Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH KELOMPOK 1

KONSELING POPULASI KHUSUS


Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Konseling populasi
Khusus
yang diampu oleh :
Dr. Edidon Hutasuhut M.Pd

Disusun oleh Kelompok 1 :

SELPIYANI SIMANJORANG
HOTMAIDA LESTARI BUTAR-BUTAR
WONDERALDO PASARIBU
IKO HARTANTA GINTING
JAPOLTAK GULTOM

Kelas : BK Reguler- A 2018

PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan yang mahakuasa
yang mana masih diberi kesehatan Jasmani dan Rohani serta Atas berkat dan
rahmat_Nya tim kelompok dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Konseling
populasi khusus mengenai Makalah. Tak lupa juga penulis ucapkan terima kasih
kepada dosen mata kuliah Konseling populasi khusus yaitu Bpk Dr. Edidon
Hutasuhut M.Pd yang membimbing tim kelompok dalam pembuatan laporan
makalah. Tim kelompok juga berterima kasih kepada teman-teman yang turut
membantu dalam menyelesaikan laporan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Maka dari itu, penulis mohon maaf sebesar-besarnya atas ketidaksempurnaan
yang terdapat dalam makalah ini.Oleh sebab itu, kritik dan saran para pembaca
sangat penulis harapkan untuk perbaikan tugas ini dikemudian hari.Semoga tugas
ini bermanfaat dan menambah wawasan para pembaca.

Medan , 28. Februari 2021

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................i

DAFTAR ISI....................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.......................................................................................................1


1.2 Tujuan....................................................................................................................1
1.3 Manfaat..................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................2

2.1 Pengertian Bimbingan dan Konseling...................................................................2


2.2 Tujuan Bimbingan dan Konseling.........................................................................2
2.3 Permasalahan di RSJ Solusi dan Pendekatan Konseling.......................................2
2.4 Apa Jenis jenis pelanggaran di RSJ.......................................................................2
2.5 Jumlah rumah sakit jiwa di indonesia...................................................................2

BAB III PENUTUP.........................................................................................................6


3.1 Simpulan................................................................................................................6
3.2 Saran......................................................................................................................6

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................7

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Secara umum bimbingan dan konseling telah memiliki kedudukan yang


sangat kuat. Setiap lembaga pendidikan selayaknya memiliki unit bimbingan dan
konseling dalam upaya optimalisasi potensi pendidikan. Bimbingan konseling
merupakan serangkaian program layanan yang diberikan kepada peserta didik
agar mereka mampu berkembang lebih baik. Bimbingan konseling dilaksanakan
disekolah-sekolah mulai dari tingkat dasar, bahkan pra sekolah sampai dengan
tingkat tinggi.
Pada umumnya fungsi bimbingan konseling yang banyak
dilakukan adalah fungsi penyembuhan. Bimbingan berpusat pada diri individu,
berdasarkan pada kemampuan dan kebutuhan individu agar ia mampu mengatasi
dirinya sendiri dan mengembangkan segenap kemampuan yang dimiliki. Fungsi
bimbingan dan konseling ini juga berlaku bagi yang memiliki gangguan jiwa.
Namun untuk melakukan konseling, konselor harus tahu betul jenis layanan
bimbingan apa yang benar-benar cocok bagi yang memiliki gangguan jiwa.
Gangguan jiwa merupakan masalah kesehatan yang kini bisa semakin
sering kita jumpai, khususnya di kota besar seperti Jakarta. Penyebab gangguan
tersebut ada banyak, mulai dari beban hidup, tekanan pekerjaan, masalah
ekonomi, dan masih banyak lagi.
Namun, keluarga mana yang tega untuk memasukkan sanak saudaranya
yang mengalami gangguan jiwa ke rumah sakit jiwa. Itulah mengapa ada
beberapa keluarga yang memilih untuk merawat sendiri pengidap di rumah.
Namun, merawat pengidap gangguan jiwa dikhawatirkan juga bisa berdampak
pada psikologi orang yang merawatnya
Merawat orang dengan gangguan jiwa memang tidak mudah. Pasalnya,
selain harus membantu pengidap untuk melakukan kegiatannya sehari-hari,
pengidap gangguan jiwa kadang-kadang juga menunjukkan perilaku yang agresif
dan emosi yang tidak terkendali. Enggak heran bila orang yang merawat pengidap
gangguan jiwa atau yang disebut juga caregiver lama-kelamaan juga bisa ikut
mengalami stres, bahkan terganggu mentalnya.

