NAMA :
NIM :
KELOMPOK :
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2023
BUKU KERJA PRAKTIKUM
FISIOLOGI HEWAN AKUAKULTUR
HEMATOLOGI
NAMA :
NIM :
KELOMPOK :
NAMA ASISTEN :
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2023
1. PENDAHULUAN
hematologi berguna untuk mengetahui kondisi kesehatan dan sebagai acuan nilai
penyakit, kerusakan struktur atau fungsi organ, pengaruh agen atau obat, dan
stres dapat diketahui dari perubahan profil darah. Keadaan komposisi darah putih
dan darah merah dari organisme dapat dijadikan acuan untuk menilai kondisi
tubuh dan memenuhi kebutuhan jaringan khusus. Peran ini dilakukan melalui
nutrient dan produk sisa dari satu tempat ke tempat lain. Regulasi dilakukan
melalui buffer dalam darah, protein plasma dan transpor panas. Fungsi darah
dalam pertahanan meliputi antibodi dan fagosit untuk melindungi tubuh terhadap
kunci terpenting dalam merespon patogen yang masuk tanpa menunggu waktu
dan tidak memerlukan waktu yang banyak. Sel fagosit pada udang diperankan
oleh hemosit terutama sel hyalin. Sel hyalin berperan dalam proses fagositosis
mikroba yang masuk ke dalam tubuh saat terjadinya infeksi (Rozik, 2014).
1.2 Maksud dan Tujuan
struktur darah secara umum pada ikan serta mengetahui mekanisme dan
Google Meet.
2. TINJAUAN PUSTAKA
Selain itu, terdapat juga pemeriksaan organ pembentuk darah dan penyakit yang
menurut Fitria, et al. (2016), adalah ilmu yang mempelajari pemeriksaan kondisi
sel-sel darah perifer dalam kondisi normal maupun patologis. Pemeriksaan darah
Unsur cairan darah adalah plasma dan unsur-unsur pembentuk darah yang
meliputi eritrosit, leukosit dan trombosit. Fungsi utama darah antara lain
darah) dan leukosit (sel darah putih). Leukosit dibagi menjadi dua:
1. Granulosit merupakan sel darah putih yang memiliki butir atau granula
dalam sitoplasma. Granulosit terdiri dari neutrofil, eosinofil, dan basofil.
1. Substansi padat, volumenya terdiri atas 45% yang terdiri atas sel-sel
darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan sel pembeku
(trombosit).
Sebagian besar plasma darah (90 – 92%) tersusun atas air dan bahan-
ke seluruh tubuh.
serangan penyakit dan racun dalam tubuh dengan perantara leukosit dan
tidak melalui pembuluh darah. Hewan yang memiliki sistem peredaran darah
windu (Penaeus monodon) memiliki sistem sirkulasi darah terbuka dimana cairan
darah dan sel darahnya masing-masing dikenal dengan istilah hemolim dan
hemosit. Hemosit merupakan sel darah udang yang memiliki fungsi sama seperti
sel darah putih pada vertebrata dan dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis yaitu
sel hyalin semigranular dan granular. Sel hyalin berperan dalam proses
melewati pembuluh darah. Ikan memiliki sistem peredaran darah tunggal yakni
peredaran darah tunggal pada ikan yaitu darah dari jantung dipompa ke insang
ion Ca⁺ dan vitamin K yang mengubah protrombin menjadi trombin. Hasil
luka tertutup.
