Anda di halaman 1dari 64

EKOLOGI TUMBUHAN

OLEH

KELOMPOK I

Juliana Pane Pristika Ningsih


Ajeng Pramitha Retno Dwi Septia Ningrum
Fami Abnur Siti Mutia Rahmawardhani
Riski Amalia Syam Umma Selma Zelila
Annisa Apsari Anindita Yuli Varanda Hsb
Anni Hafizah Hsb Wina Ulfa Aulia
Deni Veronika Sri Rahayu
Luthfiah Ananda Kiki Widya Afrina
Maghfira Mutia Annisa
Luthfia Ayu Annisa Friska Wardhani
Miftahul Jannah Naimatul Asroviahh

PROGRAM STUDI TADRIS BIOLOGI

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

1
DAFTAR ISI

A. KONSEP DASAR EKOLOGI


1. Pengertian Ekologi............................................................................3
2. Ruang Lingkup Ekologi....................................................................4
3. Sejarah Perkembangan Ekologi Tumbuhan......................................6
4. Pendekatan Ekologi Tumbuhan.........................................................8
5. Aspek dan Prinsip Ekologi................................................................8
6. Tujuan dan Manfaat Ekologi Bagi Manusia......................................9
B. ORGANISME
1. Pengertian Organisme.....................................................................11
2. Ciri-ciri Organisme..........................................................................12
3. Jenis-Jenis Organisme.....................................................................13
4. Penggolongan Organisme Tanah.....................................................14
5. Lingkungan Hidup Organise...........................................................17
C. POPULASI
1. Pengertian Populasi.........................................................................20
2. Model Pertumbuhan Populasi..........................................................22
3. Penyebaran Populasi........................................................................23
4. Faktor-Faktor Penyebaran Populasi................................................24
D. KOMUNITAS
1. Pengertian Komunitas.....................................................................27
2. Sifat-Sifat Komunitas......................................................................28
3. Struktur Komunitas.........................................................................29
4. Analisis Komunitas ........................................................................30
E. FAKTOR ABIOTIK DAN PENGARUH TERHADAP TUMBUHAN
1. Pengaruh Air Bagi Tumbuhan.........................................................35
2. Pengaruh Atmosfer Bagi Tumbuha.................................................40
3. Pengaruh Topografi Bagi Tumbuhan..............................................44
4. Pengaruh Tanah Bagi Tumbuhan....................................................45
5. Pengaruh Cahaya Bagi Tumbuhan..................................................47
6. Pengaruh Suhu Bagi Tumbuhan......................................................50
F. FAKTOR BIOTIK DAN PENGARUH TERHADAP TUMBUHAN
1. Interaksi Tumbuhan dengan Hewan................................................54
2. Interaksi Tumbuhan dengan Manusia............................................55
3. Interaksi Tumbuhan dengan Mikroorganisme ................................58

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................61

2
KONSEP DASAR EKOLOGI

1. Pengertian Ekologi

Istilah ekologi pertama kali dekenalkan oleh ahli biologi Jerman, yaitu Ernst Haeckel
(1834-1919). Ekologi berasal dari bahasa Yunani; oikos, artinya rumah atau tempat tinggal dan
logos, artinya ilmu.
Berikut adalah pengertian ekologi menurut para ahli:

 Ernst Haeckel
Menurut pendapat Ernst Haeckel (1866), ekologi merupakan ilmu pengetahuan yang
komprehensif tentang hubungan suatu organisme terhadap lingkungan hidupnya.

 C.J. Krebs
Menurut pendapat C.J. Krebs (1972), ekologi adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang
mempelajari tentang interaksi dalam menentukan distribusi dan kelimpahan suatu organisme.

 E. P. Odum
Menurut pendapat E.P. Odum (1963), ekologi adalah merupakan cabang dari ilmu yang
mempelajari tentang struktur dan fungsi alam (The study of the structure and function of nature).

 Charles Elton
Menurut pendapat Charles Elton (1972), ekologi adalah suatu sejarah alam yang memiliki sifat
ilmiah “Scientific natural history”

 G.Tyler Miller
Menurut pendapat G. Tyler Miller (1975), ekologi merupakan suatu ilmu yang mempelajari
tentang hubungan timbal balik anatara satu organisme dengan organisme lain dan dengan
lingkungannya.

 C. Elton
Menurut pendapat C. Elton, ekologi merupakan suatu ilmu yang mengkaji tentang kehidupan
alam secara ilmiah atau dapat diketahui secara singkat yaitu ilmu yang mempelajari sejarah alam.

3
Jadi berdasarkan pengertian ekologi diatas dapat disimpulkan bahwa Ekologi adalah ilmu
yang mempelajari makhluk hidup, seperti tumbuhan, hewan, dan manusis untuk hidup bersama
dan saling memepngaruhi dan saling memberi manfaat satu sama lain.

Ekologi tumbuhan mengandung dua pengertian, yaitu ekologi sebagai ilmu dan
tumbuhan sebagai objek. Ekologi berasal dari kata oikos = rumah, dan logos = ilmu. Tumbuhan
adalah organisme hidup eukariota multiseluler dari Kingdom Plantae, yang terdiri atas tumbuhan
berbunga, Lycopodopsida, Gymnospermae, paku-pakuan, lumut, dan sejumlah alga hijau.
Berdasarkan uraian tersebut, maka secara umum, ekologi tumbuhan diartikan sebagai kajian
tentang hubungan timbal balik antara tumbuhan dan lingkungannya.

Ada juga beberapa ahli yang memberikan pengertian yang lebih spesiik terhadap ekologi
tumbuhan. Salah satunya adalah Keddy (2004), yang mendeinisikan ekologi tumbuhan sebagai
berikut :

“Plant ecology is a subdiscipline of ecology which studies the distribution and abundance of
plants, the effects of environmental factors upon the abundance of plants, and the interactions
among and between plants and other organisms (Keddy, 2004)”.

Berdasarkan deinisi tersebut, maka ekologi tumbuhan adalah mengkaji seluruh faktor
lingkungan yang berpengaruh terhadap keberadaan satu spesies tumbuhan (ekologi spesies), atau
satu komunitas tumbuhan (ekologi komunitas) di suatu daerah tertentu. Faktor-faktor lingkungan
yang berpengaruh tersebut terdiri atas tumbuhan, hewan, mikroorganisme, dan manusia

2. Ruang Lingkup Ekologi

Ruang lingkup ekologi dapat dilihat atau diketahui melalui spectrum biologi, dimana
menggambarkan aras-aras organisasi kehidupan sebagai berikut1 :

Makromolekul → protoplasma → Sel → jaringan → Organ tubuh → Sistem organ →


Organisme → Populasi → Komunitas → Ekosistem → Biosfer

1
J.B. hasan. 1992. Ekologi tanaman suatu pendekatan fisiologis. Rajawali. Jakarta

4
1. Protoplasma : Zat yang hidup didalam sel dan terdiri dari senyawa organic yang kompleks,
yaitu seperti lemak, protrin, dan karbohidrat.

2. Sel : satuan dasar dari suatu organisme yang terdiri dari protoplasma dan inti yang
terkandung didalam membrane.

3. Jaringan : kumpulan sel yang mempunyai bentuk dan fungsi sama, misalnya jaringan otot.

4. Organ : alat tubuh yang merupakan bagian dari organisme yang mempunyai fungsi tertentu
misalnya kaki atau telinga pada hewan dan daun/akar pada tumbuhan.

5. Sistem organ : kerja sama antara struktur dan fungsi yang harmonis, contohnya kerja sama
antara mata dan telinga, mata dengan tangan, dan hidung dengan tangan

6. Organisme : suatu benda yang hidup, jasad hidup atau makhluk hidup.

7. Populasi : sekelompok organisme sejenis yang hidup dan beranak pada suatu daerah tertentu.
Seperti populasi rusa di pulau jawa, populasi banteng di ujung kulon.

8. Komunitas : semua kumpulan populasi dari berbagai jenis organisme yang


menempati/menghuni suatu daerah tertentu. Pada daerah tersebut setiap populasi saling
berinteraksi satu dengan yang lainnya. Contohnya seperti populasi rusa berinteraksi dengan
populasi harimau di pulau Sumatra dan populasi ikan mas berinteraksi dengan populasi ikan
mujair.

9. Ekosistem : tatanan dari kesatuan secara utuh menyeluruh antara segenap unsur lingkungan
hidup dan saling mempengaruhi. Ekosistem adalah hubungan timbal balik yang kompleks
antara makhluk hidup dari yang satu dengan lingkungannya, baik yang hidup maupun yang
tak hidup. Seperti tanah, air, udara, atau kimia fisik yang secara bersama-sama membentuk
system ekologi.

10. Biosfer : semua populasi dari berbagai macam jenis organisme yang menempati suatu
daerah tertentu. Didaerah tersebut setiap populasi saling berinteraksi antara satu dengan yang
lainnya. Contohnya populasi rusa berinteraksi dengan populasi harimau atau populasi ikan
mas yang berinteraksi dengan populasi ikan mujair.

5
3. Sejarah Perkembangan Ekologi Tumbuhan
Sejarah perkembangan ekologi tumbuhan sebenarnya sama tuanya dengan sejarah
peradaban manusia, karena dimulai sejak keberadaan manusia di bumi. Namun, secara garis
besar sejarah perkembangan ekologi tumbuhan dapat dikelompokkan menjadi tiga periode,
yaitu: periode awal, periode abad 17-19, dan periode abad 21- sekarang. Ketiga periode
perkembangan tersebut memiliki karakteristik berbeda.2

a. Periode Awal
Periode ini merupakan awal dari perkembangan ekologi tumbuhan, dipelopori oleh
para pengumpul makanan dan para dukun obat. Dengan pengalaman yang mereka miliki,
para pengumpul dan pemburu di zaman dulu (purba) telah memiliki pengetahuan yang
tinggi mengenai distribusi berbagai jenis tumbuhan dan hewan liar yang menjadi
makanan dan buruannya.

b. Periode Abad 17-19


Periode ini merupakan awal kemunculan ekologi tumbuhan secara formal, yang
ditandai dengan munculnya beberapa tulisan yang berkaitan dengan tumbuhan dan
lingkungannya. Tulisantulisan tersebut di antaranya:
a) Tentang suksesi komunitas tumbuhan di daerah berair, yaitu danau dan bogs =
suatu daerah yang permukaan tanahnya basah dan empuk (spongy); meskipun
istilah ‘suksesi’ sendiri baru muncul pada awal abad ke 19 (diperkenalkan oleh
Clements pada tahun 1916)
b) Terbitnya buku-buku tentang geograi tumbuhan yang ditulis oleh ahli botani dan
taksonomi tumbuhan, yang didasari hasil ekspedisi ke berbagai penjuru dunia.
Carl Ludwig Willdenow (1765-1812), adalah salah seorang pionirnya, seorang
ahli geograi tumbuhan yang menulis bahwa daerah-daerah yang letaknya
berjauhan (misalnya antara Australia dan Afrika) tetapi memiliki kondisi iklim
yang sama mempunyai tipe vegetasi yang mirip.
c) Friedrich Heinrich Alexander von Humboldt (salah seorang murid Willdenow)
memperkenalkan istilah ‘asosiasi’, dan menulis secara rinci tentang vegetasi dari
2
Jayadi,Edi M.2015. Ekologi Tumbuhan. Mataram. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Mataram

6
aspek isiognomi, korelasi antara distribusi tipe-tipe vegetasi dengan faktor
lingkungan, dan mendeskripsikan efek sinergis dari beberapa faktor lingkungan.

c. Periode Abad 20 – sekarang


Ekologi Tumbuhan menjadi bidang ilmu tersendiri, yang terpisah dari geograi
tumbuhan, terjadi pada periode ini. Pada periode ini muncul beberapa pionir Ekologi
Tumbuhan sejati antara lain: Warming, Schimper, Paczosky, dan Ramensky diEropa;
Merriam, Cowles, dan Clements di Amerika. Warming menulis ekologi vegetasi di
daerah tropis, juga memperkenalkan istilah halo, meso, hydro, dan xerophytes. Buku
yang ditulisnya, merupakan buku teks ekologi tumbuhan yang pertama kali digunakan
dalam kuliah ekologi. Paczosky memunculkan istilah itososiologi, dan Ramensky juga
memperkenalkn istilah phytocoenosis.
Konsep-konsep ekologi tumbuhan yang berkembang sejak tahun 1925-an merupakan
tonggak bagi perkembangan ekologi tumbuhan modern. Beberapa konsep yang muncul di
era ini, di antaranya:
a) Konsep kontroversial adalah Henry Gleason (AS), penentang teori suksesi
Clements
b) Robert H. Whittaker (era 40-70-an) di Amerika Utara, mengembangkan
sinekologi
c) Christen Raunkier (era 1925-an) di Benua Eropa, mengembangkan klasiikasi
bentuk kehidupan (life form) tumbuhan dan metode kuantitatif dalam sampling
vegetasi
d) Arthur Tansley yang mengemukakan istilah ecosystem
e) John Harper (1950-an) dari Wales, banyak mengembangkan spesialisasi demograi
tumbuhan, khususnya weedy species & Integrated Pest Management (IPM)
Josias Braun-Blanquet (1884-1980) dari Eropa mengembangkan metode dalam
sampling komunitas tumbuhan, reduksi data vegetasi dan nomenklatur asosiasi.