Seseorang bisa dikatakan mengalami sakit jiwa, bila ia merasa sangat


tertekan hingga tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari secara normal. Perlu
diketahui, sakit jiwa ada banyak jenisnya dan masing-masing jenis memiliki
gejala yang berbeda. Namun, biasanya, orang yang mengalami gangguan jiwa
akan menunjukkan beberapa gejala tertentu, seperti perubahan suasana hati yang
sangat drastis dari sangat sedih menjadi sangat gembira atau sebaliknya, merasa

1
ketakutan atau cemas secara berlebihan, menarik diri dari kehidupan sosial, sering
marah dan suka melakukan kekerasan, serta mengalami delusional.
Beberapa jenis gangguan jiwa, yaitu gangguan kecemasan, gangguan kepribadian,
gangguan afektif atau mood, gangguan psikosis, gangguan tidak mampu
mengontrol keinginan, gangguan pola makan, gangguan obsesif-kompulsif atau
OCD, dan masih banyak lagi. Tidak semua jenis gangguan jiwa tidak bisa
disembuhkan. Gangguan psikosis, seperti skizofrenia sebenarnya masih bisa
ditolong. Syaratnya, pengobatannya tidak boleh terlambat dan harus dilakukan
secara tepat. Sekitar 25 persen pengidap skizofrenia bisa sembuh setelah diobati
secara cepat dan tepat.

1.2 Tujuan dan Manfaat

1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Konseling populasi khusus


2. Untuk menambah pengetahuan mengenai bagaimana RSJ di indonesia.
3. Sebagai kegiatan pendukung untuk mengembangkan dan  membentuk
kreativitas dalam proses perkuliahan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN BIMBINGAN DAN KONSELING

1. Pengertian Bimbingan dan Konseling

Bimbingan asal katanya dari to guide kemudian menjadi guidance yang


mana bimbingan disini diberikan kepada orang atau sekelompok orang yang
mengalami maladjusmen, yaitu kegoncangan pribadi, konflik batin, salah aturan
stress dan lain-lain. Sedangkan menurut para ahli, bimbingan adalah arahan,
tuntunan, pertolongan, yang diberikan kepada individu atau kelompok individu
dalam menghindari atau mengatasi kesulitan hidupnya sesuai dengan
perkembangan pribadinya agar supaya menyesuaikan dirinya untuk kesejahteraan
hidupnya.

Konseling diambil dari bahasa Inggris counseling dulu diterjemahkan


dengan penyuluhan (bersifat umum), sekarang diartikan konseling itu sendiri
(bersifat spesifik mengenai kejiwaan). Pelayanan konseling merupakan jantung
hati dari usaha layanan bimbingan secara keseluruhan (counseling is the heart of
guidance program). Konseling adalah bantuan pertolongan, tuntunan yang di
berikan kepada seseorang untuk mengatasi kesulitan atau masalah secara langsung
berhadapan muka atau face to face relation untuk mencapai kesejahteraan hidup.

2.2 TUJUAN BIMBINGAN DAN KONSELING


 Tujuan Bimbingan Dan Konseling

Tujuan bimbingan dan konseling merupakan pernyataan yang


menggambarkan kualitas perilaku atau pribadi peserta didik yang diharapkan
berkembang melalui berbagai strategi layanan kegiatan yang diberikan. Adapun
tujuan bimbingan dan konseling, diantaranya sebagai berikut.