2.7 Antikoagulan
1. Buatan
Na-sitrat
Na-fis
Heparin
2. Alami
yaitu:
Ikan memiliki sistem imun yang spesifik dan non spesifik. Sistem imun
spesifik pada ikan memiliki sel B dan sel T. Sistem imun non spesifik berupa sel-
sel fagositik (leukosit, granulosit dan agranulosit). Mekanisme kerja limfosit untuk
sistem kekebalan tubuh menurut Utami, et al. (2013), yaitu dengan cara
mengenali antigen melalui reseptor spesifik pada membran sel. Kerja limfosit T
terjadi ketika tubuh atau jaringan terpapar oleh antigen, maka limfosit T tidak
mampu mengenali antigen tanpa melalui reseptor spesifik. Sel reseptor spesifik
akan membuat sel T lebih cepat mengenali antigen yang ada sehingga langsung
antibodi alami. Antibodi alami dalam tubuh tersebut berguna untuk melawan
Sistem imun pada udang tidak sama dengan sistem imun ikan. Sistem
imun pada udang menurut Ramadhani, et al. (2017), bertumpu pada sistem imun
non spesifik atau innate. Hal ini dikarenakan udang diyakini tidak memiliki
reseptor pengingat terhadap patogen, namun sistem imun non spesifik tersebut
hemosit yang berperan dalam sistem imun seluler dan hormonal. Sistem
pertahanan ini akan aktif ketika menerima rangsangan berupa protein dan
Lap basah :
Nampan :
Ember :
Botol vial :
Beaker glass :
Sprayer :
Kamera digital :
Akuarium :
Object glass :
Pipet tetes :
Nampan :
Kamera digital :
Washing bottle :
Mikroskop binokuler :
c. Perhitungan Eritrosit
Haemocytometer :
Cover glass :
Mikroskop binokuler :
Nampan :
Handtally counter :
Kamera digital :
d. Perhitungan Leukosit
Haemocytometer :
Cover glass :
Mikroskop binokuler :
Nampan :
Handtally counter :
Kamera digital :
e. Perhitungan Hemoglobin
Washing bottle :
Tabung sahli :
Sahlimeter :
Pipet sahli :
Pipet tetes :
Kamera digital :
Haemocytometer :
(Clarias gariepinus) :
Alkohol 70 % :
Na-sitrat :
Tisu :
Kertas label :
Kapas :
Spuit :
Tube 1,5 ml :
Trash bag :
Na Fis :
Methanol :
Akuades :
Tisu :
Kertas label :
Spuit :
Tube 1,5 ml :
c. Perhitungan Eritrosit
Larutan Hayem :
Akuades :
Tisu :
Kertas label :
Tube 1,5 ml :
Na-sitrat :
d. Perhitungan Leukosit
Larutan Turk :
Akuades :
Sampel darah ikan
lele dumbo
(Clarias gariepinus) :
Tisu :
Kertas label :
Tube 1,5 ml :
Na-sitrat :
e. Perhitungan Hemoglobin
HCl 0,1 N :
Akuades :
Tisu :
Kertas label :
Tube 1,5 ml :
Air :
3.2 Skema Kerja
3.2.1 Pengambilan Sampel Darah
Spuit 3 ml
-Diaseptiskan dengan alkohol 70%
-Dibilas dengan antikoagulan (Na-sitrat) 0,1 ml
Hasil
Hasil
3.2.3 Perhitungan Eritrosit
= n x 104 (sel/mm3)
Keterangan:
n: jumlah eritrosit di kotak yang diambil
104: Faktor koefisien
Hasil
= n x 50 (sel/mm3)
Keterangan:
n: jumlah leukosit di kotak yang diambil
50: faktor koefisien
Hasil
Keterangan
Luas bidang
pandang
eritrosit
Luas bidang
pandang
leukosit
Tabung Sahli
-Ditambahkan HCl 0,1 N sampai skala 2
Satuan hasil G%
Hasil
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Fitria, L., & Sarto, M. (2014). Profil hematologi tikus (Rattus norvegicus
Berkenhout, 1769) galur wistar jantan dan betina umur 4, 6, dan 8
minggu. Biogenesis: Jurnal Ilmiah Biologi, 2(2), 94-100.
https://doi.org/10.24252/bio.v2i2.473
Fitria, L., Illiy, L. L., & Dewi, I. R. (2017). Pengaruh antikoagulan dan waktu
penyimpanan terhadap profil hematologis tikus (Rattus norvegicus
Berkenhout, 1769) galur wistar. Majalah Ilmiah Biologi BIOSFERA: A
Scientific Journal, 33(1), 22-30.
https://doi.org/10.20884/1.mib.2016.33.1.321
Lessy, A., Darus, S. P., & Gerung, G. (2013). Uji aktivitas antikoagulan pada sel
darah manusia dari ekstrak alga coklat Turbinaria ornate. Jurnal Pesisir
dan Laut Tropi, 2(1), 21-27. https://doi.org/10.35800/jplt.1.2.2013.2094
Li, B., Gou, M., Han, J., Yuan, X., Li, Y., Li, T., ... & Li, Q. (2018). Proteomic
analysis of buccal gland secretion from fasting and feeding lampreys
(Lampetra morii). Proteome science, 16(1), 1-9.
https://doi.org/10.1016/j.jprot.2018.05.011
Low, D. H., Sunagar, K., Undheim, E. A., Ali, S. A., Alagon, A. C., Ruder, T., ... &
Fry, B. G. (2013). Dracula's children: Molecular evolution of vampire bat
venom. Journal of proteomics, 89(1), 95-111.
https://doi.org/10.1016/j.jprot.2013.05.034
Mahyudin, K., & S PI, M. M. (2013). Panduan lengkap agribisnis lele. Jakarta.
Niaga Swadaya. 172 hlm.
Noercholis, A., Muslim, M. A., & Maftuch, M. (2013). Ekstraksi fitur roundness
untuk menghitung jumlah leukosit dalam citra sel darah ikan. Jurnal
EECCIS, 7(1), 35-40.
Ramadhani, I., Harpeni, E., Tarsim, T., & Santoso, L. (2017). Potensi sinbiotik
lokal terhadap respon imun non spesifik udang vaname Litopenaeus
vannamei (Boone, 1931). Depik Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan, Pesisir dan
Perikanan (Depik), 6(3), 221-227.
https://doi.org/10.13170/depik.6.3.7613
Riantono, F., Kismiyati, & Sulmartiwi, L. (2016). Perubahan hematologi ikan mas
komet (Carassius auratus auratus) akibat infestasi Argulus japonicus
jantan dan Argulus japonicus betina. Journal of Aquaculture and Fish
Health, 5(2), 70-77.
Utami, D. T., Prayitno, S. B., Hastuti, S., & Santika, A. (2013). Gambaran
parameter Hematologis pada ikan nila (Oreochromis niloticus) yang
diberi vaksin DNA Streptococcus iniae dengan dosis yang berbeda.
Journal of Aquaculture Management And Technology, 2(4): 2-20.
Widaswara, H., & Utoyo, B. (2021). Pengaruh terapi lintah terhadap tekanan
darah pada penderita hipertensi di klinik terapi lintah medis purba
kawedusan Kebumen. Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, 8(3), 153-
158.
BUKU KERJA PRAKTIKUM
FISIOLOGI HEWAN AKUAKULTUR
SISTEM SARAF
NAMA :
NIM :
KELOMPOK :
NAMA ASISTEN :
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2023
1. PENDAHULUAN
baik dari luar maupun dalam tubuh. Sel saraf dalam keadaan istirahat, berada
pada keadaan polar, yaitu keadaan dimana sel saraf sedang tidak
lebih negatif disisi dalam membran dan lebih positif di sisi luar membran.
perbedaan potensial antara bagian luar dan dalam membran (Isnaeni, 2006).
natrium dan kalium yang tidak seimbang diantara kedua sisi membran saraf. Ion
natrium yang terdapat di luar sel jumlahnya lebih banyak daripada yang terdapat
di dalam sel. Sel saraf dalam keadaan istirahat, membran akson bersifat
impermeable terhadap ion natrium sehingga sejumlah besar ion natrium akan
tetap berada di luar sel. Hal ini menjadi faktor penentu adanya keadaan yang
lebih positif di luar sel dibanding di dalam sel. Perbedaan potensial ini akan
asetikolin secara cepat sehingga impuls saraf dapat dihantarkan pada sel neuron
diketahui dapat mengganggu transmisi sinaps antara lain pestisida, bisa ular dan
obat bius. Pestisida memiliki banyak jenis, salah satu diantaranya adalah golongan
diazinon ditandai dengan gejala kejang otot, sedangkan obat bius bisa membuat
hewan mengalami gangguan fungsi saraf sehingga tidak dapat merasakan sakit
terhadap organ tubuh ikan dan untuk mengetahui fungsi dari masing-masing
bagian otak.
Meet.
2. TINJAUAN PUSTAKA
rangsangan. Sistem saraf pada vertebrata memiliki peran penting yakni sebagai
meresponnya. Pusat koordinasi saraf terletak pada otak dan sumsum tulang
dibawa oleh saraf motorik ke organ-organ efektor dan sebaliknya. Informasi akan
diterima otak melalui sinyal yang dibawa oleh reseptor dan sensoris (Muzahar,
2020).
dari lingkungan menuju otak untuk diolah. Selain itu, fungsi saraf dibagi menjadi
dua, yaitu reseptor dan efektor. Reseptor berfungsi untuk mengenali rangsang
tertentu dari luar atau dalam, sedangkan efektor merupakan sel atau organ yang
termasuk ke dalam sistem saraf tangga tali. Sistem saraf tangga tali adalah
sepasang simpul saraf dengan sepasang tali saraf yang memanjang dan
(otak) yang terhubung dengan indra peraba, indra penglihatan, dan indra
keseimbangan.
2.4 Neuron
dari daerah tepi (perifer tubuh) ke pusat saraf otak (otak dan sumsum
b. Neuron motorik, ialah sel saraf yang berfungsi membawa rangsang dari
neuron motorik.
1. Saraf pusat, dibagi menjadi 2 yaitu otak dan medulla spinalis yang
rangsangan. Saraf tepi terdiri dari 2 bagian yaitu sel otonom dan sel
somatik. Sel otonom yaitu saraf yang bekerja secara tidak sadar,
contohnya otot polos dan otot jantung. Sel somatik yaitu saraf yang
Pembagian otak ikan saat embrio Menurut Evans (1998), dibagi menjadi
2.6.2 Dewasa
menjadi dua yaitu pertama, metencephalon (terdapat pada cerebellum atau otak
Neuron menurut Sitorus (2014), terdiri dari tiga bagian, yaitu sebagai
berikut.
