Anda di halaman 1dari 52

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Keluarga pada hakekatnya merupakan satuan terkecil sebagai inti dari
suatu sistem sosial yang ada dimasyarakat. Sebagai satuan terkecil, keluarga
merupakan miniatur dan embrio berbagai unsur sistem sosial manusia. Suasana
keluarga yang kondusif akan menghasilkan warga masyarakat yang baik karena
dalam keluargalah seluruh anggota keluarga belajar berbagai dasar kehidupan
masyarakat.
Perkembangan peradaban dan kebudayaan, terutama sejak IPTEK
berkembang secara pesat, baik yang bersifat positif maupun negatif. kehidupan
keluargapun banyak mengalami perubahan dan berada jauh dari nilai-nilai
keluarga yang sesungguhnya. Dalam kondisi masa kini, yang ditandai dengan
modernisasi dan globalisasi, banyak pihak yang menilai bahwa kondisi kehidupan
masyarakat dewasa ini berakar dari kondisi kehidupan dalam keluarga (Setiawati,
2009).
Keluarga adalah bagian masyarakat yang peranannya sangat penting untuk
membentuk kebudayaan yang sehat. Dari keluarga inilah pendidikan kepada
individu dimulai dan dari keluarga akan tercipta tatanan masyarakat yang baik,
sehingga untuk membangun suatu kebudayaan maka seyogyanya dimulai dari
keluarga (Setiadi, 2008).
Sejak tiga dasa warsa terakhir peran Ibu dalam kehidupan keluarga mengalami
kemajuan pesat. Dorongan utamanya adalah tuntutan ekonomi. Keluarga tidak
bisa lagi mengandalkan para bapak untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara
memadai. Untuk itu, para Ibu terpanggil untuk berperan, mengambil alih peran
bapak yang tak mampu mencukupi. Sementara, posisi Ibu dalam rumah tangga
juga mengalami perubahan, bahkan dengan cara drastis dan radikal. Wewenang
dan wibawa para ibu menanjak dalam keluarga. Mereka turut memutuskan apa
saja yang selama ini dipegang kaum bapak. Disamping itu, pergeseran dalam
kemampuan intelektual, khususnya tingkat pendidikan kaum perempuan
merupakan salah satu kunci perkembangan sekaligus masalah baru dalam
keluarga. Emansipasi dalam kehidupan sosial juga turut menentukan hubungan
harmonisasi antara bapak dan ibu serta anak-anak di rumah.
Dengan demikian, keluarga harus “dimanage” dengan cara yang lebih
demokratis, bukan otoriter. Karena alasan atau reasoning tidak lagi dimonopoli
oleh para bapak. Semua anggota keluarga mempunyai referensi yang hampir sama
secara intelektual. Pemecahan masalah dalam rumah tangga, konkurensi wibawa,
aset sosial ekonomi, seksual dan intelektual semacamnya tidak lagi bisa
dipecahkan dengan cara- cara di masa lalu (Hnur, 2009).
Kecerdasan dan kepekaan juga diperlukan untuk menjalankan dan
mengefektifkan delapan fungsi keluarga yaitu : 1.fungsi keagamaan ; 2.fungsi
cinta kasih ; 3. fungsi reproduksi ; 4. fungsi perlindungan ; 5. fungsi sosial budaya
; 6. fungsi sosialisasi dan pendidikan ; 7. fungsi ekonomi ; 8.fungsi pelestarian
lingkungan. Menjalankan dan mengefektifkan delapan fungsi keluarga akan
memperjelas arah dan tujuan terbentuknya keluarga sejahtera yang berkualitas.
Karena delapan fungsi keluarga merupakan esensi berkeluarga, bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Semakin jelas bahwa peran ibu dalam membentuk
keluarga sejahtera bukanlah sesuatu yang berdiri sendiri. Peran dan tanggung
jawab tersebut adalah bagian yang tidak.
Melalui perawatan keluarga yang berfokus pada peningkatan ,perawatan diri
(self care), pendidikan kesehatan,dan konseling keluarga,serta upaya-upaya yang
berarti, dapat mengurangi resiko yang diciptakan oleh pola hidup dan bahaya dari
lingkungan. Tujuan diadakannya Praktek Belajar Lapangan adalah untuk
mengaplikasikan teori-teori yang didapatkan di Pendidikan dan menerapkannya
pada asuhan keperawatan komunitas pada tingkat keluarga binaan.
Langkah-langkah dari asuhan keperawatan keluarga adalah pengkajian,
diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi.Penulis melakukan pengkajian
pada 10 KK dan dilanjutkan dengan analisa data dan penskoringan. Berdasarkan
10 KK yang dikaji, penulis mengangkat 3 keluarga binaan yang mempunyai skala
prioritas tertinggi yaitu pada keluarga Tn. A,Tn.K dan Tn.A, dan penulis
mengangkat Tn.A sebagai keluarga binaan karena mempunyai skala prioritas
tertinggi terhadap masalah kesehatan yaitu keadaan rumah yang tidak memenuhi
syarat kesehatan, kurangnya pengetahuan mengelola makanan dan kurangnya
pengetahuan tentang penyakit.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
Penulis mampu melaksanakan asuhan keperawatan komunitas pada keluarga
binaan Tn. A dengan ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan
1.2.2 Tujuan khusus
Setelah melakukan Praktek Belajar Lapangan penulis dapat melakukan asuhan
keperawatan pada tingkat keluarga yaitu :
1.Penulis mampu membuat pengkajian pada Keluarga Tn. A dengan
Ketidakefektifan pengolahan makanan
2.Penulis mampu membuat diagnosa pada Keluarga Tn. A dengan
Ketidakefektifan pengolahan makanan
3.Penulis mampu membuat perencanaan pada Keluarga Tn. A dengan
Ketidakefektifan pengolahan makanan
4.Penulis mampu melaksanakan rencana yang telah dibuat pada keluarga Tn. A
dengan Ketidakefektifan pengolahan makanan
5.Penulis mampu mengevaluasi keperawatan pada keluarga Tn. A dengan
Ketidakefektifan pengolahan makanan
1.3 Metode Penulisan
Dalam penulisan laporan ini, penulis menggunakan metode deskriptif dengan
pendekatan studi kasus yang menggunakan tehnik :
1.Wawancara
Diperoleh langsung dari pasien dengan metode tanya jawab.
2. Observasi
Pengamatan dan keterlibatan langsung terhadap kondisi keluarga binaan dalam
penerapan asuhan keperawatan keluarga
3.Studi kepustakaan
Mempelajari buku-buku yang berkaitan dengan keperawatan keluarga dan aplikasi
Nanda, NIC, NOC.
1.4 Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan laporan adalah :
BAB 1:Pendahuluan meliputi latar belakang, tujuan penulisan, ruang lingkup,
metode penulisan, sistematika penulisan.
BAB 2:Tinjauan teoritis
2.1 Konsep dasar keluarga : defenisi, tipe keluarga, fungsi keluarga, dan
langkah – langkah asuhan keperawatan
2.2 Konsep Medis : defenisi, etiologi, tanda dan gejala
BAB III:Tinjauan kasus meliputi : pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi
keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi.
BAB IV:Pembahasan : pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi ,
implementasi, dan evaluasi.
Bab V:Penutup meliputi kesimpulan dan saran
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep keluarga


