ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN MASALAH PSIKOSOSIAL New
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN MASALAH PSIKOSOSIAL New
Mental Health
Disusun Oleh:
Andris, Yuliana
MARET, 2020
KATA PENGANTAR
Segala Puji Syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat-Nya
yang melimpah dan oleh tuntunan serta perlindungan-Nya sehingga saya dapat
Dalam penulisan makalah ini di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan
jiwa. Materi yang diberikan harus di pahami dan di mengerti serta dapat menjadi pengetahuan
bagi saya.
Saya menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan baik
dalam teknis penulisan maupun materi , kiranya saran dan kritik sangat di harapkan demi
penyempurnaan makalah saya. Mudah-mudahan dengan ada tugas ini dapat membantu saya
untuk terus belajar dengan giat da lebih mengetahui tentang ilmu dalam keperawatan jiwa.
Apabila terdapat kekurangan dalam makalah ini saya mohon maaf yang sebesar-
besarnya. Demikian yang dapat saya sampaikan semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Airmadidi, 2020
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1
LATAR BELAKANG.....................................................................................................................1
Rumusan Masalah............................................................................................................................3
Tujuan Penulisan.............................................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................................4
KECEMASAN................................................................................................................................4
Penyebab Kecemasan...................................................................................................................4
Gejala-gejala Kecemasan.............................................................................................................5
Tipe Gangguan Kecemasan.........................................................................................................6
PENGERTIAN KECEMASAN MENURUT AHLI...................................................................7
KONSEP DIRI.................................................................................................................................8
Dimensi Konsep Diri...................................................................................................................8
Tanda-tanda individu yang memiliki konsep diri yang positif....................................................9
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri.......................................................................10
Penyebab gangguan konsep diri.................................................................................................13
Pengkajian konsep diri...............................................................................................................15
KEHILANGAN.............................................................................................................................17
Definisi kehilangan....................................................................................................................17
Definisi berduka.........................................................................................................................18
Tanda dan gejala kehilangan......................................................................................................18
Faktor – faktor yang mempengaruhi..........................................................................................19
Tipe kehilangan..........................................................................................................................19
Jenis-jenis Kehilangan...............................................................................................................20
Fase-fase kehilangan dan berduka.............................................................................................21
Distres Spiritual.............................................................................................................................23
Karakteristik distres spiritual.....................................................................................................24
iii
Sumber Koping..........................................................................................................................25
Jurnal..............................................................................................................................................27
BAB III..........................................................................................................................................31
PENUTUP.....................................................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................32
iv
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Ada beberapa hal yang menjadi hal utama dalam masalah psikososial diantaranya
Kecemasan adalah suatu istilah yang menggambarkan gangguan psikologis yang dapat
memiliki karakteristik yaitu berupa rasa takut, keprihatinan terhadap masa depan, kekhawatiran
yang berkepanjangan, dan rasa gugup. Rasa cemas memang biasa dihadapi semua orang. Namun,
rasa cemas disebut gangguan psikologis ketika rasa cemas menghalangi seseorang untuk
Konsep diri adalah konseptualisasi individu terhadap dirinya sendiri. Konsep dirisecara
langsung mempengaruhi harga diri dan perasaan seseorang tentang dirinyasendiri. Konsep diri
dibangun pada saat seseorang dapat berpikir dan mengenalihal-hal yang dapat
mempengaruhinya, dimulai pada saat remaja hingga usia tua.Data menunjukkan bahwa cara
berpikir secara negatif sangat mempengaruhi padamasa usia lanjut karena intensitas emosional
kesehatan jiwa saat ini cukup tinggi, 25% dari penduduk dunia pernah menderita masalahkesehat
1
gangguan jiwa memang tinggi, setiap saat 450 juta orang diseluruh dunia terkena dampak
Manusia adalah mahluk yang paling tinggi derajatnya dibandingkan makhluk tuhan yang
lainnya. karena manusia telah diberkahi dengan akal dan fikiran yang bisa membuat manusia
tampil dengan baik dimuka bumI ini. Akal dan fikiran ini lah yang membuat manusia bisa
berubah dari waktu ke waktu.Dalam kehidupan manusia sulit sekali dipredeksi sifat dan
kelakuannya bisa berubah sewaktu-waktu. Kadang dia baik,dan tidak bisa bisa dipungkiri juga
banyak manusia yang jahat dan dengki pada sesame manusia dan makhluk tuhan lainnya.