Bagian sel ini menyimpan inti sel (nukleus) dan anak inti (nukleolus),
b. Dendrit
Dendrit berfungsi untuk meneruskan rangsang dari organ penerima
c. Akson
sitoplasma yang panjang dan berfungsi untuk meneruskan impuls saraf yang
berupa informasi berita dari badan sel. Akson memiliki bagian-bagian yang
Selubung Mielin, bagian ini tersusun oleh sel-sel pipih yang disebut sel
tersusun atas sel-sel pipih dan tidak dilapisi selubung mielin. Bagian
belok.
e. Sirip caudal : untuk mengemudi.
adalah:
2.11 Anestesi
tidak sadar yang dihasilkan oleh proses terkendali dari sistem saraf pusat yang
Toples 3L :
Seser :
Nampan :
Penggaris 30 cm :
Sectio set :
Lap basah :
Ember :
Pipet tetes :
Kamera digital :
Botol vial :
Toples 3L :
Seser :
Nampan :
Penggaris 30 cm :
Sectio set :
Lap basah :
Ember :
Pipet tetes :
Kamera digital :
Botol vial :
Ikan Nila
(Oreochromis niloticus) :
Minyak cengkeh :
Tisu :
Kertas label :
Air tawar :
Trash bag :
Minyak cengkeh :
Tisu :
Kertas label :
Air tawar :
Trash bag :
3.2 Skema Kerja
3.2.1 Sistem Saraf Ikan
Toples 3 liter
-Disiapkan 9 buah
-Diisi air ¾ bagian
Hasil
3.2.2. Sistem Saraf Crustacea
Toples 3 Liter
-Disiapkan 9 buah
-Diisi ¾ bagian
Lobster air tawar (Cherax quadricarinatus) ke-5, ke-6, ke-7, ke-8, ke-9
Hasil
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Evans, D. H. 1998. The Physiology of Fishes Second Edition. CRC Press: New
York. 282 hlm.
Fikri, M., Safira, A., Minasa, R., Kahby, I. A., & Artinah, M., & Amrullah, S. H.
(2023). Sistem saraf dan endokrin ikan. OSF, 1(1), 1-13.
Hidayati, I., Abdullah dan M. Sabri. 2015. Identifikasi miskonsepsi system saraf
pada buku teks biologi kelas IX. Jural Biotik, 3(1), 39-44.
https://doi.org/10.22373/biotik.v3i1.990
Kurniawan, T. & R. Hartono. 2006. Pembesaran Lobster Air Tawar secara Cepat.
Bogor: Penebar Swadaya. 64 hlm.
Maia, A & C. A. Wilga. 2013. Function of dorsal fins in bamboo shark during
steady swimming. Zoology, 116, 224-231.
https://doi.org/10.1016/j.zool.2013.05.001
Martins, T., Diniz, E., Félix, L. M., & Antunes, L. (2018). Evaluation of anaesthetic
protocols for laboratory adult zebrafish (Danio rerio). PloS one, 13(5), 1-
12.
Rahardjo, M. F., Sjafei, S. D., Affandi, R., Sulistiono, & Hutabarat, J. (2010).
Iktiology. Bandung: CV Lubuk Agung. 360 hlm.
Sahrial, Emanauli & M. Arisandi. 2017. Karakteristik fisikokimia minyak biji teh
(Camelliasinensis) dan potensi aplikasinya. Jurnal Agroindustri, 7(2),
111-115. https://doi.org/10.31186/j.agroind.7.2.111-115
NAMA :
NIM :
KELOMPOK :
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2023
BUKU KERJA PRAKTIKUM
ENDOKRINOLOGI
NAMA :
NIM :
KELOMPOK :
NAMA ASISTEN :
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2023
1. PENDAHULUAN
bagaimana kelenjar ini dapat mengatur fisiologi dan perilaku individu hewan serta
untuk menyalurkan zat sekretnya. Zat sekret yang dihasilkan oleh kelenjar
endokrin. Endokrin berarti kelenjar yang tidak mempunyai saluran khusus untuk
yang penting untuk mengatur berbagai aktivitas dalam tubuh hewan. Hormon
inilah yang bekerja saling berkaitan untuk mengaktivasi organ, enzim ataupun
proses metabolisme lainnya. Salah satu contoh kelenjar endokrin adalah kelenjar
pituitari yang juga disebut master of gland karena mensekresikan banyak hormon
maupun internal.
