengan baik dan berkelanjutan.
Mutu suatu sekolah juga dapat diukur berdasarkan kondisi sarana dan prasarana
pendidikan. Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa masih banyak sarana dan
prasarana yang belum dikelola dan dimaksimalkan dengan baik. Oleh karena itu, diperlukan
pemahaman dan penerapan pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan yang berbasis pada
kebutuhan sekolah. Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia telah mengeluarkan
peraturan-peraturan terkait dengan standar sarana dan prasarana, seperti:
- Peraturan Menteri Pendidikan NRI No. 24 Tahun 2007 yang mengatur Standar
Sarana dan Prasarana di Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah
Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), dan Sekolah Menengah
Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA).
- Peraturan Menteri Pendidikan NRI No. 40 Tahun 2008, yang mengatur Standar
Sarana Prasarana pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan Madrasah Aliyah
Kejuruan (MAK).
- Peraturan Menteri Pendidikan NRI No. 33 Tahun 2008, yang mengatur Standar
Sarana Prasarana pada Sekolah Luar Biasa.
11
diukur dari kesiapan fasilitas pendidikan tersebut yang harus selalu siap digunakan
setiap saat oleh semua personil sekolah yang memerlukannya.
2. Prinsip Efisiensi: Efisiensi berarti bahwa semua kegiatan yang berkaitan dengan
perencanaan, pengadaan, dan pemakaian sarana dan prasarana pendidikan dilakukan
dengan cermat. Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa fasilitas berkualitas tinggi
dapat diperoleh dengan biaya yang relatif murah. Prinsip efisiensi juga menekankan
pentingnya penggunaan sarana dan prasarana pendidikan dengan sebaik-baiknya untuk
menghindari pemborosan. Sarana dan prasarana pendidikan harus dilengkapi dengan
petunjuk teknis penggunaan dan pemeliharaan yang harus diberikan kepada personel
sekolah yang akan menggunakannya.
3. Prinsip Administratif: Prinsip ini menekankan pentingnya mematuhi undang-
undang, peraturan, instruksi, dan pedoman yang dikeluarkan oleh pemerintah atau
lembaga pendidikan. Semua pihak yang terlibat dalam pengelolaan sarana dan prasarana
pendidikan harus memahami dan mengikuti peraturan-peraturan tersebut serta
menyampaikan informasi terkait kepada personel institusi pendidikan yang akan terlibat
dalam pengelolaan sarana dan prasarana.
4. Prinsip Kejelasan Tanggung Jawab: Mengingat banyak orang terlibat dalam
pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan, penting bahwa semua orang tersebut
memahami tugas dan tanggung jawab masing-masing. Kerjasama yang baik antar
mereka diperlukan untuk mencapai tujuan manajemen sarana dan prasarana.
5. Prinsip Kekohesifan: Manajemen sarana dan prasarana pendidikan harus
berjalan secara terkoordinasi dan kompak. Meskipun setiap orang yang terlibat memiliki
tugas dan tanggung jawab sendiri, mereka harus bekerja sama dengan baik untuk
mencapai tujuan bersama.
Upaya meningkatkan mutu pembelajaran perlu dilakukannya pembelajaran yang baik
dalam meningkatkan kualitas peserta didik agar menjadi peserta didik yang unggul serta harus
adanya integritas dan strategi yang baik dalam pengaturan dana yang ada di setiap sekolah agar
pendidikan dapat teroptimalisasikan dalam peningkatan fasilitas atau sarana dan prasarana
menjadi lebih baik lagi atau memadai. Pemerintah wajib memperbaiki kualitas sarana dan
prasarana pada berbagai sekolah dengan harapan fasilitas yang memadai dapat menjadikan
lingkungan belajar yang lebih nyaman bagi peserta didik. Pemerintah harus mengoptimalkan
pendidikan di berbagai daerah dalam upaya meminimalisir kurangnya sarana dan prasarana di
berbagai sekolah. Masyarakat dan berbagai pihak pun perlu ikut dilibatkan dalam memajukan
12
kualitas pendidikan di Indonesia agar segala bentuk usaha yang telah direalisasikan bisa
meningkatkan kualitas dari sarana dan prasarana sekolah agar berjalan dengan baik dan
merata di berbagai daerah.
2.3. Faktor Yang Menghambat Inovasi dan Perawatan Infrastruktur Sekolah Pada Saat Ini
Berbagai macam permasalahan pendidikan di Indonesia menjadi tantangan terbesar
dalam mewujudkan pendidikan yang berkualitas. Permasalahan tersebut menjadi faktor
terbesar rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia saat ini. Hal tersebut tentu perlu menjadi
perhatian khusus bagi bangsa Indonesia. Pasalnya, kualitas manusia yang dihasilkan sangat
bergantung pada kualitas pendidikan itu sendiri (Sujanto 2021). Adapun permasalahan-
permasalahan tersebut adalah sebagai berikut:
Ketidakmerataan infrastruktur sekolah pada saat ini dapat dipengaruhi oleh berbagai
faktor. Berikut adalah beberapa faktor utama yang berkontribusi terhadap ketidakmerataan
infrastruktur sekolah:
1. Perbedaan Lokasi Geografis: Sekolah-sekolah di daerah pedesaan sering kali
menghadapi kendala dalam hal infrastruktur karena terbatasnya aksesibilitas, jarak yang
jauh, dan terbatasnya sumber daya. Di daerah perkotaan, kondisi infrastruktur mungkin
lebih baik karena akses yang lebih mudah dan ketersediaan sumber daya yang lebih
besar.
2. Kondisi Ekonomi Wilayah: Tingkat kemakmuran suatu wilayah memengaruhi
sumber daya keuangan yang tersedia untuk infrastruktur pendidikan. Daerah dengan
ekonomi yang kuat cenderung memiliki lebih banyak sumber daya untuk membangun
dan memelihara fasilitas pendidikan yang baik.
3. Ketidaksetaraan Sumber Daya: Ketersediaan dana, fasilitas, dan personel untuk
sekolah dapat bervariasi secara signifikan. Sekolah yang kurang didanai mungkin
kesulitan untuk memperbaiki atau memperbarui infrastrukturnya.
4. Prioritas dan Kebijakan Pemerintah: Prioritas dan kebijakan pemerintah dalam
alokasi anggaran dapat mempengaruhi tingkat investasi dalam infrastruktur pendidikan.
Ketika pendidikan bukan prioritas utama, infrastruktur sekolah mungkin terabaikan.
5. Ketidaksetaraan dalam Pendidikan: Perbedaan dalam tingkat pendidikan dan
kesempatan belajar di antara wilayah atau kelompok sosial tertentu dapat memengaruhi
ketersediaan dan kualitas infrastruktur pendidikan. Kelompok yang kurang beruntung
sering kali lebih mungkin menerima infrastruktur yang kurang baik.
13
6. Korupsi dan Tata Kelola yang Buruk: Praktek korupsi dan tata kelola yang buruk
dalam pengelolaan dana pendidikan dapat menyebabkan alokasi dana yang tidak efisien
dan penggunaan yang tidak sesuai. Hal ini dapat menghambat pembaruan dan
pemeliharaan infrastruktur sekolah.
Ketidakmerataan infrastruktur sekolah adalah masalah serius yang mempengaruhi
kesetaraan akses pendidikan. Solusi untuk mengatasi ketidakmerataan ini melibatkan upaya
untuk alokasi dana yang adil, perencanaan yang bijaksana, tata kelola yang baik, dan kebijakan
yang mendukung pembangunan infrastruktur sekolah yang merata, perubahan kurikulum
tersebut sering dianggap sebagai perubahan sosial atau social change (Mardiana and Sumiyatun
2017).
2.4. Bagaimana Cara Meningkatkan Inovasi dan Perawatan pada Infrastruktur Sekolah
Meningkatkan inovasi dan perawatan pada infrastruktur sekolah adalah langkah penting
untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang berkualitas dan berkelanjutan. Berikut
adalah beberapa cara untuk meningkatkan inovasi dan perawatan infrastruktur sekolah:
1. Pengalokasian Dana yang Bijaksana: Salah satu langkah pertama adalah memastikan
bahwa dana yang cukup dialokasikan untuk pemeliharaan dan inovasi infrastruktur
sekolah. Dana ini harus dikelola secara efisien dan transparan. Penyediaan Sarana dan
Prasarana yang Memadai.
2. Penyusunan Rencana Perawatan dan Inovasi: Penting untuk memiliki rencana
perawatan jangka panjang yang mencakup identifikasi kebutuhan, jadwal pemeliharaan,
dan perencanaan inovasi. Rencana ini harus mempertimbangkan faktor-faktor seperti
usia bangunan, peralatan, dan perkembangan teknologi. Peningkatan Materi.
3. Pelatihan dan Pengembangan Staf: Memastikan bahwa staf sekolah memiliki
pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk merawat dan menggunakan
infrastruktur dengan baik. Ini termasuk pelatihan dalam pengoperasian peralatan,
keamanan, dan pengelolaan sumber daya, dan memastikan bahwa pengelolaan dan
perawatan infrastruktur sekolah berkelanjutan.
4. Evaluasi dan Umpan Balik: Rutin mengevaluasi efektivitas perawatan dan inovasi yang
telah dilakukan dan menerima umpan balik dari staf sekolah, siswa, dan komunitas. Hal
ini akan membantu untuk terus memperbaiki proses.
14
Dengan menerapkan langkah-langkah ini, sekolah dapat menciptakan lingkungan
pembelajaran yang aman, nyaman, dan mendukung inovasi yang diperlukan untuk pendidikan
yang berkualitas.
15
BAB III
PENDEKATAN DAN METODOLOGI
Penelitian dalam proyek ini akan melihat Inovasi dan Perawatan Infrastruktur di Sekolah
Menengah Atas RAKSANA Medan.
3.1. Desain Proyek
Penelitian ini mengadopsi metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Pendekatan
kualitatif ini didasarkan pada pandangan konstruktivis, yang berfokus pada pemahaman makna
kolektif dari pengalaman individu, aspek sosial, serta sejarah dengan tujuan mengembangkan
teori atau pola tertentu.
Sebagaimana yang dijelaskan oleh Sugiyono (2014:9), metode penelitian kualitatif
adalah metode yang didasarkan pada filsafat postpositivisme. Metode ini digunakan untuk
meneliti situasi alamiah, berbeda dari eksperimen yang cenderung mengontrol variabel. Dalam
penelitian kualitatif, peneliti sendiri berperan sebagai instrumen utama. Dalam konteks
penelitian kualitatif, manusia atau peneliti adalah instrumen utama yang digunakan untuk
mengumpulkan dan menganalisis data.
3.2. Teknik Pengumpulan Data
Adapun Teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam proyek penelitian ini
berupa observasi, wawancara, dan dokumentasi. Berikut penjelasan lebih terperinci tentang
Teknik penggunaan data yang digunakan:
3.3. Observasi
Menurut Sugiyono (2018:229), observasi adalah teknik pengumpulan data yang
memiliki karakteristik khusus jika dibandingkan dengan teknik lainnya. Dalam konteks
penelitian ini, observasi melibatkan pengamatan langsung di lapangan untuk mendapatkan
pemahaman yang sebenarnya tentang kondisi Inovasi dan Perawatan Infrastruktur di Sekolah
Menengah Atas
RAKSANA Medan.
3.4. Wawancara
Penelitian ini menggunakan wawancara semiterstruktur (semistructure interview)
sebagai metode pengumpulan data. Sesuai dengan Sugiyono (2018:467), wawancara
semiterstruktur termasuk dalam kategori wawancara mendalam (in-depth interview). Dalam
jenis wawancara ini, pertanyaan diajukan dengan lebih fleksibel daripada wawancara
terstruktur, tetapi tetap mengikuti panduan wawancara yang telah disusun.
16
3.5. Dokumentasi
Menurut Arikunto (2006:158), dokumentasi adalah upaya untuk mencari dan
mengumpulkan data melalui berbagai jenis dokumen, seperti catatan, transkrip, buku, surat
kabar, majalah, notulen, agenda, dan lain sebagainya. Dalam penelitian ini, metode
dokumentasi melibatkan studi dokumen dengan mengacu pada jurnal sebagai sumber referensi,
dan data diperoleh melalui proses wawancara dan observasi.
17
DAFTAR PUSTAKA
Bafadal, I. 2008. Manajemen Sarana Dan Prasarana Sekolah . Jakarta: Bumu Aksara
Manurung, R., Harahap, E., Tahrun, T., & Suharyadi, A. (2020). Manajemen Sarana
Prasarana di Sekolah Dasar Negeri 1 Kota Prabumulih. Jurnal Manajemen
Pendidikan: Jurnal Ilmiah Administrasi, Manajemen dan Kepemimpinan
Pendidikan, 2(2), 168-177.
vii