Anda di halaman 1dari 60

LAPORAN

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS


PADA NY. N DI KLINIK Hj.DEWI SESMERA,S.Tr.Keb
TAHUN 2021

Dosen Pembimbing : Purnama Handayani, SST, MKM

Disusun oleh :
Nany Pratiwi
Nim : 1915302012

Sarjana Terapan Kebidanan


Universitas Haji Sumatera Utara
Tahun Ajaran 2020/2021
LEMBAR PERSETUJUAN

Judul : Manajemen Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Pada Ny. D Di


Klinik Hj. Dewi Sesmera,S.Tr.Keb Tahun 2021
Nama : Nany Pratiwi
Nim : 1915302012
Prodi : Sarjana Terapan Kebidanan
Institusi : Universitas Haji Sumatera Utara

Medan, 22 Agustus 2021

Disetujui oleh :
Pembimbing

(Purnama Handayani, SST, MKM,)

Diketahui
Ketua Program Studi Sarjana Terapan Kebidanan

(Herlia Sumardha Nst, SST, M.keb)

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Laporan Praktek Klinik Kebidanan ini yang berjudul “Manajemen asuhan
kebidanan ibu nifaspada ny. M di klinik hj.dewi sesmera,s.tr.keb tahun 2021”.
Penyelesaian Laporan Praktek Klinik Kebidanan ini tidak telepas dari
bantuan, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak sebagai pihak yang terlihat
secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu dalam kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih kepada Yth :
1. Herlia Sumardha Nst,SST.,M.Keb selaku Pembimbing Akademik Prodi
Sarjana Terapan Kebidanan Universitas Haji Sumatera Utara.
2. Purnama Handayani, SST, MKM, .Kesselaku Pembimbing Praktek selama di
klinik Hj.Dewi Sesmera,S.Tr.Keb.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan dan penyusunan Asuhan
Kebidanan ini masih jauh dari sempurna.Untuk itu penulis mengharapkan kritik
dan saran untuk perbaikan penyusunan yang akan datang. Semoga Asuhan
Kebidanan ini dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya bagi pembaca
pada umumnya.

Medan, 22 Agustus 2021


Penyusun

(Nany Pratiwi)

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN...............................................................................1
1.1 Latar Belakang ...............................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah........................................................................2
1.3 Tujuan Penyusunan.........................................................................2
1.3.1 Tujuan Umum.......................................................................2
1.3.2 Tujuan Khusus......................................................................2
1.4 Manfaat Penelitian..........................................................................3
1.4.1 Bagi Tempat Praktek............................................................3
1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan......................................................3
1.4.3 Bagi Peneliti Selanjutnya......................................................3
BAB 2 TINJAUAN TEORITIS.....................................................................4
2.1 Pengertian.......................................................................................4
2.1.1. Tujuan Asuhan Masa Nifas..................................................4
2.1.2 Tahapan Masa Nifas.............................................................5
2.1.3 Perubahan Fisik Pada Masa Nifas........................................5
2.1.4 Kebijakan Program Nasional Masa Nifas.............................6
2.1.5 Perubahan Fisiologis pada Ibu Nifas....................................7
2.1.6 Cara Menyusui yang Benar...................................................13
2.1.7 Kebutuhan Kesehatan Ibu Nifas...........................................14
2.1.7 Tanda Bahaya Masa Nifas.................................................... 21
2.2 Teoritis Manajemen Asuhan Kebidanan.........................................22
2.2.1Pengumpulan Data.................................................................23
2.2.2Interpretasi Data Dasar(Diagnosa,Masalah dan Kebutuhan).28
2.2.3Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial……………... 30
2.2.4Identifikasi dan Menetapkan kebutuhna Tindakan Segera.... 30
2.2.5Rencana Asuhan Kebidanan..................................................30
2.2.6Pelaksanaan Asuhan Kebidanan............................................31
2.2.7Evaluasi..................................................................................31
BAB 3 ASUHAN KEBIDANAN....................................................................32
3.1 Data Dasar.......................................................................................31
3.2 Interpretasi Data Dasar...................................................................37
3.3 Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial.................................39
3.4 Kebutuhan Terhadap Tindakan Segera...........................................39
3.5 Rencana Asuhan..............................................................................39
3.6Pelaksanaan Asuhan.........................................................................40
3.7 Evaluasi...........................................................................................42
BAB 4 PEMBAHASAN..................................................................................43
4.1 Data Dasar (Pengkajian).................................................................43
4.2. Interpretasi Data Dasar..................................................................44
4.3 Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial.................................45
4.4 Kebutuhan Terhadap Tindakan Segera...........................................45
4.5 Rencana Asuhan..............................................................................45
4.6 Pelaksanaan Asuhan........................................................................46
4.7 Evaluasi...........................................................................................47

iii
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN...........................................................48
5.1 Kesimpulan………………………………………………………..48
5.1.1Pengkajian..............................................................................48
5.1.2Interpretasi Data.....................................................................48
5.1.3 Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial.......................48
5.1.4.Identifikasi dan Menetapkan kebutuhna Tindakan Segera...48
5.1.5 Perencanaan..........................................................................48
5.1.6 Pelaksanaan ..........................................................................49
5.1.7 Evaluasi.................................................................................49
5.2 Saran...............................................................................................49
5.2.1 Tempat Praktek.....................................................................49
5.2.2 Institusi Pendidikan...............................................................49
5.2.3 Peneliti Selanjutnya..............................................................49
DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasentalahir dan berakhir ketika


alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas
berlangsung selama kira-kira 6 minggu atau 42 hari (Wulandari, 2018).
Tujuan perawatan masa nifas adalah untuk menghindarkan/mendeteksi
kemungkinan adanya perdarahan postpartum dan infeksi. Oleh karena itu,
penolong persalinan sebaiknya tetap waspada, sekurang-kurangnya satu jam
postpartum untuk mengatasi kemungkinan terjadinya komplikasi persalinan.
Umumnya wanita sangat lemah setelah melahirkan, terlebih bila partus
berlangsung lama (Walyani, 2018).

Berdasarkan standart pelayanan kebidanan, standart pelayanan untuk ibu


nifas meliputi perawatan bayi baru lahir (standart 13), penanganan 2 jam pertama
setelah persalinan (standart 14), serta pelayanan bagi ibu dan bayi pada masa nifas
(standart 15). Maka prinsip asuhan kebidanan bagi ibu nifas dan menyusui harus
bermutu tinggi serta tanggap terhadap budaya setempat (Suriani 2020).

Pelayanan masa nifas diperlukan karena merupakan masa kritis bagi ibu
dan bayinya. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi
setelah persalinan, dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama.
Dalam asuhan masa nifas bidan memiliki peranan penting, hal ini dikarenakan
bidan sebagai seorang wanita sehingga diharapkan bidan juga mampu memahami
kondisi ibu masa nifas, selain itu ibu bisa terbuka dalam menyampaikan keluhan
yang dialami selama masa nifas. Beberapa peran utama bidan dalam masa nifas
adalah peran sebagai pelaksana, peran sebagai pengelola, peran sebagai pendidik,
dan peran sebagai peneliti (Walyani,2018).

Menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012Delapan


puluh persen ibu menerima perawatan nifas dalam kurun waktu 1-2 hari setelah
melahirkan.; 56 persen dalam waktu kurang dari empat jam setelah melahirkan;
13 persen dalam 4-23 jam melahirkan; 11 persen dalam 1-2 hari setelah

1
melahirkan. Satu dari sembilan wanita tidak menerima pemeriksaan setelah
melahirkan. (Survey Demografi Kesehatan Indonesia, 2012).

Berdasarkan laporan dari profil kab/kota pada tahun 2016, rata-rata


cakupan pelayanan ibu nifas di provinsi Sumatera Utara sudah mencapai 86,76%
angka menurun dibandingkan tahun 2015 yaitu 87,36%. Berdasarkan distribusi
pencapaian cakupan ibu nifas menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera
Utara tahun 2016 masih terlihat sangat bervariasi dan diantaranya terdapat
kesenjangan yang cukup tinggi. Kabupaten/Kota dengan cakupan tertinggi adalah
di Kota Sibolgayaitu 96,05%, dan Kabupaten/Kota dengan cakupan terendah yaitu
Kabupaten Padang Lawassebesar 43,22% (Profil Kesehatan Sumatera Utara,
2016).

Manajemen Asuhan Kebidanan merupakan suatu proses pemecahan


masalah dalam melaksanakan asuhan, termasuk asuhan nifas yang mencerminkan
suatu metode pengaturan atau pengorganisasian antara fikiran dan tindakan dalam
urutan yang logis dan menguntungkan, baik bagi ibu nifas yang diberi asuhan
maupun bidan yang memberi asuhan (Sulistyawati, 2018).

Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk
menyusun laporan yang berjudul “Manajemen Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Pada
Ny. N diKlinikHj Dewi Sesmera,S.Tr.Keb tahun 2021”.
1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka identifikasi masalah dari


kasus ini adalah “Bagaimana Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Pada Ny. N di Klinik
Hj Dewi Sesmera,S.Tr.Keb tahun 2021”.
1.3.Tujuan Penyusunan
1.3.1. Tujuan umum

Memberikan Manajemen Asuhan Kebidanan Ibu Nifas pada Ny.N di


KliDnik Hj Dewi Sesmera,S.Tr.Keb tahun 2021, dengan menggunakan
pendekatan Manajemen Asuhan Kebidanan.
1.3.2. Tujuan Khusus

1. Melakukan Pengumpulan Data pada Manajemen Asuhan Kebidanan Ibu


Nifas pada Ny. N di Klinik Hj Dewi Sesmera,S.Tr.Keb tahun 2021.

2
2. Menyusun Interprestasi Data pada Manajemen Asuhan Kebidanan Ibu
Nifas pada Ny. N di Klinik Hj Dewi Sesmera,S.Tr.Keb tahun 2021.
3. Menyusun Antisipasi Diagnosa Masalah Potensial pada Manajemen
Asuhan Kebidanan Ibu Nifas pada Ny.Ndi Klinik Hj Dewi
Sesmera,S.Tr.Keb tahun 2021.
4. Menyusun Identifikasi Kebutuhan/Tindakan Segera/Kalaborasi pada
Manajemen Asuhan Kebidanan Ibu Nifas pada Ny. N di Klinik Hj Dewi
Sesmera,S.Tr.Keb tahun 2021.
5. Merencanakan Asuhan Kebidanan pada Manajemen Asuhan Kebidanan
Ibu Nifas pada Ny. N di Klinik Hj Dewi Sesmera,S.Tr.Keb tahun 2021.
6. Melaksanakan Asuhan Kebidanan pada Manajemen Asuhan Kebidanan
Ibu Nifas pada Ny. N di Klinik Hj Dewi Sesmera,S.Tr.Keb tahun 2021.
7. Melakukan Evaluasi Asuhan Kebidanan pada Manajemen Asuhan
Kebidanan Ibu Nifas pada Ny. N di Klinik Hj Dewi Sesmera,S.Tr.Keb
tahun 2021.
1.4. Manfaat
1.4.1. Bagi Tempat Praktek

Sebagai bahan masukan serta informasi untuk meningkatkan pengetahuan


bidan dalam melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas.
1.4.2. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai sumber informasi dan bahan becaan untuk proses pembelajaran,


bahan referensi di perpustakaan, dan dapat menjadi masukan bagi mahasiswa/i
UniversitasHaji Sumatera Utara khususnya tentang Manajemen Asuhan
Kebidanan Pada Ibu Nifas Normal.
1.4.3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai referensi dan bahan masukan yang bermanfaat bagi penelitidan


juga menambah wawasan yang lebih luas dalam melakukan penelitian
selanjutnya.

3
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1. Pengertian

Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir


ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas
atau puerperium dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6
minggu ( 42 hari ) setelah itu. Dalam bahasa latin, waktu mulai tertentu setelah
melahirkan anak ini disebut puerperium yaitu dari kata “puer” yang artinya bayi
dan “parous” melahirkan. Jadi, puerperium berarti masa setelah melahirkan bayi.
Puerperium adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-
alat kandungan kembali seperti prahamil (Dewi,2017).

Masa nifas atau puerperium adalah masa setelah partus selesai sampai
pulihnya kembali alat-alat kandungan seperti sebelum hamil. Lamanya masa nifas
ini yaitu kira-kira 6-8 minggu (Wulandari, 2017).