Pusat hormon yang mempengaruhi pertumbuhan pada vertebrata
bagaimana teknik mengambil hipofisa di dalam tubuh ikan dan bagaimana teknik
hipofisasi dilakukan.
mempengaruhi jaringan dan sel yang jauh dari tempat sekresi. Hormon
kelenjar timus dan kelenjar adrenal. Kelenjar dan jaringan dari sistem endokrin
sebagian besar terpisah satu sama lain, keduanya bekerja sebagai sebuah
darah dan disebarkan melalui sistem peredaran darah ke organ target. Endokrin
dan sistem saraf bekerja sama untuk mengelola dan mengkoordinasikan sistem
Kelenjar menurut Astuti (2018), terdiri dari dua tipe yaitu endokrin dan
ke dalam duktus pada permukaan tubuh seperti kulit dan organ internal.
Perbedaan antara sistem endokrin dan sistem saraf dapat dilihat pada
Tabel 1.
perbedaan, sistem endokrin dan sistem saraf juga memiliki persamaan yaitu
pusat sistem tertingginya berada pada hipotalamus serta sistem kerjanya secara
tidak sadar (involuntary). Sistem endokrin berinteraksi dengan sistem saraf untuk
lebih lambat, durasi lebih lama, distribusinya lebih luas daripada respon langsung
lain:
usus.
karbohidrat.
7. Kelenjar gonad, mulai aktif saat ikan matang gonad dan meningkatkan
dari kelenjar endokrin ke dalam darah yang dibawa menuju jaringan target sesuai
tersebut diproduksi. Beberapa hormon lainnya berperan pada sel berbeda atau di
dalam sel yang sama tanpa melalui sistem peredaran darah. Fungsi ini terutama
Lestari, et al. (2016), sangat kompleks seperti hujan, perubahan suhu, substrat
dan petrichor. Faktor-faktor lingkungan tersebut akan direspon oleh ikan melalui
gonad. Sinyal lingkungan akan diterima oleh sistem saraf pusat (otak) dan
dalam tubuh ikan yang dapat digunakan sebagai hormon perangsang untuk
otak. Kelenjar hipofisa mengandung dua hormon, yaitu Luteinizing Hormone (LH)
atau teknik yang digunakan untuk merangsang ikan agar cepat melakukan
metode hipofisasi dapat merangsang aktivitas dan perilaku agresif pada ikan
Hormon yang digunakan berasal dari kelenjar pituitari pada ikan. Kelenjar pituitari
dipilih karena dipercaya paling efektif dalam mempercepat pemijahan pada ikan.
Teknik penyuntikan pada ikan menurut Surnar, et al. (2015), terdiri dari
tiga metode yang dapat dilakukan, yaitu penyuntikan dengan metode intrakranial,
dilakukan pada otot ikan biasanya pada daerah bahu atau punggung. Metode
intramuskular berada pada daerah sirip dorsal sehingga aman untuk disuntikkan.
jantan disuntikkan ovaprim dengan dosis sebanyak 0,2 ml/kg, sedangkan betina
0,5 ml/kg. Dosis ovaprim jantan lebih sedikit karena sperma pada jantan lebih
tergantung pada kualitas sperma dan gonad serta jenis kelamin dari resipien.
Ikan yang akan didonorkan juga harus bisa membuahi ikan resipien atau dengan
spesies yang sama, jika ikan yang digunakan sebagai resipien bertubuh kecil,
maka untuk ikan donor usahakan memiliki tubuh yang lebih besar dari ikan
resipien. Keberhasilan benih ikan yang terbuahi dan menetas dalam jumlah yang
besar apabila ikan resipien yang digunakan memenuhi syarat. Ikan resipien yang
digunakan berumur 1-2 tahun dan telah mencapai matang gonad. Sperma
yang digunakan berasal dari induk jantan berusia 1-2 tahun. Ikan resipien
digunakan induk betina yang berusia 2 tahun yang telah matang gonad (Sato, et
al., 2014).
morfologi. Ikan betina yang sudah matang gonad dapat diidentifikasi dengan
bagian perut lunak dan membesar, jenis kelamin berwarna kemerahan dan
munculnya sedikit telur pada saat bagian perut ditekan. Ikan jantan tidak
layak. Ikan penerima harus matang gonad dan ditentukan berat tubuhnya
sebelum disuntik dan dilakukan striping untuk menentukan hasil telur (Gadissa
Sentrifuge :
Tabung reaksi :
Sectio set :
Akuarium :
Aerator set :
Heater akuarium :
Thermometer :
Lap basah :
Talenan :
Kabel rol :
Timbangan OZ :
Bak :
Pisau :
Penggaris :
Lampu :
Nampan :
Grinder tissue :
Kamera digital :
Seser :
Pipet tetes :
Ikan nila
(Oreochromis niloticus) :
Na fisiologis :
Alkohol 70 % :
Aluminium foil :
Kertas saring :
Kapas :
Hipofisa :
Tisu :
Air tawar :
Kertas label :
Trash bag :
Spuit 3 ml :
3.2 Skema Kerja
Supernatan
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Arie, U & Dejee, D. (2013). Panduan Lengkap Benih Ikan Konsumsi. Jakarta:
Penebar Swadaya. 220 hlm.
Komala, S. N., & Febrianti, P. (2022). Biology Notes: Fisiologi Hewan (Vol. 1).
Zahira Media Publisher.
Surnar, S. R., Kamble, A. D., Walse, N. S., Sharma, O. P. & Saini, V. P. (2015).
Hormone administration with induced spawning of Indian major carp.
International Journal of Fisheries, 3(1), 1–4.
Usman, I., Auta, J., Akpai, S. & Abdullahi. (2015). Effect of monthly variation in
water temperature on artificial breeding of common carp (Cyprinus
carpio L.) in Zaria, Nigeria. International Journal of Fisheries and
Aquatic Studies, 3(2), 353-356.
NAMA :
NIM :
KELOMPOK :
NAMA ASISTEN :
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2023
1. PENDAHULUAN
dalam usaha budidaya ikan. Jenis kelamin ikan erat kaitannya dengan faktor-
budidaya ikan. Pengetahuan mengenai jenis kelamin ikan sangat penting, hal itu
status reproduksi ikan, umur dan ukuran ikan pada saat pertama kali matang
gonad dan proporsi produktivitas ikan dalam bereproduksi (Dahlan, et al., 2015).
Oleh karena itu, perlu dilakukan pengamatan gonad pada ikan jantan maupun
betina untuk mengetahui ikan tersebut siap memijah serta mengetahui status
pengamatan atau seleksi terhadap jenis kelamin ikan dapat dilakukan dengan
beberapa cara antara lain melihat morfologi alat kelamin ikan (ciri primer) dan
melihat ciri-ciri sekunder ikan seperti morfologi tubuh ikan (dimorfisme) dan
apabila ukuran ikan masih kecil karena alat kelamin ikan belum tampak jelas.
dengan ciri-ciri sekunder pada ikan. Ikan yang tampak berkelamin jantan dapat
memiliki jenis kelamin betina ataupun hermaprodit (berjenis kelamin ganda) dan
sebaliknya. Cara lain yang dipandang sebagai cara terbaik dan tepat untuk
mengidentifikasi jenis kelamin ikan, yaitu dengan metode pewarnaan dan
Rimalia (2013), diperoleh fakta bahwa pengamatan gonad secara morfologi yang
serta jelas tidaknya warna dan bentuk telur yang dikandung. Manfaat
Gonad merupakan alat kelamin yang dimiliki oleh setiap individu jantan
maupun betina. Gonad pada individu jantan berupa testis, sedangkan pada
individu betina berupa ovarium. Gamet adalah sel jenis kelamin yang berisi satu
set (haploid) dihasilkan oleh gonad pada individu jantan maupun betina. Gamet
yang dihasilkan oleh individu jantan adalah sperma sedangkan pada individu
2.1.1 Testis
Testis adalah organ reproduksi pada ikan jantan. Bentuk testis ini terdiri
dari sel germinal dalam berbagai tahap diferensiasi yang mengalami beberapa
organ memanjang dan terletak pada dinding dorsal. Testis adalah gonad jantan
yang merupakan ciri seksual primer. Organ testis pada kebanyakan ikan
teleostei berupa sepasang organ yang terletak di rongga tubuh, namun pada
sebagian spesies, pasangan testis menyatu menjadi satu organ. Testis pada
beberapa ikan ditutupi oleh selaput tipis yang bening (Lisna, 2016).
2.1.2 Ovarium
merupakan hormon yang dihasilkan oleh ovarium. Fungsi utama ovarium lainnya
pembentukan sel telur. Ovarium pada ikan juga berperan sebagai organ
Penentuan seksual dari ikan dapat diamati dengan melihat ciri seksual
primer yang dimiliki oleh ikan tersebut. Ikan jantan memiliki ciri seksual primer
berupa adanya sepasang testis memanjang, sedangkan ikan betina memiliki ciri
bagian atas rongga tubuh. Ciri seksualitas primer diamati dengan cara melihat
perbedaan gonad antara ikan jantan dan betina (Wagiu et al., 2023).
seksual pada ikan dapat dilihat dari ciri luar yang ada di tubuhnya, berikut ini
perbedaan antara ciri-ciri seksual sekunder ikan mas jantan dan betina:
a. Ikan Jantan
2. Kepala bulat
Ikan wader dikenal dengan ciri garis belang warna hitam memanjang
dari ujung operkulum hingga pangkal sirip ekor dengan tepi sirip ekor wader
berwarna kehitaman. Posisi mulutnya berada di ujung dengan ukuran agak kecil.
Ikan wader memiliki bonggol yang bersambung dengan tulang penyusun rahang
2.3 Spermatogenesis
proses pembentukan sperma pada individu jantan. Testis pada ikan terdiri dari
sepasang, ada yang sama panjang dan ada pula yang satu lebih pendek dari
yang lainnya. Struktur testis terdiri atas rongga-rongga yang tidak teratur dan
banyak sekali. Sekitar dinding rongga terdapat sel spermatogenin yang akan
dipecah menjadi androgen yang relatif inaktif dan diekskresikan keluar tubuh
2.4 Oogenesis
pembentukan ovum yang terjadi didalam ovarium. Proses ini ditandai dengan
menjadi ovum yang siap dibuahi. Selama perkembangan oosit, terjadi proses
banyak timbunan kuning telur, maka oosit akan semakin membesar. Oosit
menghasilkan ovum haploid yaitu ovum yang memiliki kromosom setengah dari
jumlah kromosom sel induk. Proses meiosis tidak berlangsung hingga tuntas
akan terjadi jika ada rangsangan yaitu masuknya sperma ke ovum. Pembelahan
meiosis tahap dua akan berlangsung saat inti sperma bertemu dengan inti
ovum. Hasil akhir dari tahapan oogenesis yaitu ovum haploid yang siap dibuahi.
sekeliling oosit berkembang dua lapisan sel yaitu sel theca dan sel granulosa
yang berperan dalam produksi hormon steroid ovarium. Tahap perkembangan
II, berupa vitelogenesis yang melibatkan interaksi antara hipofisis anterior, sel-sel
perkembangan telur pada ikan dapat dibagi dalam tiga fase. Fase pertama
disebut central (CGV) di mana posisi inti sel telur berada di tengah. Fase
selanjutnya disebut fase migration (MGV) di mana posisi inti sel telur bermigrasi
dari tengah ke tepi. Inti sel telur berada di tepi sering sebut dengan posisi
breakdown (GVBD) di mana posisi inti sel telur telah melebur dan telur siap
ovulasi.
serbuk putih.
4. Perkembangan II, testis berwarna putih kemerah-merahan. Tidak ada
7. Mijah-Salin, gonad masih terisi sebagian. Tidak ada telur yang bulat
telur.
8. Salin, testis dan ovarium kosong dan berwarna merah. Beberapa telur
9. Pulih salin, testis dan ovarium berwarna jernih, abu-abu sampai merah.
1. TKG I, tekstur testis halus, warna transparan dan tidak ada cairan
yang keluar.
2. TKG II, testis licin, rata dan lunak, warna putih kemerahan dan tidak
3. TKG III, testis padat dan bergelombang, berwarna putih susu dan
4. TKG IV, testis padat, rata dan licin, berwarna putih buram, dan
sel telur dan sel sperma tersebut berasal dari hasil metabolisme pakan yang
diberikan, terutama pada ikan betina. Proses pematangan gonad terdiri dari
membutuhkan biaya yang cukup mahal dan terkadang tidak efisien. Beberapa
kematangan gonad pada ikan adalah hormon. Salah satu hormon yang umum
memiliki sifat aktivitas biologis ganda seperti hormon gonadotropin (GtH) yang
gonad (vitelogenesis) dan luteinizing hormone (LH) yang berperan pada proses
diperoleh dari perbandingan antara berat gonad (Wg) dengan pangkat tiga
panjang total tubuh ikan (TL) dikali sepuluh pangkat tujuh. Atau dengan
𝑊𝑔
𝐺𝑜𝑛𝑎𝑑𝑜 𝐼𝑛𝑑𝑒𝑥 (𝐺𝐼) = × 107
𝐿3
Keterangan:
GI = Gonado Index
Wg = berat gonad
berat gonad (Wg) dengan berat total ikan (Wt) tersebut. GSI dapat dihitung
dengan rumus:
dilakukan untuk mendapatkan kualitas dan kuantitas telur yang baik adalah
dapat ditingkatkan melalui pemberian nutrisi yang berkualitas pada pakan, salah
satunya adalah kandungan protein yang terdapat pada pakan ikan. Penyuntikan
mempercepat tingkat kematangan gonad. Curah hujan yang tinggi diduga dapat
pemijahan ikan
dan larva merupakan hal yang harus diperhatikan, hal ini berkaitan dengan
kualitas dan kuantitas benih yang dihasilkan. Suhu tinggi atau rendah pada
Sectio set :
Kalkulator :
Bak :
Timbangan OZ :
Pipet tetes :
Nampan :
Talenan :
Pisau :
Lap Basah :
Kamera digital :
Penggaris :
Seser :
Timbangan analitik :
Ikan wader
Akuades :
Na-fisiologis :
Ovaprim :
Kertas saring :
Kertas label :
Air tawar :
Trash bag :
Tisu :
3.2 Skema Kerja
Akuarium
Kertas saring
- Ditimbang beratnya
Gonad
𝑊𝑔 × 100% 𝑊𝑔 × 107
𝐺𝑆𝐼 = 𝐺𝐼 =
𝑊𝑡
𝐿3
Hasil
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Alamsyah, A. S., Sara, L. & Mustafa, A. (2013). Studi biologi reproduksi ikan
kerapu sunu (Plectropomus areolatus) pada musim tangkap. Jurnal
Mina Laut Indonesia, 1(1), 73-83.
As' ari, H., Kholisah, S., Syukrya, V., Imamah, N., & Agustin, E. (2023).
Identifikasi karakteritik penebalan dan jarak antar-circuli pada sisik ikan
wader bitik (Barbodes binotatus). Biosfer: Jurnal Biologi dan Pendidikan
Biologi, 8(1), 6-13.
Bagenal, T. B. & Braum,E. (1968). Eggs and Early Life History. in: Ricker, W. E.
(Ed.). Methods for Assessment of Fish Production in Freshwater.
Oxford: Blackwell Scientific Publication.
Dahlan, M. A., Omar, S. B.A., Tresnati, J., Nur, M. & Umar, M. T. (2015).
Beberapa aspek produksi ikan layang deles (Decapterus macrosoma,
BLEEKER, 1841) yang tertangkap dengan bagan perahu di perairan
kabupaten Barru, Sulawesi Selatan. Jurnal IPTEKS PSP, 2(3), 218-227.
Elrifadah & Rimalia, A. (2013). Aspek reproduksi ikan Seluang (Rasbora Spp.)
yang tertangkap di perairan sungai Batang kabupaten Banjar
Kalimantan Selatan. Media Sains, 5(1), 1-6.
Fan, Z., You, F., Wang, L., Weng, S., Wu, Z., Hu, J., Zou, J., Tan, X. & Zhang, P.
(2014). Gonadal transcriptome analysis of male and female olive
flounder (Paralichthys olivaceus). BioMed Research International. 2014,
1-10. https://doi.org/10.1155/2014/291067
Iskandar, A., Mulya, M. A., Rifqi, A. T., Putro, D. H., & Rifaie, A. R. (2022).
Manajemen pembenihan ikan kerapu bebek (Chromileptes Altivelis)
untuk menghasilkan benih yang optimal. Barakuda 45: Jurnal Ilmu
Perikanan dan Kelautan, 4(1), 31-51.
Kurniawan, I. Y., Basuki, F., & Susilowati, T. (2013). Penambahan air kelapa dan
gliserol pada penyimpanan sperma terhadap motilitas dan fertilitas
spermatozoa ikan Mas (Cyprinus carpio L.). Journal of Aquaculture
Management and Technology, 2(1), 51-65.
Nur, B., Cindelaras, S. & Meilisza, N. (2017). Induksi pematangan gonad ikan
gurami cokelat (Sphaerichthys osphromenoides canestrini, 1860)
menggunakan pregnant mare serum gonadotropin dan antidopamin.
Jurnal Riset Akuakultur, 12(1), 69-76.
Sukendi, R., Putra, M. & Asiah, N. (2013). Pematangan gonad calon induk ikan
sepat mutiara (Trichogaster leeri Blkr) dalam keramba dengan padat
tebar berbeda. Jurnal Perikanan dan Kelautan, 18(1), 71–82.
Wagiu, Y. R., Rondonuwu, A. B., Bataragoa, N. E., Manginsela, F. B., & Manu,
G. D. (2023). Preliminary study of reproduction of Dolphinfish
(Coryphaena hippurus Linnaeus), 1758 which exploited in the Maluku
Sea, Eastern of North Sulawesi. Jurnal Ilmiah PLATAX, 11(2), 402-410.
Zahri, A., & Tjoanda, M. (2021). Oogenesis pada sidat (Anguilla bicolor bicolor
Mc Clelland) hasil feminisasi kombinasi HCG, MT dan anti dopamin.
Jurnal Ruaya: Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmu Perikanan dan
Kelautan, 9(2).