Anda di halaman 1dari 27

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN DIAGNOSA

PSIKOSOSIAL : DISTRESS SPIRITUAL

KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa dengan dosen
pengampu Ns. Yeni Fitria, S.Kep., M.Kep.

Oleh :

Kelompok 4

D/2020

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JEMBER

2022
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KLIEN DENGAN DIAGNOSA
PSIKOSOSIAL : DISTRESS SPIRITUAL

KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa dengan dosen
pengampu Ns. Yeni Fitria, S.Kep., M.Kep.

Oleh :

Ardelia Argiyanti NIM 202310101078

Achmad Dedi Firmansyah NIM 202310101086

Fahmi Wildana NIM 202310101169

Kitfatul Islamiyah NIM 212310101158

D/2020

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JEMBER

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat
serta karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Diagnosa Psikososial : Distress
Spiritual” dengan baik dan tepat waktu. Tidak lupa kami mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ns. Yeni Fitria, S.Kep., M.Kep. selaku dosen pengampu mata kuliah
Keperawatan Kesehatan Jiwa
2. Ns. Fitrio Deviantony, S.Kep., M.Kep. selaku dosen pembimbing mata
kuliah Keperawatan Kesehatan Jiwa
3. Rekan-rekan dan semua pihak yang telah memberikan kontribusi dan
motivasi dalam menyelesaikan makalah ini

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dikarenakn keterbatasan pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh
karena itu, kami mengharapkan segala bentuk kritik dan saran yang bersifat
membangun dari berbagai pihak demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, kami
berharap makalah ini bermanfaat bagi pembaca.

Jember, 25 April 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB I ...................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 1

1.3 Tujuan .......................................................................................................... 2

BAB II .................................................................................................................... 3

TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................ 3

2.1. Distress Spiritual ........................................................................................ 3

2.2. Psikopatologi/Psikodinamika .................................................................... 3

2.2.1. Faktor Presdiposisi .............................................................................. 3

2.2.2. Faktor Prespitasi .................................................................................. 3

2.3. Diagnosa Keperawatan .............................................................................. 4

2.4. Penatalaksanaan ......................................................................................... 4

2.4.1. Terapi Medis ........................................................................................ 5

2.4.2. Terapi Keperawatan ............................................................................ 5

BAB III ................................................................................................................... 6

ASUHAN KEPERAWATAN ............................................................................... 6

3.1 Pengkajian .................................................................................................... 6

3.2 Analisis Data ................................................................................................ 8

3.3 Diagnosa Keperawatan ............................................................................. 10

3.4 Intervensi Keperawatan............................................................................ 10

3.5 Implemetasi dan Evaluasi ......................................................................... 13

ii
3.6 Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) .......................................................... 18

BAB IV ................................................................................................................. 21

PENUTUP ............................................................................................................ 21

4.1 Kesimpulan ................................................................................................ 21

4.2 Saran ........................................................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 22

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap manusia memiliki kebutuhan dasar yang harus terpenuhi.


Kebutuhan dasar manusia terdiri dari, kebutuhan biologis, psikologis,
sosial, serta spiritual. Kebutuhan dasar tersebut harus terpenuhi untuk
mencapai derajat kesehatan yang utuh (Ardiansyah, 2021). Apabila terdapat
gangguan pada pemenuhan kebutuhan dasar tersebut, maka dapat
memberikan pengaruh terhadap kesehatan manusia. Salah satu gangguan
pada kebutuhan dasar adalah, distress spiritual.

Distress spiritual merupakan gangguan terhadap prinsip hidup seseorang


yang melibatkan diri sendiri, orang lain, lingkungan, serta Tuhan. Distress
spiritual terjadi ketika tidak terpenuhinya kebutuhan spiritual. Penelitian
oleh Delgado menunjukkan bahwa sebanyak 100 pasien kritis, persentase
pasien mengalami kejadian distress spiritual mencapai 44% (Ardiansyah,
2021). Persentase tersebut menunjukkan bahwa kejadian distress spiritual
masih tergolong tinggi dan perlu mendapat perawatan khusus dimana
spiritualitas ini sangat penting bagi kesehatan fisik dan psikis pasien.
Menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (2017), penyebab dari
distress spiritual meliputi, menjelang ajal, penyakit kronis, perubahan pola
hidup, kesepian, pengasingan diri, pengasingan sosial, gangguan
sosiokultural, peningkatan ketergantungan terhadap orang lain, serta
kejadian hidup yang tidak diharapkan.