4. Pendekatan Ekologi Tumbuhan

7
Dalam mempelajari ekologi tumbuhan digunakan dua pendekatan, yaitu autekologi dan
sinekologi. Perbedaan di antara keduanya, dijelaskan oleh Jongman et al. (1995) sebagai
berikut:
“Autecology is the study of one species in relation to its environment, which
comprises other organisms and abiotic factors. Synecology, or community ecology, is
study of many species simultaneously in relation to their environment.3

Berdasarkan uraian tersebut maka autekologi, atau disebut juga ekologi spesies adalah
kajian tentang sejarah hidup suatu spesies tumbuhan, perilaku, dan adaptasinya terhadap
lingkungan. Salah satu contohnya adalah kajian tentang hubungan antara pohon Pinus merkusii
dan lingkungannya. Sementara itu sinekologi, adalah kajian tentang kelompok organisme
tumbuhan yang tergabung dalam satu kesatuan dan saling berinteraksi dalam daerah tertentu.
Misalnya mempelajari struktur dan komposisi spesies tumbuhan di hutan rawa; mempelajari pola
distribusi binatang liar di hutan alam, hutan wisata, atau di taman nasional dan lain sebagainya

5. Aspek dan Prinsip Ekologi

Dalam mempelajari ilmu tentang hubungan antara makhluk hidup dengan lingkungannya,
ada beberapa aspek dan prinsip yang dapat diperhatikan. Berikut adalah aspek dan prinsip dari
ekologi4 :

a. Aspek Utama Dalam Ekologi

Ada beberapa aspek penting dalam mempelajari ilmu ekologi yaitu :

1. Studi mengenai interaksi suatu organisme dan kelompok organisme dengan lingkungannya
2. Studi mengenai interaksi suatu organisme atau kelompok suatu organisme dengan
lingkungannya.
3. Studi mengenai struktur dan fungsi alam

3
Jongman, R.H.G., Braak, C.J.F.T., & van Tongeren, O.F.R. (1995). Data Analysis in Community and Landscape
Ecology. Cambridge: Cambridge University Press
4
Smith, R.L. (1974). Ecology and Field Biology. 2nd. ed. Harper & Row, Pub. New York.

8
b. Prinsip Utama dalam Ekologi

Ada beberapa prinsip utama dari ekologi yaitu :


1. Adanya suatu interaksi/interaction.
2. Adanya saling ketergantungan/interdependence.
3. Adanya keanekaragaman atau diversity.
4. Adanya keharmonisan atau harmony.
5. Adanya suatu kemampuan untuk berkelanjutan/sustainability.

6. Tujuan dan Manfaat Ekologi Bagi Manusia


Banyak manfaat ekologi yang dapat diberikan kepada manusia dan lingkungan hidupnya.
Adapun manfaat ekologi yaitu5:

a. Mengenal Keberagaman Hayati


Adanya ekologi, manusia dapat mengetahui dan memahami berbagai macam makhluk
hidup serta hubungannya dengan tempat tinggalnya. Contohnya seperti seekor unta yang
dapat bertahan hidup pada suatu tempat yang bersuhu tinggi dan penguin yang mampu
bertahan hidup di suatu tempat yang bersuhu dingin.

b. Mengenal Berbagai perilaku Makhluk Hidup


Ekologi bisa juga membantu manusia untuk mengenal perilaku makhluk hidup yang
lainnya yang bermanfaat juga bagi manusia. Contohnya seperti system sonar kapal selam yang
diadaptasi dari hewan yaitu kelelawar dan lumba-lumba dan ternyata bermanfaat juga untuk
manusia sebagai penentu suatu lokasi.

c. Mengetahui Peran Manusia Terhadap Lingkungannya


Ekologi juga dapat membantu manusia untuk dapat mengetahui dampak suatu produk
yang dihasilkan manusia terhadap lingkungannya. Contohnya seperti produk DDT yang
5
Dwidjoseputro, 1994. Ekologi Manusia Dengan Lingkungannya. Penerbit erlangga : Jakarta.

9
merupakan produk ditujukan untuk memberantas hama ternyata dapat mencemari organisme
yang lainnya.

d. Memetakan Konsumsi Pangan


Adanya ekologi manusia jadi dapat mengetahui struktur dan skala pangan dari setiap
makhluk hidup. Contohnya seperti tumbuhan sebagai produsen, hewan yang herbivore sebagai
konsumen dari tingkat 1, hewan karnivora sebagai konsumen dari tingkat 2, manusia sebagai
konsumen dari tingkat 3, lalu hewan pengurai, dan hasil dari pengurai tersebut dikonsumsi oleh
produsen untuk digunakan sebagai sumber energy.

e. Memecahkan Masalah Pertanian


Ekologi juga dapat diketahui bisa membantu manusia untuk memecahkan masalah
pertanian yang dihadapi oleh manusia. Contohnya seperti untuk menjaga kesuburan tanah yang
dibutuhkan dalam beberapa mikroba yang dapat menghasilkan nitrat dan ammonium.

f. Memecahkan Masalah Energi


Ekologi juga dapat membantu manusia dalam untuk memastikan ketersediaan energy
dalam menunjang kehidupannya. Contohnya seperti penggunaan energy alternative lain dari
tenaga surya untuk dapat menghasilkan energy listrik.

g. Memecahkan Masalah Kesehatan


Ekologi dapat juga membantu manusia untuk memecahkan masalah kesehatan yang
dihadapi. Contohnya seperti mengetahui bahwa nyamuk Aedes Aegypti merupakan penyebab
dari demam berdarah yang dapat diatasi dengan penangan tertentu sepeti dengan cara
menguras/membuat genangan air bersih pada tempat nyamuk bertelur

ORGANISME

1. Pengertian Organisme

10
Kata organisme berasal dari bahasa yunani yakni ‘arganon’ yang bertai ‘alat’. Sedangkan
menurut Wikipedia, kata organisme berarti kumpulan molekul-molekul yang saling berkaitan
sedemikian rupa sehingga berfungsi dan memiliki secara stabil dan memiliki sifat hidup. Kata
organisme mengandung arti yang sangat kompleks. Maksud arti dari organisme kompleks
mengacu kepada organisme yang memiliki lebih dari satu sel atau yang sering disebut sebagai
makhluk hidup.
Organisme langsung berhubungan dengan istilah “organisasi”. Istilah organisme secara
luas didefenisikan sebagai perakitan molekul yang berfungsi secara keseluruhan lebih atau
kurang stabil yang menunjukkan sifat-sifat kehidupan. Organisme ini termasuk semua makhluk
hidup individu yang dapat beraksi terhadapa rangsanagan, bereproduksi, tumbuh, dan
mempertahankan homoistatis (regulasi sendiri).
Organisme merupakan makhuluk hidup yang terdiri dri banyak komponen yang saling
berkaitan dan bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Organisme terdiri dari dalam
berbagi ukuran, bentuk, maupun gaya hidup, namun mereka semua berbagi beberapa ciri yang
sama. Semua organisme memerlukan makanan atau nutrisi dan mengeluarkan limbah, tumbuh,
berkembangbiak, dan akhirnya nanti akan mati. Hewan merupakan jenis yang paling nyata dari
suatu oeganisme. Hewan merupakan jenis yang paling aktif dari semua organisme, dan ia juga
termasuk spesies seperti manusia, hiu dan semut. Setelah berkembangbiak mereka akan bertahan
hidup di lingkungannya. Jadi dapat disimpulkan bahwa organisme adalah suatu benda hidup,
jasad hidup, atau makhluk hidup.
Organisme dibagi menjadi menjadi dua yaitu :
a) Organisme uniseluler
Organisme uniseluler adalah organisme yang terdiri dari hanya satu sel tunggal dan lebih
kecil dan lebih sederhana jika dibandingkan dengan organisme multiseluler. Organisme
uniseluler melaksanakan semua fungsi khususs dalam satu sel. Kehidupan, yang tidak bisa dilihat
dengan mata telanjang adalah organisme uniseluler. Contohnya yaitu amuba, bakteri dan
beberapa bentuk ganggang seperti diatom.

b) Organisme multiseluler
Organisme multiseluler adalah organisme yang terdiri dari banyak sel dan jauh lebih
besar dan lebih kompleks dibandingkan dengan organisme uniseluler. Organisme ini telah

11
mengalami diferensiasi sel, yang melakukan fungsi khusus. Sebagai contoh adalah sel saraf, sel
darah, sel-sel otot, semua melakukan fungsi yang berbeda. Sehingga besar kehidupan dapat
dilihat dengan mata telanjang. Sebuah organisme multiseluler sel mencakup semua organisme
dari plantae dan animalia kerajaan

2. Ciri-Ciri Organisme

Ciri-ciri yang terdapat pada organisme adalah sebagai berikut :


1. Memerlukan nutrisi/makanan
2. Bernafas
3. Bergerak
4. Tumbuh
5. Berkembangbiak
6. Peka terhadap rangsangan
7. Beradaptasi serta terdapat susunan kimia
8. Mengeluarkan zat sisa
Dari penjelasan di atas organisme dapat diketahui adalah makhluk hidup eperti manusia,
hewan dan tumbuhan. Oleh sebab itu organisme mempunyai beberapa ciri utama atau
karakteristik masing-masing organisme terdiri dari suatu struktur yang dapat dinamakan dengan
sel. Kemudian masing-masing organisme juga dapat berkembangbiak atau menghasilkan
keturunan dari diri mereka sendiri dengan materi genetika yang serng disebuit dengan DNA. Ciri
selanjutnya dari organisme adalah mempunyai rangsangan yang suumbernya dari lingkungan
sekelilingnya. Ciri lainnya adalaah melakukan metabolisme di dalam sel mereka. Namun, ciri-
ciri tersebut tidaklah universal. Mikroorganisme seperti baktri tidaklah bernafas, namun
menggunakan jalur kimia lain. Banyak organisme tidak dapat berkembang biak walaupun
spesiesnya mampu. Adapun contoh dari organisme tersebut dalah manuia, hewan, ikan, dan
makhluk hidup lainnya.6
3. Jenis-jenis Organisme

Ragam makhluk hidup di bumi ini bermacam-macam. Setiap jenis makhluk hidup memiliki
ciri-ciri tersendiri sehingga terbentuk keanekaragaman makhluk hidup, setiap makhluk hidup

6
Utomo, Suyud Warno., dkk. Modul 1 Pengertian, Ruang Lingkup Ekologi dan Ekosistem. Jakarta: Pustaka Press

12
mempunyai kanekaragaman bentuk, ukuran, warna, habitat, dan tingkah laku berbeda yang
menyebabkan kekayaan makhluk hidup sulit dipahami. Untuk itu perlunya pengklasifikasian
makhluk hidup yang bertujuan untuk menyederhanakan objek studi.7

a. Organisme autotrof (produsen)


Organisme autotrof adalah organisme yang mampu menyediakan atau mensintesis
makanannya sendiri dari bahan anorganik menjadi organic dengan bantuan klorofil dan sinar
matahari. Organisme ini terbagi menjadi dua macam, yaitu sebagai berikut :
a. Organisme fotoautotrof, yaitu organisme yang dapat membuat makanan sendiri dengan
bantuan sinar matahari melalui fotisintesis. Contohnya semua jenis tumbuhan hijau.
b. Organisme kemoautotrof, yaitu yaitu organisme yang dapat membuat makanan sendiri
dengan bantuan energy kimia. Conthnya bakteri nitrosoamoan yang mengubah nitrogen
dengan bantuan ATP.

b. Organisme heterotrof (konsumen)


Organisme heterotrof adalah organisme yang tidak bias membuat makanan sendiri,
contohnya manusia dan hewan.
Berdasarkan makanannya, konsumen ini dapat dibedkan atas :
1) Herbivore (konsumen I), yaitu hewan pemakan tumbuhan atau pemakan
produsen secara langsung. Misalnya sapi, kambing, kelinci, belalabg, dan lain-
lain.
2) Karnivor (konsumen II), yaitu hewan pemakan daging, disebut juag hewan
pemakan herbivore, misalnya haimau, singa, ular, dll.
3) Omnivora (pemakan segala). Yaitu makhluk pemakan tumbuhan dan hewan,
misalnya ayam dan manusia.

Berdasarkan perannya, konsemen dapat dibedakan menjadi 4 macam adalah sebagai


berikut :
1) Detritirvor , yaitu hewan pemangsa sisa-sisa tumbuhan dan hewan, fragmen-fragmen
(dretitus). Contohnya adalah cacing, kluwing dan kutu kayu.

7
Didik, Priyandoko dan Kusnandi. 2004. Biologi 1 A. Jakarta : Erlangga hlm. 24

13
2) Scavenger, yatiu hewan pemakan bangkai binatang sisa atau binantang yang sudah mati.
Misalnya burung gagak dan babi hutan.
3) Predator, yaitu hewan pemangsa yang mengejar kemudian akan memakan buru. Misalnya
singa.
4) Parasit, yaitu makhluk hidup yang tinggal dan hidup menetap di dalam tubuh inangnya,
dan bergantung pada makannan dari inangnya. Contohnya benalu dalam pohon manga.

Organisme heterotrof juga dibedakan menjadi :


1) Biofagus, yaitu organisme yang mengkonsumsi makhluk lain. Contohnya manusia, sapi,
singa, dll.
2) Saprofagus, yaitu organisme yang memanfaatkan jasad mati. Contohnya bakteri pengurai
dan jamur pengurai
3) Dekomposer, yaitu organisme yamg mengurai organisme yang telah mati. Contohnya
bakteri dan jamur.

4. Penggolongan Organisme Tanah


Sampai saat ini tidak ada penggolongan yang betul-betul tegas terhadap organisme dalam
tanah berdasarkan perannya di ekosistem. Menurut Breure (2004) yang memfokuskan pada
fauna tanah, bahwa peranan/fungsi fauna tanah ditentukan oleh ukuran tubuhnya. Fauna tanah
dibedakan menjadi dua kelompok fungsional yaitu pengendali biologi dan perekayasa
lingkungan. Kelompok mikro dan mesofauna (protozoa, nematoda, collembola, dan mites)
merupakan pengendali kehidupan yang menentukan populasi bakteri dan fungi di ekosistem.
Organisme yang digolongkan kedalam perekayasa kimia meliputi bakteri, jamur, dan
protozoa yang bertanggungjawab terhadap proses dekomposisi organik menjadi unsur-unsur hara
yang siap digunakan oleh tanaman. Organisme digolongkan kedalam pengendali kehidupan
adalah organisme yang dapat mengatur dinamika organisme lainnya. Organisme yang termasuk
kedalam kelompok ini pada umumnya pada taksonomi tergolong dalam invertebrata tanah
seperti nematoda, sprintails, mites, laba-laba, dan semut. Sedangkan organisme digolongkan
sebagai perekayasa lingkungan ketika dalam aktivitasnya akan berakibat menyediakan sumber
daya atau memperbaiki habitat organisme lainnya.8
8
Widyati,Enny. 2013. PENTINGNYA KERAGAMAN FUNGSIONAL ORGANISME TANAH TERHADAP PRODUKTIVITAS
LAHAN. Tekno Hutan Tanaman: Bogor. Vol 1, No1.29-37.

14
1) Pentingnya Keragaman Fungsional Tanah Terhadap Produktivitas Lahan
Salah satu fungsi penting tanah adalah menjadi habitat menjadi organisme tanah dan
memelihara keragamannya. Organisme yang memiliki ukuran kecil tentu saja memiliki wilayah
jelajah yang sempit dibandingkan dengan yang memliki ikuran besar.

a. Kelompok fungsional perekayasa kimia (chemical engineers)


Sudah menjadi pemahaman umum bahwa mikro organisme tanah (bakteri, fungi,
aktinomisetes) memainkan peran yang sangat penting pada proses humifikasi, mineralisasi,
bahan organik tanah sehingga menjadi unsur-unsur hara yang tersedia untuk pertumbuhan
tanaman. Sebagai perekayasa kimia, mikro organisme tanah memainkan beberapa peran, anatara
lain mendekomposisikan bahan organik. Salah satu proses dalam tanah yang sangat tergantung
pada keberadaan mikro organisme tanah adalah proses daur ulang bahan organik.

b. Kelompok fungsional pengendali kehidupan (biological control)


Kelompok fungsional pengendali biologis berpengaruh secara langsung dalam menentukan
produktivitas lahan. Produktivitas lahan (tanaman) dapat diturunkan karena adanya serangan
tanah. Beberapa fauna tanah merupakan predator atau gen, sehingga sangat penting dalam
menjaga kestabilan produktivitas tanah. Mikro organisme tanah juga dapat berperan sebagai
pengendali bilogi karena ketika mereka membangun simbiosis dengan akar tanaman dan bersifat
antagonis terhadap fatogen sehingga dapat memperbaiki kesehatan tanaman dan meningkatkan
produktivitas.

c. Kelompok fungsional perekayasa lingkungan (ecosystem engineers)


Organisme digolongkan kedalam perekayasa lingkungan ketika mereka dapat menciptakan
atau memodifikasi bagi habitat organisme lain. Pada umumnya yang berperan sebagai
perekayasa lingkungan secara taksonomi umum tergolong sebagai fauna tanah. Sebagai
perekayasa lingkungan fauna tanah terbagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok pertama yang
berperan langsung dalam proses perombakan bahan organik secara mekanik seperti siput, cacing

15
tanah, kaki seribu, semut, dan rayap. Yang kedua kelompok fauna yang berperan menciptakan
struktur tanah misalnya cacing, tanah, dan rayap.

2) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keragaman Fungsional dalam Tanaman


Keragaman fungsional dalam aktivitas organisme tanah sangat dipengaruhi oleh faktor
biotik dan abiotik. Faktor abiotik meliputi kondisi vegetasi, sedangkan faktor biotik meliputi
iklim dan kondisi tanah.
a. Kondisi iklim
Pada suhu dan kelembaban tanah (dipengaruhi oleh curah hujan) sangat menentukan
keragaman fungsional organisme tanah. Secara keseluruhan iklim akan mempengaruhi fisiologi
organisme tanah, misalnya aktivitas dalam pertumbuhan mereka akan meningkat ketika suhu dan
kelembaban tanah meningkat. Karena kondisi iklim di muka bumi berbeda pada daerah yang
memiliki perbedaan letak lintang.

b. Kondisi tanah
Tekstur, struktur, salinitas, dan kemasaman tanah serta kandungan unsur hara sangat
dipengaruhi keragaman fungsional tanah. Pada tanah bertekstur lengkung dan akan cocok untuk
pertumbuhan cacing dan organisme tanah. Sebaliknya pada tanah bertekstur pasir yang memiliki
kapasitas menahan air rendah tidak cocok untuk pertumbuhan organisme tanah.

c. Kondisi vegetasi dan populasi organisme tanah


Organisme tanah mempengaruhi tumbuhan tanaman dan organisme lain yang hidup di atas
tanah dan sebaliknya. Tanaman dapat mempengaruhi secara kuat aktivitas dan komposisi
komunitas mikro organisme rizosfir. Tumbuhan dapat membatasi keberadaan mikro organisme
tanah. Tanah juga menentukan komposisi, kelimpahan, dan aktivitas pengendali biologi.
Sedangkan keberagaman fungsional menentukan produktivitas dan komposisi vegetasi di
atasnya.

d. Pola penggunaan lahan


Lahan yang menjadi padang rumput memiliki keragaman fungsional yang paling tinggi.
Hal ini karena padang rumput yang didominasi oleh tumbuhan berdaun pendek dengan jarak

16
tumbuh yang rapat terjadinya pengambilan bahan organik kedalam tanah melalui produksi akar
dan tumbuhan yang mati secara cepat. Pada lahan pertanian dan hutan tanaman keragaman
fungsional juga rendah karena keragaman vegetasinya sangat rendah (monokultur).

5. Lingkungan Hidup Organisme

Pengertian tentang lingkungan hidup manusia sering kali disebut lingkungan hidup atau
lebih singkat lingkungan saja, sebenarnya berakar dan berarti penerapan (aplikasi) dari ekologi
dan kosmologi. Lingkungan hidup merupakan penelaahan terhadap sikap dan perilaku manusia,
dengan segenap tanggung jawab dan kewajiban maupun haknya untuk mencermati tatanan
lingkungan dengan segenap tanggung jawab dan kewajiban maupun haknya untuk mencermati
tatanan lingkungan dengan sebaiknya-baiknya.
Lingkungan adalah suatu sistem kompleks yang berada di luar individu yang
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan organisme. Lingkungan tidak sama dengan
habitat. Habitat adalah organisme terdapat di laut , da padang pasir, dihutan dan lain sebagainya.
Jadi habitat secara garis besar dapat di bagi menjadi habitat darat dan habitat air. Keadaan
lingkungan dari kedua habitat itu berlainan. Sedangkan lingkungan hidup menurut Undang-
Undang R.I. No.23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan hidup pasal 1 ayat (1)
menyebutkan : “Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan,
dan mahluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan
perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lainnya”.
Dalam berbagai bahasa, pengertian tentang lingkungan hidup mengalami berbagai
perbedaan. Dalam bahasa Melayu (Malaysia) dikenal alam sekitar. Istilah itu sepintas lalu
menyiratkan pengertian transenden, seolah-olah kita berada diluarnya, tetapi hal itu tidak perlu
dipersoalkan, karena kita pun dapat mengartikan istilah itu sebagai di alam sekitar itulah kita
berada di dalamnya. Dalam bahasa Belanda, lingkungan hidup itu disebut sebagai milieu, yang
selengkapnya adalah milieu of leebaarheid, artinya lingkungan yang memungkinkan
berlangsungnya kehidupan.
Setiap organisme, hidup dalam lingkungannya masing-masing. Begitu juga jumlah
dan kualitas organisme penghuni di setiap habitat tidak sama. Faktor-faktor yang ada dalam
lingkungan selain berinteraksi dengan organisme, juga berinteraksi sesama faktor tersebut,
sehingga sulit untuk memisahkan dan mengubah tanpa mempengaruhi bagian lain dari

17
lingkungan itu. Oleh karena itu untuk dapat memahami struktur dan kegiatannya perlu di
lakukan penggolongan faktor-faktor lingkungan tersebut. Penggolongan itu dapat di bagi
menjadi dua kategori yaitu:
1. Lingkungan abiotik seperti suhu, udara, cahaya atmosfer, hara, mineral, air, tanah, api.
2. Lingkungan biotik yaitu makhluk-makhluk hidup di luar lingkungan abiotik.
Lingkungan merupakan ruang tiga dimensi, di dalam mana organisme merupakan selah satu
bagiannya. Lingkungan bersifat dinamis dalam arti berubah-ubah setiap saat. Perubahan dan
perbedaan yang terjadi baik secara mutlak maupun relatif dari faktor-faktor lingkungan terhadap
tumbuh-tumbuhan akn berbeda-beda menurut waktu, tempat dan keadaan tumbuhan itu sendiri.
Kehidupan sebetulnya adalah proses pertukaran energi antara organisme dan lingkungan.
Melalui tumbuhan hijau energi sinar matahari di ikat dan di ubah menjadi eneri kimia dalam
bentuk senyawa gula. Sifat dan susunan tumbuhan sangat di pengaruhi oleh keadaan
lingkungannya. Setiap bentuk dari organisme atau bagian-bagiannya yang memungkinkan
organisme itu hidup pada keadaan lingkungan tertentu di sebut adaptasi.

9
Adaptasi dimungkinkan oleh faktor-faktir ketutunan atau gen. Gen itu menentukan sifat
potensial individu organisme. Organisme ini akan berkembang atau tidak tergantung dari faktor-
faktor lingkungan yang sesuai. Masing-masing gen memerlukan keadaanlingkungan tertentu
untuk dapat bekerja. Makin beraneka ragam sifat makhluk hidup. Mutasi menambah
keanekaragaman dan daya penyesuaian diri terhadap lingkungan. Adaptasi dan seleksi
menyebabkan timbulnya evilusi yang melahirkan baribu-ribu jenis makhluk hidup di dunia. Jadi
antara organisme dan lingkungan terjalin hubungan yang erat dan bersifat timbal balik. Tanpa
lingkungan organisme tidak mungkin ada, sebaliknya lingkungan tanpa organisme, tidak berarati
apa-apa. Di samping itu ada persyaratan dalam mengatur kehiduapan organisme yaitu:

1. Lingkungan itu harus dapat mencukupi kebutuhan minimum dari kehidupan.


2..Lingkungan itu tidak dapat mempengaruhi hal yang bertentangan dengan kehidupan
organisme.

Banyak persyaratan dari organisme terhadap lingkungan agar mereka dapat hidup terus.
Suatu perkembangan terjadi selama masa evolusi. Adanya seleksi alam, misalnya terhadap telur-

9
Utina, Ramli dan Baderan, K. Wahyuni dewi. 2009. EKOLOGI dan LINGKUNGAN HIDUP. Gorontalo

18
telur ikan yang beribu-ribu itu dari ikan induknya, namun yang dapat hidup terus hingga dewasa
hanya beberapa ekor saja.

POPULASI

19
1. Pengertian Populasi

Populasi adalah sekelompok individu dari spesies yang sama yang hidup pada regio yang
sama pada saat tertentu. Populasi, sebagaimana organisme tunggal, memiliki ciri atau atribut
yang unik seperti laju pertumbuhan, struktur umur, rasio jenis kelamin, dan laju mortalitas.
Populasi selalu mengalami perubahan dari waktu ke waktu karena faktor kelahiran, kematian,
dan migrasi atau dispersal individu di antara populasi yang terpisah. Jika sumber daya yang
diperlukan organisme cukup melimpah dan kondisi lingkungan sesuai, populasi dapat meningkat
secara cepat. Kemampuan populasi untuk meningkat secara maksimum pada kondisi optimal
disebut potensial biotik.10
Populasi didefinisikan sebagai kelompok kolektif organisme. Organisme dan spesies
yang sama (kelompok-kelompok lain di mana individu-individu dapat bertukar informasi
genetika) menduduki ruang atau tempat tertentu, memiliki berbagai ciri atau sifat yang
merupakan sifat milik individu di dalam kelompok itu. Populasi mempunyai sejarah hidup dalam
arti mereka tumbuh, mengadakan pembedaan-pembedaan dan memelihara diri seperti yang
dilakukan oleh organisme. Sifat-sifat kelompok seperti laju kelahiran, laju
kematian, perbandingan umur, dan kecocokan genetik hanya dapat diterapkan pada populasi.11
Populasi memiliki berbagai macam sifat-sifat, beberapa sifat diantaranya adalah,
kerapatan jenis, natalitas (tingkat kelahiran), mortalitas (tingkat kematian), distribusi umur,
potensi biotik, penyebaran populasi, bentuk pertumbuhan sekresi-R dan sekresi-K. Populasi juga
memeliki ciri genetik yang berhubungan langsung dengan ekologinya seperti; penyesuaian diri,
keberhasilan reproduktif, persistensi (peluang keturunannya hidup dalam waktu yang panjang).12

Populasi cenderung diatur oleh komponen-komponen fisik seperti cuaca, arus air, faktor
kimia yang membatasi pencemaran dan sebagainya dalam ekosistem yang mempunyai
keanekaragaman rendah atau dalam ekosistem yang menjadi sasaran gangguan-gangguan luar
yang tidak dapat diduga, sedangkan dalam ekosistem yang mempunyai keanekaragaman tinggi,
populasi cenderung dikendalikan secara biologi dan seleksi alam. Faktor negatif ataupun positif
bagi populasi adalah, ketidaktergantungan pada kepadatan (density independent), apabila
10
Saroyo dan Roni, Ekologi Hewan (Mataram : CV. Patra Media Grafindo, 2016), hal 55
11
Odum, Dasar-Dasar Ekologi. (Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada, 1993), hal 68
12
Ambo Ala. Bahan Ajar Dasar-Dasar Ekologi. (Makassar : Uninersitas Hasanuddin, 2016), hal 24

20
pengaruhnya tidak tergantung dari besarnya populasi. Contohnya iklim sering kali, tetapi tidak
berarti selalu. Ketergantungan pada kepadatan (density dependent), apabila pengaruhnya pada
populasi merupakan fungsi dari kepadatan. Contohnya faktor biotik (persaingan, parasit, dan
sebagainya) tetapi tidak selalu.13
Populasi dapat konstan dapat pula berfluktuasi atau dapat pula meningkat atau menurun
terus. Perubahan-perubahan demikian merupakan fokus utama ekologi populasi. Perubahan-
perubahan ini disebabkan oleh empat faktor yang saling mempengaruhi, yaitu kelahiran
(natality), kematian (mortality) dan migrasi (emigrasi dan imigrasi).14
Populasi hewan maupun tumbuhan sangat bervariasi dalam proporsi individu berumur
muda dan tua. Unit waktu, seperti minggu, bulan atau tahun digunakan untuk menentukan umur
atau dapat juga ditentukan dengan kelas kelas umur secara kualitatif seperti tetasan, muda, agak
dewasa,dan dewasa. Untuk tumbuhan biasanya digunakan tingkat pertumbuhan pohon untuk
untuk membagi tingkat hidup, seperti semai, sapihan, tiang, dan pohon. Proporsi individu pada
kelompokkelompok umur yang berbeda secara kolektif dinamakan dengan struktur umur atau
struktur populasi secara vertical. Struktur umur populasi ditunjukan oleh proporsi setiap
distribusi umur atau tingkat pertumbuhan yang berbeda pada waktu tertentu. Untuk penyebutan
selanjutnya cukup digunakan struktur populasi saja. Sebaran populasi adalah pengaturan individu
individu populasi secara horizontal dalam sebuah habitat. Pengetahuan tentang persebaran
populasi ini penting karena derajat pengelompokannya mempunyai pengaruh yang lebih besar
dalam populasi dari pada nilai rata-rata per unit area. Menurut Odum (1993), sebaran atau
distribusi individu didalam populasi mengikuti salah satu dari tiga pola penyebaran yang ada,
yaitu distribusi acak, seragam dan mengelompok. 15
Populasi memiliki 2 karakteristik dasar yaitu, karakteristik biologis yang merupakan
suatu ciri khas yang dimiliki oleh masing – masing individu dalam membangun populasi dan
karakteristik statistic yang merupakan suatu ciri yang unik dan digolongkan sebagai himpunan
ataupun kelompok – kelompok individu itu sendiri. Salah satu ciri yang termasuk kedalam
karakteristik biologis antara lain sebagai berikut :16

13
Odum, Op.Cit., 69
14
Naughton, S., Ekologi Umum. (Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada, 1990), hal 48
15
Agus Yadi Ismail, dkk. Struktur Populasi dan Serta Karakteristik Habitat Huru Sintok (Cinnamomum sintocBI) Di
Resort Cilimus Taman Nasional Gunung Ciremai. Jurnal Wanaraksa. Vol.6.No.1. September 2015 (20-28)
16
Widjdati, Yusri. 2009. Analisis Populasi Tumbuhan Sarangan, Cemara Lumut, dan Kayu Tanen Di Kawasan
Cagar Alam Kabupaten Semarang. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang

21
a. Mempunyai struktur dan suatu organisasi yang sifatnya ada yang konstan dan ada pula
yang mengalami suatu perubahan sejalan dengan waktu (umur).
b. Mempunyai ontogeni dan sejarah hidup.
c. Dapat terkena dampak faktor lingkungan dan dapat pula memberikan suatu respon
terhadap faktor lingkungan yang ada disekitarnya.
d. Mempunyai hereditas.
e. Karakterisitik biologis dalam populasi ini dapat terintegrasi oleh faktor – faktor hereditas.

2. Model Pertumbuhan Populasi

Model pertumbuhan populasi adalah model matematika yang menggambarkan


pertumbuhan populasi. Salah satu model pertumbuhan populasi adalah model pertumbuhan
logistik. Dengan menggunakan asumsi kaidah logistik bahwa pada masa tertentu jumlah populasi
akan mendekati titik kesetimbangan (equilibrium). Untuk menganalisa masing-masing titik
kesetimbangan, dilakukan proses linearisasi. Proses linearisasi dilakukan dipersekitaran titik
kesetimbangan dengan menggunakan prosedur perturbasi. Pada proses perturbasi ini, parameter
perturbasi  yang digunakan sangat kecil, yaitu 0    1, sehingga akan mengakibatkan sangat
dekat dengan titik kesetimbangan. Pada titik kesetimbangan ini jumlah kelahiran dan kematian
dianggap sama, sehingga grafiknya akan mendekati konstan (zero growth).17

Model pertumbuhan populasi adalah model matematika yang menggambarkan


pertumbuhan populasi. Menurut Yulianti (2005), ada beberapa model pertumbuhan populasi
diantaranya adalah:

a) Model diskrit. Model yang menggambarkan pola pertumbuhan populasi dengan


memandang interval waktu pengamatan sebagai variabel yang disktrit.
b) Model eksponensial. Model yang menggambarkan pola pertumbuhan populasi dengan
memandang interval waktu pengamatan sebagai variabel yang kontinu
c) Model pertumbuhan populasi dengan distribusi umur. Model ini membagi populasi dalam
kelompok umur dengan memandang setiap kelompok umur mempunyai kontribusi khusus
terhadap model populasi.