Setiap manusia kepercayaan akan sesuatu yang dia anggap angung atau maha.kepercyaan
inilah yang disebut sebagai spriritual. Spiritual ini sebagai kontrol manusia dalam bertindak, jadi
spiritual juga bisa disebut sebagai norma yang mengatur manusia dalam berperilaku dan
bertindak.
keperawatan, makna spiritual dapat dihubungkan dengan kata-kata : makna, harapan, kerukunan,
dan sistem kepercayaan (Dyson, Cobb, Forman, 1997). Dyson mengamati bahwa perawat
menemukan aspek spiritual tersebut dalam hubungan seseorang dengan dirinya sendiri, orang
lain, dan dengan Tuhan. Menurut Reed (1992) spiritual mencakup hubungan intra-, inter-, dan
transpersonal. Spiritual juga diartikan sebagai inti dari manusia yang memasuki dan
mempengaruhi kehidupannya dan dimanifestasikan dalam pemikiran dan prilaku serta dalam
hubungannya dengan diri sendiri, orang lain, alam, dan Tuhan (Dossey & Guzzetta, 2000).
2
Rumusan Masalah
Tujuan Penulisan
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
KECEMASAN
Kecemasan adalah suatu istilah yang menggambarkan gangguan psikologis yang dapat
memiliki karakteristik yaitu berupa rasa takut, keprihatinan terhadap masa depan, kekhawatiran
yang berkepanjangan, dan rasa gugup. Rasa cemas memang biasa dihadapi semua orang. Namun,
rasa cemas disebut gangguan psikologis ketika rasa cemas menghalangi seseorang untuk
Penyebab Kecemasan
Penyebab pasti rasa cemas tidak diketahui. Namun, sudah terbukti bahwa rasa cemas disebabkan
oleh kombinasi faktor-faktor tertentu. Seperti gangguan mental lainnya, rasa cemas disebabkan
oleh gagalnya saraf-saraf otak untuk mengontrol emosi dan rasa takut. Contohnya stress dapat
mengubah alur komunikasi sel-sel saraf dalam sirkuit otak. Hal ini akan mengubah struktur otak
tertentu yang mengkontrol emosi. Struktur otak tertentu ini pada awalnya dibentuk dari genetik
Faktor lingkungan seperti trauma masa kecil (contohnya kekerasan rumah tangga, kehilangan
orang tua, dll) atau masalah besar dalam hidup (contohnya krisis finansial dan gagalnya
hubungan asmara) dapat memicu kecemasan. Gejala-gejala kecemasan juga dapat disebabkan
oleh gangguan sistemik seperti hipertiroidisme, masalah endokrin, gula darah rendah,
Kecemasan atau mudah cemas bukan disebabkan oleh lemahnya kepribadian seseorang atau
4
Gejala-gejala Kecemasan
Kecemasan merupakan respon normal dalam menghadapi situasi sulit. Bahkan, rasa cemas dapat
membantu jika situasi yang membutuhkan respon “lawan atau lari” terjadi. Respon “lawan atau
lari” adalah suatu respon yang diatur oleh hormon adrenalin yang akan menentukan apakah Anda
harus “lawan” atau “lari” dalam situasi genting. Namun, jika respon ini berlebihan dan
berkepanjangan atau menjadi terlampau paranoid terhadap masalah kecil, Anda mungkin
mengalami gangguan kecemasan. Tanda-tanda gangguan kecemasan adalah atau kombinasi dari
Susah tidur
Otot-otot menegang
Mulut kering
5
Tipe Gangguan Kecemasan
Gangguan kecemasan dapat diklasifikasikan menjadi beberapa tipe yaitu:
berkepanjangan dan berlebihan terhadap situasi atau kejadian secara tidak spesifik. Pasien
umumnya mengkhawatirkan segala macam hal secara berlebihan dan merespon dengan
kesehatan, pekerjaan, atau keluarga namun tidak bisa menentukan hal apa yang sebenarnya
mereka khawatirkan.
Panic Disorder / Panik yang Tidak Normal - Pasien dengan gangguan ini menderita serangan
Phobia - kondisi ini memiliki karakteristik rasa takut yang tidak diketahui mengapa terhadap
suatu objek, situasi, atau makhluk hidup. Contohnya, takut ketinggian, takut ruangan sempit,
takut terhadap laba-laba, atau takut terhadap binatang melata. Tidak seperti GAD dimana pasien
tidak bisa menentukan apa yang dia khawatirkan, pasien phobia dapat dengan jelas menentukan
apa yang dia takutkan. Walaupun apa yang mereka takutkan terkadang irasional, pasien tetap
sosial, gangguan ini terjadi saat pasien berada dalam situasi bersosialisasi. Pasien merasa gelisah
dan terlalu sadar diri terhadap penampilan, perilaku, sikap, ataupun perkataan pribadi jika
dihadapkan dengan seseorang. Umumnya, pasien menghindari perkumpulan sosial karena takut
perilaku dan pemikiran yang membuat gelisah dan repetitif. Contohnya, beberapa pasien begitu
6
terobsesi dengan tangah yang bersih sehingga mereka selalu mencuci tangan setiap jam atau
melihat tangan orang lain kotor mereka juga merasa gelisah. Pasien yang menderita gangguan ini
menyadari apa yang mereka lakukan itu tidak seharusnya namun tetap tidak bisa
mengkontrolnya.
oleh kejadian masa lalu yang menyebabkan trauma berat seperti kecelakaan, pemerkosaan, atau
menyaksikan tindak kriminal. PTSD sering menyebabkan perubahan perilaku dan sikap dengan
ini akan mengalami kecemasan berlebihan dan kepanikan berlebihan ketika mereka berpisah
dengan seseorang atau suatu tempat yang memberi rasa aman kepada pasien.
sinyal yang menyadarkan, ia memperingatkan adanya bahaya yang mengancam (Kaplan &
Sadock, 1997). Kecemasan adalah suatu ketidakseimbangan atau tegangan yang cepat
Menurut Purwanto (1998) kecemasan adalah suatu keadaan emosional yang tidak menyenangkan
yang ditandai dengan perasaan kuatir, terancam atau datangnya bahaya berkaitan dengan
perubahan pola somatik dan otonomik yang karakteristik. Sedangkan Kartono (1997)
berpendapat bahwa kecemasan dapat juga diartikan semacam kegelisahan, kekhawatiran dan
ketakutan terhadap sesuatu yang tidak jelas, yang difus atau baur dan mempunyai ciri-ciri yang
7
KONSEP DIRI
Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan, dan pendirian yang
Dimensi Konsep Diri
Secara umum menurut pendapat para ahli ada 3 dimensi konsep diri, Calhom danAcocella (1995)
1.Dimensi pengetahuan
2.Dimensi pengharapan
3.Dimensi penilaian
pikirkantentang diri kita sendiri sebagai pribadi, seperti saya pintar, saya cantik, saya anak baika
dan seterusnya.
meliputidambaan, aspirasi, harapan, keinginan bagi diri kita, atau menjadi manusia sepertiapa
3.Dimensi Penilaian. Dimensi ketiga yakni penilaian kita terhadap diri sendiri. Penilaian diri
sendirimerupakan pandangan kita tentang harga atau kewajaran kita sebagai pribadi.
8
Tanda-tanda individu yang memiliki konsep diri yang positif
rasa percaya diri sehingga merasa mampu dan yakin untuk mengatasi masalah yangdihadapi,
tidak lari dari masalah, dan percaya bahwa setiap masalah pasti ada jalan keluarnya.
rasa merendah diri, jadi meskipun ia menerima pujian ia tidakmembanggakan dirinya apalagi
masyarakat. Ia peka
terhadap perasaan orang lain sehingga akan menghargai perasaan orang lain meskipunkadang
sebelum menginstrospeksi orang lain dan mampuuntuk mengubahnya menjadi lebih baik agar
diterima di lingkungannya.
Ciri-ciri konsep diri pada anak dan remaja yang memiliki konsep diri negative adalah:
1. Peka terhadap kritik.Orang ini sangat tidak tahan kritik yang diterimanya danmudah marah
atau naik pitam, hal ini berarti dilihat dari faktor yangmempengaruhi dari individu tersebut
belum dapat mengendalikan emosinya,sehingga kritikan dianggap sebagi hal yang salah. Bagi
9
orang seperti ini koreksisering dipersepsi sebagai usaha untuk menjatuhkan harga
dirinya. Dalam berkomunikasi orang yang memiliki konsep diri negatif cenderung menghindarid
ialog yang terbuka, dan bersikeras mempertahankan pendapatnya dengan berbagai logika yang
keliru.
dia tidak dapat menyembunyikan antusiasmenya pada waktumenerima pujian. Buat orang seperti
ini, segala macam embel-embel yangmenjunjung harga dirinya menjadi pusat perhatian.
