Anda di halaman 1dari 44

MAKALAH METODE DAN TEKNIK ALAMIAH DALAM ASUHAN

POSTNATAL
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Implementasi CoMC dalam
Kebidanan Komplementer
Dosen Penanggungjawab : Willa Follona, S.ST, M.Keb
Dosen Pembimbing : Wa Ode Hajrah, S.ST, M.Kes

Disusun Oleh:
Kelompok 10

Jihan Mentari Fitrah Rahmanda P3.73.24.1.19.053


Nadira Rafa Yosa P3.73.24.1.19.057
Pavita Indah Pratiwi Henraeni P3.73.24.1.19.061

POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III


PROGRAM SARJANA TERAPAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
TAHUN AKADEMIK 2022/2023

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kami
kemudahan serta kelancaran, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah
Implementasi CoMC dalam Kebidanan Komplementer Makalah dengan judul “Makalah Metode
Dan Teknik Alamiah Dalam Asuhan Postnatal” dengan baik dan tepat waktu.

Tidak lupa juga menyampaikan rasa terima kasih kepada dosen pembimbing serta dosen
penanggung jawab yang telah memberikan kami bimbingan serta masukan yang bermanfaat
dalam penyusunan makalah ini, serta teman-teman yang membantu dalam menyelesaikan
makalah ini.

Kami berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan para pembaca.
Namun, kami masih menyadari bahwa didalam makalah yang kami buat masih banyak terdapat
kekurangan maupun keselahan dalam penulisan. Sehingga kami sangat mengharapkan kritik dan
saran dari para pembaca agar makalah selanjutnya bisa menjadi lebih baik lagi.

Jakarta, 20 Agustus 2022

Penyusun

Kelompok 10

i
DAFTAR ISI
COVER ............................................................................................................................................
i KATA PENGANTAR ....................................................................................................................
ii DAFTAR ISI..................................................................................................................................
iii BAB I
PENDAHULUAN............................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................................................ 2
1.3. Tujuan Penulisan.............................................................................................................. 2
BAB II LANDASAN TEORI......................................................................................................... 3
2.1. RELAKSASI PADA MASA NIFAS............................................................................... 3
2.1.1. Masase pada masa nifas ............................................................................................ 3
2.1.2. Teknik pernafasan pada masa nifas .......................................................................... 8
2.1.3. Penggunaan aromaterapi pada masa nifas .............................................................. 10
2.1.4. Alexander technic ................................................................................................... 12
2.1.5. Osteopathi ............................................................................................................... 14
2.1.6. Terapi music pada masa nifas ................................................................................. 15
2.1.7. Terapi doa pada masa nifas..................................................................................... 17
2.2. PROSES LAKTASI ....................................................................................................... 19
2.2.1 Cara Memperbanyak ASI ....................................................................................... 19
2.2.2 Relaktasi.................................................................................................................. 21
2.2.3 Induksi Laktasi........................................................................................................ 23
2.2.4 Cara Perah ASI ....................................................................................................... 24
2.3. MASASE PADA MASA LAKTASI: ............................................................................ 27
2.3.1. Perawatan Payudara ................................................................................................ 27
2.3.2. Pijat Okstitosin........................................................................................................ 30
2.3.3. Pijat Marmet............................................................................................................ 32
BAB III PENUTUP ...................................................................................................................... 36
3.1 Kesimpulan .................................................................................................................... 36
3.2 Saran............................................................................................................................... 36
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 37

i
BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Masa postpartum atau masa nifas merupakan masa pemulihan yang dialami oleh
ibu pasca melahirkan terhitung sejak 6 jam postpartum hingga 6 minggu pascasalin.
Ketika masa pemulihan ini berlangsung seringkali banyak hal yang harus diperhatikan
oleh bidan mengingat sekitar 50% kematian ibu dapat terjadi di 24 jam pertama
pascasalin. Pemantauan yang perlu dilakukan disini tidak hanya terbatas pada
pemantauan terhadap fisik ibu saja, namun kondisi psikologis juga memerlukan
pemantauan. (Rini & Kurmala, 2017)

Banyak ibu pascasalin yang mengeluhkan perutnya masih terasa mulas, dan
seringkali hal ini menyebabkan ketidaknyamanan, ataupun keluhan nyeri punggung
yang terjadi akibat kontraksi selama masa persalinan berlangsung membuat
ketidaknyamanan pada ibu postpartum. Seringkali dimasa ini ibu nifas diberikan terapi
yang bersifat farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri. Namun, obat ini nyatanya
terdeteksi didalam ASI meskipun konstentrasi obat umumnya rendah. (Jayanti &
Mayasari, 2022)

Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan pemanfaatan terapi yang


bersifat nonfarmakologis, muncul berbagai terapi komplementer sebagai pengobatan
non-konvensional yang ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan ibu dengan
berlandaskan pengetahan biomedik yang belum diterima dalam kedokteran
konvensional. Peraturan mengenai terapi komplementer ini telah dimuat dalam Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia NO.1109/MENKES/PER/IX/2007 tentang
Penyelenggaraan Pengobatan Kompelementer Alternatif di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan.

Oleh karena itu, kini penting bagi bidan untuk menerapkan terapi komplementer
dalam pemberian asuhan kepada klien. Hal ini bertujuan untuk memberdayakan wanita
dalam upaya promotif dan preventif, namun dengan mengkombinasikan pelayanan

1
konvensional dan komplementer. Selain bertujuan dalam mengatasi permasalahan secara
alamiah, terutama pada ibu postpartum,, terapi komplementer yang dikembangkan oleh

2
bidan dapat dijadikan sebagai peluang wirausaha bagi bidan dalam mengembangkan
skill nya dimasyarakat. Atas pertimbangan tersebut, kami menyusun makalah yang
membahas mengenai terapi komplementer kebidanan dalam masa postnatal. (Esmianti,
dkk., 2021)

1.2. Rumusan Masalah


1. Apakah yang dimaksud dengan relaksasi pada masa nifas sebagai teknik
komplementer pada masa postnatal?
2. Bagaimana pelaksanaan dari relaksasi pada masa nifas sebagai teknik
komplementer pada masa postnatal?
3. Bagaimana proses laktasi yang melibatkan teknik komplementer pada masa
postnatal?
4. Bagaimana rangkaian pelaksanaan masase pada masa laktasi sebagai bentuk
penerapan melibatkan teknik komplementer pada masa postnatal?

1.3. Tujuan Penulisan


1. Mengetahui berbagai macam teknik relaksasi yang dapat dilakukan pada masa
nifas sebagai teknik komplementer pada masa postnatal
2. Mampu melangsungkan berbagai macam teknik relaksasi pada masa nifas
sebagai teknik komplementer pada masa postnatal
3. Mengetahui dan dapat melangsungkan proses laktasi yang melibatkan teknik
komplementer pada masa postnatal
4. Mampu melangsungkan berbagai rangkaian pelaksanaan masase pada masa
laktasi sebagai bentuk penerapan melibatkan teknik komplementer pada masa
postnatal

3
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. RELAKSASI PADA MASA NIFAS
2.1.1. Masase pada masa nifas

Masase atau pijat merupakan salah satu teknik komplementer yang dapat
diterapkan pada ibu nifas dengan tujuan untuk meningkatan proses pemulihan
kesehatan ibu melalui efek relaksasi yang ditimbulkan dari masase ini, serta
untuk meningkatkan produksi ASI. Terdapat banyak jenis masase yang dapat
diberikan oleh bidan kepada ibu nifas diantaranya postnatal massage. (Ibrahim
dan Asiah, 2018)

Postnatal massase sendiri adalah teknik yang terbukti dapat memberikan


kenyamanan, kecemasan, dan mengalihkan rasa nyeri yang dialami ibu pasca
melahirkan. Teknik masase ini dapat memberikan efek relaksasi sehingga bisa
mengurangi rasa ketidaknyamanan yang dirasa oleh ibu serta mengurangi
keletihan yang dirasakan ibu nifas, karena masase yang dilakukan tidak hanya
sebatas diarea punggung untuk merangsang hormone oksitosin saja, akan tetapi
seluruh tubuh akan diberikan pijatan secara menyeluruh yang dapat
menyebabkan ibu postpartum merasakan rileks. (Kusbandiyah dan Puspadewi,
2020)

Waktu pelaksanaan dari masase ini tidak memiliki patokan tertentu dan
bisa dilakukan kapan saja mengikuti kenyamanan ibu nifas yang akan diberikan
pijatan. Namun, jika ibu postpartum pasca operasi sectio caesarean, maka
dianjurkan untuk melakukan pijatan ini sekitar 1 – 2 minggu atau setelah luka
operasi sembuh, mengingat hal ini dapat memicu munculnya rasa nyeri yang
mungkin dirasakan ibu. Pada dasarnya area yang dilakukan pemijatan ini adalah
area sekitar ekstremitas, punggung, pinggang, abdomen, hingga bokong. Namun,
pada ibu post SC, daerah abdomen dan area bekas operasi tidak boleh diberikan
pemijatan, dan dapat berfokus hanya pada area sekitar ekstremitas, dan
punggung. (Ditama, 2017)

4
Berikut ini adalah indikasi dari postnatal massage (Zanelia, 2020):

 Adanya rasa kelelahan


 Otot terasa kaku, tebal, dan nyeri
 Adanya ketegangan atau gangguan saraf
 Adanya kelemahan otot

Sedangkan kontraindikasinya diantaranya:

 Adanya cidera yang bersifat akut


 Demam
 Oedema
 Penyakit kulit
 Pengapuran pembuluh darah arteri
 Luka bakar
 Fraktur atau patah tulang

Langkah – langkah dalam melakukan postanatal massage ini diantaranya


(Ditama, 2017):

Pijatan ini dilakukan pada area punggung


1. Membalurkan minyak atau oil untuk pijat seperti baby oil atau minyak
zaitun
2. Memberikan usapan dengan tekanan di bagian pundak atas dengan
telapak tangan sampai pergelangan kaki sebanyak 3x
3. Memberikan usapan dengan sedikit penekanan di pundak atas sampai
pantat secara bolak balik dari atas ke bawah sebanyak 3x
4. Memijat pundak leher secara bergantian pada bagian kanan dan kiri
sebanyak 6x
5. Memijat pundak turun secara bergantian sampai lengan siku 1x
6. Alternating pump, yaitu gerakan menggosok pinggir diarea pinggul kiri
dan kanan dengan telapak tangan secara bergantian sampai siku sebanyak

