Disusun oleh :
Nany Pratiwi
Nim : 1915302012
Disetujui oleh :
Pembimbing
Diketahui
Ketua Program Studi Sarjana Terapan Kebidanan
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Laporan Praktek Klinik Kebidanan ini yang berjudul “Manajemen asuhan
kebidanan ibu nifaspada ny. M di klinik hj.dewi sesmera,s.tr.keb tahun 2021”.
Penyelesaian Laporan Praktek Klinik Kebidanan ini tidak telepas dari
bantuan, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak sebagai pihak yang terlihat
secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu dalam kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih kepada Yth :
1. Herlia Sumardha Nst,SST.,M.Keb selaku Pembimbing Akademik Prodi
Sarjana Terapan Kebidanan Universitas Haji Sumatera Utara.
2. Purnama Handayani, SST, MKM, .Kesselaku Pembimbing Praktek selama di
klinik Hj.Dewi Sesmera,S.Tr.Keb.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan dan penyusunan Asuhan
Kebidanan ini masih jauh dari sempurna.Untuk itu penulis mengharapkan kritik
dan saran untuk perbaikan penyusunan yang akan datang. Semoga Asuhan
Kebidanan ini dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya bagi pembaca
pada umumnya.
(Nany Pratiwi)
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN...............................................................................1
1.1 Latar Belakang ...............................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah........................................................................2
1.3 Tujuan Penyusunan.........................................................................2
1.3.1 Tujuan Umum.......................................................................2
1.3.2 Tujuan Khusus......................................................................2
1.4 Manfaat Penelitian..........................................................................3
1.4.1 Bagi Tempat Praktek............................................................3
1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan......................................................3
1.4.3 Bagi Peneliti Selanjutnya......................................................3
BAB 2 TINJAUAN TEORITIS.....................................................................4
2.1 Pengertian.......................................................................................4
2.1.1. Tujuan Asuhan Masa Nifas..................................................4
2.1.2 Tahapan Masa Nifas.............................................................5
2.1.3 Perubahan Fisik Pada Masa Nifas........................................5
2.1.4 Kebijakan Program Nasional Masa Nifas.............................6
2.1.5 Perubahan Fisiologis pada Ibu Nifas....................................7
2.1.6 Cara Menyusui yang Benar...................................................13
2.1.7 Kebutuhan Kesehatan Ibu Nifas...........................................14
2.1.7 Tanda Bahaya Masa Nifas.................................................... 21
2.2 Teoritis Manajemen Asuhan Kebidanan.........................................22
2.2.1Pengumpulan Data.................................................................23
2.2.2Interpretasi Data Dasar(Diagnosa,Masalah dan Kebutuhan).28
2.2.3Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial……………... 30
2.2.4Identifikasi dan Menetapkan kebutuhna Tindakan Segera.... 30
2.2.5Rencana Asuhan Kebidanan..................................................30
2.2.6Pelaksanaan Asuhan Kebidanan............................................31
2.2.7Evaluasi..................................................................................31
BAB 3 ASUHAN KEBIDANAN....................................................................32
3.1 Data Dasar.......................................................................................31
3.2 Interpretasi Data Dasar...................................................................37
3.3 Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial.................................39
3.4 Kebutuhan Terhadap Tindakan Segera...........................................39
3.5 Rencana Asuhan..............................................................................39
3.6Pelaksanaan Asuhan.........................................................................40
3.7 Evaluasi...........................................................................................42
BAB 4 PEMBAHASAN..................................................................................43
4.1 Data Dasar (Pengkajian).................................................................43
4.2. Interpretasi Data Dasar..................................................................44
4.3 Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial.................................45
4.4 Kebutuhan Terhadap Tindakan Segera...........................................45
4.5 Rencana Asuhan..............................................................................45
4.6 Pelaksanaan Asuhan........................................................................46
4.7 Evaluasi...........................................................................................47
iii
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN...........................................................48
5.1 Kesimpulan………………………………………………………..48
5.1.1Pengkajian..............................................................................48
5.1.2Interpretasi Data.....................................................................48
5.1.3 Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial.......................48
5.1.4.Identifikasi dan Menetapkan kebutuhna Tindakan Segera...48
5.1.5 Perencanaan..........................................................................48
5.1.6 Pelaksanaan ..........................................................................49
5.1.7 Evaluasi.................................................................................49
5.2 Saran...............................................................................................49
5.2.1 Tempat Praktek.....................................................................49
5.2.2 Institusi Pendidikan...............................................................49
5.2.3 Peneliti Selanjutnya..............................................................49
DAFTAR PUSTAKA
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pelayanan masa nifas diperlukan karena merupakan masa kritis bagi ibu
dan bayinya. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi
setelah persalinan, dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama.
Dalam asuhan masa nifas bidan memiliki peranan penting, hal ini dikarenakan
bidan sebagai seorang wanita sehingga diharapkan bidan juga mampu memahami
kondisi ibu masa nifas, selain itu ibu bisa terbuka dalam menyampaikan keluhan
yang dialami selama masa nifas. Beberapa peran utama bidan dalam masa nifas
adalah peran sebagai pelaksana, peran sebagai pengelola, peran sebagai pendidik,
dan peran sebagai peneliti (Walyani,2018).
1
melahirkan. Satu dari sembilan wanita tidak menerima pemeriksaan setelah
melahirkan. (Survey Demografi Kesehatan Indonesia, 2012).
Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk
menyusun laporan yang berjudul “Manajemen Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Pada
Ny. N diKlinikHj Dewi Sesmera,S.Tr.Keb tahun 2021”.
1.2. Identifikasi Masalah
2
2. Menyusun Interprestasi Data pada Manajemen Asuhan Kebidanan Ibu
Nifas pada Ny. N di Klinik Hj Dewi Sesmera,S.Tr.Keb tahun 2021.
3. Menyusun Antisipasi Diagnosa Masalah Potensial pada Manajemen
Asuhan Kebidanan Ibu Nifas pada Ny.Ndi Klinik Hj Dewi
Sesmera,S.Tr.Keb tahun 2021.
4. Menyusun Identifikasi Kebutuhan/Tindakan Segera/Kalaborasi pada
Manajemen Asuhan Kebidanan Ibu Nifas pada Ny. N di Klinik Hj Dewi
Sesmera,S.Tr.Keb tahun 2021.
5. Merencanakan Asuhan Kebidanan pada Manajemen Asuhan Kebidanan
Ibu Nifas pada Ny. N di Klinik Hj Dewi Sesmera,S.Tr.Keb tahun 2021.
6. Melaksanakan Asuhan Kebidanan pada Manajemen Asuhan Kebidanan
Ibu Nifas pada Ny. N di Klinik Hj Dewi Sesmera,S.Tr.Keb tahun 2021.
7. Melakukan Evaluasi Asuhan Kebidanan pada Manajemen Asuhan
Kebidanan Ibu Nifas pada Ny. N di Klinik Hj Dewi Sesmera,S.Tr.Keb
tahun 2021.