4.Cenderung merasa tidak disenangi oleh orang lain. Ia merasa tidakdiperhatikan, karena itulah
ia bereaksi pada orang lain sebagai musuh, sehinggatidak dapat melahirkan kehangatan dan
keakraban persahabatan, berarti individutersebut merasa rendah diri atau bahkan berperilaku
yang tidak disenangi,misalkan membenci, mencela atau bahkan yang melibatkan fisik yaitu
mengajak berkelahi (bermusuhan).
dengan orang lain dalam membuat prestasi. Dia akan menganggaptidak akan berdaya melawan
10
Significant Other (orang yang terpenting atau yang terdekat) danSelf Perception (persepsi diri
sendiri), untuk lebih jelasnya mari kita baca lebihlanjut tentang “Faktor yang mempengaruhi
bertahap sejaklahir seperti mulai mengenal dan membedakan dirinya dan orang lain.
pada area tertentu yang dinilai oleh diri sendiri ataumasyarakat serta aktualisasi diri dengan
2.Significant Other (orang yang terpenting atau yang terdekat)Dimana konsep diri dipelajari
lain, belajar diri sendiri melalui cermin orang lain yaitu dengan cara pandangan dirimerupakan
interprestasi diri pandangan orang lain terhadap diri, anak sangatdipengaruhi orang yang dekat,
remaja dipengaruhi oleh orang lain yang dekatdengan dirinya, pengaruh orang dekat atau orang
3.Self Perception (persepsi diri sendiri)Yaitu persepsi individu terhadap diri sendiri dan
penilaiannya, serta persepsiindividu terhadap pengalamannya akan situasi tertentu. Konsep diri
dapatdibentuk melalui pandangan diri dan pengalaman yang positif. Sehingga konsepmerupakan
aspek yang kritikal dan dasar dari prilaku individu. Individu dengankonsep diri yang positif
dapat berfungsi lebih efektif yang dapat berfungsi lebihefektif yang dapat dilihat dari
konsep diri yang negatif dapat dilihat darihubungan individu dan sosial yang terganggu oleh
11
masyarakat. Mampu memperbaiki karena ia sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian
sebelum menginstrospeksi orang lain, dan mampuuntuk mengubahnya menjadi lebih baik agar
diterima di lingkungannya.
3. Harga diri rendah adalah penilaian individu tentang nilai personal yangdiperoleh dengan
menganalisa seberapa baik perilaku seseorang sesuai denganideal diri. Harga diri rendah adalah
transisi antara respon konsep diri yang adaptifdengan konsep diri yang maladaptif. Tanda dan
sperti perasaan malu terhadap diri sendiri, akibat tindakan penyakit, rasa bersalahterhadap diri
sendiri, dan merendahkan martabat. Tanda dan gejala yang lain dariharga diri rendah diantaranya
rasa bersalah pada diri sendiri, mengkritik dirisendiri atau orang lain, menarik diri dari realitas,
pesimis, perasaan tidak mampu, perasaan negative pada dirinya sendiri, percaya dirikurang,
mencakup rasa internal tentang individualitas, keutuhan, dan konsistensidari seseorang sepanjang
waktu dan dalam berbagai situasi. Pencapaian identitasdiperlukan untuk hubungan yang intim
karena identitas seseorang diekspresikandalam berhubungan dengan orang lain. Seksualitas juga
merupakan salah satuidentitas. Rasa identitas ini secara kontinu timbul dan dipengaruhi oleh
identitas banyak mengalami perubahan, yang meyebabkan ketidakamanan dan ansietas.Remaja
mencoba untuk menyesuaikan diri dengan perubahan fisik, emosional,dan mental akibat
12
peningkatan kematangan. Stressor identitas diantaranyakehilangan pekerjaan, perkosaan,
perceraian, kelalaian, konflik dengan orang lain,dan masih banyak lagi. Identitas masa kanak-
kanak dalam kematangan aspek psikososial, merupakan ciri-ciri masa dewasa yang harmonis.
5. Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistik dan asing terhadap dirisendiri yang
berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapatmembedakan dirinya dengan orang
lain. Tanda dan gejala yang ditunjukkan yaitudengan tidak adanya rasa percaya diri,
proyeksi. Jika seseorangmemiliki perilaku dengan depersonalisasi, berarti orang tersebut telah
persepsi yang menyimpang pada identitas, tubuh, dan hidup merekayang membuat mereka tidan
nyaman, gejala-gejala kemungkinan sementara ataulama atau berulang untuk beberapa tahun.
Orang dengan gangguan tersebutseringkali mempunyai kesulitan yang sangat besar untuk
menggambarkan gejala-gejala mereka dan bisa merasa takut atau yakin bahwa mereka akan
terapi perilaku, dan hipnotis telah efektifuntuk beberapa orang. Obat-obat penenang dan
Penyebab gangguan konsep diri
Menurut “Stuart & sundeen, 1995”. Ada berbagai hal yang dapat menyebabkan
1.Pola asuh orang tuaPola asuh orang tua menjadi faktor yang signifikan dalam mempengaruhi
konsepdiri yang telah terbentuk sejak lahir. Sikap positif yang ditunjukkan oleh orangtua, maka
13
akan menumbuhkan konsep dan pemikiran yang positf. Sedangkansikap negative yang
ditunjukkan oleh orang tua, akan menimbulkan asumsi bahwadirinya tidak cukup berhargauntuk
pertanyaankepada diri sendiri dan berakhir dengan kesimpulan bahwa semua penyebabterletak
pada kelemahan diri sendiri. Kegagalan sering membuat seseorang merasadirinya tidak berguna.
3.Depresi Orang yang sedang mengalami depresi akan mempunyai pemikiran yangcenderung
lebih negative dalam memandang dan merespon segala sesuatutermasuk dalam menilai diri
sendiri.
sering berfungsi sebagai regulator atau rambu-rambu dalam bertindak atau berprilaku.Agar
keberadaan kita dapat diterima oleh masyarakat dan dapat beradaptasi diridengan baik.
5.Merubah diriTerkadang diri kita sendiri yang menyebabkan persoalan akan bertambah
rumitdengan berfikir yang tidak-tidak (negative) terhadap suatu keadaan atau terhadapdiri kita
sendiri. Namun dengan sifatnya yang dinamis, konsep diri dapatmengalami perubahan kearah
14
Pengkajian konsep diri
Faktor predisposisi
1.Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi perilaku yang objektif dan teramati serta
pasiensendiri.Perilaku berhubungan dengan harga diri yang rendah, keracuan identitas, dan
deporsonalisasi.
2.Faktor yang mempengaruhi peran adalah streotipik peran seks, tuntutan perankerja, dan
Stresor pencetus
kehidupan.
2.Ketegangan peran hubugnan dengan peran atau posisi yang diharapkan dimanaindividu
15
c.Sumber-sumber kopingSetiap orang mempunyai kelebihan personal sebagai sumber koping,
meliputi :
6.Bakat tertentu
7.Kecerdasan
9.Hubungan interpersonal
d. Mekanisme koping
3.Mekanisme pertahanan.
16
Pohon Masalah
KEHILANGAN
Definisi kehilangan
Kehilangan dan berduka merupakan bagian integral dari kehidupan. Kehilangan adalah
suatu kondisi yang terputus atau terpisah atau memulai sesuatu tanpa hal yang berarti sejak
kejadian tersebut. Kehilangan mungkin terjadi secara bertahap atau mendadak, bisa tanpa
kekerasan atau traumatik, diantisispasi atau tidak diharapkan/diduga, sebagian atau total dan bisa
kembali atau tidak dapat kembali.Kehilangan adalah suatu keadaan individu yang berpisah
dengan sesuatu yang sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau
oleh setiap individu dalam rentang kehidupannya. Sejak lahir individu sudah mengalami
kehilangan dan cenderung akan mengalaminya kembali walaupun dalam bentuk yang berbeda.
17
Kehilangan merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami suatu kekurangan atau tidak
ada dari sesuatu yang dulunya pernah ada atau pernah dimiliki.
Definisi berduka
dimanifestasikan adanya perasaan sedih, gelisah, cemas, sesak nafas, susah tidur, dan lain-lain.
Berduka merupakan respon normal pada semua kejadian kehilangan. NANDA merumuskan ada
dua tipe dari berduka yaitu berduka diantisipasi dan berduka disfungsional. Berduka diantisipasi
adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu dalam merespon kehilangan yang
fungsional sebelum terjadinya kehilangan. Tipe ini masih dalam batas normal. Berduka
disfungsional adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu yang responnya dibesar-
besarkan saat individu kehilangan secara aktual maupun potensial, hubungan, objek dan
ketidakmampuan fungsional. Tipe ini kadang- kadang menjurus ke tipikal, abnormal, atau
kesalahan/kekacauan.
