Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA PADA KLIEN DISTRES


SPIRITUAL

Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Mata Kuliah Keperawatan Kesehatan Jiwa I
Dosen: Ns. Wahyu Sulfian, M.Kes

Disusun oleh:
Ni Made Dwi Sudiari 202001107

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES WIDYA NUSANTARA PALU
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan hidayah-Nya penulis mampu menyelesaikan karya ini dengan judul
makalah "Asuhan Keperawatan Sehat Jiwa pada klien Distres spiritual" ini disusun
untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa 1.
Penyusun menyadari makalah "Asuhan Keperawatan Sehat Jiwa pada
klien Distres spiritual" masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, saran dan
kritik yang merupakan suatu hal yang sangat diharapkan penulis. Penulis
berharap makalah ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca Akhir
kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Palu, 10 April 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

SAMPUL
KATA PENGANTAR……………………………………………………………..
DAFTAR ISI………………………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………………….….
B. Rumusan Masalah……………………………………………………….
C. Tujuan…………………………………………………………………...
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Distres spiritual….………………………………………………
B. Penyebab Distres spiritual………………………………………………..
C. Patofisiologi Distres spiritual…………………………………………….
D. Tanda dan gejala Distres spiritual...………………………………………
E. Faktor-faktor spiritual…………………………………………………....
F. Karakteristik distres spiritual……………………………………………..
G. Penatalaksanaan…………………………………………………………..
H. Asuhan keperawatan jiwa pada klien Distres spiritual…………………...
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………………………
B. Saran……………………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap manusia kepercayaan akan sesuatu yang dianggap agung atau maha.
Kepercayaan inilah yang disebut sebagai spiritual. Spiritual ini sebagai kontrol
manusia dalam bertindak, jadi spiritual juga bisa disebut sebagai norma yang
mengatur manusia dalam berperilaku dan bertindak. Dalam ilmu keperawatan
spiritual juga sangat diperhatikan.Berdasarkan konsep keperawatan, makna
spiritual dapat dihubungkan dengan kata-kata : makna, harapan, kerukunan, dan
sistem kepercayaan (Dyson, Cobb, Forman, 1997). Dyson mengamati bahwa
perawat menemukan aspek spiritual tersebut dalam hubungan seseorang dengan
dirinya sendiri, orang lain, dan dengan Tuhan. Menurut Reed (1992) spiritual
mencakup hubungan intra-, inter-, dan transpersonal. Spiritual juga diartikan
sebagai inti dari manusia yang memasuki dan mempengaruhi kehidupannya dan
dimanifestasikan dalam pemikiran dan perilaku serta dalam hubungannya dengan
diri sendiri, orang lain, alam, dan Tuhan (Dossey & Guazetta, 2000).
Pemenuhan kebutuhan spiritual pasien dan keluarga dipengaruhi oleh
perawat (Potter & Perry, 2005). Menurut Hamid (2000) seorang perawat harus
membantu memenuhi kebutuhan spiritual klien sebagai bagian dari kebutuhan
yang menyeluruh, antara lain dengan memfasilitasi pemenuhan kebutuhan
spiritual klien tersebut, walaupun perawat dan pasien tidak mempunyai
keyakinan spiritual atau keagamaan yang sama. Namun fenomenanya dengan
berbagai alasan perawat justru menghindar untuk memenuhi kebutuhan spiritual
karena kurang menganggap penting kebutuhan spiritual, tidak mendapatkan
pendidikan tentang dimensi kebutuhan spiritual, atau pemenuhan kebutuhan
spiritual bukan menjadi tugasnya melainkan tugas dari pemuka agama. Selain itu,
klien sering melaporkan kebutuhan spiritual dan eksistensialnya tidak terpenuhi,
padahal dukungan spiritual tersebut juga berhubungan dengan peningkatan
kualitas hidup yang lebih baik (Büssing & Koenig, 2010)

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Distres spiritual?
2. Apa penyebab Distres spiritual?
3. Bagaimana karakteristik distres spiritual?
4. Bagaimana asuhan keperawatan jiwa Distres spiritual?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Distres spiritual!
2. Untuk mengetahui penyebab Distres spiritual!
3. Untuk mengetahui karakteristik distres spiritual!
4. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan jiwa klien Distres
spiritual!
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Distres spiritual


Distres spiritual merupakan suatu keadaan penderitaan yang terkait
dengan gangguan kemampuan untuk mengalami makna dalam hidup
melalui hubungan dengan diri sendiri, dunia atau alam dan kekuatan yang
lebih besar dari diri sendiri (Herdman & Kamitsuru (2014)). Definisi lain
mengatakan bahwa distres spiritual adalah gangguan dalam prinsip hidup
yang meliputi seluruh kehidupan seseorang dan diintegrasikan biologis
dan psikososial (EGC, 2011). Distres spiritual adalah keyakinan atau
sistem nilai berupa kesulitan merasakan makna dan tujuan hidup melalui
hubungan dengan diri, orang lain, lingkungan dan Tuhan (PPNI, 2016).
B. Penyebab distres spiritual
Penyebab dari distres spiritual adalah menjelang ajal, kondisi penyakit
kronis, kematian orang terdekat, perubahan pola hidup, kesepian,
pengasingan diri, pengasingan sosial, gangguan sosio-kultural,
peningkatan ketergantungan pada orang lain dan kejadian hidup yang tidak
diharapkan (PPNI, 2016).
Menurut Budi anna keliat (2011) penyebab distres spiritual adalah sebagai
berikut :
a. Pengkajian Fisik : Abuse
b. Pengkajian Psikologis : Status mental, mungkin adanya depresi,
marah, kecemasan, ketakutan, makna nyeri, kehilangan kontrol,
harga diri rendah, dan pemikiran yang bertentangan (Otis-Green,
2002).
c. Pengkajian Sosial Budaya : dukungan sosial dalam memahami
keyakinan klien (Spencer, 1998).
C. Patofisiologi distres spiritual
Patofisiologi distress spiritual tidak bisa dilepaskan dari stress dan
struktur serta fungsi otak. Stress adalah realitas kehidupan manusia
sehari-hari. Setiap orang tidak dapat dapat menghindari stres, namun
setiap orang diharapkan melakukan penyesuaian terhadap perubahan
akibat stres. Ketika kita mengalami stres, otak kita akan berespon untuk
terjadi. Konsep ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Cannon, W.B.
dalam Davis M, dan kawan-kawan (1988) yang menguraikan respon
“melawan atau melarikan diri” sebagai suatu rangkaian perubahan
biokimia di dalam otak yang menyiapkan seseorang menghadapi ancaman
yaitu stres.
D. Tanda dan gejala distres spiritual
Tanda dan gejala subyektif yakni pasien mempertanyakan makna atau
tujuan hidupnya, menyatakan hidupnya terasa tidak atau kurang bermakna,
merasa menderita atau tidak berdaya, pasien mengatakan hidupnya terasa
tidak/kurang tenang, mengeluh tidak dapat menerima (kurang pasrah).
merasa bersalah, merasa terasing dan menyatakan telah diabaikan
sedangkan tanda dan gejala obyektif yakti tidak mampu beribadah, marah
pada Tuhan, menolak berinteraksi dengan orang terdekat/pemimpin
spiritual, tidak mampu berkreativitas, koping tidak efektif, tidak berminat
pada alam/literature spiritual (PPNI, 2016).
E. Faktor-faktor spiritual
Dyson dalam Young (2007) menjelaskan tiga faktor yang berhubungan
dengan spiritualitas , yaitu:
● Diri sendiri
Jiwa seseorang dan daya jiwa merupakan hal yang fundamental
dalam eksplorasi atau penyelidikan spiritualitas .
● sesama
Hubungan seseorang dengan sesama pentingnya dengan diri
sendiri. Kebutuhan untuk menjadi anggota masyarakat dan saling
keterhubungan telah lama diakui sebagai bagian pokok
pengalaman manusiawi.
● Tuhan
Pemahaman tentang tuhan dan hubungan manusia dengan Tuhan
secara tradisional dipahami dalam kerangka hidup keagamaan.
Akan tetapi, dewasa ini telah dikembangkan secara lebih luas dan
tidak terbatas. Tuhan memahami sebagai daya yang tanpa, prinsip
hidup atau hakikat hidup Kodrat Tuhan mungkin mengambil
berbagai macam bentuk dan memiliki makna yang berbeda bagi
satu orang dengan orang lain. Manusia mengalami Tuhan dalam
banyak cara seperti dalam suatu hubungan, alam, seni, dan hewan
peliharaan.
● Howard (2002) menambahkan satu faktor yang berhubungan
dengan spiritualitas , yaitu lingkungan . Young (2007) mengartikan
bahwa lingkungan adalah segala sesuatu yang berada di sekitar
seseorang.
F. Karakteristik distres spiritual
Karakteristik Distres Spiritual menurut EGC (2008) meliputi empat
hubungan dasar yaitu :
1. Hubungan dengan diri
Ungkapan kekurangan
1) Harapan
2) Arti dan tujuan hidup
3) Perdamaian/ketenangan
4) Penerimaan
5) Cinta
6) Memaafkan diri sendiri
7) Keberanian
8) Marah
9) Kesalahan
10) Koping yang buruk
2. Hubungan dengan orang lain
a. Menolak berhubungan dengan tokoh agama
b. Menolak interaksi dengan tujuan dan keluarga
c. Mengungkapkan terpisah dari sistem pendukung
d. Mengungkapkan pengasingan diri
3. Hubungan dengan seni, musik, literatur, dan alam
a. Ketidakmampuan untuk mengungkapkan kreativitas (bernyanyi,
mendengarkan musik, menulis)
b. Tidak tertarik dengan alam
c. Tidak tertarik dengan bacaan keagamaan
4. Hubungan dengan kekuatan yang lebih besar dari dirinya
a. Ketidakmampuan untuk berdo’a
b. Ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam kegiatan keagamaan
c. Mengungkapkan terbuang oleh atau karena kemarahan Tuhan
d. Meminta untuk bertemu dengan tokoh agama
e. Tiba-tiba berubah praktik agama
f. Ketidakmampuan untuk introspeksi
g. Mengungkapkan hidup tanpa harapan, menderita
G. Penatalaksanaan distres spiritual
Penatalaksanaan distres spiritual yakni memberikan dukungan spiritual,
promosi koping, dukungan emosional, dukungan keyakinan, dukungan
memaafkan, dukungan pengambilan keputusan, dukungan pelaksanaan
ibadah, dukungan pengungkapan kebutuhan, pengungkapan perasaan,
dukungan perasaan dukungan bersalah, dukungan pengembangan spiritual,
konseling, manajemen stres, mediasi konflik, pelibatan keluarga, promosi
harapan, promosi dukungan spiritual, promosi sistem pendukung, teknik
imajinasi terbimbing (PPNI, 2018)
H. Asuhan Keperawatan jiwa pada klien distres spiritual
a. Pengkajian
○ Data subyektif (tanda dan gejala mayor): pasien mempertanyakan
makna/tujuan hidupnya, pasien mengatakan hidupnya terasa
tidak/kurang bermakna dan pasien merasa menderita/tidak berdaya.
○ Data obyektif (tanda dan gejala mayor): pasien tidak mampu
beribadah dan marah pada Tuhan (PPNI, 2016).
b. Diagnosa Keperawatan
Distres spiritual berhubungan dengan kondisi penyakit kronis yang
ditandai dengan pasien mempertanyakan makna/tujuan hidupnya, pasien
