Anda di halaman 1dari 18

Pengumpulan Data Pada Pasien Pada Kasus Terminal

Dosen Pembimbing:

Ns, Desna Maulinda, S.Kep., M.K.M

Disusun Oleh: Kelompok 1-Va

Dessy Putri Ariani (2107201024)

Kiki Yulanda (2107201009)

Wilda Safira (2107201021)

Nurlaili (2107201033)

M. Agustian (2107201035)

Suci Amalia Putri (2107201042)

Selayana (2107201020)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)

MUHAMMADIYAH LHOKSEUMAWE

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat
rahmatnya-lah kami dapat menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi tugas mata
kuliah Keperawatan Paliatif. Kami mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak
yang telah membantu kami menyelesaikan makalah ini. Makalah ini kami
persembahkan kepada kedua orang tua dan keluarga kami yang hingga kini terus
menyayangi, memberi semangat kami dan mendukung program studi kami. Makalah
ini merupakan wujud dari rasa terimakasih dan rasa cinta kami yang sangat besar
kepada kedua orangtua dan keluarga. Kami sangat mengharapkan tugas ini dapat
membantu kami dalam mendapatkan nilai A dalam mata kuliah ini.

Makalah ini berisi mengenai pengumpulan data pada pasien pada kasus
terminal. Makalah ini berisi mengenai semua hal mengenai pengumpulan data pada
pasien pada kasus terminal. Kami selaku penulis menyadari bahwa makalah yang
kami buat ini masih jauh dari kata benar. Oleh karena itu, kritik dan saran dari para
pembaca sangat kami perlukan untuk pengembagan makalah ini. Sekian kata dari
kami. Wassalam.

Lhokseumawe, 20 Oktober 2023

Kelompok 1

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................1

DAFTAR ISI..........................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................3

1.1 Latar Belakang


......................................................................................................................
3

1.2 Rumusan Masalah..................................................................................4

1.3 Tujuan Penulisan....................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................5

2.1 Tinjauan Pustaka....................................................................................5

BAB III PENUTUP...............................................................................................16

3.1 Kesimpulan............................................................................................16

3.2 Saran......................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................17

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perawat adalah profesi yang difokuskan pada perawatan individu, keluarga,


dan masyarakat sehingga mereka dapat mencapai, mempertahankan, atau
memulihkan kesehatan yang optimal dan kualitas hidup dari lahir sampai mati.
Keperawatan holistik adalah pemberian asuhan keperawatan untuk kesejahteraan
bio-psiko-sosial dan spiritual individu, keluarga dan masyarakat. Keperawatan
holistik berasal dari praktek perawatan kesehatan Barat dan tradisional serta
pengalaman perawat dan pasien, emosi, keyakinan terhadap kesehatan dan nilai-nilai
pasien.

Konsep penyembuhan adalah pusat untuk keperawatan holistik. Perawatan


holistik mengurangi ketidaknyamanan dan meningkatkan makna kehidupan seumur
hidup dan potensi pribadi. Perawat sebagai tenaga kesehatan professional
mempunyai kesempatan paling besar untuk memberikan pelayanan kesehatan
khususnya asuhan keperawatan yang komprehensif meliputi biologi, psikologi,
sosial, dan spiritual.

Pengumpulan informasi merupakan tahap awal dalam proses keperawatan.


Dari informasi yang terkumpul, didapatkan data dasar tentang masalah-masalah yang
dihadapi klien. Selanjutnya data dasar tersebut digunakan untuk menentukan
diagnosis keperawatan, merencanakan asuhan keperawatan, serta tindakan
keperawatan untuk mengatasi masalah-masalah klien. Pengumpulan data dimulai
sejak klien masuk ke rumah sakit (initial assessment), selama klien dirawat secara
terus-menerus (ongoing assessment), serta pengkajian ulang untuk menambah/
melengkapi data (re-assessment). Pengumpulan data adalah pengumpulan informasi
tentang klien yang dilakukan secara sistematis untuk menentukan masalah-masalah,
serta kebutuhan-kebutuhan keperawatan dan kesehatan klien (Sochartati, 2010).

3
1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam makalah ini adalah:

1. Jelaskan tentang pengumpulan data pada pasien pada kasus terminal ?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini adalah:

1. Supaya mahasiswa mengetahui pengumpulan data pada pasien pada kasus


terminal.

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Tinjauan Pustaka

A. Pengumpulan Data Pada Pasien Pada Kasus Terminal

Pengumpulan data adalah pengumpulan informasi tentang klien yang


dilakukan secara sistematis untuk menentukan masalah-masalah, serta kebutuhan-
kebutuhan keperawatan dan kesehatan klien. Pengumpulan informasi merupakan
tahap awal dalam proses keperawatan. Dari informasi yang terkumpul, didapatkan
data dasar tentang masalah-masalah yang dihadapi klien. Selanjutnya data dasar
tersebut digunakan untuk menentukan diagnosis keperawatan, merencanakan asuhan
keperawatan, serta tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah-masalah klien.

Pengumpulan data dimulai sejak klien masuk ke rumah sakit (initial


assessment), selama klien dirawat secara terus-menerus (ongoing assessment), serta
pengkajian ulang untuk menambah/melengkapi data (re-assessment). Tujuan
Pengumpulan Data:

1. Memperoleh informasi tentang keadaan kesehatan klien

2. Untuk menentukan masalah keperawatan dan kesehatan klien.

3. Untuk menilai keadaan kesehatan klien.

4. Untuk membuat keputusan yang tepat dalam menentukan langah-langkah


berikutnya (Sochartati, 2010).

B. Tipe Data

1. Data Subjektit

Adalah data yang didapatkan dari klien sebagai suatu pendapat terhadap suatu
situasi dan kejadian. Informasi tersebut tidak bisa ditentukan oleh perawat,

5
mencakup persepsi, perasaan, ide klien tentang status kesehatannya. Misalnya
tentang nyeri, perasaan lemah, ketakutan, kecemasan, frustrasi, mual perasaan malu.

2. Data Objektif

Adalah data yang dapat diobservasi dan diukur, dapat diperoleh


menggunakan panca indera (lihat, dengar, cium, raba) selama pemeriksaan fisik.
Misalnya frekuensi nadi, pernafasan, tekanan darah edema, berat badan, tingkat
kesadaran.

C. Karakteristik Data

1. Lengkap

Data yang terkumpul harus lengkap guna membantu mengatasi masalah klien
yang adekuat. Misalnya klien tidak mau makan selama 3 hari. Perawat harus
mengkaji lebih dalam mengenai masalah klien tersebut dengan menanyakan hal-hal
sebagai berikut: apakah tidak mau makan karena tidak ada nafsu makan atau
disengaja? Apakah karena adanya perubahan pola makan atau hal-hal yang
patologis? Bagaimana respon klien mengapa tidak mau makan.

2. Akurat dan nyata

Untuk menghindari kesalahan, maka perawat harus berfikir secara akurat dan
nyata untuk membuktikan benar tidaknya apa yang didengar, dilihat, diamati dan
diukur melalui pemeriksaan ada tidaknya validasi terhadap semua data yang
mungkin meragukan. Apabila perawat merasa kurang jelas atau kurang mengerti
terhadap data yang telah dikumpulkan, maka perawat harus berkonsultasi dengan
perawat yang lebih mengerti. Misalnya, pada observasi: "klien selalu diam dan sering
menutup mukanya dengan kedua tangannya. Perawat berusaha mengajak klien
berkomunikasi, tetapi klien selalu diam dan tidak menjawab pertanyaan perawat.
Selama sehari klien tidak mau makan makanan yang diberikan", jika keadaan klien
tersebut ditulis oleh perawat bahwa klien depresi berat, maka hal itu merupakan
perkiraan dari perilaku klien dan bukan data yang aktual. Diperlukan penyelidikan
lebih lanjut untuk menetapkan kondisi klien. Dokumentasikan apa adanya sesuai
yang ditemukan pada saat pengkajian.

6
3. Relevan

Pencatatan data yang komprehensif biasanya menyebabkan banyak sekali


data yang harus dikumpulkan, sehingga menyita waktu dalam mengidentifikasi.
Kondisi seperti ini bisa diantisipasi dengar membuat data komprehensif tapi singkat
dan jelas. Dengan mencatat data yang relevan sesuai dengan masalah klien, yang
merupakan data fokus terhadap masalah klien dan sesuai dengan situasi khusus.

D. Sumber Data

1. Sumber data primer

Klien adalah sumber utama data (primer) dan perawat dapat menggali
informasi yang sebenarnya mengenai masalah kesehatan klien.

2. Sumber data sekunder

Orang terdekat, informasi dapat diperoleh melalui orang tua, suami atau istri,
anak, teman klien, jika klien mengalami gangguan keterbatasan dalam
berkomunikasi atau kesadaran yang menurun, misalnya klien bayi atau anak-anak,
atau klien dalam kondisi tidak sadar.

3. Sumber data lainnya

1) Catatan medis dan anggota tim kesehatan lainnya

Catatan kesehatan terdahulu dapat digunakan sebagai sumber informasi yang


dapat mendukung rencana tindakan perawatan.

2) Riwayat penyakit

Pemeriksaan fisik dan catatan perkembangan merupakan riwayat penyakit


yang diperoleh dari terapis Informasi yang diperoleh adalah hal-hal yang difokuskan
pada identifikasi patologis dan untuk menentukan rencana tindakan medis.

3) Konsultas

7
Kadang terapis memerlukan konsultasi dengan anggota tim kesehatan
spesialis, khususnya dalam menentukan diagnosa medis atau dalam merencanakan
dan melakukan tindakan medis. Informasi tersebut dapat diambil guna membantu
menegakkan diagnosa.

4) Hasil pemeriksaan diagnostik

Seperti hasil pemeriksaan laboratorium dan tes diagnostik, dapat digunakan


perawat sebagai data objektif yang dapat disesuaikan dengan masalah kesehatan
klien. Hasil pemeriksaan diagnostik dapat digunakan membantu mengevaluasi
keberhasilan dari tindakan keperawatan.

E. Metoda Pengumpulan Data

1) Observasi

Observasi adalah mengamati perilaku dan keadaan klien untuk memperoleh


data tentang masalah kesehatan dan keperawatan klien. Tujuan dari observasi adalah
mengumpulkan data tentang masalah yang dihadapi klien melalui kepekaan alat
panca indra. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan observasi:

1. Tidak selalu pemeriksaan yang akan kita lakukan dijelaskan secara rinci kepada
klien (meskipun komunikasi terapeutik tetap harus dilakukan), karena terkadang
hal ini dapat meningkatkan kecemasan klien atau mengaburkan data (data yang
diperoleh menjadi tidak murni). Misalnya: "Pak, saya akan menghitung nafas
Bapak dalam satu menit kemungkinan besar data yang diperoleh menjadi tidak
valid karena kemungkinan klien akan berusaha untuk mengatur nafasnya.

2. Menyangkut aspek fisik, mental, sosial dan spiritual klien

3. Hasilnya dicatat dalam catatan keperawatan, sehingga dapat dibaca dan


dimengerti oleh perawat yang lain. Contoh kegiatan observasi misalnya: terlihat
adanya kelainan fisik, adanya perdarahan, ada bagian tubuh yang terbakar, bau
alkohol, urin, feses, tekanan darah, heart rate, batuk, menangis, ekspresi nyeri
dan lain-lain (Rohman, 2009).

8
2) Wawancara

Biasa juga disebut dengan anamnesa adalah menanyakan atau tanya jawab
yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi klien dan merupakan suatu
komunikasi yang direncanakan. Dalam berkomunikasi ini perawat mengajak klien
dan keluarga untuk bertukar pikiran dan perasaannya yang diistilahkan teknik
komunikasi terapeutik. Teknik tersebut mencakup keterampilan secara verbal
maupun non verbal, empati dan rasa kepedulian yang tinggi.

Teknik verbal meliputi pertanyaan terbuka maupun tertutup, menggali


jawaban dari memvalidasi respon klien. Teknik non verbal meliputi mendengarkan
secara aktif, diam, sentuhan dari kontak mata. Mendengarkan secara aktif merupakan
suatu hal yang perlu dilatih. Unsur-unsur yang penting dalam mendengarkan secara
aktif yaitu:

 Memperhatikan pesan yang disampaikan


 Mengurangi hambatan-hambatan
 Suara yang gaduh (suara radio, tv, pembicaraan di luar).

Tujuan Wawancara :

1. Untuk memperoleh data tentang masalah kesehatan dan masalah keperawatan


klien.

2. Untuk mendapatkan informasi yang diperlukan dalam mengidentifikasi dan


merencanakan tindakan keperawatan.

3. Membantu klien memperoleh informasi dan berpartisipasi dalam identifikasi


masalah dan tujuan.

4. Membantu perawat untuk menentukan investigasi lebih lanjut selama tahap


pengkajian.

9
Tahapan Wawancara/Komunikasi:

1. Persiapan

Sebelum melakukan komunikasi dengan klien, perawat harus melakukan


persiapan dengan membaca status klien. Perawat diharapkan tidak mempunyai
prasangka buruk terhadap klien, karena akan mengganggu dalam membina hubungan
saling percaya dengan klien. Jika klien belum bersedia untuk berkomunikasi, perawat
tidak boleh memaksa, atau memberi kesempatan kapan klien sanggup. Pengaturan
posisi duduk dan teknik yang akan digunakan dalam wawancara harus disusun
sedemikian rupa guna memperlancar wawancara.

2. Pembukaan atau perkenalan

Langkah pertama perawat dalam mengawali wawancara adalah dengan


memperkenalkan diri: nama status, tujuan wawancara, waktu yang diperlukan dan
faktor-faktor yang menjadi pokok pembicaraan. Perawat perlu memberikan informasi
kepada klien mengenai data yang terkumpul dan akan disimpan dimana, bagaimana
menyimpannya dan siapa saja yang boleh mengetahuinya.

3. Isi/tahap kerja

a. Fokus wawancara adalah klien

b. Mendengarkan dengan penuh perhatian

c. Menanyakan keluhan yang paling dirasakan oleh klien

d. Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh klien

e. Gunakan pertanyaan terbuka dan tertutup tepat pada waktunya

f. Jika situasi memungkinkan kita dapat memberikan sentuhan terapeutik, yang


bertujuan untuk memberikan dorongan spiritual, merasa diperhatikan.

4. Terminasi

10
Perawat mempersiapkan untuk penutupan wawancara. Untuk itu klien harus
mengetahui kapan wawancara akan berakhir dan tujuan dari wawancara pada awal
perkenalan, sehingga diharapkan pada akhir wawancara perawat dan klien mampu
menilai keberhasilan dan dapat mengambil kesimpulan bersama. Jika diperlukan,
perawat perlu membuat perjanjian lagi untuk pertemuan berikutnya. Jadi, hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam melakukan wawancara dengan klien adalah:

1. Menerima keberadaan klien sebagaimana adanya

2. Memberikan kesempatan kepada klien untuk menyampaikan keluhan-


keluhannya/pendapatnya secara bebas.

3. Dalam melakukan wawancara harus dapat menjamin rasa aman dan nyaman bagi
klien.

4. Perawat harus bersikap tenang, sopan dan penuh perhatian (Rohman, 2009).

3) Riwayat Kesehatan

Riwayat Kesehatan adalah ringkasan kondisi kesehatan klien mulai dari


waktu lampau hingga alasan mengapa saat ini datang ke pusat kesehatan. Riwayat ini
meliputi hal-hal sebaga berikut.

a. Data demografi

b. Keluhan utama

c. Presepsi tentang kondisi sakit saat ini

d. Riwayat penyakit terdahulu, riwayat pembedahan, riwayat diawat dirumah sakit

e. Riwayat penyakit keluarga

f. Pengobatan yang saat ini sedang dijalani

g. Riwayat alergi

h. Status perkembangan mental klien.

 Nutrisi/diet yang dilakukan sebelum dan sesudah sakit.

11
 Eliminasi (BAK→ eliminasi urine dan BAB—> eliminasi alvi) yang dialami
sebelum dan sesudah sakit.
 Pola istirahat dan tidur sebelum dan sesudah sakit
 Aktivitas dan rutinitas yang dilakukan tiap harinya dan sesudah sakit.
 Keyakinan/pola ibadah yang dimiliki sebelum dan sesudah sakit (Rohman,
2009).

4) Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dalam keperawatan digunakan untuk mendapatkan data


objektif dari riwayat keperawatan klien. Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan
bersamaan dengan wawancara. Fokus pengkajian fisik keperawatan adalah pada
kemampuan fungsional klien. Misalnya, klien mengalami gangguan sistem
muskuloskeletal, maka perawat mengkaji apakah gangguan tersebut mempengaruhi
klien dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari atau tidak. Tujuan dari pemeriksaan
fisik dalam keperawatan adalah untuk menentukan status kesehatan klien,
mengidentifikasi masalah klien dan mengambil data dasar untuk menentukan rencana
tindakan keperawatan.

Ada 4 teknik dalam pemeriksaan fisik yaitu:

1. Inspeksi

Adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat bagian tubuh yang
diperiksa melalu pengamatan. Cahaya yang adekuat diperlukan agar perawat dapat
membedakan warna, bentuk dan kebersihan tubuh klien. Fokus inspeksi pada setiap
bagian tubuh meliputi: ukuran tubuh, warna, bentuk posisi, simetris. Dan perlu
dibandingkan hasil normal dan abnormal bagian tubuh satu dengan bagian tubuh
lainnya. Contoh: mata kuning (ikterus), terdapat struma di leher, kulit kebiruan
(sianosis), dan lain-lain.

2. Palpasi

Palpasi adalah suatu teknik yang menggunakan indera peraba. Tangan dan
jari-jari adalah instrumen yang sensitif digunakan untuk mengumpulkan data,
misalnya tentang temperatur, turgor, bentuk kelembaban, vibrasi, ukuran.

12
Langkah-langkah yang perlu diperhatikan selama palpasi:

 Ciptakan lingkungan yang nyaman dan santai


 Tangan perawat harus dalam keadaan hangat dan kering
 Kuku jari perawat harus dipotong pendek
 Semua bagian yang nyeri dipalpasi paling akhir. Misalnya adanya tumor,
oedema, krepitasi (patah tulang), dan lain-lain.

3. Perkusi

Perkusi adalah pemeriksaan dengan jalan mengetuk bagian permukaan tubuh


tertentu untuk membandingkan dengan bagian tubuh lainnya (kiri kanan) dengan
tujuan menghasilkan suara. Perkusi bertujuan untuk mengidentifikasi lokasi, ukuran,
bentuk dan konsistensi jaringan. Perawat menggunakan kedua tangannya sebagai alat
untuk menghasilkan suara. Adapun suara-suara yang dijumpai pada perkusi adalah:

 Sonor: suara perkusi jaringan yang normal


 Redup: suara perkusi jaringan yang lebih padat, misalnya di daerah paru-
paru pada pneumonia.
 Pekak: suara perkusi jaringan yang padat seperti pada perkusi daerah
jantung, perkusi daerah hepar.
 Hipersonor/timpani: suara perkusi pada daerah yang lebih berongga
kosong, misalnya daerah caverna paru, pada klien asthma kronik.

4. Auskultasi

Adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara mendengarkan suara


yang dihasilkan oleh tubuh. Biasanya menggunakan alat yang disebut dengan
stetoskop. Hal-hal yang didengarkan adalah: bunyi jantung, suara nafas, dan bising
usus. Suara tidak normal yang dapat diauskultasi pada nafas adalah:

 Rales: suara yang dihasilkan dari eksudat lengket saat saluran-saluran


halus pernafasan mengembang pada inspirasi (rales halus, sedang, kasar).
Misalnya pada klien pneumonia, TBC.

13
 Ronchi: nada rendah dan sangat kasar terdengar baik saat inspirasi
maupun saat ekspirasi. Ciri khas ronchi adalah akan hilang bila klien
batuk. Misalnya pada edema paru.
 Wheezing: bunyi yang terdengar "ngil...k". bisa dijumpai pada fase
inspirasi maupun ekspirasi. Misalnya pada bronchitis akut, asma.
 Pleura Friction Rub: bunyi yang terdengar "kering" seperti suara gosokan
amplas pada kayu. Misalnya pada klien dengan peradangan pleura
(Rohman, 2009).

Pendekatan pengkajian fisik dapat menggunakan:

1. Head to toe (kepala ke kaki)

Pendekatan ini dilakukan mulai dari kepala dan secara berurutan sampai ke
kaki. Mulai dari: keadaan umum, tanda-tanda vital, kepala, wajah, mata, telinga,
hidung, mulut dan tenggorokan, leher, dada, paru jantung, abdomen, ginjal,
punggung, genetalia, rectum, extremitas.

2. ROS (Review of System/ristem tubuh)

Pengkajian yang dilakukan mencakup seluruh sistem tubuh, yaitu: keadaan


umum, tanda vital, sistem pernafasan, sistem kardiovaskuler, sistem persyarafan,
sistem perkemihan, sistem pencernaan, sistem muskuloskeletal dan integumen,
sistem reproduksi. Informasi yang didapat membantu perawat untuk menentukan
sistem tubuh mana yang perlu mendapat perhatian khusus.

3. Pola fungsi kesehatan Gordon, 1982

Perawat mengumpulkan data secara sistematis dengan mengevaluasi pola


fungsi kesehatan dan memfokuskan pengkajian fisik pada masalah khusus meliputi:
persepsi kesehatan-penatalaksanaan kesehatan, nutrisi-pola metabolisme, pola
eliminasi, pola tidur-istirahat, kognitif-pola perseptual, peran pola berhubungan,
aktifitas-pola latihan, seksualitas-pola reproduksi, koping-pola toleransi stress, nilai
pola keyakinan.

14
4. DOENGOES (1993)

Mencakup: aktivitas/istirahat, sirkulasi, integritas ego, eliminasi, makanan


dan cairan, hygiene neurosensori, nyeri/ketidaknyamanan, pernafasan, keamanan,
seksualitas, interaksi sosial, penyuluhan /pembelajaran (Mosby, 1997).

5) Studi Dokumentas

Agar data dapat terkumpul dengan baik dan terarah, sebaiknya dilakukan
penggolongan atau klasifikas data berdasarkan identitas klien, keluhan utama,
riwayat kesehatan, keadaan fisik, psikologis, sosial spiritual, intelegensi, hasil-hasil
pemeriksaan dan keadaan khusus lainnya. Metode yang digunakan dalam
pengumpulan data pada tahap pengkajian adalah Wawancara (interview),
pengamatan (observasi), dan pemeriksaan fisik (pshysical assessment), dan studi
dokumentasi.

15
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pengumpulan informasi merupakan tahap awal dalam proses keperawatan.


Dari informasi yang terkumpul, didapatkan data dasar tentang masalah-masalah yang
dihadapi klien. Selanjutnya data dasar tersebut digunakan untuk menentukan
diagnosis keperawatan, merencanakan asuhan keperawatan, serta tindakan
keperawatan untuk mengatasi masalah-masalah klien.

3.2 Saran

Saran yang dapat disampaikan dalam makalah ini sebagai berikut: Sebagai
seorang mahasiswa perawat dan perawat dapat memahami dengan benar
pengumpulan data pada pasien paliatif dan dapat menerapkan pada pasien terutama
pada pasien kasus terminal.

16
DAFTAR PUSTAKA

1. Mosby. 1997. Fundamentals of Nursing: Concepts. Process and Practice, vol. 4.


Jakarta: Buku Kedokteram EGC.
2. Nanda. (2015). Diagnosa Keperawatan: Defenisi dan Klasifikasi 2015-2017.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
3. Keliat. (2011). Terapi Aktivitas Kelompok. Repository USU, 1811028, 126.
2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Edisi 1. ed. aBAY. Yogyakarta.
4. Sochartati & Sutoto., 2010. Perawatan paliatif supportif. Tanggerang.
5. Modul Pedidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan. Kemenkes.
6. Rohman Nikma, S.Kep., Ns. Walia Saiful, S. Kep., Ns. 2009. Proses
Keperawatan Teori dan Aplikasi. Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA.

17

Anda mungkin juga menyukai