5
6x, dan melancarkan dengan 2 jempol pada area dari pinggul bagian
dalam sampai pundak sebanyak 6x
7. Lakukan pemijatan dipundak
8. Memijat menyamping dileher sebanyak 6x
9. Gerakan memijat tulang berlikat dengan ibu jari sebanyak 6x tangan
posisi tangan klien ditekuk dibelakang
10. Gerakan Zig-zag menggunakan telapak tangan naik turun pada punggung
sebanyak 6x
11. Melakukan gerakan melingkar sebanyak 3x pada area punggung hingga
ke area bokong secara bolak balik
Pada area Kaki dapat dilakukan pemijatan dengan langkah sebagai
berikut
1. Lakukan Streching pada kaki klien dengan arah kiri ke kanan
2. Membalurkan minyak/oil kembali pada area ini
3. Memberikan usapan dengan tekanan dari mata kaki sampai paha
sebanyak 3x
4. Memijat Pinggir dan tengah paha sebanyak 3x
5. Lakukan gerakan seperti Meluncur dengan 2 jempol dari kaki sampai
betis 3x
6. Lakukan gerakan Meluncur dari lutut ke paha sebanyak 3x
7. Memijat dengan gerakan melingkar dari mata kaki hingga lutut dan
paha, lakukan gerakan ini secara naik dan turun, lalu lakukan pijatan
dengan posisi telapak tangan saling bertemu
8. Lakukan gerakan pijatan memutar pada mata kaki searah jarum jam
sebanyak 6x
9. Memijat sela-sela jari dengan jempol, dan lakukan penarikan pada jari-
jari kaki sesekali
10. Kaki diputar kekiri 3x dan ke kanan 3x, lalu kaki diturunkan secara
perlahan
11. Lakukan pijatan dengan memberikan usapan ringan pada telapak kaki
sebanyak 3x

6
12. Lakukan pemijatan dengan gerakan Zig-zag menggunakan jempol pada
area telapak kaki tadi
Pada kaki bagian depan dapat dilakukan gerakan ini
1. Lakukan pemijatan kembali secara perlahan dari mata kaki hingga paha
depan
2. Balurkan kembali minyak pada area yang akan dipijat ini seraya
membuka kain secara perlahan
3. Memberikan pijatan dengan gerakan meluncur secara naik dan turun
menggunakan kedua ibu jari sebanyak 3x
4. Memberikan pijatan dengan gerakan meluncur dan secara melingkar
membentuk pola bunga – bunga secara naik dan turun sebanyak 3x
5. Memberikan pijatan dengan gerakan Rolling sebanyak 3x secara naik
turun
6. Setelah itu lakukan Pelemasan
Untuk area Tangan pijatan dapat dilakukan dengan gerakan berikut ini:
1. Lakukan Streching pada tangan kanan dan kiri secara bergantian dengan
tangan ditekuk kearah yang berlawanan sebanyak 2x
2. Balurkan minyak/oil pada area tangan
3. Lakukan pemijatan dengan gerakan zig-zag menggunakan jempol pada
area tangan bagian luar kemudian lakukan juga pada bagian belakang
lengan
4. Lakukan pemijatan secara melingkar bentuk pola bunga secara menurun
dari pundak hingga ke telapak tangan
5. Lakukan pemijatan di sela sela jari tangan sebanyak 3x, dan lakukan
gerakan memutar dan menarik pada jari – jari tangan
6. Turun telapak tangan memijat dengan jempol 37
7. Lakukan pelemasan kembali
8. Pada daerah pundak dapat dilakukan pemijatan hingga ke area lengan
dengan gerakan spider walking

Untuk pijatan pada area abdomen, dapat dilakukan dengan teknik


effleurage. Teknik euffleurage ini merupakan teknik yang dapat membantu

7
mengurangi rasa nyeri yang dirasakan ibu postpartum akibat dari kontraksi
uterus yang dirasakannya saat persalinan berlangsung. Teknik ini merupakan
manipulasi dari usapan yang halus disertai dengan tekanan mulai dari ringan
hingga kuat yang mempunyai pengaruh terhadap kelancaran peredaran
pembuluh darah, dan dapat mengevaluasi area nyeri dan ketidakteraturan pada
jaringan lunak atau pergerangan otor tertentu serta dapat membantu memberikan
relaksasi pada area tersebut. (Zanelia, 2020)

Teknik masase ini dapat dilakukan selama 10 menit untuk mengurangi


rasa nyeri. Untuk prosedur dari masase menggunakan teknik effleurage ini
adalah sebagai berikut (Andarie, 2018) :

1. Memposisikan klien tidur dengan posisi supine dan meletakkan


bantal dibawah lutut dan kaki dengan kedua lutut fleksi hingga
membentuk sudut sekitar 45°, dengan tujuan menjaga perut agar
tetap rileks selama dilakukan effleurage massage
2. Tuangkan minyak/oil pada telapak tangan sekitar 3-4 tetes dan
oleskan pada area abdomen yang akan diberikan masase
3. Lakukan massage pada abdomen dengan kedua telapak tangan
melakukan usapan ringan, tegas dan konstan dengan pola gerakan
melingkari abdomen, dimulai dari abdomen bagian bawah di atas
simphisis pubis, arahkan ke samping perut ibu, terus ke fundus
uteri kemudian turun ke umbilicus dan kembali ke perut bagian
bawah diatas simphisis pubis. Bentuk pola gerakannya seperti
kupu-kupu.

8
Gambar 1 Massage Pola Kupu-Kupu

2.1.2. Teknik pernafasan pada masa nifas

Pada periode postpartum ini kadangkala ibu sering mengeluhkan bahwa


ia merasakan nyeri baik itu akibat luka jahitan pada perineum, ataupun pada ibu
pasca operasi sectio caesarea yang seringkali merasakan nyeri pada daerah
abdomen. Mengingat hal ini dapat menjadi ketidaknyamanan yang dirasakan
oleh ibu postpartum, oleh karena itu dibutuhkan manajemen rasa nyeri, salah
satunya dapat melalui relaksasi. Teknik relaksasi sendiri merupakan salah satu
teknik nonfarmakologis yang dapat mengurangi rasa nyeri karena dapat
mengatasi stres. (Rahim, 2020)

Teknik relaksasi nafas dalam menjadi salah satu alternatif untuk


menurunkan intensitas nyeri yang dirasakan oleh ibu, selain itu, hal ini dapat
meningkatkan oksigenasi darah karena adanya peningkatan ventilasi paru.
Mekanisme nafas dalam ini dengan menurunkan ketegangan otot agar nyeri yang
dirasa agar nyeri yang terjadi tidak menjadi lebih berat, hal ini juga akan
merangsang tubuh melepaskan endofin dan enkefalin yang merupakan
neurotransmitter sebagai inhibitor terhadap transmisi nyeri, akibat peralihan
fokus rasa nyeri. (Dewi, 2018)

9
Menurut, Dewi (2018) teknik relaksasi nafas dapat dilakukan dengan
cara berikut ini :

1. Posisikan klien dengan nyaman dengan posisi setengah duduk di kasur,


duduk di kursi, ataupun dengan posisi berbaring (lying position) dengan
menambahkan bantal
2. Kaki klien berada dalam posisi fleksi untuk merilekskan otot abdomen
dengan tangan diposisikan di abdomen tepatnya dibawah tulang iga
3. Arahkan klien untuk mengatur nafas dengan menarik napas dalam melalui
hidung, menjaga mulut tetap tertutup. Hitunglah sampai 3 selama inspirasi.
4. Selama proses inspirasi berlangsung, klien diminta untuk berkonsentrasi dan
merasakan gerakan naiknya abdomen sejauh mungkin, tetap dalam kondisi
rileks dan cegah lengkung pada punggung. Jika ada kesulitan menaikkan
abdomen, tarik napas dengan cepat, lalu napas kuat melalui hidung.
5. Selanjutnya lakukan ekspirasi secara perlahan dan kuat melalui bibir seperti
meniup tanpa mengembungkan pipi. Teknik yang bernama pursed lip
breathing ini dapat menyebabkan resistensi pada pengeluaran udara paru,
meningkatkan tekanan di bronkus (jalan napas utama) dan meminimalkan
kolapsnya jalan napas yang sempit.
6. Sama halnya ketika inspirasi berlangsung, ketika ekspirasi klien diminta
untuk berkonsentrasi dan merasakan turunnya abdomen. Hitunglah sampai 7
selama ekspirasi.
7. Menganjurkan klien untuk menggunakan latihan ini dan meningkatkannya
secara bertahap 5-10 menit. Latihan ini dapat dilakukan dalam posisi tegap,
berdiri, dan berjalan

Selain itu, menurut penelitian yang dilakukan oleh Husada, dkk (2019)
teknik pernafasan dalam dapat berlangsung lebih efektif ketika dikombinasikan
dengan guided imagery. Teknik ini memanfaatkan imajinasi seseorang untuk
mendapatkan efek positif tertentu. Hal ini dilakukan dengan proses relaksasi
seperti yang dijelaskan sebelumnya, namun ditambahkan dengan mendorong
klien untuk merelaksasi dirinya dengan mengosongkan pikirannya dan meminta

1
klien untuk membayangkan hal yang dapat membuatnya merasa damai dan
tenang.

Guided imagery akan membuat klien dapat mengalihkan perhatiannya


dari hal yang membuatnya merasakan nyeri menjadi hal yang membuatnya
senang. Dalam penelitian tersebut disampaikan bahwa sebelum melakukan
teknik relaksasi nafas dalam diikuti dengan guided imagery tingkat nyeri yang
dirasakan sebanyak 17 orang (94,01%) dari ibu postpartum SC mengalami
penurunan menjadi 12 orang (70,06%) ibu postpartum SC yang merasakan nyeri
dengan intensitas sedang. (Husada, 2019)

2.1.3. Penggunaan aromaterapi pada masa nifas

Terapi nonfarmakologi lainnya yang mampu memberikan efek relaksasi


terhadap ketidaknyamanan bahkan nyeri yang dirasa oleh ibu postnatal adalah
aromaterapi. Aromaterapi sendiri merupakan terapi yang memanfaatkan bau
alami dari saripari tumbuhan, bunga, atau pohon yang mengalami penguapan
dan menjadi minyak esensial yang berbau harum dan enak, serta senyawa
aromatiknya dapat mempengaruhi kondisi jiwa, emosi, dan kesehatan seseorang.
(Dian, 2022)

Ketika aromaterapi dihirup, maka zat aktif yang terdapat didalamnya akan
merangsang hipotalamus di kelenjar hipofisis dan menaikkan gelombang alfa
pada otak untuk mengeluarkan hormone endorphine yang akan menimbulkan
rasa tenang, relaks, dan bahagia. Efek analgesic dan efek percepatan
penyembuhan luka juga dapat ditimbulkan mengingat minyak essensial akan
dapat meningkatkan oksigen dan alirah darah ke area luka, diikuti dengan sifat
antimikroba yang dapat menjaga tubuh agar terlindungi dan infeksi selama tahap
penyembuhan. (Mariam, 2020)

Menurut Primadiati dalam Mariam (2020) penggunaan aromaterapi dapat


digunakan dengan cara :

1
1. Kompres
Metode ini bekerja dengan memanipulasi suhu tubuh atau memblokir efek
rasa sakit. Penggunaannya dilakukan dengan menambahkan minyak
essensial aromaterapi sebanyak 3 – 6 tetes pada 1½ liter air, yang nantinya
air ini akan dimasukkan handuk kecil, dan kemudian handuk tersebut
digunakan untuk mengompres area yang diinginkan
2. Massage
Massage atau pemijatan ini dapat dikolaborasikan dengan aromaterapi.
Cara penggunaannya adalah mencampurkan 7 – 10 tetes minyak essensial
aromaterapi pada 10 – 14 tetes minyak oil yang akan digunakan. Untuk
pemijatannya sendiri bisa diikuti dengan gerakan khusus seperti petrissage
yang terdiri dari gerakan mengeluti, meremas, mengerol, mencubit,
euffleurage yang terdiri dari usapan dan belaian, ataupun friction yang
terdiri dari gerakan menekan dengan cara memutar – mutarkan telapak
tangan atau jari
3. Steaming
Teknik ini memanfaatkan uap dari metode penguapan air panas dengan
cara memasukkan 3 – 5 tetes minyak essensial aromaterapi dalam 250 mL
air panas, lalu wadah ditutup dengan handuk, selanjutnya wajah
ditundukkan diatas handuk selama 10 – 15 menit hingga uap panas
mengenai wajah.
4. Hirup dan inhalasi
Inhalasi sendiri merupakan proses mengalirkan zat – zat yang dihasilkan
oleh minyak essensial aromaterapi secara langsung atau menggunakan alat
bantu seperti tabung inhaler, diffuser, spray, lilin, kapas, ataupun tisu.
Untuk zat yang dihasilkan dapat berupa gas, tetes uap halus, asap, ataupun
uap sublimasi yang akan dihirup nantinya lewat hidung.

Beberapa penelitian telah menunjukkan efektivitas penggunaan


aromaterapi ini terhadap keluhan nyeri luka jahitan pada ibu postnatal. Menurut
Safitri, dkk (2022), sebelum diberikannya aromaterapi lavender dan relaksasi
nafas, skala nyeri sedang dirasakan oleh 38 orang (76%) sedangkan skala nyeri

1
ringan dirasakan oleh 12 orang (24%). Ketika diberikan aromaterapi lavender,
skala nyeri yang tadinya sedan menurun menjadi sebanyak 36 orang mengalami
nyeri ringan (72%) dan skala tidak nyeri dirasakan oleh 14 orang (28%). Hal
tersebut dapat terjadi karena dalam aromaterapi lavender terdapat zat aktif
linaool dan linalyl acetate yang bersifat sebagai analgesic.

Hal ini sejalan dengan penelitian Mariam (2022) yang menerapkan


penggunaan aromaterai dengan metode uap, disini diteteskan sekitar 4 – 5 tetes
aromaterapi lavender yang dilarutkan dalam 200 mL air dan inhalasi dilakukan
menggunakan vaporizer selama 30 menit dalam ruangan yang tidak banyak
terdapat ventilasi udara. Molekul serta partikel lavender yang dihasilkan dari
proses inhalasi akan diterima oleh reseptor syaraf dan diinterpretasikan sebagai
aroma yang menenangkan dan mempengaruhi sistem limbic sebagai pusat
emosi, hal ini akan membuat syaraf dan pembuluh darah menjadi relaks dan
nyeri berkurang.

2.1.4. Alexander technic

Alexander teknik merupakan salah satu teknik relaksasi yang


menyelaraskan tubuh, fikiran, dan jiwa yang bertujuan untuk meningkatkan
fungsi tubuh seseorang baik fisiknya maupun psikisnya agar berada dalam
keadaan seimbang. Teknik alexander berfokus pada efektivitas peningkatan
koordinasi antara kepala, leher, dan tulang belakang. Selain itu, alexander teknik
memiliki manfaat dalam meningkatkan koordinasi postur dan aktivitas otot, serta
penurunan nyeri punggung bawah.

Teknik alexander ini ditemukan oleh Frederick Matthias Alexander dari


Australia. Dalam teknik ini seseorang akan diajak untuk mengorganisasikan
sensasi pergerakan tubuh dengan memanfaatkan indera peraba dalam keadaan
sadar. Adanya kesadaran untuk mengendalikan tubuh sendiri akan dapat membuat
kesatuan sistem dalam tubuh menjadi lebih terkoordinasi secara efektif dalam
aktivitas sehari – hari.

1
Ibu pada masa postpartum seringkali merasakan ketidaknyamanan pada
fisik akibat kontraksi yang dirasa selama masa persalinan atau perubahan pada
tubuh yang dialami selama masa kehamilan. Biasanya pada masa ini ibu
postpartum seringkali merasakan kelelahan dan sakit punggung secara berkala,
hal ini juga mempengaruhi kondisi psikis ibu yang mengakibatkan ibu nifas
seringkali merasakan stress bahkan hingga ke depresi akibat hal tersebut.

Oleh karena itu, perubahan ini akan membuat tubuh memiliki kebiasaan
buruk yang akhirnya tubuh akan menimbulkan efek seperti melakukan koordinasi
gerak secara tidak efektif, berdiri atau duduk dengan tumpuan yang tidak tepat,
yang pada akhirnya kebiasaan ini akan membuat ketidaknyamanan terus
berlangsung, maka dari itu teknik alexander dapat menjadi teknik relaksasi yang
direkomendasikan. Berikut ini adalah prinsip utama yang perlu diketahui dalam
melangsungkan teknik alexander :

1. bagaimana tubuh bergerak, duduk dan berdiri yang mempengaruhi


seberapa baik tubuh berfungsi
2. Hubungan kepala, leher, dan tulang belakang sangat penting bagi
kemampuan tubuh untuk berfungsi secara optimal
3. Lebih memperhatikan cara tubuh menjalani aktivitas sehari-hari
diperlukan untuk membuat perubahan dan mendapatkan manfaat
4. Pikiran dan tubuh bekerja sama secara erat sebagai satu, masing-
masing saling mempengaruhi yang satu dan yang lain.

Teknik alexander yang dapat diberikan kepada ibu nifas adalah pemberian
pelatihan mengenai posisi optimal untuk leher dan kepala, bagaimana posisi
berjalan yang baik dan berdiri secara perlahan, cara untuk mengambil barang
dilantai, serta koreksi posisi yang benar ketika menyusui agar tidak terjadi
kelelahan pada tulang punggung.

Untuk itu teknik alexander dapat dilakukan gerakan berikut ini untuk
mereposisikan tubuh dan membuat postur tubuh berada pada tumpuan yang tepat

1
sehingga ibu nifas tidak akan mudah lelah, langkah – langkah ini dapat dilakukan
selama 30 menit dan rutin hingga 40 hari :

1. Merengangkan otot punggung dan duduk tegak, sehingga kepala berada


tepat diatas tulang belakang. Posisi punggung tidak boleh condong
kedepan atau membungkuk, nafas secara perlahan
2. Letakkan lutut ke depan dan menjauh dari sendi pinggul, dan tumit
diletakkan ke bawah atau menapak pada lantai
3. Regangkan jari – jari tangan kearah lantai seraya melakukan pengaturan
nafas dalam, jangan membuat lengan bawah terlalu tegang, nikmati
renggangnya tangan secara perlahan dan rileks
4. Letakkan tangan diatas meja dengan ketinggian yang tepat agar siku dapat
membentuk sudut 90 derajat, namun tangan diposisikan dalam keadaan
rileks
5. Lakukan langkah diatas dalam keadaan sadar, fokus, namun rileks

Efektivitas dari penerapan teknik alexander pada ibu postpartum ini juga
telah dibuktikan dalam penelitian Banoofatemeh, et all (2017) bahwa kelompok
eksperimen yang menerapkan dan dipantau oleh tenaga ahli dalam melakukan
teknik alexander selama 40 hari merasakan ketenangan dan kenyamanan fisik
hingga mentalnya yang menjadi lebih baik dibandingkan dengan kelompok
kontrol yang tidak diberikan teknik alexander. Keunggulan yang amat dirasakan
oleh kelompok eksperimen disini adalah perubahan struktur tubuhnya menjadi
lebih baik, sedangkan beberapa keluhan masih dirasakan oleh kelompok kontrol.

2.1.5. Osteopathi

Osteopati merupakan salah satu terapi yang menggabungkan teknik sentuhan


dengan pikiran. Teknik ini biasanya dilakukan dengan melakukan pijatan,
melakukan mobilisasi, ataupun memanipulasi beberapa titik untuk
mengembalikan dan memaksimalkan fungsi sistem musculoskeletal dan menjaga
homestasis tubuh. Terapi osteopati pada masa postpartum ini sangat bermanfaat
untuk mengatasi masalah ketidaknyamanan pada punggung yang dirasakan oleh

1
ibu, baik karena efek pascasalin ataupun karena efek posisi menyusui yang tidak
baik, dan pola tidur yang buruk. (Abramovich, et all., 2021)

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Faloon, et all (2021) masalah yang
dimulai sejak masa kehamilan dan bermanifestasi hingga masa postpartum ini
membuat sekitar 73% wanita postpartum mengalami nyeri punggung bagian
bawah atau low back pain. Namun, setelah diberikan terapi osteopati sejak masa
kehamilan, terjadi penurunan nyeri sebesar 7%. Untuk indikasi dilakukannya
terapi ini adalah :

1. Nyeri punggung bagian bawah (low back pain)


2. Nyeri pada kaki
3. Nyeri bahu
4. Nyeri leher
5. Nyeri panggul
6. Serta permasalahan yang berhubungan dengan sistem musculoskeletal

Untuk tatalaksana dari terapi osteopati ini biasanya dilakukan oleh terapis
khusus dibidangnya. Osteopati akan bertujuan untuk mengembalikan fungsi dan
stabilitas sendi, teknik yang diberikan tergantung gejala dan kebutuhan.
Tatalaksananya sendiri meliputi pemberian pijatan untuk merilekskan otot, lalu
diikuti dengan peregangan sendi yang kaku, selanjutnya dilakukan artikulasi
dengan cara membuat sendi bergerak dengan sendirinya secara alamiah, dan
diberikan dorongan dengan kecepatan tinggi lalu rendah, gerakan ini biasanya
akan menimbulkan suara seperti ketika kita meretakkan jari – jari tangan.
Lamanya proses ini biasanya berlangsung selama 30 menit hingga 1 jam (hanya
pada pertemuan pertama).

2.1.6. Terapi music pada masa nifas

Pada masa postpartum ibu rentan mengalami berbagai permasalahan


fisik, sosial, maupun psikososial. Kadangkala di masa menyusui ini ibu
seringkali merasa stress entah karena kekhawatiran akan produksi ASI ataupun
kurangnya pengetahuan mengenai proses laktasi. Apabila permasalah ini

1
berlangsung terus menerus dan tidak segera ditangani, maka dapat mengganggu
proses pemulihan ibu, seperti munculnya gangguan berupa gangguan mobilisasi
dini atau pola tidur yang tidak teratur. (Arisdiani, dkk., 2021)

Oleh karena itu, diperlukan stimulus yang dapat mengatasi permasalahan


ini agar tidak mengarah menjadi depresi postpartum. Selain dengan pendekatan
melalui komunikasi teurapetik dan dukungan mental oleh keluarga, terapi musik
dapat menjadi salah satu alternatif untuk meningkatkan kesejahteraan mental ibu
dan mengurangi stress yang dirasakan oleh ibu postpartum. (Santi & Wahid,
2019)

Music memiliki kelebihan dalam memberikan ketenangan pikiran serta


pengendali emosi. Tempo serta nada akan dapat menghasilkan gelombang alfa
(dengan frekuensi 8 – 12 cycles per second)dan serat dari gelombang beta, yang
nantinya akan ditangkap oleh gendang telinga. Rangsangan gelombang ini akan
merangsang hipofisis untuk melepaskan hormone endorphine, sehingga mampu
membuat efek rileks bagi tubuh, menjaga mood, memnilkan perasaan tenang,
dan dapat menidurkan. Selain itu, hingga sejauh ini musik menjadi alternative
dalam mengalihkan perhatian seseorang dari kejadian traumatik yang
dirasakannya. (Rahayu, 2020)

Banyak jenis music yang dapat digunakan untuk ibu postpartum,


diantaranya adalah :

 Kearifan lokal
- Terapi music dengan karawitan dan keroncong dapat mencegah
postpartum lebih efektif daripada music degung. Terapi ini dapat
dilakukan selama 2x sehari selama 30 menit dalam 3 hari, karena
terapi musik karawitan dapat menurunkan kecemasan. (Tridiyawati &
Wulandari, 2022)
- Terapi music dengan alat music khas dayak “sape” yang menghasilkan
suara erdu ini diklasifikasikan sebagai jenis chordophone. Pemberian
intervensi dengan intensitas suara 58 – 64 dB selama 2x dalam 30

1
menit pada kurun waktu 2 hari ini dapat menurunkan kecemasan,
menstabilkan tekanan darah dalam batas normal, dan dapat
meningkatkan kualitas tidur pada pasien post SC. (Tridiyawati &
Wulandari, 2022)
 Alam
Terapi music ini memanfaatkan suara dari alam yang biasanya
dipergunakan untuk meditasi. Salah satu music yang menggunakan suara
alam ini diciptakan oleh Kevin McLeod dengan judul “Musik santai 3 jam
dengan meditasi suara air”. Ketika music ini diperdengarkan dengan
tekanan suara 52 dB selama 15 menit selama 3 hari sekali, diikuti dengan
perawatan PNC yang baik, dapat membuat ibu primipara postpartum
menjadi tenang, lebih bersemangat, dan merasa termotivasi. (Tridiyawati
& Wulandari, 2022)
 Klasik
Music klasik yang sering diperdengarkan adalah music Mozart,
dikarenakan music klasik Mozart memiliki keunggulan akan kemurnian
dan kesederhanaan, bunyi, irama, dan melodi dari music ini akan
merangsang seseorang untuk bersemangat dan menjadi kreatif. Ketika ibu
postpartum diperdengarkan music Mozart ini selama 3 hari selama 30
menit, nilai EPDS (skrining Edinburgh postnatal depression) yang
dirasakannya berkurang, ibu menjadi lebih rileks, dapat merasa tenang
karena peningkatan senyawa endorphine, dan ibu tidak mengalami
kesulitan tidur kembali. (Santi & Wahid, 2019)
2.1.7. Terapi doa pada masa nifas

Hingga saat ini penanganan depresi postpartum dan pencegahannya


diberikan dalam bentuk biologis melalui obat, psikologi melalui konseling
dengan tenaga terkait, dan sosial yang melibatkan keluarga, dan lingkungan
sekitar ibu. Namun, terapi komplementer yang berfokus pada teknik relaksasi
berupa doa ini juga dapat menjadi alternative solusi dalam mengatasi dan
mencegah hal tersebut. (Viviyani, dkk., 2019)

1
Pendekatan melalui keyakinan spiritual ini akan menimbulkan efek
tenang karena rangkaian doa yang dipanjatkan akan membuat keseimbangan
kadar hormone serotonin dan nonepineprin yang menghasilkan efek tenang.
Dzikir merupakan kondisi dimana hati, pikiran, dan tindakan mengingat allah
sebagai dzat yang menguasai seluruh kehidupan, sedangkan doa merupakan
rangkaian kalimat yang dicapkan dengan penuh keyakinan dan kepasrahan.
(Rusmini, dkk., 2018)

Ketika seseorang memanjatkan doa maka hiposifisis anterior akan aktif


dan mampu merubah gelombang otak dari beta menjadi alfa, hal ini akan
membuat hormone kortisol berada dalam keadaan stabil. Selain itu, efek lain
yang ditimbulkan adalah adanya keseimbangan tekanan darah berada dalam
batas stabil, detalk jantung normal, laju pernafasan menjadi lebih lambat dan
muncul ketenangan, emosi dalam keadaan baik, pemikiran menjadi lebih dalam,
dan metabolisme tubuh menjadi baik. (Maimunah & Masita, 2019)

Berdasarkan ajaran agama islam, dzikir dapat dilakukan dengan tahapan


berikut ini :

 Berwudhu dengan tujuan mendapatkan ketenangan


 Duduk dalam suasana tenang dan rileks
 Melakukan teknik nafas dalam seraya melakukan peregangan otot
 Mengucapkan beberapa kalimat dzikitr baik secara lisan mauun dalam hati
 Dilakukan selama 25 menit dengan dzikir subhanallah.
 Dapat pula membaca istighfar dikala merasa sedih pasca sholat disertai
dengan membaca laa khaula wala kuwwata illah billah yang memilki arti
tidak ada kekuatan selain kekuautan Allah SWT pada saat mengalami
ketidakberdayaan, dan membaca laa illaha illah anta inni kuntu minal
dzalimin yang artinya tidak ada kekuatan selain Engkau, sesungguhnya diri
ini mengalami keteraniayaan, sebanyak 3x selama 2 minggu (Rusmini,
dkk., 2018)

1
Dalam jurnal Viviyani, dkk (2019) dibahas mengenai efektivitas dzikir
pada ibu postpartum pasca operasi SC. Disampaikan bahwa disituasi ini untuk
mengurangi nyeri dapat dilakukan dzikir daripada metode relaksasi seperti
yoga ataupun senam hamil. Setelah diberikan intervensi dzikir pada ibu
postpartum sectio caesarea, ibu mengalami penurunan skala nyeri, dengan
hasil sebelum dilakukan intervensi nilai meannya 4,84 dan setelah diintervensi
mengalami penurunan nyeri dengan skor mean 1,85.

2.2. PROSES LAKTASI


2.2.1 Cara Memperbanyak ASI
Dimulai dari IMD ibu sudah mulai menyusui bayinya dengan ASI Eksklusif.
Namun jika ASI tidak lancar juga dapat menggelayuti pikiran dan hati ibu.
Berikut cara atau tips memperbanyak ASI (Septianingtyas dkk, 2018):
1. Sering menyusui
Menyusui dengan frekuensi yang sering dapat memperbanyak
produksi ASI, sebab payudara ibu adalah sebagai pabrik ASI yang harus terus
dirangsang agar ASI terus menerus diproduksi. Ibu tidak perlu menjadwalkan
pemberian ASI karena ibu dapat memberikan ASInya sesering mungkin,
tetapi pada umumnya bayi akan minta menyusui setiap 2-3 jam.
2. Bergantian payudara ketika menyusui
Pastikan bayi diberi ASI secara bergantian dari semua payudara. Susui
bayi sampai payudara terasa kosong, lalu bergantianlah dengan payudara yang
masih penuh.
3. Hindari menggunakan dot susu
Ketika bayi dibiasakan menghisap dari dot, biasanya bayi akan
menolak ketika menyusui dari payudara. Karena pengeluaran susu dari dot
cenderung lebih mudah dari pada menyusui secara alami, sehingga teknik
menyusui sebaiknya terus dilatih agar bayi terbiasa menyusui dari payudara
bunda.
4. Membersihkan puting dan melakukan pemijatan

2
Tips memperbanyak ASI pada ibu menyusui dengan cara pijat adalah
sebagai berikut:
- Lakukan pemanasan dengan menghangatkan payudara dengan handuk
hangat selama 2 menit dengan pengulangan 4-5 kali.
- Mulai pijat puting bunda dengan perlahan dari atas dan ke bawah.
- Di bagian areola, pijat perlahan ke atas dan bawah dari kanan ke kiri,
selama 5-6 kali setiap payudara.
- Terakhir, buah payudara dipijat melingkar mengikuti bentuk payudara
selama 5-6 kali. Lalu, pijat melingkat dan spiral ke arah areola selama 3-4
kali. Lakukan pijatan tersebut untuk masing-masing payudara.
Untuk langkah pembersihan payudara, ingat untuk tidak menyabuni
bagian puting dan areola untuk menghindari keadaan kering dan kaku.
5. Teknik menyusui yang benar
Posisi menyusui yang benar adalah posisi mulut dan dagu bayi
menempel pada payudara dan mulut bayi membuka lebar sehingga sebagian
besar areola tetutup oleh mulut bayi.

Gambar 2 Posisi dan Perlekatan Menyusui


(Sumber: Buku KIA Tahun 2020 Bagian Ibu)

2
6. Makanan untuk memperbanyak ASI
Ketika bayi mulai menyusui bayi, pilih sumber makanan pelancar ASI
agar ASI keluar lancar dan banyak. Pilih makanan yang mengandung
karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral. Untuk jumlah maknannya
lebih baik tidak dibatasi. Dan ibu bisa menambah memakan daun katuk atau
daun papaya bila mau untuk membantu memperlancar ASI.
7. Hindari Stress dan peran penting seorang ayah
Suasana hati ibu juga sangat berpengaruh terhadap produksi ASI.
Kondisi yang tidak nyaman bisa menyebabkan produksi ASI berkurang
bahkan tidak produksi sama sekali. Kondisi yang nyaman dan tenang ini tidak
hanya peran ibu, tapi juga peran di keluarga. Suami yang paling paham
kondisi ibu, sebaiknya ikut membantu ibu terhindar dari stress.
8. Tidur yang cukup
Dengan tidur yang cukup, tentunya kondisi tubuh ibu akan jauh lebih
siap untuk memproduksi ASI yang berkualitas. Dengan tidur yang cukup juga
dapat mengurangi dan menghindarkan ibu dari stress yang tidak perlu.

2.2.2 Relaktasi
Salah satu upaya untuk menanggulangi kegagalan pemberian ASI
Eksklusif yaitu dengan menjalani program Relaktasi. Relaktasi adalah upaya
untuk memulai kembali pemberian ASI yang sempat terhenti setelah beberapa
hari, minggu, bahkan bulan, bisa karena faktor medis maupun non medis.
Relaktasi dapat dilakukan pada ibu yang belum pernah memberikan ASI pada
bayinya dan juga dapat dilakukan pada ibu yang pernah memberikan ASI namun
sempat terhenti. Oleh karena itu program relaktasi ini bertujuan untuk ibu yang
berubah pikiran untuk menyusui kembali bayinya dengan ASI.
Relaktasi hanya bisa dilakukan dengan satu cara, yaitu : membiarkan bayi
Anda menyusu sesering mungkin pada payudara Anda. Frekuensi menyusui ini
setidaknya adalah 10 kali dalam 24 jam, atau lebih jika memang bayi
menginginkannya. Berikut adalah langkah-langkah untuk meningkatkan frekuensi
menyusui bayi:

2
Cobalah untuk menyusui bayi setiap 2 jam sekali.
Biarkan bayi menyusu kapan pun, setiap kali ia terlihat berminat.
Membiarkan bayi Anda mengisap payudara sekitar 30 menit setiap kali ia
menyusu, jika dimungkinkan. Atau secara bertahap dapat ditingkatkan durasi
menghisapnya tersebut, dimulai dari sekurangnya 15 menit pada saat
menyusu.
Cobalah untuk selalu bersama bayi terutama pada malam hari ketika hormon
prolaktin (penghasil ASI) sedang banyak-banyaknya dihasilkan sehingga
dapat setiap saat menyusui bayi.
Keberhasilan Relaktasi dipengaruhi oleh motivasi ibu (keinginan, alasan),
stimulasi bayi (frekuensi, posisi mulut bayi), dukungan keluarga (keikutsertaan,
motivasi, praktik dukungan), dukungan tenaga kesehatan (materi, motivasi,
penanganan masalah, teknik, tinjauan langsung) dan dukunagn teman sejawat
(nasehat) yang saling berhubungan. Namun dari itu semua, motivasi ibu dan
stimulasi bayi merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan
Relaktasi. Karena motivasi pada diri subjek yang begitu kuat, hal-hal positif lain
dalam praktik Relaktasi dapat berjalan dengan baik. Sedangkan stimulasi bayi
sendiri memberikan rangsangan langsung terhadap payudara ibu, sehingga ASI
dapat diproduksi.
Konselor laktasi adalah profesi baru yang berperan dalam peningkatan
jumlah ibu menyusui di Indonesia. Bertugas untuk menghilangkan kesulitan untuk
menyusui, terapi konselor, sahabat, motivator, coach. Background konselor
laktasi berasal dari berbagai kalangan tenaga kesehatan seperti dokter, bidan,
perawat, serta masyarakat umum. Menjadi konselor laktasi memerlukan sertifikasi
dari pelatihan dan modul dari World Health Organization (WHO) dan United of
Children’s Fund (UNICEF) selama empat puluh jam. Konselor laktasi tergabung
dalam Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI). (Dewi, 2015)
Konselor laktasi melakukan pendekatan pribadi dengan menjalin
keakraban dan tidak ada jarak antar keduanya. Hubungan yang dibangun lebih
mengarah ke keluargaan dan persahabatan. Konselor laktasi melalui komunikasi
terapeutik dan hubungan yang dijalin dnegan metode kekeluargaan dan

2
persahabatn, dimana konselor tidak memposisikan lebih tahu dari klien, efektif
dalam mendapatkan serta memahami masalah yang dialami klien, serta lebih
mudah mencari solusi kepada klien. Klien bisa mempercayai konselor dengan
menceritakan kesulitan selama menyusui, ataupun ada permasalahan lain (Dewi,
2015)

2.2.3 Induksi Laktasi


Induksi laktasi adalah upaya ibu yang belum pernah hamil dan menyusui
supaya bisa menyusui bayi yang diadopsi. Ada kemiripan antara relaktasi dan
induksi laktasi yaitu upaya untuk menyusui bayinya baik kandung maupun
adopsi. Terdapat 2 kunci penting dalam keberhasilan proses induksi laktasi dan
relaktasi yaitu tekad yang kuat dari ibu untuk menyusui bayi, stimulasi putting
payudara yang tepat. Yaitu melalui isapan bayi dan pengeluaran ASI
(pengosongan ASI). Kandungan ASI yang keluar pada hari kelima proses induksi
laktasi maupun relaktasi sama dengan kandungan ASI matang dan ASI transisi.
Tetapi tidak menghasilkan kolostrum (Monica,2016).
Faktor lain keberhasilan proses induksi laktasi adalah sebagai berikut:
1. Keinginan bayi untuk menyusui/menghisap putting
2. Usia bayi dibawah 8 minggu lebih tinggi keberhasilannya karena pada usia
tersebut bayi masih mudah dipengaruhi atau distimulasi untuk perlekatan pada
payudara
3. Pengalaman menerima asupan lain selama belum menyususi (MPASI)
Langkah-langkah melakukan induksi laktasi:
1. Bila bayi dapat dan ingin menghisap
a. Letakan bayi di payudara lebih sering, minimal setiap 1 atau 2 jam. Bila
memungkinkan 8-12 kali dalam sehari.
b. Tidur bersama bayi (agar bayi mudah menjangkau payudara ibu).
c. Menyusui juga pada malam hari karena dapat meningkatkan hormone
prolactin. Karena isapan bayi lebih sering.
d. Lebih sering lakukan kontak kulit ibu dan bayi

2
e. Tawarkan bayi mengisap masing-masing payudara minimal 10-15 menit,
tawarkan kembali payudara bila bayi masih ingin terus mengisap
f. Pastikan bayi melekat dengan baik untuk menghindari nyeri putting dan
masalah menyusui lainnya, serta mengosongkan payudara.
g. Hindari dot dan empeng
h. Gunakan suplementer menyusui untuk mengalirkan ASI/pengganti asi dari
wadah seperti botol. Berisi susu formula khusus bayi. Usahakan bayi
menghisap selama 30 menit per setiap sesi menyusui.
i. Control pertumbuhan bayi, berat badan lebih utama (Monica, 2016)
2. Bila bayi belum mau dan belum dapat menghisap
a. Periksakan ke dokter apakah bayi ada kelainan anatomi mulut atau sakit
yang memerlukan penanganan khusus
b. Melakukan terus kontak kulit ibu dan bayi dan memperkenalkan payudara
agar bayi tertarik untuk menghisap
c. Tawarkan bayi untuk menyusui menggunakan suplementer menyusui, dan
metode drop and drip degan cangkir.
d. Perah payudara, kuasai teknik perah tangan karena lebih menyerupai
isapan bayi. Bila ibu menggunakan alat pompa, tetap memerah dengan
tangan 2-5 menit setiap selesai memerah. Lebih bagus menggunakan
pompa yang bisa memerah kedua payudara bersamaan.
e. Berikan asi atau pasi pada bayi menggunakan media selain dot dan
empeng.
f. Selalu pantau dan control kurva pertumbuhan bayi (Monika, 2016).

