DISUSUN OLEH :
KELOMPOK
ADELIA PUTRI P3.73.24.1.19.001
DINDA AYU LESTARI P3.73.24.1.19.008
PEIRAWATI NURAULIA P3.73.24.1.19.020
TASYA AGUS FITRIADI P3.73.24.1.19.031
WAHYU DEWI K.H.K P3.73.24.1.19.034
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Karena hanya dengan izin, rahmat
dan kuasa-Nyalah kami masih diberikan kesehatan sehingga dapat menyelesaikan makalah
ini yang berjudul “ ORGANISASI PROFESI DAN KONTRIBUSI BIDAN “.
Pada kesempatan ini tak lupa pula penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak terutama kepada Dosen pengajar Mata Kuliah Ilmu Kebidanan
dan Profesionalisme Bidan yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita khususnya mengenai organisaso profesi dan kontribusi bidan. Kami
juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan
masih jauh dari apa yang diharapkan.
Untuk itu, kami berharapa dan kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah ini di
masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang
membangun. Semoga makalah sederhana ini dapat bermanfaat bagi siapa pun yang
membacanya.
Jakarta, 2020
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
1.1.Latar Belakang................................................................................................................1
1.2.Rumusan Masalah...........................................................................................................2
1.3.Tujuan Penulisan.............................................................................................................2
BAB II........................................................................................................................................3
PEMBAHASAN........................................................................................................................3
BAB III.....................................................................................................................................42
PENUTUP................................................................................................................................42
3.1. Kesimpulan...................................................................................................................42
3.2. Saran.............................................................................................................................42
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................iii
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Perjalanan organisasi IBI pada awalnya adalah di dasari rasa keprihatinan dan kesadaran
untuk membela, mempertahankan dan memelihara kepentingan-kepentingan bangsa dan
kepentingan masyarakat umumnya, kepentingan perempuan atau wanita serta kepentingan
bidan khususnya, pada tanggal 15 September 1950 di Rumah Sakit Bersalin Budi Kemuliaan
Jakarta, para bidan melaksanakan suatu pertemuan dan bersidang serta melahirkan suatu
kesepakatan untuk membentuk suatu wahana Ikatan Bidan Indonesia sebagaimana
perkumpulan dan organisasi lainnya.
Tanggal 24 Juni 1951 beberapa bidan senior di Jakarta, antara lain Bidan Suleki Solo
Soemardjan, Bidan Fatimah Muin, Bidan Sri Mulyani, Bidan Salikun, Bidan Sukaesih, Bidan
Ipah dan Bidan S. Marguna, meneruskan pertemuan dari RS Budi Kemuliaan 15/9/1950
dalam bentuk Musyawarah Nasional bidan. Musyawarah ini dihadiri oleh perkumpulan-
perkumpulan bidan lokal dari daerah seperti dari Bogor, Cirebon, Garut, Sukabumi,
Purwakarta, Tasikmalaya,Yogyakarta, Solo, Semarang, Demek, Malang, Pekalongan,
Palembang, Bangka, Banjarmasin, dan Jakarta Raya. Para bidan dari Ambon, Medan, Padang
dan Bukittinggi yang tidak bisa hadir mengirim telegram mendukung dan menyetujui hasil
keputusan musyawarah. Musyawarah ini menyempurnakan hasil pertemuan 15 September
1950 yang baru Sembilan bulan dan menetapkan tujuan-tujuan IBI yang selengkapnya
sebagai berikut:
1. Menggalang persatuan dan persaudaraan antara sesama bidan serta kaum wanita pada
umumnya dalam rangka memperkokoh persatuan bangsa.
2. Membina pengetahuan dan ketrampilan anggota dalam profesi kebidanan, khususnya
dalam pelayanan KIA serta kesejahteraan keluarga.
3. Membantu pemerintah dalam pembangunan nasional, terutama dalam meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat.
1
Setelah kongres Nasional IBI di Bandung, telah terpikir oleh PB IBI untuk melakukan dua
hal penting selain konsulidasi dan memperkuat ikatan anggota, pertama, IBI mengharapkan
ada procedural legal terhadap pendirian IBI. Kedua, IBI meyakini bahwa perlu di tata dan di
buka hubungan-hubungan dengan berbagai organisasi kewanitaan utamanya Federasi Bidan
Internasional agar IBI dapat diakui sebagai anggota yang secara politis akan menuntup atau
mencegah kalau ada upaya untuk menjatuhkan IBI dengan membentuk IBI baru.
ICM telah bekerja bersama badan-badan PBB dan mitra lainnya selama puluhan tahun dalam
inisiatif global untuk membantu mengurangi jumlah ibu dan bayi yang meninggal di dalam
dan sekitar melahirkan. Bukti tumbuh bahwa asuhan kebidanan merupakan salah satu cara
yang paling efektif untuk memerangi kematian ibu dan bayi. Negara bagian Kebidanan,
Dunia 2011 yang diterbitkan oleh UNFPA tahun lalu, menunjukkan secara meyakinkan
bagaimana bidan menyelamatkan nyawa ibu dan bayi,pada makalah ini akan dibahas tentang
semua tentang ICM.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Organisasi profesi bertugas untuk mendefinisikan aktifitas keprofesian mengidentifikasi
persyaratan untuk menjadi anggota profesi, menentukan kompetensi yang perlu
dikembangkan, meningkatkan penemuan baru, dan mengkomunikasikan pengetahuan tentang
profesi dan aktifitasnya kepada aktifis lainnya.
Prof Dr. Sondang P. Siagian, mendefinisikan “organisasi ialah setiap bentuk persekutuan
antara dua orang atau lebih yang bekerja bersama serta secara formal terikat dalam rangka
pencapaian suatu tujuan yang telah ditentukan dalam ikatan yang mana terdapat seseorang /
beberapa orang yang disebut atasan dan seorang / sekelompok orang yang disebut dengan
bawahan.” Drs. Malayu S.P Hasibuan mengatakan “organisasi ialah suatu sistem perserikatan
formal, berstruktur dan terkoordinasi dari sekelompok yang bekerja sama dalam mencapai
tujuan tertentu. Organisasi hanya merupakan alat dan wadah saja.” Chester L Bernard
mengatakan bahwa “Organisasi adalah system kerjasama antara dua orang atau lebih ( Define
organization as a system of cooperative of two or more persons) yang sama-sama memiliki
visi dan misi yang sama.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa organisasi kebidanan adalah suatu
organisasi yang aktifitas pokoknya melakukan pelayanan kesehatan ibu dan anak, dan
kesehatan kepada masyarakat dengan salah satu tujuan yang dicapai adalah membentuk
pelayanan yang bermutu dan berkwalitas.
Bidan berhimpun dalam satu wadah organisasi profesi bidan. Organisasi tersebut berfungsi
untuk meningkatkan dan/atau mengembangkan pengetahuan dan keterampilan, martabat, dan
etika profesi kebidanan. Organisasi profesi bidan bertujuan untuk mempersatukan, membina,
dan memberdayakan bidan dalam rangka menunjang pembangunan kesehatan. Selanjutnya
untuk mengembangkan cabang disiplin ilmu dan standar pendidikan tenaga kesehatan,
organisasi profesi bidan dapat membentuk kolegium. Kolegium kebidanan merupakan badan
otonom di dalam organisasi profesi bidan yang bertanggung jawab pada organisasi profesi
bidan.
3
2.1. Organisasi Bidan di Indonesia
1. IBI (Ikatan Bidan Indonesia)
Ikatan Bidan Indonesia (IBI) merupakan organisasi profesi bidan di Indonesia. Wadah Para
bidan dalam mencapai tujuan melalui kebijakan peningkatan profesionalisme anggota guna
menjamin masyarakat mendapatkan pelayanan berkualitas. IBI didirikan pada tanggal 24 Juni
1951, menjadi anggota Kongres Wanita Indonesia (KOWANI) pada tahun 1951 dan
bergabung menjadi anggota ICM (International Confederation of Midwives) pada tahun
1956. Kantor pusat berkedudukan di Jakarta, IBI memiliki perwakilan di 34 Provinsi, 509
kota/kabupaten dan 3728 ranting diseluruh indonesia.
A. Nilai-nilai
1. Mengutamakan kebersamaan
4. Pengembangan diri
B. Visi
C. Misi
4
4. Meningkatkan kesejahteraan anggota.
D. Prioritas Strategi
10. Membangun kepercayaan anggota IBI, donor dan mitra dengan tetap menjaga mutu
pengelolaan keuangan yang accountable.
E. Lambang IBI
1. Bentuk Bundar dan dilingkari dengan garis berwarna merah dan putih
melambangkan arti persatuan abadi.
2. Gambar dua buah Delima yang merupakan buah yang berisi biji dan air
melambangkan kesuburan.
5
3. Gambar Daun Dua Helai melambangkan kemampuan dari pasangan laki-laki dan
perempuan untuk melanjutkan tumbuhnya bibit.
4. Gambar ular dan cawan melambangkan simbol Dewa Aesculapius dan Dewi Hygea,
dimana pelayanan kebidanan harus memelihara dan mempertahankan biji (bibit)
agar dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.
5. Gambar Buah Delima yang Merekah melambangkan buah delima yang sudah
matang, mengandung biji-biji (benih) yang telah matang (matur) dan sehat, sehingga
dapat melanjutkan generasi penerus baru yang sehat dan berkualitas. Seorang bidan
diharapkan bersiap diri menjadi tenaga pelayanan kesehatan yang profesional, untuk
menghantarkan benih yang matur dan sehat tersebut menjadi calon generasi penerus
yang mandiri serta berkualitas.
F. Sejarah IBI
Dalam sejarah Bidan Indonesia menyebutkan bahwa tanggal 24 Juni 1951 dipandang
sebagai hari jadi IBI. Pengukuhan hari lahirnya IBI tersebut didasarkan atas hasil
konferensi bidan pertama yang diselenggarakan di Jakarta 24 Juni 1951, yang
merupakan prakarsa bidan-bidan senior yang berdomisili di Jakarta. Konferensi bidan
pertama tersebut telah berhasil meletakkan landasan yang kuat serta arah yang benar
bagi perjuangan bidan selanjutnya, yaitu mendirikan sebuah organisasi profesi bernama
Ikatan Bidan Indonesia (IBI), berbentuk kesatuan, bersifat Nasional, berazaskan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Pada konferensi IBI tersebut juga
dirumuskan tujuan IBI, yaitu:
a. Menggalang persatuan dan persaudaraan antar sesama bidan serta kaum wanita pada
umumnya, dalam rangka memperkokoh persatuan bangsa.
6
Dengan landasan dan arah tersebut, dari tahun ke tahun IBI terus berkembang dengan
hasil-hasil perjuangannya yang semakin nyata dan telah dapat dirasakan manfaatnya
baik oleh masyarakat maupun pemerintah sendiri. Adapun tokoh-tokoh yang tercatat
sebagai pemrakarsa konferensi tersebut adalah: Ibu Selo Soemardjan, Ibu Fatimah, Ibu
Sri Mulyani, Ibu Salikun, Ibu Sukaesih, Ibu Ipah dan Ibu S. Margua, yang selanjutnya
memproklamirkan IBI sebagai satu-satunya organisasi resmi bagi para bidan Indonesia.
Hasil-hasil terpenting dari konferensi pertama bidan seluruh Indonesia tahun 1951
tersebut adalah:
Tiga tahun setelah konferensi, tepatnya pada tanggal 15 Oktober 1954, IBI diakui sah
sebagai organisasi yang berbadan hukum dan terdaftar dalam Lembaga Negara nomor:
J.A.5/92/7 Tahun 1954 tanggal 15 Oktober 1954 (Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia Republik Indonesia), dan pada tahun 1956 IBI diterima sebagai anggota ICM
(International Confederation of Midwives). Hingga saat ini IBI tetap mempertahankan
keanggotaan ini, dengan cara senantiasa berpartisipasi dalam kegiatan ICM yang
dilaksanakan di berbagai negara baik pertemuan-pertemuan, lokakarya, pertemuan
7
regional maupun kongres tingkat dunia dengan antara lain menyajikan pengalaman dan
kegiatan IBI. IBI yang seluruh anggotanya terdiri dari wanita telah tergabung dengan
Kongres Wanita Indonesia (KOWANI) pada tahun 1951 hingga saat ini IBI tetap aktif
mendukung program-program KOWANI bersama organisasi wanita lainnya dalam
meningkatkan derajat kaum wanita Indonesia. Selain itu sesuai dengan Undang-Undang
RI No.8 tahun 1985, tentang organisasi kemasyarakatan maka IBI dengan nomor 133
terdaftar sebagai salah satu Lembaga Sosial Masyarakat di Indonesia. Begitu juga
dalam Komisi Nasional Kedudukan Wanita di Indonesia (KNKWI) atau National
Commission on the Status of Women (NCSW). IBI merupakan salah satu anggota
pendukungnya.
Pada kongres IBI yang kedelapan yang berlangsung di Bandung pada tahun 1982,
terjadi perubahan nama Pengurus Besar IBI diganti menjadi Pengurus Pusat IBI, karena
IBI telah memiliki 249 cabang yang tersebar di seluruh propinsi di Indonesia. Selain itu
kongres juga mengukuhkan anggota pengurus Yayasan Buah Delima yang didirikan
pada tanggal 27 Juli 1982. Yayasan ini bertujuan meningkatkan kesejahteraan anggota
IBI, melalui pelaksanaan berbagai kegiatan.
Pada tahun 1985, untuk pertama kalinya IBI melangsungkan Kongres di luar pulau
Jawa, yaitu di Kota Medan (Sumatera Utara) dan dalam kongres ini juga didahului
dengan pertemuan ICM Regional Meeting Western Pacific yang dihadiri oleh anggota
ICM dari Jepang, Australia, New Zealand, Philiphina, Malaysia, Brunei Darussalam
dan Indonesia. Bulan September 2000 dilaksanakan ICM Asia Pacific Regional
Meeting di Denpasar Bali. Pada tahun 1986 IBI secara organisatoris mendukung
pelaksanaan pelayanan Keluarga Berencana oleh Bidan Praktek Swasta melalui
BKKBN.
8
Selain itu, dalam menyikapi tantangan globalisasi, kemajuan dan kebutuhan
masyarakat Indonesia yang semakin berkembang, maka IBI berkewajiban untuk
menyusun Rancangan Undang Undang Kebidanan dan mengajukannya kepada lembaga
yang berwenang. UU Kebidanan merupakan payung hukum profesi bidan, yang saat ini
dalam tahap akhir pengesahan. Dalam pelaksanaan praktik kebidanan, bidan didukung
oleh Peraturan Menteri Kesehatan yang telah mengalami perubahan dari Permenkes No
1464 tahun 2010 menjadi Permenkes 28 tahun 2017 tentang Izin dan Penyelenggaraan
Praktik Bidan. Dengan dinamika yang terjadi sampai tahun 2015 RUU Kebidanan
belum dapat disahkan menjadi Undang-Undang dan pada akhirnya usulan rancangan
Undang-Undang Kebidanan diambil alih oleh DPR menjadi RUU Kebidanan Inisiatif
DPR.
Tahun 2016 Komisi IX telah membentuk Panitia Kerja (Panja) RUU Kebidanan dan
telah aktif melakukan kegiatan seperti mengundang pakar, organisasi profesi terkait
(POGI, IDAI, IDI); instansi pemerintah (Kementerian Kesehatan, Kemristekdikti,
Kementerian Hukum dan HAM, Kementerian Menpan-RB, Kementerian Dalam
Negeri); serta kalangan Akademisi (Universitas Airlangga, Universitas Brawijaya dan
Universitas Padjadjaran). Pengurus Pusat IBI juga telah melakukan berbagai kegiatan
dalam rangka mensosialisasikan dan menjaring aspirasi dari: 1) Pengurus Pusat dengan
sesepuh; 2) Pengurus Pusat dengan seluruh ketua PD, PC dan anggota; 3) Pengurus
Pusat dengan jurusan kebidanan dari seluruh poltekkes di Indonesia, perwakilan dari
AIPKIND, HPTKes, dan Forum Komunikasi Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemkes; 4)
Melalui kegiatan seminar dan HUT IBI di berbagai daerah bersama dengan Panja RUU
Kebidanan Komisi IX DPR RI; 5) Rakernas, PIT Bidan, serta website IBI; 6) IBI juga
mengundang pakar dalam rangka penguatan konsep RUU Kebidanan (Prof. Budi
Sampurno, Prof. Adang Bachtiar, Sundoyo, SH, MH, Della Sherratt). Pada Tahun 2018
Surpres untuk membahas RUU Kebidanan diterbitkan. Panja RUU Kebidanan Komisi
IX DPR RI secara lebih intensif melakukan rapat kerja dengan Pemerintah (Kemenkes,
Kemenristekdikti, Kemenaker, Kemendagri, KemenPAN-RB, dan KemenkumHAM).
2. Permenkes Nomor 28 Tahun 2017 Tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan
9
3. Permenkes Nomor 11 Tahun 2017 Tentang Tentang Keselamatan Pasien
Gerak dan langkah Ikatan Bidan Indonesia di semua tingkatan dapat dikatakan semakin
maju dan berkembang dengan baik. Sampai dengan tahun 2018, IBI telah memiliki 34
Pengurus Daerah, 509 Pengurus Cabang (di tingkat Kabupaten/Kota) dan 3.728
Pengurus Ranting IBI (di tingkat Kecamatan/unit Pendidikan/Unit Pelayanan). Jumlah
anggota yang telah memiliki Kartu Tanda Anggota (KTA) 304.732 (12 September
2018), sedangkan jumlah bidan yang terdaftar di Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia
(MTKI) ada 658.510 (MTKI, Agustus 2018).
1988 16.413
1990 25.397
1994 46.114
1995 54.080
1996 56.961
10
1997 57.032
1998 66.547
2003 68.772
2008 87.338
2013 141.148
2015 170.359
2016 215.571
2018 304.732
PENGURUS HARIAN
11
Pelayanan : Siti Romlah, MKM
I. KEANGGOTAAN
A. Keanggotaan IBI
12
Keanggotaan Ikatan Bidan Indonesia adalah Bidan yang memiliki Surat Tanda
Registrasi dan Kartu Tanda Anggota (KTA ) dan kartu tersebut masih berlaku.
Keanggotaan IBI sesuai dengan tempat domisili atau institusi tempat kerja.
B. Syarat Menjadi Anggota
Formulir yang sudah diisi diteliti kebenarannya, diputuskan dalam rapat pengurus
Ranting/Cabang
13
Anggota berhak untuk mendapatkan pengayoman dari organisasi secara berjenjang
Anggota berhak menghadiri rapat dan mengajukan usul, baik tertulis maupun lisan.
1. Kartu Tanda Anggota IBI (KTA) yang dikeluarkan oleh Pengurus Pusat dan di
tanda tangani Ketua Umum IBI.
Menjaga IBI tetap sebagai organisasi profesi yang tidak berafiliasi dengan partai
politik manapun.
G. Sanksi Anggota
Jenis Sanksi
14
2. Teguran tertulis 1 - 3 kali diberikan dalam waktu 3 bulan bila yang
bersangkutan tidak mengindahkan teguran tersebut maka akan diberikan sanksi
pencabutan surat rekomendasi dari OP untuk melakukan praktik mandiri selama
6 bulan.
Meninggal dunia.
1. Uang pangkal sebesar Rp 25.000 (Dua Puluh Lima Ribu Rupiah) tiap anggota
yang dibayarkan satu kali saat pendaftaran
2. Iuran bulanan anggota sebesar Rp.10.000 (Sepuluh Ribu Rupiah) tiap anggota per
bulan.
4. Penggunaan uang pangkal dan iuran anggota cabang yang diatur, sebagai berikut:
5. Penggunaan uang pangkal dan iuran anggota ranting diatur, sebagai berikut:
15
o 25% untuk Pengurus Cabang
o 50% untuk Pengurus Ranting
6. Tata cara pengelolaan keuangan selanjutnya diatur dalam Petunjuk Pelaksanaan
Organisasi
ICM bekerja dengan bidan dan asosiasi kebidanan secara global untuk mengamankan hak-
hak perempuan dan akses ke perawatan kebidanan sebelum, selama dan setelah
melahirkan. ICM telah bekerja bersama badan-badan PBB dan mitra lainnya selama beberapa
dekade dalam prakarsa global untuk membantu mengurangi jumlah ibu dan bayi yang
meninggal di dalam dan sekitar melahirkan. Bukti menunjukkan bahwa asuhan kebidanan
merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk memerangi kematian ibu dan
bayi.Negara, Dunia 2011 yang diterbitkan oleh UNFPA tahun lalu, menunjukkan secara
meyakinkan bagaimana bidan menyelamatkan nyawa ibu dan bayi.
Visi : ICM membayangkan sebuah dunia di mana setiap wanita yang melahirkan memiliki
akses ke perawatan bidan untuk dirinya sendiri dan bayinya.
Misi : ICM berupaya untuk memperkuat asosiasi anggota dan memajukan profesi
kebidanan secara global dengan mempromosikan bidan otonom sebagai pengasuh yang
paling tepat untuk wanita hamil dan menjaga kelahiran normal, dalam rangka
16
meningkatkan kesehatan reproduksi wanita, dan kesehatan bayi baru lahir mereka dan
kesehatan mereka. keluarga.
B. Lambang ICM
C. Pendidikan kebidanan
"Standar Global ICM untuk pendidikan kebidanan" adalah salah satu pilar penting
dari upaya ICM untuk memperkuat kebidanan di seluruh dunia dengan mempersiapkan
bidan yang berkualifikasi penuh untuk menyediakan layanan kesehatan berbasis bukti
yang berkualitas tinggi untuk wanita, bayi baru lahir dan keluarga yang melahirkan
anak. Standar pendidikan dikembangkan bersama dengan pembaruan kompetensi penting
untuk praktik kebidanan dasar, yang menentukan konten inti dari setiap program
pendidikan kebidanan. Mereka tersedia di Situs Web ICM dalam bahasa Inggris, Prancis,
dan Spanyol.
D. Sejarah
Ide untuk organisasi bidan internasional dimulai di Belgia pada tahun 1919, ketika banyak
asosiasi kebidanan nasional yang dikombinasikan untuk membentuk Uni Bidan
17
Internasional, yang diadakan pertama Kongres Internasional pada tahun 1922 - pada waktu
itu hanya mewakili negara-negara Eropa.
Pertemuan selanjutnya diadakan pada tahun 1932, 1934, 1936 dan 1938, meskipun
hilangnya catatan organisasi selama Perang, laporan dari para Kongres bertahan hidup,
dan dapat ditemukan di SA/ICM/R/1 , Komunikasi dari Uni Bidan Internasional. Mereka
menawarkan wawasan yang menarik ke dalam masalah yang dihadapi bidan dalam
konteks tahun 1930-an : meningkatnya pengangguran massal, kemiskinan perkotaan dan
pedesaan dan gizi buruk, bangkitnya fasisme dan belakangan, perang yang akan datang.
Berbasis di Perancis setelah Perang Dunia Kedua, Bidan Internasional 'Uni disepakati
pada tahun 1953 yang pertama' World Congress 'bidan harus berlangsung di London pada
tahun 1954, puncak dari drive oleh bidan Inggris dan Eropa terkemuka untuk kembali
memulai organisasi internasional setelah pergolakan WW2. Pada Kongres ICM
mengadopsi judul baru dan konstitusi, termasuk Kongres Internasional Triennial dan
siklus administrasi.Sekretariat ICM didasarkan pada Royal College of Midwives (RCM)
kantor pusat di London.Presiden RCM, Nona Nora Deane, terpilih pertama ICM Presiden
dan Miss Marjorie Bayes terpilih Sekretaris Eksekutif, sebuah pos dia menjabat sampai
tahun 1975. Inggris, Perancis dan Spanyol kini bahasa resmi Konfederasi, yang telah
bahasa Inggris, Perancis dan Jerman sebelum Perang. Keanggotaan dari ICM adalah
18
asosiasi kebidanan nasional, bukan praktisi individu. The RCM adalah anggota asosiasi
Inggris.
Rekaman Kongres 1954 (luas tercakup dalam koleksi dengan laporan dan foto-foto yang
ditemukan di persidangan SA / ICM / R dan SA / ICM / U masing-masing) menunjukkan
keberhasilan organisasi dalam memastikan bidan dari seluruh dunia menghadiri, dan
antusiasme yang nyata dan drive dari anggota pendiri, bidan senior dan terkenal banyak di
negara masing-masing, untuk mempromosikan peran bidan sebagai pusat untuk
meningkatkan standar kesehatan ibu dan anak secara global. Pendekatan mereka
mencerminkan konsensus internasional yang lebih luas, dalam konteks pasca-perang
pemulihan politik dan ekonomi, dari kebutuhan untuk meningkatkan angka kematian ibu
dan morbiditas di negara miskin sumber daya dan berkembang, dan untuk survei kondisi
saat pelatihan kebidanan status nasional, dan berlatih dalam rangka untuk
mengembangkan spesifik, strategi lokal yang berlaku. Sebagai organisasi kebidanan
internasional hanya berafiliasi dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO), ICM memainkan peran utama dalam upaya internasional
kolaboratif untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak (KIA) selama 25 tahun
berikutnya, dan banyak koleksi berkaitan dengan kegiatan ini.
Pada tahun 1961, Kelompok Studi Bersama (JSG) dibentuk oleh ICM dan Federasi
Internasional Ginekologi dan Obstetri (FIGO), JSG tersebut didasarkan pada Sekretariat
ICM, dan Marjorie Bayes, ICM Sekretaris Eksekutif, bertindak sebagai Sekretaris ( SA /
ICM / M ). Tugas pertama adalah untuk melaksanakan survei internasional 4 tahun
kesehatan kebidanan dan ibu, yang pertama dari jenisnya, yang diterbitkan pada tahun
1966 sebagai Perawatan Bersalin di Dunia, menyediakan informasi dan data pada 174
negara yang meliputi sekitar 75% dari populasi dunia. Ini survei, kemudian diperbarui
dalam edisi kedua yang diterbitkan pada tahun 1976, memberikan dasar bagi tujuan yang
JSG dan tujuan: untuk mempromosikan keluarga berencana (KB) sebagai bagian integral
dari peran bidan, pembentukan persyaratan pelatihan umum untuk standar internasional
minimal dan keseragaman peraturan lisensi untuk bidan, dan kemudian, menangani peran
bidan terlatih.JSG ini mengembangkan sebuah program lokakarya Daerah, seminar dan
pelatihan bagi para bidan, tetapi terus-menerus terhambat oleh kurangnya dana, pada tahun
1972, pekerjaannya ini didukung oleh hibah dari Amerika Serikat Agency for International
Development (USAID), yang didirikan baru ICM / USAID Proyek memungkinkan
19
kelanjutan, dalam kerjasama erat dengan FIGO, dari program lokakarya Daerah ( SA /
ICM / L ).
Catatan ICM dari periode ini menawarkan kekayaan materi yang berkaitan dengan negara
tertentu kependudukan, kesehatan, dan data ekonomi, kesehatan ibu dan anak, dan status
dan praktek bidan dan penyedia perawatan kesehatan lainnya, Attendants Lahir misalnya
Tradisional (dukun bayi); dan Lokakarya banyak dan proyek terorganisir dan / atau
disponsori oleh ICM, termasuk pasca-proyek laporan dan evaluasi. Bahan ini juga
mencerminkan bentuk geo-politik dunia saat ini (misalnya Perang Dingin, sebelum
runtuhnya Uni Soviet), dan konteks politik dan budaya di mana internasional KIA
program, dan khususnya staf ICM dan bidan setempat penyelenggara, bekerja untuk
memberikan proyek dan pelatihan di seluruh negara-negara di Afrika, Asia dan Amerika
Latin ( SA / ICM / K , SA / ICM / L , SA / ICM / M ). Promosi dan pemberian keluarga
berencana di beberapa negara Amerika Latin, misalnya, adalah sering tunduk dan
bertentangan dengan kebijakan kesehatan nasional berkaitan dengan tingkat kelahiran
jatuh dan promosi keluarga, serta pengaruh dari Gereja Katolik pada reproduksi kesehatan
undang-undang. Lokakarya regional di Afrika, sering tahun dalam perencanaan, bisa
sangat terganggu oleh konflik politik lokal, atau komunikasi yang buruk dan infrastruktur
perjalanan.
Hibah USAID dihentikan pada tahun 1980, dan ICM / FIGO JSG dibubarkan pada tahun
1982, dengan penciptaan Kelompok Penghubung untuk menghubungkan kegiatan komite
berdiri FIGO dengan organisasi internasional yang relevan di bidang KIA. Setelah
mengadopsi struktur regional WHO, dengan perwakilan di kantor regional di New York,
Jenewa, Wina, Manila dan Brazzaville, ICM melanjutkan kerja kolaboratif untuk
mencapai tujuan bersama dalam mengurangi angka kematian ibu, sekarang penyebab
utama kematian di kalangan perempuan usia reproduksi di negara berkembang, dan untuk
melobi perwakilan bidan tertentu di forum Kesehatan Dunia dan rakitan. Inisiatif Safe
Motherhood (SMI) diluncurkan oleh WHO pada tahun 1987 dibangun di atas pekerjaan
yang dilakukan pada 1970-an dan awal 1980-an, dan menjadi fokus utama kerjasama ICM
dengan WHO / UNICEF. ICM segera diadopsi dan bekerja untuk menerapkan tahun 1987
WHO Pernyataan Aksi Safe Motherhood dalam mendukung program untuk meningkatkan
perawatan kebidanan dan hasil bagi perempuan, dan untuk mencegah beban besar dari
kehamilan yang tidak diinginkan dengan meningkatkan akses terhadap keluarga berencana
( SA / ICM / P / 1 ). Tantangan global untuk mengurangi MMR sebesar 50% pada tahun
20
2015 diresmikan sebagai salah satu Tujuan Pembangunan Milenium (MDG) pada tahun
2000, dan terus kebijakan ICM frame dan kegiatan.
Tema lain kunci selama tahun 1980-an dan 1990-an adalah pandemi HIV muncul dan
dampak buruk terhadap kesehatan reproduksi di negara-negara dengan angka kematian ibu
sudah tinggi, dengan konsekuensi untuk kebidanan, pelatihan pendidikan dan
praktik.Bahan yang berkaitan dengan HIV / AIDS dapat ditemukan di SA / ICM / K ,
dan SA/ICM/P/1dan SA/ICM/P/2 .
ICM berkomunikasi dengan asosiasi anggotanya melalui Newsletter ( SA / ICM / S ), dan
Sastra reguler ke Anggota, yang meliputi ringkasan dan update dari ICM kegiatan,
Kongres Triennial dan pemilihan Komite Eksekutif, inisiatif kebijakan utama, informasi
keanggotaan, Regional laporan. Catatan keanggotaan dan korespondensi ( SA / ICM /
G dan SA / ICM / H) termasuk informasi menarik tentang lokal, regulasi infrastruktur,
remunerasi pelatihan, dan status bidan di negara masing-masing, dan juga menunjukkan
kontras antara kondisi di negara-negara maju dan berkembang untuk bidan berusaha untuk
mengatur dan berpartisipasi dalam kegiatan profesional.
Sejarah dan catatan dari Konfederasi sangat relevan saat ini: pada saat penulisan, PBB
melaporkan menyoroti tantangan memenuhi target MDG untuk menurunkan angka
kematian ibu, dalam konteks peningkatan populasi global dan kegagalan untuk secara
signifikan mengurangi tingkat kesuburan, khususnya di sub-Sahara Afrika. ICM tetap di
garis depan pengembangan kebijakan internasional untuk mempengaruhi dan
mempromosikan bidan di tingkat global dan nasional, serta pro-aktif mendukung strategi
internasional untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak, untuk pencapaian 'Safe
Motherhood' untuk semua wanita. ICM mengadakan Kongres 29 Triennial tahun ini pada
bulan Juni, di Durban, Afrika Selatan.
E. Struktuk Anggota
ICM diatur oleh Dewan Internasional, badan pengambilan keputusan organisasi, yang
mengembangkan Strategi Trienial ICM pada setiap Rapat Dewan Trienial. Dewan
menunjuk anggota Dewan sesuai dengan proses yang ditetapkan dalam Konstitusi
ICM (Pasal 17, terakhir diperbarui pada 2009. Konfederasi juga bekerja di bawah
seperangkat Anggaran Rumah Tangga, terakhir diperbarui pada Juni 2017). Presiden
21
terpilih, Wakil Presiden dan Bendaharawan membentuk Komite Eksekutif Dewan yang
bekerja sama dengan Ketua Eksekutif untuk mencapai Strategi Trienial ICM.
Struktur organisasi :
Ada 142 Asosiasi Anggota ICM di 123 Negara yang mewakili lebih dari 1 juta bidan.
Dewan:
Dua Anggota dari masing-masing Asosiasi Anggota dan Dewan.
10 anggota dewan dari enam wilayah: Afrika - Anglophone dan Francophone (2), Amerika
- Amerika Utara dan Karibia dan Amerika Selatan (2), Pasifik Barat (1), Kawasan
Mediterania Timur (1), Asia Tenggara (1), dan Eropa - Utara, Tengah dan Selatan (3).
22
Midwife Advisor, Dr Florence West
Midwife Advisor, Martha Bokosi (based in Malawi)
Midwife Advisor, Patricia Titulaer van Ham
Membership Manager, Charlotte Renard
Communications and Advocacy Manager, Molly Karp
Governance Officer and Executive Assistant to the Chief Executive, Sigrid Engström
Administrator, Morgane Schmidt
Finance Manager, Hans van Dongen
Project Manager (SMS Project), Shree Mandke (Consultant)
Komite Tetap
Komite Tetap Peraturan ICM berfokus pada pengembangan dan dukungan sistem
regulasi yang memastikan praktik kebidanan ditetapkan, peraturan sudah ada, praktik
dan standar pendidikan terpenuhi, bidan terdaftar / berlisensi, dan praktik kebidanan
bertanggung jawab kepada publik / masyarakat. Peraturan profesional dapat
didefinisikan sebagai penerimaan tanggung jawab untuk mempertahankan standar dan
berlatih dalam batas-batas kompetensi seseorang.
23
praktik kebidanan, pendidikan, dan layanan. Ini memainkan peran kunci dalam
pengembangan ICM Triennial Congresses. Penelitian adalah dasar dari Tiga Pilar
kebidanan dan pendidikan dan penelitian yang berkelanjutan adalah darah kehidupan
dari setiap profesi yang bersemangat.
Komite Keuangan dan Risiko memberi nasihat kepada Dewan tentang pelepasan
tanggung jawab fidusia dalam manajemen sumber daya dan tata kelola.
F. Asosiasi anggota
Sejak pendiriannya, ICM telah berkembang dari sekelompok kecil asosiasi kebidanan di
Eropa Barat menjadi konfederasi besar lebih dari 100 asosiasi anggota otonom dari
negara-negara di setiap bagian dunia. Kriteria untuk keanggotaan menuntut agar setiap
asosiasi dipimpin oleh bidan yang menentukan tata kelola dan kegiatan mereka sendiri,
dan berkomitmen pada misi, visi, dan tujuan ICM.
Situs web dan Kontak dari Asosiasi Anggota dapat ditemukan di Situs Web ICM.
24
D: Denmark - Asosiasi Bidan DenmarkE: Ekuador - Federación Nacional de Obstetrices y
Obstetras del Ecuador, Estonia - Asosiasi Bidan Estonia, Ethiopia - Asosiasi Bidan
Perawat Ethiopia
G: Gabon - Asosiasi des Sages femmes du Gabon, Gambia - Asosiasi Bidan Gambia,
Georgia - Asosiasi Bidan Georgia (MAG), Jerman - Bund Deutscher Hebammen, Ghana -
Asosiasi Bidan Terdaftar Ghana, Yunani - Asosiasi Bidan Hellenic
H: Haiti - Asosiasi des Infirmieres Sages-Femmes d'Haiti, Hong Kong - Asosiasi Bidan
Hong Kong, Hongaria - Országos Bábaszövetség
I: Islandia - Asosiasi Bidan Islandia, India - Masyarakat Bidan India, Indonesia - Asosiasi
Bidan Indonesia, Iran - Populasi Kebidanan Iran, Irlandia - INMO Asosiasi Perawat dan
Bidan Irlandia, Asosiasi Bidan Israel Israel, Israel - Asosiasi Bidan Israel, Italia - Asosiasi
Italia dari Bidan untuk Hubungan Budaya dengan Negara Asing (AIORCE)
J: Jamaika - Asosiasi Bidan Jamaika, Jepang - Asosiasi Bidan Jepang, Jepang - Akademi
Kebidanan Jepang, Jepang - Divisi Bidan, Asosiasi Keperawatan Jepang
K: Kenya - Bab Bidan dari Asosiasi Perawat Nasional Kenya, Korea, Republik - Asosiasi
Bidan Korea
25
Obstetrices del Peru, Filipina - Asosiasi Bidan Terpadu Filipina, Filipina - Asosiasi Bidan
Wilayah Ibu Kota Nasional, Filipina - Liga Pemerintah dan Bidan Swasta Filipina,
Polandia - Asosiasi Bidan Polandia, Portugal - Associação Portuguesa Dos Enfermeiros
Obstetras (APEO)
R: Republik Makedonia - Asosiasi Perawat dan Bidan Macedonia, Rusia - Liga Bidan
Interregional Rusia
26
UNFPA, United Nations Population Fund, adalah lembaga pembangunan
internasional yang mempromosikan hak setiap pria, wanita dan anak untuk menikmati
hidup kesehatan dan kesempatan yang sama. UNFPA mendukung negara-negara dalam
menggunakan data penduduk untuk kebijakan dan program untuk mengurangi
kemiskinan dan untuk memastikan bahwa setiap kehamilan yang diinginkan, setiap
persalinan aman, setiap orang muda bebas dari HIV, dan setiap gadis dan
wanita diperlakukan dengan martabat dan hormat. Program ini, bersama-
sama dieksekusi oleh UNFPA dan Konfederasi Internasional Bidan (PTT) dan didanai
bersama oleh Swedia, Belanda dan UNFPA, bertujuan untuk membangun kapasitas
nasional di negara-negara untuk meningkatkan sumber daya kehadiran terampil semua
kelahiran dengan scaling up kapasitas bidan. Ini akan memberikan kontribusi terhadap
pencapaian dua dari Tujuan Pembangunan Milenium (MDGs): meningkatkan kesehatan
ibu (MDG 5) dan mengurangi angka kematian neonatal (MDG 4).
Visi: Visi Kemitraan adalah dunia di mana semua wanita dan anak-anak menerima
perawatan yang mereka butuhkan untuk hidup sehat, hidup produktif.
Misi: Misi Kemitraan adalah untuk mendukung komunitas kesehatan dunia untuk
bekerja dengan sukses untuk mencapai MDG 4 dan 5.
27
3. WRA: White Ribbon Alliance
Aliansi Pita Putih untuk Safe Motherhood adalah koalisi internasional dari individu dan
organisasi yang dibentuk untuk mempromosikan kesadaran publik meningkat dari
kebutuhan untuk membuat kehamilan dan persalinan yang aman bagi semua perempuan
dan bayi baru lahir di negara maju berkembang, dan juga.
Pita putih didedikasikan untuk memori dari semua wanita yang telah meninggal dalam
kehamilan dan persalinan. Dalam beberapa budaya, putih melambangkan berkabung
dan orang lain itu melambangkan harapan dan kehidupan. Pita putih mewakili makna
ganda global. Aliansi Pita Putih tidak hanya bekerja untuk mempertahankan hidup dan
berharap untuk semua wanita, tapi juga berduka dan kehormatan para wanita yang tidak
bertahan kehamilan atau melahirkan. Pada 1-05 Juni 2008, Konfederasi Internasional
Bidan diadakan Kongres-28 tiga tahunan di Glasgow. Ada hampir 3000 bidan dari
seluruh dunia yang hadir termasuk organisasi anggota dan individu ATMR tersebut.
Pelindung kami, Mrs Sarah Brown, memberikan pidato bergerak yang sangat diterima
dengan baik, seperti juga pernyataan dari ATMR India Koordinator Aparajita Gogoi.
5. FIGO: Federasi Internasional Gynaecologists dan Obstetri
28
kesejahteraan sepanjang hidup mereka. FIGO bekerja dengan dana
populasi Serikat, The Bill & Melinda Gates Foundation dan Badan Kerjasama
Pembangunan Internasional Swedia, di antara banyak organisasi lainnya. Pada tahun
2007, PTT dan FIGO bekerja untuk menghasilkan pernyataan bersama pada topik yang
menjadi perhatian bersama serta berkolaborasi dalam sebuah proyek dengan POPPHI.
Aliansi Kesehatan Global Tenaga Kerja merupakan suatu kemitraan antara pemerintah
nasional, masyarakat sipil, lembaga internasional, lembaga keuangan, peneliti, pendidik
dan asosiasi profesional yang berdedikasi untuk mengidentifikasi, melaksanakan dan
advokasi untuk solusi untuk kekurangan tenaga kesehatan, dan untuk mencapai tujuan
kesehatan dan pembangunan .
7. JHPIEGO
JHPIEGO bekerja dengan para ahli kesehatan, pemerintah dan tokoh masyarakat untuk
memberikan perawatan yang berkualitas tinggi kesehatan bagi rakyatnya.
8. EngenderHealth
29
5 Mei adalah hari yang diakui secara internasional untuk mengakui pekerjaan bidan.
Terakhir asosiasi anggota tahun, bidan dan pendukung mereka di seluruh dunia turun ke
jalan dengan berjalan-jalan 5km di komunitas lokal untuk membangun komitmen untuk
mengatasi ketidaksetaraan global dalam angka kematian ibu dan bayi baru lahir dan untuk
menyoroti isu-isu lokal dalam penyediaan pelayanan kebidanan. Lebih dari 340.000
perempuan meninggal setiap tahun, dengan infeksi jutaan lebih banyak penderitaan dan
cacat sebagai akibat dari penyebab ibu dapat dicegah. ICM, bersama badan-badan PBB,
WHO dan berbagai mitra internasional lainnya, berkomitmen untuk mengatasi angka
kematian ibu dan morbiditas melalui akses yang lebih besar ke seluruh dunia asuhan
kebidanan penting, terutama di negara-negara berkembang di mana 90% kematian ibu
terjadi.5 km ini berjalan pada Hari Internasional Bidan adalah tahap pertama dari 'Road to
Durban' - berjalan di Afrika Selatan yang heraldded awal ICM Triennial Kongres tahun
lalu.
Banyak bidan di seluruh dunia merayakan 'Hari Internasional Bidan' pada 5 Mei setiap
tahun. ICM membentuk gagasan 'Hari Internasional Bidan' saran berikut dan diskusi antar
asosiasi anggota di akhir 1980-an, kemudian meluncurkan inisiatif secara resmi pada
tahun 1992. Tujuan hari ini adalah untuk merayakan kebidanan dan membawa kesadaran
akan pentingnya kerja bidan 'sebagai orang sebanyak mungkin. Hal ini dilakukan dengan
berbagai cara sesuai dengan apa yang terbaik di setiap negara.
30
Beberapa bidan hanya mendapatkan bersama-sama untuk berbicara, makan, minum,
mungkin menyanyi atau menari, dan umumnya memiliki waktu yang baik!
Hari Internasional Bidan merupakan kesempatan bagi setiap individu untuk bidan berpikir
tentang banyak orang lain dalam profesi, untuk membuat kontak baru di dalam dan luar
kebidanan, dan untuk memperluas pengetahuan tentang apa yang bidan lakukan untuk
dunia. Dalam tahun-tahun menjelang 2015, ICM akan menggunakan tema yang
menyeluruh "Dunia Membutuhkan Bidan Hari Lebih Than Ever" sebagai bagian dari
kampanye berkelanjutan untuk menyoroti kebutuhan untuk bidan. Ini mencerminkan
WHO menyerukan bidan dan kebutuhan untuk mempercepat kemajuan menuju MDGs 4
dan 5.
