Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa dengan dosen
pengampu Ns. Yeni Fitria, S.Kep., M.Kep.
Oleh :
Kelompok 4
D/2020
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2022
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KLIEN DENGAN DIAGNOSA
PSIKOSOSIAL : DISTRESS SPIRITUAL
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa dengan dosen
pengampu Ns. Yeni Fitria, S.Kep., M.Kep.
Oleh :
D/2020
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat
serta karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Diagnosa Psikososial : Distress
Spiritual” dengan baik dan tepat waktu. Tidak lupa kami mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Ns. Yeni Fitria, S.Kep., M.Kep. selaku dosen pengampu mata kuliah
Keperawatan Kesehatan Jiwa
2. Ns. Fitrio Deviantony, S.Kep., M.Kep. selaku dosen pembimbing mata
kuliah Keperawatan Kesehatan Jiwa
3. Rekan-rekan dan semua pihak yang telah memberikan kontribusi dan
motivasi dalam menyelesaikan makalah ini
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dikarenakn keterbatasan pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh
karena itu, kami mengharapkan segala bentuk kritik dan saran yang bersifat
membangun dari berbagai pihak demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, kami
berharap makalah ini bermanfaat bagi pembaca.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
BAB II .................................................................................................................... 3
ii
3.6 Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) .......................................................... 18
BAB IV ................................................................................................................. 21
PENUTUP ............................................................................................................ 21
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1. Bagaimana konsep dasar dari distress spiritual?
2. Bagaimana psikopatologi/psikodinamika dari distress spiritual?
3. Bagaimana diagnosa medis dan diagnosa keperawatan dari distress
spiritual?
4. Bagaimana penatalaksanaan dari distress spiritual?
1.3 Tujuan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Distress berorientasi pada dua bentuk utama dari depresi dan kecemasan.
Depresi adalah perasaan kehilangan semangat, sedih, kesepian, putis asa, atau
tidak berharga, sedangkan kecemasan adalah kegelisahan, ketegangan,
khawatir, takut, dan marah. Spirituallitas adalah suatu yang dipercaya oleh
individu dalam hubungannya dengan tuhan, dan atas segala maaf, kesalahan
yang pernah diperbuat.
Sehingga distress spiritual dapat di simpulkan sebagai sebuah kerusakan
kemampuan dalam hal mengintegrasikan dan mengalami arti tujuan hidup
seseorang dengan orang lain, diri sendiri, musik, seni, literature, alam dan
kekuatan yang lebih besar dari dirinya. Dengan kata lain klien dalam
menemukan arti kehidupan dia mengalami kegagalan.
2.2. Psikopatologi/Psikodinamika
3
keaykinan baik dalam keluarga, kelompok maupun komunitas yang
berkontribusi secara langsung maupun tidak terhadap kejadian distress
spiritual.
C. Penilaian Terhadap Stressor
Penilaian stressor terdiri dari beberapa hal diantaranya:
- Repon Kognitif
Merupakan bagian kritis yang memainkan peran sentral dalam
adaptasi. Faktor kognitif mencatat kejadian menekan, reaksi dan
perilaku sosial seseorang yang menjadi jembatan psikologis antara
seseorang dengan lingkungannya dalam menghadapi kerusakan dan
potensial kerusakan.
- Respon Afektif
Membangun perasaan adalah pengertian dari respon afektif. Lebih
deatilnya respons afektif merupakan reaksi tidak spesifik atau
umumnya disebut reakis kecemasan, yang dalam hal ini
diekspresikan dalam bentuk emosi.
- Respon Fisiologis
Stressor yang mengakibatkan ketegangan tubuh penderita yang
ditandai luka, suhu sangat dingin/panas, sakit kronis atau nyeri dan
dapat diartikan sebagai kejadian, individu, situasi, komentar atau
segala yang penderita persepsikan sebagai hal negatif atau
mengancam.
- Respon Sosial
Respon yang didasarkan pada tiga aktifitas, seperti menari arti,
berbandingan sosial, dan atribut sosial.
- Respon Perilaku
Merupakan hasil dari respon emosiaonal dari reaksi fisiologis
2.3. Diagnosa Keperawatan
4
Distres spiritual dalam penatalaksanaannya mencakup intervensi
keperawatan dan TAK (Terapi Aktivitas Kelompok). Intervensi yang
digunakan adalah dukungan spiritual dan dukungan koping keluarga. Dalam
terapi modalitas TAK stimulus persepsi dikarenakan klien memili persepsi
yang salah terhadap hubungannya dengan tuhan
2.4.1. Terapi Medis
Pada distres spiritual, psikofarmaka tidak dijelaskan secara spesifik.
Berdasarkan PPDGJI (Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa,
Indonesia dengan III aspek spiritual tidak secara jelas digolongkan apakah
termasuk aksis satu, dua, tiga, empat, atau lima.
2.4.2. Terapi Keperawatan
Pada rencana keperawatan terdapat fase yaitu perawat membantu pasien
guna mencapai tujuan dalam memelihara termasuk memulihkan kesejahteraan
spiritual yang berujung pada terwujudnya kepuasan spiritual
5
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Faktor Presdiposisi
a) Biologis
b) Psikologis
Penyakit HIV/AIDS yang dideritanya
c) Sosiokultural
Stigma negatif akibat penyakit yang dideritanya
2. Faktor Prespitasi
a) Sifat
Psikologis :
- Keluarganya tidak memaafkan klien dan tidak pernah membesuknya
sejak menderita HIV/AIDS
6
- Menolak Aktivitas ibadah
Sosial budaya : Tidak ada orang yang mau memahaminya dan
mengasingkannya karena penyakitnya serta perilaku buruk masa lalunya
b) Sumber
Keluarga dan lingkungannya
c) Waktu
Sejak klien divonis menderita HIV/AIDS
d) Jumlah
Terdapat dua pendukung masalah psikologis klien yaitu dari keluarga dan
lingkungannya sendiri atau faktor osikologis dan sosial
3. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
Klien mengatakan banyak melakukan perilaku menyimpang
4. Keluhan saat ini
Merasa hidupnya sudah tidak bermakna dan ingin mempelajarai agama lain
yang bisa memaafkan dosanya
5. Pengobatan sebelumnya
Klien menolak ketika diberikan intervensi mengundang tokoh agama
C. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Kesadaran Compos Mentis
Tanda-tanda vital : Tidak terkaji
Keluhan fisik : Tidak terkaji
7
3.2 Analisis Data
8
7. Klien mengatakan ia tidak mampu ber do’a Klien mengatakan tidak mampu berdoa
dan bermaksud mempelajari agama lain dan ingin mempelajari agama lain.
DO :
1. Klien menunjukkan perilaku banyak diam
2. Klien menolak melakukan aktivitas ibadah Distress Spiritual
yang diadakan di RS.
