SELPIYANI SIMANJORANG
HOTMAIDA LESTARI BUTAR-BUTAR
WONDERALDO PASARIBU
IKO HARTANTA GINTING
JAPOLTAK GULTOM
Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan yang mahakuasa
yang mana masih diberi kesehatan Jasmani dan Rohani serta Atas berkat dan
rahmat_Nya tim kelompok dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Konseling
populasi khusus mengenai Makalah. Tak lupa juga penulis ucapkan terima kasih
kepada dosen mata kuliah Konseling populasi khusus yaitu Bpk Dr. Edidon
Hutasuhut M.Pd yang membimbing tim kelompok dalam pembuatan laporan
makalah. Tim kelompok juga berterima kasih kepada teman-teman yang turut
membantu dalam menyelesaikan laporan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Maka dari itu, penulis mohon maaf sebesar-besarnya atas ketidaksempurnaan
yang terdapat dalam makalah ini.Oleh sebab itu, kritik dan saran para pembaca
sangat penulis harapkan untuk perbaikan tugas ini dikemudian hari.Semoga tugas
ini bermanfaat dan menambah wawasan para pembaca.
Tim Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................7
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
ketakutan atau cemas secara berlebihan, menarik diri dari kehidupan sosial, sering
marah dan suka melakukan kekerasan, serta mengalami delusional.
Beberapa jenis gangguan jiwa, yaitu gangguan kecemasan, gangguan kepribadian,
gangguan afektif atau mood, gangguan psikosis, gangguan tidak mampu
mengontrol keinginan, gangguan pola makan, gangguan obsesif-kompulsif atau
OCD, dan masih banyak lagi. Tidak semua jenis gangguan jiwa tidak bisa
disembuhkan. Gangguan psikosis, seperti skizofrenia sebenarnya masih bisa
ditolong. Syaratnya, pengobatannya tidak boleh terlambat dan harus dilakukan
secara tepat. Sekitar 25 persen pengidap skizofrenia bisa sembuh setelah diobati
secara cepat dan tepat.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
a. Merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir serta
kehidupannya dimasa yang akan datang.
4
sangat drastis dari sangat sedih menjadi sangat gembira atau sebaliknya, merasa
ketakutan atau cemas secara berlebihan, menarik diri dari kehidupan sosial, sering
marah dan suka melakukan kekerasan, serta mengalami delusional.
Beberapa jenis gangguan jiwa, yaitu gangguan kecemasan, gangguan kepribadian,
gangguan afektif atau mood, gangguan psikosis, gangguan tidak mampu
mengontrol keinginan, gangguan pola makan, gangguan obsesif-kompulsif atau
OCD, dan masih banyak lagi. Tidak semua jenis gangguan jiwa tidak bisa
disembuhkan. Gangguan psikosis, seperti skizofrenia sebenarnya masih bisa
ditolong. Syaratnya, pengobatannya tidak boleh terlambat dan harus dilakukan
secara tepat. Sekitar 25 persen pengidap skizofrenia bisa sembuh setelah diobati
secara cepat dan tepat.
Gangguan jiwa biasanya bisa diobati dengan memberikan terapi dan obat-
obatan. Biasanya, pengidap gangguan jiwa akan mendapatkan salah satu atau
beberapa dari terapi berikut, yaitu psikoterapi, stimulasi otak untuk menangani
gangguan mental dan depresi, hingga perawatan di rumah sakit jiwa. Sedangkan
obat-obatan yang biasanya diberikan, meliputi obat-obatan antipsikosis,
antidepresi, pengendali mood, dan anticemas. Dengan menjalani terapi dan
mengonsumsi obat-obatan, gejala gangguan jiwa diharapkan bisa berkurang dan
pengidap bisa melakukan aktivitasnya sehari-hari dengan normal.
B. Pendekatan Dalam BK
Adapun pendekatan yang digunakan oleh konselorsebagai berikut :
Pendekatan Psikologi Psikologi meliputi ilmu pengetahuan mengenai jiwa
yang diperoleh secara sistematis dengan metode-metode ilmiah yang meliputi
spekulasi mengenai jiwa itu.47 Psikologi berbicara mengenai tingkah laku
manusia yang di asumsikan sebagai gejala jiwa. Pendekatan psikologi
mengamati tentang tingkah laku yang lainnya dan selanjutnya dirumuskan
tentang hukum-hukum kejiwaan manusia.
Pendekatan Bimbingan Pendekatan bimbingan merupakan suatu pendekatan
yang mempelajari pemberian bantuan terhadap individu dalam menghindari
atau mengatasi kesulitankesulitan dalam hidupnya agar mencapai kesejahteraan
hidupnya.49 Pendekatan bimbingan yang dimaksudkan adalah sebuah sudut
pandang yang melihat fenomena gerakan bimbingan sebagai sebuah bentuk
penerapan pembinaan, pendekatan tersebut digunakan untuk mendapatkan hasil
penelitian yang objektif dan akurat
C. Solusinya
5
Terapi perilaku kognitif bertujuan untuk mengevaluasi pola pikir, emosi, dan
perilaku yang menjadi sumber masalah dalam kehidupan pasien. Setelah itu,
dokter atau psikolog akan melatih pasien untuk merespon sumber masalah
tersebut dengan cara yang positif.
beralkohol untuk mengatasi stres, maka dengan psikoterapi ini, pasien akan dilatih
untuk merespon stres dengan aktivitas yang lebih positif, misalnya berolahraga atau
meditasi.
