Anda di halaman 1dari 37

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN MASALAH PSIKOSOSIAL

Disusun Untuk Memenuhi Tuntutan Mata kuliah

Mental Health

Disusun Oleh:

Frans, Jonan Arzel

Rumagit, Freicilia Bunga Camelia

Saumana, Sherina Talita

Andris, Yuliana

Pasaka, Jeane Florance

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS KLABAT

AIRMADIDI, MINAHASA UTARA

MARET, 2020
KATA PENGANTAR

Segala Puji Syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat-Nya

yang melimpah dan oleh tuntunan serta perlindungan-Nya sehingga saya dapat

menyelesaikantugasmakalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Klien Dengan Masalah

Psikososial” dengan baik.

Dalam penulisan makalah ini di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan

jiwa. Materi yang diberikan harus di pahami dan di mengerti serta dapat menjadi pengetahuan

bagi saya.

Saya menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan baik

dalam teknis penulisan maupun materi , kiranya saran dan kritik sangat di harapkan demi

penyempurnaan makalah saya. Mudah-mudahan dengan ada tugas ini dapat membantu saya

untuk terus belajar dengan giat da lebih mengetahui tentang ilmu dalam keperawatan jiwa.

Apabila terdapat kekurangan dalam makalah ini saya mohon maaf yang sebesar-

besarnya. Demikian yang dapat saya sampaikan semoga makalah ini dapat bermanfaat.

Airmadidi, 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1
LATAR BELAKANG.....................................................................................................................1
Rumusan Masalah............................................................................................................................3
Tujuan Penulisan.............................................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................................4
KECEMASAN................................................................................................................................4
Penyebab Kecemasan...................................................................................................................4
Gejala-gejala Kecemasan.............................................................................................................5
Tipe Gangguan Kecemasan.........................................................................................................6
PENGERTIAN KECEMASAN MENURUT AHLI...................................................................7
KONSEP DIRI.................................................................................................................................8
Dimensi Konsep Diri...................................................................................................................8
Tanda-tanda individu yang memiliki konsep diri yang positif....................................................9
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri.......................................................................10
Penyebab gangguan konsep diri.................................................................................................13
Pengkajian konsep diri...............................................................................................................15
KEHILANGAN.............................................................................................................................17
Definisi kehilangan....................................................................................................................17
Definisi berduka.........................................................................................................................18
Tanda dan gejala kehilangan......................................................................................................18
Faktor – faktor yang mempengaruhi..........................................................................................19
Tipe kehilangan..........................................................................................................................19
Jenis-jenis Kehilangan...............................................................................................................20
Fase-fase kehilangan dan berduka.............................................................................................21
Distres Spiritual.............................................................................................................................23
Karakteristik distres spiritual.....................................................................................................24

iii
Sumber Koping..........................................................................................................................25
Jurnal..............................................................................................................................................27
BAB III..........................................................................................................................................31
PENUTUP.....................................................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................32

iv
BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG
Ada beberapa hal yang menjadi hal utama dalam masalah psikososial diantaranya

kecemasan, konsep diri, kehilangan dan distress spiritual.

Kecemasan adalah suatu istilah yang menggambarkan gangguan psikologis yang dapat

memiliki karakteristik yaitu berupa rasa takut, keprihatinan terhadap masa depan, kekhawatiran

yang berkepanjangan, dan rasa gugup. Rasa cemas memang biasa dihadapi semua orang. Namun,

rasa cemas disebut gangguan psikologis ketika rasa cemas menghalangi seseorang untuk

menjalani kehidupan sehari-hari dan menjalani kegiatan produktif.

Konsep diri adalah konseptualisasi individu terhadap dirinya sendiri. Konsep dirisecara

langsung mempengaruhi harga diri dan perasaan seseorang tentang dirinyasendiri. Konsep diri

dibangun pada saat seseorang dapat berpikir dan mengenalihal-hal yang dapat

mempengaruhinya, dimulai pada saat remaja hingga usia tua.Data menunjukkan bahwa cara

berpikir secara negatif sangat mempengaruhi padamasa usia lanjut karena intensitas emosional

dan perubahan fisik berhubungandengan penuaan. (Potter & Perry, 2010).

Menurut World Health Organitation (WHO) 2009, prevalensi masalah

kesehatan jiwa saat ini cukup tinggi, 25% dari penduduk dunia pernah menderita masalahkesehat

an jiwa, 1% diantaranya adalah gangguan jiwa berat, potensi seseorangmudah terserang

1
gangguan jiwa memang tinggi, setiap saat 450 juta orang diseluruh dunia terkena dampak

permasalahan jiwa, saraf maupun perilaku dan jumlahnya terus meningkat.

Manusia adalah mahluk yang paling tinggi derajatnya dibandingkan makhluk tuhan yang

lainnya. karena manusia telah diberkahi dengan akal dan fikiran yang bisa membuat manusia

tampil dengan baik dimuka bumI ini. Akal dan fikiran ini lah yang membuat manusia bisa

berubah dari waktu ke waktu.Dalam kehidupan manusia sulit sekali dipredeksi sifat dan

kelakuannya bisa berubah sewaktu-waktu. Kadang dia baik,dan tidak bisa bisa dipungkiri juga

banyak manusia yang jahat dan dengki pada sesame manusia dan makhluk tuhan lainnya.

Setiap manusia kepercayaan akan sesuatu yang dia anggap angung atau maha.kepercyaan

inilah yang disebut sebagai spriritual. Spiritual ini sebagai kontrol manusia dalam bertindak, jadi

spiritual juga bisa disebut sebagai norma yang mengatur manusia dalam berperilaku dan

bertindak.

Dalam ilmu keperawatan spiritual juga sangat diperhatikan.Berdasarkan konsep

keperawatan, makna spiritual dapat dihubungkan dengan kata-kata : makna, harapan, kerukunan,

dan sistem kepercayaan (Dyson, Cobb, Forman, 1997). Dyson mengamati bahwa perawat

menemukan aspek spiritual tersebut dalam hubungan seseorang dengan dirinya sendiri, orang

lain, dan dengan Tuhan. Menurut Reed (1992) spiritual mencakup hubungan intra-, inter-, dan

transpersonal. Spiritual juga diartikan sebagai inti dari manusia yang memasuki dan

mempengaruhi kehidupannya dan dimanifestasikan dalam pemikiran dan prilaku serta dalam

hubungannya dengan diri sendiri, orang lain, alam, dan Tuhan (Dossey & Guzzetta, 2000).

2
Rumusan Masalah

1. Apa saja masalah-masalah psikososial?

2. Apa pengertian dari setiap masalah-masalah psikososial?

Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui masalah-masalah psikososial

2. Untuk mengetahui pengertian dari setiap masalah-masalah psikososial

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

KECEMASAN

Kecemasan adalah suatu istilah yang menggambarkan gangguan psikologis yang dapat

memiliki karakteristik yaitu berupa rasa takut, keprihatinan terhadap masa depan, kekhawatiran

yang berkepanjangan, dan rasa gugup. Rasa cemas memang biasa dihadapi semua orang. Namun,

rasa cemas disebut gangguan psikologis ketika rasa cemas menghalangi seseorang untuk

menjalani kehidupan sehari-hari dan menjalani kegiatan produktif.

Penyebab Kecemasan
Penyebab pasti rasa cemas tidak diketahui. Namun, sudah terbukti bahwa rasa cemas disebabkan

oleh kombinasi faktor-faktor tertentu. Seperti gangguan mental lainnya, rasa cemas disebabkan

oleh gagalnya saraf-saraf otak untuk mengontrol emosi dan rasa takut. Contohnya stress dapat

mengubah alur komunikasi sel-sel saraf dalam sirkuit otak. Hal ini akan mengubah struktur otak

tertentu yang mengkontrol emosi. Struktur otak tertentu ini pada awalnya dibentuk dari genetik

dan keturunan keluarga.

Faktor lingkungan seperti trauma masa kecil (contohnya kekerasan rumah tangga, kehilangan

orang tua, dll) atau masalah besar dalam hidup (contohnya krisis finansial dan gagalnya

hubungan asmara) dapat memicu kecemasan. Gejala-gejala kecemasan juga dapat disebabkan

oleh gangguan sistemik seperti hipertiroidisme, masalah endokrin, gula darah rendah,

kekurangan kalsium, dan penyakit jantung.

Kecemasan atau mudah cemas bukan disebabkan oleh lemahnya kepribadian seseorang atau

pendidikan yang buruk.

4
Gejala-gejala Kecemasan
Kecemasan merupakan respon normal dalam menghadapi situasi sulit. Bahkan, rasa cemas dapat

membantu jika situasi yang membutuhkan respon “lawan atau lari” terjadi. Respon “lawan atau

lari” adalah suatu respon yang diatur oleh hormon adrenalin yang akan menentukan apakah Anda

harus “lawan” atau “lari” dalam situasi genting. Namun, jika respon ini berlebihan dan

berkepanjangan atau menjadi terlampau paranoid terhadap masalah kecil, Anda mungkin

mengalami gangguan kecemasan. Tanda-tanda gangguan kecemasan adalah atau kombinasi dari

beberapa hal dibawah ini:

Perasaan mudah marah, tersinggung, sedih, atau khawatir

Tidak dapat fokus dan tenang

Susah tidur

Ketakutan dan panic

Jantung berdebar-debar tanpa alasan jelas

Tangan dan kaki berkeringat dingin

Rasa kesemutan di tangan atau kaki

Otot-otot menegang

Pusing dan mual

Mulut kering

5
Tipe Gangguan Kecemasan
Gangguan kecemasan dapat diklasifikasikan menjadi beberapa tipe yaitu:

Generalized Anxiety Disorder (GAD)/Gangguan Kecemasan Umum - Ini adalah gangguan

berkepanjangan dan berlebihan terhadap situasi atau kejadian secara tidak spesifik. Pasien

umumnya mengkhawatirkan segala macam hal secara berlebihan dan merespon dengan

berlebihan. Contohnya, pasien dengan gangguan ini mengkhawatirkan masalah keuangan,

kesehatan, pekerjaan, atau keluarga namun tidak bisa menentukan hal apa yang sebenarnya

mereka khawatirkan.

Panic Disorder / Panik yang Tidak Normal - Pasien dengan gangguan ini menderita serangan

rasa takut dan panik secara cepat dan tiba-tiba.

Phobia - kondisi ini memiliki karakteristik rasa takut yang tidak diketahui mengapa terhadap

suatu objek, situasi, atau makhluk hidup. Contohnya, takut ketinggian, takut ruangan sempit,

takut terhadap laba-laba, atau takut terhadap binatang melata. Tidak seperti GAD dimana pasien

tidak bisa menentukan apa yang dia khawatirkan, pasien phobia dapat dengan jelas menentukan

apa yang dia takutkan. Walaupun apa yang mereka takutkan terkadang irasional, pasien tetap

tidak bisa mengontrol rasa takut mereka.

Social Anxiety Disorder/Gangguan Kecemasan dalam Bersosialisasi - Biasa disebut phobia

sosial, gangguan ini terjadi saat pasien berada dalam situasi bersosialisasi. Pasien merasa gelisah

dan terlalu sadar diri terhadap penampilan, perilaku, sikap, ataupun perkataan pribadi jika

dihadapkan dengan seseorang. Umumnya, pasien menghindari perkumpulan sosial karena takut

memalukan diri sendiri dan dipandang oleh orang lain.

Obsessive Compulsive Disorder (OCD)/Gangguan Perilaku Obsesif - Gangguan ini adalah

perilaku dan pemikiran yang membuat gelisah dan repetitif. Contohnya, beberapa pasien begitu
6
terobsesi dengan tangah yang bersih sehingga mereka selalu mencuci tangan setiap jam atau

melihat tangan orang lain kotor mereka juga merasa gelisah. Pasien yang menderita gangguan ini

menyadari apa yang mereka lakukan itu tidak seharusnya namun tetap tidak bisa

mengkontrolnya.

Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD)/Gangguan Post-traumatic - Gangguan ini disebabkan

oleh kejadian masa lalu yang menyebabkan trauma berat seperti kecelakaan, pemerkosaan, atau

menyaksikan tindak kriminal. PTSD sering menyebabkan perubahan perilaku dan sikap dengan

harapan dapat menghidar dari penyebab trauma.

Separation Anxiety Disorder/Ganguan Kecemasan dalam Perpisahan - Pasien dengan gangguan

ini akan mengalami kecemasan berlebihan dan kepanikan berlebihan ketika mereka berpisah

dengan seseorang atau suatu tempat yang memberi rasa aman kepada pasien.

PENGERTIAN KECEMASAN MENURUT AHLI

Pengertian / Definisi Kecemasan Pengertian / Dedinisi Kecemasan | Kecemasan adalah suatu

sinyal yang menyadarkan, ia memperingatkan adanya bahaya yang mengancam (Kaplan &

Sadock, 1997). Kecemasan adalah suatu ketidakseimbangan atau tegangan yang cepat

mengusaha koping (Hudak & Gallo, 1997).

Menurut Purwanto (1998) kecemasan adalah suatu keadaan emosional yang tidak menyenangkan

yang ditandai dengan perasaan kuatir, terancam atau datangnya bahaya berkaitan dengan

perubahan pola somatik dan otonomik yang karakteristik. Sedangkan Kartono (1997)

berpendapat bahwa kecemasan dapat juga diartikan semacam kegelisahan, kekhawatiran dan

ketakutan terhadap sesuatu yang tidak jelas, yang difus atau baur dan mempunyai ciri-ciri yang

munajab pada kita.

7
KONSEP DIRI
Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan, dan pendirian yang

diketahuiindividu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan denganorang

lain. (Stuart and Sudeen, 1998).

  Dimensi Konsep Diri
Secara umum menurut pendapat para ahli ada 3 dimensi konsep diri, Calhom danAcocella (1995)

misalnya menyebutkan ke 3 dimensi tersebut, yakni

1.Dimensi pengetahuan

2.Dimensi pengharapan

3.Dimensi penilaian

Dimensi konsep diri:

1.Dimensi Pengetahuan.Dimensi pengetahuan (kognitif) mencakup segala sesuatu yang kita

pikirkantentang diri kita sendiri sebagai pribadi, seperti saya pintar, saya cantik, saya anak baika

dan seterusnya.

2.Dimensi Pengharapan.Dimensi pengharapan yakni pengharapan bagi diri kita sendiri.

Pengharapan inimerupakan self-ideal atau diri yang dicita-citakan. Cita-cita diri

meliputidambaan, aspirasi, harapan, keinginan bagi diri kita, atau menjadi manusia sepertiapa

yang kita inginkan.

3.Dimensi Penilaian. Dimensi ketiga yakni penilaian kita terhadap diri sendiri. Penilaian diri

sendirimerupakan pandangan kita tentang harga atau kewajaran kita sebagai pribadi. 

8
Tanda-tanda individu yang memiliki konsep diri yang positif

1.Yakin akan kemampuan dalam mengatasi masalah. Orang ini mempunyai

rasa percaya diri sehingga merasa mampu dan yakin untuk mengatasi masalah yangdihadapi,

tidak lari dari masalah, dan percaya bahwa setiap masalah pasti ada jalan keluarnya.

2.  Merasa setara dengan orang lain. Ia selalu merendah diri, tidak sombong,mencela atau

meremehkan siapapun, selalu menghargai orang lain.

3.  Menerima pujian tanpa rasa malu. Ia menerima pujian tanpa rasa malu tanpamenghilangkan

rasa merendah diri, jadi meskipun ia menerima pujian ia tidakmembanggakan dirinya apalagi

meremehkan orang lain.

4.  Menyadari bahwa setiap  orang mempunyai

berbagai perasaan dan keinginan serta perilaku yang tidak seharusnya disetujui oleh

masyarakat. Ia peka

terhadap perasaan orang lain sehingga akan menghargai perasaan orang lain meskipunkadang

tidak di setujui oleh masyarakat.

5.  Mampu memperbaiki  karena dia sanggup mengungkapkan aspek-aspekkepribadian tidak

disenangi dan berusaha mengubahnya. Dia mampu untukmengintrospeksi dirinya sendiri

sebelum menginstrospeksi orang lain dan mampuuntuk mengubahnya menjadi lebih baik agar

diterima di lingkungannya.

Ciri-ciri konsep diri pada anak dan remaja yang memiliki konsep diri negative adalah:

1.  Peka terhadap kritik.Orang ini sangat tidak tahan kritik yang diterimanya danmudah marah

atau naik pitam, hal ini berarti dilihat dari faktor yangmempengaruhi dari individu tersebut

belum dapat mengendalikan emosinya,sehingga kritikan dianggap sebagi hal yang salah. Bagi

9
orang seperti ini koreksisering dipersepsi sebagai usaha untuk menjatuhkan harga

dirinya. Dalam berkomunikasi orang yang memiliki konsep diri negatif cenderung menghindarid

ialog yang terbuka, dan bersikeras mempertahankan pendapatnya dengan berbagai logika yang

keliru.

2.  Responsif sekali terhadap pujian. Walaupun dia mungkin berpura-puramenghindari pujian,

dia tidak dapat menyembunyikan antusiasmenya pada waktumenerima pujian. Buat orang seperti

ini, segala macam embel-embel yangmenjunjung harga dirinya menjadi pusat perhatian.

Bersamaan dengankesenangannya terhadap pujian, merekapun hiperkritis terhadap orang lain.

3.Cenderung bersikap hiperkritis. Ia selalu mengeluh, mencela atau meremehkanapapun dan

siapapun. Mereka tidak pandai dan tidak sanggup mengungkapkan penghargaan atau

pengakuan pada kelebihan orang lain.

4.Cenderung merasa tidak disenangi oleh orang lain. Ia merasa tidakdiperhatikan, karena itulah

ia bereaksi pada orang lain sebagai musuh, sehinggatidak dapat melahirkan kehangatan dan

keakraban persahabatan, berarti individutersebut merasa rendah diri atau bahkan berperilaku

yang tidak disenangi,misalkan membenci, mencela atau bahkan yang melibatkan fisik yaitu

mengajak berkelahi (bermusuhan).

5.  Bersikap pesimis terhadap kompetisi. Hal ini terungkap dalam keengganannyauntuk bersaing

dengan orang lain dalam membuat prestasi. Dia akan menganggaptidak akan berdaya melawan

persaingan yang merugikan dirinya.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri

 Menurut Stuart dan Sudeen (1991) ada beberapa faktor-faktor yangmempengaruhi

perkembangan konsep diri. Faktor-foktor tersebut terdiri dari teori perkembangan,

10
Significant Other (orang yang terpenting atau yang terdekat) danSelf Perception (persepsi diri

sendiri), untuk lebih jelasnya mari kita baca lebihlanjut tentang “Faktor yang mempengaruhi

Konsep Diri” berikut ini:

 1.Teori perkembangan. Konsep diri  belum ada waktu lahir, kemudian berkembang secara

bertahap sejaklahir seperti mulai mengenal dan membedakan dirinya dan orang lain.

Dalammelakukan kegiatannya memiliki batasan diri yang terpisah dari lingkungan

dan berkembang melalui kegiatan eksplorasi lingkungan melalui bahasa, pengalamanatau

pengenalan tubuh, nama panggilan, pangalaman budaya dan hubunganinterpersonal, kemampuan

pada area tertentu yang dinilai oleh diri sendiri ataumasyarakat serta aktualisasi diri dengan

merealisasi potensi yang nyata.

2.Significant Other (orang yang terpenting atau yang terdekat)Dimana konsep diri dipelajari

melalui kontak dan pengalaman dengan orang

lain, belajar diri sendiri melalui cermin orang lain yaitu dengan cara pandangan dirimerupakan

interprestasi diri pandangan orang lain terhadap diri, anak sangatdipengaruhi orang yang dekat,

remaja dipengaruhi oleh orang lain yang dekatdengan dirinya, pengaruh orang dekat atau orang

penting sepanjang siklus hidup, pengaruh budaya dan sosialisasi.

3.Self Perception (persepsi diri sendiri)Yaitu persepsi individu terhadap diri sendiri dan

penilaiannya, serta persepsiindividu terhadap pengalamannya akan situasi tertentu. Konsep diri

dapatdibentuk melalui pandangan diri dan pengalaman yang positif. Sehingga konsepmerupakan

aspek yang kritikal dan dasar dari prilaku individu. Individu dengankonsep diri yang positif

dapat berfungsi lebih efektif yang dapat berfungsi lebihefektif yang dapat dilihat dari

kemampuan interpersonal, kemampuan intelektual dan penguasaan lingkungan. Sedangkan

konsep diri yang negatif dapat dilihat darihubungan individu dan sosial yang terganggu oleh

11
masyarakat. Mampu memperbaiki karena ia sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian

tidak disenangi dan berusaha mengubahnya. Ia mampu untukmengintrospeksi dirinya sendiri

sebelum menginstrospeksi orang lain, dan mampuuntuk mengubahnya menjadi lebih baik agar

diterima di lingkungannya.

3.  Harga  diri  rendah  adalah penilaian individu tentang nilai personal yangdiperoleh dengan

menganalisa seberapa baik perilaku seseorang sesuai denganideal diri. Harga diri rendah adalah

transisi antara respon konsep diri yang adaptifdengan konsep diri yang maladaptif. Tanda dan

gejala yang ditunjukkan

sperti perasaan malu terhadap diri sendiri, akibat tindakan penyakit, rasa bersalahterhadap diri

sendiri, dan merendahkan martabat. Tanda dan gejala yang lain dariharga diri rendah diantaranya

rasa bersalah pada diri sendiri, mengkritik dirisendiri atau orang lain, menarik diri dari realitas,

pandangan diri yang

pesimis, perasaan tidak mampu, perasaan negative pada dirinya sendiri, percaya dirikurang,

mudah tersinggung dan marah berlebihan.

4.  Kekacauan identitas  adalah kegagalan individu mengintegrasikan aspek-aspek.Identitas

mencakup rasa internal tentang individualitas, keutuhan, dan konsistensidari seseorang sepanjang

waktu dan dalam berbagai situasi. Pencapaian identitasdiperlukan untuk hubungan yang intim

karena identitas seseorang diekspresikandalam berhubungan dengan orang lain. Seksualitas juga

merupakan salah satuidentitas. Rasa identitas ini secara kontinu timbul dan dipengaruhi oleh

situasisepanjang hidup. Kekacauan identitas dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor yangdapat

dikenal dengan stressor identitas. Biasanya pada masa remaja,

identitas banyak mengalami perubahan, yang meyebabkan ketidakamanan dan ansietas.Remaja

mencoba untuk menyesuaikan diri dengan perubahan fisik, emosional,dan mental akibat

12
peningkatan kematangan. Stressor identitas diantaranyakehilangan pekerjaan, perkosaan,

perceraian, kelalaian, konflik dengan orang lain,dan masih banyak lagi. Identitas masa kanak-

kanak dalam kematangan aspek psikososial, merupakan ciri-ciri masa dewasa yang harmonis.

5.  Depersonalisasi  adalah perasaan yang tidak realistik dan asing terhadap dirisendiri yang

berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapatmembedakan dirinya dengan orang

lain. Tanda dan gejala yang ditunjukkan yaitudengan tidak adanya rasa percaya diri,

ketergantungan, sukar membuat keputusan,masalah daalam hubungan interpersonal, ragu dan

proyeksi. Jika seseorangmemiliki perilaku dengan depersonalisasi, berarti orang tersebut telah

mengalamigangguan dalam konsep dirinya. Orang dengan gangguan depersonalisasimengalami

persepsi yang menyimpang pada identitas, tubuh, dan hidup merekayang membuat mereka tidan

nyaman, gejala-gejala kemungkinan sementara ataulama atau berulang untuk beberapa tahun.

Orang dengan gangguan tersebutseringkali mempunyai kesulitan yang sangat besar untuk

menggambarkan gejala-gejala mereka dan bisa merasa takut atau yakin bahwa mereka akan

gila.Gangguan depersonalisasi seringkali hilang tanpa pengobatan. Pengobatandijamin hanya

jika gangguan tersebut lama, berulang, atau menyebabkangangguan. Psikoterapi psikodinamis,

terapi perilaku, dan hipnotis telah efektifuntuk beberapa orang. Obat-obat penenang dan

antidepresan membantu seseorangdengan gangguan tersebut.

Penyebab gangguan konsep diri

Menurut “Stuart & sundeen, 1995”. Ada berbagai hal yang dapat menyebabkan

gangguan konsep diri antara lain :

1.Pola asuh orang tuaPola asuh orang tua menjadi faktor yang signifikan dalam mempengaruhi

konsepdiri yang telah terbentuk sejak lahir. Sikap positif yang ditunjukkan oleh orangtua, maka

13
akan menumbuhkan konsep dan pemikiran yang positf. Sedangkansikap negative yang

ditunjukkan oleh orang tua, akan menimbulkan asumsi bahwadirinya tidak cukup berhargauntuk

dikasihi, untuk disayangi dan dihargai.

2.KegagalanKegagalan yang terus-menerus dialami seringkali akan menimbulkan

pertanyaankepada diri sendiri dan berakhir dengan kesimpulan bahwa semua penyebabterletak

pada kelemahan diri sendiri. Kegagalan sering membuat seseorang merasadirinya tidak berguna.

3.Depresi Orang yang sedang mengalami depresi akan mempunyai pemikiran yangcenderung

lebih negative dalam memandang dan merespon segala sesuatutermasuk dalam menilai diri

sendiri.

4.Kritik internalTerkadang, mengkritik diri sendiri memang dibutuhkan untuk

menyadarkanseseorang akan perbuatan yang telah dilakukan. Kritik diri sendiri

sering berfungsi sebagai regulator atau rambu-rambu dalam bertindak atau berprilaku.Agar

keberadaan kita dapat diterima oleh masyarakat dan dapat beradaptasi diridengan baik.

5.Merubah diriTerkadang diri kita sendiri yang menyebabkan persoalan akan bertambah

rumitdengan berfikir yang tidak-tidak (negative) terhadap suatu keadaan atau terhadapdiri kita

sendiri. Namun dengan sifatnya yang dinamis, konsep diri dapatmengalami perubahan kearah

yang lebih positif.

14
Pengkajian konsep diri
Faktor predisposisi

1.Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi perilaku yang objektif dan teramati serta

bersifat subjektif dan dunia dalam

pasiensendiri.Perilaku berhubungan dengan harga diri yang rendah, keracuan identitas, dan

deporsonalisasi.

2.Faktor yang mempengaruhi peran adalah streotipik peran seks, tuntutan perankerja, dan

harapan peran kultural.

3.Faktor yang mempengaruhi identitas personal meliputi ketidakpercayaan orangtua, tekanan

dari kelompok sebaya, dan perubahan dalam struktur sosial. 

Stresor pencetus

1.Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikankejadian mengancam

kehidupan.

2.Ketegangan peran hubugnan dengan peran atau posisi yang diharapkan dimanaindividu

mengalaminya sebagai frustasi. Ada tiga jenis transisi peran :

a)Transisi peran perkembangan 

b)Transisi peran situasi

c)Transisi peran sehat /sakit

15
c.Sumber-sumber kopingSetiap orang mempunyai kelebihan personal sebagai sumber koping,

meliputi :

1.Aktifitas olahraga dan aktifitas lain diluar rumah

2.Hobby dan kerajinan tangan

3.Seni yang ekspresif

4.Kesehatan dan perawan diri

5.Pekerjaan atau posisi

6.Bakat tertentu

7.Kecerdasan

8.Imajinasi dan kreativitas

9.Hubungan interpersonal

d. Mekanisme koping

1.Pertahanan koping dalam jangka pendek

2.Pertahanan koping jangka panjang

3.Mekanisme pertahanan.

16
Pohon Masalah

Isolasi Sosial : Menarik Diri Effect

Gangguan Konsep diri : Harga diri rendah Core Problem

Gangguan citra tubuh


Cause

KEHILANGAN

Definisi kehilangan

Kehilangan dan berduka merupakan bagian integral dari kehidupan. Kehilangan adalah

suatu kondisi yang terputus atau terpisah atau memulai sesuatu tanpa hal yang berarti sejak

kejadian tersebut. Kehilangan mungkin terjadi secara bertahap atau mendadak, bisa tanpa

kekerasan atau traumatik, diantisispasi atau tidak diharapkan/diduga, sebagian atau total dan bisa

kembali atau tidak dapat kembali.Kehilangan adalah suatu keadaan individu yang berpisah

dengan sesuatu yang sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau

keseluruhan (Lambert dan,1985,h.35). Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah dialami

oleh setiap individu dalam rentang kehidupannya. Sejak lahir individu sudah mengalami

kehilangan dan cenderung akan mengalaminya kembali walaupun dalam bentuk yang berbeda.

17
Kehilangan merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami suatu kekurangan atau tidak

ada dari sesuatu yang dulunya pernah ada atau pernah dimiliki.

Definisi berduka

Berduka adalah respon emosi yang diekspresikan terhadap kehilangan yang

dimanifestasikan adanya perasaan sedih, gelisah, cemas, sesak nafas, susah tidur, dan lain-lain.

Berduka merupakan respon normal pada semua kejadian kehilangan. NANDA merumuskan ada

dua tipe dari berduka yaitu berduka diantisipasi dan berduka disfungsional. Berduka diantisipasi

adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu dalam merespon kehilangan yang

actual ataupun yang dirasakan seseorang, hubungan/kedekatan, objek atau ketidakmampuan

fungsional sebelum terjadinya kehilangan. Tipe ini masih dalam batas normal. Berduka

disfungsional adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu yang responnya dibesar-

besarkan saat individu kehilangan secara aktual maupun potensial, hubungan, objek dan

ketidakmampuan fungsional. Tipe ini kadang- kadang menjurus ke tipikal, abnormal, atau

kesalahan/kekacauan.

Tanda dan gejala kehilangan


- Ungkapan kehilangan

- Menangis

- Gangguan tidur

- Kehilangan nafsu makan

- Sulit berkonsentrasi

Karakteristik berduka yang berkepanjangan,yaitu:

18
· Mengingkari kenyataan kehilngan terjadidalam waktu yang lama

· Sedih berkepanjangan

· Adanya gejala fisik yang berat

· Keinginan untuk bunuh diri

Faktor – faktor yang mempengaruhi


Arti dari kehilangan

Sosial dan budaya

Kepercayaan spritual

Peran seks

Status sosial ekonomi

Kondisi fisik dan psikologi individu

Tipe kehilangan
Kehilangan dibagi menjadi 2 tipe yaitu:

1. Aktual atau nyata

Mudah dikenal atau diidentifikasi oleh orang lain,misalnya amputasi kematian orang yang sangat

berarti atau dicintai.

2. Persepsi

Hanya dialami oleh seseorang dan sulit untuk dapat dibuktikan, misalnya; seseorang yang

berhenti bekerja / PHK (pemutusan hubungan kerja) , menyebabkan perasaan kemandirian dan

kebebasannya menjadi menurun.

19
Jenis-jenis Kehilangan
Terdapat 5 katagori kehilangan, yaitu:

1. Kehilangan seseorang seseorang yang dicintai

Kehilangan seseorang yang dicintai dan sangat bermakna atau orang yang berarti adalah salah

satu yang paling membuat stress dan mengganggu dari tipe-tipe kehilangan, yang mana harus

ditanggung oleh seseorang. Kematian juga membawa dampak kehilangan bagi orang yang

dicintai. Karena keintiman, intensitas dan ketergantungan dari ikatan atau jalinan yang ada,

kematian pasangan suami/istri atau anak biasanya membawa dampak emosional yang luar biasa

dan tidak dapat ditutupi.

2. Kehilangan yang ada pada diri sendiri (loss of self)

Bentuk lain dari kehilangan adalah kehilangan diri atau anggapan tentang mental

seseorang. Anggapan ini meliputi perasaan terhadap keatraktifan, diri sendiri, kemampuan fisik

dan mental, peran dalam kehidupan, dan dampaknya. Kehilangan dari aspek diri mungkin

sementara atau menetap, sebagian atau komplit. Beberapa aspek lain yang dapat hilang dari

seseorang misalnya kehilangan pendengaran, ingatan, usia muda, fungsi tubuh.

3. Kehilangan objek eksternal

Kehilangan objek eksternal misalnya kehilangan milik sendiri atau bersama-sama, perhiasan,

uang atau pekerjaan. Kedalaman berduka yang dirasakan seseorang terhadap benda yang hilang

tergantung pada arti dan kegunaan benda tersebut.

20
4. Kehilangan lingkungan yang sangat dikenal

Kehilangan diartikan dengan terpisahnya dari lingkungan yang sangat dikenal termasuk dari

kehidupan latar belakang keluarga dalam waktu satu periode atau bergantian secara permanen.

Misalnya pindah kekota lain, maka akan memiliki tetangga yang baru dan proses penyesuaian

baru.

5. Kehilangan kehidupan/ meninggal

Seseorang dapat mengalami mati baik secara perasaan, pikiran dan respon pada kegiatan dan

orang disekitarnya, sampai pada kematian yang sesungguhnya. Sebagian orang berespon berbeda

tentang kematian.

Fase-fase kehilangan dan berduka


Fase berduka menurut kubler rose :

- Fase penyangkalan(Denial)

Fase ini merupakan reaksi pertama individu terhadap kehilangan atau individu tidak

percaya.menolak atau tidak menerima kehilangan yang terjadi.pernyataan yang sering diucapkan

adalah “ itu tidak mungkin” atau “ saya tidak percaya” .seseorang yang mengalami kehilangan

karena kematian orang yang berarti baginya,tetap merasa bahwa orang tersebut masih hidup.dia

mungkin mengalami halusinasi,melihat orang yang meninggal tersebut berada di tempat yang

biasa digunakan atau mendengar suaranya. Perubahan fisik: letih, pucat, mual ,diare ,gangguan

pernafasan , lemah ,detak jantung cepat, menangis, gelisah .

- Fase marah (anger)

21
Fase ini dimulai dengan timbulnya kesadaran akan kenyataan terjadinya kehilangan individu

menunjukkan perasaan marah pada diri sendiri atau kepada orang yang berada dilingkungan nya.

Reaksi fisik yang terjadi pada fase ini antara lain,muka merah,nadi cepat,susah tidur,tangan

mengepal,mau memukul,agresif.

- Fase tawar menawar (bergaining)

Individu yang telah mampu mengekspresikan rasa marah akan kehilangan nya ,maka orang

tersebut akan maju ketahap tawar menawar dengan memohon kemuraha TUHAN,individu ingin

menunda kehilangan dengan berkata”seandainya saya hati-hati” atau “kalau saja kejadian ini bisa

ditunda. Maka saya akan sering berdoa”.

- Fase depresi

Individu berada dalam suasana berkabung,karena kehilangan merupakan keadaan yang nyata,

individu sering menunjukkan sikap menarik diri,tidak mau berbicara atau putus asa dan mungkin

sering menangis.

- Fase penerimaan (acceptance)

Pada fase ini individu menerima kenyataan kehilangan,misalnya : ya,akhirnya saya harus di

operasi, apa yang harus saya lakukan agar saya cepat sembuh,tanggung jawab mulai timbul dan

usaha untuk pemulihan dapat lebih optimal.secara bertahap perhatiannya beralih pada objek yang

baru,dan pikiran yang selalu terpusat pada objek atau orang yang hilang akan mulai berkurang

atau hilang.jadi, individu yang masuk pada fase penerimaan atau damai, maka ia dapat

mengakhiri proses berduka dan mengatasi perasaan kehilangan nya secara tuntas.

22
Fase kehilangan menurut Engel:

1. Pada fase ini individu menyangkal realitas kehilangan dan mungkin menarik diri, duduk tidak

bergerak atau menerawang tanpa tujuan. Reaksi fisik dapat berupa pingsan, diare, keringat

berlebih.

2. Pada fase kedua ini individu mulai merasa kehilangan secara tiba-tiba dan mungkin

mengalami keputusasaan secara mendadak terjadi marah, bersalah, frustasi dan depresi.

3. Fase realistis kehilangan. Individu sudah mulai mengenali hidup, marah dan depresi, sudah

mulai menghilang dan individu sudah mulai bergerak ke berkembangnya keasadaran

Fase berduka menurut Rando

-Penghindaran

pada fase ini terjadi syok, menyangkal, dan ketidak percayaan

-Konfrontasi

pada fase ini terjadi luapan emosi yang sangat tinggi ketika klien secara berulang melawan

kehilangan mereka dan kedudukan mereka paling dalam.

-Akomodasi

Pada fase ini klien secara bertahap terjadi penurunan duka yang akut dan mulai memasuki

kembali secara emosional dan social sehari-hari dimana klien belajar hidup dengan kehidupan

mereka.

Distres Spiritual

23
Keadaan dimana individu atau kelompok mengalami atau berisiko mengalami gangguan dalam

sistyem keyakinan atau nilai yang memberi kekuatan, harapan, dfan arti kehidupan seseorang.

Karakteristik distres spiritual


Karakteristik Distres Spritual menurut EGC (2008) meliputi empat hubungan dasar yaitu :

A. Hubungan dengan diri

1. Ungkapan kekurangan

a. Harapan

b. Arti dan tujuan hidup

c. Perdamaian/ketenangan

d. Penerimaan

e. Cinta

f. Memaafkan diri sendiri

g. Keberanian

2. Marah

3. Kesalahan

4. Koping yang buruk

B. Hubungan dengan orang lain

1. Menolak berhubungan dengan tokoh agama

24
2. Menolak interaksi dengan tujuan dan keluarga

3. Mengungkapkan terpisah dari sistem pendukung

4. Mengungkapkan pengasingan diri

C. Hubungan dengan seni, musik, literatur, dan alam

1. Ketidakmampuan untuk mengungkapkan kreativitas (bernyanyi, mendengarkan musik,

menulis)

2. Tidak tertarik dengan alam

3. Tidak tertarik dengan bacaan keagamaan

D. Hubungan dengan kekuatan yang lebih besar dari dirinya

1. Ketidakmampuan untuk berdo’a

2. Ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam kegiatan keagamaan

3. Mengungkapkan terbuang oleh atau karena kemarahan Tuhan

4. Meminta untuk bertemu dengan tokoh agama

5. Tiba-tiba berubah praktik agama

6. Ketidakmampuan untuk introspeksi

7. Mengungkapkan hidup tanpa harpaan, menderita

Sumber Koping
Menurut Safarino (2002) terdapat lima tipe dasar dukungan sosial bagi distres spiritual :

25
Dukungan emosi yang terdiri atas rasa empati, caring, memfokuskan pada kepentingan orang

lain.

Tipe yang kedua adalah dukungan esteem yang terdiri atas ekspresi positif thingking, mendorong

atau setuju dengan pendapat orang lain.

Dukungan yang ketiga adalah dukungan instrumental yaitu menyediakan pelayanan langsung

yang berkaitan dengan dimensi spiritual.

Tipe keempat adalah dukungan informasi yaitu memberikan nasehat, petunjuk dan umpan balik

bagaimana seseorang harus berperilaku berdasarkan keyakinan spiritualnya.

Tipe terakhir atau kelima adalah dukungan network menyediakan dukungan kelompok untuk

berbagai tentang aktifitas spiritual. Taylor, dkk (2003) menambahkan dukungan apprasial yang

membantu seseorang untuk meningkatkan pemahaman terhadap stresor spiritual dalam mencapai

keterampilan koping yang efektif.

26
Jurnal
Jurnal 1.

Judul jurnal :Kepercayaan dirian kecemasan komunikasi interpersonal pada mahasiswa

Nama peneliti :Siska,sudarjo dan Esti hayu,purnamaningsi

Nama jurnal :Psikologi

Tahun :2003

Volume :2

27
Halaman :67-71

Hasil Penelitian

Analisis terhadap data penelitian menghasilkan koefisien korelasi sebesar -0,725 dengan p < 0,01

yang berarti ada hubungan negatif yang signifikan antara kepercayaan diri dengan kecemasan

komunikasi interpersonal. Berarti semakin tinggi kepercayaan diri, maka semakin rendah

kecemasan komunikasi interperso-nalnya, begitu pula sebaliknya. Sementara dari uji t diperoleh

hasil sebesar - 0,678 dengan p>0,05 yang berarti tidak ada perbedaan kecemasan komunikasi

interper-sonal yang signifikan antara subjek perempuan dan laki-laki.

Kesimpulan

Abstrak masalah utama dalam kecemasan komunikasi antarpribadi adalah ada perasaan khawatir

akan respon lain baginya atau dia tentang sesuatu yang dikirimkan dan bagaimana dia diutus.

Dapat diandalkan bagi orang lain dalam menilai sesuatu adalah salah satu karakteristik dari

kepercayaan diri yang rendah. Tujuan dari pembelajaran ini adalah untuk melihat hubungan

antara kepercayaan diri sendiri dan kecemasan komunikasi antarpribadi dan perbedaan antara

komunitas terhadap kecemasan terhadap siswa laki-laki dan perempuan. Mata pelajaran ini

adalah 61 perempuan dan 57 murid laki-laki dari fakultas ekonomi UKRIM di Yogyakarta.

Hipotesis adalah: 1. Ada korelasi antara kepercayaan diri dan kecemasan komunikasi

antarpribadi, 2. Ada perbedaan komunikasi kegelisahan antara jantan dan betina. Hipotesis

pertama dan kedua telah dianalisis oleh Pearson's produk saat korelasi dan dengan t test ctivelly.

Data tertanam oleh modifikasi skala kepercayaan diri dari Lauster (1978) dan modifikasi skala

komunikasi antara komunikasi dari Syarani (1995). Hasilnya menunjukkan adanya korelasi yang

signifikan antara kepercayaan diri dan kecemasan komunikasi antarpribadi (r = - 0725; P < 0,01)

28
dan test menunjukkan nilai adalah = -0678 dan p > 0.05. Dari nilai-nilai di atas, dapat

disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan axisi komunikasi antarpribadi pada mahasiswa pria dan

wanita.

Jurnal 2

Judul jurnal : tingkat penerimaan diri wanita usia subur yang mengalami infertil di salah satu

rumah sakit swasta di ponorogo

Nama peneliti : Yuliana Windarti, Nurul Sri Wahyuni, Cholik Harun Rosjidi

Nama jurnal : Health Sciences Journal

Tahun :2019

Volume :3

Jumlah yang di teliti : 18 orang

Hasil Penelitian

Dari Fase Denial, Fase Anger, Fase Bergaining, Fase Depression, Fase Acceptance perasaan ibu

yang masuk di fase denial ada 6 orang , fase anger ada 1 orang, fase bargaining (penerimaan diri

negative) ada 8 pernyataan dan (penerimaan diri positive) ada 56 pernyataan, fase depression ada

7 responden yang menerima fase depression, ada 13 responden yang sudah masuk fase

acceptance.

Kesimpulan

29
Menurut penulis para wanita harus di buat kelompok agar mereka dapat berbagi pengalaman satu

sama yang lain, juga diberikan pengajaran terhadap mereka tentang infertile primer dan

sekunder.

Jurnal 3

Judul jurnal :

Kebutuhan Spiritual Keluarga Dengan Anak Penderita Penyakit Kronis

Nama peneliti : Elva Sujana, Sari Fatimah, Nur Oktavia Hidayati

Tahun : 2015

Metode penelitian : deskriptif kuantitatif

Hasil penelitian : Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dimensi dengan kebutuhan tertinggi

adalah kebutuhan terhadap keyakinan (57,4%), diikuti oleh kebutuhanterhadap kekuatan

(57,1%), kebutuhan terhadap family’s preference (52,3%), kebutuhan terhadap spiritual anggota

keluarga (41%), kebutuhan terhadap makna dan tujuan (39%), dan kebutuhan terhadap hubungan

(37,8%). Penelitian ini menunjukan bahwa dimensi kebutuhan terhadap keyakinan merupakan

dimensi kebutuhan spiritual keluarga yang dirasa paling utama oleh responden. Berdasarkan

hasil penelitian tersebut disarankan agar perawat dapat meningkatkan pelayanan tentang asuhan

keperawatan spiritual

dengan pengembangan protap dengan memasukan enam dimensi ke dalam protab yang ada,

disediakan ruang tunggu yang tenang untuk keluarga dalam beribadah, adanya konseling antara

perawat dan keluarga, dan menyediakan bacaan-bacaan tentang kebutuhan spiritual keluarga.

30
Kesimpulan : Berdasarkan hasil penelitian “gambaran kebutuhan spiritual keluarga dengan anak

penderita penyakit kronis di ruang rawat inap anak Rumah Sakit Al Islam Bandung” dapat

disimpulkan bahwa dimensi keyakinan (beliefs) sebesar 57,4 % merupakan dimensi tertinggi,

diikuti oleh dimensi kekuatan (strengths) sebesar 57,1 % dan dimensi Family’s preference

sebesar 52,3 %.

BAB III

PENUTUP
Kesimpulan
Dari berbagai macam masalah psikososial , semuanya itu tertuju di kebutuhan akan support dari orang
lain , manusia tidak dapat hidup sendiri. Jika manusia hidup sendiri maka semua yang terkena masalah
psikososial tidak akan pernah sadar dan berubah .
Saran
Saran dari kelompok pembuat adalah jika ada yang membutuhkan bantuan kita , kita harus membantu
mereka terlebih lagi yang ada di dalam medis kita tidak hanya merawat tubuh pasien saja melainkan
dengan jiwa mereka juga.

31
DAFTAR PUSTAKA

Achir Yani S. Hamid, Bunga rampai asuhan keperawatan kesehatan jiwa/ Achir Yani S. Hamid:
editor, Monica Ester,Onny Anastasia Tampubolon. –Jakarta: EGCC, 2008.

32
Dalami, E. (n.d.). Asuhan Keperawatan Jiwa dengan Masalah Psikososial. Jakarta: Trans Info
Media.
Crosta, Peter (2009). Medical News Today Knowledge Center: “All About Anxiety”
Manajemen kasus gangguan jiwa : CMHN ( intermadiate course )/ editor, Budi Ana Keliat,
Akemat Pawiro Wiyono, Herni Susanti ; editor penyelaras, Monica Ester, Egi Komara
Yudha – Jakarta : EGC, 2011
Perry, P. &. (2005). Fundamental Keperawatan . Jakarta: EGC.
Starcevic, Vladan(2005) Anxiety Disorders in Adults: A Clinical Guide. Oxford University
Press.
Sunden, S. &. (1988). Buku Saku Keperawatan Jiwa jilid 3. Jakarta: EGC.
Suseno, T. A. (2004). Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia ; Kehilangan Kematian dan
Beduka. Jakarta: Sagung Seto.

33

Anda mungkin juga menyukai