Apabila gangguan distress spiritual dibiarkan begitu saja, maka akan


menyebabkan gangguan-gangguan kesehatan lainnya. Oleh karena itu
diperlukan asuhan keperawatan yang tepat dalam menangani kejadian
distress spiritual. Berdasarkan data yang telah dijabarkan diatas, kami
tertarik untuk membuat makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan pada
Klien dengan Diagnosa Psikososial : Distress Spiritual.

1.2 Rumusan Masalah

1
1. Bagaimana konsep dasar dari distress spiritual?
2. Bagaimana psikopatologi/psikodinamika dari distress spiritual?
3. Bagaimana diagnosa medis dan diagnosa keperawatan dari distress
spiritual?
4. Bagaimana penatalaksanaan dari distress spiritual?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui konsep dasar distress spiritual


2. Untuk mengetahui psikopatologi/psikodinamika distress spiritual
3. Untuk mengetahui diagnosa medis dan diagnosa keperawatan distress
spiritual
4. Untuk mengetahui penatalaksanaan distress spiritual

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Distress Spiritual

Distress berorientasi pada dua bentuk utama dari depresi dan kecemasan.
Depresi adalah perasaan kehilangan semangat, sedih, kesepian, putis asa, atau
tidak berharga, sedangkan kecemasan adalah kegelisahan, ketegangan,
khawatir, takut, dan marah. Spirituallitas adalah suatu yang dipercaya oleh
individu dalam hubungannya dengan tuhan, dan atas segala maaf, kesalahan
yang pernah diperbuat.
Sehingga distress spiritual dapat di simpulkan sebagai sebuah kerusakan
kemampuan dalam hal mengintegrasikan dan mengalami arti tujuan hidup
seseorang dengan orang lain, diri sendiri, musik, seni, literature, alam dan
kekuatan yang lebih besar dari dirinya. Dengan kata lain klien dalam
menemukan arti kehidupan dia mengalami kegagalan.
2.2. Psikopatologi/Psikodinamika

2.2.1. Faktor Presdiposisi


Komponen yang memengaruhi fungsi kognitif sesorang yang berasal
dari dimensi biologis, sosiokultural, dan psikologi, yang mana dapat
mengganggu pola interaksi dalam prosesnya. Faktor presdiposisi
sosiokultural meliputi gender, usia, pendidikan, okupasi, pendapatan,
posisi sosial dan lain-lain. Faktor presdiposisi meliputi keterampilan
verbal, kecerdasan, moral, konsep diri, pola asuh, kontrol, dan lain-lain
2.2.2. Faktor Prespitasi
A. Kejadian Stresful
Perbedaan tujuan hidup, kehilangan atau kematian, kegagalan dalam
membina hubungan dengan diri sendiri, orang lain, lingkungan, dan
tuhan dapat memengaruhi atau menjadi pengaruh atas perkembangan
spiritual seseorang.
B. Ketegangan Hidup
Terdapat beberapa ketegangan dalam hidup seperti ritual
keagamaan, ketidakmampuan menjalankan peran spiritual, perbedaan

3
keaykinan baik dalam keluarga, kelompok maupun komunitas yang
berkontribusi secara langsung maupun tidak terhadap kejadian distress
spiritual.
C. Penilaian Terhadap Stressor
Penilaian stressor terdiri dari beberapa hal diantaranya:
- Repon Kognitif
Merupakan bagian kritis yang memainkan peran sentral dalam
adaptasi. Faktor kognitif mencatat kejadian menekan, reaksi dan
perilaku sosial seseorang yang menjadi jembatan psikologis antara
seseorang dengan lingkungannya dalam menghadapi kerusakan dan
potensial kerusakan.
- Respon Afektif
Membangun perasaan adalah pengertian dari respon afektif. Lebih
deatilnya respons afektif merupakan reaksi tidak spesifik atau
umumnya disebut reakis kecemasan, yang dalam hal ini
diekspresikan dalam bentuk emosi.
- Respon Fisiologis
Stressor yang mengakibatkan ketegangan tubuh penderita yang
ditandai luka, suhu sangat dingin/panas, sakit kronis atau nyeri dan
dapat diartikan sebagai kejadian, individu, situasi, komentar atau
segala yang penderita persepsikan sebagai hal negatif atau
mengancam.
- Respon Sosial
Respon yang didasarkan pada tiga aktifitas, seperti menari arti,
berbandingan sosial, dan atribut sosial.
- Respon Perilaku
Merupakan hasil dari respon emosiaonal dari reaksi fisiologis
2.3. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan dalam kasus tersebut adalah distres spiritual dan


penurunan koping keluarga yang dikarenakan penyakit yang diderita yaoit
HIV/AIDS
2.4. Penatalaksanaan

4
Distres spiritual dalam penatalaksanaannya mencakup intervensi
keperawatan dan TAK (Terapi Aktivitas Kelompok). Intervensi yang
digunakan adalah dukungan spiritual dan dukungan koping keluarga. Dalam
terapi modalitas TAK stimulus persepsi dikarenakan klien memili persepsi
yang salah terhadap hubungannya dengan tuhan
2.4.1. Terapi Medis
Pada distres spiritual, psikofarmaka tidak dijelaskan secara spesifik.
Berdasarkan PPDGJI (Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa,
Indonesia dengan III aspek spiritual tidak secara jelas digolongkan apakah
termasuk aksis satu, dua, tiga, empat, atau lima.
2.4.2. Terapi Keperawatan
Pada rencana keperawatan terdapat fase yaitu perawat membantu pasien
guna mencapai tujuan dalam memelihara termasuk memulihkan kesejahteraan
spiritual yang berujung pada terwujudnya kepuasan spiritual

5
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

Nama Perawat : Fahmi Wildana


Tanggal Pengkajian : 23 April 2022
Tempat Pengkajian : RS Melati
Sumber Data : Klien
A. IDENTITAS KLIEN
Nama klien lengkap : Tn. XXX
Nama panggilan :Tn. X
Umur/TTL : 31 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : Tidak terkaji
Pekerjaan : Tidak terkaji
Suku bangsa : Tidak terkaji
Status marital : Tidak terkaji
Alamat lengkap : Tidak terkaji

B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Faktor Presdiposisi
a) Biologis
b) Psikologis
Penyakit HIV/AIDS yang dideritanya
c) Sosiokultural
Stigma negatif akibat penyakit yang dideritanya
2. Faktor Prespitasi
a) Sifat
Psikologis :
- Keluarganya tidak memaafkan klien dan tidak pernah membesuknya
sejak menderita HIV/AIDS

6
- Menolak Aktivitas ibadah
Sosial budaya : Tidak ada orang yang mau memahaminya dan
mengasingkannya karena penyakitnya serta perilaku buruk masa lalunya
b) Sumber
Keluarga dan lingkungannya
c) Waktu
Sejak klien divonis menderita HIV/AIDS
d) Jumlah
Terdapat dua pendukung masalah psikologis klien yaitu dari keluarga dan
lingkungannya sendiri atau faktor osikologis dan sosial
3. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
Klien mengatakan banyak melakukan perilaku menyimpang
4. Keluhan saat ini
Merasa hidupnya sudah tidak bermakna dan ingin mempelajarai agama lain
yang bisa memaafkan dosanya
5. Pengobatan sebelumnya
Klien menolak ketika diberikan intervensi mengundang tokoh agama
C. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Kesadaran Compos Mentis
Tanda-tanda vital : Tidak terkaji
Keluhan fisik : Tidak terkaji