1.4. Manfaat
1.4.1. Bagi Tempat Praktek
3
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1. Pengertian
Masa nifas atau puerperium adalah masa setelah partus selesai sampai
pulihnya kembali alat-alat kandungan seperti sebelum hamil. Lamanya masa nifas
ini yaitu kira-kira 6-8 minggu (Wulandari, 2017).
Masa nifas adalah masa setelah seorang ibu melahirkan bayi yang
dipergunakan untuk memulihkan kesehatannya kembali pada umumnya
memerlukan waktu 6-12 minggu ( Yanti, 2017).
Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta
sampai dengan 6 minggu ( 42 hari ) (Walyani,2017).
Masa nifas atau masa puerperium adalah masa setelah persalinan selesai
sampai 6 minggu atau 42 hari. Selama masa nifas, organ reproduksi secara
perlahan akan mengalami perubahan seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan
organ reproduksi ini disebut involusi(Heryani, 2014).
2.1.1. Tujuan Asuhan Masa Nifas
a. Tujuan Umum
4
Membantuibu dan pasangannyaselama masa transisiawalmengasuhanak.
b. TujuanKhusus
1. Puerperium dini
Yang dimaksud dengan puerperium dini adalah masa kepulihan, yang
dalam hal ini ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dalam
agama islam dianggap bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
2. Puerperium Intermedia
Puerperiem Intermedia adalah keputihan menyeluruh alat-alat genetalia
eksterna dan interna yang lamanya 6-8 minggu.
3. Remote Puerperium
Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna terutama bagi ibu selama hamil atau melahirkan mempunyai
komplikasi. Waktu sehat sempurna bisa berminggu-minggu, berbulan-
bulan dan tahunan.
2.1.3. Perubahan Fisik Pada Masa Nifas
a. Rasa kram dan mules di bagian bawah perut akibat penciutan rahim (involusi).
b. Keluarnya sisa-sisa darah dari vagina (lochea).
5
c. Kelelahan karena proses melahirkan.
d. Pembentukan ASI sehingga payudara membesar.
e. Kesulitan buang air besar (BAB) dan (BAK).
f. Gangguan otot (betis, dada, otot, perut, panggul dan bokong).
g. Perlukaan jalan lahir (lecet atau jahitan) (Nugroho, 2016).
2.1.4. Kebijakan Program Nasional Masa Nifas
Kebijakan program nasional pada masa nifas yaitu paling sedikit empat
kali melakukan kunjungan pada masa nifas, dengan tujuan untuk:
6
c. Memastikan ibu cukup mendapatkan makanan, cairan, dan istirahat.
d.Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-
tanda penyulit.
e. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat,
menjaga bayi agar tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.
3. Kunjungan III (2 minggu setelah persalinan)
Sama dengan kunjungan 2
7
Tinggi fundus uterus dan berat uterus menurut masa involusi :
Pertengahan pusat-
3. 1 Minggu 500 gram
sympisis
8
d) Lochea alba : cairan putih, setelah 2 minggu.
e) Lochea purulenta : terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk.
f) Locheastasis : lochea tidak lancar keluarnya
3. Serviks
Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus. Setelah persalinan,
ostiumeksterna dapat dimasuki oleh 2 hingga 3 jari tangan, setelah 6 minggu
persalinan serviks menutup (Walyani, 2017).
9
bawah sering kosong jika sering kosong jika sebelum melahirkan diberikan
enema. Rasa sakit di daerah perenium dapat menghalangi keinginan untuk Buang
Air Besar (BAB) sehingga pada masa nifas sering timbul keluhan konstipasi
akibat tidak teraturnya BAB (Walyani, 2017).
Buang air kecil sering sulit selama 24 jam pertama, kemungkinan terdapat
spasine sfingter dan edema leher buli-buli sesudah bagian ini mengalami kompresi
antara kepala janin dan tulang pubis selama persalinan. Urine dalam jumlah yang
besar akan dihasilkan dalam waktu 12-36 jam sesudah melahirkan.Setelah
plasenta dilahirkan, kadar hormon estrogren yang bersifat menahan air akan
mengalami penurunan yang mencolok. Keadaan ini menyebabkan diuresis. Ureter
yang berdilatasi akan kembali normal dalam tempo 6 minggu (Walyani, 2017).
Ambulasi pada umumnya dimulai 4-8 jam post partum. Ambulasi dini sangat
membantu untuk mencegah komplikasi dan mempercepat proses involusi.
(Walyani, 2017).
10
banyak sekali jumlah urine. Hilangnya progesteron membantu mengurangi retensi
cairan yang melekat dengan meningkatnya volume pada jaringan tersebut selama
kehamilan. Pada persalinan pervaginam kehilangan darah sekitar (200-400 cc).
Bila kelahiran melalui seksio cesaria, maka kehilangan darah dapat dua kali lipat.
Perubahan terdiri dari volume darah (blood volume) dan hemotokrit
(hoemoconcentration). Bila persalinan pervaginam, hemotrokit akan naik dan
pada seksio cesaria, hemotokrit cenderung stabil dan kembali normal setelah 4-6
minggu (Dewi, 2017).
a. Suhu Badan
11
Sekitar hari ke-4 setelah persalinan suhu ibu mungkin naik sedikit, antara
37,2°C – 37,5°C. Kemungkinan disebabkan karena ikutan dari aktivitas
payudara. Bila kenaikan mencapai 38 °C pada hari ke-2 sampai hari-hari
berikutnya, perlu diwaspadai adanya infeksi atau sepsis masa nifas.
b. Denyut nadi
Setelah persalinan jika ibu dalam keadaan istirahat penuh, denyut nadi sekitar
60 x/ menit dan terjadi terutama pada minggu pertama masa nifas. Frekuensi
nadi normal yaitu 60-80 x/ menit. Denyut nadi masa nifas umumnya lebih
stabil dibandingkan suhu badan. Pada ibu yang nervous, nadinya akan lebih
cepat kira-kira 110 x/ menit, bila disertai peningkatan suhu tubuh bisa juga
terjadi shock karena infeksi.
c. Tekanan darah
Tekanan darah <140 mmHg, dan bisa meningkat dari sebelum persalinan
sampai 1-3 hari masa nifas. Bila tekanan darah menjadi rendah perlu
diwaspadai adanya pendarahan pada masa nifas. Sebaliknya bila tekanan
darah tinggi, hal ini merupakan salah satu petunjuk kemungkinan adanya pre-
eklamsi yang bisa timbul pada masa nifas dan diperlukan penanganan lebih
lanjut.
d. Respirasi
Respirasi / pernapasan umumnya lambat atau normal, karena ibu dalam
keadaan pemulihan atau keadaan istirahat. Pernapasan yang normal setelah
persalinan adalah 16-24x/ menit atau rata-ratanya 18 x/ menit(Dewi, 2017).
i. Perubahan Psikis Ibu Nifas
Adaptasi psikologis ibu dalam masa nifas berbeda antara individu satu
dengan yang lainnya. Pada periode tersebut kecemasan seorangdapat
bertambah. Hal-hal yang dapat membantu ibu dalam beradaptasi psikologis
yang terbagi pada masa nifas dalam fase-fase berikut :
1. Fase Taking In
12
Fase taking in merupakan fase ketergantungan yang berlangsung dari hari
pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada fase ini ciri-ciri yang
bisa diperlihatkan adalah :
a. Ibu nifas masih pasif dan sangat tergantung
b. Fokus perhatian ibu adalah pada dirinya sendiri.
c. Ibu nifas lebih mengigat pengalaman melahirkan dan persalinan yang
dialami sehingga pengalaman selama proses persalinan diceritakan
secara berulang-ulang dan lebih suka di dengarkan.
d. Kebutuhan tidur meningkat, sehingga diperlukan istirahat yang cukup
karena baru saja melalui proses persalinan yang melelahkan.
e. Nafsu makan meningkat, Jika kondisi kelelahan dibiarkan terus
menerus,maka ibu nifas menjadi lebih mudah tersinggung dan pasif
terhadap lingkungan.
2. Taking Hold
Fase taking hold berlangsung mulai hari ketiga sampai kesepuluh masa nifas.
Adapun ciri-ciri fase taking hold antara lain :
a. Ibu nifas sudah bisa menikmati peran sebagai seorang ibu.
b. Ibu nifas mulai belajar merawat bayi tetapi masih membutuhkan orang lain
untuk membantu.
c. Ibu nifas lebih berkonsentrasi pada kemampuaanya menerima
tanggungjawab dalam merawat bayi.
d. Ibu nifas merasa khawatir akan ketidakmampuan serta tanggungjawab
dalam merawat bayi.
e. Perasaan ibu sangat sensitif sehingga mudah tersinggung, maka diperlukan
komunikasi dan dukungan yang positif dari keluarga selain bimbingan dan
dorongan tenaga kesehatan untuk mengatasi kritikan yang dialami ibu.
Pada fase ini tugas bidan antara lain mengajarkan cara menyusui yang benar
perawatan bayi, cara perawatan luka jahitan, senam nifas, penkes gizi,
13
istirahat, kebersihan diri dll.Sehingga ibu nifas memiliki rasa percaya diri
untuk merawat dan bertanggungjawab atas bayinya
3. Letting go
Fase ini terjadi setelah terjadi kesepuluh masa nifas atau saat ibu nifas
sudah berada dirumah. Pada fase ini ibu nifas sudah bisa menikmati dan
penyesuaian driri dengan tanggungjawab dengan peran barunya. Selain itu
keinginan untuk merawat bayi secara mandiri serta bertanggungjawab
terhadap diri dan bayinya sudah meningkat. (Yanti, 2017)
2.1.6. Cara Menyusui yang Benar
Teknik menyusui adalah suatu cara pemberian ASI yang dilakukan oleh
seorang ibu kepada bayinya, demi mencukupi kebutuhan nutrisi tersebut. Posisi
yang tepat untuk menyusui. Duduklah dengan posisi yang enak atau santai,
pakailah yang ada sandaran punggung dan lengan. Gunakan bantal untuk
mengganjal bagi bayi agar bayi tidak terlalu jauh dari payudara ibu (Walyani,
2017).
14
d. Jangan menarik putting susu untuk melepaskannya
3. Cara menyendawakan bayi
a. Setelah bayi melepaskan hisapannya, sendawakan bayi sebelum
menyusukan dengan payudara yang lainnya dengan cara :
b. Sandarkan bayi dipundak ibu, tepuk punggungnya dengan pelan sampai
bayi bersendawa.
c. Bayi ditelungkupkan di pangku ibu sambil digosokkan kepunggungnya.
4. Tanda-tanda teknik menyusui sudah baik dan benar
a. Bayi dalam keadaan tenang
b. Badan bayi menempel pada perut ibu
c. Mulut bayi terbuka lebar
d. Bagu bayi menempel pada payudara ibu
e. Bayi menempel betul pada ibu
f. Mulut dan dagu bayi menempel betul pada ibu
g. Sebagian besar areola mamae tertutup oleh mulut bayi
h. Bayi nampak pelan-pelan menghisap dengan kuat
i. Telinga dan lengan bayi berada pada satu garis (Walyani, 2017).
2.1.7. Kebutuhan Kesehatan Ibu Nifas
15
akan meningkat 25% karena berguna untuk proses kesembuhan karena
sehabis melahirkan dan untuk memproduksi air susu yang cukup untuk
menyehatkan bayi semua itu akan meningkat tiga kali dari kebutuhan biasa.
Wanita memerlukan 2.200 K Kalori.Ibu menyusui memerlukan kalori yang
sama dengan wanita dewasa + 700 k. Kalori pada 6 bulan pertama kemudian
+ 500 k. Kalori bulan selanjutnya. Sumber pengatur dan pelindung (mineral,
vitamin dan air). (Walyani, 2017)
b. Kebutuhan cairan
Fungsi cairan sebagai palarut zat bezi dsalam proses metabolisme tubuh.
c. Kebutuhan ambulasi
Sebagian besar pasien dapat melakukan ambulasi segera setelah persalinan
usai.
Ambulasi dini bermanfaat untuk :
1. Melancarkan pengeluaran lokea, mengurangi infeksi puerperium
2. Ibu merasa lebih sehat dan kuat
3. Mempercepat involusi alat kandungan
4. Fungsi nusus, sirkulasi, paru-paru dan perkemihan lebih baik
5. Meningkatkan kelancarana peredaran darah, sehingga mempercepat fungsi
6. ASI dan pengeluaran sisa metabolisme.
7. Memnungkinkan untuk mengajarkan perawatan bayi pada ibu.
8. Mencegah trombosis pada pembuluh tungkai. (Walyani, 2017).
d. Kebutuhan Eliminasi
1. Miksi
Setelah ibu melahirkan akan terasa pedih setelah bila BAK keadaan ini
disebabkan oleh iritasi pada uretra sebagai akibat persalinan sehingga
penderita takut BAK. Bila kandungan kemih penuh maka harus
diusahakan agar penderita dapat BAK sehingga tidak memerlukan alat
untuk membantu berkemih yang dapat menyebabkan infeksi. (Walyani,
2017).
2. Defekasi
16
BAB normal sekitas 3-4 hari masa nifas. Feses yang dalam beberapa hari
tidak dikeluarkan akan mengeras dan dapat mengakibatkan terjadinya
konstipasi (Walyani, 2017).
e. Kebersihan diri (personal hygiene)
Kebersihan diri ibu membantu mengurangi sumber infeksi dan meningkatkan
perasaan nyaman pada ibu. Anjurkan ibu untuk menjaga kebersihan diri
dengan cara mandi yang teratur minimal 2 kali sehari, mengganti pakaian dan
alas tempat tidur serta lingkungan dimana ibu tinggal. Ibu harus tetap bersih,
segar dan wangi. Merawat perineum dengan baik dengan menggunakan
antiseptik dan selalu diingat bahwa membersihkan perineum dari arah depan
ke belakang. Jaga kebersihan diri secara keseluruhan untuk menghindari
infeksi, baik pada luka jahitan maupun kulit (Walyani, 2017).