3
a. Merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir serta
kehidupannya dimasa yang akan datang.

b. Mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya seoptimal


mungkin.

c. Menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat serta


lingkungan kerjanya.

d. Mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian


dengan lingkungan pendidikan, masyarakat, maupun lingkungan kerja (Juntika,
2002).

e. Memiliki kemampuan menginternalisasi nilai-nilai yang terkandung dalam


tugas-tugas perkembangan yang harus dikuasainya.

2.3 PERMASALAHAN DI RSJ SOLUSI DAN PENDEKATAN DALAM BK

A. Masalah Gangguan Jiwa

Gangguan jiwa merupakan masalah kesehatan yang kini bisa semakin


sering kita jumpai, khususnya di kota besar seperti Jakarta. Penyebab gangguan
tersebut ada banyak, mulai dari beban hidup, tekanan pekerjaan, masalah
ekonomi, dan masih banyak lagi.
Namun, keluarga mana yang tega untuk memasukkan sanak saudaranya
yang mengalami gangguan jiwa ke rumah sakit jiwa. Itulah mengapa ada
beberapa keluarga yang memilih untuk merawat sendiri pengidap di rumah.
Namun, merawat pengidap gangguan jiwa dikhawatirkan juga bisa berdampak
pada psikologi orang yang merawatnya
Merawat orang dengan gangguan jiwa memang tidak mudah. Pasalnya,
selain harus membantu pengidap untuk melakukan kegiatannya sehari-hari,
pengidap gangguan jiwa kadang-kadang juga menunjukkan perilaku yang agresif
dan emosi yang tidak terkendali. Enggak heran bila orang yang merawat pengidap
gangguan jiwa atau yang disebut juga caregiver lama-kelamaan juga bisa ikut
mengalami stres, bahkan terganggu mentalnya.

Seseorang bisa dikatakan mengalami sakit jiwa, bila ia merasa sangat


tertekan hingga tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari secara normal. Perlu
diketahui, sakit jiwa ada banyak jenisnya dan masing-masing jenis memiliki
gejala yang berbeda. Namun, biasanya, orang yang mengalami gangguan jiwa
akan menunjukkan beberapa gejala tertentu, seperti perubahan suasana hati yang

4
sangat drastis dari sangat sedih menjadi sangat gembira atau sebaliknya, merasa
ketakutan atau cemas secara berlebihan, menarik diri dari kehidupan sosial, sering
marah dan suka melakukan kekerasan, serta mengalami delusional.
Beberapa jenis gangguan jiwa, yaitu gangguan kecemasan, gangguan kepribadian,
gangguan afektif atau mood, gangguan psikosis, gangguan tidak mampu
mengontrol keinginan, gangguan pola makan, gangguan obsesif-kompulsif atau
OCD, dan masih banyak lagi. Tidak semua jenis gangguan jiwa tidak bisa
disembuhkan. Gangguan psikosis, seperti skizofrenia sebenarnya masih bisa
ditolong. Syaratnya, pengobatannya tidak boleh terlambat dan harus dilakukan
secara tepat. Sekitar 25 persen pengidap skizofrenia bisa sembuh setelah diobati
secara cepat dan tepat. 

Gangguan jiwa biasanya bisa diobati dengan memberikan terapi dan obat-
obatan. Biasanya, pengidap gangguan jiwa akan mendapatkan salah satu atau
beberapa dari terapi berikut, yaitu psikoterapi, stimulasi otak untuk menangani
gangguan mental dan depresi, hingga perawatan di rumah sakit jiwa. Sedangkan
obat-obatan yang biasanya diberikan, meliputi obat-obatan antipsikosis,
antidepresi, pengendali mood, dan anticemas. Dengan menjalani terapi dan
mengonsumsi obat-obatan, gejala gangguan jiwa diharapkan bisa berkurang dan
pengidap bisa melakukan aktivitasnya sehari-hari dengan normal.

B. Pendekatan Dalam BK
Adapun pendekatan yang digunakan oleh konselorsebagai berikut :
 Pendekatan Psikologi Psikologi meliputi ilmu pengetahuan mengenai jiwa
yang diperoleh secara sistematis dengan metode-metode ilmiah yang meliputi
spekulasi mengenai jiwa itu.47 Psikologi berbicara mengenai tingkah laku
manusia yang di asumsikan sebagai gejala jiwa. Pendekatan psikologi
mengamati tentang tingkah laku yang lainnya dan selanjutnya dirumuskan
tentang hukum-hukum kejiwaan manusia.
 Pendekatan Bimbingan Pendekatan bimbingan merupakan suatu pendekatan
yang mempelajari pemberian bantuan terhadap individu dalam menghindari
atau mengatasi kesulitankesulitan dalam hidupnya agar mencapai kesejahteraan
hidupnya.49 Pendekatan bimbingan yang dimaksudkan adalah sebuah sudut
pandang yang melihat fenomena gerakan bimbingan sebagai sebuah bentuk
penerapan pembinaan, pendekatan tersebut digunakan untuk mendapatkan hasil
penelitian yang objektif dan akurat

C. Solusinya

1. Terapi perilaku kognitif

5
Terapi perilaku kognitif bertujuan untuk mengevaluasi pola pikir, emosi, dan
perilaku yang menjadi sumber masalah dalam kehidupan pasien. Setelah itu,
dokter atau psikolog akan melatih pasien untuk merespon sumber masalah
tersebut dengan cara yang positif.

Misalnya jika dulu pasien sering menggunakan obat-obatan atau minuman

beralkohol untuk mengatasi stres, maka dengan psikoterapi ini, pasien akan dilatih
untuk merespon stres dengan aktivitas yang lebih positif, misalnya berolahraga atau
meditasi.

2. Terapi psikoanalitik dan psikodinamik

Jenis psikoterapi ini akan menuntun pasien melihat lebih dalam ke alam bawah

sadarnya. Pasien akan diajak untuk menggali berbagai kejadian atau masalah yang
selama ini terpendam dan tidak disadari.

Dengan cara ini, pasien dapat memahami arti dari setiap kejadian yang dialaminya.
Pemahaman baru inilah yang akan membantu pasien dalam mengambil keputusan
dan menghadapi berbagai masalah.

3. Terapi interpersonal

Jenis psikoterapi ini akan menuntun pasien untuk mengevaluasi dan memahami
bagaimana cara pasien menjalin hubungan dengan orang lain, misalnya keluarga,
pasangan, sahabat, atau rekan kerja. Terapi ini akan membantu pasien menjadi
lebih peka saat berinteraksi atau menyelesaikan konflik dengan orang lain.

4. Terapi keluarga

6
Terapi ini dilakukan dengan melibatkan anggota keluarga pasien, khususnya jika
pasien memiliki masalah psikologis yang berhubungan dengan masalah keluarga.
Tujuannya agar masalah yang dihadapi pasien dapat diatasi bersama dan
memperbaiki hubungan yang sempat retak antara pasien dan keluarga.

5. Hipnoterapi

Hipnoterapi adalah teknik psikoterapi yang memanfaatkan hipnosis untuk membantu


pasien agar bisa mengendalikan perilaku, emosi, atau pola pikirnya dengan lebih
baik.

Metode psikoterapi ini cukup sering dilakukan untuk membuat pasien lebih rileks,
mengurangi stres, meredakan nyeri, hingga membantu pasien berhenti melakukan
kebiasaan buruknya, misalnya merokok atau makan berlebihan.

Untuk menangani masalah kejiwaan, psikoterapi sering kali dikombinasikan


penggunaan obat-obatan, misalnya obat antidepresan, antipsikotik, obat pereda
cemas, dan penstabil mood (mood stabilizer), tergantung apa diagnosis penyakit
atau masalah kejiwaan yang diderita pasien.