31
b. Sebagai motivator
Motivator adalah orang yang memberikan motivasi kepada orang lain. Sementara
motivasi diartikan sebagai dorongan untuk bertindak agar mencapai suatu tujuan
tertentu dan hasil dari dorongan tersebut diwujudkan dalam bentuk perilaku yang
dilakukan (Notoatmodjo, 2007). Menurut Saifuddin (2008) motivasi adalah
kemampuan seseorang untuk melakukan sesuatu, sedangkan motif adalah kebutuhan,
keinginan, dan dorongan untuk melakukan sesuatu. Peran tenaga kesehatan sebagai
motivasi tidak kalah penting dari peran lainnya. Seorang tenaga kesehatan harus
mampu memberikan motivasi, arahan, dan bimbingan dalam meningkatkan kesadaran
pihak yang dimotivasi agar tumbuh kearah pencapaian tujuan yang diinginkan. Tenaga
kesehatan dalam melakukan tugasnya sebagai motivator memiliki ciri-ciri yang perlu
diketahui, yaitu melakukan pendampingan, menyadarkan, dan mendorong kelompok
untuk mengenali masalah yang dihadapai, dan dapat mengembangkan potendinya untuk
memecahkan masalah tersebut.
Tenaga kesehatan sudah seharusnya memberikan dorongan kepada ibu hamil untuk
patuh dalam melakukan pemeriksaa kehamilan dan menanyakan apakah ibu sudah
memahami isi dari buku KIA. Tenaga kesehatan juga harus mendengarkan keluhan
yang disampaikan ibu hamil dengan penuh minat, dan yang perlu diingat adalah semua
ibu hamil memerlukan dukungan moril selama kehamilannya sehingga dorongan juga
sangat diperlukan dalam rangka meningkatkan tumbuhnya motivasi.
c. Sebagai Fasilitator
Fasilitator adalah orang atau badan yang memberikan kemudahan dalam menyediakan
fasilitas bagi orang lain yang membutuhkan. Tenaga Kesehatan dilengkapi dengan buku
KIA dengan tujuan agar mampu memberikan penyuluhan mengenai kesehatan ibu dan
anak. Tenaga kesehatan juga harus membantu klien untuk mencapai derajat kesehatan
yang optimal agar sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
Peran sebagai fasilitator dalam pemanfaatan buku KIA kepada ibu hamil juga harus
dimiliki oleh setiap tenaga kesehatan pada setiap kunjungan ke pusat kesehatan.
fasilitator harus terampil mengintegritaskan tiga hal penting yakni optimalisasi fasilitas,
waktu yang disediakan, dan optimalisasi partisipasi, sehingga pada saat menjelang
batas waktu yang sudah ditetapkan ibu hamil harus diberi kesempatan agar siap
melanjutkan cara menjaga kesehatan kehamilan secara mandiri dengan keluarga.
Tenaga kesehatan harus mampu menjadi seorang pendamping dalam suatu forum dan
memberikan kesemapatan pada pasien untuk bertanya mengenai penjelasan yang
32
kurang dimengerti. menjadi seorang fasilitator tidak hanya di waktu pertemuan atau
proses penyuluhan saja. tetapi seorang teanga kesehatan juga harus mampu menjadi
seorang fasilitator secara khusus, seperti menyediakan waktu dan tempat ketika pasien
ingin bertanya secara lebih mendalam dan tertutup.
d. Sebagai konselor
Konselor adalah orang yang memberikan bantuan kepada orang lain dalam membuat
keputusan atau memecahkan suatu masalah melalui pemahaman tehadap fakta-fakta,
harapan, kebutuhan dan perasaan-perasaan klien.
Proses dari pemberian bantuan tersebut disebut juga konseling. Tujuan umum dari
pelaksanaan konseling adalah membantu ibu hamil agar mencapai perkembangan yang
optimal dalam menentukan batasan-batasan potensi yang dimiliki, sedangkan. secara
khusus konseling bertujuan untuk mengarahkan perilaku tidak sehat menjadi perilaku
sehat, membimbing ibu hamil belajar membuat keputusan dan membimbingn ibu hamil
mencegah timbulnya masalah selama proses kehamilan. Konselor yang baik harus
memiliki sifat peduli dan mau mengajarkan melalui pengalaman, mampu menerima
orang lain, mau mendengarkan dengan sabar, optimis, terbuka terhadap pandangan
interaksi yang berbeda, tidak menghakimi, dan menyimpan rahasia, mendorong
pengambilan keputusan, memberikan dukungan membentuk dukungan atas dasar
kepecayaan, mampu berkomunikasi, mengerti perasaan dan kekhawatiran klien, serta
mengerti keterbatasan yang dimiliki oleh klien.
Konseling yang dilakukan antara tenaga kesehatan dan ibu hamil memiliki beberapa
unsur. Proses dari konseling terdiri dari empat unsur kegiatan yaitu pembinaan
hubungan baik antara tenaga kesehatan dengan ibu hamil, penggalian informasi
(identifikasi masalah, kebutuhan, perasaan, kekuatan diri, dan sebagainya) dan
pemberian informasi mengenai kesehatan ibu dan anak, pengambilan keputusan
mengenai perencanaan persalinan, pemecahan masalah yang mungkin nantinya akan
dialami, serta perencanaan dalam menindak lanjuti pertemuan yang telah dilakukan
sebelumnya.
Dalam melaksanakan profesinya bidan memiliki peran sebagai pelaksana, pengelola,
pendidik, dan peneliti.
33
1. Tugas Mandiri
Tugas-Tugas mandiri bidan yaitu :
1) Menetapkan management kebidanan pada setiap asuhan kebidanan yang
diberikan, mencakup :
a) Mengkaji status kesehatan untuk memenuhi kebutuhan asuhan klien.
b) Menentukan diagnosis.
c) Menyusun rencana tindakan sesuai dengan masalah yang di hadapi.
d) Melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana yang telah disusun.
e) Mengevaluasi tindakan yang telah di berikan.
f) Membuat rencana tindak lanjut kegiatan/tindakan
g) Membuat pencatatan dan pelaporan kegiatan/tindakan.
2) Memberikan pelayanan dasar pranikah pada anak remaja dan melibatkan mereka
sebagai klien, mencakup :
a) Mengkaji status kesehatan dan kebutuhan anak remaja dan perempuan dalam
masa pranikah.
b) Menentukan diagnosis dan kebutuhan pelayanan dasar.
c) Menyusun rencana tindakan/layanan sebagai prioritas mendasar bersama klien.
d) Melaksanakan tindakan/layanan yang telah diberikan bersama klien.
e) Menevaluasi hasil tindakan/layanan yang telah diberikan bersama klien.
f) Membuat rencana tindak lanjut tindakan/layanan bersama klien.
g) Membuat pencatatan dan pelaporan asuhan kebidanan.
3) Memberi asuhan kebidanan kepada klien selama kehamilan normal, mencakup :
a) Mengkaji status sosila klien yang berada dalam keadaan hamil.
b) Menetukan diagnosis kebidanan dan kebutuhan kesehatan klien.
c) Munyusun rencana asuhan kebidanan bersama klien sesuai prioritas masalah.
d) Melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan rencana yang telah di susun.
e) Mengevaluasi hasil asuhan yang telah diberikan bersama klien
f) Membuat rencana tindak lanjut asuhan yang telah diberikan bersama klien
g) Membuat rencana tindak lanjut asuhan kebidanan bersama klien.
h) Membuat pencatatan dan pelaporan asuhan kebidanan yang telah di berikan.
4) Memberikan asuhan kebidanan kepada klien yang berada dalam masa persalinan
dengan melibatkan klien/keluarga, mencakup :
a) Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan pada klien dalam masa persalinan.
34
b) Menentukan diagnosis dan kebutuhan asuhan kebidanan dalam masa
persalinan.
c) Menyususn rencana asuhan kebidanan bersama klien sesuai dengan prioritas
masalah.
d) Melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan rencana yang telah disusun.
e) Mengevaluasi asuhan yang telah diberikan bersama klien.
f) Membuat rencana tindakan pada ibu selama masa persalinan sesuai dengan
prioritas.
g) Membuat asuhan kebidanan.
5) Memberi asuhan kebidan pada bayi baru lahir, mencakup :
a) Mengkaji status kesehatan bayi baru lahir dengan melibatkan keluarga.
b) Menentukan diagnosis dan kebutuhan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir.
c) Menyusun rencana asuhan kebidanan sesuai prioritas.
d) Melaksanakan asuahan kebidanan sesuai dengan rencana yang telah di baut.
e) Mengevaluasi asuhan kebidanan yang telah diberikan.
f) Membuat tindak lanjut.
g) Membuat rencana pencatatan dan pelaporan asuhan yang telah diberikan.
6) Memberikan asuhan kebidanan pada klien dalam masa nifas dengan melibatkan
klien/keluarga , mencakup :
a) Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa nifan.
b) Menentukan diagnose dan kebutuhan asuhan kebidanan pada masa nifas.
c) Menyusun rencana asuhan kebidanan sesuai dengan rencana.
d) Melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan rencana.
e) Mengevaluasi bersama klien untuk asuhan kebidanan yang telah diberikan
f) Membuat rencana tindak lanjut asuhan kebidanan bersama klien.
7) Memberi asuhan kebidanan pada perempuan usia subur yang membutuhkan
pelayanan keluarga berencana, mencakup :
a) Mengkaji kebutuhan pelayanan keluarga berencana pada pus (pasangan usia
subur).
b) Menentukan diagnosis dan kebutuhan pelayanan.
c) Menyusun rencana pelayanan KB sesuai prioritas masalah bersama klien.
d) Melaksanakan asuhan sesuai dengan rencana yang telah dibuat.
e) Mengevaluasi asuhan kebidanan yang telah diberikan.
f) Member rencana tindak lanjut pelayanan bersama klien.
35
g) Membuat catatan dan laporan.
8) Memberi asuhan kebidanan pada perempuan dengan gangguan system reproduksi
dan perempuan dalam masa klimakterium serta menopause, mencakup :
a) Mengkaji status kesehatan dan kebutuhan asuhan klien.
b) Menetukan diagnosis, proknosis, prioritas dan kebutuhan asuhan.
c) Menyusun rencana asuhan sesuai prioritas masalah bersama klien
d) Melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan rencana.
e) Mengevaluasi bersama klien hasil asuhan kebidanan yang telah diberikan.
f) Membuat rencana tindak lanjut bersama klien.
g) Membuat pencatatan dan pelaporan asuhan kebidanan.
9) Memberi asuhan kebidanan pada bayi dan balita dengan melibatkan keluarga,
mencakup :
a) Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan sesuai dengan tumbuh kembang
bayi/balita.
b) Menentukan diagnosis dan prioritas masalah.
c) Menyususn rencana asuhan sesuai rencana.
d) Melaksanakan asuhan sesuai dengan prioritas masalah.
e) Mengevaluasi hasil asuhan yang telah di berikan.
f) Membuat rencana tindak lanjut.
g) Membuat pencatatan dan pelaporan asuhan.
2. Tugas Kolaborasi
Tugas –tugas kolaborasi (kerjasama) bidan, yaitu :
1) Menerapkan management kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai fungsi
kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga, mencakup :
a) Mengkaji masalah yang berkaitan dengan komplikasi dan kondisi
kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi.
b) Menentukan diagnosis, prognosis, dan prioritas kegawatdaruratan yang
memerlukan tindakan kolaborasi.
c) Merencanakan tindakan sesuai dengan prioritas kegawatdaruratan dan hasil
kolaborasi serta bekerjasama dengan klien.
d) Melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana dan melibatkan klien.
e) Mengevaluasi hasil tindakan yang telah diberikan.
f) Menyususn rencna rindak lanjut bersama klien.
g) Membuat pencatatan dan pelaporan.
36
2) Memberi asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan risiko tinggi dan pertolongan
pertama pada kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi,
mencakup:
a) Mengkaji kebutuhan asuhan pada kasus risiko tinggi dan keadaan
kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi.
b) Menentukan diagnosis, prognosis, dan prioritas sesuai dengan factor risiko,
serta keadaan kegawatdaruratan pada kasus risiko tinggi.
c) Menyusun rencana asuhan dan tindakan pertolongan pertama sesuai dengan
prioritas.
d) Melaksanakan asuhan kebidanan pada kasus ibu hamil risiko tinggi dan
member pertolongan pertama sesuia dengan prioritas.
e) Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan dan pertolongan pertama.
f) Menyususn rencna rindak lanjut bersama klien.
g) Membuat pencatatan dan pelaporan.
3) Memberi asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan dengan risiko tinggi
serta keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan pertolongan pertama dengan
tindakan kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga, mencakup :
a) Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan risiko
tinggi dan keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi.
b) Menentukan diagnosis, prognosis, dan prioritas sesuai dengan factor risiko dan
keadaan kegawatdaruratan.
c) Menentukan diagnosis, prognosis, dan prioritas sesuai dengan factor risiko
tinggi dan pertolongan pertama sesuai prioritas.
d) Melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan dengan
risiko tinggi dan member pertolongan pertama sesuai priorita.
e) Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan dan pertolongan pertama pada ibu hamil
dengan risiko tinggi.
f) Menyusus rencana tindak lanjut bersama klien.
g) Membuat pencatatan dan pelaporan.
4) Memberi asuhan kebidanan pada ibu dalam masa nifas dengan risiko tinggi, serta
pertolongan pertama dalam keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan
tindakan kolaborasi bersama klien dan keluarga, mencakup :
a) Mengkaji kebutuhan asuhan pada ibu dalam masa nifas dengan risiko tinggi
dan keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi.
37
b) Menentukan diagnosis, prognosis, dan prioritas sesuai dengan factor risiko
serta kegawatdaruratan.
c) Menyusun rencana asuhan kebidan pada ibu dalam masa nifas dengan prioritas
tinggi dan pertolongan pertama sesuai prioritas.
d) Melaksanakan asuhan kebidanan dengan risiko tinggi dan member pertolongan
sesuai rencana.
e) Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan dan pertolongan pertama.
f) Menyusun rencana tindak lanjut bersama klien.
g) Membuat pencatatan dan pelaporan.
5) Memberi asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan risiko tinggi dan
pertolongan pertama dalam keadaan kegawatdaruratan, yang memerlukan
tindakan kolaborasi bersama klien dan keluarga, mencakup :
a) Mengkaji kebutuhan asuhan pada bayi baru lahir dengan risiko tinggi dan
keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi.
b) Menentukan diagnosis, prognosis, dan prioritas sesuai dengan factor risiko
serta kegawatdaruratan.
c) Menyusun rencana asuhan kebidan pada bayi baru lahir dengan prioritas tinggi
dan pertolongan pertama sesuai prioritas.
d) Melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan risiko tinggi dan
memberi pertolongan sesuai rencana.
e) Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan dan pertolongan pertama.
f) Menyusun rencana tindak lanjut bersama klien.
g) Membuat pencatatan dan pelaporan.
6) Memberi asuhan kebidanan pada balita dengan risiko tinggi serta pertolongan
pertama dalam keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi
berasama klien dan kelurga, mencakup :
a) Mengkaji kebutuhan asuhan pada balita dengan risiko tinggi dan keadaan
kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi.
b) Menentukan diagnosis, prognosis, dan prioritas sesuai dengan factor risiko
serta kegawatdaruratan.
c) Menyusun rencana asuhan kebidan pada balitar dengan prioritas tinggi dan
pertolongan pertama sesuai prioritas.
d) Melaksanakan asuhan kebidanan pada balita dengan risiko tinggi dan memberi
pertolongan sesuai rencana.
38
e) Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan dan pertolongan pertama.
f) Menyusun rencana tindak lanjut bersama klien.
g) Membuat pencatatan dan pelaporan.
3. Tugas Ketergantungan
Tugas-tugas ketergantungan (merujuk) bidan, yaitu :
1) Menerapkan managemen kebidanan, pada setiap asuhan kebidanan sesuai dengan
fungsi keterlinatan klien dan keluarga, mencakup :
a) Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan yang memerlukan tindakan diluar
lingkup kewenangan bidan dan memerlukan rujukan.
b) Menentukan diagnosis, prognosis, dan prioritas serta sumber-sumber dan
fasilitas untuk kebutuhan intervensi lebih lanjut bersama klien/keluarga.
c) Merujuk klien untuk keperluan intervensi lebih lanjut kepada petugas/institusi
pelayanan kesehatan yang berwenang, dengan dokumentasi yang lengkap.
d) Membuat pencatatan dan pelaporan serta mendokumentasikan seluruh
kejadian dan intervensi.
2) Memberi asuhan kebidanan melalui konsultasi dn rujukan pada kasus kehamilan
dengan risiko tinggi serta kegawatdaruratan, mencakup :
a) Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan.
b) Menentukan diagnosis, prognosis, dan prioritas.
c) Memberi pertolongan pertama pada kasus yang memerlukan rujukan.
d) Memberi asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan.
e) Mengirim klien untuk keperluan intervensi lebih lanjut pada petugas/institusi
pelayanan kesehatan yang berwenang.
f) Membuat pencatatan dan pelaporan serta mendokumentasi seluruh kejadian
dan intervensi.
3) Member asuhan kebidanan melalui konsultasi serta rujukan pada masa persalinan
dengan penyulit tertentu dengan melibatkan klien dan keluarga, mencakup :
a) Mengkaji adanya penyulit dan kondisi kegawatdaruratan pada ibu dalam
persalinan yang memerlukan konsultasi dan rujukan.
b) Menentukan diagnosis, prognosis, dan prioritas.
c) Memberi pertolongan pertama pada kasus yang memerlukan rujukan.
d) Merujuk klien untuk keperluan intervensi lebih lanjut pada petugas/institusi
pelayanan kesehatan yang berwenang
39
e) Membuat pencatatan dan pelaporan serta mendokumentasi seluruh kejadian
dan intervensi
4) Memberi asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada ibu dalam masa
nifas yang disertai penyulit tertentu dan kegawatdaruratan dengan melibatkan
klien dan keluarga, mencakup :
a) Mengkaji adanya penyulit dan kondisi kegawatdaruratan pada ibu dalam masa
nifas yang memerlukan konsultasi dan rujukan.
b) Menentukan diagnosis, prognosis, dan prioritas.
c) Memberi pertolongan pertama pada kasus yang memerlukan rujukan.
d) Mengirim klien untuk keperluan intervensi lebih lanjut pada petugas/institusi
pelayanan kesehatan yang berwenang
e) Membuat pencatatan dan pelaporan serta mendokumentasi seluruh kejadian
dan intervensi
5) Memberi asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan kelainan tertentu dan
kegawatdaruratan yang memerlukan konsultasi serta rujukan dengan melibatkan
keluarga, mencakup :
a) Mengkaji adanya penyulit dan kondisi kegawatdaruratan pada bayi baru lahir
yang memerlukan konsultasi dan rujukan.
b) Menentukan diagnosis, prognosis, dan prioritas.
c) Memberi pertolongan pertama pada kasus yang memerlukan rujukan.
d) Merujuk klien untuk keperluan intervensi lebih lanjut pada petugas/institusi
pelayanan kesehatan yang berwenang
e) Membuat pencatatan dan pelaporan serta mendokumentasi seluruh kejadian
dan intervensi
6) Memberi asuhan kebidanan kepada anak balita dengan kelainan tertentu dan
kegawatdaruratan yang memerlukan konsultasi serta rujukan dengan melibatkan
klien/keluarga, mencakup :
a) Mengkaji adanya penyulit dan kondisi kegawatdaruratan pada bayi balita yang
memerlukan konsultasi dan rujukan.
b) Menentukan diagnosis, prognosis, dan prioritas.
c) Memberi pertolongan pertama pada kasus yang memerlukan rujukan.
d) Merujuk klien untuk keperluan intervensi lebih lanjut pada petugas/institusi
pelayanan kesehatan yang berwenang
40
e) Membuat pencatatan dan pelaporan serta mendokumentasi seluruh kejadian
dan intervensi
f. Peran sebagai Pengelola
Sebagai pengelola bidan memiliki 2 tugas, yaitu pengembangna pelayanan dasar
kesehatan dan tugas partisipasi dalam tim.
1. Mengembangkan pelayanan kesehatan
Bidan bertugas untuk mengembangkan pelayan dasar kesehatan, terutama pelayanan
kesehatan di wilayah kerjanya bersama tim kesehatan dan pemuka masyarakat
1) Mengkaji kebutuhan terutama yang berhubungan dengan kesehatan ibu dan anak
untuk meningkatkan serta mengembangkan program pelayanan kesehatan di
wilayah kerjanya bersama tim kesehatan dan pemuka masyarakat
2) Menyusun rencana kerja sesuai dengan hasil pengkajian bersama masyarakat
3) Mengelola kegiatan-kegiatan pelayanan kesehatan masyrakat, khususnya
kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana sesuai dengan rencana
4) Mengoordinir, mengawasi, dan membimbing kader, dukun atau petugas
kesehatan lain dalam melaksanakan program/kegiatan pelayaanan kesehatan ibu
dan anak serta KB
5) Mengembangkan strategi untuk meningkatkan kesehatan masyarakat khususnya
kesehatan ibu dan anak serta KB, termasuk pemanfaatan sumber-sumber yang
ada pada program dan sektor terkait
6) Menggerakkan dan mengembangkan kemampuan masyarakat serta memelihara
kesehatannya dengan memanfaatkan potensi-potensi yang ada
7) Mempertahankan, meningkatkan mutu dan keamanan praktik profesional melalui
pendidikan, pelatihan, magang serta kegiatan-kegiatan dalam kelompok profesi
8) Mendokumentasikan seluaruh kegiatan yang telah dilaksanakan
41
2) Membina hubungan baik dengan dukun bayi dan kader kesehatan atau petugas
lapangan keluarga berencana (PLKB) dan masyarakat
3) Melaksanakan pelatihan serta membimbing dukun bayi, kader dan petugas kesehatan
lain
4) Memberi asuhan kepada klien rujukan dari dukun bayi
5) Membina kegiatan-kegiatan yang ada di masyarakat, yang berkaitan dengan
kesehatan
h. Peran sebagai pendidik
Sebagai pendidik, bidan memiliki 2 tugas yaitu sebagai pendidik dan penyuluh
kesehatan bagi klien serts pelatih dan pembimbing kader.
1. Mengkaji kebutuhan pendidikan dan penyuluhan kesehatan pada klien
Bidan memberi pendidikan dan penyuluhan kesehatan kepada klien (individu,
keluarga, kelompok, serta masyarakat) tentang penanggulangan masalah kesehatan,
khususnya yang berhubungan dengan kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana,
mencakup :
1) Mengkaji kebutuhan pendidikan dan penyuluhan kesehatan, khususnya dalam
bidang kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana bersama klien
2) Menyusun rencana penyuluhan kesehatan sesuai dengan kebutuhan yang telah
dikaji, baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang bersama klien
3) Menyiapkan alat serta materi pendidikan dan penyuluhan sesuai dengan rencana
yang telah disusun
4) Melaksanakan program/rencana pendidikan dan penyuluhan kesehatan sesuai
dengan rencana jangka pendek serta jangka panjang, dengan melibatkan unsur-
unsur terkait, termasuk klien
5) Mengevaluasi hasil pendidikan/penyuluhan kesehatan bersama klien dan
menggunakannya untuk memperbaiki serta meningkatkan program dimasa yang
akan datang
6) Mendokumentasikanm semua kegiata dan hasil pendidikan/penyuluhan kesehatan
secara lengkap serta sistematis
2. Melatih dan membimbing kader
Bidan melatih dan membimbing kader, peserta didik kebidanan dan keperawatan,
serta membina dukun di wilayah atau tempat kerjanya, mencakup :
1) Mengkaji kebutuhan pelatihan dan bimbingan bagi kader, dukun bayi, serta
peserta didik
42
2) Menyusun rencana pelatihan dan bimbingan sesuai dengan hasil pengkajian
3) Menyiapkan alat bantu mengajar serta bahan untuk keperluan pelatihan dan
bimbingan sesuai dengan rencana yang telah disusun
4) Melaksanakan pelatihan untuk dukun bayi dan kader sesuai rencana yang telah
disusun dengan melibatkan unsur-unsur terkait
5) Membimbimbing peserta didik kebidanan dan keperawatan dalam lingkup
kerjanya
6) Menilai hasil pelatihan dan bimbingan yang telah diberikan
7) Menggunakan hasil evaluasi untuk meningkatkan program bimbingan
8) Mendokumentasikan semua kegiatan termasuk hasil evaluasi pelatihan serta
bimbingan secara sistematis dan lengkap
i. Peran sebagai peneliti / investigator
Bidan memiliki investigasi, atau penelitian terapan, dalam bidang kesehatan baik secara
mandiri maupun berkelompok, mencakup :
1. Mengidentifikasi kebutuhan investigasi yang akan dilakukan
2. Menyusun rencana kerja pelatihan
3. Melaksanakan investigasi sesuai dengan rencana
4. Mengolah dan menginterpretasikan data hasil investigasi
5. Menyusun laporan hasil investigasi dan tindak lanjut
Memanfaatkan hasil investigasi untuk meningkatkan dan mengembangkan program
kerja atau pelayanan
43
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Bidan adalah seorang yang telah mengikuti dan menyelesaikan pendidikan bidan yang
telah diakui pemerintah dan lulus ujian sesuai dengan persyaratan yang telah berlaku, dicatat
(registrasi), diberi izin secara sah untuk menjalankan praktek. (Nazriah,2009).
Dalam melaksanakan profesinya, bidan memiliki peran sebagai berikut :
1. Peran sebagai pelaksana
2. Peran sebagai pengelola
3. Peran sebagai pendidik
4. Peran sebagai peneliti
Adapun organisasi IBI baik dalam negeri maupun diluar negeri :
- Dalam negeri:
Ikatan Bidan Indonesia (IBI) adalah organisasi kebidanan yang ada di Indonesia .
IBI merangkul seluruh bidan di Indonesia untuk bersatu dalam satu wadah.
- Luar negeri
1. ICM (Internatinal Confederation of Midwives(ICM)
2. MANA (Midwives Alliance of North America)
3. NARM (The North American Registry of Midwives)
4. AANM (The American Association of Naturopathic Bidan)
5. The Canadian Association of Midwives (CAM)
6. New Zealand College of Midwives (NZCOM)
3.2. Saran
Sebagai seorang Bidan sangat ditekankan akan pelayanan yang maksimal. Tuntutan
seorang bidan sangatlah berat dan berisiko tinggi terutama pada ibu dan anak. Maka dari itu
seorang bidan wajib menjalankan tugas sesuai prosedur yang sudah ditentukan baik itu ,
penyuluhan dan lainnya sesuai profesi kebidanan.
44
DAFTAR PUSTAKA
A Potter, & Perry, A. G. 2007. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, Dan
Praktik, edisi 4, Volume.2. Jakarta: EGC
https://internationalmidwives.org/about-us
https://www.ibi.or.id/id/
iii