9
3.3 Diagnosa Keperawatan
10
2. Berikan kesempatan mengekspresikan dan meredakan marah
secara tepat
3. Yakinkan bahwa perawat bersedia mendukung selama masa
ketidak berdayaan
4. Sediakan privasi dan waktu tenang untuk aktivitas spiritual
5. Diskusikan keyakinan tentang makna dan tujuan hidup,jika
perlu
6. Fasilitasi melakukan kegiatan ibadah
Edukasi
1. Anjurkan berinteraksi dengan keluarga, teman, dan orang lain
2. Anjurkan berpartisipasi dalam kelompok pendukung
3. Ajarkan metode relaksasi, meditasi, dan imajinasi terbimbing.
Kolaborasi
1. Atur kunjungan dengan rohaniawan (mis, ustadz, pendeta,
room, biksu)
2 Penurunan Setelah dilakukannya Dukungan Koping Keluarga (I.09260) K.4
Koping Keluarga intervensi selama 1x24 Observasi
(D.0097) jam, maka penurunan 1. Identifikasi respons emosional terhadap kondisi saat ini
koping keluarga dapat 2. Identifikasi beban prognosis secara psikologis
11
teratasi. Dengan kriteria 3. Identifikasi pemahaman tentang keputusan perawatan setelah
hasil dalam luaran: pulang
Status Koping 4. Identifikasi kesesuaian antara harapan pasien, keluarga,
Keluarga (L.09088) Terapeutik
1. Status koping 1. Dengarkan masalah, perasaan, dan pertanyaan keluarga
keluarga 2. Terima nilai-nilai keluarga dengan cara yang tidak menghakimi
membaik (5) 3. Diskusikan rencana medis dan perawatan
4. Fasilitasi pengungkapan perasaan antara pasien dan keluarga
atau antar anggota keluarga.
5. Fasilitasi pengambilan keputusan dalam merencanakan
perawatan jangka panjang, jika perlu
6. Fasilitasi anggota keluarga dalam mengidentifikasi dan
menyelesaikan konflik nilai
7. Fasilitasi pemenuhan kebutuhan dasar keluarga (mis. tempat
tinggal, makanan, pakaian)
8. Fasilitasi anggota keluarga melalui proses kematian dan
berduka, jika perlu
9. Fasilitasi memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan peralatan
yang diperlukan untuk mempertahankan keputusan perawatan
pasien
12
10. Bersikap sebagai pengganti keluarga untuk menenangkan
pasien dan/atau jika keluarga tidak dapat memberikan
perawatan
11. Hargai dan dukung mekanisme koping adaptif yang digunakan
12. Berikan kesempatan berkunjung bagi anggota keluarga
Edukasi
1. Informasikan kemajuan pasien secara berkala
2. Informasikan fasilitas perawatan kesehatan yang tersedia
Kolaborasi
1. Rujuk untuk terapi keluarga, jika perlu
13
5. Memberikan kesempatan mengekspresikan perasaan tentang O : Klien mulai
penyakit dan kematian melakukan ibadah, klien
6. Memberikan kesempatan mengekspresikan dan meredakan mulai berinteraksi
marah secara tepat dengan orang lain
7. Meyakinkan bahwa perawat bersedia mendukung selama masa A : Masalah teratasi
ketidak berdayaan sebagian
8. Menyediakan privasi dan waktu tenang untuk aktivitas spiritual P : Lanjutkan intervensi
9. Mendiskusikan keyakinan tentang makna dan tujuan hidup,jika
perlu
10. Memfasilitasi kegiatan ibadah
11. Menganjurkan interaksi dengan keluarga, teman, dan orang lain
12. Menganjurkan berpartisipasi dalam kelompok pendukung
13. Mengajarkan metode relaksasi, meditasi, dan imajinasi
terbimbing.
14. Mengatur kunjungan dengan rohaniawan (mis, ustadz, pendeta,
room, biksu)
24-04-2022 D.0097 1. Mengidentifikasi respons emosional terhadap kondisi saat ini S : Klien mengatakan K.4
09.00 2. Mengidentifikasi beban prognosis secara psikologis keluarga sudah mulai
3. Mengidentifikasi pemahaman tentang keputusan perawatan memaafkan klien tetapi
setelah pulang
14
4. Mengidentifikasi kesesuaian antara harapan pasien, keluarga, masih ada rasa sedikit
5. Mendengarkan masalah, perasaan, dan pertanyaan keluarga kecewa
6. Menerima nilai-nilai keluarga dengan cara yang tidak O : Keluarga sudah
menghakimi mulai mengunjungi
7. Mendiskusikan rencana medis dan perawatan klien
8. Memfasilitasi pengungkapan perasaan antara pasien dan A : Masalah teratasi
keluarga atau antar anggota keluarga. sebagian
9. Memfasilitasi pengambilan keputusan dalam merencanakan P : Lanjutkan intervensi
perawatan jangka panjang, jika perlu
10. Memfasilitasi anggota keluarga dalam mengidentifikasi dan
menyelesaikan konflik nilai
11. Memfasilitasi pemenuhan kebutuhan dasar keluarga (mis.
tempat tinggal, makanan, pakaian)
12. Memfasilitasi anggota keluarga melalui proses kematian dan
berduka, jika perlu
13. Memfasilitasi perolehan pengetahuan, keterampilan, dan
peralatan yang diperlukan untuk mempertahankan keputusan
perawatan pasien
14. Menyikapi sebagai pengganti keluarga untuk menenangkan
pasien dan/atau jika keluarga tidak dapat memberikan perawatan
15
15. Menghargai dan dukung mekanisme koping adaptif yang
digunakan
16. Memberikan kesempatan berkunjung bagi anggota keluarga
17. Menginformasikan kemajuan pasien secara berkala
18. Menginformasikan fasilitas perawatan kesehatan yang tersedia
19. Merujuk untuk terapi keluarga, jika perlu
16
17
3.6 Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)
18
TV yang ditonton, dan klien dapat memeberikan tanggapan
terhadap pendapat klien lain). TAK Stimulasi Persepsi Umum
sesi 2 : membaca majalah/artikel/koran (klien mampu
menyebutkan kembali isi bacaan, memberikan pendapat
terhadap isi bacaan, serta mampu memeberikan tanggapan
terhadap pendapat klien lainnya). TAK Stimulasi Pesrsepsi
Umum sesi 3 : melihat gambar (klien mampu menyebutkan
nama gambar yang telah dilihat dan mampu memberikan
tanggapan terhadap pendapat dari klien lainnya). TAK
Stimulasi Persepsi sesi 4 : mengenal perilaku yang biasa
dilakukan dan mencegah perilaku yang biasa dilakukan dengan
ibadah.
- Perawat menjelaskan aturan main, seperti klien yang akan
meninggalkan kelompok harus izin terlebih dahulu. Kegiatan
berlangsung selama 45 menit dan klien harus mengikuti
kegiatan TAK sampai selesai
C TAHAP KERJA
TAK Stimulasi Persepsi Umum Sesi I : Menonton TV
- Perawat menetukan program televisi yang menarik dan mudah
dimengerti oleh klien
- Perawat memberikan kesempatan kepada klien untuk
menonton TV selama 10 menit dan mematikan televisi ketika
sudah selesai
- Perawat menanyakan pendapat kepada klien mengenai acara
TV yang telah dilihat
- Perawat menanyakan pendapat klien mengenai pendapat klien
lainnya
- Perawat memberikan respon positif berupa pujian atas
kemampuan klien dalam menyuarakan pendapatnya
- Ulangi langkah-langkah pada poin 3,4, dan 5 hingga semua
klien mendapat kesempatan berpendapat
D TAHAP TERMINASI
19
a. Evaluasi
- Perawat menanyakan perasaan klien setelah menjalani
kegiatan TAK
- Perawat memberikan reinforcement positif kepada kelompok
b. Rencana Tindak Lanjut
- Perawat menganjurkan pasien untuk melatih kemampuan
dalam mempersepsikan acara TV tertentu dan mendiskusikan
kepada orang lain
- Perawat membuat jadwal menonton TV
- Perawat mendiskusikan kontrak kegiatan selanjutnya tentang
waktu, topik, serta tempat
20
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
21
DAFTAR PUSTAKA
Miranda, T. P. S., Caldeira, S., de Oliveira, H. F., Iunes, D. H., Nogueira, D. A.,
Chaves, E. D. C. L., & de Carvalho, E. C. 2020. Intercessory Prayer On
Spiritual Distress, Spiritual Coping, Anxiety, Depression And Salivary
Amylase In Breast Cancer Patients During Radiotherapy: Randomized Clinical
Trial. Journal of Religion and H ealth. 59(1): 365-380.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.
22