2.1.1. Pengertian keluarga
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional yang merupakan
bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat
keperawatan, dalam bentuk bio-psiko-sosiokultural-spiritual yang komprehensif,
ditujukan kepada individu, keluarga, dan masyarakat, baik sehat maupun sakit
yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia.
Menurut Slameto (2006) keluarga adalah lembaga pendidikan yang
pertama dan utama bagi anak-anaknya baik pendidikan bangsa, dunia, dan negara
sehingga cara orang tua mendidik anak-anaknya akan berpengaruh terhadap
belajar. Sedangkan menurut Mubarak, dkk (2009) keluarga merupakan
perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah,
perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu berinteraksi satu
dengan yang lain.
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan dalam
praktik keperawatan yang diberikan kepada klien pada berbagai tatanan pelayanan
kesehatan dengan menggunakan proses keperawatan,pedoman standar
keperawatan, serta landasan etika dan etiket keperawatan dalam lingkup
wewenang dan tanggung jawab keperawatan.
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga serta beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di satu atap dalam
keadaan saling ketergantungan. (Sudiharto, 2007 : 22)
Asuhan keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian kegiatan yang
diberikan melalui praktek keperawatan kepada keluarga, untuk membantu
menyelesaikan masalah kesehatan keluarga tersebut dengan menggunakan
pendekatan proses keperawatan.
2.1.2. Tipe Keluarga
Beberapa tipe keluarga adalah sebagai berikut.
a. Keluarga inti (Nuclear Family)
Keluarga yang dibentuk karena ikatan perkawinan yang direncanaka yang
terdiri dari suam, istri, dan anak-anak, baik karena kelahiran (natural) maupun
adopsi.
b. Keluarga besar (Extended Family)
Keluarga inti ditambah keluarga yang lain (karena hubungan
darah)misalnya kakek, nenek, bibi, paman, sepupu termasuk keluarga modern,
seperti orangtua tunggal, keluarga tanpa anak, serta keluarga pasangan sejanis
(guy/lesbian families).
c. Keluarga Campuran (Blended Family)
Keluarga yang terdiri dari suami, istri, anak-anak kandung dan anakanak
tiri.
d. Keluarga menurut hukum umum (Common Law Family) Anak-anak yang
tinggal bersama.
e. Keluarga orang tua tinggal
Keluarga yang terdiri dari pria atau wanita, mungkin karena telah bercerai,
berpisah, ditinggal mati atau mungkin tidak pernah menikah,serta anak-anak
mereka yang tinggal bersama.
f. Keluarga Hidup Bersama (Commune Family)
Keluarga yang terdiri dari pria, wanita dan anak-anak yang tinggal
bersama berbagi hak dan tanggungjawab, serta memiliki kepercayaan bersama.
g. Keluarga Serial (Serial Family)
Keluarga yang terdiri dari pria dan wanita yang telah menikah dan
mungkin telah punya anak, tetapi kemudian bercerai dan masing-masing menikah
lagi serta memiliki anak-anak dengan pasangannya masingmasing,tetapi
semuanya mengganggap sebagai satu keluarga.
h. Keluarga Gabungan (Composite Family)
Keluarga yang terdiri dari suam dengan beberapa istri dan anak-anaknya
(poligami) atau istri dengan beberapa suami dan anak-anaknya (poliandri).
i. Hidup bersama dan tinggal bersama (Cohabitation Family)
Keluarga yang terdiri dari pria dan wanita yang hidup bersama tanpa ada
ikatan perkawinan yang sah.
Sedangkan menurut Sussman (1970) membedakan 2 bentuk keluarga, yaitu :
1. Keluarga Tradisional (Traditional Family)
a. Keluarga yang terbentuk karena/tidak melanggar norma-norma
kehidupan masyarakat yang secara tradisional dihormati
bersamasama,yang terpenting adalah keabsahan ikatan keluarga.
b. Keluarga Inti (Nuclear Family)
Keluarga yang terdiri dari suami, istri serta anak-anak yang hidup
bersama-sama dalam satu rumah tangga.
c. Keluarga Inti diad (Nuclear Dyad Family)
Keluarga yang terdiri dari suami dan istri tanpa anak, atau anak-anak
mereka telah tidak tinggal bersama.
d. Keluarga orang tua tunggal (Single Parent Family)
Keluarga inti yang suami atau istrinya telah meninggal dunia.
e. Keluarga orang dewasa bujangan (Single Adult Living Alone)
Keluarga yang terdiri dari satu orang dewasa laki-laki atau wanita yang
hidup secara membujang.
f. Keluarga tiga generasi (Three Generation Family)
Keluarga inti ditambah dengan anak yang dilahirkan oleh anak-anak
mereka.
g. Keluarga pasangan umur jompo atau pertengahan (Middle Age or
Aldert Couple)
Keluarga inti diad yang suami atau istrinya telah memasuki usia
pertengahan atau lanjut.
h. Keluarga jaringan keluarga (Kin Network)
Keluarga inti ditambah dengan saudara-saudara menurut garis vertikal atau
horizontal, baik dari pihak suami maupun istri.
i. Keluarga karier kedua (Second Carrier Family)
Keluarga inti diad yang anak-anaknya telah meninggalkan keluarga,suami
atau istri aktif lagi kerja.
2. Keluarga Non Tradisional
Keluarga yang pembentukannya tidak sesuai atau dianggap melanggar
norma-norma kehidupan tradisional yang dihormati bersama. Yang terpenting
adalah keabsahan ikatan perkawinan antara suami-istri.Dibedakan 5 macam
sebagai berikut :
a. Keluarga yang hidup bersama (Commune Family)
Keluarga yang terdiri dari pria, wanita dan anak-anak yang tinggal
bersama, berbagi hak dan tanggungjawab bersama serta memiliki kekayaan
bersama.
b. Keluarga dengan orang tua tidak kawin dengan anak (Unmarried
Parents and Children Family): pria atau wanita yang tidak pernah kawin
tetapi tinggal bersama dengan anak yang dilahirkannya.
c. Keluarga pasangan tidak kawin dengan anak (Unmarried couple with
children Family):
keluarga inti yang hubungan suami-istri tidak terikat perkawinan sah.
d. Keluarga pasangan tinggal bersama (Combifity Family):
keluargayang terdiri dari pria dan wanita yang hidup bersama tanpa ikatan
perkawinan yang sah.
e. Keluarga homoseksual (Homoseksual Union)
adalah keluarga yang terdiri dari dua orang dengan jenis kelamin yang
sama dan hidup bersama sebagai suami istri.
2.1.3. Fungsi Keluarga
Dalam suatu keluarga ada beberapa fungsi keluarga yang dapat dijalankan yaitu
sebagai berikut :
1. Fungsi biologis adalah fungsi untuk meneruskan keturunan, memelihara, dan
membesarkan anak, serta memenuhi kebutuhan gizi keluarga (Mubarak, dkk
2009).
2. Fungsi psikologis adalah memberikan kasih sayang dan rasa aman bagi
keluarga, memberikan perhatian diantara keluarga, memberikan kedewasaan
kepribadian anggota keluarga, serta memberikan identitas pada keluarga
(Mubarak, dkk 2009).
3. Fungsi sosialisasi adalah membina sosialisasi pada anak, membentuk norma
norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan masing-masing dan
meneruskan nilai-nilai budaya (Mubarak, dkk 2009). Fungsi sosialisasi adalah
fungsi yang mengembagkan proses interaksi dalam keluarga yang dimulai
sejak lahir dan keluarga merupakan tempat individu untuk belajar
bersosialisasi (Setiawati, 2008).
4. Fungsi ekonomi adalah mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi
kebutuhan keluarga saat ini dan menabung untuk memenuhi kebutuhan
keluarga dimana yang akan datang (Mubarak, dkk 2009). Fungsi ekonomi
merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota
keluarga termasuk sandang, pangan dan papan (Setiawati, 2008).
5. Fungsi pendidikan adalah menyekolahkan anak untuk memberikaan
pengetahuan, keterampilan, membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat
dan minat yang dimilikinya, mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa
yang akan datang dalam memenuhi perannya sebagai orang dewasa serta
mendidik anak sesuai dengan tingkat perkembanganya (Mubarak, dkk 2009).
2.1.4. Tahap Perkembangan Keluarga
Perkembangan keluarga merupakan proses perubahan yang terjadi pada
sistem keluarga meliputi; perubahan pola interaksi dan hubungan antar anggota
keluarga disepanjang waktu. Perubahan ini terjadi melalui beberapa tahapan atau
kurun waktu tertentu. Pada setiap tahapan mempunyai tugas perkembangan yang
harus dipenuhi agar tahapan tersebut dapat dilalui dengan sukses.
Perawat perlu memahami setiap tahapan perkembangan keluarga serta tugas tugas
perkemabangannya. Hal ini penting mengingat tugas perawat dalam mendeteksi
adanya masalah keperawatan yang dilakukan terkait erat dengan sifat masalah
yaitu potensial atau aktual.
Tahap-tahap perkembangan keluarga
Tahap perkembangan keluarga menurut Duvall dan Milller (Friedman,
1998)
A.Tahap I-Pasangan Baru
Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu laki-laki (suami) dan
perempuan (istri) membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan
meninggalkan keluarga masing-masing. Meninggalkan keluarga bisa berarti
psikologis karena kenyataannya banyak keluarga baru yang masih tinggal dengan
orangtuanya.
Tugas perkembangan
1.Membina hubungan intim danmemuaskan.
2.Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok sosial.
3.Mendiskusikanrencanamemilikianak.
B.Tahap II-Keluarga “child bearing” kelahiran anak pertama
Dimulai sejak hamil sampai kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai anak
berumur 30 bulan atau 2,5 tahun.
Tugas perkembangan kelurga yang penting pada tahap ini adalah:
1.Persiapan menjadi orangtua
2.Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi, hubungan sexual
dan kegiatan.
3.Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.
Peran utama perawat adalah mengkaji peran orang tua; bagaiaman orang tuan
berinteraksi dan merawat bayi. Perawat perlu menfasilitasi hubungan orang tua
dan bayi yang positif dan hangat sehingga jalinan kasih sayang antara bayi dan
orang tua dapat tercapai.
C.Tahap III- Keluarga dengan anak prasekolah
Tahap ini dimulai saat anak pertama berumur 2,5 tahun dan berakhir saat anak
berusia 5 tahun.
Tugas perkembangn
1. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti kebutuhan tempat tinggal,
privasi dan rasa aman.
2.Membantu anak untuk bersosialisasi
3. Beradaptasi dengan anaky baru lahir, sementara kebutuhan anak lain juga harus
terpenuhi.
4. Mempertahankan hubungan yang sehat baik didalam keluarga maupun dengan
masyarakat.
5.Pembagianwaktuuntukindividu,pasangan dan anak.
6.Pembagian tanggungjawab anggota keluarga.
7. Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh kembang.
D.TahapIV-Keluarga dengan anak sekolah
Tahap ini dimulai saat anak berumur 6 tahun (mulai sekolah ) dan berakhir pada
saat anak berumur 12 tahun. Pada tahap ini biasanya keluarga mencapai jumlah
maksimal sehingga keluarga sangat sibuk. Selain aktivitas di sekolah, masing-
masing anak memiliki minat sendiri. Dmikian pula orang tua mempunyai aktivitas
yang berbeda dengan anak.
Tugas perkembangan keluarga.
1.Membantu sosialisasi anak dengan tetangga, sekolah dan lingkungan.
2.Mempertahankan keintiman pasangan.
3.Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin meningkat, termasuk
kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan anggota keluarga.
Pada tahap ini anak perlu berpisah dengan orang tua, memberi kesempatan pada
anak untuk nbersosialisasi dalam aktivitas baik di sekolah maupun di luar sekolah.
E.TahapV-Keluarga dengan anak remaja
Dimulai saat anak berumur 13 tahun dan berakhir 6 sampai 7 tahun kemudian.
Tujuannya untuk memberikan tanggung jawab serta kebebasan yang lebih besar
untuk mempersiapkan diri menjadi orang dewasa.
Tugasperkembangan
1.Memberikan kebebasan yang seimbnag dengan tanggung jawab.
2.Mempertahankan hubungan yang intim dengan keluarga.
3.Mempertahankan komunikasi yang terbuka antara anak dan orang tua.
4.Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga.
Merupakan tahap paling sulit karena orang tua melepas otoritasnya dan
membimbing anak untuk bertanggung jawab. Seringkali muncul konflik orang tua
dan remaja.
F.TahapVI-Keluarga dengan anak dewasa
Dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan berakhir pada saat anak
terakhir meninggalkan rumah. Lamanya tahapan ini tergantung jumlah anak dan
ada atau tidaknya anak yang belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang
tua.
5. Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga.
G.TahapVII-Keluarga usia pertengahan
Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah dan berakhir
saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal. Pada beberapa pasangan fase ini
dianggap sulit karena masa usia lanjut, perpisahan dengan anak dan perasaan
gagal sebagai orang tua.
Tugas perkembangan
1.Mempertahankan kesehatan.
2.Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya dan anak-
anak.
3.Meningkatkan keakraban pasangan.
Fokus mempertahankan kesehatan pada pola hidup sehat, diet seimbang, olah raga
rutin, menikmati hidup, pekerjaan dan lain sebagainya.
H.TahapVIII-Keluarga usia lanjut
Dimulai saat pensiun sanpai dengan salah satu pasangan meninggal dan keduanya
meninggal.
Tugasperkembangan
1.Mempertahankansuasanarumahyangmenyenangkan.
2. Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik dan
pendapatan.
3.Mempertahankan keakrabansuami/istri dan saling merawat.
4.Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat.
5.Melakukan life review.
6. Mempertahankan penataan yang memuaskan merupakan tugas utama keluarga
pada tahap ini.
2.1.5. Tugas Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan sosial pertama yang dikenal oleh
manusia. Dalam keluarga, manusia belajar untuk mulai berinteraksi dengan orang
lain. Oleh karena itulah umumnya orang banyak menghabiskan waktunya dalam
lingkungan keluarga. Pada dasarnya tugas keluarga ada 8 tugas pokok, Antara
lain:
Tugas utama keluarga:
•Memenuhi kebutuhan jasmani,rohani dan sosial anggota keluarganya