1) Kebersihan pakaian
2) Rambut
Setelah bayi lahir, ibu mungkin akan mengalami kerontokan rambut akibat
gangguan perubahan hormon sehingga keadaanya menjadi lebih tipis
dibandingkan keadaan normal. Jumlah dan lamanya kerontokan berbeda-beda
antara satu wanita dengan wanita lain. Meskipun demikian, kebanyakan akan
pulih setelah beberapa bulan. Cuci rambut dengan conditioner yang cukup, lalu
menggunakan sisir yang lembut.
3) Kebersihan kulit
Setelah persalinan, ekstra cairan tubuh yang dibutuhkan saat hamil akan
dikeluarkan kembali melalui air seni dan keringat untuk menghilangkan
pembengkakan pada wajah, kaki, betis, dan tangan ibu. Oleh karena itu, dalam
17
minggu-minggu pertama setelah melahirkan, ibu akan merasakan jumlah keringat
yang lebih banyak dari biasanya. Usahakan mandi lebih sering dan jaga agar kulit
tetap kering.
Ibu nifas memerlukan istirahat yang cukup, istirahat tidur yang dibutuhkan ibu
nifas sekitar 8 jam pada malam hari dan 1 jam pada siang hari.
Hal-hal yang dapat dilakukan ibu dalam memenuhi kebutuhan istirahatnya antara
lain :
18
Dinding vagina kembali pada keadaan sebelum hamil dalam waktu 6-8
minggu. Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah
merah berhenti, dan ibu dapat memasukkan 1 atau 2 jari ke dalam vagina tanpa
merasakan rasa nyeri. Begitu darah merah berhentidan ibu tidak merasakan
ketidaknyamanan, maka aman untuk memulai melakukan hubungan suami istri
kapan saja ibu siap.Banyak budaya yang mempuyai tradisi memulai hubungan
suami istri sampai masa waktu tertentu, misalnya setelah 40 atau 60 hari setelah
persalinan. Keputusan tergantung pada pasangan suami istri kapan saja ibu siap
(Dewi, 2017).
h. Kebutuhan perawatan payudara
a. Sebaiknya perawatan maammae telah dimulai sejak wanita hamil supaya
puting lemas, tidak keras, dan kering sebagai persiapan untuk menyusui
bayinya.
b. Bila bayi meninggal , laktasi harus dihentikan dengan cara : pembalutan
mammae sampai tertekan, pemberian obat estrogen untuk supresi LH
seperti tablet Lynoral dan Pardolel.
c. Ibu menyusui harus menjaga payudaranya untuk tetap bersih dan kering.
d. Menggunakan bra yang menyokong payudara.
e. Apabila puting susu lecet oleskan kolostrum atau ASI yang keluar pada
sekitar puting susu setiap kali selesai menyusui, kemudian apabila lecetnya
sangat berat dapat di istirahatkan selama 24 jam (Walyani, 2017)..
i. Latihan senam nifas
19
kandungan). Ibu dan suami dapat memilih alat kontrasepsi KB apa saja yang
ingin digunakan.Ibu juga tidak cepat hamil lagi (minimal 2 tahun) dan agar ibu
punya waktu merawat kesehatan diri sendiri, anak, dan keluarga (Walyani, 2017).
1) Kondom
Kondom tidak hanya mencegah kehamilan, tetapi juga mencegah IMS
termasuk HIV/AIDS. Efektif bila dipakai dengan baik dan benar. Dan
dapat dipakai bersama kontrasepsi lain untuk mencegah IMS.
2) Diafragma
Diafragma adalah cap berbentuk bulan cembung, terbuat dari lateks
(karet) yang di insersikan ke dalam vagina sebelum berhubungan seksual
dan menutup serviks.
3) Spermisida
20
Spermisida adalah bahan kimia (biasanya non oksinol-9) digunakan
untuk menonaktifkan arau membunuh sprema.
5. Kontrasepsi Pil Kombinasi
Merupakan pil kontrasepsi yang mengandung hormon sintetis progesteron
dan estrogen.
6. Suntikan Kombinasi
Jenis suntikan kombinasi adalah 25 mg Depo Medroksiprogesteron Asetat
dan 5 mg Estradiol Sipionat yang diberikan injeksi I.M sebulan sekali
(Cyclofem) dan 50 mg Noretindron Enantat dan 5 mg Estradiol Valerat yang
diberikan injeksi I.M sebulan sekali.
7. Kontrasepsi Suntikan Progestin
Tersedia 2 jenis kontrasepsi suntikan yang hanya mengandung progestin,
yaitu yang diberikan setiap 3 bulan dengan cara di suntik intramuskular (di
daerah bokong). Depo Noretisteron Enantat (Depo Noristerat), yang
mengandung 200 mg Noretindron Enantat, diberikan setiap 2 bulan dengan
cara di suntik intramuskular.
8. Kontrasepsi Pil Progestin (Minipil)
9. KontrasepsiImplan
Implan adalah metode kontrasepsi hormonal yang efektif, tidak permanen dan
dapat mencegah terjadinya kehamilan antara tiga hingga lima tahun.
Metode ini dikembangkan oleh The Population Council, yaitu suatu
organisasi international yang didirikan tahun 1952 untuk mengembangkan
teknologi kontrasepsi.
10. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
AKDR adalah suatu alat untuk mencegah kehamilan yang efektif, aman,
reversibel dan berjangka panjang (dapat sampai 10 tahun) yang terbuat dari
plastik atau logam kecil yang dimasukkan dalam uterus melalui kanalis
servikalis.
11. Kontrasepsi Mantap
21
Macam-macam kontrasepsi mantap yaitu :
1) Tubektomi
Tubektomi adalah metode kontrasepsi untuk perempuan yang tidak ingin
anak lagi. Perlu prosedur bedah untuk melakukan tubektomi sehingga
diperlukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan tambahan lainnya untuk
memastikan apakah seorang klien sesuai untuk menggunakan metode ini.
2) Vasektomi
Vasektomi adalah metode kontrasepsi untuk lelaki yang tidak ingin anak
lagi. Perlu prosedur bedah untuk melakukan vasektomi sehingga
diperlukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan tambahan lainnya untuk
memastikan apakah seorang klien sesuai untuk menggunakan metode ini.
k. Tanda-tanda bahaya pada masa nifas
Demam tinggi, pendarahan vagina luar biasa tiba-tiba bertambah banyak
disertai pengumpulan darah, nyeri perut hebat, sakit kepala hebat, pembengkakan
wajah, jari-jari atau tangan, payudara membengkak, putting payudara berdarah,
tubuh lemas, kehilangan nafsu makan, tidak bisa buang air besar, merasa sangat
sedih karena mampu mengasuh bayi, penglihatan kabur (Yanti, 2017).
Beberapa kondisi pada masa nifas yang perlu diperhatikan karena memiliki
kemungkinan sebagai tanda bahaya, termasuk:
1. Perdarahan pascamelahirkan
22
tertinggal dalam rahim, sehingga perlu dilakukan tindakan kuretase sebagai
penanganannya.
Demam tinggi dan tubuh mengigil, bisa menjadi tanda infeksi. Keluhan ini
juga bisa diiringi dengan nyeri pada bagian perut, selangkangan, payudara,
ataupun bekas jahitan (bila melahirkan dengan operasi). Selain demam, darah
nifas yang berbau menyengat juga dapat menjadi gejala infeksi.
Sakit kepala yang terjadi satu minggu pertama masa nifas mungkin
merupakan efek sisa pemberian obat anestesi saat melahirkan. Namun, jika sakit
kepala terasa sangat mengganggu, disertai dengan penglihatan kabur, muntah,
nyeri ulu hati, ataupun bengkaknya pergelangan kaki, Anda perlu waspada.
Kondisi tersebut bisa menjadi tanda komplikasi seperti preeklampsia pasca
melahirkan.
Nyeri tak tertahankan pada betis, yang disertai dengan rasa panas,
pembengkakan, dan kemerahan bisa menjadi tanda adanya penggumpalan darah.
Kondisi ini dikenal sebagai deep vein thrombosis (DVT) dan bisa berakibat fatal
bila gumpalan darah tersebut berpindah ke bagian tubuh lain, misalnya paru-paru.
Nyeri dada yang disertai dengan sesak napas bisa menjadi tanda emboli
paru. Emboli paru adalah kondisi tersumbatnya aliran darah di paru-paru,
biasanya karena ada gumpalan darah. Kondisi ini bisa mengancam nyawa, apalagi
bila muntah darah atau penurunan kesadaran turut terjadi.
Tidak bisa buang air kecil (BAK), tidak bisa mengontrol keinginan BAK,
ingin BAK terus-menerus, nyeri saat BAK, hingga gelapnya warna air kencing
23
bisa menjadi tanda kondisi medis tertentu. Tergantung gejala yang dialami,
masalah tersebut bisa menjadi tanda dehidrasi, gangguan pada otot usus atau
panggul, hingga infeksi pada kandung kemih ataupun ginjal.
A. Data Subyektif
24
1. Biodata
b. Umur
c. Suku/kebangsaan
Untuk mengetahui asal budaya dan bahasa sebagai dasar kita berinteraksi
dengan pasien.
c. Pendidikan
Perubahan pada haid seperti mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan
danpenambahan berat badan.
3) Riwayat Haid
25
Ditanyakan untuk mengetahui tentang faalalatreproduksi, hal yang dikaji
menurut adalah:
e. Konsistensi : Normalnyaencer.
4) Riwayat Pernikahan :
a. Menikah
b. Lama menikah
c. Umur pertama menikah
d. Jumlah anak
5) Riwayat kesehatan yang lalu
Untuk mengetahui apakah ibu pernah menderita penyakit menular. Kronis
maupun penyakit keturunan. Data ini diperlukan untuk mengetahui
kemungkinan adanya riwayat atau penyakit akut, seperti : Jantung, DM
(Diabetes Mellitus), Hipertensi, Asma yang dapat memengaruhi pada masa
nifas ini.
6) Riwayat kesehatan sekarang
Untuk mengetahui apakah ibu sedang menderita suatu penyakit menular
maupun kronis pada saat itu. Data-data ini diperlukan untuk mengetahui
kemungkinan adanya penyakit yang diderita pada saat ini yang ada
hubungannya dengan masa nifas dan bayinya.
7) Riwayat kesehatan keluarga
Untuk mengetahui apakah angota keluarga dari klien ada yang menderita
penyakit menular seperti hepatitis, penyakit keturunan seperti Diabetes
Mellitus (DM), dan penyakit menahun misalnya tuberculosis (TBC), data ini
26
diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh penyakit
keluarga terhadap gangguan kesehatan pasien dan bayinya, yaitu apabila ada
penyakit keluarga yang menyertainya.
9) Riwayat KB
Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan kontrasepsi jenis
apa, berapa lama, adakah keluhan selama menggunakan kontrasepsi serta
rencana KB setelah masa nifas itu sangatlah penting, dikarenakan secara tidak
langsung KB dapat membantu ibu untuk merawat anaknya dengan baik serta
mengistirahatkan kandungannya (Sulistyawati, 2017).
10) Pola kebiasaan sehari-hari
Untuk mengetahui apakah kebisaan ibu bertentangan dengan kesehatan.
a. Pola nutrisi sangat berpengaruh pada masa nifas yang dikonsumsi,
jumlah dan jenis makanannya yaitu mengonsumsi tambahan, kurang
lebih 500 kalori tiap hari, makan dengan diet yang seimbang untuk
memenuhi keutuhan karbohidrat terdiri dari beras, sagu, jagung, tepung
terigu dan ubi, protein terdiri dari protein hewani ( ikan, udang, kerang,
kepiting, daging, ayam, hati, telur, susu, dan keju) dan protein nabati
(kacang tanah, merah, hijau, kedelai, tahu, tempe), lemak dapat diperoleh
dari hewani (lemak, mentega, dan keju) dan nabati (kelapa sawit,
minyak, sayur, minyak kelapa, dan margarine), vitamin dan mineral yang
paling mudah menurun kandungannya dalam makanan adalah Vit B6,
tiamin, asam folat, kalsium, seng dan magnesium.
b. Pola istirahat dan tidur pada masa nifasnya lamanya dan kapan waktunya
malam 8 jam dan siang 1 jam.
27
c. Pola eliminasi pada ibu nifas masalah berkemih dan BAB tidak
mengalami hambatan apapun, kebanyakan pasien dapat melakukan BAK
secara sepontan dalam 8 jam setelah melahirkan (Walyani, 2017).
d. Personal hygine pada masa nifas kebersihan badan dan daerah vulva
(genetalia) dapat memberikan rasa nyaman pada daerah vulva dengan
terlebih dahulu dari depan kebelakang kemudian daerah anus dan
membersihkan vulva setiap selesai BAB dan BAK.
e. Aktifitas setelah bersalin kemampuan mobilisasi beberapa saat,
kemampuan merawat diri dan bayinya. (Sulistyawati, 2017).
28
Untuk mengetahui pasien dan keluarga yang menganut adat istiadat yang
akan menguntungkan atau merugikan pasien khususnya pada masa nifas
misalnya pada kebiasaan pantang makan. Misalnya ketika seorang ibu nifas
setelah makan ikan, telur dan daging lalu jahitannya gatal-gatal dianggap
makanan itu penyebab gatal pada luka jahitan, padahal memang ibu alergi
dengan makanan itu, justru pemenuhan kebutuhan protein semakin meningkat
untuk membantu penyembuhan luka baik pada dinding rahim maupun luka
jalan lahir yang mengalami jahitan dan protein zat pembangun yang
membentuk jaringan otot tubuh dan mempercepat pulihnya luka
(Sulistyawati, 2017).
2. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum
b. Kesadaran
c. Tanda-tanda vital
3. R : 16 – 24 kali / menit
4. S : 36,5 – 37,2 º C.
1. Inspeksi :
29
f. Abdomen : Untuk mengetahui adanya tanda-tanda kehamilan.
h. Ekstermitas
1. Atas : Pergerakan bebas atau tidak, cacat atu tidak, oedema atau tidak.
2. Bawah: Pergerakan bebas atau tidak, oedema atau tidak, varices atau
tidak.
2. Palpasi :
3. Auskultasi :
4. Perkusi :
1. Reflek patella + / -
Data Penunjang
- Laboratorium
o Kadar Hb
o Hmt (Hematokrit)
o Kalar Leukosit
o Golongan Darah
30
2.2.2 Interpretasi datadasar (Diagnosa, Masalah, dan Kebutuhan)
a. Diagnosis Kebidanan
1. Data Subjektif
2. Data Objektif
- Partustanggal……, pukul……WIB.
31
2. Masalah
Masalah dirumuskan bila bidan menemukan kesenjangan yang terjadi pada
respons ibu terhadap masa nifas. Masalah ini terjadi belum termasuk
dalamrumusan diagnosisi yang ada, tetapi masalah tersebut membutuhkan
penanganan bidan, maka masalah dirumuskan setelah diagnosa.
Permasalahan yang muncul merupakan pernyataan dari pasien, ditunjang dengan
data dasar baik subjektif maupun objektif.
Contoh:
Masalah: Nyeri jahitan
Dasar:
- DS: Ibu mengatakan nyeri pada luka jahitannya
- DO:Luka perenium derajat II, keadaan masih basah, jenis heating jelujur
subcutis (Walyani, 2017).
3. Kebutuhan
Kebutuhan adalah hal-hal yang dibutuhkan oleh klien dan belum teridetifikasi
dalam diagnosis dan masalah yang didapatkan dengan melakukan analisa data.
Contoh:
- Informasikan keadaan umum
- Penkes tentang ketidaknyamanan pada masa nifas
- Penkes tentang perawatan pada masa nifas.
32
untuk menentukan konsultasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain kondisi
pasien. Pada nifas normal tindakan segera / kolaborasi tidak ada (Walyani, 2017).
2.2.5. Rencana Asuhan Kebidanan
Langkah ini ditentukan dari hasil kajian pada langkah sebelumnya. Jika
ada imformasi/ data yang tidak lengkap bisa dilengkapi. Merupakan kelanjutan
penatalaksanaan terhadap masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi atau
diantisipasi yang sifatnya segera atau rutin.
Rencana asuhan dibuat berdasarkan pertimbangan yang tepat, baik dari
pengetahuan, teori yang up to date, dan divalidasikan dengan kebutuhan pasien.
Penyusunan rencana asuhan sebaiknya melibatkan pasien. Sebelum pelaksanaan
rencana asuhan, sebaiknya dilakukan kesepakatan antara bidan dan pasien ke
dalam informed consent.
Contoh:
1) Anjurkan ibu untuk mengeluarkan ASI
2) Lakukan kompres air hangat dan dingin
3) Lakukan masase pada payudara secara bergantian
4) Berikan terapi antipiretik dan analgetik
5) Anjurkan ibu untuk tetap konsumsi makanan yang bergizi
(Walyani, 2017).
33
2.2.7. Evaluasi
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang telah
diberikan. Evaluasi didasarkan pada harapan pasien yang diidentifikasi saat
merencanakan asuhan, bidan mempuyai pertimbangan tertentu antara lain: tujuan
asuhan kebidanan; efektivitas tindakan untuk mengatasi maslah; dan hasil asuhan
kebidanan.
Contoh:
- ASI telah dikeluarkan, jumlah ASI cukup
- Kompres air hangat dan dingin telah dilakukan, ibu merasa lebih nyaman
- Telah dilakukan masase, ibu merasa lebih rileks
- Terapi yang diberikan adalah perasetamol 500 mg 3x 1 peroral dan
antalgin 500 mg 3 x 1 per oral
- Ibu bersedia mengkosumsi makanan yang bergizi(Walyani, 2017).
BAB III
ASUHAN KEBIDANAN
FORMAT PENGKAJIAN ASUHAN KEBIDANAN POST NATAL CARE
I. DATA SUBJEKTIF
A. Identitas
34
Nama Ibu : Ny. N Nama Suami : Tn.D
1) Anamnese
B. Riwayat kebidanan
a) Menstruasi
- Menarche : 14 tahun
- Keluhan : desminore
- Keputihan : Ada
35
Anak Kehamilan Persalianan Nifas KB
NO Ke Lama Penyu Penol Temp BB Penyulit Vit Tablet Alkon Lama
lit ong at A Fe
Bayi
1. Perta 38 Tidak Bidan Klinik 3200 Tidak Ya Ya KB 1 -
ma minggu ada gram ada bulan
2. Kedu 38 Tidak bidan Klinik 3000 Tidak Ya Ya
a minggu ada gram ada
- Jumlah perdarahan
Kala II :100 cc
Kala IV : 50 cc
BB :3400 gr
PB : 48cm
36
- Komplikasi persalinan : Tidak ada
b. Riwayat Kesehatan
c. Status perkawinan
d. Pola makan
1 piring nasi+1 mangkuk sayur+1 potong ikan+1 gelas susu+1 buah pisang
- Frekuensi : 3 x sehari
- Banyaknya : 1porsi
e. Pola minum
- Frekuensi : Sering
f. Pola istirahat
- Siang : 2 jam
37
- Malam : 8 jam
Personal hygiene
- Mandi : 2 kali/hari
- Keramas : 3 x seminggu
h. Keadaan lingkungan
- Letak tempat tinggal dekat dengan kandang ternak atau tidak: Tidak
k. Perencanaan KB : Ada
m. Adat istiadat setempat yang berkaitan dengan masa nifas : Tidak ada
B. DATA SUBYEKTIF
38
4) Tanda – tanda vital
- Nadi ( RR ) : 82 x/i
5) Kepala
a) Rambut
- Warna : Hitam
- Kebersihan : Bersih
b) Telinga
- Kebersihan : Bersih
c) Mata
- Sklera : Putih
- Kebersihan : Bersih
d) Hidung : Bersih
- Kebersihan : Bersih
e) Mulut : Bersih
39
Warna : Merah kehitaman
- Lidah
Kebersihan : Bersih
- Gigi
Kebersihan : Bersih
6) Leher
7) Dada
a) Bentuk : Simetris
b) Payudara
- Bentuk : Simetris
- Konsistensi : Normal
- ASI : Lancar
- Kebersihan : Bersih
8) Perut
a) Bentuk : Simetris
b) Strie :Nigra
40
c) Linea :livide
9) Ekstremitas
a) Atas : Baik
b) Bawah
10) Genetalia
a) Kebersihan : Bersih
11) Anus
- Kebersihan : Bersih
41
Dx 1 : Ibu nifas normal.
