SKRIPSI
Oleh:
DIYANA
NIM: 412319004
Laporan studi kasus ini telah mendapat persetujuan dan pengesahan oleh
pembimbing saya selama praktek di ruang mawar RSUD Mohammad. ZYN ,
yang dilaksanakan pada tanggal 01 Desember 2021 s/d 29 Desember 2021.
Mengetahui:
Pembimbing Akademik
i
KATA PENGANTAR
Hormat Saya
Diyana
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN......................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB I. PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................................1
1.2 Tujuan........................................................................................................2
1.2.1 Umum.............................................................................................2
1.3 Ruang Lingkup..........................................................................................2
1.4 Metode Penulisan.......................................................................................2
BAB II. KONSEP DASAR......................................................................................4
2.1 Konsep Dasar Blighted Ovum...................................................................4
2.1.1 Definisi Blighted Ovum.................................................................4
2.1.2 Etiologi...........................................................................................4
2.1.3 Tanda Gejala..................................................................................5
2.1.4 Diagnosis........................................................................................5
2.1.5 Pencegahan.....................................................................................5
2.1.6 Kehamilan Selanjutnya..................................................................6
2.2 Konsep Dasar Kuretase..............................................................................6
2.2.1 Pengertian Kuretase.......................................................................6
2.2.2 Tujuan Kuretase.............................................................................7
2.2.3 Persiapan Sebelum Kuretase..........................................................7
2.3 Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan.......................................14
2.3.1 Pengkajian Data...........................................................................14
2.3.2 Identifikasi Diagnosa dan Masalah..............................................19
2.3.3 Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial..............................19
2.3.4 Identifikasi Kebutuhan Segera.....................................................19
2.3.5 Intervensi......................................................................................19
2.3.6 Implementasi................................................................................20
2.3.7 Evaluasi........................................................................................20
BAB III. TINJAUAN KASUS...............................................................................21
3.1 Pengkajian................................................................................................21
3.2 Identifikasi Diagnosa dan Masalah..........................................................26
3.3 Identifikasi Diagnosadan Masalah Potensial...........................................27
3.4 Identifikasi Kebutuhan Segera.................................................................27
3.5 Intervensi..................................................................................................27
3.6 Implementasi............................................................................................28
3.7 Evaluasi....................................................................................................30
BAB IV. PEMBAHASAN.....................................................................................32
BAB V. PENUTUP................................................................................................33
5.1 Kesimpulan..............................................................................................33
5.2 Saran........................................................................................................33
3
BAB I. PENDAHULUAN
1
1.2 Tujuan
1.2.1 Umum
Mahasiswa mampu memahami asuhan kebidanan pada ibuhamil dengan
blighted ovum
1.2.2 Khusus
Setelah melakukan asuhan kebidanan pada klien dengan diagnosa kehamilan
blighted ovum, maka diharapkan siswa mempunyai bekal kemampuan :
a. Mengidentifikasi data klien dengan kehamilan blighted ovum.
b. Merumuskan diagnosa kebidanan atau identifikasi masalah pada klien dengan
blighted ovum.
c. Merumuskan rencana tindakan kebidanan pada ibu hamil dengan blighted
ovum
d. Melaksanakan rencana tindakan pada pasien blighted ovum.
e. Mampu mengevaluasi hasil tindakan kebidanan.
2
b. Observasi
Dengan cara mengatasi perilaku dan keadaan pasien untuk memperoleh
data tentang kesehatan pasien.
c. Studi dokumentasi
Mempelajari dan melengkapi data dengan jalan melihat catatan atau
status pasien
d. Studi pustaka
Dari buku-buku penunjang
3
BAB II. KONSEP DASAR
2.1.2 Etiologi
Hampir 60% kehamilan kosong disebabkan adanya kelainan kromosom
dalam proses pembuahan sel telur dan sel sperma.
Meskipun prosentasenya tidak terlalu besar, infeksi rubella, infeksi TORCH,
kelainan imunologi, dan sakit kencing manis/diabetes melitus yang tidak
terkontrol. Pada ibu hamil dapat menjadi menyebabkan terjadinya kehamilan
kosong.
Kian tua usia istri dan suami serta semakin banyak jumlah anak yang
dimiliki juga dapat memperbesar peluang terjadinya kehamilan kosong.
4
Kadang-kadang Blighted Ovum disebabkan rendahnya kadar hormon dalam
tubuh, akan tetapi penyebab utama kondisi ini nampaknya karena faktor
kromosom. Blighted Ovum terjadi ketika kromosom – kromosom yang
membentuk janin rusak atau terganggu, mengakibatkan kerusakan genetik yang
parah. Kemudian tubuh anda mengenali abnormalitas kromosom ini dan secara
alami berusaha untuk mengakhiri kehamilan.
2.1.4 Diagnosis
Satu-satunya cara untuk memastikan diagnosa Blighted Ovum adalah
melalui pemeriksaan USG. USG abdominal atau transvaginal akan
mengungkapkan ada tidaknya janin yang berkembang dalam rahim Anda.
2.1.5 Pencegahan
a. Melakukan imunisasi pada si ibu untuk menghindari masuknya virus rubella
ke dalam tubuh. Selain imunisasi, ibu hamil pun harus selalu menjaga
kebersihan diri dan lingkungan tempat tinggalnya.
b. Sembuhkan dahulu penyakit yang diderita oleh calon ibu. Setelah itu pastikan
bahwa calon ibu benar-benar sehat saat akan merencanakan kehamilan.
c. Melakukan pemeriksaan kromosom
5
d. Tak hanya pada calon ibu, calon ayah pun disarankan untuk menghentikan
kebiasaan merokok dan memulai hidup sehat saat prakonsepsi.
e. Periksakan kehamilan secara rutin. Sebab biasanya kehamilan kosong jarang
terdekteksi saat usia kandungan masih di bawah delapan bulan.
6
2.2.2 Tujuan Kuretase
Menurut ginekolog dari Morula Fertility Clinic, RS Bunda, Jakarta, tujuan
kuret ada dua yaitu:
a. Sebagai terapi pada kasus-kasus abortus. Intinya, kuret ditempuh oleh dokter
untuk membersihkan rahim dan dinding rahim dari benda-benda atau jaringan
yang tidak diharapkan.
b. Penegakan diagnosis. Semisal mencari tahu gangguan yang terdapat pada
rahim, apakah sejenis tumor atau gangguan lain. Meski tujuannya berbeda,
tindakan yang dilakukan pada dasarnya sama saja. Begitu juga persiapan yang
harus dilakukan pasien sebelum menjalani kuret.
7
Meskipun obat bius yang diberikan kecil sudah bisa bekerja dengan baik.
Untuk itu sebaiknya sebelum menjalani kuret ibu harus mempersiapkan
psikisnya dahulu supaya kuret dapat berjalan dengan baik. Persiapan
psikis bisa dengan berusaha menenangkan diri untuk mengatasi rasa
takut, pahami bahwa kuret adalah jalan yang terbaik untuk mengatasi
masalah yang ada. Sangat baik bila ibu meminta bantuan kepada orang
terdekat seperti suami, orangtua, sahabat, dan lainnya.
b. Minta Penjelasan Dokter
Hal lain yang perlu dilakukan adalah meminta penjelasan kepada dokter
secara lengkap, mulai apa itu kuret, alasan kenapa harus dikuret, persiapan
yang harus dilakukan, hingga masalah atau risiko yang mungkin timbul.
Jangan takut memintanya karena dokter wajib menjelaskan segala sesuatu
tentang kuret. Dengan penjelasan lengkap diharapkan dapat membuat ibu
lebih memahami dan bisa lebih tenang dalam pelaksanaan kuret
(Fajar, 2007).
c. Persiapan Tenaga Kesehatan Sebelum Kuretase
Melakukan USG terlebih dahulu, mengukur tekanan darah pasien, dan
melakukan pemeriksaan Hb, menghitung pernapasan, mengatasi perdarahan,
dan memastikan pasien dalam kondisi sehat dan fit (Damayanti, 2008).
d. Persiapan Alat
Alat tenun,
1) Baju operasi
2) Laken
3) Doek kecil,
Alat kuretase
1) Spekulum dua buah (Spekullum cocor bebek (1) dan SIM/L (2) ukuran
S/M/L)
2) Sonde penduga uterus
a) Untuk mengukur kedalaman rahim
b) Untuk mengetahui lebarnya lubang vagina
3) Cunam muzeus atau cunam porsio
8
4) Berbagai ukuran busi (dilatator) Hegar
5) Bermacam-macam ukuran sendok kerokan (kuret 1 set)
6) Cunam tampon satu buah
7) Kain steril dan handscoon 2 pasang
8) Tenakulum 1 buah
9) kom
10) Lampu sorot
11) Larutan antiseptik
12) Tensimeter, stetoskop, sarung tangan DTT
13) Set infus, aboket, cairan infus
14) Kateter karet 1 buah
15) Spuit 3 cc dan 5 cc
16) Oksigen dan regulator (Yara, 2011).
e. Saat Kuretase
Sebelum dilakukan kuretase, biasanya pasien akan diberikan obat
anestesi (dibius) secara total dengan jangka waktu singkat, sekitar 2-3 jam.
Setelah pasien terbius, barulah proses kuretase dilakukan.Ketika melakukan
kuret, ada 2 pilihan alat bantu bagi dokter. Pertama, sendok kuret dan
kanula/selang. Sendok kuret biasanya dipilih oleh dokter untuk mengeluarkan
janin yang usianya lebih dari 8 minggu karena pembersihannya bisa lebih
maksimal. Sedangkan sendok kanula lebih dipilih untuk mengeluarkan janin
yang berusia di bawah 8 minggu, sisa plasenta, atau kasus endometrium.
Alat kuretase baik sendok maupun selang dimasukkan ke dalam rahim
lewat vagina. Bila menggunakan sendok, dinding rahim akan dikerok dengan
cara melingkar searah jarum jam sampai bersih. Langkah ini harus dilakukan
dengan saksama supaya tak ada sisa jaringan yang tertinggal. Bila sudah
berbunyi “krok-krok” (beradunya sendok kuret dengan otot rahim)
menunjukkan kuret hampir selesai. Sedikit berbeda dengan selang, bukan
dikerok melainkan disedot secara melingkar searah jarum jam. Umumnya
kuret memakan waktu sekitar 10-15 menit (Fajar, 2007).
9
f. Teknik Kuretase
1) Tentukan Letak Rahim
Yaitu dengan melakukan pemeriksaan dalam. Alat – alat yang
dipakai umumnya terbuat dari metal dan biasanya melengkung karena itu
memasukkan alat – alat ini harus disesuaikan dengan letak rahim.
Gunanya supaya jangan terjadi salah arah (fase route) dan perforasi.
2) Penduga Rahim (sondage)
Masukkan penduga rahim sesuai dengan letak rahim dan tentukan
panjang ataudalamnya penduga rahim. Caranya adalah, setelah ujung
penduga rahim membentur fundus uteri, telunjuk tangan kanan
diletakkan atau dipindahkan pada portio dan tariklah sonde keluar, lalu
baca berapa cm dalamnya rahim.
3) Dilatasi dan Kuretase
Setelah pasien ditidurkan dalam letak litotomi dan dipersiapkan
sebagaimana mestinya, dilakukan pemeriksaan bimanual untuk sekali
lagi menentukan besar dan letaknya uterus serta ada atau tidaknya
kelainan disamping uterus.
Sesudah premedikasi diberikan, infus glukosa 5 % intravena
dengan 10 satuan oksitosin dipasang dan diteteskan perlahan-lahan untuk
menimbulkan kontraksi dinding uterus dan mengecilkan bahaya
perforasi. Kemudian anastesi umum, misalnya dengan penthotal sodium,
diberikan. Setelah spekulum vagina dipasang, satu atau dua serviks
menjepit dinding depan porsio uteri. Spekulum depan diangkat dan
spekulum belakang dipegang oleh seorang pembantu. Cunam dipegang
dengan tangan kiri si penolong untuk mengadakan fiksasi pada serviks
uteri dan untuk dapat mengatur kekuatan untuk dapat memasukkan busi
Hegar melalui ostium uteri internum. Sonde uterus dimasukkan dengan
hati-hati untuk mengetahui letak dan panjangnya kavum uteri. Sesudah
itu dilakukan dilatasi kanalis servikalis dengan busi hegar dari nomer
kecil hingga yang secukupnya, tetapi tidak lebih dari busi nomer 12 pada
seorang multipara. Panjang busi yang dimasukkan tidak boleh melebihi
10
panjang sonde uterus yang dapat masuk sebelumnya. Dilatasi pada
seorang primigravida lebih sulit dan mengandung lebih besar terjadinya
luka pada serviks uteri, sehingga lebih baik dilakukan pada kehamilan
yang lebih muda dan diadakan dilatasi yang sekecil-kecilnya.
Pada kehamilan sampai 6 atau 7 minggu pengeluaran isi rahim
dapat dilakukan dengan kuret tajam. Harus diusahakan agar seluruh
kavum uteri dikerok, agar ovum kecil tidak terlewat, kerokan dilakukan
secara sistematis menurut puteran jarum jam.
Apabila kehamilan melebihi 6-7 minggu, digunakan kuret tumpul
sebesar yang dapat dimasukkan. Setelah hasil konsepsi untuk sebagian
besar lepas dari dinding uterus, maka hasil tersebut dapat dikeluarkan
sebanyak mungkin dengan cunam abortus, kemudian dilakukan kerokan
hati-hati dengan kuret tajam yang cukup besar. Apabila perlu,
dimasukkan tampon kedalam kavum uteri dan vagina, yang harus
dikeluarkan esok harinya.
4) Dilatasi dengan dua tahap
Pada seorang primigravida, atau pada seorang multipara yang
memerlukan pembukaan kanalis servikalis yang lebih besar (misalnya
untuk mengeluarkan mola hidatidosa) dapat dilakukan dilatasi dalam dua
tahap. Dimasukkan dahulu ganggang laminaria dengan diameter 2-5 mm
dalam kanalis servikalis dengan ujung atasnya masuk sedikit kedalam
kavum uteri dan ujung bawahnya masih di vagina, kemudian dimasukkan
tampon kasa kedalam vagina.
Ganggang laminaria memiliki kemampuan untuk mengabsorpsi air,
sehingga diameternya bertambah dan mengadakan pembukaan dengan
perlahan-lahan pada kanalis servikalis. Sesudah 12 jam ganggang
dikeluarkan dan pembukaan dapat dibesarkan dengan busi hegar, bahaya
pemakaian ganggang laminaria adalah infeki dan perdarahan mendadak.
5) Kuretase dengan cara penyedotan (suction curettage)
11
Dalam tahun-tahun terakhir cara ini lebih banyak digunakan oleh
karena perdarahan tidak seberapa banyak dan bahaya perforasi lebih
kecil.
Setelah diadakan persiapan seperlunya dan letak serta besarnya
uterus ditentukan dengan pemeriksaan bimanual, bibir depan serviks
dipegang dengan cunam serviks, dan sonde uterus dimasukkan untuk
mengetahui panjang dan jalannya kavum uteri. Anastesi umum dengan
penthotal sodium, atau anastesia paracervikal block dilakukan dan 5
satuan oksitosin disuntikkan pada korpus uteri dibawah kandung kencing
dekat pada perbatasannya pada serviks. Sesudah itu, jika perlu diadakan
dilatasi pada serviks agar dapat memasukkan kuret penyedot yang
besarnya didasarkan pada tuanya kehamilan (diametr antara 6 dan 11
mm). Alat tersebut dimasukkan sampai setengah panjangnya kavum uteri
dan kemudian ujung luar dipasang pada alat pengisap (aspirator).