Selain itu, hasil dari psikoterapi pun akan berbeda pada tiap individu. Jenis
psikoterapi tertentu mungkin cocok untuk satu pasien, namun belum tentu efekfif
jika diterapkan pada pasien yang lain. Oleh sebab itu, Anda dianjurkan
berkonsultasi dengan psikolog untuk menentukan terapi yang sesuai dengan
kondisi Anda.

2.4 APA JENIS JENIS PELANGGARAN DI RSJ

Penanganan atas komplain pelanggan telah diatur dalam kebijakan dan


SOP Badan Publik dan mengacu pada ketentuan Bab VII Penyelesaian Pengaduan
Pasal 40 UU Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik.
Sampai dengan saat ini belum ada pelanggaran yang dilaporkan oleh

7
masyarakat berkaitan dengan pelayanan yang diberikan oleh Badan Publik RSJD
Surakarta.
Keluhan pelanggan hanya bersifat masukan dan saran untuk perbaikan dan
peningkatan kualitas pelayanan :

 LAPORAN SURAT PENGADUAN SARAN MASUKAN DESEMBER 2018


 LAPORAN SURAT PENGADUAN SARAN MASUKAN NOVEMBER
2018 
 LAPORAN SURAT PENGADUAN SARAN MASUKAN OKTOBER 2018
 LAPORAN SURAT PENGADUAN SARAN MASUKAN SEPTEMBER
2018
 LAPORAN SURAT PENGADUAN SARAN MASUKAN AGUSTUS 2018
 LAPORAN SURAT PENGADUAN SARAN MASUKAN Juli 2018
 LAPORAN SURAT PENGADUAN SARAN MASUKAN JUNI 2018
 LAPORAN SURAT PENGADUAN SARAN MASUKAN MEI 2018
 LAPORAN PENGADUAN SURAT SARAN APRIL 2018
 LAPORAN PENGADUAN SURAT SARAN MARET 2018
 LAPORAN PENGADUAN SURAT SARAN Februari 2018
 LAPORAN PENGADUAN SURAT SARAN januari 2018
 LAPORAN SURAT PENGADUAN SARAN MASUKAN 2017 
 LAPORAN SURAT PENGADUAN SARAN MASUKAN 2016

2.5 JUMLAH RUMAH SAKIT JIWA DI INDONESIA


Dari 250 juta lebih penduduk, Indonesia memang hanya punya 48 rumah
sakit jiwa.
Ada 8 provinsi yang belum memiliki Rumah Sakit Jiwa dari 34 provinsi di
Indonesia.
32 rumah sakit jiwa milik pemerintah dan 16 rumah sakit jiwa swasta.
Yang belum punya RSJ adalah Kepulauan Riau, Banten, Sulawesi Barat, Maluku
Utara, Gorontalo, NTT, Papua Barat, Kalimantan Utara
Dari 1.678 rumah sakit umum yang terdata, hanya sekitar 2 persen yang memiliki
layanan kesehatan jiwa. Hanya 15 rumah sakit dari 441 rumah sakit umum daerah
milik pemerintah kabupaten/kota yang memiliki layanan psikiatri. (Gangguan
Jiwa Masih Diabaikan)
Hanya 1.235 puskesmas yang memberikan layanan kesehatan jiwa dari sekitar
9.000 puskesmas.