Ds : Ibu sudah merasa lebih baik
Do : - Lochia :sanguinolenta
- ASI lancar
Perbedaan fisik pada ibu nifas fisiologi dengan patologi terlihat dari kontraksi
uterus, pada ibu nifas fisiologi uterus akan terus berkontraksi sampai uterus akan
keembali seperti saat sebelum hamil. Sedangkan pada ibu nifas patologi kontraksi
uterus sebaik kontraksi pada nifas fisiologi dan pada patologi utrus juga dapat
tidak berkontraksi. Dan pada TFU pada ibu nifas fisiologi TFU sudah tidak teraba
dan pada nifas patologi TFU ibu bisa saja masih setinggi pusat, ini bertanda
involusi uterus tidak berjalan dengan baik.
A. Dx 2 : Paritas GI P0 A0
Ds : Ini adalah anak yang kedua
Do : - Perutnya tampak kendur
- Portio sudah tertutup
- Striae masih kelihatan
Ibu nifas pada ibu paritas 1 dengan ibu paritas lebih dari 1 terletak pada srtiae, dan
perinium. Pada ibu paritas 1 perinium ibu biasanya akan terjadi robekan, dan pada
striae pada ibu paritas 1 adalah striae nigra.
42
Analisis dan interpretasi data
TTV dan nilai bugar pada saat bayi lahir akan pempengaruhi kesehatan bayi
apabila tidak ditangani dengan baik.
Kebutuhan: - Penkes untuk mengatasi rasa lelah ibu dengan cara ibu tidur
cepat, tidur ketika bayi tertidur.
3.3 Identifikasi Diagnosa Dan Masalah Potensial
Tidak ada
3.4 Kebutuhan Terhadap Tindakan Segera
Tidak ada
3.5 Rencana Asuhan
Tujuaan:
Setelah dilakukan asuhan kebidanan diharapkan ibu mengerti dan memehami
keadaanya selama nifas berlangsung normal tanpa komplikasi.
Kreteria:
1. Keadaan umum ibu membaik
2. Tanda vital normal
TD :120/80 mmHg
RR :82 x/i
HR :22 x/i
43
T :36,5 0C
44
Keadaan umum: Baik
Tanda-tanda vital
TD :120/80 mmhg
RR :82 x/i
HR :22 x/i
T :36,5 0C
2. Mengajarkan ibu merawat bayinya
a. Buat bayi nyaman
Usahakan bayi di tempatkan pada tempat yang benar, misalkan bayi
kedinginan maka berilah minyak untuk memanaskan badannya. Bayi
baru lahir mempunyai tulang yang masih lembut sekali, maka janganlah
untuk menumpang atau menempatkan bayi pada tempat yang belum
pantas untuknya. Dan tetap jaga bayi dalam kondisi yang aman.
b. Tidur Ketika Bayi Tidur
Ketika bayi tidur, maka tidurlah dengan bayi. Karena tidur bersamaan
dengan bayi akan mencegah depresi postparfum serta gangguan pada
kimia yang ada di otak bayi.
c. Bertanya Apabila ada yang kurang tau
Bertanya kepada orang yang sudah berpengalaman dan mengetahui cara
merawat bayi.
d. Berikanlah ASI
Asi adalah makanan terbaik untuk bayi, karena asi terbukti bahwa
merupakan makanan terbaik untuk bayi. ASI juga dianugerahakn dari
yang maha kuasa sebagai pemberian asupan untuk bayi. Serta dengan
asi, sangat jauh sekali dengan kuman, serta memberikan kebutuhan gizi
yang baik. Dan berikanlah asi secara rutin sampai bayi berumur 6
bulan.
Hasil: Ibu sudah mengerti cara merawat bayi
3. Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI sesering mungkin
Hasil:
Ibu sedah mengerti dan memberikan ASI pada bayinya sesering mungkin.
4. Memberikan ibu tentang penkes tentang nutrisi yang tepat
45
- Tambahkan kalori 500 kal/hari (nasi 4-5 piring/hari)
- Diet seimbang protein, mineral dan vitamin yang cukup (daging buah,
sayuran 2-4 porsi/hari)
- Minum sedikitnya 3 gelas/hari, pil zat besi selama 40 hari
- Mengatakan pantang pada ibu bahwa tidak ada pantangan pada
makanan apapun selagi ibu tidak memiliki alergi pada makanan
- Menganjurkan ibu makan daun katuk atau bengkoang untuk
membantu mamperlanjar ASI
Hasil: Ibu sudah tau Nutrisi yang baik Untuk Ibu.
5. Memberitahu ibu untuk istirahat cukup
- Malam 8 jam, siang 2 jam
- Hindari pekerjaan yang terlalu berat
Hasil: Ibu sudah mengerti istirahat yang cukup.
6. Mengajari ibu untuk menyusui degan benar
Teknik menyusui adalah suatu cara pemberian ASI yang dilakukan oleh
seorang ibu kepada bayinya, demi mencukupi kebutuhan nutrisi tersebut.
Posisi yang tepat untuk menyusui. Duduklah dengan posisi yang enak atau
santai, pakailah yang ada sandaran punggung dan lengan. Gunakan bantal
untuk menganjal bagi bayi agar bayi tidak terlalu jauh dari payudara ibu.
3.7 Evaluasi
46
5. Ibu sudah tahu untuk istirahat yang cukup.
6. Ibu sudah bisa menyusui bayidengan benar.
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada pembahasan ini akan diuraikan mengenai isi Laporan Studi Kasus,
khususnya tinjauan kasus untuk melihat kesenjangan yang terjadi pada
Manajemen Asuhan Kebidanan Ibu Nifas.Pada pembahasan ini penulis akan
membandingkan teori medis dan teori asuhan kebidanan dengan praktek sehari
hari di lapangan. Teori yang disajikan dapat mendukung atau bertentangan dengan
kasus dilahan. Sehingga dari hal itu penulis dapat mengetahui kelebihan dan
kekurangan atau kesenjangan tersebut menggunakan langkah-langkah manajemen
kebidanan yaitu, data dasar, interpretasi data dasar, identifikasi diagnose dan
masalah potensial, kebutuhan terhadap tindakan, rencana asuhan, pelaksanaan
asuhan, dan evaluasi.
4.1. Data Dasar (Pengkajian)
47
dan gusi), leher, dada, payudara, abdomen dan ekstremitas (atas dan bawah),
genetalia ( vagina, pengeluaran pervagina, perenium dan anus) (Walyani, 2016).
Pada kasus ini Ny.N mengatakan keadaan umum ibu dan bayi baik,
kesadaran : composmentis, TTV, TD: 120/80mmHg, RR: 22x/menit, Temp:
36,5oC, HR: 82 X/menit, lochea : sanguinolenta dan TFU: 2 jari dibawah pusat,
tidak ada luka jahitan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan ditemukan
adanya kesenjangan antara teori dan praktek dimana pada pengkajian dilakukan
pemeriksaan fisik lengkap namum tidak dilakukan pemeriksaan laboratorium
( haemoglobin, hematokrit, leokosit, golongan darah ) dikarenakan tidak adanya
indikasi pada kasus tersebut untuk dilakukan pemeriksaan penunjang.
4.2. Interpretasi Data Dasar
Pada kasus Ny. N P0 A0 ibu post partum normal hari ke-3 dengan keadaan
umum ibu baik.