Penyedotan dilakukan dengan tekanan negatif antara 40-80 cm dan
kuret digerakkan naik turun sambil memutar porosnya perlahan-lahan.
Pada kehamilan kurang dari 10 minggu abortus dapat diselesaikan dalam
3-4 menit. Pada kehamilan yang lebih tua, kantong amnion dibuka
dahulu dengan kuret dan cairan serta isi lainnya diisap keluar. Apabila
masih ada yang tertinggal, sisa itu dikeluarkan dengan kuret biasa
(Prawirohardjo, 2007).
6) Cunam Abortus
Pada abortus inisipiens, dimana sudah kelihatan jaringan, pakailah
cunam abortus untuk mengeluarkannya yang biasanya diikuti oleh
jaringan lainnya. Dengan demikian sendok kuret hanya dipakai untuk
membersihkan sisa – sisa yang ketinggalan saja.
Perhatian : Memegang, mamasukkan dan menarik alat – alat
haruslah hati – hati. Lakukanlah dengan lembut sesuai dengan arah dan
letak rahim (Harnawatiaj, 2008).
g. Perawatan Setelah Kuretase
12
Perawatan usai kuretase pada umumnya sama dengan operasi-operasi
lain. Harus menjaga bekas operasinya dengan baik, tidak melakukan aktivitas
yang terlalu berat, tidak melakukan hubungan intim untuk jangka waktu
tertentu sampai keluhannya benar-benar hilang, dan meminum obat secara
teratur. Obat yang diberikan biasanya adalah antibiotik dan penghilang rasa
sakit. Jika ternyata muncul keluhan, sakit yang terus berkepanjangan atau
muncul perdarahan, segeralah memeriksakan diri ke dokter. Mungkin perlu
dilakukan tindakan kuret yang kedua karena bisa saja ada sisa jaringan yang
tertinggal. Jika keluhan tak muncul, biasanya kuret berjalan dengan baik dan
pasien tinggal menunggu kesembuhannya.
Hal-hal yang perlu juga dilakukan:
1) Setelah pasien sudah dirapihkan, maka perawat mengobservasi keadaan
pasien dan terus memastikan apakah pasien sudah bernapas spontan atau
belum
2) Setelah itu pasien dipindahkan ke recovery room
3) Melakukan observasi keadaan umum pasien hingga kesadaran pulih
4) Pasien diberikan oksigen 2 liter/menit melalui nasal kanule dan tetap
observasi keadaan pasien sampai dipindahkan ke ruangan perawatan.
h. Konseling pasca tindakan
i. Melakukan dekontaminasi alat dan bahan bekas operasi
j. Dampak Setelah Kuretase
Terkadang kuret tidak berjalan lancar. Meskipun telah dilakukan oleh
dokter kandungan yang sudah dibekali ilmu kuret namun kekeliruan bisa saja
terjadi. Bisa saja pada saat melakukannya dokter kurang teliti, terburu-buru,
atau jaringan sudah kaku atau membatu seperti pada kasus abortus yang tidak
ditangani dengan cepat. Berikut adalah dampaknya:
1) Perdarahan
Bila saat kuret jaringan tidak diambil dengan bersih, dikhawatirkan
terjadi perdarahan. Untuk itu jaringan harus diambil dengan bersih dan
tidak boleh tersisa sedikit pun. Bila ada sisa kemudian terjadi perdarahan,
maka kuret kedua harus segera dilakukan. Biasanya hal ini terjadi pada
13
kasus jaringan yang sudah membatu. Banyak dokter kesulitan melakukan
pembersihan dalam sekali tindakan sehingga ada jaringan yang tersisa.
Namun biasanya bila dokter tidak yakin sudah bersih, dia akan memberi
tahu kepada si ibu, “Jika terjadi perdarahan maka segera datang lagi ke
dokter.”
2) Cerukan di Dinding Rahim
Pengerokan jaringan pun harus tepat sasaran, jangan sampai
meninggalkan cerukan di dinding rahim. Jika menyisakan cerukan,
dikhawatirkan akan mengganggu kesehatan rahim.
3) Gangguan Haid
Jika pengerokan yang dilakukan sampai menyentuh selaput otot
rahim, dikhawatirkan akan mengganggu kelancaran siklus haid.
4) Infeksi
Jika jaringan tersisa di dalam rahim, muncul luka, cerukan,
dikhawatirkan bisa memicu terjadinya infeksi. Sebab, kuman senang
sekali dengan daerah-daerah yang basah oleh cairan seperti darah.
14
Apakah ibu sekarang sedang menderita penyakit menular (TBC,
Hepatitis), menurun (DM, Hipertensi, Asma), PMS (Kondiloma,Sifilis
HIV/AIDS dll) dan menahun (Jantung).
15
10) Riwayat kehamilan sekarang
a) Trimester I : apakah ibu mengalami keluhan yang biasanya
terjadi pada hamil muda seperti mual muntah,
periksa ke mana, sebanyak berapa kali dan
mendapattablet tambah darah,vitamin lain
b) Trimester II : apakah ibu mengalami keluhan , apakah ibu
sudah merasakanadanya gerakan janin, periksa
sebanyak berapa kali, mendapat TT berapa
kali apakah ibu mengikuti senam hamil
dan melakukan perawatan payudara.
c) Trimester III : apakah ibu mengalami keluhan seperti
merasakan sesak, sering kencing, dll. Periksa
kemana,apakah ibu sudah merasakan kenceng-
kenceng dan mengeluarkan cairan darah/lendir dari
kemaluannya.
11) Riwayat KB
Ibu pernah menggunakan kontrasepsi apa, apa rencana KB, alasan
memilih KB tersebut dan ingin berapa lama.
12) Pola kebiasaan sehari-hari
a) Pola nutrisi
Berhubungan dengan persiapan kuretase, pasien diharuskan
untuk puasa sebelum operasi karena berhubungan dengan proses
anastesi terhadapsaluran pencernaan yang dapat berpengaruh
terhadap jalannyakuretase.
b) Pola eliminasi
Sebelum dilakukan operasi, harus dilakukan lavemen/huknah
untuk mengosongkan usus (saluran pencernaan) tujuannya agar pada
waktudilakukan operasi, feses tidak keluar karena pengaruh anastesi
sehingga kesterilan ruangan tetap terjaga.
c) Personal hygiene
16
Berhubungan dengan kebersihan tubuh, terutama alat
reproduksi (dariarah depan ke belakang), berapa kali ibu mandi,
ganti pakaian atau membersihkan genetalianya.
d) Pola istirahat/tidur
Berhubungan dengan kecukupan kebutuhan istirahat,
normalnya 9-10 jam.Polaaktivitas berhubungan dengan kegiatan ibu
sehari-hari, apakah mempengaruhi kehamilan dan janinnya.
e) Pola seksual
Terutama hormon progesteron yang tidak cepat turun
walaupun UKcukup, sehingga kepekaan uterus terhadap oksitoxin
kurang. Dan yang paling menentukan adalah produksi prostaglandin
kurang yang menyebabkan his tidak kuat / tidak ada.
f) Pola kebiasaan lain
Berhubungan dengan kebiasaan minum alkohol, jamu-jamuan
yang dapat mempengaruhi proses persalinan.
13) Data psikososial
Bagaimana hubungan ibu dan keluarga, apakah ibu terlibat dalam
kegiatan:
a) sosial di sekitar rumah. Bagaimana tanggapan keluarga terhadap
kehamilan sekarang.
b) Data Obyektif
(1) Pemeriksaan Umum
Untuk mengetahui keadaan ibu, apakah normal / tidak
KU : baik, cukup, sedang
Kesadaran : CM, apatis, somnolen, koma.
TTV dalam batas normal
TD : 90/60 – 130/90 mmHg
Nadi : 80 – 88 x/mnt
Suhu : 36,5 – 37,5 ºC
RR : 16 – 24 x/mnt
TB : > 145 cm
17
BB : Kenaikan BB normal 9 – 13,5 kg selama hamil
(2) Pemeriksanaan Khusus
(a) Inspeksi
Kepala : Apakah bersih, rambut rontok
Muka : Apakah pucat, apakah odem, adakah
kloasma gravidarum
Mata : Apakah konjungtiva pucat, sklera kuning /
tidak, penglihatan normal / tidak
Hidung : Simetris, ada sekret / tidak
Telinga : Simetris, ada serumen / tidak
Mulut : Bersih / tidak, pucat / tidak, caries gigi /
tidak, stomatitis / tidak
Leher : Apakah ada pembesaran kelenjar tiroid dan
vena jugularis
Abdomen : Ada bekas operasi/ tidak, ada striae livida /
albican, linea nigra / tidak
Genetalia : Bersih / tidak, ada varises / tidak, lochea
Anus : Ada hemoroid
Ekstrimitas : Simetris, ada odem, tidak varises, ada nyeri
tekan / tidak
(b) Palpasi
Leher : Apakah ada pembesaran kelenjar tiroid dan
vena jugularis
Payudara : Adakah benjolan abnormal/tidak, colostrum
–/+
Abdomen : Apakah kembung, terdapat pus, TFU
berapa, UC
Ekstrimitas : Adanya odem / tidak, varises ada / tidak
(c) Auskultasi
Dada : Apakah ada wheezing / ronchi.
Perut : Bagaimana bising usus, kembung
18
(d) Data Penunjang
USG: Hasil : kehamilan kosong hanya terlihat kantong
kehamilan dengan cairan didalamnya.
19
2.3.4 Identifikasi Kebutuhan Segera
- Kolaborasi dokter dalam pemberian terapi.
- KIE motivasi dan dukungan moral ibu
2.3.5 Intervensi
Dx : GII P1001 Ab000 UK 10-12 minggu dengan blighted ovum
Tujuan : Kuretase berjalan normal tanpa komplikasi.
Kriteria hasil : - Tanda-tanda vital dalam batas normal.
Keadaan umum ibu baik
Intervensi
a. Lakukan pendekatan pada pasien dan keluarga.
R/ Membina hubungan yang harmonis sehingga proses asuhan
dapat berjalan lancar dan ibu kooperatif.
b. Observasi tanda-tanda vital.
R/ Sebagai indikator untuk mengetahui adanya penyimpangan
c. Jelaskan pada ibu atas kehamilannya yang merupakan kehamilan
kosong
R/ untuk memberikan pandangan bahwa janinnya tidak
berkembang dan harus diterminasi
d. Beri konseling pada ibu tentang tindakan kuretase yang harus dilakukan
demi keselamatan ibu karena kehamilan tersebut tidak normal.
R/ sebagai dasar bahwa yang dilakukan untuk keselamatan ibu
e. Siapkan ibu, untuk persiapan tindakan kuretase
R/ segala bentuk persiapan dilakukan sebelum kuretase dilakukan
f. Melakukan tindakan kuretase oleh dokter spesialis
R/ untuk mengakhiri kehamilan
2.3.6 Implementasi
Sesuai dengan intervensi
2.3.7 Evaluasi
20
Mengacu pada kriteria hasil
21
BAB III. TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN
PADA NY “A” GII P1001 AB000 UK 10-12 MINGGU DENGAN BLIGHTED
OVUM
DI RS MANU HUSADA
3.1 Pengkajian
Tanggal : 08 Maret 2014 Tgl MRS :08 Maret 2014
Jam : 15.50 WIB Jam MRS :15.35 WIB
Tempat : RS MANU HUSADA
A. Data Subyektif
1. Biodata
Nama klien : Ny “A” Nama suami : Tn “S”
Umur : 30 tahun Umur : 31tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Sales
Alamat : Jl.Pelabuhan Selilir Alamat : Jl.Pelabuhan
Selilir, Wagir
2. Keluhan utama
Ibu mengatakan keluar bercak darah sedikit kemarin pagi jam 05.30
dan merasa sakit perut (mules) hilang timbul.
3. Riwayat kesehatan yang lalu
Ibu mengatakan tidak sedang menderita penyakit menular (TBC,),
menurun (DM, Hipertensi, Asma), dan menahun (Jantung).
4. Riwayat kesehatan sekarang
Ibu mengatakan tidak sedang menderita penyakit menular(TBC),
menurun seperti (DM,Hipertensi,Asma),dan menahun (Jantung),ibu hanya
pernah sakit batuk filek dan tidak pernah masuk RS.
22
5. Riwayat penyakit keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit
menular(TBC,),menurun (DM, Hipertensi, Asma),dan menahun (jantung),
serta tidak ada riwayat kembar.
6. Riwayat haid
Menarche : 13 tahun
Siklus : 30 hari
Lama : 7 hari
Banyaknya : ganti pembalut ± 2-3/ hari
Keluhan waktu haid : Tidak ada keluhan
HPHT : 18-12-13
TP : 25-09-14
7. Riwayat perkawinan
Status perkawinan : Kawin
Kawin ke : 1 tahun
Lama : 9 tahun
Umur saat menikah : 21 tahun
8. Riwayat KB
Jenis : Suntik 3 bulan danPil KB
Lama : 1 tahun
Keluhan : terkadang sering ganti-ganti KB suntik 3 bulan dan pil KB
9. Rencana KB yang akan datang :
Jenis : belum ingin KB karena ingin punya anak
10. Riwayat kehamilan, pesalinan, dan nifas yang lalu
Hamil Persalinan Anak Nifas M
No H.ke Jenis Pnlg Cara Pnyk sex BB/PB H/M Umur HR ASI
t
1 I tungga bidan normal - P 2.800g/ H 7 th 40 lanca -
l 49 cm hr r -
2 Hamil ini -
23
11 Riwayat kehamilan dan persalinan sekarang
Riwayat Kehamilan
Trimester I : Ibu mengatakan memeriksakan kehamilannya ke bidan
sebanyak 1 kali mengeluh kadang mual muntah
HE : Jangan makan-makanan yang memicu mual, banyak
istirahat, makan sedikit-sedikit tapi sering.
Terapi : Hasil Plano Test (+) , Fe,Kalk, dan Vitamin BC.
12. Pola Kebiasaan Sehari-hari
Kebiasaan Sebelum Hamil Saat Hamil
Nutrisi Makan 3×/hari (pagi, siang, Makan 2-3x/hari.Makan
sore) dengan komposisi : sedikit karena kurang
nasi, lauk dan sayur. Minum nafsu makan dikarenakan
air putih 1000 l (± 8 mual-mual. Minum air 6-
gelas/hari), teh 500 cc (± 2 7 gelas/hari, kadang
gelas/hari), ditambah susu minum the dan susu, Di
RS ibu dipuasakan.
Pola Eliminasi BAB 1-2 ×/hari rutin, BAB 1-2 ×/hari rutin,
konsistensi lunak, warna konsistensi lunak, warna
kuning, bau khas feses. kuning, bau khas feses.
BAK ± 52-3×/hari, warna BAK ± 5-6×/hari, warna
kuning jernih, bau khas. kuning jernih, bau khas.
Di RS, ibu BAK 1x
sebelum dikuretase.
Kebersihan Ibu mandi 2×/hari, keramas Ibu mandi 2×/hari,
2 hari sekali, ganti baju dan keramas 2 hari sekali,
celana dalam sehabis mandi. ganti baju dan celana
dalam sehabis mandi.
24
Kebiasaan Sebelum Hamil Saat Hamil
25
RR : 20 x/mnt Lila : 25 cm
2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
- Anus : Tidak ada hemoroid.
- Dada : Simetris, tidak ada retraksi dada.
- Ekstremitas : Tidak ada oedem dan varises.
- Genetalia : Vulva vagina terlihat bercak darah warna kecoklatan,
tidak ada kelainan pada vulva,
- Hidung : Bersih, tidak ada secret,tidak ada polip.
- Kepala : Bulat, tidak ada luka, kulit kepala bersih.
- Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada
bendungan vena jugularis.
- Mata : Simetris, sklera tidak icterus, konjungtiva merah
muda, tidak ada gangguan penglihatan.
- Muka : tidak Pucat, tidak ada oedem, ekspresi wajah
grimace / meringis,cloasma gravidarum tidak ada.
- Mulut : Bibir kering, tidak pecah-pecah.
- Payudara : Simetris, tidak ada hiperpigementasi areola dan papila
mammae tidak menonjol, bersih,
- Perut : Tidak ada pembesaran abnormal, tidak ada strie
gravidarum,
- Rambut : Hitam, lurus tidak rontok, bersih.
- Telinga : Simetris, tidak ada serumen, tidak ada gangguan
pendengaran.
b. Palpasi
- Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, limfe dan
bendungan vena jugularis.
- Payudara : Tidak terdapat benjolan abnormal, ASI belum keluar,
tidak ada nyeri tekan.
- Perut : Kembung (-), TFU belum teraba, ballottement +, ada
nyeri tekan
26
c. Pemeriksaan Penunjang
- Plano tes (+)
- USG Hasil : kehamilan kosong hanya terlihat kantong kehamilan
dengan cairan didalamnya.
3.2 Identifikasi Diagnosa dan Masalah
Dx : Ny “A” GII P1001 Ab000 UK 10-12 minggu dengan
blighted ovum
Ds : Ibu mengatakan keluar bercak darah sedikit sejak kemarin
pagi dan merasa sakit perut (mules) hilang timbul.
Do : K/U : baik
Kesadaran : composmentis
Tanda-tanda vital :
TD : 110/70 mmHg
Nadi : 87 x/mnt TB : 150cm
Suhu : 36,5o C BB : 50 kg
RR : 20 x/mnt lila :24 cm
Inspeksi
- Abdomen : tidak ada linea alba dan linea ngra, tidak ada luka bekas
operasi
- Genitalia : tampak keluar bercak darah, tidak ada tanda-tanda PMS.
Palpasi
- Abdomen : TFU belum teraba, ballottement +
- Ekstremitas : Tidak oedema
Auskultasi
- Dada : Tidak ada wheezing / ronchi.
- Perut : Bising usus(-)
Perkusi
- Perut : kembung (-)
27
3.3 Identifikasi Diagnosadan Masalah Potensial
Pada ibu
o Perdarahan pervaginam
o Infeksi setelah kuretase
3.5 Intervensi
Tanggal : 08 maret 2014 Jam : 16.00 WIB
Tempat : RS MANU HUSADA
28
Intervensi
1. Lakukan pendekatan pada pasien dan keluarga.
R/ Membina hubungan yang harmonis sehingga proses asuhan dapat berjalan
lancar dan ibu kooperatif.
2. Observasi tanda-tanda vital.
R/ Sebagai indikator untuk mengetahui adanya penyimpangan
3. Jelaskan pada ibu atas kehamilannya yang merupakan kehamilan kosong
R/ untuk memberikan pandangan bahwa janinnya tidak berkembang dan
harus diterminasi
4. Beri konseling pada ibu tentang tindakan kuretase yang harus dilakukan demi
keselamatan ibu karena kehamilan tersebut tidak normal.
R/ sebagai dasar bahwa yang dilakukan untuk keselamatan ibu
5. Siapkan ibu, untuk persiapan tindakan kuretase
R/ segala bentuk persiapan dilakukan sebelum kuretase dilakukan
6. Lakukan pemasangan oksigen sebelum kuretase
R/ memenuhi kebutuhan oksigen selama kuretase dilakukan
7. Lakukan tindakan kuretase oleh dokter spesialis
R/ untuk mengakhiri kehamilan
8. Observasi Tensi, SpO2, dan nadi pasien selama kuretase dilakukan
R/ mengidentifikasi adanya penyimpangan
9. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat
10. Melakuan pemantauan keadaan ibu pasca kuretase.
3.6 Implementasi
Tanggal : 08 maret 2014 Jam : 16.55 WIB
1 Melakukan pendekatan pada keluarga guna untuk membina
hubungan yang harmonis sehingga proses asuhan dapat berjalan
lancar dan ibu kooperatif.
2 Mengobservasi tanda-tanda vital
29
Nadi : 87 x/menit
Suhu : 36.5 °C
RR : 20x/menit
TD : 100/70 mmHg
3 Menjelaskan pada ibu atas kehamilannya yang merupakan
kehamilan kosong
Ibu mengerti bahwa kehamilannya saat ini merupakan kehamilan
kosong, ibu mencemaskan kehamilannya
4 Memberi konseling pada ibu tentang tindakan curretage yang harus
dilakukan demi keselamatan ibu karena kehamilan tersebut tidak
normal. Ibu mengerti, ibu dan suami bersedia dilakukan tindakan
curretage,
5 Menyiapkan ibu, untuk persiapan tindakan kuretase
Pasien siap ditempat tidur
6 Melakukan pemasangan oksigen sebelum kuretase
Oksigen terpasang dengan tekanan 1 liter/mnt
7 Melakukan tindakan curretage oleh dokter spesialis
kuretase telah dilakukan tgl 08 Maret 2014 jam 17.00-17.16,
kuretase berjalan lancar.
Perdarahan : ±80 cc, didapatkan selaput ketuban, cairan amnion,
dan jaringan
30
10 Melakuan pemantauan keadaan ibu pasca curretage.
Keadaan ibu dipantau dengan lembar observasi
Hasil: TD:100/70 perdarahan : ± 20 cc
N : 72 x/mnt
3.7 Evaluasi
Tanggal : 08 Maret 2014
Jam : 18.10 WIB
Dx : Pada Ny “ A” GIIP1001 Ab000 UK 10-12 minggu dengan post curretage
S : ibu mengatakan kepalanya masih pusing dan serasa mengantuk setelah
dikuretase,
O : - Keadaan umum : lemah
- Kesadaran : samnollen
- Ekspresi wajah : grimace / meringis
- TTV dalam batas normal :
TD : 100/70 mmHg Perdarahan : ± 20 cc
N : 72 x/menit
S : 36.5℃
RR : 20 x/menit
- ibu belum BAK/BAB
- ibu belum makan/minum
A : Pada Ny “ A” GIIP1001 Ab000 UK 10-12 minggu dengan post curretage
Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi (10)
Catatan Perkembangan
Tanggal : 08 maret 2014 Jam: 19.00 WIB
Dx : Pada Ny “ A” GIIP1001 Ab000 UK 10-12 minggu dengan post curretage
Ds : - Ibu sudah tidak pusing lagi
- Ibu sudah bisa duduk ditempat tidur
31
Do : - Keadaan umum : baik
- Kesadaran : composmentis
- TTV dalam batas normal :
TD : 100/70 mmHg Perdarahan : ± 20 cc
N : 78 x/menit
S : 36.5℃
RR : 18 x/menit
- Ibu sudah BAK, BAB (-)
- Ibu sudah makan dan minum
A : masalah teratasi
P : 1. Anjurkan ibu untuk mobilisasi duduk dan berjalan.
2. KIE tentang nutrisi (gizi seimbang)
3. Observasi perdarahan ibu
4. Jelaskan bahwa perdarahan ibu akan berhenti beberapa hari setelah
kuretase
5. Berikan konseling tentang rencana kehamilan selanjutnya
6. Berikan ibu obat oral :
- Amoxan3x1 Dosis 500 mg
- Pospargin 3 x1/hari
32
BAB IV. PEMBAHASAN
Kuretase dapat dilakukan atas indikasi blighted ovum Setelah dilakukan
pengkajian data pada NY”A” didapatkan bahwa NY”A” GII P1001 Ab000
dengan Blighted Ovum.
Dari hasil pengkajian didapatkan diagnosa NY”A” GII P1001 Ab000
dengan Blighted Ovum . Untuk mencegah terjadinya komplikasipasca kuretase
maka dilakukan identifikasi kebutuhan segera yaitu : Observasi TTV, Observasi
perdarahan, Observasi cairan infus, Observasi kesadaran, melakukan KIE dan
kolaborasi dengan dokter SpOG dalam pemberian terapi.
Dari diagnosa diatas direncanakan tindakan perawatan yaitu : Melakukan
observasi TTV sebagai indikator untuk mengetahui penyimpangan, , melakukan
observasi cairan infus, memotivasi ibu untuk mobilisasi bertahap guna untuk
mempercepat pemulihan kondisi ibu, memotivasi ibu untuk makan makanan
bergizi, melakukan kolaborasi dengan dokter SpOG dalam pemberian terapi,
adapun terapi yang diberikan untuk NY”A” adalah injeksi :
Primperan,Gentamicin. obat oral: Amoxan3x1 Dosis 500 mg, Pospargin 3
x1/hari,.Rencana tindakan diatas semuanya dilakukan pada NY”A”,berjalan
lancar sesuai rencana tanpa ada masalah. Setelah diberikan penanganan dan
dievaluasi NY”A” membaik dan diijinkan pulang . Nasihat yang diberikan pada
NY”A” sebelum pulang antara lain : Personal hygenis, aktivitas yang berat
dihindari, menjaga kebersihan dirii, dan pola nutrisi. Hasil yang
didapatkan NY”A” paham tentang cara perawatan dirinya, dan NY”A” kooperatif
dalam tindakan yang dilakukan.
33
BAB V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Blighted ovum adalah keadaan dimana seorang wanita merasa hamil tetapi
tidak ada bayi di dalam kandungan. Seorang wanita yang mengalaminya juga
merasakan gejala-gejala kehamilan seperti terlambat menstruasi, mual dan muntah
pada awal kehamilan (morning sickness), payudara mengeras, serta terjadi
pembesaran perut, bahkan saat dilakukan tes kehamilan baik test pack maupun
laboratorium hasilnya pun positif. Pada kasus didapatkan ny”A” GII P1001
Ab000 dengan blighted ovum dilakukan terminasi kehamilan dengan dilakukan
kuretase.
5.2 Saran
• Tenaga Kesehatan
Diharapkan dapat meningkatkan pelayanan serta harus mampu
mengenali tanda- tanda bahaya yang terjadi pada ibu post partum sehingga
dapat memberikan pelayanan yang cepat dan tepat sehingga dapat mencegah
terjadinya komplikasi.
34