Masa nifas adalah masa setelah seorang ibu melahirkan bayi yang
dipergunakan untuk memulihkan kesehatannya kembali pada umumnya
memerlukan waktu 6-12 minggu ( Yanti, 2017).

Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta
sampai dengan 6 minggu ( 42 hari ) (Walyani,2017).

Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah keluarnya plasenta sampai


alat-alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal masa nifas
berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari (Purwoastuti, 2017).

Masa nifas atau masa puerperium adalah masa setelah persalinan selesai
sampai 6 minggu atau 42 hari. Selama masa nifas, organ reproduksi secara
perlahan akan mengalami perubahan seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan
organ reproduksi ini disebut involusi(Heryani, 2014).
2.1.1. Tujuan Asuhan Masa Nifas

Menurut Walyani (2017) tujuan asuhan masa nifas meliputi:

a. Tujuan Umum

4
Membantuibu dan pasangannyaselama masa transisiawalmengasuhanak.

b. TujuanKhusus

1. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis.

2. Melaksanakan skrining secara komprehensif, deteksi dini, mengobati


dan merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi.

3. Mendeteksi masalah mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi


pada ibu dan bayinya.

4.Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,


nutrisi, KB, menyusui, pemberian imunisasi dan bayisehat.

5. Memberikan pelayanan keluarga berencana (KB).


2.1.2. Tahapan Masa Nifas

Menurut Sulistyawati(2017) Masa nifas dibagi menjadi tiga tahap, yaitu :

1. Puerperium dini
Yang dimaksud dengan puerperium dini adalah masa kepulihan, yang
dalam hal ini ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dalam
agama islam dianggap bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
2. Puerperium Intermedia
Puerperiem Intermedia adalah keputihan menyeluruh alat-alat genetalia
eksterna dan interna yang lamanya 6-8 minggu.
3. Remote Puerperium
Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna terutama bagi ibu selama hamil atau melahirkan mempunyai
komplikasi. Waktu sehat sempurna bisa berminggu-minggu, berbulan-
bulan dan tahunan.
2.1.3. Perubahan Fisik Pada Masa Nifas

a. Rasa kram dan mules di bagian bawah perut akibat penciutan rahim (involusi).
b. Keluarnya sisa-sisa darah dari vagina (lochea).

5
c. Kelelahan karena proses melahirkan.
d. Pembentukan ASI sehingga payudara membesar.
e. Kesulitan buang air besar (BAB) dan (BAK).
f. Gangguan otot (betis, dada, otot, perut, panggul dan bokong).
g. Perlukaan jalan lahir (lecet atau jahitan) (Nugroho, 2016).
2.1.4. Kebijakan Program Nasional Masa Nifas

Kebijakan program nasional pada masa nifas yaitu paling sedikit empat
kali melakukan kunjungan pada masa nifas, dengan tujuan untuk:

1. Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi.


2. Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan- kemungkinan adanya
gangguan kesehatan ibu nifas dan bayinya.
3. Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada masa nifas.
4. Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan mengganggu
kesehatan ibu nifas maupun bayinya (Yanti, 2017).
Kunjungan Masa Nifas
1. Kunjungan I (6-8 jam) setelah persalinan
a. Mencegah perdarahan pada masa nifas karena atonia uteri.
b. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk jika perdarahan
berlanjut.
c. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga, bagaimana
mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
d. Pemberian ASI awal.
e. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.
f. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah terjadi hipotermi.
g. Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan ibu dan
bayi baru lahir untuk 2 jam pertama setelah kelahiran atau sampai ibu dan
bayi dalam keadaan stabil.
2. Kunjungan II (6 hari setelah persalinan)
a. Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi dengan
baik, fundus di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal atau tidak
ada bau.
b. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau perdarahan abnormal.

6
c. Memastikan ibu cukup mendapatkan makanan, cairan, dan istirahat.
d.Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-
tanda penyulit.
e. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat,
menjaga bayi agar tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.
3. Kunjungan III (2 minggu setelah persalinan)
Sama dengan kunjungan 2

4. Kunjungan IV (6 minggu setelah persalinan)

a. Menanyakan pada ibu tentang penyulit yang ia atau bayi alami.


b. Memberikan konseling untuk KB secara dini.
c. Memperhatikan kondisi umum bayi, apakah ada ikterus atau tidak.
d. Mengajari ibu cara menyusui yang benar.
e. Memberitahu ibu untuk memberikan ASI ekslusif kepada bayinya.
f. Menganjurkan dan mengajak ibu untuk membawa bayinya ke Posyandu
atau Puskesmas untuk penimbangan dan imunisasi.
2.1.5. Perubahan Fisiologis pada Ibu Nifas

Ibu dalam masa nifas mengalami masa fisiologis. Setelah keluarnya


plasenta, kadar sirkulasi hormone HCG (Human Chorionic Gonadotropin),
human plasental lactogen,esrtrogen dan progesterone menurun. Human plasental
lactogen akan menghilang dari peredaran darah ibu dalam 2 hari dan HCG dalam
2 minggu setelah melahirkan.
Kadar estrogen dan progesterone hampir sama dengan kadar yang
ditemukan pada fase folikuler dari siklus menstruasi berturut-turut sekitar 3 dan
7 hari. Penarikan polipeptida dan hormone steroid ini mengubah fungsi seluruh
system sehingga efek kehamilan berbalik dan wanita dianggap sedang tidak hamil
sekalipun pada wanita (Walyani, 2017).
a. Perubahan Sistem Reproduksi
1. Uterus
Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (Involusi) sehingga akhirnya
kembali seperti sebelum hamil. (Walyani, 2017).

7
Tinggi fundus uterus dan berat uterus menurut masa involusi :

No. Waktu involusi TFU Berat Uterus


1. Bayi Lahir Setinggi Pusat 1000 gram

2. Uri/plasenta Dua jari bawah pusat 750 gram

Pertengahan pusat-
3. 1 Minggu 500 gram
sympisis

2 Minggu Tidak teraba diatas


4. 350 gram
sympisis

5. 6 Minggu Bertambah kecil 50 gram

Sumber:Walyani, Siwi Elisabeth. Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan  Menyusui,


Jakarta: PustakaBaruPress, halaman 65.
2. Lochea
Lochea adalah cairan / sekret yang berasal dari cavum uteri dan vagina
dalam masa nifas. Macam-macam lochea, yakni : (Walyani, 2017)
a) Lochea rubra (cruenta) : berisi darah segar dan sisa selaput ketuban,
seldesidua, verniks caseosa, lanugo dan mekonium, selama 2 hari nifas.
b) Lochea sanguinolenta : berwarna merah kecoklatan berisi darah dan
lendir,hari 3-7 nifas.
c) Lochea serosa : berwarna kuning kecoklatan berisi lebih sedikit darah dan
lebih banyak serum, pada hari ke 7-14 hari postpartum.

8
d) Lochea alba : cairan putih, setelah 2 minggu.
e) Lochea purulenta : terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk.
f) Locheastasis : lochea tidak lancar keluarnya
3. Serviks
Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus. Setelah persalinan,
ostiumeksterna dapat dimasuki oleh 2 hingga 3 jari tangan, setelah 6 minggu
persalinan serviks menutup (Walyani, 2017).

4. Vulva dan Vagina


Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat
besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama sesudah
proses tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam keadaan kendur.Setelah 3
minggu vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam
vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali sementara labia menjadi
lebih menonjol (Walyani, 2017).
5. Perenium
Segera setelah melahirkan, perenium menjadi kendur karena sebelumnya
teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju. Pada postnatal hari ke
5, perenium sudah mendapatkan kembali sebagian besar tonusnya sekalipun
tetap lebih kendur daripada keadaan sebelum melahirkan (Walyani, 2017).
6. Payudara
Perubahan pada payudara dapat meliputi :
a. Penurunan kadar progesteron secara tepat dengan peningkatan hormon
prolaktin setelah persalinan.
b. Kolostrum sudah ada persalinan produksi Asi terjadi pada hari ke-2 atau
hari ke-3 setelah persalinan.
c. Payudara menjadi besar dan keras sebagai tanda mulainya proses laktasi.
(Walyani,2017).
b. Perubahan Sistem Pencernaan
Diperlukan waktu 3-4 hari sebelum faal usus kembali normal. Meskipunkadar
progesteron menurun setelah melahirkan, namun aspan makanan juga mengalami
penurunan selam satu atau dua hari, gerak tubuh berkurang dan usus bagian

9
bawah sering kosong jika sering kosong jika sebelum melahirkan diberikan
enema. Rasa sakit di daerah perenium dapat menghalangi keinginan untuk Buang
Air Besar (BAB) sehingga pada masa nifas sering timbul keluhan konstipasi
akibat tidak teraturnya BAB (Walyani, 2017).

c. Perubahan Sistem Perkemihan

Buang air kecil sering sulit selama 24 jam pertama, kemungkinan terdapat
spasine sfingter dan edema leher buli-buli sesudah bagian ini mengalami kompresi
antara kepala janin dan tulang pubis selama persalinan. Urine dalam jumlah yang
besar akan dihasilkan dalam waktu 12-36 jam sesudah melahirkan.Setelah
plasenta dilahirkan, kadar hormon estrogren yang bersifat menahan air akan
mengalami penurunan yang mencolok. Keadaan ini menyebabkan diuresis. Ureter
yang berdilatasi akan kembali normal dalam tempo 6 minggu (Walyani, 2017).

d. Perubahan Sistem Musculoskeletal

Ambulasi pada umumnya dimulai 4-8 jam post partum. Ambulasi dini sangat
membantu untuk mencegah komplikasi dan mempercepat proses involusi.
(Walyani, 2017).

e. Perubahan Sistem Endokrin

Kadar esrtrogen menurun 10% dalam waktu sekitar 3 jam postpartum.


Progesteron turun pada hari ke 3 postparrtum. Kadar prolaktin dalam darah
berangsur-angsur hilang (Walyani, 2017).

f. Perubahan Sistem Kardiovaskuler

Selama kehamilan volume darah normal digunakan untuk menampung aliran


darah yang meningkat, yang diperlukan oleh plasenta dan pembuluh darah.
Penarikan kembali estrogen menyebabkan aturesis terjadi yang secara cepat
mengurangi volume plasma kembali pada porposi normal. Aliran ini terjadi dalam
2-4 jam pertama setelah kelahiran bayi. Selama masa nifas ini ibu mengeluarkan

10
banyak sekali jumlah urine. Hilangnya progesteron membantu mengurangi retensi
cairan yang melekat dengan meningkatnya volume pada jaringan tersebut selama
kehamilan. Pada persalinan pervaginam kehilangan darah sekitar (200-400 cc).
Bila kelahiran melalui seksio cesaria, maka kehilangan darah dapat dua kali lipat.
Perubahan terdiri dari volume darah (blood volume) dan hemotokrit
(hoemoconcentration). Bila persalinan pervaginam, hemotrokit akan naik dan
pada seksio cesaria, hemotokrit cenderung stabil dan kembali normal setelah 4-6
minggu (Dewi, 2017).

g. Perubahan Sistem Hematologi

Selama minggu-minggu terakhir kehamilan,kadar fibrinogen dan plasma serta


faktor-faktor pembekuan darah meningkat. Pada hari pertama postpartum, kadar
fibrinogen dan plasma akan sedikit menurun tetapi darah lebih mengental dengan
peningkatan viskositas sehingga meningkatkan faktor pembekuan darah.
Leukositosis yang meningkat dimana jumlah sel darah putih mencapai 15.000
selama persalinan akan tetap tinggi dalam beberapa jumlah sel darah putih
pertama dari masa Postpartum. Jumlah sel darah putih tersebut masih bisa naik
lagi sampai 25.000/30.000 tanpa adanya kondisi patologis jika wanita tersebut
mengalami persalinan lama, Jumlah hemoglobine, hemorokit, dan eritrosyt akan
sangat bervariasi pada awal-awal masa postpartum sebagai akibat volume darah,
volume plasenta dan tingkat volume darah yang beruba- ubah. Semua tingkatan
ini akan dipengaruhi oleh status gizi dan hidrasi wanita tersebut. Kira-kira selama
kelahiran dan masa postpartum terjadi kehilangan darah sekitar 200-250 ml.
penurunan volume dan peningkatan sel darah pada kehamilan diasosiasikan
dengan peningkatan hematokrit dan hemoglobine pada hari ke 3-7 postpartum dan
akan kembali normal dalam 4-5 minggu postpartum (Dewi, 2017).

h. Perubahan Tanda-Tanda Vital

Perubahan tanda-tanda vital pada masa nifas diantaranya adalah :

a. Suhu Badan

11
Sekitar hari ke-4 setelah persalinan suhu ibu mungkin naik sedikit, antara
37,2°C – 37,5°C. Kemungkinan disebabkan karena ikutan dari aktivitas
payudara. Bila kenaikan mencapai 38 °C pada hari ke-2 sampai hari-hari
berikutnya, perlu diwaspadai adanya infeksi atau sepsis masa nifas.
b. Denyut nadi

Setelah persalinan jika ibu dalam keadaan istirahat penuh, denyut nadi sekitar
60 x/ menit dan terjadi terutama pada minggu pertama masa nifas. Frekuensi
nadi normal yaitu 60-80 x/ menit. Denyut nadi masa nifas umumnya lebih
stabil dibandingkan suhu badan. Pada ibu yang nervous, nadinya akan lebih
cepat kira-kira 110 x/ menit, bila disertai peningkatan suhu tubuh bisa juga
terjadi shock karena infeksi.

c. Tekanan darah
Tekanan darah <140 mmHg, dan bisa meningkat dari sebelum persalinan
sampai 1-3 hari masa nifas. Bila tekanan darah menjadi rendah perlu
diwaspadai adanya pendarahan pada masa nifas. Sebaliknya bila tekanan
darah tinggi, hal ini merupakan salah satu petunjuk kemungkinan adanya pre-
eklamsi yang bisa timbul pada masa nifas dan diperlukan penanganan lebih
lanjut.
d. Respirasi
Respirasi / pernapasan umumnya lambat atau normal, karena ibu dalam
keadaan pemulihan atau keadaan istirahat. Pernapasan yang normal setelah
persalinan adalah 16-24x/ menit atau rata-ratanya 18 x/ menit(Dewi, 2017).
i. Perubahan Psikis Ibu Nifas
Adaptasi psikologis ibu dalam masa nifas berbeda antara individu satu
dengan yang lainnya. Pada periode tersebut kecemasan seorangdapat
bertambah. Hal-hal yang dapat membantu ibu dalam beradaptasi psikologis
yang terbagi pada masa nifas dalam fase-fase berikut :
1. Fase Taking In

12
Fase taking in merupakan fase ketergantungan yang berlangsung dari hari
pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada fase ini ciri-ciri yang
bisa diperlihatkan adalah :
a. Ibu nifas masih pasif dan sangat tergantung
b. Fokus perhatian ibu adalah pada dirinya sendiri.
c. Ibu nifas lebih mengigat pengalaman melahirkan dan persalinan yang
dialami sehingga pengalaman selama proses persalinan diceritakan
secara berulang-ulang dan lebih suka di dengarkan.
d. Kebutuhan tidur meningkat, sehingga diperlukan istirahat yang cukup
karena baru saja melalui proses persalinan yang melelahkan.
e. Nafsu makan meningkat, Jika kondisi kelelahan dibiarkan terus
menerus,maka ibu nifas menjadi lebih mudah tersinggung dan pasif
terhadap lingkungan.

2. Taking Hold
Fase taking hold berlangsung mulai hari ketiga sampai kesepuluh masa nifas.
Adapun ciri-ciri fase taking hold antara lain :
a. Ibu nifas sudah bisa menikmati peran sebagai seorang ibu.
b. Ibu nifas mulai belajar merawat bayi tetapi masih membutuhkan orang lain
untuk membantu.
c. Ibu nifas lebih berkonsentrasi pada kemampuaanya menerima
tanggungjawab dalam merawat bayi.
d. Ibu nifas merasa khawatir akan ketidakmampuan serta tanggungjawab
dalam merawat bayi.
e. Perasaan ibu sangat sensitif sehingga mudah tersinggung, maka diperlukan
komunikasi dan dukungan yang positif dari keluarga selain bimbingan dan
dorongan tenaga kesehatan untuk mengatasi kritikan yang dialami ibu.
Pada fase ini tugas bidan antara lain mengajarkan cara menyusui yang benar
perawatan bayi, cara perawatan luka jahitan, senam nifas, penkes gizi,

13
istirahat, kebersihan diri dll.Sehingga ibu nifas memiliki rasa percaya diri
untuk merawat dan bertanggungjawab atas bayinya
3. Letting go
Fase ini terjadi setelah terjadi kesepuluh masa nifas atau saat ibu nifas
sudah berada dirumah. Pada fase ini ibu nifas sudah bisa menikmati dan
penyesuaian driri dengan tanggungjawab dengan peran barunya. Selain itu
keinginan untuk merawat bayi secara mandiri serta bertanggungjawab
terhadap diri dan bayinya sudah meningkat. (Yanti, 2017)
2.1.6. Cara Menyusui yang Benar

Teknik menyusui adalah suatu cara pemberian ASI yang dilakukan oleh
seorang ibu kepada bayinya, demi mencukupi kebutuhan nutrisi tersebut. Posisi
yang tepat untuk menyusui. Duduklah dengan posisi yang enak atau santai,
pakailah yang ada sandaran punggung dan lengan. Gunakan bantal untuk
mengganjal bagi bayi agar bayi tidak terlalu jauh dari payudara ibu (Walyani,
2017).

1. Cara memasukkan putting susu ibu ke mulut bayi


Bila dimulai dengan payudara kanan ibu, letakkan kepala bayi pada siku
bagian dalam lengkap kanan, badan bayi menghadap kebadan ibu. Lengan kiri
bayi diletakkan diputar pinggangibu, tangan kanan ibu memegang pantat/paha
kanan bayi, sanggah payudara kanan ibu dengan empat jari tangan kiri, ibu jari
diatasnya tetapi tidak menutupi bagian yang berwarna hitam (areola mamae),
sentuhlah mulut bayi dengan putting payudara ibu tunggu sampai bayi
membuka mulutnya lebar. Masukkan putting payudara secepatnya kedalam
mulut bayi sampai bagian yang berwarna hitam.
2. Teknik melepaskan hisapan bayi
Setelah selesai menyusui kurang lebih 10 menit, lepaskan hisapan bayi
dengan cara:
a. Masukkan jari kelingking ibu yang bersih kesudut mulut bayi
b. Menekan bahu bayi kebawah
c. Dengan menutup lubang hidung bayi agar mulutnya membuka

14
d. Jangan menarik putting susu untuk melepaskannya
3. Cara menyendawakan bayi
a. Setelah bayi melepaskan hisapannya, sendawakan bayi sebelum
menyusukan dengan payudara yang lainnya dengan cara :
b. Sandarkan bayi dipundak ibu, tepuk punggungnya dengan pelan sampai
bayi bersendawa.
c. Bayi ditelungkupkan di pangku ibu sambil digosokkan kepunggungnya.
4. Tanda-tanda teknik menyusui sudah baik dan benar
a. Bayi dalam keadaan tenang
b. Badan bayi menempel pada perut ibu
c. Mulut bayi terbuka lebar
d. Bagu bayi menempel pada payudara ibu
e. Bayi menempel betul pada ibu
f. Mulut dan dagu bayi menempel betul pada ibu
g. Sebagian besar areola mamae tertutup oleh mulut bayi
h. Bayi nampak pelan-pelan menghisap dengan kuat
i. Telinga dan lengan bayi berada pada satu garis (Walyani, 2017).
2.1.7. Kebutuhan Kesehatan Ibu Nifas

Dalam masa nifas, alat-alat genetalia interna maupun eksterna akan


berangsur-angsur pulih seperti keadaan sebelum hamil. Untuk membantu
mempercepat proses penyembuhan pada masa nifas, maka ibu nifas membutuhkan
diet yang cukup kalori dan protein, membutuhkan istirahat yang cukup dan
sebagainya. Selama kehamilan dan persalinan ibu bayak mengalami perubahan
fisik maupun dindingperut menjadi kendor, longgarnya liang senggama dan otot
dasar panggul. Untuk mengembalikan kepada keadaan normal dan menjaga
kesehatan agar tetap prima, senam nifas sangat baik dilakukan pada ibu setelah
melahirkan. Ibu tidak usah takut banyak bergerak, karena dengan ambulasi dini
dapat membantu rahim untuk kembali ke bentuk semula (Walyani, 2017).
Kebutuhan dasar masa nifas adalah sebagai berikut :
a. Kebutuhan nutrisi
Nutrisi adalah zat yang diperlukan oleh tubuh untuk keperluan
metabolismenya. Kebutuhan gizi pada masa nifas terutama apabila menyusui

15
akan meningkat 25% karena berguna untuk proses kesembuhan karena
sehabis melahirkan dan untuk memproduksi air susu yang cukup untuk
menyehatkan bayi semua itu akan meningkat tiga kali dari kebutuhan biasa.
Wanita memerlukan 2.200 K Kalori.Ibu menyusui memerlukan kalori yang
sama dengan wanita dewasa + 700 k. Kalori pada 6 bulan pertama kemudian
+ 500 k. Kalori bulan selanjutnya. Sumber pengatur dan pelindung (mineral,
vitamin dan air). (Walyani, 2017)
b. Kebutuhan cairan
Fungsi cairan sebagai palarut zat bezi dsalam proses metabolisme tubuh.
c. Kebutuhan ambulasi
Sebagian besar pasien dapat melakukan ambulasi segera setelah persalinan
usai.
Ambulasi dini bermanfaat untuk :
1. Melancarkan pengeluaran lokea, mengurangi infeksi puerperium
2. Ibu merasa lebih sehat dan kuat
3. Mempercepat involusi alat kandungan
4. Fungsi nusus, sirkulasi, paru-paru dan perkemihan lebih baik
5. Meningkatkan kelancarana peredaran darah, sehingga mempercepat fungsi
6. ASI dan pengeluaran sisa metabolisme.
7. Memnungkinkan untuk mengajarkan perawatan bayi pada ibu.
8. Mencegah trombosis pada pembuluh tungkai. (Walyani, 2017).
d. Kebutuhan Eliminasi
1. Miksi
Setelah ibu melahirkan akan terasa pedih setelah bila BAK keadaan ini
disebabkan oleh iritasi pada uretra sebagai akibat persalinan sehingga
penderita takut BAK. Bila kandungan kemih penuh maka harus
diusahakan agar penderita dapat BAK sehingga tidak memerlukan alat
untuk membantu berkemih yang dapat menyebabkan infeksi. (Walyani,
2017).
2. Defekasi

16
BAB normal sekitas 3-4 hari masa nifas. Feses yang dalam beberapa hari
tidak dikeluarkan akan mengeras dan dapat mengakibatkan terjadinya
konstipasi (Walyani, 2017).
e. Kebersihan diri (personal hygiene)
Kebersihan diri ibu membantu mengurangi sumber infeksi dan meningkatkan
perasaan nyaman pada ibu. Anjurkan ibu untuk menjaga kebersihan diri
dengan cara mandi yang teratur minimal 2 kali sehari, mengganti pakaian dan
alas tempat tidur serta lingkungan dimana ibu tinggal. Ibu harus tetap bersih,
segar dan wangi. Merawat perineum dengan baik dengan menggunakan
antiseptik dan selalu diingat bahwa membersihkan perineum dari arah depan
ke belakang. Jaga kebersihan diri secara keseluruhan untuk menghindari
infeksi, baik pada luka jahitan maupun kulit (Walyani, 2017).
1) Kebersihan pakaian

Sebaiknya pakaian terbuat dari bahan yang mudah menyerap keringat


karena produksi keringat menjadi banyak. Produksi keringat yang tinggi berguna
untuk menghilangkan ekstra volume saat hamil.

2) Rambut

Setelah bayi lahir, ibu mungkin akan mengalami kerontokan rambut akibat
gangguan perubahan hormon sehingga keadaanya menjadi lebih tipis
dibandingkan keadaan normal. Jumlah dan lamanya kerontokan berbeda-beda
antara satu wanita dengan wanita lain. Meskipun demikian, kebanyakan akan
pulih setelah beberapa bulan. Cuci rambut dengan conditioner yang cukup, lalu
menggunakan sisir yang lembut.