2.2.4 Cara Perah ASI


 Saat yang tepat untuk memerah ASI ketika bekerja
ASI diperah secara rutin minimal setiap 2-3 jam dan tidak menunggu
payudara terasa pebuh. Akan lebih sulit untuk memerah jika payudara sudah
bengkak dan akan terasa nyeri serta akan menyebabkan penurunan produksi
ASI.
 Langkah-langkah pelaksanaan penerah ASI

2
a. Menyiapkan perlengkapan
Perlengkapan memerah ASI dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan
kemampuan ibu, yaitu:
1. Gelas/cangkir untuk menampung ASI perah
2. Botol untuk menyimpan ASI yang sudah diperah
3. Label dan spidol
4. Cooler box/termos dan blue ice
5. Jika diperlukan memerah dapat menggunakan pompa ASI
b. Persiapan sebelum memrah ASI
1. Melakukan sterilisasi wadah ASI. Caranya dengan memasukkan air
mendidih ke dalam wadah tersebut, lalu dibiarkan selama beberapa
menit kemudian buang airnya.
2. Menyiapkan lap atau tisu yang bersih
3. Mencuci tangan sampai bersih, dengan menggunakan sabun kita
bersihkan sela-sela jari dan kuku sebelum menyentuh payudara dan
wadah ASI
4. Kondisi ibu harus tenang dan santai, caranya duduk dengan nyaman
pikirkan dan lihat bayi atau dengarkan rekaman suara atau foto bayi
bila ditempat kerja
5. Bila memungkinkan payudara dapat dikompres lebih dulu dengan lap
yang telah dibasahi air hangat
6. Melakukan pemijatan ringan pada sekeliling payudara
c. Cara memerah ASI dengan tangan
1. Gunakan wadah yang terbuat dari plastik atau bahan metal untuk
menampung ASI.
2. Cuci tangan terlebih dahulu dan duduk dengan sedikit mencondongkan
badan ke depan.
3. Payudara dipijat dengan lembut dari dasar payudara ke arah puting
susu.
4. Rangsang puting susu dengan ibu jari dan jari telunjuk anda.

2
5. Letakkan ibu jari di bagian atas sebelah luar areola (pada jam 12) dan
jari telunjuk serta jari tengah di bagian bawah areola (pada jam 6).
6. Tekan jari-jari ke arah dada, kemudian pencet dan tekan payudara di
antara jari-jari, lalu lepaskan, dorong ke arah puting seperti mengikuti
gerakan mengisap bayi. Ulangi hal ini berulang-ulang.
7. Hindari menarik atau memeras terlalu keras. Bersabarlah, mungkin
pada awalnya akan memakan waktu yang agak lama.
8. Ketika ASI mengalir lambat, gerakkan jari di sekitar areola dan
berpindahpindah tempat, kemudian mulai memerah lagi.
9. Ulangi prosedur ini sampai payudara menjadi lembek dan kosong.
10. Menggunakan kompres hangat atau mandi dengan air hangat sebelum
memerah ASI akan membantu pengeluaran ASI.
Cara memerah ASI yang tidak dianjurkan:
1. Menekan putting susu: memijat puting dengan 2 jari, dapat
menyebabkan kulit lecet.
2. Mengurut: mendorong dari pangkal payudara, dapat menyebabkan
kulit nyeri.
3. Menarik puting dan payudara: dapat menyebabkan kerusakan jaringan
e. Keunggulan memerah ASI dengan tangan dibandingkan dengan
menggunakan pompa

Gambar 3 Perbandingan memerah ASI dengan tangan dan pompa


(Sumber: Kemenkes RI 2015)

2
f. Penyimpanan ASI perah

Gambar 4 Penyimanan ASI Perah (ASIP)


(Sumber: Buku KIA Tahun 2020 Bagian Ibu)

2.3. MASASE PADA MASA LAKTASI:


2.3.1. Perawatan Payudara
A. Pengertian Perawatan Payudara
Periode post partum merupakan masa yang dilewati ibu melahirkan
dimulai dari hari kelahiran pertama sampai 6 minggu kelahiran. Pada tahap ini
adanya perubahan fisik, alat reproduksi, perubahan psikologis menghadapi
penambahan keluarga baru dan masa laktasi atau menyusui (Rumini,2019)
Perawatan payudara (Breast Care) pada masa nifas merupakan perawatan
yang dilakukan untuk mempersiapkan payudara agar dalam kondisi baik saat
menyusui bayinya, meliputi perawatan kebersihan payudara baik sebelum
maupun sesudah menyusui terutama kebersihan puting susu sehingga terhindar
dari infeksi, melenturkan danmenguatkan puting susu sehingga bayi mudah
menyusu dan dapat menyusu dengan baik, mengurangi risiko luka saat bayi
menyusu, merangsang kelenjar air susu sehingga produksi asi menjadi lancar,
mengetahui secara dini kelainan putting susu dan melakukan usaha-usaha untuk
mengatasinya, untuk persiapan psikis ibu menyusui dan menjaga bentuk
payudara, dan mencegah penyumbatan padapayudara (Nurahmawati dkk.2021).

2
B. Tujuan Perawatan Payudara
Perawatan payudara setelah melahirkan bertujuan agar payudara
senantiasa bersih dan mudah dihisap oleh bayi. Banyak ibu yang mengeluh
bayinya tidak mau menyusu, bisa jadi ini disebabkan oleh faktor teknis seperti
puting susu yang masuk atau posisi yang salah. Selain faktor teknis ini tentunya
Air Susu Ibu juga dipengaruhi oleh asupan nutrisi dan kondisi psikologis ibu.
C. Masalah Pada Ibu Menyusui
Pada ibu menyusui pasca persalinan masalah yang sering dihadapi adalah
putting susu lecet, payudara bengkak, mastitis atau abses payudara, mencari posisi
menyusui yang baik dan benar serta nyaman, nyeri pada putting payudara,
penyumbatan saluran susu, dan infeksi payudara.
D. Tujuan Perawatan Payudara
Adapun tujuan perawatan payudara diantaranya:
1) Memperbaiki sirkulasi darah.
2) Menjaga kebersihan payudara, terutama kebersihan puting susu agar terhindar
dari infeksi.
3) Menguatkan alat payudara, memperbaiki bentuk puting susu sehingga bayi
menyusui dengan baik.
4) Dapat merangsang kelenjar air susu, sehingga produksi ASI menjadi lancar.
5) Untuk mengetahui secara dini kelainan pada puting susu ibu dan melakukan
usaha untuk mengatasinya.
6) Mempersiapkan psikologis ibu untuk menyusui.
7) Mencegah pembendungan ASI
E. Manfaat Perawatan Payudara
Perawatan payudara mempunyai manfaat untuk melancarkan sirkulasi
aliran darah, mencegah tersumbatnya saluran susu sehingga memperlancar
pengeluaran ASI. Agar tujuan dapat tercapai perawatan payudara sebaiknya
dilakukan secara teratur sejak hari pertama melahirkan, menjaga kebersihan
diri,pemenuhan gizi seimbang, menghindari stress dan menumbuhkan percaya diri
bahwa ibu bisa menyusui. Perawatan payudara bisa dilakukan dengan posisi

2
duduk / berbaring bagi yang belum mampu duduk. Manfaat perawatan payudara
diantaranya:
1) Memelihara kebersihan payudara ibu sehingga bayi mudah menyusui.
2) Melenturkan dan menguatkan puting susu sehingga bayi mudah menyusu
3) Mengurangi resiko luka saat bayi menyusu.
4) Dapat merangsang kelenjar air susu sehingga produksi ASI menjadi lancar.
5) Persiapan pisikis ibu menyusui dan menjaga bentuk payudara.
6) Mencegah penyumbatan pada payudara

F. Langkah-Langkah Perawatan Payudara

Terdapat langkah perawatan payudara diantaranya:

1. Persiapkan ibu
a. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir
b. Buka pakian
2. Persiapkan alat
a. Handuk
b. Kapas yang dibentuk bulat
c. Minyak kelapa atau baby oil
d. Waslap atau handuk kecil untuk kompres
e. Baskom dua yang masing-masing berisi air hangat dan air dingin
3. Pelaksanaan
a. Buka pakian ibu, lalu letakkan handuk di atas panggkuan ibu tutuplah
payudara dengan handuk
b. Buka handuk pada daerah payudara dan taruh di pundak ibu
c. Kompres puting susu dengan menggunakan kapas minyak selama 3-5
menit agar epitel yang lepas tidak menumpuk, lalu bersihkan kerak-
kerak pada putting susu
d. Bersihkan dan tariklah kearah susu keluar terutama untuk kearah susu
ibu datar
e. Ketuk-ketuk sekeliling kearah susu dengan ujung-ujung jari

3
4) Teknik Pengurutan Payudara

a) Pengurutan I
1. Licinkan kedua tangan dengan baby oil
2. Menyokong payudara kiri dengan tangan kiri, lakukan gerakan kecil
dengan dua atau tiga jari tangan, mulai dari pangkal payudara
dengan gerakan memutar berakhir pada daerah puting ( dilakukan
20-30 kali)
b) Pengurutan II
Membuat gerakan memutar sambil menekan dari pangkal payudara dan
berakhir pada puting susu (dilakukan 20-30 kali) pada kedua payudara
c) Pengurutan III
Meletakkkan kedua tangan di antara payudara, mengurut dari tengah ke
atas sambil mengangkat kedua payudara dan lepaskan keduanya
berlahan.
d) Pengurutan IV
1. Mengurut payudara dengan sisi kelingking dari arah pangkal ke arah
putting.
2. Payudara dikompres dengan air hangat lalu dingin secara bergantian
kira-kira lima menit.
3. Keringkan dengan handuk dan pakailah BH khusus yang dapat
menopang dan menyanggga payudara.

2.3.2. Pijat Okstitosin


A. Pengertian Pijat Okstitosin
Pijat oksitosin adalah pemijatan pada sepanjang kedua sisi tulang belakang
dan merupakan usaha untuk merangsang hormon prolaktin dan oksitosin setelah
melahirkan. Pijat oksitosin bisa dibantu pijat oleh ayah atau nenek bayi. Pijat
oksitosin ini dilakukan untuk merangsang refleks oksitosin atau reflek let-down.