- Menangis
- Gangguan tidur
- Sulit berkonsentrasi
18
· Mengingkari kenyataan kehilngan terjadidalam waktu yang lama
· Sedih berkepanjangan
Kepercayaan spritual
Peran seks
Tipe kehilangan
Kehilangan dibagi menjadi 2 tipe yaitu:
Mudah dikenal atau diidentifikasi oleh orang lain,misalnya amputasi kematian orang yang sangat
2. Persepsi
Hanya dialami oleh seseorang dan sulit untuk dapat dibuktikan, misalnya; seseorang yang
berhenti bekerja / PHK (pemutusan hubungan kerja) , menyebabkan perasaan kemandirian dan
19
Jenis-jenis Kehilangan
Terdapat 5 katagori kehilangan, yaitu:
Kehilangan seseorang yang dicintai dan sangat bermakna atau orang yang berarti adalah salah
satu yang paling membuat stress dan mengganggu dari tipe-tipe kehilangan, yang mana harus
ditanggung oleh seseorang. Kematian juga membawa dampak kehilangan bagi orang yang
dicintai. Karena keintiman, intensitas dan ketergantungan dari ikatan atau jalinan yang ada,
kematian pasangan suami/istri atau anak biasanya membawa dampak emosional yang luar biasa
Bentuk lain dari kehilangan adalah kehilangan diri atau anggapan tentang mental
seseorang. Anggapan ini meliputi perasaan terhadap keatraktifan, diri sendiri, kemampuan fisik
dan mental, peran dalam kehidupan, dan dampaknya. Kehilangan dari aspek diri mungkin
sementara atau menetap, sebagian atau komplit. Beberapa aspek lain yang dapat hilang dari
Kehilangan objek eksternal misalnya kehilangan milik sendiri atau bersama-sama, perhiasan,
uang atau pekerjaan. Kedalaman berduka yang dirasakan seseorang terhadap benda yang hilang
20
4. Kehilangan lingkungan yang sangat dikenal
Kehilangan diartikan dengan terpisahnya dari lingkungan yang sangat dikenal termasuk dari
kehidupan latar belakang keluarga dalam waktu satu periode atau bergantian secara permanen.
Misalnya pindah kekota lain, maka akan memiliki tetangga yang baru dan proses penyesuaian
baru.
Seseorang dapat mengalami mati baik secara perasaan, pikiran dan respon pada kegiatan dan
orang disekitarnya, sampai pada kematian yang sesungguhnya. Sebagian orang berespon berbeda
tentang kematian.
- Fase penyangkalan(Denial)
Fase ini merupakan reaksi pertama individu terhadap kehilangan atau individu tidak
percaya.menolak atau tidak menerima kehilangan yang terjadi.pernyataan yang sering diucapkan
adalah “ itu tidak mungkin” atau “ saya tidak percaya” .seseorang yang mengalami kehilangan
karena kematian orang yang berarti baginya,tetap merasa bahwa orang tersebut masih hidup.dia
mungkin mengalami halusinasi,melihat orang yang meninggal tersebut berada di tempat yang
biasa digunakan atau mendengar suaranya. Perubahan fisik: letih, pucat, mual ,diare ,gangguan
21
Fase ini dimulai dengan timbulnya kesadaran akan kenyataan terjadinya kehilangan individu
menunjukkan perasaan marah pada diri sendiri atau kepada orang yang berada dilingkungan nya.
Reaksi fisik yang terjadi pada fase ini antara lain,muka merah,nadi cepat,susah tidur,tangan
mengepal,mau memukul,agresif.
Individu yang telah mampu mengekspresikan rasa marah akan kehilangan nya ,maka orang
tersebut akan maju ketahap tawar menawar dengan memohon kemuraha TUHAN,individu ingin
menunda kehilangan dengan berkata”seandainya saya hati-hati” atau “kalau saja kejadian ini bisa
- Fase depresi
Individu berada dalam suasana berkabung,karena kehilangan merupakan keadaan yang nyata,
individu sering menunjukkan sikap menarik diri,tidak mau berbicara atau putus asa dan mungkin
sering menangis.
Pada fase ini individu menerima kenyataan kehilangan,misalnya : ya,akhirnya saya harus di
operasi, apa yang harus saya lakukan agar saya cepat sembuh,tanggung jawab mulai timbul dan
usaha untuk pemulihan dapat lebih optimal.secara bertahap perhatiannya beralih pada objek yang
baru,dan pikiran yang selalu terpusat pada objek atau orang yang hilang akan mulai berkurang
atau hilang.jadi, individu yang masuk pada fase penerimaan atau damai, maka ia dapat
mengakhiri proses berduka dan mengatasi perasaan kehilangan nya secara tuntas.
22
Fase kehilangan menurut Engel:
1. Pada fase ini individu menyangkal realitas kehilangan dan mungkin menarik diri, duduk tidak
bergerak atau menerawang tanpa tujuan. Reaksi fisik dapat berupa pingsan, diare, keringat
berlebih.
2. Pada fase kedua ini individu mulai merasa kehilangan secara tiba-tiba dan mungkin
mengalami keputusasaan secara mendadak terjadi marah, bersalah, frustasi dan depresi.
3. Fase realistis kehilangan. Individu sudah mulai mengenali hidup, marah dan depresi, sudah
-Penghindaran
-Konfrontasi
pada fase ini terjadi luapan emosi yang sangat tinggi ketika klien secara berulang melawan
-Akomodasi
Pada fase ini klien secara bertahap terjadi penurunan duka yang akut dan mulai memasuki
kembali secara emosional dan social sehari-hari dimana klien belajar hidup dengan kehidupan
mereka.
Distres Spiritual
23
Keadaan dimana individu atau kelompok mengalami atau berisiko mengalami gangguan dalam
sistyem keyakinan atau nilai yang memberi kekuatan, harapan, dfan arti kehidupan seseorang.
1. Ungkapan kekurangan
a. Harapan
c. Perdamaian/ketenangan
d. Penerimaan
e. Cinta
g. Keberanian
2. Marah
3. Kesalahan
24
2. Menolak interaksi dengan tujuan dan keluarga
menulis)
Sumber Koping
Menurut Safarino (2002) terdapat lima tipe dasar dukungan sosial bagi distres spiritual :
25
Dukungan emosi yang terdiri atas rasa empati, caring, memfokuskan pada kepentingan orang
lain.
Tipe yang kedua adalah dukungan esteem yang terdiri atas ekspresi positif thingking, mendorong
Dukungan yang ketiga adalah dukungan instrumental yaitu menyediakan pelayanan langsung
Tipe keempat adalah dukungan informasi yaitu memberikan nasehat, petunjuk dan umpan balik
Tipe terakhir atau kelima adalah dukungan network menyediakan dukungan kelompok untuk
berbagai tentang aktifitas spiritual. Taylor, dkk (2003) menambahkan dukungan apprasial yang
membantu seseorang untuk meningkatkan pemahaman terhadap stresor spiritual dalam mencapai
26
Jurnal
Jurnal 1.
Tahun :2003
Volume :2
27
Halaman :67-71
Hasil Penelitian
Analisis terhadap data penelitian menghasilkan koefisien korelasi sebesar -0,725 dengan p < 0,01
yang berarti ada hubungan negatif yang signifikan antara kepercayaan diri dengan kecemasan
komunikasi interpersonal. Berarti semakin tinggi kepercayaan diri, maka semakin rendah
kecemasan komunikasi interperso-nalnya, begitu pula sebaliknya. Sementara dari uji t diperoleh
hasil sebesar - 0,678 dengan p>0,05 yang berarti tidak ada perbedaan kecemasan komunikasi
Kesimpulan
Abstrak masalah utama dalam kecemasan komunikasi antarpribadi adalah ada perasaan khawatir
akan respon lain baginya atau dia tentang sesuatu yang dikirimkan dan bagaimana dia diutus.
Dapat diandalkan bagi orang lain dalam menilai sesuatu adalah salah satu karakteristik dari
kepercayaan diri yang rendah. Tujuan dari pembelajaran ini adalah untuk melihat hubungan
antara kepercayaan diri sendiri dan kecemasan komunikasi antarpribadi dan perbedaan antara
komunitas terhadap kecemasan terhadap siswa laki-laki dan perempuan. Mata pelajaran ini
adalah 61 perempuan dan 57 murid laki-laki dari fakultas ekonomi UKRIM di Yogyakarta.
Hipotesis adalah: 1. Ada korelasi antara kepercayaan diri dan kecemasan komunikasi
antarpribadi, 2. Ada perbedaan komunikasi kegelisahan antara jantan dan betina. Hipotesis
pertama dan kedua telah dianalisis oleh Pearson's produk saat korelasi dan dengan t test ctivelly.
Data tertanam oleh modifikasi skala kepercayaan diri dari Lauster (1978) dan modifikasi skala
komunikasi antara komunikasi dari Syarani (1995). Hasilnya menunjukkan adanya korelasi yang
signifikan antara kepercayaan diri dan kecemasan komunikasi antarpribadi (r = - 0725; P < 0,01)
28
dan test menunjukkan nilai adalah = -0678 dan p > 0.05. Dari nilai-nilai di atas, dapat
disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan axisi komunikasi antarpribadi pada mahasiswa pria dan
wanita.
Jurnal 2
Judul jurnal : tingkat penerimaan diri wanita usia subur yang mengalami infertil di salah satu
Nama peneliti : Yuliana Windarti, Nurul Sri Wahyuni, Cholik Harun Rosjidi
Tahun :2019
Volume :3
Hasil Penelitian
Dari Fase Denial, Fase Anger, Fase Bergaining, Fase Depression, Fase Acceptance perasaan ibu
yang masuk di fase denial ada 6 orang , fase anger ada 1 orang, fase bargaining (penerimaan diri
negative) ada 8 pernyataan dan (penerimaan diri positive) ada 56 pernyataan, fase depression ada
7 responden yang menerima fase depression, ada 13 responden yang sudah masuk fase
acceptance.
Kesimpulan
29
Menurut penulis para wanita harus di buat kelompok agar mereka dapat berbagi pengalaman satu
sama yang lain, juga diberikan pengajaran terhadap mereka tentang infertile primer dan
sekunder.
Jurnal 3
Judul jurnal :
Tahun : 2015
Hasil penelitian : Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dimensi dengan kebutuhan tertinggi
(57,1%), kebutuhan terhadap family’s preference (52,3%), kebutuhan terhadap spiritual anggota
keluarga (41%), kebutuhan terhadap makna dan tujuan (39%), dan kebutuhan terhadap hubungan
(37,8%). Penelitian ini menunjukan bahwa dimensi kebutuhan terhadap keyakinan merupakan
dimensi kebutuhan spiritual keluarga yang dirasa paling utama oleh responden. Berdasarkan
hasil penelitian tersebut disarankan agar perawat dapat meningkatkan pelayanan tentang asuhan
keperawatan spiritual
dengan pengembangan protap dengan memasukan enam dimensi ke dalam protab yang ada,
disediakan ruang tunggu yang tenang untuk keluarga dalam beribadah, adanya konseling antara
perawat dan keluarga, dan menyediakan bacaan-bacaan tentang kebutuhan spiritual keluarga.
30
Kesimpulan : Berdasarkan hasil penelitian “gambaran kebutuhan spiritual keluarga dengan anak
penderita penyakit kronis di ruang rawat inap anak Rumah Sakit Al Islam Bandung” dapat
disimpulkan bahwa dimensi keyakinan (beliefs) sebesar 57,4 % merupakan dimensi tertinggi,
diikuti oleh dimensi kekuatan (strengths) sebesar 57,1 % dan dimensi Family’s preference
sebesar 52,3 %.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari berbagai macam masalah psikososial , semuanya itu tertuju di kebutuhan akan support dari orang
lain , manusia tidak dapat hidup sendiri. Jika manusia hidup sendiri maka semua yang terkena masalah
psikososial tidak akan pernah sadar dan berubah .
Saran
Saran dari kelompok pembuat adalah jika ada yang membutuhkan bantuan kita , kita harus membantu
mereka terlebih lagi yang ada di dalam medis kita tidak hanya merawat tubuh pasien saja melainkan
dengan jiwa mereka juga.
31
DAFTAR PUSTAKA
Achir Yani S. Hamid, Bunga rampai asuhan keperawatan kesehatan jiwa/ Achir Yani S. Hamid:
editor, Monica Ester,Onny Anastasia Tampubolon. –Jakarta: EGCC, 2008.
32
Dalami, E. (n.d.). Asuhan Keperawatan Jiwa dengan Masalah Psikososial. Jakarta: Trans Info
Media.
Crosta, Peter (2009). Medical News Today Knowledge Center: “All About Anxiety”
Manajemen kasus gangguan jiwa : CMHN ( intermadiate course )/ editor, Budi Ana Keliat,
Akemat Pawiro Wiyono, Herni Susanti ; editor penyelaras, Monica Ester, Egi Komara
Yudha – Jakarta : EGC, 2011
Perry, P. &. (2005). Fundamental Keperawatan . Jakarta: EGC.
Starcevic, Vladan(2005) Anxiety Disorders in Adults: A Clinical Guide. Oxford University
Press.
Sunden, S. &. (1988). Buku Saku Keperawatan Jiwa jilid 3. Jakarta: EGC.
Suseno, T. A. (2004). Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia ; Kehilangan Kematian dan
Beduka. Jakarta: Sagung Seto.
33