7
3.2 Analisis Data

No. Data Penunjang Etiologi Masalah Paraf


1. DS : Sakit HIV/AIDS Distress Spiritual K.4
1. Klien mengatakan penyakit yang ia derita (D.0082)
karna Tuhan marah dangan mengutuknya Klien mengatakan penyakit yang di
akibat perilaku menyimpang yang selama ini deritanya karena tuhan marah dan
ia lakukan. mengutuknya.
2. Klien merasa tidak ada yang memahami
dirinya.
3. Klien mengatakan keluarga tidak memaafkan Klien merasa keluarga tidak
dirinya memaafkannya
4. Klien mengatakan merasa diasingkan oleh
keluarganya
5. Klien mengatakan bahwa ia marah terhadap Klien merasa hidupnya sudah tidak
dirinya sendiri karna melakukan kesalahan bermakna
besar.
6. Klien merasa hidup sudah tidak lagi bermakna

8
7. Klien mengatakan ia tidak mampu ber do’a Klien mengatakan tidak mampu berdoa
dan bermaksud mempelajari agama lain dan ingin mempelajari agama lain.
DO :
1. Klien menunjukkan perilaku banyak diam
2. Klien menolak melakukan aktivitas ibadah Distress Spiritual
yang diadakan di RS.

2. DS : Sakit HIV/AIDS Penurunan K.4


1. Klien mengatakan keluarga tidak mau Koping Keluarga
memaafkan klien Klien mengatakan keluarga tidak (D.0097)
2. Klien mengatakan keluarga tidak pernah mampu memaafkannya
membesuk
3. Klien mengatakan bahwa ia merasa
diasingkan oleh keluarganya Keluarga tidak pernah membesuk klien
DO :
1. Klien menunjukkan perilaku banyak diam
DT :
Klien merasa diasingkan
1. Klien mengeluh tentang respons individu
pendukung (bersikap acuh) terhadap masalah
kesehatannya.
Penurunan koping keluarga

9
3.3 Diagnosa Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Paraf


1 Distress spiritual b.d sakit (HIV-AIDS) K.4
2 Penurunan koping keluarga b.d situasi penyerta yang memengaruhi individu pendukung (karena menderita HIV- K.4
AIDS)

3.4 Intervensi Keperawatan

No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Keperawatan Paraf


Hasil
1 Distress Spiritual Setelah dilakukannya Dukungan Spiritual (I.09276) K.4
(D.0082) intervensi selama 1x24 Observasi
jam, maka distress 1. Identifikasi perasaan khawatir, kesepian dan ketidakberdayaan
spiritual dapat teratasi. 2. Identifikasi pandangan tentang hubungan antara spiritual dan
Dengan kriteria hasil kesehatan
dalam luaran : 3. Identifikasi harapan dan kekuatan pasien
Status spiritual 4. Identifikasi ketaatan dalam beragama.
(L.09091) Terapeutik
1. Status spiritual 1. Berikan kesempatan mengekspresikan perasaan tentang
membaik (5) penyakit dan kematian

10
2. Berikan kesempatan mengekspresikan dan meredakan marah
secara tepat
3. Yakinkan bahwa perawat bersedia mendukung selama masa
ketidak berdayaan
4. Sediakan privasi dan waktu tenang untuk aktivitas spiritual
5. Diskusikan keyakinan tentang makna dan tujuan hidup,jika
perlu
6. Fasilitasi melakukan kegiatan ibadah
Edukasi
1. Anjurkan berinteraksi dengan keluarga, teman, dan orang lain
2. Anjurkan berpartisipasi dalam kelompok pendukung
3. Ajarkan metode relaksasi, meditasi, dan imajinasi terbimbing.
Kolaborasi
1. Atur kunjungan dengan rohaniawan (mis, ustadz, pendeta,
room, biksu)
2 Penurunan Setelah dilakukannya Dukungan Koping Keluarga (I.09260) K.4
Koping Keluarga intervensi selama 1x24 Observasi
(D.0097) jam, maka penurunan 1. Identifikasi respons emosional terhadap kondisi saat ini
koping keluarga dapat 2. Identifikasi beban prognosis secara psikologis

11
teratasi. Dengan kriteria 3. Identifikasi pemahaman tentang keputusan perawatan setelah
hasil dalam luaran: pulang
Status Koping 4. Identifikasi kesesuaian antara harapan pasien, keluarga,
Keluarga (L.09088) Terapeutik
1. Status koping 1. Dengarkan masalah, perasaan, dan pertanyaan keluarga
keluarga 2. Terima nilai-nilai keluarga dengan cara yang tidak menghakimi
membaik (5) 3. Diskusikan rencana medis dan perawatan
4. Fasilitasi pengungkapan perasaan antara pasien dan keluarga
atau antar anggota keluarga.
5. Fasilitasi pengambilan keputusan dalam merencanakan
perawatan jangka panjang, jika perlu
6. Fasilitasi anggota keluarga dalam mengidentifikasi dan
menyelesaikan konflik nilai
7. Fasilitasi pemenuhan kebutuhan dasar keluarga (mis. tempat
tinggal, makanan, pakaian)
8. Fasilitasi anggota keluarga melalui proses kematian dan
berduka, jika perlu
9. Fasilitasi memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan peralatan
yang diperlukan untuk mempertahankan keputusan perawatan
pasien

12
10. Bersikap sebagai pengganti keluarga untuk menenangkan
pasien dan/atau jika keluarga tidak dapat memberikan
perawatan
11. Hargai dan dukung mekanisme koping adaptif yang digunakan
12. Berikan kesempatan berkunjung bagi anggota keluarga
Edukasi
1. Informasikan kemajuan pasien secara berkala
2. Informasikan fasilitas perawatan kesehatan yang tersedia
Kolaborasi
1. Rujuk untuk terapi keluarga, jika perlu

3.5 Implemetasi dan Evaluasi

Tgl/Jam No. Dx Implementasi Evaluasi Paraf


24-04-2022 D.0082 1. Mengidentifikasi perasaan khawatir, kesepian dan S : Klien mengatakan K.4
07.00 ketidakberdayaan sudah mulai menerima
2. Mengidentifikasi pandangan tentang hubungan antara spiritual penyakitnya, namun
dan kesehatan masih ada sedikit
3. Mengidentifikasi harapan dan kekuatan pasien perasaan marah
4. Mengidentifikasi ketaatan dalam beragama. terhadap dirinya sendiri

13
5. Memberikan kesempatan mengekspresikan perasaan tentang O : Klien mulai
penyakit dan kematian melakukan ibadah, klien
6. Memberikan kesempatan mengekspresikan dan meredakan mulai berinteraksi
marah secara tepat dengan orang lain
7. Meyakinkan bahwa perawat bersedia mendukung selama masa A : Masalah teratasi
ketidak berdayaan sebagian
8. Menyediakan privasi dan waktu tenang untuk aktivitas spiritual P : Lanjutkan intervensi
9. Mendiskusikan keyakinan tentang makna dan tujuan hidup,jika
perlu
10. Memfasilitasi kegiatan ibadah
11. Menganjurkan interaksi dengan keluarga, teman, dan orang lain
12. Menganjurkan berpartisipasi dalam kelompok pendukung
13. Mengajarkan metode relaksasi, meditasi, dan imajinasi
terbimbing.
14. Mengatur kunjungan dengan rohaniawan (mis, ustadz, pendeta,
room, biksu)
24-04-2022 D.0097 1. Mengidentifikasi respons emosional terhadap kondisi saat ini S : Klien mengatakan K.4
09.00 2. Mengidentifikasi beban prognosis secara psikologis keluarga sudah mulai
3. Mengidentifikasi pemahaman tentang keputusan perawatan memaafkan klien tetapi
setelah pulang