3
Hormon oksitosin adalah hormon yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisa
posterior. Hormon ini bertanggung jawab untuk mengalirkan ASI yang telah di
produksi prolaktin kesaluran laktiferus dan sampai kemulut bayi melalui
isapannya. Pijat Oksitosin bertujuan untuk merangsang pengeluaran hormon
oksitosin supaya pengeluaran ASI pada ibu post partum menjadi lancar Pijat
Oksitosin bertujuan untuk merangsang pengeluaran hormon oksitosin supaya
pengeluaran ASI pada ibu post partum menjadi lancar.

B. Manfaat Pijat Okstitosin


Selain itu manfaat pijat oksitosin untuk memberikan kenyamanan pada
ibu, mengurangi bengkak, merangsang kinerja hormon oksitosin seperti
meningkatkan kenyaman pada ibu setelah melahirkan, mengurangi stres pada ibu
setelah melahirkan, mengurangi nyeri pada tulang belakang sehabis melahirkan,
mengurangi sumbatan ASI , merangsang pelepasan hormon oksitosin dan
memperlancar produksi ASI, dan mempercepat proses involusi uterus sehingga
mengurangi pendarahan pasca melahirkanmempertahankan produksi ASI ketika
ibu dan bayi sakit (Wulandari, 2020)

C. Langkah-Langkah Pijat Okstitosin


Pijat oksitosin dilakukan dengan cara memijat pada daerah punggung
sepanjang kedua sisi tulang belakang sehingga diharapkan dengan dilakukan
pemijatan ini, ibu akan merasa rileks dan kelelahan setelah melahirkan akan
hilang, jika ibu rileks dan tidak kelelahan setelah melahirkan dapat membantu
merangsang pengeluaran kearah oksitosin (Depkes RI, 2018)
Pijat oksitosin ini bisa dilakukan segera setelah ibu melahirkan bayinya
dengan durasi ±15 menit, frekuensi pemberian pijatan 1 – 2 kali sehari. Pijatan ini
tidak harus dilakukan langsung oleh petugas kesehatan dengan menggunakan
protokol kesehatan tetapi dapat juga dilakukan oleh suami atau anggota keluarga.
Pemberian pijat oksitosin bisa kapan saja diberikan bahkan saat ASI ibu sudah
lancar karena selain memperlancar ASI, pijatan bisa memberikan kenyamanan
pada ibu. Berikut merupakan langkah-langkah pijat oksitosin antara lain:

3
a. Memberitahukan kepada ibu tentang tindakan yang akan dilakukan, tujuan
maupun cara kejanya untuk menyiapkan kondisi psikologis ibu.
b. Menyiapkan peralatan dan ibu dianjurkan membuka pakaian atas dan
memasang handuk, agar dapat melakukan tindakan lebih efisien.
c. Mengatur ibu dalam posisi duduk dengan kepala bersandarkan tangan yang
dilipat ke depan dan meletakan tangan yang dilipat di meja yang ada
didepannya, dengan posisi tersebut diharapkan bagian tulang belakang
menjadi lebih mudah dilakukan pemijatan .
d. Melumuri kedua telapak tangan dengan minyak atau baby oil.
e. Memijat sepanjang kedua sisi tulang belakang ibu dengan menggunakan dua
kepalan tangan, dengan ibu jari menunjuk kedepan
f. Menekan kuat-kuat kedua sisi tulang belakang membentuk gerakan-gerakan
melingkar kecil-kecil dengan kedua ibu jarinya.
g. Pada saat bersamaan, memijat kedua sisi tulang belakang kearah bawah dari
leher kearah tulang belikat.
h. Mengulangi pemijataan hingga 3 kali.
i. Membersihkan punggung ibu dengan waslap air hangat dan dingin secara
bergantian

2.3.3. Pijat Marmet


A. Pengertian
Pijat marmet adalah kombinasi cara memerah ASI dan memijat payudara
sehingga reflek pengeluaran ASI bisa meningkat. Sering dikenal teknik memerah
ASI yang disebut teknik Marmet, yaitu cara memeras ASI secara manual dan
mengutamakan let down reflex (LDR). Teknik marmet yaitu merangsang LDR di
awal proses memerah dapat menghasilkan ASI sebanyak 2-3 kali lipat dibanding
tanpa menggunakan teknik LDR ini. Let down refleks (LDR) sama dengan
rangsangan yang terjadi jika puting dihisap oleh bayi dan setelah beberapa saat
tiba-tiba payudara akan mengencang dan ASI akan keluar deras sehingga bayi
harus mempercepat irama menghisap ASI, kurang lebih seperti itulah jika efek

3
LDR kita dapatkan. ASI akan tiba-tiba mengalir dengan deras tanpa diperlukan
pijatan atau perasan yang sangat kencang.
Memerah ASI dengan teknik Marmet awalnya diciptakan oleh seorang ibu
yang harus mengeluarkan ASInya karena alasan medis. Awalnya ia kesulitan
mengeluarkan ASI dengan refleks yang tidak sesuai dengan refleks keluarnya ASI
saat bayi menyusu. Hingga akhirnya ia menemukan suatu metode memijat dan
menstimulasi agar refleks keluarnya ASI optimal. Kunci sukses dari teknik ini
adalah kombinasi dari cara memerah ASI dan cara memijat memerah dengan
tangan merupakan teknik dasar yang harus diajarkan kepada seorang ibu dalam 24
jam setelah bayi lahir supaya ia percaya diri menghadapi semua masalah yang
mungkin timbul, seperti memberikan susu suplemen untuk ASI bila bayi sakit,
atau tidak dapat menyusu dengan baik, atau bila terpisah dari ibu karena berbagai
alasan. Juga dapat membantu ibu mengatasi persoalan-persoalan yang lain, seperti
33ea rah yang tidak menonjol atau terjadi pembengkakan payudara. Pemerahan
susu dengan tangan lebih direkomendasikan dari pada dengan pompa payudara
karena pada hari-hari pertama, kadar kolostrum masih rendah dan dapat hilang
atau tertinggal dalam pompa payudara.
Jika teknik ini dilakukan dengan efektif dan tepat, maka seharusnya tidak
akan terjadi masalah dalam produksi ASI ataupun cara mengeluarkan ASI. Teknik
ini dapat dengan mudah dipelajari sesuai instruksi. Tentu saja semakin sering ibu
melatih memerah dengan teknik marmet ini, maka ibu makin terbiasa dan tidak
akan menemui kendala (Marmi, 2014).

B. Manfaat Teknik Marmet


Adapun manfaat memerah ASI dengan menggunakan teknik Marmet yaitu:
a) Penggunaan pompa ASI relative tidak nyaman dan tidak efektif
mengosongkan payudara.
b) Banyak ibu telah membuktikan bahwa memerah ASI dengan tangan jauh lebih
nyaman dan alami (saat mengeluarkan ASI)

3
c) Refleks keluarnya ASI lebih mudah terstimulasi dengan Skin to skin contact
(dengan cara memerah tangan) daripada penggunaan pompa (terbuat dari
plastik).
d) Nyaman digunakan`
e) Aman dari segi lingkungan.
f) Portable dan ekonomis

C. Cara Memerah ASI dengan Teknik Marmet


Adapun Cara Memerah Air Susu Ibu dengan menggunakan teknik Marmet yaitu:
1. Perah payudara selama 5 – 7 menit
2. Pijat payudara ± 1 menit
3. Perah payudara selama 3 – 5 menit,
4. Pijat payudara ± 1 menit, dan
5. Perah payudara selama 2-3 menit (Setiawandari,2014)

Cara Memerah Payudara (Maria Pollard, 2017):


a. Letakkan ibu jari di tepi atas aerola pada posisi pukul 12
b. Letakkan jari telunjuk di tepi bawah aerola pada posisi pukul 6. Ketiga jari
lain menyangga payudara
c. Dengan kedua jari, tekan jaringan payudara ke dalam arah rongga dada tanpa
ibu jari dan jari telunjuk berubah posisi
d. Lanjutkan dengan gerakan ke depan memijat jaringan di bawah aerola
sehingga memerah ASI dalam saluran ASI. Lakukan gerakan ini beberapa kali
sampai pancaran ASI yang keluar berkurang.
e. Ubah posisi ibu jari dan telunjuk misalkan pada posisi pukul 9 dan 3Ulangi
tahap 3-4
f. Lakukan hal sama pada posisi yang berbeda. Setiap posisi ibu jari dan
telunjuk selalu berhadap-hadapan.

3
Gambar 5 Cara Memerah ASI Teknik Marmet

35
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Seorang wanita dalam masa postnatal dapat mengalami berbagai masalah yang
salah satunya dapat diobati dengan terapi. Terapi dan teknik alamiah pada masa postnatal
yaitu masase, pernapasan, aroma terapi, osteopati, teknik alexander, terapi doa, dan terapi
musik yang dapat mengurangi ketidaknyamanan baik fisik maupun psikis. Selain itu
terdapat berbagai asuhan kebidanan yang dapat membantu ibu dalam memperbanyak
ASI, merawat payudara, dan membantu dalam menyusui. Teknik alamiah tersebut dapat
menjadi pilihan bagi ibu dalam masa postnatal.

3.2 Saran
Tenaga kesehatan terutama bidan perlu mengerti dan menguasai teknik alamiah
agar dapat diterapkan ketika memberikan asuhan pada ibu postnatal sehingga masa
postnatal dapat dilewati dengan baik. Selain itu, bidan juga perlu memperdalam dan
berlatih mengenai teknik alamiah pada masa postnatal dengan referensi terbaru sehingga
dapat diterapkan dengan baik.

3
DAFTAR PUSTAKA
1. Septianingtyas, Maya Cobalt Angio., Anggorowati., dan Artika Nurrahima 2018.
Modul Paket Sukses Menyusui: Manajeman Laktasi & Positive Self Talk. Universitas
Diponegoro: Magister Keperawatan Komunitas.
2. Collaboration of: ENN, IBFAN, Terre des homes, UNICEF, UNHCR, WHO, WFP.
Infant Feeding in Emergencies; Module 2, Version 1.0 for Health and Nutrition Workers
in Emergency Situations. Relactation. Geneva: The joint statement, 2004.p.64-77.
3. Kemenkes RI 2015. Mari Dukung Menyusui dan Bekerja. Jakarta: PUSDATIN.
4. Monica, F.B. 2016. Buku Pintar ASI dan menyusui.
5. Dewi, Retasari. 2015. Komunikasi Terapeutik Konselor Laktasi Terhadap Klien Relaktasi
6. Rini, S. and Kumala, F., 2017. Panduan Asuhan Nifas dan Evidence Based Practice.
Deepublish.
7. Jayanti, N.D. and Mayasari, S.I., 2022. Asuhan Komplementer Tatalaksana Afterpain
pada Ibu Postpartum: Literature Review. Jurnal MID-Z (Midwivery Zigot) Jurnal Ilmiah
Kebidanan, 5(1), pp.22-28.
8. PERMENKES RI NOMOR 1109/MENKES/PER/IX/2007 tentang Penyelenggaraan
Pengobatan Komplementer–Alternatif di Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Diakses melalui
laman:
https://dpmpt.gunungkidulkab.go.id/upload/download/10f7d9d902789b9d2838057a6ae3
d3ce_komplementer%20alternatif.pdf
9. Esmianti, F.E., Kurniyati, K., Eka, W.I.P. and Sipahutar, L., 2021. Postpartum Acuyoga
sebagai Peluang Usaha Mandiri Bidan di Era Millenial Prodi Kebidanan Curup Tahun
2020: Postpartum Acuyoga. RAMBIDEUN: Jurnal Pengabdian Kepada
Masyarakat, 4(3), pp.123-132.
10. Ibrahim, E.A. and Asiah, N., 2018. Massage Postpartum dan Status Fungsional Ibu
Pascasalin di Medan. Buletin Farmatera, 3(1).
11. Kusbandiyah, J. and Puspadewi, Y.A., 2020. Pengaruh Postnatal Massage terhadap
Proses Involusi dan Laktasi Masa Nifas di Malang. Jurnal Ners Dan Kebidanan (Journal
of Ners and Midwifery), 7(1), pp.065-072.

3
12. Ditama, E.S.W., 2017. Hubungan Pengetahuan Dengan Minat Ibu Nifas Tentang
Postnatal Massage (Di Puskesmas Jelakombo, Kecamatan Jombang, Kabupaten
Jombang) (Doctoral dissertation, STIKES Insan Cendekia Medika Jombang).
13. Zanelia Tiara Putri., 2020. penerapan teknik massage effleurage pada Ny. I post partum
hari ke 1 dalam mengurangi nyeri kontraksi uterus tahun 2020 (Doctoral dissertation,
Universitas Perintis Indonesia).
14. Andarie, Desti Putri. 2018. Pengaruh Teknik Effleurage Massage Terhadap Nyeri
Afterpains Pada Ibu Nifas Multipara di BPM Lismarini dan BPM Vitri Suzanti Kota
Palembang Tahun 2018. Skripsi, Poltekkes Kemenkes Palembang Prodi D-IV
Kebidanan.
15. Rahim, N.I., Gambaran Pemberian Tekhnik Relaksasi Nafas Dalam Pada Ny. J
Untuk Mengurangi Ketidaknyamanan Post Partum Di Ruang Nifas Rsu Bahagia. Karya
Tulis Ilmiah STIKES Panakkukang Program Studi D3 Keperawatan Makassar
16. Dewi, Putu Sharmilla Pramesty (2018) Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Ibu
Primipara Dengan Pemberian Teknik Relaksasi Napas Dalam Untuk Mengatasi
Ketidaknyamanan Pasca Partum Di Ruang Margapati Rsud Mangusada Badung Tahun
2018. Diploma thesis, Jurusan Keperawatan 2018.
17. Husada, S.K., 2019. Studi Komparasi Teknik Relaksasi Benson Dan Guide Imagery
Terhadap Nyeri Post Partum Sectio Caesarea Pada Ibu Primipara Di Bangsal Annisa Rs
Pku Muhammadiyah Karanganyar.
18. Dian Ayu Safitri, D., 2022. Pengaruh Teknik Relaksasi Pernapasan Dengan
Aromaterapi Lavender untuk Mengurangi Nyeri Bekas Jahitan Perineum Ibu Postpartum
di Praktik Mandiri Bidan Ismu Jatiyoso (Doctoral dissertation, Universitas
Kusuma Husada Surakarta).
19. Mariam, N., 2020. Literature Review: Pengaruh Pemberian Aromaterapi Dalam
Menurunkan Nyeri Pada Ibu Nifas Dengan Post Sectio Caesarea.
20. https://radiologirscm.com/rad2018/index.php/id/radiologi/artikel-bebas/13-radiologi-dan-
teknik-alexander.html
21. https://www.nhs.uk/conditions/alexander-technique/

3
22. Banoofatemeh, S., Oreyzi, H.R. and Bahadoran, P., 2017. Effects of implementing the
Alexander technique on enjoying the sense of motherhood in the postpartum
period. Iranian journal of nursing and midwifery research, 22(5), p.392.
23. Segita¹, R. and Dariva, Y., 2019. Pengaruh Pemberian SWD Dan Teknik Alexander
Untuk Memperbaiki Postur Tubuh Pasien LBP.
24. Hanefeld, N., Glover, L., Jomeen, J. and Wadephul, F., 2021. Women's experiences
of using the Alexander Technique in the postpartum:‘… in a way, it's just as beneficial as
sleep’. Midwifery, 103, p.103155.
25. Hanefeld, N., 2021. Exploring how women use the Alexander Technique: psycho-physical
re-education in the postpartum (Doctoral dissertation, University of Hull).
26. Apriyani, W., Hadi, M. and Idriani, I., 2021. Teknik Alexander terhadap Tingkat
Kenyamanan pada Ibu Hamil Trimester III. Jurnal Keperawatan Silampari, 4(2), pp.671-
682.
27. Faloon, J., Bishop, K., Craig, W. and Brock, J., 2021. Characterizing the use of
osteopathic manipulative medicine in the obstetric population by trimester and
indications for use. Journal of Osteopathic Medicine, 121(1), pp.85-96.
28. Abramovich, O., Alflen, C., Bawek, S., Marrara, B., Stein, S. and Rowane, M.P., 2021.
Evaluation of osteopathic manipulative treatment in pain reduction in pregnant women
during third trimester and postpartum. Scholar: Pilot and Validation Studies, 2(2), pp.19-
21.
29. https://www.nhs.uk/conditions/osteopathy/what-happens/
30. Grace, Sandra et al. 2016. Understanding clinical reasoning in osteopathy: a qualitative
research approach.
31. Santi, F.N. and Wahid, S.N., 2019. Penurunan Gejala Baby Blues Melalui Terapi Musik
Klasik Mozart Pada Ibu Post Partum. Jurnal Kesehatan Panca Bhakti Lampung, 7(2),
pp.117-124.
32. Tridiyawati, F. and Wulandari, F., 2022. Efektifitas Terapi Musik Terhadap Penurunan
Kecemasan Pada Postpartum Blues: Literature Review. Malahayati Nursing
Journal, 4(7), pp.1736-1748.
33. Rahayu, D.E., 2020. Efektifitas Terapi Musik Terhadap Pencegahan Postpartum Blues
Pada Ibu Primipara. Journal for Quality in Women's Health, 3(2), pp.253-257.

3
34. Arisdiani, D.R., Anggorowati, A. and Naviati, E., 2021. Music Therapy as Nursing
Intervention in Improving Postpartum Mothers Comfort. Media Keperawatan
Indonesia, 4(1), p.72.
35. Viviyani, T., Wulandari, D. And Rahmadani, E., 2019. Pengaruh Dzikir terhadap Skala
Nyeri pada Ibu Post Partum Sectio Caesarea di RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu Tahun
2019. Journal of Nursing and Public Health, 7(2), pp.92-102.
36. Rusmini, R., Mulidah, S. and Haryati, W., 2018. Terapi Dzikir Dan Murottal Untuk
Mengurangi Kecemasan Pada Pre Eklampsia Ringan. Link, 14(2), pp.98-105.
37. Maimunah, S. and Masita, E.D., 2019. Efektifitas Metode Double D terhadap Depressi
Post Partum pada Ibu Nifas Fase Letting Go di Kelurahan Wonokromo Surabaya. Jurnal
Ners dan Kebidanan (Journal of Ners and Midwifery), 6(3), pp.320-325.
38. Setiawandari. 2014. Perbedaan Pengaruh Teknik Marmet dan Pijat Oksitosin Terhadap
Produksi ASI pada Ibu Post partum di Rumah Sakit Ibu dan Anak IBI Surabaya. Tesis.
Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
39. Pollard, Maria. 2017. ASI Asuhan Berbasis Bukti. Jakarta: EGC.
40. Marmi. 2014. ASI Saja Mama Berilah Aku ASI Karena Aku Bukan Anak
Sapi.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
41. Nurahmawati dkk.2021. Penyuluhan Perawatan Payudara Pada Ibu Nifas Pasca
Persalinan Dini Dalam Memberikan ASI Eksklusif Di Rumah Sakit Angkatan Darat Di
Kota Kediri. Abdimas: Papua Journal of Community Service, 3(2), 61-67.
42. Yulia, I. P. (2018). Penerapan Pijat Oksitosin Ibu Menyusui Pada Masa Post Partum Di
Puskesmas Mlati II (Doctoral dissertation, poltekkes kemenkes yogyakarta).
43. SINULINGGA, N. R. (2020). PENGARUH TEKNIK MARMET DALAM
PENGOSONGAN PAYUDARA TERHADAP PRODUKSI ASI PADA IBU POST
PARTUM DI KLINIK PRATAMA JANNAH KECAMATAN PERCUT SEI TUAN
KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2017.
44. Rumini, et al (2019). Pengaruh Teknik Marmet terhadap Kelancaran Air Susu Ibu di
Desa Nag. Pematang Simalungun Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun. Jurnal
Bidan Komunitas 3 (1), 2614-7874
45. Setianingrum, et al (2018). Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian asi pada
ibu bekerja. Jurnal Ilmu Keperawata, 10 (3), 2549-8118.

Anda mungkin juga menyukai