Jenis psikoterapi ini akan menuntun pasien melihat lebih dalam ke alam bawah
sadarnya. Pasien akan diajak untuk menggali berbagai kejadian atau masalah yang
selama ini terpendam dan tidak disadari.
Dengan cara ini, pasien dapat memahami arti dari setiap kejadian yang dialaminya.
Pemahaman baru inilah yang akan membantu pasien dalam mengambil keputusan
dan menghadapi berbagai masalah.
3. Terapi interpersonal
Jenis psikoterapi ini akan menuntun pasien untuk mengevaluasi dan memahami
bagaimana cara pasien menjalin hubungan dengan orang lain, misalnya keluarga,
pasangan, sahabat, atau rekan kerja. Terapi ini akan membantu pasien menjadi
lebih peka saat berinteraksi atau menyelesaikan konflik dengan orang lain.
4. Terapi keluarga
6
Terapi ini dilakukan dengan melibatkan anggota keluarga pasien, khususnya jika
pasien memiliki masalah psikologis yang berhubungan dengan masalah keluarga.
Tujuannya agar masalah yang dihadapi pasien dapat diatasi bersama dan
memperbaiki hubungan yang sempat retak antara pasien dan keluarga.
5. Hipnoterapi
Metode psikoterapi ini cukup sering dilakukan untuk membuat pasien lebih rileks,
mengurangi stres, meredakan nyeri, hingga membantu pasien berhenti melakukan
kebiasaan buruknya, misalnya merokok atau makan berlebihan.
Selain itu, hasil dari psikoterapi pun akan berbeda pada tiap individu. Jenis
psikoterapi tertentu mungkin cocok untuk satu pasien, namun belum tentu efekfif
jika diterapkan pada pasien yang lain. Oleh sebab itu, Anda dianjurkan
berkonsultasi dengan psikolog untuk menentukan terapi yang sesuai dengan
kondisi Anda.
7
masyarakat berkaitan dengan pelayanan yang diberikan oleh Badan Publik RSJD
Surakarta.
Keluhan pelanggan hanya bersifat masukan dan saran untuk perbaikan dan
peningkatan kualitas pelayanan :
8
Sementara, Indonesia hanya punya 600 hingga 800 psikiater, atau satu banding
300.000 hingga 400.000 orang.
Sedangkan yang belum punya tenaga psikiater adalah Gorontalo, Papua Barat,
Sulawesi Barat, Maluku Utara, dan Kalimantan Utara
Padahal kebutuhannya adalah 1 orang tiap 10.000 jumlah penduduk. Jika jumlah
penduduk Indonesia adalah 247 juta, maka diperlukan sekitar 24.700 tenaga
profesional.
Indonesia baru memiliki sekitar 451 psikolog klinis (0,15 per 100.000 penduduk)
773 psikiater (0,32 per 100.000 penduduk)
Perawat jiwa 6.500 orang (2 per 100.000 penduduk)
Padahal WHO menetapkan standar jumlah tenaga psikolog dan psikiater dengan
jumlah penduduk adalah 1:30 ribu orang, atau 0,03 per 100.000 penduduk
30 persen puskesmas di wilayah Timur Indonesia tidak memiliki dokter umum,
apalagi tenaga kesehatan jiwa,
Baru 46,5 persen yang mendapatkan pelatihan kesehatan jiwa bagi tenaga
kesehatan jiwa di puskesmas.
Sebanyak 70% dari seluruh psikiater berada di Jawa dan 40% dari jumlah itu
bekerja di Jakarta
Berdasarkan Riskesdas 2007, angka rata-rata nasional gangguan mental emosional
(cemas dan depresi) pada penduduk usia di atas 15 tahun adalah 11,6 persen atau
sekitar 19 juta penduduk. Sedang gangguan jiwa berat rata-rata sebesar 0,46
persen atau sekitar 1 juta penduduk.
Sedikit sekali dari jumlah penderita yang besar ini datang ke fasilitas pengobatan.
Menurut perhitungan utilisasi layanan kesehatan jiwa di tingkat primer, sekunder,
dan tersier kesenjangan pengobatan diperkirakan di atas 90 persen. Hal ini berarti
bahwa hanya di bawah 10 persen orang dengan masalah kesehatan jiwa (ODMK)
terlayani di fasilitas kesehatan.
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
10
DAFTAR PUSTAKA
https://intelresos.kemensos.go.id/new/?
module=Program+Gsp&view=fakta#:~:text=Dari%20250%20juta%20lebih
%20penduduk,16%20rumah%20sakit%20jiwa%20swasta
Badan ar Perpustakaan dan Ke sipan Provinsi Jawa Timur No.
003.1/935/115.8/1995, tentang Sejarah Rumah Sakit Jiwa Menur, 1995.
Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur No. 1999/15,
1979, tentang Data Diri Pasien Soedarto Sebagai Pasien Gangguan Penyakit Jiwa
di RSJ Menur, 1979
Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur KJ , P RSJ
Menur 1979-198 tahun 0. Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa
Timur, No. 1- 575, tentang Daftar Rekam Medis Inaktif Rumah Sakit Jiwa Menur
Surabaya, tahun 2002
11