•Pemeliharaan dan perawatan anak-anak
•Mendidikanak-anak
•Membimbing perkembangan pribadi
• Pembagian tugas masing masing anggota sesuai dengan kedudukan masing
masing
•Sosialisasi antara anggota keluarga
• Pengaturan jumlah anggota keluarga
• Membangkitkan dorongan dan semangat para anggotanya.
2.1.6 Tingkat Kemandirian Kekuarga
Tingkat kemandirian keluarga (Depkes, 2006)
1. Keluarga mandiri tingkat I
a. Menerima petugas perawatan kesehatan kom
b. Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana
keperawatan
2. Keluarga mandiri tingkat II
a. Menerima petugas perawatan kesehatan. Kom
b. Menerima pelayanan keperawatan yang dibrikan sesuai dengan rencana
Keperawatan
c. Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya secara benar
d. Melakuka perawatan sederhana sesuai dengan yang dianjurkan
3. Keluarga mandiri tingkat III
a. Menerima petugas perawatan kes. Kom
b. Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana
keperawatan
c. Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya secara benar
d. Melakukan perawatan sederhana sesuai dengan yang di anjurkan
e. Memanfaatkan fasilitas yankes secara aktif
f. Melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif
4. Keluarga mandiri Tingkat IV
a. Menerima petugas perawatan kes.kom
b. Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana
keperawatan
c. Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya secara benar
d. Melakukan perawatan sederhana sesuai dengan yang dianjurkan
e. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif
f. Melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif
g. Melaksanakan tindakan promotif secara aktif
2.2. Konsep Medis Tentang Pengolahan Makanan
2.2.1. Defenisi pengolahan makanan
Pengolahan makanan yaitu membuat bahan makanan yang mentah
menjadi matang melalui proses pemanasan. Secara definisi pengolahan makanan
dapat diartikan sebagai sebuah proses panas pada makanan sehingga menjadi
lebih enak, mudah dikunyah dan mengubah bentuk dan penampilan dari bahan
makanan itu, serta mematikan bakteri yang merugikan kesehatan.
Pengolahan makanan merupakan salah satu proses penerapan panas dari
bahan mentah menjadi matang dengan cara yang sesuai untuk setiap bahan dasar
dengan tujuan tertentu. Oleh karena itu, proses memasak hanya berlangsung
selama panas mengenai bahan makanan. Untuk mengolah sebuah mengolah
makanan sesuai dengan tujuannya, dikenal beberapa teknik mengolah makanan.
2.2.2. Penerapan Teknik Dasar
Teknik dasar pengolahan makanan adalah mengolah bahan makanan
dengan berbagai macam teknik atau cara. Adapun teknik dasar pengolahan
makanan dibedakan menjadi 2 yaitu, teknik pengolahan makanan panas basah (
moist heat ) dan teknik pengolahan panas kering ( dry heat cooking ).
2.2.3. Teknik Pengolahan Makanan Panas Basah ( Moist Heat Cooking )
Teknik pengolahan makanan panas basah adalah mengolahan makanan
dengan bantuan cairan. Cairan tersebut dapat berupa kaldu (stock), air, susu,
santan dan bahan lainnya. Teknik pengolahan makanan panas basah ini memiliki
berbagai cara di
antaranya :
A. Teknik Boilling
Boiling adalah mengolah bahan makanan dalam cairan yang sudah mendidih
pada temperatur 212˚F (100˚C). Peralatan yang di gunakan adalah boiling pan.
Untuk melakukan teknik boiling ada syarat tertentu yang harus dipenuhi ,
yaitu sebagai berikut :
1) Cairan harus mendidih.
2) Alat perebus disesuaikan dengan cairan dan jumlah bahan makanan yang
diolah.
3) Alat perebus harus ditutup agar menghemat energi.
4) Buih yang ada diatas permukaan harus dibuang untuk mencegah bersatunya
kembali dalam cairan supaya tidak memengaruhi mutu makanan.
Teknik boiling dapat dilakukan pada beberapa bahan makanan seperti, daging
segar, daging awet, telur, pasta, sayuran, dan tulang. Perlu diingat sifat-sifat
zat makanan yang terdapat di dalam bahan makanan agar vitamin tidak banyak
terbuang.
B. Teknik Poaching
Selain teknik boiling, dikenal juga teknik poaching dalam pengolahan
makanan. Poaching adalah merebus bahan makanan dibawah titik didih dalam
menggunakan cairan yang terbatas jumlahnya. Temperatur yang digunakan sekitar
160-180˚F atau 71-82˚C. Untuk melakukan poaching, perlu memperhatikan syarat
berikut ini :
1) Suhu poaching dibawah titik didih berkisar 85˚C – 95˚C.
2) Cairan yang digunakan sesuai dengan banyaknya bahan makanan.
3) Makanan harus tertutup dari cairan.
4) Peralatan untuk poaching harus bersih dan tidak luntur.
Teknik dasar pengolahan poaching , dapat dilakukan untuk mengolah berbagai
jenis makanan seperti daging, unggas, otak atau pankreas binatang, ikan,
buah-buahan, dan sayur.
C.Teknik Braising
Teknik braising adalah teknik merebus bahan makanan dengan cairan
sedikit, kira-kira setengah dari bahan yang akan direbus dalam panci penutup dan
api kecil secara perlahan- lahan. Untuk melakukan teknik braising, perlu
memperhatikan beberapa hal, diantaranya sebagai berikut :
1) Teknik merebus dalam cairan yang sedikit.
2) Bahan yang diolah harus dipotong rapi dan sama besarnya.
3) Dalam pengolahan daging daging, caranya memasukan daging dalam braising
pan, lalu siram dengan kaldu secukupnya, jangan sampai terendam
seluruhnya.
4) Jika menggunakan sauce pan, caranya cairkan mentega dalam sauce pan, lalu
masukkan daging dan balik hingga warnanya kecoklatan. Untuk sayuran aduk
sambil dibolak – balik.
5) Jika proses pengolahan dalam oven, braising pan ditutup rapat dan masukan
dalam oven.
Apabila diolah diatas kompor (perapian), posisi braising pan tertutup. Syarat -
syarat menggunakan teknik braising ,yaitu sebagai berikut :
a.Teknik ini cocok menggunakan daging bagian paha.
b.Daging disaute dengan mentega hingga warnanya kecoklatan.
c.Cairan pada proses braising dipakai untuk saus pada saat menghidangkan.
d.Selama proses braising berlangsung, boleh ditambah cairan bila telah
berkurang.Stewing
Stewing (menggulai) adalah mengolah bahan makanan yang terlebih dahulu
ditumis bumbunya, dan direbus dengan cairan yang berbumbu dengan api
sedang. Pada proses stewing ini, cairan yang dipakai yaitu susu, santan, dan
kaldu. Cairan dapat dikentalkan sebelum atau selama proses stewing berlangsung.
Dalam pemberian garam, sebaiknya dimasukkan pada akhir stewing, karena
dalam daging dan sayur sudah terkandung garam. Untuk mengolah makanan
dengan teknik ini, perlu memperhatikan beberapa hal, diantaranya sebagai berikut:
1) Daging harus diblansir terlebih dahulu dalam air mendidih, agar kotorannya
hilang.
2) Potongan bahan disesuaikan dengan jenis yang akan diolah.
3) Saus untuk stewing dikentalkan dengan memakai tepung maizena.
4) Pengolahan daging dengan teknik ini harus sering diaduk, sedangkan pada ikan
mengaduknya hati-hati karena ikan mudah hancur.
D. Steaming
Steaming adalah memasak bahan makanan dengan uap air mendidih. Bahan
makanan diletakkan pada steamer atau pengukus, kemudian uap air panas akan
mengalir ke sekeliling bahan makanan yang sedang dikukus. Untuk melakukan
teknik ini perlu memperhatikan beberapa syarat berikut :
1) Alat pengukus harus dipanaskan terlebih dahulu diatas air hingga mendidih
dan mengeluarkan uap.
2) Kapsitas alat pengukus harus disesuaikan dengan jumlah bahan yang dikukus.
3) Makanan harus dibungkus apabila tidak membutuhkan sentuhan uap air
langsung.
4) Air untuk mengukus harus mencukupi. Jika air kukusan habis, makanan yang
dikukus akan beraroma hangus.
5) Untuk hasil yang baik, waktu pengukusan harus tepat.
E. Simmering
Simmering (merebus dengan api kecil) Teknik simmering ini adalah teknik
memasak bahan makanan dengan sauce atau bahan cair lainnya yang dididihkan
dahulu baru api dikecilkan di bawah titik didih dan direbus lama, dimana
dipermukaannya muncul gelembung – gelembung kecil. Temperatur panas sekitar
185 - 205˚F atau 85 - 96˚C.
F. Blanching
Blanhcing adalah memasak makanan dengan cepat. Blanching biasanya
dilakukan dengan air panas tetapi bisa juga dengan menggunakan minyak panas.
Makanan yang telah di-blanching harus disiram dengan air dingin, untuk
menghentikan proses pemasakan lebih lanjut. Tujuan blanching adalah
membuang kulit atau bagian luar yang tidak perlukan, memudahkan membuang
kotoran yang melekat pada bahan, membuat tekstur bahan makanan menjadi lebih
kental, membunuh atau menghentikan reaksi enzim makanan.
2.2.4. Teknik Pengolahan Panas Kering (Dry Heat Cooking)
Teknik pengolahan panas kering ( dry heat cooking ) adalah mengohah
makanan tanpa bantuan cairan. Misalnya deep frying, shallow frying, roasting,
baking, dan grilling.
A. Deep Frying
Deep Frying adalah metode menggoreng dengan minyak berjumlah banyak
sehingga semua bagian makanan yang digoreng terendam di dalam minyak panas.
Deep frying diklasifikasikan ke dalam metode memasak kering sebab tidak ada air
yang digunakan dalam proses memasak tersebut. tehnik ini biasa di lakuin kalau
kalian mau mendapatkan makanan dengan matang yang optimal dan sebaiknya
dilakukan seketika makanan akan dihidangkan.
Terdapat 4 (empat) style deep fat frying yang popular, yaitu cara Perancis,
Inggris, Orly, dan menggoreng polos.
1) Cara Perancis (A’la Fraincaise, French Style)
Teknik ini meliputi sebagai berikut :
a. Pertama-tama bahan makanan dimarinade lalu dilapisi dengan tepung terigu
atau maizena.
b. Kemudian, goreng di dalam minyak yang banyak dan panas.
2) Cara Inggris (A’la Englaise, English Style)
Teknik ini meliputi sebagai berikut :
a. Bahan makanan dimarinade dalam bumbu lalu tiriskan. Jika untuk membuat
kulit lumpia, kulit lumpia diisi ragout.
b. Mencelupkan dalam putih telur, kemudian dalam tepung panir (bread crum).
c. Kemudian, goreng didalam minyak yang banyak dan panas.
3) Cara Orly (Orly Style)
Teknik ini meliputi sebagai berikut :
a. Makanan yang akan digoreng, dicelupkan kedalam adonan frying better
(cairang berbentuk liquid).
b. Kemudian, langsung digoreng dalam minyak panas.
4) Cara menggoreng polos
Teknik ini meliputi sebagai berikut :
a. Bahan makanan dibersihka, lalu dimarinade bisa dengan bumbu ataupun tidak.
b. Kemudian, langsung digoreng didalam minyak yang banyak dan panas.
kerupuk, dan keripik.
B. Shallow Frying
Shallow Frying teknik memasak bahan makanan dalam jumlah kecil dengan
menggunakan sedikit lemak dalam wajan datar dengan temperatur antara 150-170
derajat Celcius. Bahan makanan yang dimasak dengan shallow frying harus dalam
ukuran kecil, lunak dan memiliki kualitas yang baik. Untuk melakukan teknik ini,
perlu memperhatikan beberapa syarat, yaitu sebagai berikut :
1) Dalam menggoreng, menggunakan minyak goreng berbentuk cair : minyak
kelapa, minyak salad, minyak jagung, atau minyak zaitun.
2) Selama proses menggoreng, menggunakan minyak yang sedikit.
3) Saat menggoreng, pastikan minyak telah panas sesuai dengan suhu.
4) Proses menggoreng dilakukan dengan cepat.
Terdapat 2 (dua) cara dalam pengolahan shallow frying, yaitu pan frying dan
saute. Pan frying merupakan cara menggoreng dengan minyak sedikit dan
mempergunakan frying pan. Makanan yang dimasak dengan cara ini, antara lain
telur mata sapi, daging, omelete, scrambled eggs. Saute adalah mengolah bahan
makanan dengan minyak sedikit sambil diaduk dan dilakukan secara cepat.
C. Roasting
Roasting Adalah teknik memasak dalam oven atau pemanggang dengan
menggunakan lemak atau minyak. Bahan makanan yang biasa di roasting adalah
daging, unggas dan beberapa jenis sayuran. Prinsip dari roasting ini adalah
membuat makanan menjadi kering dan matang. Namun Karena panasnya oven,
banyak lemak yang ada pada bahan makanan menjadi hilang sehingga diperlukan
tambahan lemak dalam proses pemasakannya. Bahan makanan di panggang dalam
oven bersuhu 227 – 235 derajat celcius untuk menghasilakan makanan yang
matang dipermukaannya dan keluar aroma serta warnanya.
D. Baking
Baking adalah cara memasak bahan makanan dengan menggunakan oven
tanpa menggunakan minyak atau air. Efek dari pemasakan dengan teknik ini
adalah sama dengan teknik kering lainnya tetapi tidak ada penambahan minyak
dalam makanan sehingga permukaannya menjadi crispy dan warna yang lebih
terkendali.Untuk melakukan teknik ini perlu memperhatikan beberapa syarat,
yaitu sebagai berikut :
1. Sebelum bahan makanan dimasukan, oven dipanaskan sesuai suhu yang
dibutuhkan.
2. Makanan didalam oven harus diletakkan dengan posisi yang tepat.
3. Selama proses baking, suhu harus terus diperiksa.
4. Kualitas makanan akan bergantung pada penanganan selama proses baking.
5. Sebelum diangkat dari oven, periksa kembali makanan.
E. Grilling
Grilling adalah proses memasak bahan makanan dengan menggunakan panas
api yang tinggi dan langsung. Sumber panas biasanya berada di bawah bahan
makanan yang sedang dimasak/panggang, bila sumber panas berasal di atas
bahan makanan yang sedang dimasak proses tersebut disebut “gratinating”.
Istilah grilling banyak dikenal di Eropa, sedangkan di Amerika istilah ini lebih
dikenal dengan istilah “broilling”.
Alat yang digunakan memasak disebut grill dan dilengkapi dengan jeruji kawat.
Jeruji ini berfungsi sebagai penahan bahan makanan yang sedang
dimasak/dipanggang, selain itu fungsi lainnya juga untuk membuat bagian yang
matang dan gosong berbentuk jeruji pula.
2.3. Konsep Keperawatan
2.3.1 Pengkajian
Proses keperawatan merupakan suatu proses pemecahan masalah yang
sistematis, yang digunakan ketika bekerja pada individu, keluarga, kelompok dan
komunitas (Subekti, 2005). Pada keperawatan keluarga, perawat
mengonsepualisasikan keluarga sebagai unit pelayanan dan keluarga sebagai unit
atau system, maka fokusnya adalah keluarga.