8
Sementara, Indonesia hanya punya 600 hingga 800 psikiater, atau satu banding
300.000 hingga 400.000 orang.
Sedangkan yang belum punya tenaga psikiater adalah Gorontalo, Papua Barat,
Sulawesi Barat, Maluku Utara, dan Kalimantan Utara
Padahal kebutuhannya adalah 1 orang tiap 10.000 jumlah penduduk. Jika jumlah
penduduk Indonesia adalah 247 juta, maka diperlukan sekitar 24.700 tenaga
profesional.
Indonesia baru memiliki sekitar 451 psikolog klinis (0,15 per 100.000 penduduk)
773 psikiater (0,32 per 100.000 penduduk)
Perawat jiwa 6.500 orang (2 per 100.000 penduduk)
Padahal WHO menetapkan standar jumlah tenaga psikolog dan psikiater dengan
jumlah penduduk adalah 1:30 ribu orang, atau 0,03 per 100.000 penduduk
30 persen puskesmas di wilayah Timur Indonesia tidak memiliki dokter umum,
apalagi tenaga kesehatan jiwa,
Baru 46,5 persen yang mendapatkan pelatihan kesehatan jiwa bagi tenaga
kesehatan jiwa di puskesmas.
Sebanyak 70% dari seluruh psikiater berada di Jawa dan 40% dari jumlah itu
bekerja di Jakarta
Berdasarkan Riskesdas 2007, angka rata-rata nasional gangguan mental emosional
(cemas dan depresi) pada penduduk usia di atas 15 tahun adalah 11,6 persen atau
sekitar 19 juta penduduk. Sedang gangguan jiwa berat rata-rata sebesar 0,46
persen atau sekitar 1 juta penduduk.
Sedikit sekali dari jumlah penderita yang besar ini datang ke fasilitas pengobatan.
Menurut perhitungan utilisasi layanan kesehatan jiwa di tingkat primer, sekunder,
dan tersier kesenjangan pengobatan diperkirakan di atas 90 persen. Hal ini berarti
bahwa hanya di bawah 10 persen orang dengan masalah kesehatan jiwa (ODMK)
terlayani di fasilitas kesehatan.

9
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Rumah Sakit Jiwa yang pertama digunakan untuk menampung pasien


gangguan penyakit jiwa di kota Surabaya saat itu adalah Rumah Sakit Jiwa
Pegirian. Rumah Sakit Jiwa Pegirian didirikan sudah cukup lama pada tahun
1923, berada di kecamatan Semampir, jalan Karang Tembok no 39 Surabaya, oleh
pemerintah penjajahan Belanda sebagai “Doorgangs Huis” yaitu tempat untuk
penampungan sementara pasien penderita gangguan penyakit jiwa. Semakin
banyak pasien yang ditampung di Rumah Sakit Jiwa Pegirian, maka semakin
kurang fasilitas pelayanan serta tenaga kerja dalam melakukan proses pengobatan.
Hasilnya banyak para pasien gangguan penyakit jiwa yang dianggap kurang
maksimal dalam mendapatkan pelayanannya. Tidak hanya faktor kurangnya
fasilitas saja yang menjadi kendala Rumah Sakit Pegirian dalam melakukan
pelayanan pengobatan, tetapi karena kurang adanya rasa kepedulian dari pihak
pemerintah saat itu. Bangunan Rumah Sakit Jiwa Pegirian sudah dianggap tidak
layak pakai (Bouw vallig).

3.2 Saran

Penulis mengetahui dalam makalah ini tentunya masih ada kekurangan-


kekurangan yang tanpa di senggaja atau di sadari kekuranganya maka dalam hal
ini di harapkan saran dan kritik yang sifatnya membantu atau membanggun
motifasi dalam membuat makalah berikutnya.

10
DAFTAR PUSTAKA

https://intelresos.kemensos.go.id/new/?
module=Program+Gsp&view=fakta#:~:text=Dari%20250%20juta%20lebih
%20penduduk,16%20rumah%20sakit%20jiwa%20swasta
Badan ar Perpustakaan dan Ke sipan Provinsi Jawa Timur No.
003.1/935/115.8/1995, tentang Sejarah Rumah Sakit Jiwa Menur, 1995.
Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur No. 1999/15,
1979, tentang Data Diri Pasien Soedarto Sebagai Pasien Gangguan Penyakit Jiwa
di RSJ Menur, 1979
Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur KJ , P RSJ
Menur 1979-198 tahun 0. Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa
Timur, No. 1- 575, tentang Daftar Rekam Medis Inaktif Rumah Sakit Jiwa Menur
Surabaya, tahun 2002

11

Anda mungkin juga menyukai