3) Kebersihan kulit

Setelah persalinan, ekstra cairan tubuh yang dibutuhkan saat hamil akan
dikeluarkan kembali melalui air seni dan keringat untuk menghilangkan
pembengkakan pada wajah, kaki, betis, dan tangan ibu. Oleh karena itu, dalam

17
minggu-minggu pertama setelah melahirkan, ibu akan merasakan jumlah keringat
yang lebih banyak dari biasanya. Usahakan mandi lebih sering dan jaga agar kulit
tetap kering.

4) Kebersihan vulva dan sekitarnya.

- Mengajarkan ibu membersihkan daerah kelamin dengan caramembersihkan


daerah sekitar vulva terlebih dahulu, dari depan ke belakang, baru kemudian
membersihkan daerah anus. Bersihkan vulva setiap kali buang air kecil.
- Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pemblut setidaknya dua
kali sehari.
- Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan
sessudah membersihkan daerah kelaminnya.
- Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu
untuk menghindari menyentuh luka, cebok dengan air dingin atau cuci
menggunakan sabun. Perawatan luka perineum bertujuan untuk mencegah
infeksi, meningkatkan rasa nyaman dan mempercepat penyembuhan
(Walyani, 2017).
f. Kebutuhan istirahat

Ibu nifas memerlukan istirahat yang cukup, istirahat tidur yang dibutuhkan ibu
nifas sekitar 8 jam pada malam hari dan 1 jam pada siang hari.

Hal-hal yang dapat dilakukan ibu dalam memenuhi kebutuhan istirahatnya antara
lain :

1. Anjurkan ibu untuk cukup istirahat


2. Sarankan ibu untuk melakukan kegiatan rumah tangga secara berlahan.
3. Tidur siang atau istirahat saat bayi tidur

Kurang istirahat dapat menyebabkan :

1. Jumlah ASI berkurang


2. Memperlambat proses involusi uteri
3. Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan dalam merawat bayi sendiri.
(Dewi, 2017).
g. Kebutuhan seksual

18
Dinding vagina kembali pada keadaan sebelum hamil dalam waktu 6-8
minggu. Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah
merah berhenti, dan ibu dapat memasukkan 1 atau 2 jari ke dalam vagina tanpa
merasakan rasa nyeri. Begitu darah merah berhentidan ibu tidak merasakan
ketidaknyamanan, maka aman untuk memulai melakukan hubungan suami istri
kapan saja ibu siap.Banyak budaya yang mempuyai tradisi memulai hubungan
suami istri sampai masa waktu tertentu, misalnya setelah 40 atau 60 hari setelah
persalinan. Keputusan tergantung pada pasangan suami istri kapan saja ibu siap
(Dewi, 2017).
h. Kebutuhan perawatan payudara
a. Sebaiknya perawatan maammae telah dimulai sejak wanita hamil supaya
puting lemas, tidak keras, dan kering sebagai persiapan untuk menyusui
bayinya.
b. Bila bayi meninggal , laktasi harus dihentikan dengan cara : pembalutan
mammae sampai tertekan, pemberian obat estrogen untuk supresi LH
seperti tablet Lynoral dan Pardolel.
c. Ibu menyusui harus menjaga payudaranya untuk tetap bersih dan kering.
d. Menggunakan bra yang menyokong payudara.
e. Apabila puting susu lecet oleskan kolostrum atau ASI yang keluar pada
sekitar puting susu setiap kali selesai menyusui, kemudian apabila lecetnya
sangat berat dapat di istirahatkan selama 24 jam (Walyani, 2017)..
i. Latihan senam nifas

Selama kehamilan dan persalinan ibu banyak mengalami perubahan fisik


seperti dinding perut menjadi kendor, longgarnya liang senggama dan otot dasar
panggul. Untuk mengembalikan kepada keadaan normal dan menjaga kesehatan
agar tetap prima, senam nifas sangat baik dilakukan pada ibu setelah melahirkan.
(Walyani, 2017)

j. Kebutuhan KB (Keluarga Berencana)

Rencana KB setelah ibu melahirkan itu sangatlah penting, dikarenakan


secara tidak langsung KB dapat membantu ibu untuk dapat merawat anaknya
dengan baik serta mengistirahatkan alat kandungannya (pemulihan alat

19
kandungan). Ibu dan suami dapat memilih alat kontrasepsi KB apa saja yang
ingin digunakan.Ibu juga tidak cepat hamil lagi (minimal 2 tahun) dan agar ibu
punya waktu merawat kesehatan diri sendiri, anak, dan keluarga (Walyani, 2017).

Adapun beberapa metode kontrasepsi yaitu :


1. Metode Amenorea Laktasi (MAL)
Metode Amenorea Laktasi (MAL) adalah kontrasepsi yang mengandalkan
pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif, artinya hanya diberikan ASI
tanpa tambahan makanan atau minuman apapun lainnya. (Dewi, 2017)
2. Metode Keluarga Berencana Alamiah (KBA)
Metode Lendir Serviks atau lebih dikenal sebagai Metode Ovulasi
Billing/MOB atau metode 2 hari mukosa serviks dan Metode Simtotermal
adalah yang paling efektif.
Cara yang kurang efektif misalnya Sistem Kalender atau Pantang Berkala dan
Metode Suhu Basal yang sudah tidak diajarkan lagi oleh pengajar KBA. Hal
ini disebabkan oleh kegagalan yang cukup tinggi (>20%) dan waktu pantang
yang lebih lama.
3. Senggama Terputus
Senggama terputus adalah metode keluarga berencana tradisional, dimana
pria mengeluarkan alat kelaminnya (penis) dari vagina sebelum pria mencapai
ejakulasi.
4. Metode Barier
Macam-macam metode barier yaitu :

1) Kondom
Kondom tidak hanya mencegah kehamilan, tetapi juga mencegah IMS
termasuk HIV/AIDS. Efektif bila dipakai dengan baik dan benar. Dan
dapat dipakai bersama kontrasepsi lain untuk mencegah IMS.
2) Diafragma
Diafragma adalah cap berbentuk bulan cembung, terbuat dari lateks
(karet) yang di insersikan ke dalam vagina sebelum berhubungan seksual
dan menutup serviks.
3) Spermisida

20
Spermisida adalah bahan kimia (biasanya non oksinol-9) digunakan
untuk menonaktifkan arau membunuh sprema.
5. Kontrasepsi Pil Kombinasi
Merupakan pil kontrasepsi yang mengandung hormon sintetis progesteron
dan estrogen.
6. Suntikan Kombinasi
Jenis suntikan kombinasi adalah 25 mg Depo Medroksiprogesteron Asetat
dan 5 mg Estradiol Sipionat yang diberikan injeksi I.M sebulan sekali
(Cyclofem) dan 50 mg Noretindron Enantat dan 5 mg Estradiol Valerat yang
diberikan injeksi I.M sebulan sekali.
7. Kontrasepsi Suntikan Progestin
Tersedia 2 jenis kontrasepsi suntikan yang hanya mengandung progestin,
yaitu yang diberikan setiap 3 bulan dengan cara di suntik intramuskular (di
daerah bokong). Depo Noretisteron Enantat (Depo Noristerat), yang
mengandung 200 mg Noretindron Enantat, diberikan setiap 2 bulan dengan
cara di suntik intramuskular.
8. Kontrasepsi Pil Progestin (Minipil)

Kontrasepsi Pil Progestin cocok untuk perempuan menyusui yang ingin


memakai pil KB, sangat efektif pada masa laktasi, dosis rendah, tidak
menurunkan produk ASI, dan dapat dipakai sebagai kontrasepsi darurat.

9. KontrasepsiImplan
Implan adalah metode kontrasepsi hormonal yang efektif, tidak permanen dan
dapat mencegah terjadinya kehamilan antara tiga hingga lima tahun.
Metode ini dikembangkan oleh The Population Council, yaitu suatu
organisasi international yang didirikan tahun 1952 untuk mengembangkan
teknologi kontrasepsi.
10. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
AKDR adalah suatu alat untuk mencegah kehamilan yang efektif, aman,
reversibel dan berjangka panjang (dapat sampai 10 tahun) yang terbuat dari
plastik atau logam kecil yang dimasukkan dalam uterus melalui kanalis
servikalis.
11. Kontrasepsi Mantap

21
Macam-macam kontrasepsi mantap yaitu :
1) Tubektomi
Tubektomi adalah metode kontrasepsi untuk perempuan yang tidak ingin
anak lagi. Perlu prosedur bedah untuk melakukan tubektomi sehingga
diperlukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan tambahan lainnya untuk
memastikan apakah seorang klien sesuai untuk menggunakan metode ini.
2) Vasektomi
Vasektomi adalah metode kontrasepsi untuk lelaki yang tidak ingin anak
lagi. Perlu prosedur bedah untuk melakukan vasektomi sehingga
diperlukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan tambahan lainnya untuk
memastikan apakah seorang klien sesuai untuk menggunakan metode ini.
k. Tanda-tanda bahaya pada masa nifas
Demam tinggi, pendarahan vagina luar biasa tiba-tiba bertambah banyak
disertai pengumpulan darah, nyeri perut hebat, sakit kepala hebat, pembengkakan
wajah, jari-jari atau tangan, payudara membengkak, putting payudara berdarah,
tubuh lemas, kehilangan nafsu makan, tidak bisa buang air besar, merasa sangat
sedih karena mampu mengasuh bayi, penglihatan kabur (Yanti, 2017).

2.1.7 Tanda Bahaya Masa Nifas

Beberapa kondisi pada masa nifas yang perlu diperhatikan karena memiliki
kemungkinan sebagai tanda bahaya, termasuk:

1. Perdarahan pascamelahirkan

Perdarahan pascamelahirkan dapat menjadi tanda bahaya. Hal ini perlu


dicurigai jika Anda harus mengganti pembalut lebih dari satu kali per jam.
Keadaan ini juga bisa disertai dengan pusing dan detak jantung yang tidak
teratur.Bila mengalaminya, Anda dianjurkan untuk segera mencari pertolongan
medis. Kondisi ini mungkin menandakan masih ada plasenta (ari-ari) yang

22
tertinggal dalam rahim, sehingga perlu dilakukan tindakan kuretase sebagai
penanganannya.

2. Demam tinggi (lebih dari 38°C)

Demam tinggi dan tubuh mengigil, bisa menjadi tanda infeksi. Keluhan ini
juga bisa diiringi dengan nyeri pada bagian perut, selangkangan, payudara,
ataupun bekas jahitan (bila melahirkan dengan operasi). Selain demam, darah
nifas  yang berbau menyengat juga dapat menjadi gejala infeksi.

3. Sakit kepala hebat

Sakit kepala yang terjadi satu minggu pertama masa nifas mungkin
merupakan efek sisa pemberian obat anestesi saat melahirkan. Namun, jika sakit
kepala terasa sangat mengganggu, disertai dengan penglihatan kabur, muntah,
nyeri ulu hati, ataupun bengkaknya pergelangan kaki, Anda perlu waspada.
Kondisi tersebut bisa menjadi tanda komplikasi seperti preeklampsia pasca
melahirkan.

4. Nyeri pada betis

Nyeri tak tertahankan pada betis, yang disertai dengan rasa panas,
pembengkakan, dan kemerahan bisa menjadi tanda adanya penggumpalan darah.
Kondisi ini dikenal sebagai deep vein thrombosis (DVT) dan bisa berakibat fatal
bila gumpalan darah tersebut berpindah ke bagian tubuh lain, misalnya paru-paru.

5. Kesulitan bernapas dan nyeri dada

Nyeri dada yang disertai dengan sesak napas bisa menjadi tanda emboli
paru. Emboli paru adalah kondisi tersumbatnya aliran darah di paru-paru,
biasanya karena ada gumpalan darah. Kondisi ini bisa mengancam nyawa, apalagi
bila muntah darah atau penurunan kesadaran turut terjadi.

6. Gangguan buang air kecil

Tidak bisa buang air kecil (BAK), tidak bisa mengontrol keinginan BAK,
ingin BAK terus-menerus, nyeri saat BAK, hingga gelapnya warna air kencing

23
bisa menjadi tanda kondisi medis tertentu. Tergantung gejala yang dialami,
masalah tersebut bisa menjadi tanda dehidrasi, gangguan pada otot usus atau
panggul, hingga infeksi pada kandung kemih ataupun ginjal.