17
Timuneno, Henny M. 2008. Model Pertumbuhan Logistik dengan Tundan Waktu. Jurnal Matematika, Vol. 11 No.
1, April 2008: 43 – 51

22
d) Model logistik. Model pertumbuhan populasi yang mempertimbangkan keterbatasan
lingkungan, sehingga laju pertumbuhan populasi tergantung pada kerapatan populasinya

3. Penyebaran Populasi
Penyebaran populasi merupakan pergerakan individu ke dalam atau keluar dari populasi.
Penyebaran populasi berperan penting dalam penyebaran secara geografi dari tumbuhan, hewan
atau manusia ke suatu daerah dimana mereka belum menempatinya. Penyebaran populasi dapat
disebabkan karena dorongan mencari makanan, menghindarkan diri dari predator, pengaruh
iklim, terbawa air atau angin, kebiasaan kawin dan faktor fisik lainnya.18

Penyebaran populasi berperan penting dalam penyebaran secara geografi dari tumbuhan,
hewan atau manusia ke suatu daerah dimana mereka belum menempatinya. Penyebaran populasi
dapat disebabkan karena dorongan mencari makanan, menghindarkan diri dari predator,
pengaruh iklim, terbawa air/angin, kebiasaan kawin dan faktor fisik lainnya.19

Menurut Surasana (1990), Penyebaran atau distribusi individu dalam populasi bisa
bermacam-macam, pada umumnya memperlihatkan tiga pola penyebaran, yaitu :20

1. Penyebaran secara acak, jarang terdapat di alam. Penyebaran ini biasanya terjadi apabila
faktor lingkungan sangat seragam untuk seluruh daerah dimana populasi berada, selain
itu tidak ada sifat-sifat untuk berkelompok dari organisme tersebut. Dalam tumbuhan ada
bentuk-bentuk organ tertentu yang menunjang untuk terjadinya pengelompokan
tumbuhan.
2. Penyebaran secara merata, penyebaran ini umumnya terdapat pada tumbuhan.
Penyebaran semacam ini terjadi apabila da persaingan yang kuat antara individu-individu
dalam populasi tersebut. Pada tumbuhan misalnya persaingan untuk mendapatkan nutrisi
dan ruang.
3. Penyebaran secara berkelompok, penyebaran ini yang paling umum terdapat di alam,
terutama untuk hewan.

18
Umar. M. Ruslan, Penuntun Praktikum Ekologi Umum. (Makassar : Universitas Hasanuddin, 2013), hal 34
19
Ibid.
20
Rizky, Muhammad. 2018. Pola Penyebaran dan Struktur Populasi Salagundi (Roudholio teysmanii) Di Desa
Simorangkir Julu Kabupaten Tapanuli Utara. Fakultas Kehutanan Universitas Sumatera Utara

23
Odum (1998), juga menyatakan bahwa individu dalam suatu populasi menyebar
mengikuti tiga pola, yaitu acak (random), mengelompok (clumped) dan seragam (uniform). Pola
sebaran random sangat jarang ditemui di alam dan hanya akan terjadi bila kondisi lingkungan
seragam dan tidak ada kecenderungan terjadinya agregasi. Pola penyebaran uniformakan terjadi
bila tingkat kompetisi antar individu sama atau terjadi hubungan antagonis positif yang
mendukung penyebaran keruangan. Pola penyebaran clumped merupakan pola penyebaran yang
paling umum. Pola ini dibagi lagi menjadi tiga, yaitu random clumped, uniform clumped dan
aggregated clumped.21

4. Faktor-Faktor Penyebaran Populasi

            Menurut Yuliana Natan (2009), menyatakan bahwa faktor utama penyebaran populasi,
antara lain:22

a. Natalitas (Angka Kelahiran)


            Natalitas adalah kemampuan suatu populasi untuk bertahan melalui reproduksi. Natalitas
sama dengan angka kelahiran yang merupakan istilah yang digunakan pada studi populasi
manusia atau (demografi). Kenyataannya, istilah anka kelahiran telah diperluas dengan
menggunakannya pada kelahiran organisme baru, penetasan, perkecambahan, atau muncul
dengan pembelahan. Natalitas umumnya dinyatakan sebagai laju (rate) yang ditentukan dengan
membagi jumlah individu baru yang dihasilkan dengan unit tertentu. Laju natalitas kotor atau
mutlak atau dengan membagi jumlah individu baru per satuan waktu oleh unit populasi disebut
tingkat natalitas spesifik. Dalam ekologi natalitas dapat dibedakan dalam dua jenis, antara lain:

a) Natalitas maksimum (natalitas absolut atau natalitas fisiologi) secara teoritis adalah produksi
maksimum individu baru pada kondisi lingkungan ideal (tidak ada faktor pembatas secara
ekologi, pembatas reproduksi hanya faktor fisiologi) dan konstan pada populasi tertentu.

21
ibid
22
Yuliana Natan. Parameter Populasi Kerang Lumpur Tropis Anodontia Edentula Di Ekosistem Mangrove. Jurnal
Biologi Indonesia. 2009. Volume 6, Nomor 1. Halaman: 25-38.

24
b) Natalitas ekologi atau natalitas terealisasi, mengacu pada peningkatan populasi di bawah
kondisi lingkungan lapangan yang sebenarnya atau spesifik. ini tidak konstan untuk populasi
tetapi bervariasi dengan komposisi ukuran dan umur populasi dan dengan kondisi lingkungan
fisik.

Menurut Rososoedarmo, dkk (1992) populasi tumbuh apabila natalitas melibihi


mortalitas. Salah satu contohnya yaitu banyaknya individu muda pada tumbuhan aren yang
ditemukan di sekitar sungai uyit loksado kabupaten hulu sungai selatan yang dapat dikatakan laju
natalitasnya baik karna setiap satu tangkai buah tumbuhan aren bisa terdapat hingga 50 buah dan
dalam tandannya bisa mencapai 10 tangkai buah. Laju natalitas suatu tumbuhan dipengaruhi
kemampuan tumbuhan untuk melakukan pembuahan karena dengan tumbuhnya suatu buah maka
regenerasi individu akan berlangsung dan mengaibatkan suatu tumbuhan mampu
mempertahankan populasinya dari waktu ke waktu.23

b. Mortalitas (Laju Kematian)


            Mortalitas adalah ukuran kematian individu Dalam populasi kurang lebih berlawanan
dengan natalitas. Mortalitas sama dengan tingkat kematian dalam demografi. Seperti natalitas,
mortalitas dapat dinyatakan sebagai jumlah individu yang mati dalam suatu periode waktu
tertentu (kematian per unit waktu), atau laju spesifik dalam hal unit total populasi atau bagian
daripadanya. Mortalitas juga dapat dibedakan dalam dua jenis yakni:
a) Mortalitas ekologi atau mortalitas terealisasi adalah kehilangan individu pada kondisi
lingkungan sesungguhnya seperti natalitas ekologi, tidak konstan tetapi bervariasi
tergantung kondisi populasi dan lingkungan.
b) Mortalitas minimum (teoritis), yakni matinya individu dalam kondisi lingkungan yang
ideal, optimum dan mati semata-mata karena usia tua.

c. Kerapatan populasi (densitas)


            Kerapatan populasi adalah ukuran besarnya populasi yang berhubungan dengan satuan
ruang atau area yang umumnya diteliti dan dinyatakan sebagai jumlah (cacah) individu dan

23
Syahdi, Noor, dkk. Struktur Populas Tumbuhan Aren (Arenga Pinnata Merr.) Di Sekitar Sungai Uyit Loksado
Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Prosiding Seminar Lahan Basah Jilid 3. 2016. ISBN : 978-602-6483-40-9. Halm
(870-873)

25
biomasa persatuan luas, persatuan isi (volume) atau persatuan berat medium lingkungan yang
ditempati. Kepadatan populasi juga digunakan untuk mengetahui populasi yang sedang berubah
(berkurang atau bertambah) pada saat tertentu dan biasanya dihubungkan dengan variabel waktu.

d. Penyebaran individu dalam populasi


            Penyebaran adalah pola tata ruang individu yang satu relatif terhadap yang lain dalam
populasi. Penyebaran atau distribusi dalam suatu populasi biasa bermacam-macam, pada
umumnya diperlihatkan tiga pola penyebaran, yaitu pola penyebaran secara acak yaitu pola
penyebaran dimana kehadiran suatu individu tidak mempengaruhi atau dipengaruhi individu
lainnya, penyebaran secara merata yaitu pola penyebaran dalam ruang dimana jarak individu dan
pengamatannya teratur antara satu dengan yang lainnya, dan penyebaran berkelompok yaitu pola
penyebaran yang relatif paling umum terdapat di alam dan mengumpulkan itu sendiri dapat
terjadi karena perkembangbiakan, adanya atraksi sosial dan lain-lain.

e. Faktor Lingkungan

Suatu organisme dalam lingkungan memiliki hubungan yang erat dengan daerah di
sekelilingnya dikarenakan hubungan tersebut organisme tersebut mampu membentuk bagian
bagian dari lingkungannya sendiri. Tumbuhan dan hewan sangat dipengaruhi oleh berbagai
faktor lingkungan seperti iklim dan substrat daerah tempat hidupnya. Hal tersebut merupakan
suatu hubungan timbal balik dikarenakan lingkungan tersebut diubah oleh aktifitas biota yang
menunjang. Suatu organisme akan berkembang pesat di dalam lingkungannnya jika dipengaruhi
oleh faktor yang menduung kelangsungan hidupnya. Tumbuhan tidak dapat berpindah tempat
Oleh karena itu suatu populasi ataupun vegetasi tumbuhan di suatu tempat harus memiliki ciri
khas tersendiri untuk dapat berinteraksi dan menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya
sehingga tumbuhan tersebut dapat melangsungkan kehidupannya. Namun, dikarenakan
tumbuhan dinyatakan tidak dapat berpindah tempat dan harus menyesuaikan diri pada
lingkungannya. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya suatu perubahan dalam pola
pertumbuhan baik itu dari segi struktur vegetasi maupun penyebaran populasi dalam tumbuhan.24

24
Odum, E.P. 1993. Dasar – Dasar Ekologi. Terjemahan Tjahjono Samingan. Edisi Ketiga. Yogyakarta : Gadjah
Mada University Press

26
Menurut fachrul (2007), ada tiga faktor yang dapat mempengaruhi kehidupan suatu
populasi pada tumbuhan, antara lain sebagai berikut :25

a) Faktor klimatik yang merupakan faktor lingkungan yang menentukan petumbuhan


reproduksi dan distribusi pada tumbuhan yang terdiri dari cahaya, temperature, air, angin
serta aspek – aspek musiman dari faktor – faktor tersebut.
b) Faktor edafik yang merupakan suatu faktor tanah yang akan menentukan distribusi tanah
dimulai dari kelembaban tanah, aerasi, pH tanah, kemiringan lereng dan unsur – unsur
mineral dalam tanah.
c) Faktor biotik yang merupakan suatu faktor yang di dalamnya terdapat organisme berupa
hewan dan tumbuhan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan membatasi distribusi
penyebaran dalam tumbuhan

. Sedangkan faktor biotik adalah

tumbuhan dan hewan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan membatasi

distribusi tumbuhan.

KOMUNITAS

1. Pengertian Komunitas

25
Fachrul, F.M. 2007. Metode Sampling Bioekologi. Jakarta : Bumi Aksara

27
Komunitas berasal dari bahasa latin communitas yang berarti kesamaan.
Komunitas sebagai kelompok sosial dapat diartikan variasi organisme yang saling
berbagi lingkungan.
Menurut Begon (1986) komunitas adalah suatu kumpulan populasi yang hidup
pada suatu area dan waktu tertentu. Berdasarkan pengertian ahli tersebut, komunitas
merupakan wilayah populasi-populasi makhluk hidup yang saling melakukan kehidupan
bersama (interaksi) karena adanya ketergantungan satu sama lain.
Komunitas berasal dari kelimpahan populasi yang hidup di suatu areal. Pada suatu
wilayah perairan, populasi ikan badut dan anemon laut saling berinteraksi secara simbion.
Ikan badut membutuhkan anemon laut sebagai tempat tinggal dan juga melindungi diri
dari predator. Sementara itu, ikan badut membersihkan anemon laut dari bakteri perusak.
Interaksi merupakan simbiosis mutualisme.
Sebuah komunitas merupakan kumpulan populasi antara hewan maupun
tumbuhan yang hidupp secara bersamaan atau hidup berdampingan dalam suatu
lingkungan wilayah. Sebuah komunitas tumbuhan dan hewan-hewan yang mencakup
wilayah yang sangat luas disebut dengan biome. Adapun batas dari biome tersebut telah
ditentukan dengan adanya penentuan iklim, adapun biome yang termasuk seperti adanya
padang pasir, tundra, hutan dan berbagai bioem air lainnya. Dan peran suatu spesies
antara hewan dan tumbuhan dalam lingkungannya disebut dengan peran ekologi / niche.
Dalam suatu komunitas yang terdiri dari berbagai macam jenis organisme akan
terjadi perubahan seperti misalnya terjadi suksesi dalam sebuah lingkingan yang ada
didalam nya organisme yang terkait. Perubahan komunitas yang teerjadi tesebut disebut
dengan kata “suksesi” perubahan tersebut dapat mempengaruhi jumlah dan jenis dari
spesies organisme yang terdapat dalam komunitas tersebut. Perbedan intensitas matahari,
perlindungan dari angin, dan juga perubahan tanah dapat merubah jenis-jeenis organisme
yang hidup di suatu lingkungan wilayah komunitas tersebut. Apabila jumlah dan jenis
spesies darri komunitas tersebut berubah maka karakteristi fisik dari lingkungan tersebut
akan berubah menjadi kondisi relatif dan stabil atau biasa disebut sebagai komunitas
klimaks, yang pada waktu untuk mncapai hal demikian di butuhkan waktu puluhan,
bahkan ratusan dan hingga rubuan tahun untuk mencapai komunitas klimaks yang ada
pada suatu wilayah tersebut.

28
2. Sifat – sifat Komunitas
Secara mendasar kajian vegetasi akan berusaha mengungkapkan berbagai hal mengenai
sifat-sifat komunitas atau vegetasi, yaitu (Surasana Syafei, 1994) :26
a. Komposisi floristika suatu masyarakat tumbuhan
b. Karakteristik tumbuhan
c. Karakteristik fungsi
d. Hubunngan tumbuhan dengan faktor lingkungan
e. Status dalam perkembangannya (suksesi)
f. Penyebaran, baik jenis maupun asosiasinya
g. Klasifikasi                

Vegetasi sebagai objek kajian ternyata telah melahirkan berbagai pola pendekatan, yang
akhirnya menghasilkan suatu kajian tersendiri dalam ekologi dengan berbagai penekanan yang
berbeda antara satu dengan yang lain. Demikian juga penamaan kajian vegetasi ad yang
mempergunakan istilah ilmu vegetasi dan adapula yang mempergunakan istilah ekologi vegetasi.
Barbour et al, 1987 menyebutkan ada delapan sifat/atribut komunitas tumbuhan seperti
tampak pada tabel di bawah ini.:27

Fisiognomi : Daur nutrient :


Arsitektur Kebutuhan nutrient
Bentuk hidup Kapasitas penyimpanan
Penutupan, Indeks Luas Daun Laju kembalinya nutrient ke tanah
(LAI) Efisiensi penahanan nutrient pada
Fenologi daur nutrient
Komposisi Spesies : Perubahan atau Perkembangan
Spesies karakteristik menurut waktu :
Spesies umum dan kebetulan Suksesi
Kepentingan relative Stabilitas
(Penutupan, Kerapatan dll) Tanggapan terhadap perubahan
iklim
26
Indriyanto. 2012. Ekologi Hutan. Jakarta: Bumi Aksara.
27
Barbour, G.M., J.K. Burk and W.D. Pitts. 1987. Terrestrial Plant Ecology. TheBenyamin/Cummings Publishing
Company. New York.

29
Evolusi
Pola Spesies : Produktifitas :
Ruang atau Spasial Biomassa
Lebar niche dan tumpang tindih Produktifitas bersih tahunan
Efisiensi dari produktifitas bersih
Alokasi produksi bersih
Diversitas Spesies : Kreasi dan pengendalian atas
Kekayaan spesies lingkungan mikro
Kemerataan (Evenness)

3. Struktur Komunitas
Analisis komunitas tumbuhan merupakan suatu cara mempelajari susunan atau komposisi
jenis dan bentuk atau struktur vegetasi. Dalam ekologi hutan, satuan vegetasi yang dipelajari atau
diselidiki berupa komunitas tumbuhan yang merupakan asosiasi konkret dari semua spesies
tetumbuhan yang menempati suatu habitat. Hasil analisis komunitas tumbuhan diajikan secara
deskripsi mengenai komposisi spesies dan struktur komunitasnya. Struktur suatu komunitas tidak
hanya dipengaruhi oleh hubungan antarspesies, tetapi juga oleh jumlah individu dari setiap
spesies organisme.
Hal yang demikian itu menyebabkan kelimpahan relatif suatu spesies dapat
mempengaruhi fungsi suatu komunitas, bahkan dapat memberikan pengaruh pada keseimbangan
sistem dan akhirnya berpengaruh pada stabilitas komunitas itu sendiri.Untuk kepentingan
analisis komunitas tumbuhan diperlukan parameter kualitatif. Adapun beberapa parameter
kualitatif komunitas tumbuhan antara lain fisiognomi, fenologi, periodisitas, stratifikasi,
kelimpahan, penyebaran, daya hidup, dan bentuk pertumbuhan. Sedangkan parameter kuantitatif
dalam analisis komunitas tumbuhan adalah densitas, frekuensi, luas penutupan,indeks nilai
penting (INP), perbandingan nilai penting (summed dominance ratio), indeks dominansi, indeks
keanekaragaman, indeks kesamaan, dan homogenitas suatu komunitas.
Struktur komunitas tumbuhan memiliki sifat, diantaranya :
a. Kualitatif, seperti komposisi, bentuk hidup, fenologi dan vitalitas. Vitalitas
menggambarkan kapasitas pertumbuhan dan perkembangbiakan organisme.

30
b. Kuantitatif, seperti Frekuensi, densitas dan densitas relatif. Frekuensi kehadiran merupakan
nilai yang menyatakan jumlah kehadiran suatu spesies di dalam suatu habitat. Densitas
(kepadatan) dinyatakan sebagai jumlah atau biomassa per unit contoh, atau persatuan
luas/volume, atau persatuan penangkapan.
c. Sintesis adalah proses perubahan dalam komunitas yang berlangsung menuju ke satu arah
yang berlangsung lambat secara teratur pasti terarah dan dapat diramalkan. Suksesi-suksesi
terjadi sebagai akibat dari modifikasi lingkungan fisik dalam komunitasnya dan
memerlukan waktu. Proses ini berakhir dengan sebuah komunitas atau ekosistem yang
disebut klimas. Dalam tingkat ini komunitas sudah mengalami homoestosis. Menurut
konsep mutahir suksesi merupakan pergantian jenis-jenis pioner oleh jenis-jenis yang lebih
mantap yang sangat sesuai dengan lingkungannya. (Syamsuri, 2000).28
Komunitas tumbuhan hutan memiliki dinamika atau perubahan, baik yang disebabkan
oleh adanya aktivitas alam maupun manusia. Aktivitas manusia yang berkaitan dengan upaya
memanfaatkan hutan sebagai salah satu faktor penyebab terjadinya perubahan kondisi komunitas
tumbuhan yang ada di dalamnya. Aktivitas tumbuhan di dalam hutan dapat bersifat merusak juga
bersifat memperbaiki komunitas tumbuhan hutan. Adapun aktivitas manusia yang bersifat
memperbaiki kondisi komunitas tumbuhan hutan adalah kegiatan reiboisasi dalam rangka
merehabilitasi areal kosong bekas penebangan, areal kosong bekas kebakaran, maupun reiboisasi
dalam rangka pembangunan hutan tanaman industri.

4. Analisis Komunitas

Analisis vegetasi adalah cara mempelajari susunan komposisi spesies dan bentuk struktur
vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Untuk suatu kondisi hutan yang luas, maka kegiatan analisa
vegetasi erat kaitannya dengan contoh, artinya kita cukup menempatkan beberapa petak contoh untuk
mewakili habitat tersebut. Dalam contoh ini ada tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu jumlah petak
contoh, cara peletakan petak contoh dan teknik analisa vegetasi yang digunakan (Irwanto, 2010).
Pengamatan parameter vegetasi berdasarkan bentuk hidup pohon, perdu, serta herba. Suatu ekosistem
alamiah maupun binaan selalu terdiri dari dua komponen utama yaitu komponen biotik dan abiotik.

28
Syamsuri, I. 2000. Biologi. Jakarta : Erlangga.

31
Vegetasi atau komunitas tumbuhan merupakan salah satu komponen biotik yang menempati habitat
tertentu seperti hutan, padang ilalang, semak belukar dan lain-lain (Syamsuri,2000 ). 29
Struktur dan komposisi vegetasi pada suatu wilayah dipengaruhi oleh komponen ekosistem
lainnya yang saling berinteraksi, sehingga vegetasi yang tumbuh secara alami pada wilayah tersebut
sesungguhnya merupakan pencerminan hasil interaksi berbagai faktor lingkungan dan dapat mengalami
perubahan signifikan karena pengaruh anthropogenik (Manurung, 2018). 30
Analisis komunitas tumbuhan merupakan suatu cara mempelajari susunan atau komposisi jenis
dan bentuk atau struktur vegetasi. Tujuan yang ingin dicapai dalam analisis komunitas adalah untuk
menetahui komposisi spesies dan struktur komunitas pada suatu wilayah yang di pelajari.Hasil analisis
komunitas tumbuhan disajikan secara deskripsi mengenai komposisi spesies dan struktur komunitasnya.
Struktur suatu komunitas tidak hanya dipengaruhi oleh hubungan antar spesies, tetapi juga oleh jumlah
individu lanjut dari setiap spesies organisme. Hal yang demikian itu itu menyebabkan kelimpahan relatif
suatu spesies suatu spesies dapat memengaruhi fungsi suatu komunitas, bahkan dapat memberikan
pengaruh pada keseimbangan sistem dan akhirnya berpengaruh pada stabilitas komunitas.

a. Kerapatan
Kerapatan adalah jumlah individu suatu spesies tumbuhan dalam suatu luasan tertentu, misalnya
100 individu/ha. Frekuensi suatu spesies tumbuhan adalah jumlah petak contoh dimana ditemukannya
jenis tersebut dari sejumlah petak contoh yang dibuat. Biasanya frekuensi dinyatakan dalam besaran
persentase. Basal area merupakan suatu luasan areal dekat permukaan tanah yang dikuasai oleh
31
tumbuhan. Untuk pohon, basal areal dapat diduga dengan mengukur diameter batang (ardhana,2012)).

b. Frekuensi
Frekuensi merupakan ukuran dari regularitas terdapatnya suatu spesies frekuensi memberikan
gambaran bagaimana pola penyebaran suatu spesies, apakah menyebar keseluruh kawasan atau
kelompok. Hal ini menunjukkan daya penyebaran dan adaptasinya terhadap lingkungan. Raunkiser
(1977) membagi frekuensi dalam lima kelas berdasarkan besarnya persentase. Frekuensi kehadiran
merupakan nilai yang menyatakan jumlah kehadiran suatu spesies di dalam suatu habitat.

d. Dominansi

29
Syamsuri, I. 2000. Biologi. Jakarta : Erlangga
30
Manurung, Binari dkk. 2018. Panduan EkologiTumbuhan. Medan: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, UNIMED Press.
31
Ardhana, I Putu Gede. 2012. Ekologi Tumbuhan. Denpasar: Udhayana University Press.

32
Dominansi atau luas penutupan adalah proporsi antara luas tempat yang ditutupi oleh spesies
tumbuhan dengan luas total habitat. Dominansi dapat dinyatakan dengan menggunakan luas penutupan
tajuk ataupun luas bidang dasar.
indeks dominansi (index of dominance) adalah parameter yang menyatakan tingkat bterpusatnya
dominansi dalam suatu komunitas. Penguasaan atau dominansi dalam suatu kiomunitas bisa terpusat pada
suatu spesies, beberapa spesies atau banyak spesies yang dapt diprakirakan dari tinggi rendahnya indeks
dominansi (ID).

e. Indeks Nilai Penting


Indeks nilai penting adalah parameter kuantitatif yang dapat dipakai untuk menyatakan tingkat
dominansi spesies-spesies dalam suatu komunitas tumbuhan. Spesies-spesies yang dominan dalam suatu
komunitas tumbuhan akan memiliki indeks nilai penting yang tinggi, sehingga spesies yang paling
dominan tentu saja memiliki indeks nilai penting yang paling besar
indeks  nilai penting (importance value index) adalah parameter kuantitatif yanf dapat dipakai
untuk menyatakan tinkat dominansi (tingkat penguasaan) spesies-spesie dalam suatu komunitas
tumbuhan. Spesies-spesie yang dominan dalam suatu komunitas tumbuhann akan memiliki  indeks nilai
penting yang tinggi, sehingga spesies yang dominan tentu saja memiliki indeks nilai penting yang
besar.Indeks nilai penting dapat dituliskan dengan rumus sebagai berikut:

INP = KR + FR + DR

NP-i = KR-i + FR-i + CR-i

f) Indeks Keragaman

Keragaman spesies merupakan ciri tingkat komunitas berdasarkan organisasi biologinya.


Keragaman spesies dapat digunakan untuk menyatakan struktur komunitas. Keragaman spesies juga dapat
digunakan untuk mengukur stablitas komunitas, yaitu kemampuan suatu komunitas untuk menjaga
dirinya tetap stabil meskipun ada gangguan terhadap komponen-komponennya. Keragaman spesies yang
tinggi menunjukkan bahwa suatu komunitas memiliki kompleksitas tinggi, karena interaksi spesies yang
terjadi dalam komunitas itu sangat tinggi. Suatu komunitas dikatakan memiliki keanekaragaman tinggi,
apabila komunitas itu disusun oleh banyak spesies (Prasetyo, 2016).

Keanekaragaman spesies merupakan ciri tingkatan komunitas berdasarkan organisasi biologinya.


Keanekaragaman spesies apat digunakan untuk menyatakan struktur komunitas. Keanekaragaman spesies
juga dapat digunakan unutk mengukur stabilitas komunitas, yaitu kemampuan suatu komunitas untuk

33
menjaga dirinya tetap stabil meskipun ada gangguan terhafap komponen-komponennya. Keanekaragaman
spesies yang tinggi menunjukkna bahwa sutu komunitas memiliki kompleksitas tinggi karena interaksi
spesies yang terjadi dalam komunitas itu sangat tinggi.

Suatu komunitas dikatakan memiliki keanekaragaman spesies yang tinggi jika komunitas itu
disusun olh banyak spesies. Sebaliknya suatu komunitas dikatakan memiliki keanekaragaman spesies
yang rendah jika komunitas itu disusun oleh sedikit spesies dan jika hanya ada sedikit saja spesies yang
dominan,

Untuk memprakirakan keanekaragaman spesies ada beberapa indeks keanekaragaman yang dapat
dipilih untuk dipakai dalam komunitas, anatara lain sebagai berikut:

a)      Indeks Shannon atau Shannon index of general diversity (H)

H = - ∑{n.i/N) log (n.i/N)

Keterangan:

H = indeks Shannon= indeks keanekaragaman Shannon

n.i = nilai penting dari tiapa spesies

N = total nilai penting

b)      Indeks kekayaan dari Margalef


R1 = (S – 1) / 1n (n)
Keterangan:
R1 = Indeks Margalef
S = jumlah jenis
n = jumlah total individu

c) Indeks kemerataan

E = H’ / In (s)
Keterangan
E = Indeks kemerataan
H’ = Indeks keanekaragaman Shannon – Wiener
S = Jumlah jenis

34
g) Indeks Kesamaan

Indeks kesamaan diperlukan untuk mengetahui tingkat kesamaan antara beberapa tegakan, antara
beberapa unit contoh atau antara beberapa komunitas yang dipelajari dan dibandingkan komposisi dan
struktur komunitasnya. Oleh karena itu, besar kecilnya indeks kesamaan tersebut, menggambarkan
tingkat kesamaan komposisi spesies dan struktur dari dua komunitas atau tegakan maupun unit sampling
yang dibandingkan

h) Homogenitas siatu komunitas

Homogen tidaknya suatu komunitas tumbuhan dapat ditentukan dengan menggunakan “hukum
frekuensi” (laws of frequency). Frekuensi dapat menunjukkan homogenitas dan poenyebaran dari
individu spesies-spesies dalam komunitas. Untuk mengetahui homogenitas suatu komunitas, nilai
frekuensi tiap spesies dikelompokkan kedalam lima kelas sebagai berikut:

a. Kelas A, yaitu spesies-spesies yang mempunyai frekuensi 1-20%


b. Kelas B, yaitu spesies-spesies yang mempunyai frekuensi 21-40%
c. Kelas C, yaitu spesies-spesies yang mempunyai frekuensi 41-60%
d. Kelas D, yaitu spesies-spesies yang mempunyai frekuensi 61-80%
e. Kelas E, yaitu spesies-spesies yang mempunyai frekuensib 81-100%

Berdasarka Hukum Frekuensi Raunkiaer dapat diambil kesimpulan sebagi berikut:

a. Jika A > B > C > = < D < E, maka spesies-spesies yang menyusun komunitas tumbuhan
berdistribusi normal.
b. Jika E > D, sedangkan A,B dan C rendah, maka kondisi komunitas tumbuhan homogen.
c. Jika E < D sedangkan A,B,C rendah, maka kondisi komunitas tumbuhan terganggu.
Jika B,C dan D tinggi, maka kondisi komunitas tumbhan heterogen (Indrianto,2012)

FAKTOR ABIOTIK DAN PENGARUH TERHADAP TUMBUHAN

35
1. Pengaruh Air Bagi Tumbuhan

Air merupakan senyawa kimia yang terdiri atsa 2 unsur yaitu dua tom hidrogen (H 2) dan
satu atom oksigen (O) saling berkaitan dan menajdi H 2O. Air memiliki substansi yang unik,
karena dapat menjadi 3 wujud, yaitu cair, padat, dan gas. Sebagai benda cair wujudnya jelas,
tidak berwarna dan tidak bau. Pda saat menjadi padat atau membeku pada 0 oC (32oF) dan pada
saat menjadi gas atu mendidih pada 100oC (212oC).
Menurut Leopold dann Kriedemand (1975) menyatakan bahwa total air dalam tanaman
berkisar antara 80-90 persen dari berat kering tanaman. Persentase ini akan menjadi lebih besar
lagi pada bagian-bagian tanaman yang sedang aktif tumbuh. Air yang ada pada tubuh tanaman
dapt kita jumpai diseluruh sel dan jaringan yang kadarnya berbeda-beda, tergantung pada jenis
sel, jenis jaringan, dan jenis tumbuhannya. Namu yang terpenting bukan banyaknya air pada
tanaman, tetapi status air (water status) keseimbagan atara penyerapan dan pennguapan, dan
beberapa air ada pada fase-fase pertumbuhan.32
Faktor yang penting bagi tanaman yaitu air, dimana air berfungsi sebagai pelarut hara dan
berperan dalam translokasi hara serta fotosintesis. Berbagai fungsi air antara lain :
mempertahankan turgiditas sel untuk struktur dan pertumbuhan; mengangkut nutrisi dan
senyawa organik keseluruh bagian tanaman; penyusun protoplasma; sebagai bahan baku untuk
berbagai proses kimia, termasuk fotosintesis dan transpirasi,, dan menyangga suhu tanaman
terhadap suhu udara yang fluaktif (The Pennsylvania State University, 2003).
Berdasarkan ketersedian air yang dimiliki tumbuhan, tipe habitat tanaman di alam dibagi
menjadi tiga, yaitu xeric, mesic, dan hydric. Oleh karena itu, tanaman yang dapat hidup pada
habitat tersebut dikelompokkan kembali menjadi tiga, yaitu xerophytes, mesophytes, dan
hydrophytes.33

a. Xerophytes dimana beberapa spesies tumbuhan yang dapat beradaptasi dihabitat yang
pasokan airnya relatif sedikit (sangat kurang), ini dapat terjadi pada daerah padang pasir
dan bukit pasir. Kelompok tumbuhan ini melakukan modifikasi ada akar, daun dan
batang agar dapat bertahan hidup pada thabitatnya. Modifikasi akar, dengan

32
Harwati, T. (2007). Pengaruh Kekurangan Air (Water Deficit) Terhadap Pertumbuhan Dan Perkembangan
Tanaman Tembakau. Jurnal Inovasi Pertanian. 6(1) hlm. 44-51
33
Edi Muhammad Jayadi. (2015). Ekologi Tumbuhan. Mataram : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Mataram

36
menumbuhankan akar tuggang yang pajang sehingga dapat menjangkau air yang jauh
didalam tanah, misal pada Alhagi sp. (Fabaceae). Modifikasi daun, mengurangi ukuran
daun agar tidak terlalu banhyak sebagai tempat penyimpanan air, pada Acacia dan
Prosopis; epidermis daun ditutupi oleh rambut-rambut halus, misalnya pada Calotropis,;
multiple epidermis dan sunken stomata pada Nerium; serta daun berbrntuk duri pada
kaktus (Opuntia dan Euphorbia). Modifikasi batang, dengan batang menjadi tebal dan
berdaging sebagai penyimpan air, serta baian epidermis ditutupi oleh lilin untuk
mengurangi kehilangan air pada Opuntia.
b. Mesophytes yaitu jenis tumbuhan yang mendiami habitat dengan air rata-rata (moderat).
Tanaman ini memilki karakteristik moderat yaitu sifat antara Xerophytes dan
Hydrophytes. Ciri-ciri umumnya yaitu sistem perakaran berkembang baik, batangnya
kokoh dan bercabang, daunnya berklorofil dan lapisan kutikula srta memiliki stomata.
Contohnya pda sebagian tanaman liar da tanaman budidaya.
c. Hydrophytes ialah kelompok tumbuhan yang hidupnya ditempat yang sangat basah.
Mereka dapat mengambang atau terendam sepenuhnya. Bentuk adaptasi yang dilakukan
antara lain; sistem akar yang kurang berkembang atau tidak berkembang; batang
mengalami reduksi pada Lemna, atau mungkin panjang ramping, dan kenyal pada
Nelumbo; daun tipis dan halus seperti pada Hydrilla.

a) Sifat-sifat Air Yang Bermanfaat Untuk Tanaman


Tumbuhan dapat memanfaatkan air disebabkan karena ada sfat-sifat air yang
mendudkung pertumbuhan tanaman, sifat-sifat tersebut ialah :
a. Gaya Kohesi, dimilki air yang berguna untuk penyerapan air secara vertikel. Dalam
hal ini ada tiga konsep gaya kohesi yaitu adanya erbedaan potensi air anatara tanah
dan atmosfer sebagai tenaga pendorong, adanya tenaga hidrasi dinding pembuluh
xilem yang mampemm mempertahankan molekul air tehadap gravitasu dan adanya
gaya kohesi antara molekul air yang menjaga keutuhan kolom air dalam pembuluh
xilem.34
b. Gaya Adhesi terjadi anatara air dengan dinding xilem pada tumbuhan. Akibat adanya
gaya adhesi ini terbentuknya kapilaritas. Kapilaritas menyebabkan naiknya cairan
34
Gardner, F. P., R. B. Pearce, dan R. L. Mitchell. (1991). Fisiologi Tanaman Budidaya Terjemahan Herawati Susilo.
Jakarta : UI Press.