14
4. Mengidentifikasi kesesuaian antara harapan pasien, keluarga, masih ada rasa sedikit
5. Mendengarkan masalah, perasaan, dan pertanyaan keluarga kecewa
6. Menerima nilai-nilai keluarga dengan cara yang tidak O : Keluarga sudah
menghakimi mulai mengunjungi
7. Mendiskusikan rencana medis dan perawatan klien
8. Memfasilitasi pengungkapan perasaan antara pasien dan A : Masalah teratasi
keluarga atau antar anggota keluarga. sebagian
9. Memfasilitasi pengambilan keputusan dalam merencanakan P : Lanjutkan intervensi
perawatan jangka panjang, jika perlu
10. Memfasilitasi anggota keluarga dalam mengidentifikasi dan
menyelesaikan konflik nilai
11. Memfasilitasi pemenuhan kebutuhan dasar keluarga (mis.
tempat tinggal, makanan, pakaian)
12. Memfasilitasi anggota keluarga melalui proses kematian dan
berduka, jika perlu
13. Memfasilitasi perolehan pengetahuan, keterampilan, dan
peralatan yang diperlukan untuk mempertahankan keputusan
perawatan pasien
14. Menyikapi sebagai pengganti keluarga untuk menenangkan
pasien dan/atau jika keluarga tidak dapat memberikan perawatan

15
15. Menghargai dan dukung mekanisme koping adaptif yang
digunakan
16. Memberikan kesempatan berkunjung bagi anggota keluarga
17. Menginformasikan kemajuan pasien secara berkala
18. Menginformasikan fasilitas perawatan kesehatan yang tersedia
19. Merujuk untuk terapi keluarga, jika perlu

16
17
3.6 Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)

Terapi aktivitas kelompok yang sesuai dengan gangguan psikososial


distress spiritual adalah terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi karena
pada kasus diatas, klien mempersepsikan bahwa penyakit HIV/AIDS yang
dideritanya adalah akibat dari kemarahan Tuhan pada klien. TAK stimulasi
persepsi merupakan terapi dengan menggunakan aktivitas sebagi stimulus
terkait dengan pengalam atau kehidupan yang akan didiskusikan dalam
kelompok. Tujuan dari adanya TAK stimulasi persepsi adalah klien dapat
menyesuaikan diri terhadap stimulus yang diberikan sehingga klien menjadi
terbiasa dengan stimulus yang diberikan. Beberapa aktivitas yang dapat
dilakukan, yaitu :
a. Sesi I : menonton TV
b. Sesi II : membaca literatur, seperti majalah, koran, maupun artikel
c. Sesi III : gambar
d. Sesi IV : mengenal perilaku yang biasa dilakukan dan mencegah
perilaku melalui kegiatan ibadah

No. Kegiatan : TAK Stimulasi Persepsi


A. TAHAP PRA INTERAKSI
a. Mempersiapkan pasien yang sesuai dengan kriteria/indikasi
b. Membuat kontrak dengan pasien
c. Mempersiapkan alat/media yang digunakan
B TAHAP ORIENTASI
a. Salam terapeutik
- Perawat memberikan salam, perawat memperkenalkan diri
b. Evaluasi/Validasi
- Perawat menanyakan keadaan klien
c. Perawat menanyakan identitas klien
d. Kontrak
- Perawat menjelaskan tujuan kegiatan: TAK Stimulasi Persepsi
Umum sesi 1 : menonton televisi (klien mampu menyebutkan
apa yang dilihat, dapat memberikan pendapat terhadap acara

18
TV yang ditonton, dan klien dapat memeberikan tanggapan
terhadap pendapat klien lain). TAK Stimulasi Persepsi Umum
sesi 2 : membaca majalah/artikel/koran (klien mampu
menyebutkan kembali isi bacaan, memberikan pendapat
terhadap isi bacaan, serta mampu memeberikan tanggapan
terhadap pendapat klien lainnya). TAK Stimulasi Pesrsepsi
Umum sesi 3 : melihat gambar (klien mampu menyebutkan
nama gambar yang telah dilihat dan mampu memberikan
tanggapan terhadap pendapat dari klien lainnya). TAK
Stimulasi Persepsi sesi 4 : mengenal perilaku yang biasa
dilakukan dan mencegah perilaku yang biasa dilakukan dengan
ibadah.
- Perawat menjelaskan aturan main, seperti klien yang akan
meninggalkan kelompok harus izin terlebih dahulu. Kegiatan
berlangsung selama 45 menit dan klien harus mengikuti
kegiatan TAK sampai selesai
C TAHAP KERJA
TAK Stimulasi Persepsi Umum Sesi I : Menonton TV
- Perawat menetukan program televisi yang menarik dan mudah
dimengerti oleh klien
- Perawat memberikan kesempatan kepada klien untuk
menonton TV selama 10 menit dan mematikan televisi ketika
sudah selesai
- Perawat menanyakan pendapat kepada klien mengenai acara
TV yang telah dilihat
- Perawat menanyakan pendapat klien mengenai pendapat klien
lainnya
- Perawat memberikan respon positif berupa pujian atas
kemampuan klien dalam menyuarakan pendapatnya
- Ulangi langkah-langkah pada poin 3,4, dan 5 hingga semua
klien mendapat kesempatan berpendapat
D TAHAP TERMINASI

19
a. Evaluasi
- Perawat menanyakan perasaan klien setelah menjalani
kegiatan TAK
- Perawat memberikan reinforcement positif kepada kelompok
b. Rencana Tindak Lanjut
- Perawat menganjurkan pasien untuk melatih kemampuan
dalam mempersepsikan acara TV tertentu dan mendiskusikan
kepada orang lain
- Perawat membuat jadwal menonton TV
- Perawat mendiskusikan kontrak kegiatan selanjutnya tentang
waktu, topik, serta tempat

20
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Distress spiritual adalah suatu gangguan yang berkaitan dengan prinsip-


prinsip kehidupan, keyakinan, atau keagamaan dari pasien yang menyebabkan
gangguan pada aktivitas spiritual, yang merupakan akibat dari masalah –
masalah fisik atau psikososial yang dialami. Dengan kata lain, dapat dikatakan
bahwa distress spiritual adalah kegagalan individu dalam menemukan arti
kehidupannya. Kita sebagai perawat dapat meminta orang-orang terdekat
seperti keluarga,teman dan tokoh masyarakat (ustadz) untuk membantu dalam
mendukung proses penyembuhan klien yang mengalami distress spiritual
selain obat yangdi berikan di rumah sakit

4.2 Saran

1. Perlunya referensi-referensi lain untuk menunjang informasi terkait klien


dengan masalah keperawatan distress spiritual.
2. Klien yang dilakukan asuhan keperawatan perlu menemukan koping yang
tepat agar mengurangi masalah distress spiritual
3. Keluarga diperlukan untuk mendukung klien selama melakukan perawatan
dan pengobatan agar tingkat kesehatan klien meningkat/membaik

21
DAFTAR PUSTAKA

Ardiansyah A., A. P. Rizanti, dan Azwar. 2021. Intervensi Pemenuhan Kebutuhan


Pasien di Rumah Sakit: Literature Review . Jurnal Berita Ilmu Keperawatan.
14(2): 92–101.

Miranda, T. P. S., Caldeira, S., de Oliveira, H. F., Iunes, D. H., Nogueira, D. A.,
Chaves, E. D. C. L., & de Carvalho, E. C. 2020. Intercessory Prayer On
Spiritual Distress, Spiritual Coping, Anxiety, Depression And Salivary
Amylase In Breast Cancer Patients During Radiotherapy: Randomized Clinical
Trial. Journal of Religion and H ealth. 59(1): 365-380.

Oktaviani, A. R. (2020). Pelaksanaan Asuhan Keperawatan Spiritual Islam Di


Ruang Rawat Inap: Literature Review.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.

Zahrotul Awaliyah, N. 2021. Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Pasien Skizofrenia


Dengan Masalah Keperawatan Perubahan Persepsi Sensori: Halusinasi
Pendengaran Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta (Doctoral dissertation,
Universitas Muhammadiyah Ponorogo).

22

Anda mungkin juga menyukai