7. Merasa sedih terus-menerus

Perubahan kadar hormon dan munculnya tanggung jawab setelah


melahirkan, bisa membuat ibu mengalami baby blues. Gejala yang muncul bisa
berupa perasaan gelisah, marah, panik, lelah atau sedih. Umumnya kondisi ini
hilang dalam beberapa hari atau minggu. Bila perasaan tersebut tak juga hilang,
bahkan disertai rasa benci, keinginan bunuh diri, juga halusinasi, kemungkinan
Anda mengalami depresi pascamelahirkan. Kondisi ini tergolong berbahaya dan
perlu segera mendapat penanganan.
2.2. Teoritis Manajemen Asuhan Kebidanan

Manajemen asuhan kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang


digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan
berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, keterampilan dalam
rangkaian/tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan yang berfokus
pada klien (Walyani, 2017).
Menurut Helen Varney, proses manajemen kebidanan teridri dari 7 langkah
yang berurutan yaitu:
2.2.1. Pengumpulan data

Pengkajian merupakan langkah mengumpulkan semua data yang akurat


dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien secara
keseluruhan. Bidan dapat melakukan pengkajian dengan efektif, maka harus
menggunakan format pengkajian yang terstandar agar pertanyaan yang diajukan
lebih terarah dan relavan (Walyani,2017).

Pengkajian data dibagi menjadi:

A. Data Subyektif

24
1. Biodata

a. Nama Istri / suami

Untuk mengetahui identitas

b. Umur

Untuk mengetahui umur pasien, menentukan konseling dan resiko pada


masa nifas.

c. Suku/kebangsaan

Untuk mengetahui asal budaya dan bahasa sebagai dasar kita berinteraksi
dengan pasien.

c. Pendidikan

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan yang digunakan sebagai dasar dalam


memberikan asuhan.
d. Pekerjaan
Untuk mengetahui status ekonomi dan aktifitas klien.
e. Alamat
Untuk mengetahui tempat tinggal klien sehingga memudahkan kunjungan
rumah.
2. Anamnese
1) Keluhan utama
Untuk mengetahui masalah keluhan yang dihadapi yang berkaitan dengan
masa nifas, misalnya perut mules, lelah, nyeri jahitan perenium, kurang selera
makan, sulit tidur, demam tinggi melebihi 380C, nyeri abdomen, nyeri ulu
hati, sembelit, lochea berbau busuk, putting susu pecah, sulit menyusui
(Sulistyawati, 2017).
2) Riwayat Menstruasi

Perubahan pada haid seperti mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan
danpenambahan berat badan.

3) Riwayat Haid

25
Ditanyakan untuk mengetahui tentang faalalatreproduksi, hal yang dikaji
menurut adalah:

a. Menarche : Untuk mengetahui kapan menstruasi pertama/untuk

mengetahui masa reproduksinya. Normalnyaantara 12-16 tahun.

b. Siklus : Untuk mengetahui fungsi reproduksi ibu normal atau


tidak, normalnya 23-32 hari(Sulistyawati, 2017).

c. Lamanya : Normalnya 3-7 hari.

d. Banyaknya : 2-4 x gantikduk

e. Konsistensi : Normalnyaencer.

4) Riwayat Pernikahan :
a. Menikah
b. Lama menikah
c. Umur pertama menikah
d. Jumlah anak
5) Riwayat kesehatan yang lalu
Untuk mengetahui apakah ibu pernah menderita penyakit menular. Kronis
maupun penyakit keturunan. Data ini diperlukan untuk mengetahui
kemungkinan adanya riwayat atau penyakit akut, seperti : Jantung, DM
(Diabetes Mellitus), Hipertensi, Asma yang dapat memengaruhi pada masa
nifas ini.
6) Riwayat kesehatan sekarang
Untuk mengetahui apakah ibu sedang menderita suatu penyakit menular
maupun kronis pada saat itu. Data-data ini diperlukan untuk mengetahui
kemungkinan adanya penyakit yang diderita pada saat ini yang ada
hubungannya dengan masa nifas dan bayinya.
7) Riwayat kesehatan keluarga

Untuk mengetahui apakah angota keluarga dari klien ada yang menderita
penyakit menular seperti hepatitis, penyakit keturunan seperti Diabetes
Mellitus (DM), dan penyakit menahun misalnya tuberculosis (TBC), data ini

26
diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh penyakit
keluarga terhadap gangguan kesehatan pasien dan bayinya, yaitu apabila ada
penyakit keluarga yang menyertainya.

8) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

Untuk mengetahiu apakah terjadi komplikasi selama ibu hamil, bersalin


dan nifas serta apakah ibu menyusui atau tidak.

9) Riwayat KB
Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan kontrasepsi jenis
apa, berapa lama, adakah keluhan selama menggunakan kontrasepsi serta
rencana KB setelah masa nifas itu sangatlah penting, dikarenakan secara tidak
langsung KB dapat membantu ibu untuk merawat anaknya dengan baik serta
mengistirahatkan kandungannya (Sulistyawati, 2017).
10) Pola kebiasaan sehari-hari
Untuk mengetahui apakah kebisaan ibu bertentangan dengan kesehatan.
a. Pola nutrisi sangat berpengaruh pada masa nifas yang dikonsumsi,
jumlah dan jenis makanannya yaitu mengonsumsi tambahan, kurang
lebih 500 kalori tiap hari, makan dengan diet yang seimbang untuk
memenuhi keutuhan karbohidrat terdiri dari beras, sagu, jagung, tepung
terigu dan ubi, protein terdiri dari protein hewani ( ikan, udang, kerang,
kepiting, daging, ayam, hati, telur, susu, dan keju) dan protein nabati
(kacang tanah, merah, hijau, kedelai, tahu, tempe), lemak dapat diperoleh
dari hewani (lemak, mentega, dan keju) dan nabati (kelapa sawit,
minyak, sayur, minyak kelapa, dan margarine), vitamin dan mineral yang
paling mudah menurun kandungannya dalam makanan adalah Vit B6,
tiamin, asam folat, kalsium, seng dan magnesium.
b. Pola istirahat dan tidur pada masa nifasnya lamanya dan kapan waktunya
malam 8 jam dan siang 1 jam.

27
c. Pola eliminasi pada ibu nifas masalah berkemih dan BAB tidak
mengalami hambatan apapun, kebanyakan pasien dapat melakukan BAK
secara sepontan dalam 8 jam setelah melahirkan (Walyani, 2017).
d. Personal hygine pada masa nifas kebersihan badan dan daerah vulva
(genetalia) dapat memberikan rasa nyaman pada daerah vulva dengan
terlebih dahulu dari depan kebelakang kemudian daerah anus dan
membersihkan vulva setiap selesai BAB dan BAK.
e. Aktifitas setelah bersalin kemampuan mobilisasi beberapa saat,
kemampuan merawat diri dan bayinya. (Sulistyawati, 2017).

11) Data Psikologis

Untuk mengetahui respon ibu dan keluarga terhadap bayinya, meliputi:


a. Respon keluarga terhadap ibu dan bayinya, pengkajian respon keluarga
terhadap ibu adalah kenyamanan psikologis ibu, adanya respon positif
dari keluarga terhadap kelahiran bayi akan mempercepat proses adaptasi
ibu menerima perannya.
b. Respon ibu terhadap dirinya sendiri, yang dikaji adalah bagaimana
respon ibu terhadap dirinya sendiri, setelah ibu menjalani proses
persalinan, apakah ibu siap untuk menerima perannya menjadi seorang
ibu yang siap untuk merawat dirinya.
c. Respon ibu terhadap ayinya, dalam pengkajian data ini bidan dapat
menanyakan langsung kepada pasien mengenai bagaimana perasaanya
terhadap kelahiran dari bayinya, apakah ibu merasa senang atau tidak
atas kelahiran bayinya dan ibu dapat atau tidak menyesuaikan dirinya
dengan bayinya. Wanita mengalami banyak perubahan emosi/psikologis
selama masa nifas sementara ia menyesuaikan diri dengan bayi menjadi
seorang ibu. Cukup sering ibu menunjukkan depresi ringan beberapa hari
setelah kelahiran. Depresi tersebut sering disebut sebagai postpartum
blues. Postpartum blues sebagian besar merupakan perwujudan fenomena
psikologis tyang dialami oleh wanita yang terpisah dari keluarga dan
bayinya (Sulistyawati, 2017).

12) Data sosial budaya

28
Untuk mengetahui pasien dan keluarga yang menganut adat istiadat yang
akan menguntungkan atau merugikan pasien khususnya pada masa nifas
misalnya pada kebiasaan pantang makan. Misalnya ketika seorang ibu nifas
setelah makan ikan, telur dan daging lalu jahitannya gatal-gatal dianggap
makanan itu penyebab gatal pada luka jahitan, padahal memang ibu alergi
dengan makanan itu, justru pemenuhan kebutuhan protein semakin meningkat
untuk membantu penyembuhan luka baik pada dinding rahim maupun luka
jalan lahir yang mengalami jahitan dan protein zat pembangun yang
membentuk jaringan otot tubuh dan mempercepat pulihnya luka
(Sulistyawati, 2017).

2. Data Obyektif

1. Pemeriksaan Umum

a. Keadaan umum

b. Kesadaran

c. Tanda-tanda vital

1. TD : 110/70 – 120 / 80 mmHg

2. N : 80 – 100 kali / menit

3. R : 16 – 24 kali / menit

4. S : 36,5 – 37,2 º C.

d. Berat badan sekarang

1. Inspeksi :

a. Rambut : Untuk mengetahui kebersihan dan rontok atau pucat

b. Muka : Pucat atau tidak , flek atau tidak

c. Mata :Simetris atau tidak, conjungtiva pucat atau tidak, sklera


ikterus atau tidak

d. Hidung : Ada pernapasan cuping hidung atau tidak

e. Dada : Puting menonjol atau tidak, hiperpigmentasi areola atau


tidak

29
f. Abdomen : Untuk mengetahui adanya tanda-tanda kehamilan.

g. Genetali : Terdapat condiloma akuminata ada atau


tidakpengeluaran  atau lochea, ada luka jahitan atau tidak,
kondisi luka   jahitan.                             

h. Ekstermitas

1. Atas : Pergerakan bebas atau tidak, cacat atu tidak, oedema atau tidak.

2. Bawah: Pergerakan bebas atau tidak, oedema atau tidak, varices atau
tidak.

2. Palpasi :

1) Leher : Teraba pembesaran kelenjartyroid dan vena jagularis


atau tidak.
2) Dada : Ada benjolan abnormal atau tidak, ada nyari tekan atau                           
tidak.
3) Abdomen : Adanyeri tekan atau tidak, ada benjolan abnormal atau
tidak, TFU.
4) Payudara : Keluar kolostrum atau tidak.

3. Auskultasi :

1. Dada : Ada ronchi atau wheezing atau tidak

4. Perkusi :

1. Reflek patella + / -

Data Penunjang

- Laboratorium
o Kadar Hb
o Hmt (Hematokrit)
o Kalar Leukosit
o Golongan Darah

30
2.2.2 Interpretasi datadasar (Diagnosa, Masalah, dan Kebutuhan)

Data yang telah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat


merumuskan diagnosa atau masalah yang spesifik, rumusan diagnosa dan masalah
keduanya digunakan karena tidak dapat didefenisikan seperti diagnosa tetapi tetap
membutuhkan penanganan (Sulistyawati, 2017).

Analisa dan interpretasi data adalah kemampuan untuk mengaitkan data


dan menghubungkan data dengan kemampuan kognitif yang dimiliki sehingga
dapat diketahui tentang kesenjangan atau masalah yang dialami apakah itu
masalah kesehatanatau kebidanan (Sulistyawati, 2017).

a. Diagnosis Kebidanan

Diagnosis yang ditegakkan oleh profesi (bidan) dalam lingkup


praktik kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur (tata nama)
diagnosis kebidanan(Walyani, 2017).

Diagnosa dapat ditegakkan yang berkaitan dengan Para, Abortus,


Post partum normal dan keadaan ibu.

Contoh diagnosa : P…A… ibupost partum normal hari pertama


keadaan ibu.

Data dasar meliputi;

1. Data Subjektif

- Ibu mengatakan ini anak pertamanya

- Ibu mengatakann yeri luka jahitan perenium.

2. Data Objektif

- Partustanggal……, pukul……WIB.

- KU: Baik, kesadaran composmentis,

- TD 120/80mmHg, N: 80 x/menit, T: 360C, R: 20 x/menit

- TFU: 2 jari dibawah pusat, keras.

- Lochea : rubra, warna merah segar, jumlah pendarahan 1


pembalut tidak penuh (Walyani, 2017).

31
2. Masalah
Masalah dirumuskan bila bidan menemukan kesenjangan yang terjadi pada
respons ibu terhadap masa nifas. Masalah ini terjadi belum termasuk
dalamrumusan diagnosisi yang ada, tetapi masalah tersebut membutuhkan
penanganan bidan, maka masalah dirumuskan setelah diagnosa.
Permasalahan yang muncul merupakan pernyataan dari pasien, ditunjang dengan
data dasar baik subjektif maupun objektif.
Contoh:
Masalah: Nyeri jahitan
Dasar:
- DS: Ibu mengatakan nyeri pada luka jahitannya
- DO:Luka perenium derajat II, keadaan masih basah, jenis heating    jelujur
subcutis (Walyani, 2017).
3. Kebutuhan
Kebutuhan adalah hal-hal yang dibutuhkan oleh klien dan belum teridetifikasi
dalam diagnosis dan masalah yang didapatkan dengan melakukan analisa data.
Contoh:
- Informasikan keadaan umum
- Penkes tentang ketidaknyamanan pada masa nifas
- Penkes tentang perawatan pada masa nifas.

2.2.3. Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial

Langkah ini merupakan mrengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial


berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah didentifikasi. Langkah
ini membutuhkan antisipasi bila memungkinkan dilakukan pencegahan sambil
mengawasi pasien bidan bersiap-siap bila masalah potensial benar-benar terjadi
(Walyani, 2017).
2.2.4. Identifikasi Dan Menetapkan kebutuhan Tindakan Segera

Mengantisipasi perlu tindakan segera oleh Bidan dan Dokter untuk


konsultasi atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan lain.Misalnya

32
untuk menentukan konsultasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain kondisi
pasien. Pada nifas normal tindakan segera / kolaborasi tidak ada (Walyani, 2017).
2.2.5. Rencana Asuhan Kebidanan

Langkah ini ditentukan dari hasil kajian pada langkah sebelumnya. Jika
ada imformasi/ data yang tidak lengkap bisa dilengkapi. Merupakan kelanjutan
penatalaksanaan terhadap masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi atau
diantisipasi yang sifatnya segera atau rutin.
Rencana asuhan dibuat berdasarkan pertimbangan yang tepat, baik dari
pengetahuan, teori yang up to date, dan divalidasikan dengan kebutuhan pasien.
Penyusunan rencana asuhan sebaiknya melibatkan pasien. Sebelum pelaksanaan
rencana asuhan, sebaiknya dilakukan kesepakatan antara bidan dan pasien ke
dalam informed consent.
Contoh:
1) Anjurkan ibu untuk mengeluarkan ASI
2) Lakukan kompres air hangat dan dingin
3) Lakukan masase pada payudara secara bergantian
4) Berikan terapi antipiretik dan analgetik
5) Anjurkan ibu untuk tetap konsumsi makanan yang bergizi
(Walyani, 2017).

2.2.6. Pelaksanaan asuhan kebidanan

Pelaksanaan dapat dilakukan seluruhnya oleh bidan atau bersama-sama


dengan klien atau anggota tim kesehatan. Bila tindakan dilakukan oleh dokter atau
tim kesehatan yang lain, bidan tetap memegang tanggung jawab untuk
mengarahkan kesinambungan asuhan berikutnya. Kaji ulang apakah semua
rencana asuhan telah dilaksanakan.
Contoh:
Sesuai dengan pelaksanaan tetapi ada rasionalisasi tindakan(Walyani, 2017).

33
2.2.7. Evaluasi

Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang telah
diberikan. Evaluasi didasarkan pada harapan pasien yang diidentifikasi saat
merencanakan asuhan, bidan mempuyai pertimbangan tertentu antara lain: tujuan
asuhan kebidanan; efektivitas tindakan untuk mengatasi maslah; dan hasil asuhan
kebidanan.
Contoh:
- ASI telah dikeluarkan, jumlah ASI cukup
- Kompres air hangat dan dingin telah dilakukan, ibu merasa lebih nyaman
- Telah dilakukan masase, ibu merasa lebih rileks
- Terapi yang diberikan adalah perasetamol 500 mg 3x 1 peroral dan
antalgin 500 mg 3 x 1 per oral
- Ibu bersedia mengkosumsi makanan yang bergizi(Walyani, 2017).

BAB III
ASUHAN KEBIDANAN
FORMAT PENGKAJIAN ASUHAN KEBIDANAN POST NATAL CARE

Asuhan Hari ke : III (Tiga)

Tanggal Pengkajian : 22 Agustus 2021

Pukul : 11:30 wib

Tempat Melahirkan : Klinik Bersalin Hj Dewi Sesmera


3.1 Data Dasar

I. DATA SUBJEKTIF
A. Identitas

34
Nama Ibu : Ny. N Nama Suami : Tn.D

Umur : 23 Thn Umur : 25 Thn

Suku/ Kebangsaan : Jawa/Indo Suku/ Kebangsaan : Jawa/ Indo

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : S-1 Pendidikan : S-2

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Dosen

Penghasilan :- Penghasilan : Rp 3.200.000

Alamat :jln, Dua gg, keluarga Alamat : jln, Dua gg,


keluarga

Telepon : 0852 7530 4115 Telepon : 0853 5465 7654

1) Anamnese

A. Keluhan utama : ibu mengatakan nyeri saat BAK

B. Riwayat kebidanan

a) Menstruasi

- Menarche : 14 tahun

- Siklus :28 hari

- Volume : 3x ganti duk

- Keluhan : desminore

b) Gangguan kesehatan alat reproduksi :

- Keputihan : Ada

- Infeksi : Tidak Ada

- Gatal – gatal pada alat kelamin : Tidak Ada

- Tumor : Tidak Ada

c) Riwayat kehamilan persalinan , dan nifas yang lalu :

35
Anak Kehamilan Persalianan Nifas KB
NO Ke Lama Penyu Penol Temp BB Penyulit Vit Tablet Alkon Lama
lit ong at A Fe
Bayi
1. Perta 38 Tidak Bidan Klinik 3200 Tidak Ya Ya KB 1 -
ma minggu ada gram ada bulan
2. Kedu 38 Tidak bidan Klinik 3000 Tidak Ya Ya
a minggu ada gram ada

d) Riwayat persalinan sekarang

- Jenis Persalinan : Normal

- Jenis kelamin : Perempuan

- Jumlah perdarahan : 100 cc

- Robekan jalan lahir : Tidak ada

- Gangguan setelah persalinan : Tidak ada

- Lama persalinan : 6 jam

- Kondisi plasenta : Utuh

- Jumlah perdarahan

Kala I : tidak ada

Kala II :100 cc

Kala III : 100 cc

Kala IV : 50 cc

- Tindakan lain yang dilakukan : Tidak ada

- Kondisi bayi lahir : Baik

BB :3400 gr

PB : 48cm

Cacat bawaan : Tidak ada

36
- Komplikasi persalinan : Tidak ada

- Kondisi air ketuban :Jernih

b. Riwayat Kesehatan

- Penyakit jantung : Tidak ada

- Diabetes militus : Tidak ada

- Ginjal : Tidak ada

- Hepatitis : Tidak ada

- Hypertensi : Tidak ada

c. Status perkawinan

- Usia nikah pertama kali : 23 Tahun

- Status pernikahan : Syah

- Lama pernikahan : 9 Tahun

- Ini adalah suami yang ke : Pertama

d. Pola makan

- Menu ( nasi, sayur, lauk, buah, makanan selingan , dll ) :

1 piring nasi+1 mangkuk sayur+1 potong ikan+1 gelas susu+1 buah pisang

- Frekuensi : 3 x sehari

- Banyaknya : 1porsi

- Pantangan : Tidak ada

e. Pola minum

- Frekuensi : Sering

- Jumlah per hari : 7-8 gelas

- Jenis minuman : Air putih

f. Pola istirahat

- Siang : 2 jam

37
- Malam : 8 jam

Aktivitas sehari – hari : IRT

Personal hygiene

- Mandi : 2 kali/hari

- Keramas : 3 x seminggu

- Ganti baju dan celana dalam : 3-4 kali/hari

- Kebersihan kuku : Bersih

g. Aktivitas seksual :Belum

h. Keadaan lingkungan

- Fasilitas MCK ( mandi ,nyuci, kakus ): Bersih

- Letak tempat tinggal dekat dengan kandang ternak atau tidak: Tidak

- Polusi udara : Baik

- Keadaan kamar : Rapi

i. Respon terhadap kelahiran bayi

- Respon keluarga terhadap kelahiran bayi : Bahagia

- Respon ayah terhadap kelahiran bayi : Bahagia

- Respon ibu terhadap kelahiran bayi : Bahagia

j. Pengetahuan ibu tentang perawatan bayi :cukup memahami

k. Perencanaan KB : Ada

l. Pengetahuan ibu tentang keadaanya dan perawatannya :Cukup

m. Adat istiadat setempat yang berkaitan dengan masa nifas : Tidak ada

B. DATA SUBYEKTIF

1) Keadaan umum : Baik

2) Kesadaran : Compos mentis

3) Keadaan emosional : Membaik

38
4) Tanda – tanda vital

- Tekanan darah : 120/80 mmHg

- Suhu badan ( Temp) : 36,5 0C

- Nadi ( RR ) : 82 x/i

- Pernafasan ( HR ) :22 x/i

5) Kepala

a) Rambut

- Warna : Hitam

- Kebersihan : Bersih

- Mudah rontok atau tidak : Tidak

b) Telinga

- Kebersihan : Bersih

- Gangguan pendengaran : Tidak ada

c) Mata

- Konjungtiva : Merah muda

- Sklera : Putih

- Kebersihan : Bersih

- Kelainan : Tidak ada

- Gangguan penglihatan ( rabun jauh/dekat ): Tidak ada

d) Hidung : Bersih

- Kebersihan : Bersih

- Polip : Tidak ada

- Alergi debu : Tidak

e) Mulut : Bersih

- Bibir : Ada atas, bawah

39
Warna : Merah kehitaman

- Lidah

Warna : Merah Muda

Kebersihan : Bersih

- Gigi

Kebersihan : Bersih

Karies : Tidak ada

Gangguan pada mulut : Tidak ada

6) Leher

a) Pembesaran kelenjar limfe : Tidak ada

b) Parotitis : Tidak ada

7) Dada

a) Bentuk : Simetris

b) Payudara

- Bentuk : Simetris

- Konsistensi : Normal

- Gangguan : Tidak Ada

- ASI : Lancar

- Keadaan puting : Menonjol

- Kebersihan : Bersih

a) Denyut jantung : Teratur

d) Gangguan pernafasan : Tidak ada

8) Perut

a) Bentuk : Simetris

b) Strie :Nigra

40
c) Linea :livide

d) Kontraksi uterus : Ada

e) TFU : Pertengahan pusat-simpisis

9) Ekstremitas

a) Atas : Baik

- Gangguan /kelainan : Tidak ada

b) Bawah

- Odema : Tidak ada

- Varises : Tidak ada

10) Genetalia

a) Kebersihan : Bersih

b) Pengeluaran per vaginam : Lochea Serosa

Keadaan luka jahitan :Bersih, Kering

Tanda–tanda infeksi vagina : Tidak ada

11) Anus

- Haemoroid : Tidak ada

- Kebersihan : Bersih

12) Pemeriksaan laboratorium

- Haemoglobin : Tidak dilakukan

- Hematokrit : Tidak dilakukan

- Leokosit : Tidak dilakukan

- Golongan darah : Tidak dilakukan


3.2 Interpretasi Data Dasar

Tanggal: 31 Juli 2021 Pukul: 11:35 Wib


Dx: Ny. N Post Partum hari ke-2 anak kesatu dengan Keadaan umum Ibu dan
Bayi baik.

41
Dx 1 : Ibu nifas normal.
Ds : Ibu sudah merasa lebih baik
Do : - Lochia :sanguinolenta

- TFU pertengahan pusat-simpisis

- Payudara ibu membesar

- ASI lancar

Analisis dan interpretasi data

Perbedaan fisik pada ibu nifas fisiologi dengan patologi terlihat dari kontraksi
uterus, pada ibu nifas fisiologi uterus akan terus berkontraksi sampai uterus akan
keembali seperti saat sebelum hamil. Sedangkan pada ibu nifas patologi kontraksi
uterus sebaik kontraksi pada nifas fisiologi dan pada patologi utrus juga dapat
tidak berkontraksi. Dan pada TFU pada ibu nifas fisiologi TFU sudah tidak teraba
dan pada nifas patologi TFU ibu bisa saja masih setinggi pusat, ini bertanda
involusi uterus tidak berjalan dengan baik.

A. Dx 2 : Paritas GI P0 A0
Ds : Ini adalah anak yang kedua
Do : - Perutnya tampak kendur
- Portio sudah tertutup
- Striae masih kelihatan

Analisis dan interpretasi data

Ibu nifas pada ibu paritas 1 dengan ibu paritas lebih dari 1 terletak pada srtiae, dan
perinium. Pada ibu paritas 1 perinium ibu biasanya akan terjadi robekan, dan pada
striae pada ibu paritas 1 adalah striae nigra.

Dx 3 : keadaan umum ibu baik.


Ds : Ibu dapat berkomunikasi dengan baik.
Do : - wajah ibu terlihat segar
- Emosional : Stabil
- TTV : - TD :100/80 mmHg RR : 20x/menit
HR : 80x/menit Temp :36,3’C

42
Analisis dan interpretasi data

Keadaan tekanan darah, nadi pernafasan dan temperatur akan mempengaruhi


keadaan umum dan juga akan mempengaruhi keadaan emosional ibu.

Dx 4 : Keadaan bayi baik


Ds : Bayi lahir normal
Do : TTV : - RR : 40x/menit HR : 140x/menit
Temp : 36,9’C
- PB : 49 cm - BB : 3400 gram
- Bayi lahir bugar

Analisis dan interpratasi data

TTV dan nilai bugar pada saat bayi lahir akan pempengaruhi kesehatan bayi
apabila tidak ditangani dengan baik.

Masalah : - Ibu mengatakan merasa tidak nyaman dantidak bisa beristirahat


dengan baik

Kebutuhan: - Penkes untuk mengatasi rasa lelah ibu dengan cara ibu tidur
cepat, tidur ketika bayi tertidur.
3.3 Identifikasi Diagnosa Dan Masalah Potensial

Tidak ada
3.4 Kebutuhan Terhadap Tindakan Segera

Tidak ada
3.5 Rencana Asuhan

Tujuaan:
Setelah dilakukan asuhan kebidanan diharapkan ibu mengerti dan memehami
keadaanya selama nifas berlangsung normal tanpa komplikasi.
Kreteria:
1. Keadaan umum ibu membaik
2. Tanda vital normal
TD :120/80 mmHg
RR :82 x/i
HR :22 x/i

43
T :36,5 0C

Tanggal: 22 Agustus 2021 pukul: 11:35 wib


1. Beritahu keadaan umum ibu
Rasional:
Agar ibu mengetahui keadaan umum ibu apakah dalam batas normal atau
tidak dan dapat mengetahui perkembangan ibu dan ibu tidak merasa
cemas.
2. Ajarkan ibu merawat bayinya
Rasional:
Agar ibu mengetahui cara merawat bayinya.
3. Anjurkan ibu untuk memberikan ASI sesering mungkin kepada bayinya.
Rasional :
Agar ibu mengerti kebutuhan ASI meningkat karena adanya
perkembangan pertumbuhan pada bayi.
4. Berikan ibu penkes tentang nutrisi yang tepat untuk pemulihan rahim dan
menjaga kualitas ASI
Rasional:
Dengan memenuhi kebutuhan nutrisi yang tepat dan cukup diharapkan
keadaan ibu dan bayi baik dan mempercepat pulihnya keadaan ibu setelah
melahirkan
5. Beritahu ibu untuk istirahat yang cukup
Rasional:
Agar keadaan ibu cepat pulih.
6. Ajari ibu untuk menyusui dengan benar
Rasional:
Agar ibu dapat menyusui bayinya dengan baik dan benar.
3.6 Pelaksanaan Asuhan

Tanggal: 22 Agustus 2021 pukul: 11:40 wib


1. Memberitahukan keadaan umum ibu
Hasil:
Ibu sudah mengetahui keadaan umum ibu

44
Keadaan umum: Baik
Tanda-tanda vital
TD :120/80 mmhg
RR :82 x/i
HR :22 x/i
T :36,5 0C
2. Mengajarkan ibu merawat bayinya
a. Buat bayi nyaman
Usahakan bayi di tempatkan pada tempat yang benar, misalkan bayi
kedinginan maka berilah minyak untuk memanaskan badannya. Bayi
baru lahir mempunyai tulang yang masih lembut sekali, maka janganlah
untuk menumpang atau menempatkan bayi pada tempat yang belum
pantas untuknya. Dan tetap jaga bayi dalam kondisi yang aman.
b. Tidur Ketika Bayi Tidur
Ketika bayi tidur, maka tidurlah dengan bayi. Karena tidur bersamaan
dengan bayi akan mencegah depresi postparfum serta gangguan pada
kimia yang ada di otak bayi.
c. Bertanya Apabila ada yang kurang tau
Bertanya kepada orang yang sudah berpengalaman dan mengetahui cara
merawat bayi.
d. Berikanlah ASI
Asi adalah makanan terbaik untuk bayi, karena asi terbukti bahwa
merupakan makanan terbaik untuk bayi. ASI juga dianugerahakn dari
yang maha kuasa sebagai pemberian asupan untuk bayi. Serta dengan
asi, sangat jauh sekali dengan kuman, serta memberikan kebutuhan gizi
yang baik. Dan berikanlah asi secara rutin sampai bayi berumur 6
bulan.
Hasil: Ibu sudah mengerti cara merawat bayi
3. Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI sesering mungkin
Hasil:
Ibu sedah mengerti dan memberikan ASI pada bayinya sesering mungkin.
4. Memberikan ibu tentang penkes tentang nutrisi yang tepat

45
- Tambahkan kalori 500 kal/hari (nasi 4-5 piring/hari)
- Diet seimbang protein, mineral dan vitamin yang cukup (daging buah,
sayuran 2-4 porsi/hari)
- Minum sedikitnya 3 gelas/hari, pil zat besi selama 40 hari
- Mengatakan pantang pada ibu bahwa tidak ada pantangan pada
makanan apapun selagi ibu tidak memiliki alergi pada makanan
- Menganjurkan ibu makan daun katuk atau bengkoang untuk
membantu mamperlanjar ASI
Hasil: Ibu sudah tau Nutrisi yang baik Untuk Ibu.
5. Memberitahu ibu untuk istirahat cukup
- Malam 8 jam, siang 2 jam
- Hindari pekerjaan yang terlalu berat
Hasil: Ibu sudah mengerti istirahat yang cukup.
6. Mengajari ibu untuk menyusui degan benar

Teknik menyusui adalah suatu cara pemberian ASI yang dilakukan oleh
seorang ibu kepada bayinya, demi mencukupi kebutuhan nutrisi tersebut.
Posisi yang tepat untuk menyusui. Duduklah dengan posisi yang enak atau
santai, pakailah yang ada sandaran punggung dan lengan. Gunakan bantal
untuk menganjal bagi bayi agar bayi tidak terlalu jauh dari payudara ibu.

1. Cara memasukan putting susu ibu ke mulut bayi


2. Teknik melepaskan hisapan bayi
3. Cara menyendawakan bayi
4. Tanda- tanda teknik menyusui sudah baik dan benar
Hasil: Ibu sudah mengerti cara menyusui yang benar

3.7 Evaluasi

Tanggal: 22 Agustus 2021 pukul: 11:45 wib

1. Ibu sudah tahu keadaan umum ibu


2. Ibu sudah bisa merawat bayinya
3. Ibu sudah memberikan ASI sesering mungkin
4. Ibu sudah tahu tentang penkes tentang nutrisi yang tepat

46
5. Ibu sudah tahu untuk istirahat yang cukup.
6. Ibu sudah bisa menyusui bayidengan benar.
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada pembahasan ini akan diuraikan mengenai isi Laporan Studi Kasus,
khususnya tinjauan kasus untuk melihat kesenjangan yang terjadi pada
Manajemen Asuhan Kebidanan Ibu Nifas.Pada pembahasan ini penulis akan
membandingkan teori medis dan teori asuhan kebidanan dengan praktek sehari
hari di lapangan. Teori yang disajikan dapat mendukung atau bertentangan dengan
kasus dilahan. Sehingga dari hal itu penulis dapat mengetahui kelebihan dan
kekurangan atau kesenjangan tersebut menggunakan langkah-langkah manajemen
kebidanan yaitu, data dasar, interpretasi data dasar, identifikasi diagnose dan
masalah potensial, kebutuhan terhadap tindakan, rencana asuhan, pelaksanaan
asuhan, dan evaluasi.
4.1. Data Dasar (Pengkajian)

Pengkajian merupakan langkah mengumpulkan semua data yang akurat


dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien secara
keseluruhan. Bidan dapat melakukan pengkajian dengan efektif, maka harus
menggunakan format pengkajian yang terstandart agar pertanyaan yang diajukan
lebih terarah dan relevan. (Walyani, 2017).

Dari data subjektif diperoleh dengan cara melakukan anamnesa adalah


data subjektif pasien ibu nifas yang meliputi: biodata identitas pasien dan suami
pasien, riwayat haid, riwayat perkawinan, riwayat obstetric (riwayat persalinan
dan nifas yang lalu), riwayat persalinan sekarang, riwayat kesehatan (kesehatan
yang lalu, sekarang dan keluarga) pola kebiasaan ( makan, minum, eliminasi,
aktivitas, istirahat) data pengetahuan, spiritual dan budaya.

Dari data objektif adalah pemeriksaan fisik dan penunjang, pemeriksaan


fisik meliputi: pemeriksaan keadaan umum pasien, kesadaran dan tanda vital,
kepala dan wajah ( kepala, muka, hidung dan telinga), gigi dan mulut ( bibir, gigi

47
dan gusi), leher, dada, payudara, abdomen dan ekstremitas (atas dan bawah),
genetalia ( vagina, pengeluaran pervagina, perenium dan anus) (Walyani, 2016).

Pada kasus ini Ny.N mengatakan keadaan umum ibu dan bayi baik,
kesadaran : composmentis, TTV, TD: 120/80mmHg, RR: 22x/menit, Temp:
36,5oC, HR: 82 X/menit, lochea : sanguinolenta dan TFU: 2 jari dibawah pusat,
tidak ada luka jahitan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan ditemukan
adanya kesenjangan antara teori dan praktek dimana pada pengkajian dilakukan
pemeriksaan fisik lengkap namum tidak dilakukan pemeriksaan laboratorium
( haemoglobin, hematokrit, leokosit, golongan darah ) dikarenakan tidak adanya
indikasi pada kasus tersebut untuk dilakukan pemeriksaan penunjang.
4.2. Interpretasi Data Dasar

Data yang telah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan


diagnosa atau masalah yang spesifik, rumusan diagnosa dan masalah keduanya
digunakan karena tidak dapat didefenisikan seperti diagnosa tetapi tetap
membutuhkan penanganan (Walyani, 2017).

Diagnosis yang ditegakkan oleh profesi (bidan) dalam lingkup praktik


kebidanan dan memenuhi standart nomenklatur (tata nama) diagnosis kebidanan
(Walyani, 2017).

Untuk identifikasi diagnosa berdasarkan data-data yang sudah terkumpul


pada nifas normal : P…A… ibu post partum normal hari pertama keadaan ibu.

Pada kasus Ny. N P0 A0 ibu post partum normal hari ke-3 dengan keadaan
umum ibu baik.

Menurut teori, masalah yang sering terjadi pada nifas normal yaitu masalah
perut mules, lelah, nyeri jaitan perineum, kurang selera makan, sulit tidur. Demam
tinggi melebihi 380C, nyeri abdomen, nyeri ulu hati, sembelit, lochea berbau
busuk, putting susu pecah, rabun (Walyani, 2017).

Menurut kasus masalah pada Ny.N tidak ada masalah yang terjadi. Sehingga
tidak adanya kebutuhan khusus yang diberikan. Kebutuhan adalah hal-hal yang

48
dibutuhkan oleh klien dan belum teridentifikasi didalam diagnosis dan masalah
yang didapatkan dengan melakukan analisa data (Walyani, 2017).

Kebutuhan yang diperlukan Ny. N adalah informasi keadaan umum ibu,


memberikan penkes tentang perawatan pada masa nifas. Berdasarkan interpretasi
data diatas, kasus yang didapatkan sesuai dengan teori maka penulis tidak
menemukan kesenjangan antara teori dan praktek.
4.3. Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial

Langkah ini bidan mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial


berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi. Langkah
ini membutuhkan antisipasi bila memungkinkan dilakukan pencegahan sambil
mengawasi pasien bidan bersiap-siap bila masalah potensial benar-benar terjadi.
(Walyani, 2017).

Menegidentifikasi diagnosa potensial dan masalah potensial berdasarkan


diagnosa dan masalah yang sudah teridentifikasi. Pada masa nifas normal
diagnosa potensial dan masalah potensial tidak ada. (Walyani, 2017).

Pada kasus Ny. N dengan nifas normal tidak ada diagnosa potensial, pada
langkah ini penulis tidak menumakan kesenjangan antara teori dan praktek.
4.4. Kebutuhan Tindakan Segera

Mengantisipasi perlu tindakan segera oleh bidan dan dokter untuk konsultasi
atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan lain.

Misalnya untuk menentukan konsultasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan


lain kondisi pasien. Pada nifas normal tindakan segera/kolaborasi tidak ada
(Walyani, 2017) .

Pada kasus Ny. N dengan nifas normal tidak ada tindakan segera, pada
langkah ini tidak ditemukan adanya kesenjangan teori dan praktek.
4.5. Rencana Asuhan

Rencana asuhan yang komprehensif tersebut tidak hanya mencakup


tentang hal-hal yang teridentifikasi dari keadaan klien atau yang berhubungan
dengan masalah klien. (Walyani, 2017)

49
Menurut kasus rencana asuhan yang diberikan pada ibu nifas normal yaitu
observasi TTV, TFU, pengeluaran lochea, dan keadaan luka jahitan pada
perenium, Pastikan ibu menyusui dengan benar, Ajarkan tentang perawatan
payudara, Beritahu ibu KIE tentang (beritahu makanan bergizi seimbang, anjurkan
ibu untuk istirahat yang cukup, lakukan personal hygine, anjurkan ibu berikan
ASI eksklusif pada bayi, beritahu tentang perawatan bayi baru lahir, kenali pada
ibu tanda-tanda bahaya pada masa nifas).

Pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dan
praktek.
4.6. Pelaksanaan Asuhan

Pelaksanaan dapat dilakukan seluruhnya oleh bidan atau bersama-bersama


dengan atau anggota tim kesehatan. Bila tindakan dilakukan oleh dokter atau tim
kesehatan yang lain, bidan tetap memegang tanggungjawab untuk mengarahkan
kesinambungan asuhan berikutnya. Kaji ulang apakah semua rencana asuhan telah
dilaksanakan (Walyani, 2017).
Menurut teori dalam pelaksanaan nifas normal adalah memberikan
mengobservasi TTV, TFU, kontraksi uterus, kandung kemih, pengeluaran lochea,
dan keadaan luka jahitan pada perineum (Walyani, 2017).
Dimana kadaan umum ibu baik, dimana menurut teori tekanan darah pada
ibu nifas normal berkisar antara 120/80mmHg sampai 140/90mmHg, pernafasan
berkisar antara 16-24X/menit, nadi berkisar antara 60-80X/menit, suhu berkisar
antara 36,50C-37,50C dan TFU : TFU setelah uri/plasenta lahir 2 jari dibawah
pusat, pertengahan pusat simfisis pada 1 minggu, tidak teraba di atas simfisis 2
minggu, bertambah kecil 6 minggu, kontraksi uterus: bayi, teraba bulat dan keras,
kandung kemih: kosong, jahitan perenium baik, tidak ada kemerahan pada luka
(Walyani, 2017).
Berdasarkan kasus yang didapatkan TD: 120/80mmHg, HR: 82X/menit,
RR: 22X/menit, Temp: 36,50C, TFU: tidak teraba, tidak ada jahitan perineum,
tidak ada kemerahan dan kering.

50
Kemudian memastikan ibu menyusui dengan benar, maka dapat
memberikan rasa nyaman pada ibu ketika menyusui dan begitupun pada bayinya.
Selain itu, dapat mencegah terjadinya lecet pada putting susu jika menyusui
dengan benar, isapan bayi dapat membantu pembentukan dan pengeluaran ASI
dan membantu involusio uterus (Walyani, 2017).
Mengajarkan ibu tentang perawatan payudara dengan melakukan
perawatan payudara dengan benar, agar payudara terawat dan memperbanyak
produksi ASI.

Dan bidan juga harus memberitahu pada ibu KIE tentang (Memberitahu
makanan bergizi seimbang, menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup,
melakukan personal hygine, menganjurkan ibu memberikan ASI eksklusif pada
bayi, melakukan perawatan bayi baru lahir, mengenali tanda-tanda bahaya pada
masa nifas (Sulistyawati, 2017).
Membetahu ibu KIE tentang makanan seimbang yang dapat memenuhi
kebutuhan nutrisi ibu, pola istirahat yang cukup untuk memberi rasa nyaman pada
ibu dan mengembalikan tenaga ibu dengan ikut tidur ketida bayi tidur, personal
hygiene, tanda-tanda bahaya pada masa nifas sehingga ibu bisa mendeteksi dini
keadaannya serta latihan senam nifas yang tepat untuk memulihkan kondisi tubuh
ibu dan keadaan secara fisiologi ataupun psikologis (Walyani, 2017)
Pada langkah pelaksanaan diatas bahwa menurut teori sama dengan
praktek yang dilakukan dilapangan maka penulis tidak menemukan kesenjangan
antara teori dan praktek.
4.7. Evaluasi

Evaluasi merupakan penilaian terhadap asuhan yang telah dilaksanakan


menurut kesesuaiannya dengan kebutuhan klien.Melakukan evaluasi hasil dari
asuhan yang telah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan apakah benar-benar
telah terpenuhi sesuai dengan diagnosa/masalah.

Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang efektif dalam


pelaksaannya. Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut telah efektif
(Walyani, 2017).

51
Pada kasus Ny. N nifas telah dilakukan perawatan pada tanggal 31 Juli
2021 evaluasi yang dilakukan adalah TTV, TFU, pengeluaran, luka jahitan pada
perineum dengan nifas normal, keadaan umum ibu baik dengan vital sign TD:
120/80X/menit, HR: 82 X/menit, RR: 22 X/menit, Temp: 36,50C, TFU: tidak
teraba, tidak ada jahitan perenium, tidak ada kemerahan dan kering.Ibu sudah
mengetahui cara menyusui dengan benar, ibu melakukan perawatan payudara
sesuai yang dianjurkan, ibu sudah mengetahui penjelasan dan pemahaman KIE
dari bidan tentang ( Makanan bergizi seimbang, istirahat yang cukup, personal
hygine, ASI eksklusif pada bayi, perawatan bayi baru lahir, tanda-tanda bahaya
nifas dan latihan senam nifas).
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan data yang diperoleh pada pengkajian kasus yang berjudul


“Manajemen Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Pada Ny. N Di Klinik Hj Dewi
Sesmera Tahun 2021”, dapat ditarik kesimpulan bahwa:
5.1.1. Pengkajian

Pada langkah pengkajian manajemen asuhan kebidanan ibu nifas padaPada


Ny. N Di Klinik Hj Dewi Sesmera Tahun 2021, pada pelaksanaanya ditemukan
adanya kesenjangan, yaitu tidak dilakukannya pemeriksaan laboratorium pada
pemeriksaan fisik dari data objektif.
5.1.2. Interpretasi Data

Pada langkah interpretasi data dasar (diagnosa, masalah, kebutuhan)


manajemen asuhan kebidanan ibu nifas pada Pada Ny. N Di Klinik Hj Dewi
Sesmera Tahun 2021, dengan diagnosa “Ny. N P0 A0 ibu post pasrtum hari ke 2
dengan keadaan umum ibu baik” sudah sesuai dengan teori, maka pada langkah
ini tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan praktek.
5.1.3. Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial

Pada langkah identifikasi diagnose dan masalah potensial manajemen

52
asuhan kebidanan ibu nifas pada Pada Ny. N Di Klinik Hj Dewi Sesmera Tahun
2021, tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan praktek.
5.1.4. Identifikasi dan Menetapkan Kebutuhan Tindakan Segera

Pada langkah ini kebutuhan yang memerlukan tindakan segera manajemen

asuhan kebidanan ibu nifas pada Pada Ny. N Di Klinik Hj Dewi Sesmera Tahun
2021, tidak ada dibutuhkan tindakan segera atau kolaborasi karena adanya
masalah dan diagnosa potensial yang harus ditangani segera jika tidak teratasi
oleh bidan, maka pada langkah ini tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan
praktek.

5.1.5. Perencanaan

Pada langkah rencana manajemen asuhan kebidanan ibu nifas pada Pada
Ny. N Di Klinik Hj Dewi Sesmera Tahun 2021, perencanaan dilakukan
sesuai dengan kebutuhan pasien, rencana kebidanan yang dilakukan pada
ibu nifas normal. Maka pada langkah ini tidak ditemukan kesenjangan
antara teori dan praktek.
5.1.6. Pelaksanaan

Pada langkah pelaksanaan manajemen asuhan kebidanan ibu nifas


padaPada Ny. N Di Klinik Hj Dewi Sesmera Tahun 2021, dilaksanakan
sesuai dengan rencana tindakan dan teori. Maka pada langkah ini tidak
ditemukan kesenjangan antara teori dan praktek.
5.1.7. Evaluasi

Pada langkah evaluasi manajemen asuhan kebidanan ibu nifas pada Pada
Ny. N Di Klinik Hj Dewi Sesmera Tahun 2021, evaluasi dilakukan sesuai
perencanaan dan pelaksanaan asuhan. Maka pada langkah ini tidak
ditemukan kesenjangan antara teori dan praktek.
5.2. Saran
5.2.1. Tempat Praktek

Diharapkan bagi pihak klinik untuk dapat memberikan informasi dan


dapat meningkatkan layanan yang lebih bermutu dalam memberikan

53
asuhan kebidanan terutama pada ibu nifas yang sesuai standar operasional
prosedur, meningkatkan layanan konseling, serta diharapkan bidan lebih
sering mengikuti pelatihan seminar kebidanan untuk mengetahui
perkembangan terbaru ilmu kebidanan.
5.2.2. Institusi pendidikan

Laporan tugas akhir ini dapat digunakan sebagai panduan pengkajian


kasus yang berorientasi pada asuhan ibu nifas. Serta sebagai bahan materi
kuliah dan skil lab Universitas Haji Sumatera Utara sehingga dapat
menambah pengetahuan mahasiswa, baik dikalangan sendiri maupun
kalangan umum tentang Ibu Nifas.
5.2.3. Peneliti selanjutnya

Diharapkan bagi mahasiswa dapat melakukan pengkajian data mengenai


asuhan kebidanan pada ibu nifas normal dengan lebih baik lagi. Sehingga
diharapkan segala asuhan yang diberikan sesuai dengan hasil data yang di
dapat dan sesuai dengan kebutuhan ibu nifas.

54
DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, Yetti. (2015). Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Yogyakarta. Pustaka


Rihama

Dewi, (2016).AsuhanKebidananIbuNifas.Yogyakarta.SalembaMedika

Rukiyah, dkk. (2017). Asuhan Kebidanan Patologi Kebidanan. Jakarta. CV. Trans
Info Media

Rukiyah,dkk. (2015). Asuhan Kebidanan Nifas (III). Jakarta Timur. CV. Trans
Info Media

Rukiyah, dkk. (2015). Asuhan Kebidanan Patologi. Jakarta Timur. CV. Trans Info
Media

Saleha,Siti. (2007). Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta.


SalembaMedika

Sari, dkk. (2016). Asuhan Kebidanan Masa Nifas (Postnatal Care). Jakarta
Timur. CV. Trans Info Media

Suherni, dkk. (2009). Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta. Fitramaya

Sulistiyawati,Ari. (2006). Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Yogyakarta. CV.


Andi Offeset

55

Anda mungkin juga menyukai