mengatakan hidupnya terasa tidak/kurang bermakna dan pasien merasa
menderita/tidak berdaya, pasien tidak mampu beribadah dan marah pada
Tuhan (PPNI, 2016).
c. Intervensi Keperawatan
Intervensi utama dari distres spiritual adalah dukungan emosional,
dengan intervensi sebagai berikut:
Observasi:
1) Identifikasi perasaan kuatir, kesepian dan ketidakberdayaan
2) Identifikasi pandangan tentang hubungan antara spiritual dan
kesehatan
3) Identifikasi harapan dan kekuatan pasien
4) Identifikasi ketaatan dalam beragama
Terapeutik:
1) Berikan kesempatan mengekspresikan perasaan tentang penyakit
dan kematian
2) Berikan kesempatan mengekspresikan dan meredakan amarah
secara tepat
3) Yakinkan bahwa perawat bersedia mendukung selama masa
ketidakberdayaan
4) Sediakan privasi dan waktu tenang untuk aktivitas spiritual
5) Diskusikan keyakinan tentang makna dan tujuan hidup, jika
perlu
6) Fasilitasi melakukan kegiatan ibadah
Edukasi:
1) Anjurkan berinteraksi dengan keluarga, teman dan/atau orang
lain
2) Anjurkan berpartisipasi dalam kelompok pendukung
3) Ajarkan metode relaksasi, meditasi dan imajinasi terbimbing
Kolaborasi
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Distres spiritual merupakan suatu keadaan penderitaan yang terkait dengan
gangguan kemampuan untuk mengalami makna dalam hidup melalui hubungan
dengan diri sendiri, dunia atau alam dan kekuatan yang lebih besar dari diri
sendiri (Herdman & Kamitsuru (2014)). Penyebab dari distres spiritual adalah
menjelang ajal, kondisi penyakit kronis, kematian orang terdekat, perubahan pola
hidup, kesepian, pengasingan diri, pengasingan sosial, gangguan sosio-kultural,
peningkatan ketergantungan pada orang lain dan kejadian hidup yang tidak
diharapkan (PPNI, 2016). Penatalaksanaan distres spiritual yakni memberikan
dukungan spiritual, promosi koping, dukungan emosional, dukungan keyakinan,
dukungan memaafkan, dukungan pengambilan keputusan, dukungan pelaksanaan
ibadah, dukungan pengungkapan kebutuhan, pengungkapan perasaan, dukungan
perasaan dukungan bersalah, dukungan pengembangan spiritual, konseling,
manajemen stres, mediasi konflik, pelibatan keluarga, promosi harapan, promosi
dukungan spiritual, promosi sistem pendukung, teknik imajinasi terbimbing
(PPNI, 2018)

B. Saran
Perlu banyak pembelajaran tentang spiritualitas karena spiritual sangat penting
bagi manusia dalam berbagai hal. dalam ilmu kesehatan juga perlu ditingkatkan
agar seorang tenaga kesehatan tidak salah mengambil sikap atau tindakan dalam
menghadapi klien dengan gangguan spiritualitas. perhatian spiritualitas dapat
menjadi dorongan yang kuat bagi klien ke arah penyembuhan atau pada
perkembangan kebutuhan dan perhatian spiritualitas. untuk itu seorang perawat
tidak boleh mengesampingkan masalah spiritualitas klien.
DAFTAR PUSTAKA
http://ekosehatoke.blogspot.com/2016/02/makalah-distres-spiritual.html?m=1
https://journals.ums.ac.id/index.php/BIK/article/view/13550
http://studentjournal.umpo.ac.id/index.php/HSJ/article/view/833/0
Murharyati, Atiek. (2021). Keperawatan jiwa mengenal kesehatan mental.
Malang :Ahlimedia press.
PPNI. (2016). Standar diagnosis keperawatan Indonesia. Definisi dan indikator
diagnostik (edisi 1 ed.). Jakarta : DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai