Anda di halaman 1dari 5

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Di berbagai belahan dunia dengan beragam budaya dan sistem social, keluarga
merupakan unit social penting dalam masyarakat. Keluarga merupakan warisan umat
manusia yang keberadaannya tidak hilang oleh perubahan zaman. Tapi, beberapa factor
perkembangan zaman dapat mempengaruhi karakteristik dari sebuah keluarga. Sebagai unit
terkecil dalam masyarakat, keluarga memiliki kewajiban untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhan anaknya yang meliputi agama, psikologi, makan dan minum, dan sebagainya.

Adapun tujuan membentuk keluarga adalah untuk mewujudkan kesejahteraan bagi


anggota keluarganya. Keluarga yang sejahtera diartikan sebagai keluarga yang dibentuk
berdasarkan atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan fisik dan mental yang
layak, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta memiliki hubungan yang serasi, selaras,
dan seimbang antar anggota keluarga, dan antar keluarga dengan masyarakat dan
lingkungannya.

1.2 Rumusan masalah


a. Apa itu definisi dari keluarga?
b. Apa itu sosialisasi dan enkulturasi?
c. Bagaimana proses belajar mikro dan meso?
d. Bagaimana konsep seksualitas?
1.3 Tujuan penulidan
a. Mengetahui definisi dari keluarga
b. Mengetahui sosialisasi dan enkulturasi
c. Memahami proses belajar mikro dan meso
d. Memahami konsep seksualitas
Mengingat manusia adalah makhluk sosial, dan keluarga merupakan lembaga sosial terkecil
yang menyangkut hubungan antar pribadi dan hubungan antara manusia dengan lingkungan di
sekitarnya, maka keluarga tidak dapat berdiri sendiri. Keluarga sangat tergantung dengan
lingkungan di sekitarnya (baik lingkungan mikro, meso, ekso dan makro) dan keluarga juga
mempengaruhi lingkungan di sekitarnya (baik lingkungan mikro, meso, ekso dan makro).

Model tersebut menyajikan tahapan-tahapan pengaruh lingkungan pada sosialisasi anak yang
tediri atas lingkungan paling dekat yaitu lingkungan mikrosistem (the microsystem), lingkungan
yang lebih luas disebut lingkungan mesosistem (the mesosystem), kemudian lingkungan yang
lebih luas lagi disebut dengan lingkungan exosystem, dan akhirnya lingkungan yang paling luas
yaitu lingkungan makrosistem (the macrosystem) (Gambar ).

Gambar . Hubungan gender dan keluarga dengan lingkungannya

Model tersebut menempatkan posisi anak atau keluarga inti pada pusat di dalam model yang
secara langsung dapat berinteraksi dengan lingkungan yang berada di sekitarnya, yaitu
lingkungan mikrosistem (the microsystem) yang merupakan lingkungan terdekat dengan anak
berada, meliputi keluarga, sekolah, teman sebaya, dan tetangga. Model ini juga dapat diterapkan
berdasarkan perspektif gender, yaitu lingkungan yang dapat mendorong/ menghambat interaksi
kaum laki-laki atau perempuan, mulai dari masa bayi, balita, anak-anak, remaja, dewasa sampai
lanjut usia. Lingkungan yang lebih luas disebut lingkungan mesosistem (the mesosystem) yang
berupa hubungan antara lingkungan mikrosistem satu dengan mikrosistem yang lainnya,
misalnya hubungan antara lingkungan keluarga dengan sekolahnya, dan hubungan antara
lingkungan keluarga dengan teman sebayanya. Lingkungan yang lebih luas lagi disebut dengan
lingkungan exosystem yang merupakan lingkungan tempat anak tidak secara langsung
mempunyai peranan secara aktif, misalnya lingkungan keluarga besar (extended family) atau
lingkungan pemerintahan. Akhirnya lingkungan yang paling luas adalah lingkungan makrosistem
(the macrosystem) yang merupakan tingkatan paling luas yang meliputi struktur sosial budaya
suatu bangsa secara umum.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Keluarga memainkan peranan yang signifikan dalam menyiapkan anak-anak untuk


berperan serta dalam kehidupan masyarakatnya. Sosialisasi dalam keluarga akan
membekali anggotanya untuk memperoleh nilai-nilai, norma-norma, dan kebiasaan-
kebiasaan yang berguna dalam kehidupan di luar lingkup keluarga. Nilai-nilai, norma-
norma, dan kebiasaan-kebiasaan yang ditanamkan oleh orang tua kepada anak-anak
mereka dipengaruhi oleh karakteristik suatu keluarga yang terbentuk dari kombinasi
sejumlah elemen, antara lain etnis, agama, budaya, dan strata sosial.

Di samping itu, perubahan-perubahan dalam suatu masyarakat turut pula


mempengaruhi karakteristik suatu keluarga. Kondisi itu pada gilirannya juga akan
mempengaruhi nilai-nilai dan norma- norma serta kebiasaan-kebiasaan dalam diri anak,
baik yang bersifat positif maupun negatif. Dengan harapan agar sang anak tumbuh
dengan pribadi yang baik dan sesuai harapan dari orang tuanya, serta dapat menyesuaikan
diri dengan lingkungan di sekitarnya.

5.2 Saran
DAFTAR PSUTAKA

Puspitawati, Heiren. 2013. Konsep dan teori keluarga.

Lestari, Sri. 2016. Psikologi Keluarga: Penanaman Nilai dan Penanaman Konflik Dalam
Keluarga. Kencana: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai