Anda di halaman 1dari 6

PRATIKUM I

A. Judul
Pengukuran Prameter Fisika dan Kimia Air
B. Tujuan
Menentukan status ekologis dari suatu habitat perairan dengan
menggunakan pendekatan fisika-kimia perairan dan biologis
C. Dasar teori
Pengkajian kualitas perairan dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti
dengan analisis fisika dan kimia air serta analisis biologi. Untuk perairan yang
dinamis, analisis fisika dan kimia air kurang memberikan gambaran sesungguhnya
akan kualitas perairan, sedangkan analisis biologi khususnya analisis struktur
komunitas hewan bentos, dapat memberikan gambaran yang jelas tentang kualitas
perairan. Hewan bentos hidup relatif menetap, sehingga baik digunakan sebagai
petunjuk kualitas lingkungan, karena selalu kontak dengan limbah yang masuk ke
habitatnya. Di antara hewan bentos yang relatif mudah diidentifikasi dan peka
terhadap perubahan lingkungan perairan adalah jenis-jenis yang termasuk
makrozoobentos (Pradinda, 2008).
Bioindikator adalah kelompok atau komunitas organisme yang
keberadaannya dan perilakunya di alam berhubungan dengan kondisi lingkungan,
apabila terjadi perubahan kualitas air maka akan berpengaruh terhadap keberadaan
dan perilaku organisme tersebut, sehingga dapat digunakan sebagai penunjuk
kualitas lingkungan (Triadmodjo, 2008).
A. Faktor Fisika - Kimia yang Mempengaruhi Komunitas Makrozoobentos
Menurut Nybakken (1992), sifat fisika-kimia perairan sangat penting
dalam ekologi. Oleh karena itu selain melakukan pengamatan terhadap faktor
biotik, seperti makrozoobentos, perlu juga dilakukan pengamatan faktor-faktor
abiotik (fisika- kimia) perairan, karena antara faktor abiotik dan biotik saling
berinteraksi. Menurut Barus (2004), dengan mempelajari aspek saling
ketergantungan antara organisme dengan faktor-faktor abiotiknya maka akan
diperoleh gambaran tentang kondisi dan kualitas perairan.
Faktor abiotik (fisika-kimia) perairan yang mempengaruhi komunitas
makrozoobentos antara lain:
1. Kecepatan arus
Kecepatan arus dipengaruhi oleh perbedaan ketinggian antara bagian hilir
dan hulu (topografi) badan air, dimana semakin tinggi perbedaan ketinggian
(elevasi) tersebut maka arus semakin kuat. Kecepatan arus akan mempengaruhi
komposisi substrat dasar (sedimen) dan juga akan mempengaruhi aktifitas
makrozoobentos yang ada. Kaitannya dengan kecepatan arus Odum
(1971) dalam Suradi (1993) menyebutkan tujuh bentuk adaptasi yang dilakukan
makrozoobentos, yaitu:
a. Membentuk kait dan alat pelekat
b. Melekat pada substrat yang kokoh.
c. Bentuk tubuh yang sesuai.
d. Tubuh pipih.
e. Reotaksis positif.
f. Tigmotaksis positif.
g. Bagian tubuh melekat.
Kecepatan arus merupakan salah satu faktor penentu kemelimpahan dan
keanekaragaman makrozoobentos. Pada perairan yang relatif tenang dan banyak
ditumbuhi tumbuhan air biasanya banyak ditemukan kelompok Molusca
sedangkan perairan dengan arus kuat atau jeram banyak ditemukan
makrozoobentos dari kelompok Insekta dan Hirudinae (Koesbiono, 1979).
Organisme yang ada di dasar sungai bergantung kepada sifat dasar
sungainya. Dasar sungai tergantung kepada kecepatan arus air jika aliran sungai
deras, maka dasar sungai mengandung kerikil dan pasir. Jika arus hampir diam,
maka dasar sungai adalah lumpur (Sastrawidjaya, 1991).
2. Temperatur Air
Dalam setiap penelitian pada ekosistem akuatik, pengukuran temperatur
air merupakan hal yang mutlak dilakukan. Hal ini disebabkan karena kelarutan
berbagai jenis gas di air serta semua aktivitas biologis di dalam ekosistem akuatik
sangat dipengaruhi oleh temperatur. Menurut hukum Van’ Hoffs kenaikan
temperatur sebesar 100 C (hanya pada kisaran temperatur yang masih ditolerir)
akan meningkatkan laju metabolisme dari organisme sebesar 2-3 kali lipat. Akibat
meningkatnya laju metabolisme, akan menyebabkan konsumsi oksigen
meningkat. Pola temperatur ekosistem air dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti
intensitas cahaya matahari, pertukaran panas antara air dengan udara
sekelilingnya, ketinggian geografis dan juga oleh faktor kanopi (penutupan oleh
vegetasi) dari pepohonan yang tumbuh di tepi (Brehm dan Meijering,
1990 dalam Barus, 2004).
Temperatur air pada suatu perairan merupakan faktor pembatas bagi
pertumbuhan dan distribusi makroinvertebrata air. Pada umumnya temperatur di
atas 300C dapat menekan populasi makroinvertebrata air (Odum, 1994). Welch
(1980) menyatakan bahwa hewan makroinvertebrata air pada masa perkembangan
awal sangat rentan terhadap temperatur tinggi dan pada tingkatan tertentu dapat
mempercepat siklus hidup sehingga lebih cepat dewasa. James dan Evison (1979)
menyatakan bahwa temperatur yang tinggi menyebabkan semakin rendahnya
kelarutan oksigen yang menyebabkan sulitnya organisme akuatik dalam
melakukan respirasi karena rendahnya kadar oksigen terlarut.
3. Penetrasi Cahaya
Kemampuan penetrasi cahaya sampai dengan kedalaman tertentu juga
akan mempengaruhi distribusi dan intensitas fotosintesis tumbuhan air dibadan
perairan (Brower et al., 1990). Menurut Koesbiono (1979), pengaruh utama dari
kekeruhan adalah penurunan penetrasi cahaya secara mencolok. Sehingga
menurunkan aktifitas fotosintesis fitoplankton dan alga, akibatnya menurunkan
produktivitas perairan.
Muatan padatan tersuspensi dan kekeruhan, menurut Sandy (1985) sangat
dipengaruhi oleh musim. Pada waktu musim penghujan kandungan lumpur relatif
lebih tinggi karena besaran laju erosi yang terjadi; sedangkan pada musim
kemarau tingkat kekeruhan air sungai dipengaruhi oleh laju aliran air yang
terbatas menoreh hasil-hasil endapan sungai.
Menurut Sastrawijaya (1991), cahaya matahari tidak dapat menembus
dasar perairan jika konsentrasi bahan tersuspensi atau zat terlarut tinggi.
Berkurangnya cahaya matahari disebabkan karena banyaknya faktor antara lain
adanya bahan yang tidak larut seperti debu, tanah liat maupun mikroorganisme air
yang mengakibatkan air menjadi keruh.
4. Intensitas Cahaya
Faktor cahaya matahari yang masuk ke dalam air akan mempengaruhi
sifat-sifat optis dari air. Sebagian cahaya matahari tersebut akan diabsorbsi dan
sebagian lagi akan dipantulkan ke luar dari permukaan air. Vegetasi yang ada
disepanjang aliran air juga dapat mempengaruhi intensitas cahaya yang masuk ke
mengabsorbsi cahaya matahari. Efek ini terutama akan terlihat pada daerah hulu
yang aliran airnya umumnya masih kecil dan sempit.
Bagi organisme air, intensitas cahaya berfungsi sebagai alat orientasi yang
akan mendukung kehidupan organisme tersebut dalam habitatnya. Larva dari
Baetis rhodani akan bereaksi terhadap perubahan intensitas cahaya, dimana jika
intensitas cahaya matahari berkurang, hewan ini akan ke luar dari tempat
perlindungannya yang terdapat pada bagian bawah dari bebatuan didasar perairan,
bergerak menuju ke bagian atas bebatuan untuk mencari makanan (Barus, 2004).
5. DO (Disolved Oxygen)
Oksigen terlarut merupakan suatu faktor yang sangat penting di dalam
ekosistem air, yaitu untuk respirasi sebagian besar organisme air. Kelarutan
oksigen di dalam air sangat dipengaruhi temperatur, dimana kelarutan maksimum
oksigen di dalam air pada temperatur 00 C sebesar 14,16 mg/l O2, kelarutan ini
akan menurun jika temperatur air meningkat (Barus, 2004).
Menurut Sanusi (2004), nilai DO yang berkisar di antara 5,45 – 7,00 mg/l
cukup bagi proses kehidupan biota perairan. Barus (2004), menegaskan bahwa
nilai oksigen terlarut di perairan sebaiknya berkisar antara 6 – 8 mg/l, makin
rendah nilai DO maka makin tinggi tingkat pencemaran ekosistem tersebut.
Kadar organik adalah satu hal yang sangat berpengaruh pada kehidupan
makrozoobentos, dimana kadar organik ini adalah sebagai nutrisi bagi
makrozoobentos tersebut. Tingginya kadar organik pada suatu perairan umumnya
akan mengakibatkan meningkatnya jumlah populasi hewan bentos dan sebagai
organisme dasar, bentos menyukai substrat yang kaya akan bahan organik.
D. Alat dan bahan
Alat :
1. Thermometer raksa
2. pH meter
3. Keping sechi
4. Do meter
5. Pipet tetes
6. Elenmeyer
7. Botol sampel
Bahan :
1. Larutan NaOH 1/44n
2. Aquades
3. Indicator fenoftalein 0,50 %
4. Alkohol
E. Prosedur Kerja

Pengukuran parameter fisika dan kimia


air
Mengukur suhu dengan menggunakan thermometer biasa secara
langsung atau tidak langsung dari permukaan tanah terakhir
menggunakan botol cuplikan

Mengukur ph air dengan menggunakan kertas indicator universal


dengan koncatan skala kecil.secara langsung di permukaan air

Mengukur derajat keasaman air dengannmenggunakan keeping


secci

Menentukan kadar O2 terlarut dengan menggunakan D0-meter

Menentukan kadar Co2 bebas terlarut dengan menggunakan


metode titrasi

Mengukur salinitas air dengan menggunakan alat hand refrakto


meter

Anda mungkin juga menyukai