2.3.2 Tujuan Keluarga Dalam Pelayanan Kesehatan

Peningkatan status kesehatn keluarga merupakan tujuan yang ingin dicapai


dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga, agar keluarga
tersebut dapat meningkatkan produktifitasnya, bila produktifitas keluarga
meningkat diharapkan kesejahteraan keluarga akan meningkat pula.
2.3.3 Model Keperawatan Keluarga

2.3.3.1 Latar Belakang Dorothea E. Orem


Dorothea Orem adalah salah seorang teoritis keperawatan terkemuka di
Amerika. Dorothe Orem lahir di Baltimore, Maryland di tahun 1914. Ia mengakui
kebutuhan untuk melanjutkan perkembangan konseptualisasi keperawatan. Ia
pertama kali mempubilkasikan ide-idenya dalam “Keperawatan : Konsep praktik”,
pada tahun 1971, yang kedua pada tahun 1980 dan yang terakhir di tahun 1995.
Dari beberapa model konsep, salah satu diantaranya adalah model self
care yang diperkenalkan oleh Dorothea E. Orem. Orem mengembangkan model
konsep keperawatan ini pada awal tahun 1971 dimana dia mempublikasikannya
dengan judul "Nursing Conceps of Practice Self Care". Model ini pada awalnya
berfokus pada individu, kemudian edisi kedua tahun 1980 dikembangkan pada
multi person's unit (keluarga, kelompok dan komunitas).
2.3.3.2 Pengertian Keperawatan Mandiri (self care) Menurut Orem's

Self care merupakan suatu pelaksanaan kegiatan yang diprakarsai dan


dilakukan oleh individu sendiri untuk memenuhi kebutuhan guna
mempertahankan kehidupan, kesehatan dan kesejahteraannya sesuai dengan
keadaan, baik sehat maupun sakit (Orem's, 1980).

Pada dasarnya diyakini bahwa semua manusia itu mempunyai kebutuhan-


kebutuhan self care dan mereka mempunyai hak untuk mendapatkan kebtuhan itu
sendiri, kecuali bila tidak mampu.

2.3.3.3 Teori Sistem Keperawatan Orem

Teori ini mengacu kepada bagaimana individu memenuhi kebutuhan dan


menolong keperawatannya sendiri, maka timbullah teori dari Orem tentang Self
Care Deficit of Nursing. Dari teori ini oleh Orem dijabarkan ke dalam tiga teori
yaitu :

1.Self Care(Perawatan Diri)

Teori self care berisi upaya tuntutan pelayanan diri yang sesuai dengan
kebutuhan. Perawatan diri sendiri adalah suatu langkah awal yang dilakukan oleh
seorang perawat yang berlangsung secara continue sesuai dengan keadaan dan
keberadaannya , keadaan kesehatan dan kesempurnaan.

Perawatan diri sendiri merupakan aktifitas yang praktis dari seseorang


dalam memelihara kesehatannya serta mempertahankan kehidupannya. Terjadi
hubungan antar pembeli self care dengan penerima self care dalam hubungan
terapi. Orem mengemukakan tiga kategori / persyaratan self care yaitu :
persyaratan universal, persyaratan pengembangan dan persyaratan kesehatan.

2. Self Care Deficit(Defisit Perawatan Diri)


Defisit perawat diri terjadi bila tindakan perawatan diri tidak adekuat
dalam memenuhi kebutuhan perawatan diri yang disadari. Teori defisit perawatan
diri Orem menjelaskan bukan hanya saat keperawatan dibutuhkan saja, melainkan
cara membantu orang lain dengan menerapkan lima metode bantuan, yakni
melakukan untuk, memandu, mengajarkan, mendukung dan menyediakan
lingkungan yang dapat meningkatkan kemampuan individu untuk memenuhi
tuntutan akan perawatan diri saat ini atau di masa yang akan datang.

3. Nursing system(Sistem Keperawatan)


Teori yang membahas bagaimana kebutuhan "Self Care" pasien dapat
dipenuhi oleh perawat, pasien atau keduanya. Nursing system ditentukan /
direncanakan berdasarkan kebutuhan "Self Care" dan kemampuan pasien untuk
menjalani aktifitas "Self Care".
Orem mengidentifikasikan klasifikasi Nursing System :

1. The Wholly compensatory system

Merupakan bantuan secara keseluruhan, dibutuhkan untuk klien yang tidak


mampu mengontrol dan memantau lingkungannya dan berespon terhadap
rangsangan.

2. The Partly compensantory system

Merupakan bantuan sebagian, dibutuhkan bagi klien yang mengalami


keterbatasan gerak karena sakit atau kecelakaan.

3. The supportive - Educative system


Merupakan dukungan pendidikan dibutuhkan oleh klien yang memerlukannya
untuk dipelajari, agar mampu melakukan perawatan mandiri.

4. Metode bantuan

Perawat membantu klien dengan menggunakan system dan melalui lima


metode bantuan yang meliputi :

1. Acting atau melakukan sesuatu untuk klien;

2. Mengajarkan klien;

3. Mengarahkan klien;

4. Mensupport klien.

2.3.3.4 Keyakinan dan Nilai - Nilai

Kenyakianan Orem's tentang empat konsep utama keperawatan adalah :

1. Klien : individu atau kelompok yang tidak mampu secara terus menerus
memperthankan self care untuk hidup dan sehat, pemulihan dari sakit atau
trauma atu koping dan efeknya.

2. Sehat : kemampuan individu atau kelompoki memenuhi tuntutan self care yang
berperan untuk mempertahankan dan meningkatkan integritas structural fungsi
dan perkembangan.

3. Lingkungan : tatanan dimana klien tidak dapat memenuhi kebutuhan keperluan


self care dan perawat termasuk didalamnya tetapi tidak spesifik.

4. Keperawatan : pelayanan yang dengan sengaja dipilih atau kegiatan yang


dilakukan untuk membantu individu, keluarga dan kelompok masyarakat
dalam mempertahankan self care yang mencakup integritas struktural, fungsi
dan perkembangan.

2.3.3.5 Tiga Kategori Self Care

Model Orem's menyebutkan ada beberapa kebutuhan self care yang


disebutkan sebagai keperluan self care (self care requisite), yaitu :
1. Universal self care requisite ; keperluan self care universal dan ada pada
setiap manusia dan berkaitan dengan fungsi kemanusiaan dan proses
kehidupan, biasanya mengacu pada kebutuhan dasar manusia. Universal
requisite yang dimaksudkan adalah :

1. Pemeliharaan kecukupan intake udara;

2. Pemeliharaan kecukupan intake cairan;

3. Pemeliharaan kecukupan makanan;

4. Pemeliharaan keseimabangan antara aktifitas dan istirahat;

5. Mencegah ancaman kehidupan manusia, fungsi kemanusiaan dan


kesejahteraan manusia;

6. Persediaan asuhan yang berkaitan dengan proses- proses eliminasi;

7. Meningkatkan fungsi human fungtioning dan perkembangan ke dalam


kelompok sosial sesuai dengan potensi seseorang, keterbatasan seseorang dan
keinginan seseorang untuk menjadi normal.

2. Developmental self care requisite : terjadi berhubungan dengan tingkat


perkembangan individu dan lingkungan dimana tempat mereka tinggal yang
berkaitan dengan perubahan hidup seseorang atau tingkat siklus kehidupan.

3. Health deviation self care requisite : timbul karena kesehatan yang tidak sehat
dan merupakan kebutuhan-kebutuhan yang menjadi nyata karena sakit atau
ketidakmampuan yang menginginkan perubahan dalam perilaku self care.

2.3.3.6 Tujuan Keperawatan Keluarga Menurut Orem’s

Tujuan keperawatan pada model Orem's yang diterapkan kedalam praktek


keperawatan keluarga adalah :

1. Menolong klien dalam hal ini keluarga untuk keperawatan mandiri secara
terapeutik;

2. Menolong klien bergerak kearah tidakan-tidakan asuhan mandiri;

3. Membantu anggota keluarga untuk merawat anggota keluarganya yang


mengalami gangguan secara kompeten.
Dengan demikian maka fokus asuhan keperawatan pada model orem's
yang diterapkan pada praktek keperawtan keluaga/komunitas adalah sebagai
berikut:

1. Aspek interpersonal : hubungan didalam kelurga;

2. Aspek sosial : hubungan keluarga dengan masyarakat disekitarnya;

3. Aspek prosedural : melatih ketrampilan dasar keluarga sehingga mampu


mengantisipasi perubahan yang terjadi;

4. Aspek tehnis : mengajarkan kepada keluarga tentang tehnik dasar yang


dilakukan di rumah, misalnya melakukan tindakan kompres secara benar.

2.3.4 Langkah – Langkah Proses Keperawatan Keluarga

Asuhan keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian kegiatan yang


diberikan melalui praktik keperawatan dengan sasaran keluarga.

2.3.4.1 Persiapan Yang Perlu Untuk Perawat

a. Menetapkan keluarga yang menjadi sasaran kunjungan serta kasus yang perlu
ditindaklanjuti.

b. Menetapkan jadwal kunjungan dan membuat kesepakatan dengan keluarga

c. Menyiapkan perlengkapan;

1.Mempelajari riwayat penyakit individu & keluarga, rekam kesehatan keluarga.

2.Membuat catatan singkat sebagai tindak lanjut kajian keluarga.

3.Kit Primary health nursing (PHN)

Tahap – tahap pada pengkajian :

1.Membina hubungan yang baik / terapeutik ;

a.Diawali perkenalan, sopan, ramah.

b.Menjelaskan tujuan kunjungan


c.Meyakinkan keluarga bahwa kunjungan keluarga untuk membantu

d.Menjelaskan bantuan perawat yang dapat dilakukan.

e.Menjelaskan pada keluarga tim kesehatan lain yang terlibat.

2. Pengkajian awal; sesuai data yang diperoleh dari unit pelayanan kesehatan.

3. Pengkajian lanjutan (kedua); tahap pengkajian untuk memperoleh data lebih


lengkap sesuai dengan masalah kesehatan keluarga yang ada sekarang.

Data yang perlu dikaji :

1.Berkaitan dengan keluarga

a.Data demografi & sosiokultural

b.Data lingkungan

c.Struktur & fungsi keluarga

d.Stress & koping keluarga

e.Perkembangan keluarga

2.Berkaitan dengan individu / anggota keluarga

a.Fisik, mental, emosi, social, spiritual

Aturan pembuatan genogram :

1. Anggota keluarga yang lebih tua berada di sebelah kiri

2. Umur anggota keluarga ditulis pada symbol laki-laki / perempuan

3. Tahun dan penyebab kematian ditulis disebelah symbol laki-laki / perempuan.

4. Penggunaan symbol dalam genogram


2.3.4.2. Perumusan diagnosis keperawatan

a. Masalah (problem) P, adalah suatu pernyataan tidak terpenuhinya kebutuhan


dasar manusia yang dialami oleh keluarga atau anggota (individu) keluarga.

b. Penyebab (etiologi) E, adalah suatu pernyataan yang dapat menyebabkan


masalah dengan mengacu kepada 5 (lima) tugas keluarga.

c. Tanda (sign) S, adalah sekumpulan data subyektif dan obyektif yang diperoleh
perawat dari keluarga secara langsung atau tidak yang mendukung masalah dan
penyebab.
Tipologi diagnosa keperawatan keluarga terdapat 3 (tiga) :
a.Diagnosa Aktual
b.Diagnosa Resiko / Resiko Tinggi
c.Diagnosa Potensial / Wellness
2.3.4.3 Prioritas (Skoring) Diagnosis Keperawatan

Skoring dilakukan apabila rumusan diagnosis keperawatan lebih dari satu,


proses scoring menggunakan skala dirumuskan oleh Bailon & Maglaya
(1978).Proses scoring dilakukan untuk setiap diagnosis keperawatan, yang terdiri
dari :
1.Tentukan skornya sesuai dengan criteria yang telah dibuat.
2.Skor dibagi dengan skor tertinggi dan dikalikan dengan bobot
3.Jumlah skor untuk semua criteria (skor maksimum sama dengan jumlah bobot,
yaitu 5)
Skoring Diagnosa Keperawatan (Bailon & Maglaya, 1978)
No. KRITERIA SKOR BOBOT

1. Sifat masalah

Skala :

- Tidak / kurang sehat 3

- Ancaman kesehatan 2 1

- Keadaan sejahtera 1
2. Kemungkinan masalah dapat diatasi

Skala :

- Mudah 2

- Sebagian 1 2

- Tidak dapat 0

3. Potensial masalah untuk dicegah

Skala :

- Tinggi 3

- cukup 2
1
- Rendah 1

4. Menonjolnya masalah

Skala :

- Masalah berat, harus segera ditangani 2

- Ada masalah, tetapi tidak perlu ditangani 1 1

-- - Masalah tidak dirasakan 0

2.3.4.4 Intervensi Keluarga

Diagnosa Keperawatan Rencana Asuhan Keperawatan

Masalah (P) Digunakan untuk merumuskan tujuan umum – khusus atau


tujuan jangka panjang – pendek

Penyebab (E) Digunakan untuk merumuskan criteria standar / hasil yang


diharapkan sebagai tolok ukur suatu keberhasilan.

Tanda (S) Selanjutnya merumuskan rencana tindakan / intervensi


keperawatan keluarga.
Rencana tindakan pada keluarga meliputi :

1. Menstimulasi kesadaran / penerimaan keluarga mengenai masalah dan


kebutuhan, dengan cara; memberikan informasi, mengidentifikasi kebutuhan
keluarga, mendorong sikap emosi untuk mendukung upaya kesehatan.

2. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat, dengan


cara; mengidentifikasi konsekuensi bila tidak melakukan tindakan,
mengidentifikasi sumber yang dimiliki keluarga, diskusi tentang tipe tindakan.

3. Memberikan kepercayaan diri selama merawat anggota keluarga yang sakit,


dengan cara; demonstrasi, menggunakan alat dan fasilitas dirumah,
mengawasi keluarga melakukan perawatan.

4. Membantu keluarga untuk memelihara (memodifikasi) lingkungan.

5. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada


disekitar.

2.3.4.5 Implementasi

Tanggal & Waktu No. Diag. Kep. Implementasi

8 Juni 20016 1 Pendidikan kesehatan tetang………….dan


……….. dengan keluarga Tn. A yang dihadiri
15.00 – 16.00 …………, kontrak selanjutnya tanggal
……….jam…….untuk kegiatan……………..

2.3.4.6 Evaluasi

S : adalah ungkapan perasaan dan keluhan yang dirasakan secara subyektif oleh
keluarga secara subyektif oleh keluarga setelah dilakukan implementasi.

O : keadaan objektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat menggunakan


pengamatan yang objektif setelah implementasi.
A : merupakan analisis perawat setelah mengetahui respon subyektif dan objektif
keluarga yang dibandingkan dengan criteria dan standar pada rencana
keperawatan.

P : adalah perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis.


BAB 3
TINJAUAN KASUS

3.1. Pengkajian
Pelaksanakan keperawatan keluarga pada tingkat keluarga ini ada
pengumpulan data, meliputi data, mentabulasi data 9 keluarga, dari 9 keluarga
yang di kaji, dapat diprioritaskan masalah melalui dari skor tertinggi sampai skor
terendah.

A.Indentitas 9 Keluarga

Kep Nama Jk Hub Umur Pendidikan Pekerjaan Status Penghasilan


ala dgn KK kes 1 keluarga
kelu
arga
Tn. L Suami 35 SD Wiraswasta
A

Ny. L P Istri 34 SD Ibu RT Sehat


An.S P Anak 11 Smp Masih Sehat
sekolah
Rp. 2.500.
An.D L Anak 10 SD Masih Sehat
sekolah 000,-

An.S P Anak 4 Belum – Sehat


sekolah
Tn. L Suami 26 SMP Lepas Sehat Rp. 2.400.
A buruh 000,-
Ny.N P Istri 24 SMP IRT Sehat

AnA A Anak 2,9 Belum _ Dema


sekolah m,
batuk
Tn. L Suami 39 SMP Wiraswasta Sehat
K

Ny.U P Istri 41 SMP IRT Sehat

An.S P Anak 18 SMA _ Sehat Rp. 1.500.


000,-
An.M L Anak 14 SMP Masih Sehat
sekolah
An.I L Anak 11 SD Masih Sehat
sekolah
An.D P Anak 9 SD Masih Sehat
sekolah
An.A P Anak 3 Belum _ Sehat
sekolah
Tn.S L Suami 56 SMP Wiraswasta Asam
urat
Rp. 3.000.
Ny.M P Istri 54 SMP IRT Asam
urat 000,-

Tn.I L Anak 26 SMP Satpam Sehat

Tn. L Suami 56 SMP Wiraswas Sehat


J ta Rp. 1.400.
000,-
Ny.K P Istri 53 SMP IRT Sehat

An. D P Anak 18 SMA Pelajar Sehat

Tn.I L Suami 43 SMP Wiraswasta Sehat

Ny.H P Istri 38 SMA IRT Sehat


Rp. 2.000.
An.N P Anak 16 SMP Masih Sehat 000,-
sekolah
An.A P Anak 14 SMP Masih Sehat
sekolah
An.A L Anak 11 SD Masih Sehat
sekolah
An.S L Anak 8 SD Masih Sehat
sekolah
Tn.S L Suami 36 SMP Buruh Sehat
lepas
Ny.S P Istri 32 SMA IRT Sehat

An.L P Anak 10 SD Masih Sehat


sekolah Rp. 2.500.
An.P P Anak 8 SD Masih Sehat 000,-
sekolah
An.A P Anak 5 Belum _ Sehat
sekolah
Tn.T L Suami 57 SD Wiraswasta Sehat
Ny.A P Istri 43 SMP IRT Sehat

Rp. 2.000.
An.S P Anak 23 SMA _ Sehat
000,-

An.N P Anak 13 SMP Masih Sehat


sekolah
An.S P Anak 9 SD Masih Sehat
sekolah
Tn.S L Suami 44 SMP Wiraswasta Sehat
Ny.S P Istri 43 SMP Polteker Sehat
Rp.
An.K L Anak 14 SMP Masih Sehat 5.000.000,-
sekolah
An.S P Anak 1 Belum _ Sehat
sekolah

3.2 Analisa Data

Dari data 9 keluarga mayoritas adalah inti atau nucleus family. Untuk
penghasilan dari 9 keluarga saat di kaji penghasilannya sudah dalam menenagh
keatas yaitu diatas Rp. 1.400.000,- dan sudah termasuk dalam keluarga sejahtera.

Penyajian makanan keluarga sudah baik dalam menyajikannya, seperti


tersedianya nasi, lauk - pauk, buah,tetapi dalam mencuci beras mayoritas keluarga
masih kurang mengetahui cara mencuci beras yang baik. Mayoritas keluarga
dalam mencuci beras lebih dari 3x, dan merupakan menjadi salah satu masalah
yang terjadi pada keluarga,dan mayoritas keluarga juga tidak bisa menjaga
kebersihan lingkungan yang bisa berpengaruh bagi kesehatan keluarga.

3.3 Diagnosa Keperawatan

No Nama Diagnosa Keperawatan


1 Tn.A/Ny.L - Pemeliharaan kesehatan tidak efektifan b/d keidakmampuan
keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
- Resikko terjadinya penyakit yang b/d lingkungan sehubungan
dengan ketidakmampuan keluarga dalam memelihara lingkungan
rumah yang dapat mempengaruhi kesehatan
- Ketidakefektifan pengolahan makanan b/d ketidakmampuan
keluarga mengenai masalah
2 Tn.A/Ny.N - Resiko terjadinya ISPA b/d kurangnya pengetahuan Tn.A dalam
mengambil keputusan untuk mengurangi merokok
No Nama Diagnosa Keperawatan
- Resiko terjadinya infeksi saluran pernapasan pad anank A b/d
ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan
masalah ISPA
3 Tn.K/Ny.U - Resiko tderjadinya penyakit yang b/d lingkungan sehubungan
dengan ketidakefektifanmampuan keluarga dalam memelihara
lingkungan rumah yang dapat mempemgaruhi kesehatan
- Resiko terjadinya penyakit DBD pada keluarga Ny.K
sehubungan dengan lingkungan rumah yang tidak memenuhi
syarat b/d ketidakmampuan keluarga untuk mengenal masalah
yang bisa terjadi karena lingkungan yang tidak memenuhi syarat
kesehatan akibat kurangnya informasi dan pengetahuan
4 Tn.S/Ny.S - Kurangnya penegetahuan keluarga tentang penyakit b/d
kurangnya mengenal masalah penyakit
- Resiko terjadinya penyakit infeksi b/d ketidakmampuan keluarga
mengenal masalah yang akan timbul dari kebiasaan buruk dalam
memelihara ternak
5 Tn .J/Ny.K - Resiko ketidakefektifan napas b/d kurang pengetahuan keluarga
tentang bahaya merokok
- Ketidakmampuan keluarga dalam pengolahan makanan b/d
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah
6 Tn .I/Ny.H - Resiko terjadinya ISPA b/d kurangnya pengetahuan keluarga
dalam mengambil keputusan untuk mengurangi merokok
7 Tn .S/Ny.S - Resiko terjadinya penyakit yang b/d ketidakmampuan keluarga
memelihara lingkungan yang dapat mempengaruhi kesehatan
8 Tn. S/Ny.S - Ketidakmampuan keluarga dalam pengolahan makanan b/d
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah
9 Tn.T -Perilaku kesehatan yang beresiko b/d ketidakmampuan keluarga
/Ny.A mengenal masalah

3.4 Tabel Prioritas Masalah

No Nama Diagnosa Keperawatan Score Total


1 TN. - Pemeliharaan kesehatan tidak efektifan b/d 2 1/3
A/Ny.L keidakmampuan keluarga merawat anggota
keluarga yang sakit
- Resikko terjadinya penyakit yang b/d 10 4/3
lingkungan sehubungan dengan 4 2/3
ketidakmampuan keluarga dalam
memelihara lingkungan rumah yang dapat
mempengaruhi kesehatan
- Ketidakefektifan pengolahan makanan b/d 4 1/3
ketidakmampuan keluarga mengenai
masalah
2 Tn.A - Resiko terjadinya ISPA b/d kurangnya 4
/Ny.N pengetahuan Tn.A dalam mengambil
keputusan untuk mengurangi merokok
- Resiko terjadinya infeksi saluran pernapasan 7 2/3
No Nama Diagnosa Keperawatan Score Total
pad anank A b/d ketidakmampuan keluarga 3 2/3
merawat anggota keluarga dengan masalah
ISPA
3 Tn.K/ - Resiko tderjadinya penyakit yang b/d 4 2/3
Ny.U lingkungan sehubungan dengan
ketidakefektifanmampuan keluarga dalam 7 2/3
memelihara lingkungan rumah yang dapat
mempemgaruhi kesehatan
- Resiko terjadinya penyakit DBD pada
keluarga Ny.K sehubungan dengan 3 2/3
lingkungan rumah yang tidak memenuhi
syarat b/d ketidakmampuan keluarga untuk
mengenal masalah yang bisa terjadi karena
lingkungan yang tidak memenuhi syarat
kesehatan akibat kurangnya informasi dan
pengetahuan
4 Tn.S/Ny.S - Kurangnya penegetahuan keluarga tentang 4
penyakit b/d kurangnya mengenal masalah
penyakit 7 1/2
- Resiko terjadinya penyakit infeksi b/d
ketidakmampuan keluarga mengenal 3 1/2
masalah yang akan timbul dari kebiasaan
buruk dalam memelihara ternak
5 Tn J/Ny.K - Resiko ketidakefektifan napas b/d kurang 4
pengetahuan keluarga tentang bahaya 8
merokok
- Ketidakmampuan keluarga dalam 4
pengolahan makanan b/d ketidakmampuan
keluarga mengenal masalah
6 Tn I/Ny.H - Resiko terjadinya ISPA b/d kurangnya 4 4
pengetahuan keluarga dalam mengambil
keputusan untuk mengurangi merokok
7 Tn.S/Ny.S - Resiko terjadinya penyakit yang b/d 3 1/2 3½
ketidakmampuan keluarga memelihara
lingkungan yang dapat mempengaruhi
kesehatan
8 Tn.S/Ny.S - Ketidakmampuan keluarga dalam 4 4
pengolahan makanan b/d ketidakmampuan
keluarga mengenal masalah
9 Tn.T/Ny.A - Perilaku kesehatan yang beresiko b/d 4 1/3 4 1/3
ketidakmampuan keluarga mengenal
masalah

3.5 Intervensi Keperawatan


Intervensi dibuat mulai dari penyuluhan sampai dengan memandirikan
keluarga sesuai dengan masalah yang ada dalam keluarga tersebut.Dari 9 keluarga
tersebut skoring prioritas mulai dari terendah sampai tertinggi adalah Tn.S/Ny.S:
3 ½, Tn.S/Ny.S: 4, Tn.I/Ny.H: 4, Tn.T/Ny.A: 4, Tn.S/Ny.S: 7 ½ , Tn.K/Ny.U: 7
2/3 , Tn.A/Ny.N: 7 2/3 , Tn.J/Ny.K: 8, Tn.A/Ny.L: 10 4/3 .Dari hasil skoring
prioritas didapatkan skoring tertinggi adalah keluarga Tn.A/Ny.L.
3.6 Implementasi Keperawatan
Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi yang sudah dilakukan
oleh penulis.
3.7 Evaluasi
Melakukan evaluasi seberapa jauh keberhasilan intervensi yang sudah
dilakukan oleh penulis.
BAB 4
PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian
4.1.1 Pengumpulan Data
1. Identitas Keluarga
a. Nama kepala keluarga : Tn.A f. Pendidikan : SD
b. Jenis kelamin : laki-laki g. Pekerjaan : wiraswasta
c. Umur : 36 tahun h. Penghasilan :Rp.2.500.00
d. Agama : Islam I. Alamat : Jln.Bakti
e. Suku/bangsa : mandailing
2. Data anggota keluarga yang hidup

No Nama Jk Hub dg KK Umur Pendidikan Pekerjaan Status kes


1 Ny. L P Istri 34 SD Ibu RT Sehat
2 An.S P Anak 11 Smp Masih Sehat
sekolah
3 An.D L Anak 10 SD Masih Sehat
sekolah
4 An.S P Anak 4 Belum – Sehat
sekolah

3. Genogram

35
34

11 10 4
1
Keterangan :
: perempuan
: laki-laki
: garis perkawinan

4. Riwayat Kehidupan Keluarga


a.Tipe Keluarga : Nukleus Family
b.Status Ekonomi Keluarga :
Keluarga Tn.W mempunyai penghasilan dengan menjual sayur bersama
istrinya kurang lebih Rp. 10.000.000,- /bulan
c.Tahap Perkembangan Keluarga
d.Tahap perkembangan keluarga saat ini : Keluarga dengan anak Usia sekolah
e.Tugas perkembangan keluarga masih ada yang belum terpenuhi salah satunya
karena belum bisa memnuhi kebutuhan kesehatan fisik anak karena keluarga
mengatakan saat ini ada anggota keluarga yang sakit karena anak mandi hujan
dan minum es.
f.Riwayat Kesehatan Keluarga inti
Riwayat keluarga ini, menikah karena saling menyukai dan disetujui kedua
orangtua. Orang tua dari istri dan ayah masih hidup kedua-duanya
5. Riwayat Kesehatan Keluarga Inti
Riwayat keluarga ini, menikah karena saling menyukai dan disetujui kedua
orangtua. Orang tua dari istri dan ayah masih hidup kedua-duanya.
6. Keadaan Lingkungan
a. Tn.A tinggal dirumah kontrakan dengan luas rumah kira-kira 3X3 m untuk 1
org , terdiri dari 2 kamar tidur, 2 ruang tamu , ruang nonton, dapur , dan 2
kamar mandi . dinding rumah semen, lantai keramik,,atap rumah tidak bocor,
ventilasi baik karena ventilasi 20% dari luas permukaan lantai rumah,
pencahayaan atau penerangan rumah baik , sumber air minum baik karena
sepsi tank memiliki jarak lebih dari 10 M dari sumur galian ,keluarga Tn.A
mempunyai sumur galian dan dipasang dap , jika mati lampu keluaga akan
menimba air ,air bersih,tidak berasa,tidak berwarna, tidak berbau , keluarga
mengatakan membeli isi ulang . Keluarga memiliki teras tidak terlalu luas,
teras bersih
b. Karakteristik tetangga dan komunitas
Dusun I berpenduduk paling banyak diantara dusun – dusun lainnyan , tetangga
sebelah kirinya rumah sepasang suami istri , suaminya seorang petani dan
istrinya seorang ibu rumah tangga yang mempunyai 5 orang anak yang tinggal ,
sedangkan di sebelah kiri rumah Tn.A adalah tanah kosong tempat untuk
bersantai ,hubungan Tn.A dengan tetangga nya cukup baik dan tidak ada
masalah, Tn.A dan tetangga nya saling mengunjungi.
c. Moblitas Keluarga
Keluarga ini sudah tinggal di dusun I pancur batu selama 9 tahun Suami jarang
bekerja karena sedang sakit dan Istri bekerja mulai pagi jam 9 pagi sampai sore
jam 13 sore
d. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Setiap hari dilakuakan pada malam hari keluarga akan berkumul bersama-sama
keluarga juga berinteraksi yang baik satu sama lain keluarga tidak aktif dalam
kegiatan dilingkungan nya
e.Sistem pendukung keluarga .
Ada anggota keluaraga yang sakit saat pengkajian. Antar anggota keluarga
saling menyayangi satu sama lain .
7. Struktur Keluarga
a. Pola Komunikasi digunakan dalam keluarga
Bahasa Indonesia dan bahasa karo. Komunikasi keluarga dilaksanakan pada
sore hari karena semua ada saat itu . semua anggota keluarga bebas
berpendapat atau didiskusikan bersama jika ada masalah yang akan
diselesaikan, dan biasanya Tn.A mengambi keputusan akhir.
b. Kekuatan Keluarga
Keluarga biasanya saling menghargai satu sama lain.
8. Fungsi Keluarga
a. Fungsi afektif
b. Fungsi Sosialisasi
Keluarga Tn.A menekankan perlunya berhubungan baik dengan orang lain .
mereka membiasakan anak-anak mereka bermain dengan teman-temannya
,tetapi harus ingat waktu jangan sampai telat pulang dan lupa mengerjakan
tugas dan tanggung jawab.
c. Fungsi Reproduksi
Ibu mengatakan saat ini usia nya sudah 34 tahun. Sampai saat ini keluarga
sudah mempunyai 3 orang anak 2 perempuan dan 1 laki-laki, keluarga Ny.L
mengatakan sudah cukup 3 orang saja.
d.Fungsi Perawatan Kesehatan
1. Istri/Ny.T mengatakan suami sakit stroke ringan pada tubuh bagian kiri dan
sudah di bawa ke rumah sakit dan ke tukang urut .
e. Fungsi Ekonomi
Keluarga mengatakan penghasilan keluarga tidak menetap setiap hari nya ,
keluarga mengatakan “kalau untuk makan ya cukup.
9. Stres Dan Koping Keluarga
a. Stressor jangka panjang dan pendek
1. Stressor jangka panjang
Ny.L mengatakan Tn.A sedang sakit strokedan harus di jaga dan dirawat di
rumah
2. Stessor jangka pendek
Ny.L mengatakan khawatir dengan kondisi suami tetapi keluarga selalu
berusaha untuk kesembuhan Tn. A
b. Stressor Koping
Keluarga mengatakan jika ada masalah selalu didiskusikan dalam keluarga
atau dengan keluarga besar sehingga masukan dari keluarga dapat membantu
mengatasi masalah .
10. Strategi Adaptasi Disfungsional
Dari hasil pengkajian keluaraga masih sudah tau cara mengatasi masalah
kesehatan pada keluarga ,dan keluarga menggunakan penyelesaian masalah
dengan cara yang baik.
11. Data Tambahan
a. Nutrisi
Keluarga memilih bahan makanan Ny.L mengatakan membeli ikan dari kedai
. Keluarga mengatakan sayur mereka olah, mncuci beras lebih dari 3 kali
karna keluarga mengatakan takut akan beras yang mengandung
kaporit/pemutih, sehingga keluarga mencuci sampai air pencucian beras
bersih/bening. Keluarga mengatakan memotong sayur dahulu baru dicuci
demikian juga daging dan ikan. Penyajian /kebiasaan makanan dilakukan
dengan menu seimbang yaitu : mengkonsumsi makanan 3x sehari, menu
makanan nasi 1 porsi, 1 porsi sayuran seperti kangkung,bayam ,daun
singkong,kacang panjang,daun pepaya, labu dan lauk pauk seperti ikan
dencis,tongkol, tahu tempe, telor 1 potong , dan daging kadang – kadang .
makan buah jarang paling hanya makan timun kalau ada. Menyimpan
makanan di lemari, untuk bahan makanan seperti cabe,tomat dll di simpan
didalam kulkas.
b.Eliminasi dalam keluarga tidak ada keluhan dalam BAB/BAK
c.Istirahat Tidur , dalam keluarga tidak ada keluhan dalam istirahat dan tidur.
d.Aktivitas sehari-hari semua anggota keluarga dapat melakukan aktivitas nya
sehari-hari
12. Pengetahuan terhadap penyakit menular dan penyakit kronis
Keluarga mengatakan sudah mengetahui berbagai penyakit seperti
Diare,DHF,ISPA,Dermatitis,Stroke,Hipertensi,DM, namun keluarga tidak
tahu banyak hanya pernah dengar di TV bagaimana cara mengatasinya.
Sedangkan untuk penyakit seperti Anemia,Gizi Buruk,TBC,HIV/AIDS tidak
tahu .
13. Pemeriksaan Fisik Dari Anggota Keluarga
Pemeriksaan Fisik Nama Anggota Keluarga
KK Istri An.S An.D
Penampilan Umum:
 Kesadaran CM CM CM CM
 Cara Berantakan Berantakan Berantakan Berantakan
Berpakaian
 Kebersihan Kurang Kurang Kurang Kurang
Personal
 Postur dan Tegak Tegak Tegak Tegak
cara
berjalan
Bentuk dan Ukuran
Tubuh :
 Proposiao
nal sesuai
BB
dengan TB
 BB 68 kg 50 kg
 TB 173 cm 160 cm 120 cm 90 cm
Tanda-tanda Vital:
 TD 110/70 mmHg 120/90 - -
mmHg
 Nadi 80 x/i 82 x/i 90 x/i 98 x/i
 Suhu 36,7 0c 36 0c 36,4 0c 36,20c
 RR 22x/i 24x/i 26x/i 28x/i
Status Mental dan
Cara berbicara :
 Status Baik Baik Baik Baik
Emosional
 Orientasi Baik Baik Baik Baik
 Proses Baik Baik Baik Baik
berfikir
 Gaya Baik Baik Baik Baik
bicara
Pemeriksaan Kulit:
 Kuku Panjang / Kotor Kotor Kotor Panjang /
Kotor
 Kering/bers Bersisik Bersisik Bersisik Bersisik
isik
Pemeriksaan Kepala
 Bentuk & Bulat Bulat Bulat Bulat
Sensori
 Rambut Hitam Hitam Hitam Hitam
 Mata Tidak ada kelainan Tidak ada Tidak ada Tidak ada
kelainan kelainan kelainan
 Hidung Tidak ada kelainan Tidak ada Tidak ada Tidak ada
kelainan kelainan kelainan
 Telinga Tidak ada kelainan Tidak ada Tidak ada Tidak ada
kelainan kelainan kelainan
 Mulut Mukosa mulut Mukosa Mukosa Mukosa mulut
lembab , lidah kotor mulut lembab mulut dan lembab , lidah
, karies tidak ada , , lidah kotor , bibir kering , kotor , karies
nafas bau karies tidak lidah kotor , ada , nafas bau
ada , nafas karies ada ,
bau nafas bau
 Leher Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
pembesaran kelenjar pembesaran pembesaran pembesaran
,tidak ada gangguan kelenjar kelenjar kelenjar ,tidak
menelan ,tidak ada ,tidak ada ada gangguan
gangguan gangguan menelan
menelan menelan
 Dada Pernafasan dada, Pernafasan Pernafasan Pernafasa
(Pernafasan 22x/i perut 24x/i dada , cepat dada 28x/i
) dangkal 26x/i
 Dada Tidak ada kelainan Tidak ada Tidak ada Tidak ada
(Cardiovas kelainan kelainan kelainan
kuler)
Abdomen
 Inspeksi Tidak ada kelainan Tidak ada Tidak ada Tidak ada
kelainan kelainan kelainan
 Palpasi Tidak ada nyeri Tidak ada Tidak ada Tidak ada
tekan dan massa nyeri tekan nyeri tekan nyeri tekan
/tonjolan di dan massa dan massa dan massa
abdomen /tonjolan di /tonjolan di /tonjolan di
abdomen abdomen abdomen
 Auskultasi Tidak ada kelainan Tidak ada Tidak ada Tidak ada
kelainan kelainan kelainan
 Perkusi Tidak ada kelainan Tidak ada Tidak ada Tidak ada
kelainan kelainan kelainan
Ekstremitas
 Ekstremitas Tidak ada kelainan Tidak ada Tidak ada Tidak ada
atas kelainan kelainan kelainan
 Ekstremitas Tidak ada kelainan Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Bawah kelainan kelainan kelainan

4.2 Analisa Data

Nama KK : Tn.A
Alamat : Dusun 1 Desa Pancur Batu
NO SIGN/SYMTOM ETIOLOGI PROBLEM

1 DS: Ketidakmampuan Pemeliharan


 Ny.L mengatakan Tn.A sudah 4 keluarga merewat kesehatan tidak
tahun menderita stroke pada bagian anggota keluarga baik
tubuh sebelah kiri yang sakit
 Ny.L mengatakan sudah dibawa
berobat ke rumah sakit dan
ketukang urut
DO:
 Tn.A sedang duduk di kursi
2 DS : Ketidakmampuan Resiko
 Ny.L mengatakan tidak sempat keluarga dalam terjadinya
membersihkanlingkungan rumah memelihara penyakit
karena sibuk lingkungan yang
DO: dapat mempengaruhi
 Tampak bayak baju bergantungan kesehatan
,penataan barang tidak rapi, lantai
kurang bersih.
3 DS: Ketidakmampuan Perilaku
 Ny.L mengatakan pada saat keluarga mengenal kesehatan yang
memasak nasi ,beras dicuci sampai masalah beresiko
airnya jernih
 Ny.L mengatakan hal itu sudah
biasa dilakukan dan tidak masalah
untuk kesehatan
 Ny.L mengatakan mencuci beras
lebih dari 3 kali supaya nasi tidak
cepat basi .

4.3 Diagnosa Keperawatan


Nama KK : Tn.A
Alamat : Dusun 1 Desa Pancur Batu

No Diagnosa Tanggal Nama dan


tanda tangan
Ditemukan Teratasi

1 Pemeliharan kesehatan tidak baik 05 desember 17 desember


b/d Ketidakmampuan keluarga 2016 2016
merewat anggota keluarga yang sakit
d/d Ny.L mengatakan Tn.A sudah 4
tahun menderita stroke pada bagian
tubuh sebelah kiri
Ny.L mengatakan sudah dibawa
berobat ke rumah sakit dan ketukang
Friska
urut, Tn.A sedang duduk di kursi
sibarani
2 Resiko terjadinya penyakit b/d 05 desember 17 desember
Ketidakmampuan keluarga dalam 2016 2016
memelihara lingkungan yang dapat
mempengaruhi kesehatan d/d Ny.L
mengatakan tidak sempat
membersihkanlingkungan rumah
karena sibuk ,Tampak bayak baju
bergantungan ,penataan barang tidak
rapi, lantai kurang bersih.
Friska
sibarani
3 Perilaku kesehatan yang beresiko b/d 05 desember 17 desember
Ketidakmampuan keluarga mengenal 2016 2016
masalah d/d Ny.L mengatakan pada
saat memasak nasi ,beras dicuci
sampai airnya jernih
Ny.L mengatakan hal itu sudah biasa
dilakukan dan tidak masalah untuk
kesehatan
Ny.L mengatakan mencuci beras
lebih dari 3 kali supaya nasi tidak Friska
cepat basi . sibarani

4.4 Prioritas Diagnosa Keperawatan


A. Pemeliharan kesehatan tidak baik b/d Ketidakmampuan keluarga
merawat anggota keluarga yang sakit
No Kriteria Perhitungan Skor Pembenaran
1 Sifat masalah 3/3x1 1 Masalah adalah aktual karena
sudah terjadi
2 Kemungkinan masalah 1/2x2 1 Tingkat pengetahuan kurang
dapat diubah
3 Potensi masalah untuk 1/3x1 1/3 Masalah sudah berjalan lama
dicegah sudah terjadi
4 Menonjolnya masalah 0/2x1 0 Masalah gangguan mobilitas fisik
tidak dirasakan oleh keluarga
sudah berjalan lama
Total score 2 1/3

B. Resiko terjadinya penyakit b/d Ketidakmampuan keluarga dalam memelihara


lingkungan yang dapat mempengaruhi kesehatan

No Kriteria Perhitungan Skor Pembenaran

1 Sifat masalah 2/3x1 2/3 Karena dapat menimbulkan


berbagai masalah kesehatan karen
lingkungan yang kotor

2 Kemungkinan masalah 2/2x2 2 Keluarga memiliki fasilitas dan


dapat diubah kemajuan untuk menjaga
kebersihan lingkungan

3 Potensi masalah untuk 3/3x1 1 Kaena anggota keluarga memiliki


dicegah waktu untuk membersihkan
rumah

4 Menonjolnya masalah 2/2x1 1 Keluarga menyadari bahwa


lingkingan yang kotor dapat
menimbulkan penyakit

Total score 4 2/3

C . Perilaku kesehatan yang beresiko b/d Ketidakmampuan keluarga mengenai


masalah

No Kriteria Perhitungan Skor Pembenaran


1 Sifat masalah 3/3x1 1 Masalahnya adalah aktual karena
sudah terjadi
2 Kemungkinan masalah 1/2x2 1 Tingkat pengetahuan kurang
dapat diubah
3 Potensi masalah untuk 2/3x1 2/3 Keluarga mengatakan mau
dicegah mengubah cara pengolahan
makanan yang baik
4 Menonjolnya masalah 0/2x1 0 Keluarga tidak merasakan
masalah
Total score 4 1/3
Total score : 2 1/3 + 4 2/3 + 4 1/3 = 10 4/3

4.5 Intervensi Keperawatan


Perencanaan adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tujuan
berpusat pada klien dan hasil yang diperkirakan ditetapkan dan intervensi
keperawatan dipilih untuk mencapai tujuan tersebut. Perencanaan merupakan
langkah awal dalam menetukan apa yang dilakukan untuk membantu klien dalam
memenuhi serta mengatasi masalah keperawatan yang telah ditentukan.
Rencana tindakan keperawatan yang disusun pada keluarga (
NANDA,NIC,NOC ) adalah sebagai berikut:
A. Diagnosa keperawatan pertama : pemeliharaan kesehatan tidak baik
berhubungan dengan ketidakmampuan merawat anggota keluarga yang sakit
1. Kriteria hasil : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
3xpertemuan,keluarga menunjukkan perilaku perubahan dengan hasil,Tn.A
sudah bisa melakukan aktifitas dengan mandiri dan keluarga Tn.A bisa
merawat diri dengan baik
2. Intervensi :
a. Memberikan pengetahuan kepada keluarga bagaimana cara merawat keluarga
yang sakit
b. Memberikan pengetahuan keada keluarga tentang mobilisasi
c. Memberikan pengetahuan kepada keluarga tentang perawatan diri yang baik
B. Diagnosa keperawatan kedua : resiko terjadinya penyakit berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga dalam memelihara lingkungan yang dapat
mempengaruhi kesehatan
1. Kriteria hasil : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x
pertemuan,keluarga menunjukkan perilaku perubahan dengan hasil,keluarga
Tn.A dapat memelihara lingkungan rumah dengan baik
2. Intervensi :
a. Memberikan promosi kesehatan kepada keluarga cara memelihara lingkungan
b. Memberikan promosi kesehatan tentang kesehatan lingkungan
c. Memberikan promosi kesehtan masalah yang akan terjadi dalam lingkungan
C. Diagnosa keperawatan ketiga : perilaku kesehatan yang cenderung beresiko
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah
1.Kriteria hasil : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x
pertemuan,keluarga menunjukkan perilaku perubahan dengan hasil,keluarga
Tn.A mampu mengelola beras dengan baik
2. Intervensi :
a. Memberikan pengetahuan kepada keluarga tentang cara mengelola makanan
b. Memberikan pengetahaun kepada keluarga tentang masalah yang akan terjadi
dalam pegelolahan makanan yang tidak baik
4.6 Implementasi
Tindakan kperawtan adalah kategori dari perilaku keperawatn dimana
tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari
asuhan keperawatan yang dilakuakn dan diselesaikan. Implementasi mencakup
melakukan,membantu, atau mengarahkan kinerja aktivitas kehibdupan sehari-hari,
memberikan asuhan keperawatan untuk tujuan yang berpusat apada keluarga
Tn.A. Pelaksanaan keperawatan pada keluarga Tn.A saat dilakukan kunjungan
pertama tanggal 06 desember 2016 adalah :
1. Menjalin hubungan yang saling percaya terhadap kelrga Tn.A dan
memperkenalkan diri kepada keluarga Ny.l,keluarga menerima kehadiran
mahasiswa dengan ramah
2. Menjelaskan kepada keluarga tujuan dalam melakukan pengakajian terhadap
keluarga dan keluarga bersedia untuk di kaji
3. Melakukan pengkajian kepada keluarga dan Ny.L menjawab pertanyan yang
diberikan
4. Mengkaji lingkungan rumah keluarga Tn.A : kondisi lingkungan rumah kotor,
5. Membuat analisa data tentang masalah keluarga Tn.A
6. Melakukan skoring pada keluarga Tn.A
7. Membuat diagnosa keperawatan pada keluarga Tn.A :
1. Pemeliharan kesehatan tidak baik
2. Resiko terjadinya penyakit
3. Perilaku kesehatan yang beresiko
8. Membuat intervensi keperawatan kepada keluarga Tn.A tentang cara
pemeliharan kesehatan dengan baik
9. Membuat intervensi keperawatan kepada keluarga Tn.A perilaku hidup sehat,
menjaga kebersihan lingkungan rumah dan pengelolaan beras dengan baik
10. Memberikan penyuluhan tentang pemeliharaan kesehatan dengan baik
11. Memberikan penyuluahan kepada keluarga tentang pemeliharan lingkuangan
dengan baik
12. Memberikan penyuluhan kepada keluarga tentang vitamin dan zat yang ada
dalam beras
13. Menganjurkan Ny,L sebelum mencuic beras,terlebih dahulu beras di tampi
dulu kemudian dicuci cukup 1 kali saja
14. Melakukan kontrak dengan keluarga untuk dilakukan kembali penyuluhan
kesehatan kembali
Pelaksanaan keperawatan pada keluarga Tn.A saat dilakukan kunjungan kedua
tanggal 15 desember 2016 adalah :
1. Memberikan salam kepada keluarga dan menjelaskan tujuan kedatangan
kembali
2. Menanyakan kepada kelauarga tentang pemeliharan kesehatan pada anggota
keluarga yang sakit,
R: keluarga mengatakan sudah tau bagaimana cara menjaga kesehatan dan
merawat anggota keluarga yang sakit
3. Menanyakan kepada keluarga tentang pemeliharaan lingkungan rumah
R: kelaurga mengatakan sudah mengerti cara menjaga dan memelihara lingkungan
rumah denagn baik supaya terbebas dari penyakit
4. Menanyakan kepada keluarga tenatng pengolahan makanan atau beras
R: keluarga mengatakan masih mencuci beras lebih dari 3 kali, tetapi kadang-
kadang beras sudh di cuci sekali ,itu pun kalau di ingat
4.7 Evaluasi
Evaluasi asuhan keperawatan sebagai tahap akhir dari proses keperawatan
yang bertjuan untuk menilai akhir dan seluruh tindakan keperawatan yang telah
dilakuakn. Evaluasi bersifat sumatif, yaitu evaluasi dilaukan sekaligus pada akhir
dari semua tindakan keperawatan yang telah dilakuakn dan telah disebut juga
evaluasi pencapaian jangka panjang.
Kriteria hasil dari tindakan yang sudah penulis lakukan pada keluarga
Tn.A pada saat kunjungan ketiga pada tanggal 16 desember 2016 adalah :
1.Keluarga mengatakan bagaimana cara merawata anggota keluarga dengan baik
2.Keluarga mengatakan sudah mampu menjaga lingkungan rumah dengan baik
3.Keluarga mengatakan belum bisa mengubah dalam kebiasaan mencuci
BAB 5
PENUTUP

5.1 KESIMPULAN
Keluarga pada hakekatnya merupakan satuan terkecil sebagai inti dari
suatu sistem sosial yang ada dimasyarakat. Sebagai satuan terkecil, keluarga
merupakan miniatur dan embrio berbagai unsur sistem sosial manusia. Suasana
keluarga yang kondusif akan menghasilkan warga masyarakat yang baik karena
dalam keluargalah seluruh anggota keluarga belajar berbagai dasar kehidupan
masyarakat.
Keluarga merupakan kumpulan dua orang / lebih hidup bersama dg
keterikatan aturan dan emosional, dan setiap individu punya peran masing-
masing (friedman 1998). Dimana keluarga juga bagian atau unit terkecil dari
masyarakat yang beranggotakan dua orang ataupun lebih dan masing – masing
mempunyai ikatan perkawinan dan hubungan darah, mempunyai kepala dalam
rumah tangga, mempunyai peran masing – masing serta menganut suatu budaya
yang keluarga itu yakini. Keluarga mempunyai beberapa tipe dan memiliki fungsi.
Keluarga juga mempunyai struktur yang dapat digambarkan bagaimana keluarga
menjalankan peran dan fungsinya sebagai bagian dari masyarakat sekitar. Dalam
hal ini, perawat mempunyai peran juga untuk membantu keluarga untuk
menyelesaikan masalah kesehatan yang dihadapi oleh keluarga.

Perawatan keluarga yang komprehensif merupakan suatu proses yang rumit,


sehingga memerlukan suatu pendekatan yang logis dan sistematis. Dimana dalam
proses keperawatan keluarga akan relatif berbeda pada focus perawatannya.
Perbedaan focus perawatan tergantung pada konseptualisasi keluarga.Dalam
prakteknya, proses keperawatan keluarga menggunakan dua tingkatan yaitu
tingkatan ini digunakan untuk mengkaji dan melaksanakan keperawatan keluarga
dengan mengikuti langkah-langkah dalam proses keperawatan keluarga yaitu,
Pengkajian (pengkajian terhadap keluarga dan pengkajian dan anggota keluarga
secara individu), identifikasi masalah keluarga dan individu (diagnosa
keperawatan ), rencana perawatan, intervensi dan evaluasi perawatan.
5.2 SARAN
a.Keluarga
Diharapkan kepada keluarga selama melakukan implementasi diharapkan
keluarga juga ikut berpartisipasi dalam melakukan tindakan keperawatan yang
dilakukan
b.Penulis
Diharapkan selama pelaksanaan asuhan keperawatn keluarga ,mahasiswa lebih
memahami mengenai asuhan keperawatan atau intervensi yang akan dilakukan

Anda mungkin juga menyukai