Menurut teori, masalah yang sering terjadi pada nifas normal yaitu masalah
perut mules, lelah, nyeri jaitan perineum, kurang selera makan, sulit tidur. Demam
tinggi melebihi 380C, nyeri abdomen, nyeri ulu hati, sembelit, lochea berbau
busuk, putting susu pecah, rabun (Walyani, 2017).
Menurut kasus masalah pada Ny.N tidak ada masalah yang terjadi. Sehingga
tidak adanya kebutuhan khusus yang diberikan. Kebutuhan adalah hal-hal yang
48
dibutuhkan oleh klien dan belum teridentifikasi didalam diagnosis dan masalah
yang didapatkan dengan melakukan analisa data (Walyani, 2017).
Pada kasus Ny. N dengan nifas normal tidak ada diagnosa potensial, pada
langkah ini penulis tidak menumakan kesenjangan antara teori dan praktek.
4.4. Kebutuhan Tindakan Segera
Mengantisipasi perlu tindakan segera oleh bidan dan dokter untuk konsultasi
atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan lain.
Pada kasus Ny. N dengan nifas normal tidak ada tindakan segera, pada
langkah ini tidak ditemukan adanya kesenjangan teori dan praktek.
4.5. Rencana Asuhan
49
Menurut kasus rencana asuhan yang diberikan pada ibu nifas normal yaitu
observasi TTV, TFU, pengeluaran lochea, dan keadaan luka jahitan pada
perenium, Pastikan ibu menyusui dengan benar, Ajarkan tentang perawatan
payudara, Beritahu ibu KIE tentang (beritahu makanan bergizi seimbang, anjurkan
ibu untuk istirahat yang cukup, lakukan personal hygine, anjurkan ibu berikan
ASI eksklusif pada bayi, beritahu tentang perawatan bayi baru lahir, kenali pada
ibu tanda-tanda bahaya pada masa nifas).
Pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dan
praktek.
4.6. Pelaksanaan Asuhan
50
Kemudian memastikan ibu menyusui dengan benar, maka dapat
memberikan rasa nyaman pada ibu ketika menyusui dan begitupun pada bayinya.
Selain itu, dapat mencegah terjadinya lecet pada putting susu jika menyusui
dengan benar, isapan bayi dapat membantu pembentukan dan pengeluaran ASI
dan membantu involusio uterus (Walyani, 2017).
Mengajarkan ibu tentang perawatan payudara dengan melakukan
perawatan payudara dengan benar, agar payudara terawat dan memperbanyak
produksi ASI.
Dan bidan juga harus memberitahu pada ibu KIE tentang (Memberitahu
makanan bergizi seimbang, menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup,
melakukan personal hygine, menganjurkan ibu memberikan ASI eksklusif pada
bayi, melakukan perawatan bayi baru lahir, mengenali tanda-tanda bahaya pada
masa nifas (Sulistyawati, 2017).
Membetahu ibu KIE tentang makanan seimbang yang dapat memenuhi
kebutuhan nutrisi ibu, pola istirahat yang cukup untuk memberi rasa nyaman pada
ibu dan mengembalikan tenaga ibu dengan ikut tidur ketida bayi tidur, personal
hygiene, tanda-tanda bahaya pada masa nifas sehingga ibu bisa mendeteksi dini
keadaannya serta latihan senam nifas yang tepat untuk memulihkan kondisi tubuh
ibu dan keadaan secara fisiologi ataupun psikologis (Walyani, 2017)
Pada langkah pelaksanaan diatas bahwa menurut teori sama dengan
praktek yang dilakukan dilapangan maka penulis tidak menemukan kesenjangan
antara teori dan praktek.
4.7. Evaluasi
51
Pada kasus Ny. N nifas telah dilakukan perawatan pada tanggal 31 Juli
2021 evaluasi yang dilakukan adalah TTV, TFU, pengeluaran, luka jahitan pada
perineum dengan nifas normal, keadaan umum ibu baik dengan vital sign TD:
120/80X/menit, HR: 82 X/menit, RR: 22 X/menit, Temp: 36,50C, TFU: tidak
teraba, tidak ada jahitan perenium, tidak ada kemerahan dan kering.Ibu sudah
mengetahui cara menyusui dengan benar, ibu melakukan perawatan payudara
sesuai yang dianjurkan, ibu sudah mengetahui penjelasan dan pemahaman KIE
dari bidan tentang ( Makanan bergizi seimbang, istirahat yang cukup, personal
hygine, ASI eksklusif pada bayi, perawatan bayi baru lahir, tanda-tanda bahaya
nifas dan latihan senam nifas).
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
52
asuhan kebidanan ibu nifas pada Pada Ny. N Di Klinik Hj Dewi Sesmera Tahun
2021, tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan praktek.
5.1.4. Identifikasi dan Menetapkan Kebutuhan Tindakan Segera
asuhan kebidanan ibu nifas pada Pada Ny. N Di Klinik Hj Dewi Sesmera Tahun
2021, tidak ada dibutuhkan tindakan segera atau kolaborasi karena adanya
masalah dan diagnosa potensial yang harus ditangani segera jika tidak teratasi
oleh bidan, maka pada langkah ini tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan
praktek.
5.1.5. Perencanaan
Pada langkah rencana manajemen asuhan kebidanan ibu nifas pada Pada
Ny. N Di Klinik Hj Dewi Sesmera Tahun 2021, perencanaan dilakukan
sesuai dengan kebutuhan pasien, rencana kebidanan yang dilakukan pada
ibu nifas normal. Maka pada langkah ini tidak ditemukan kesenjangan
antara teori dan praktek.
5.1.6. Pelaksanaan
Pada langkah evaluasi manajemen asuhan kebidanan ibu nifas pada Pada
Ny. N Di Klinik Hj Dewi Sesmera Tahun 2021, evaluasi dilakukan sesuai
perencanaan dan pelaksanaan asuhan. Maka pada langkah ini tidak
ditemukan kesenjangan antara teori dan praktek.
5.2. Saran
5.2.1. Tempat Praktek
53
asuhan kebidanan terutama pada ibu nifas yang sesuai standar operasional
prosedur, meningkatkan layanan konseling, serta diharapkan bidan lebih
sering mengikuti pelatihan seminar kebidanan untuk mengetahui
perkembangan terbaru ilmu kebidanan.
5.2.2. Institusi pendidikan
54
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, (2016).AsuhanKebidananIbuNifas.Yogyakarta.SalembaMedika
Rukiyah, dkk. (2017). Asuhan Kebidanan Patologi Kebidanan. Jakarta. CV. Trans
Info Media
Rukiyah,dkk. (2015). Asuhan Kebidanan Nifas (III). Jakarta Timur. CV. Trans
Info Media
Rukiyah, dkk. (2015). Asuhan Kebidanan Patologi. Jakarta Timur. CV. Trans Info
Media
Sari, dkk. (2016). Asuhan Kebidanan Masa Nifas (Postnatal Care). Jakarta
Timur. CV. Trans Info Media
55