37
kedalam tabg yang sempit, terjadi karena zat cair tersebut membasahi dinding tabung
(dengan adanya adhesi) lalu tertarik ke atas.35
c. Sifat polaritas air memungkinkan air utnuk mengubah bentuknya menjadi tetsan
setelah melewatu xilem pada tumbuhan.
d. Menguap pada panas yang tinggi,sifat air 7yang menguap pada suhu tinggi
menyebabkan tumbuhan melakukan transpirasi yang berfungsi sebgaia mengatur suhu
pada tanaman.
e. Air sebagai pelarut yaitu bahan-bahan organik, ion bermuatan (K+, Ca2+, NO3-) dan
molekul kecil.36

b) Jenis Air yang Berada Di Media Tumbuh Tumbuhan


Menurut Sri Anggraeni (2010), ada 3 jenis air yang ada disekitar media tumbuh
tanaman.37
a. Air gravitasi adalah air yang bebas mengalir kebawah melalui partikel tanah karena
adanya gaya gravitai. Denga bergerak bebabs jatuh kebawah air gravitasi
menyebabkan pencucian mineral-mineral tanah, termasuk nutrien. Pada level tertentu,
air gravitasu akan tertampung (water table). Keberadaan water table ini dipengaruhi
curah hujan dan topografi. Water table merupakan sumber air bagi tanaman yang
hidup di atsanya, air akan naik ke atas dengan adanya daya kapiler.
b. Air higroskopis adalah air yang terikat kuat melapisi partikel tanah. Pada partikel liat
dan humus air ini berikatan dengan ikatan hidrogen yang berasosiasi denga kation.
Air higroskopis sukar digunakan oleh akar tumbuhan. Merupakan air yang paling
akhir tersisa pada tanah kering.
c. Air kapiler adalah air yang mengisi pori-pori tanah. Sangat mudah menguap tapi yang
palig mudah digunakan diserap oleh tumbuhan. Air yang dapat diikat oelh tanah yang
kering atau jumlah total iar yang dapat dipertahankan oleh tanah, yang bisa melawan
gaya gravitasi dan kapiler dinamaknn field capacity, Air tanah diperlukan oleh semua
organisme hidup di dalam tanah. Masuk ke dalam sel-sel hidup melalui osmosis.

35
Imam Mukadir. (2004). Fisiologi Tumbuhan. Jakarta : Gramedia.
36
Fitter A.H, Dan Hay R.K.M. (1991). Fisiologi Lingkungan Tanaman. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada
37

38
Selain itu juga penting sebagai pelarut nutrien yang akan diambil dalam bentuk
larutan oleh tumbuhan.
Dalam Buckman and Brady (1982) disebutkan bahwa keberadaan air
berdasarkan klasifikasi biologi air di dalam tanah ada tiga bentuki yaitu : air
kelebihan, air tersedia dan air tidak tersedia. Keberadaan air ini berpengaruh terhadap
pertumbuhan tanaman karena pada dasarnya iar merupakan pembatas pertumbuhan.
Berikut adalahpenjelasan mengenai keadaan pertumbuhan tanaman terhadap kadar
air.

Kekurangan air Bagi Tumbuhan Air sering kali membatasi pertumbuhan dan
perkembangan tanaman budidaya. Respon tumbuhan terhadap kekurangan air dapat
dilihat pada aktivitas metabolismenya, morfologinya, tingkat pertumbuhannya, atau
produktivitasnya. Pertumbuhan sel merupakan fungsi tanaman yang paling sensitif
terhadap kekurangan air. Kekurangan air akan mempengaruhi turgor sel sehingga akan
mengurangi pengembangan sel, sintesis protein, dan sintesis dinding sel.38

Kekurangan air akan menyebabkan tanaman menjadi kerdil, perkembangannya


menjadi abnormal. Kekurangan air yang terjadi secara terus menerus selama periode
pertumbuhan akan menyebabkan tanaman tersebut menderita dan kemudian mati. Sedang
tanda-tanda pertama yang terlihat ialah layunya daun-daun. Peristiwa kelayuan ini
disebabkan karena pemyerapan air tidak dapat mengimbangi kecepatan penguapan air
dari tanaman. Jika proses transpirasi ini cukup besar dan penyerapan air tidak dapat
mengimbanginya, maka tanaman tersebut akan mengalami kelayuan sementara
(transcient wilting), sedang tanaman akan melangalami kelayuan tetap, apabila keadaan
air dalam tanah telah mencapai permanent wilting percentage. Tanaman dalam keadaan
ini sudah sulit untuk disembuhkan karena sebagian besar sel-selnya telah mengalami
plasmolisia.39

Pengaruh kekurangan air selama tingkat vegetatif adalh berkembangnya daun-


daun yang ukurannya lebih kecil yang dapat mengurangi penyerapan cahaya. Kekurangan
air juga mengurangi sintesis klorofil dan mengurangi aktivitas beberapa enzim (misalnya
38
Gardner, F. P., R. B. Pearce, dan R. L. Mitchell. (1991). Fisiologi Tanaman Budidaya Terjemahan Herawati Susilo.
Jakarta : UI Press.
39
Dwijoseputro. (1989). Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta : Gramedia

39
nitat reduktase). Kekurangan air justru meningkatkan aktivitas enzim-enzim hidrolisis
(misalnya amilase). Cekaman kekeringan dapat menurunkan tingkat produktivitas
(biomassa) tanaman karena menurunnyaa metabolisme primer, penyusutan luas daun dan
aktivitas fotosintesis. Penurunan akumulasi biomassa akibat cekaman air untuk setiap
jenis tanaman besarnya tidak sama. Hal tersebut dipengaruhi oleh tanggap masing-
masing jenis tanaman.40
Kelebihan air yang terjadi pada tanaman biasanya disebabkan oleh beberapa
faktor yaitu, periode hujan lebat, pengolaan irigasi yang buruk, drainase jelek,
meningkatnya permukaan air bawah tanah. Akibat kelebihan air menyebabkan pori-pori
tanah tidak ada oksigen, sementara tanaman memerlukan oksigen untuk pernapasan dan
pertumbuhannya. Tanaman akan terlihat menguning, pertumbuhan terhambat dan kurus.
Beberapa spesies tanaman menjadi lebih toleran terhadap kondisi jenuh air dan akan
mengambil alih vegetasi daerah tersebut.
Pengaruh genangan pada tajuk tanaman: penurunan pertumbuhan, klorosis,
pemacuan penuaan, epinasti, pengguguran daun, pembentukan lentisel, penurunan
akumulasi bahan kering, pembentukan aerenkim di batang. Besarnya keruakan tanaman
sebagai dampak genangan tergantung pada fase pertumbuhan tanaman. Fase yang peka
genangan: fase perkecambahan, fase pembungaan, dan pengisisan. Genangan pada fase
perkecambahan menurunkan jumlah bii yang berkecambah (perkecambahan sangat
memerlukan O2). Genangan yang terjadi pada fase pembungaan dan pengisisan
menyebabkan banyak bunga dan buah muda gugur.41

2. Pengaruh Atmosfer Terhadap Tumbuhan


Atmosfer berasal dari bahasa Yunani “Atmos” yang berarti uap air atau gas dan “Sphaira”
yang berarti selimut. Jadi Atmosfer dapat diartikan sebagai lapisan gas yang menyelimuti sebuah

40
Solichatun et, al. (2005). Pengaruh Ketersediaan Air Tehadap Pertumbuhan dan Kandungan Bahan Aktif Saponin
Tanaman Ginseng Jawa (Talinum paniculantum Gaertn). Biofarmasi. 3(2). Hlm.47-55
41
Eliakim, et. al. (2008). Pengaruh Kelebihan AIR Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman, Paper. Medan :
Universitas Sumatera Utara.

40
planet, termasuk bumi. Atmosfer dari permukaan planet tersebut sampai jauh di luar angkasa
dengan ketebalan kurang lebih 1000 km dari permukaan bumi dengan massa 59x1014 ton.
Atmosfer Bumi terdiri atas gas Nitrogen sekitar 78.17%, Oksigen sebesar 20.97%, sedikit Argon
0.9%, Karbondioksida sekitar 0.0357%, ditambah uap air dan gas lainnya.  
Berikut ini adalah peranan atmosfer diantaranya adalah :
1. Melindungi bumi dari jatuhnya benda angkasa seperti meteor, komet dll.
2. Memantulkan gelombang radio
3. Menyediakan gas dan air (presipitasi) yang diperlukan oleh organisme.
4. Sebagai penyangga (buffer), sehingga fluktuasi suhu siang dan malam di permukaan bumi
tidak tinggi.
5. Perlindungan dari sinar kosmik dan ultraviolet (peran ozon)
6. Sebagai sarana berlangsungnya proses pembakaran, tanpa udara kita tidak dapat menyalakan
api, bernafas dan proses kimia lainnya.
7. Gas-gas yang ada di atmosfer mempunyai peran  masing-masing antara lain: Oksigen untuk
pernafasan mahluk hidup, Nitrogen untuk pertumbuhan tanama, Karbondioksida untuk
fotosintesis tumbuhan, Neon untuk lampu listrik

Bumi terdiri kumpulan berbagai macam gas. Gas penyusun atmosfer Bumi memiliki
banyak manfaat untuk kehidupan manusia. Diantaranya adalah :

a. Nitrogen
Nitrogen merupakan unsur gas yang paling besar presentasenya di atmosfer.
Gas nitrogen sangat dibutuhkan dalam pertumbuhan tanaman. Gas nitrogen sering juga
digunakan sebagai bahan dasar industri pupuk. Nitrogen merupakan suatu bagian dari sel
hidup dan bagian utama dari semua protein, enzim dan proses metabolik yang disertakan
pada sintesa dan perpindahan energi. Nitrogen merupakan bagian dari klorofil, pewarna hijau
dari tanaman yang bertanggung jawab terhadap fotosintesis selain itu gas nitrogen juga dapat
membantu tanaman mempercepat pertumbuhannya, meningkatkan produksi bibit dan buah
serta memperbaiki kualitas daun dan akar.
b. Oksigen
Oksigen merupakan unsur gas yang sangat diperlukan untuk pernafasan manusia dan
mahluk hidup lainnya seperti hewan dan tumbuhan. Komposisi oksigen dalam atmosfer

41
mencapai 21%, Oksigen terdapat di perairan terutama perairan laut dangkal dan di daratan
sampai batas ketinggian tertentu di atas permukaan air laut, semakin tinggi tempat suatu
wilayah dari permukaan air laut, lapisan oksigennya semakin tipis. Karena ada oksigen kita
dapat bernafas, menyalakan lilin dan lainnya.

c. Argon
Argon simbolnya Ar, merupakan elemen gas terbesar ke tiga di atmosfer bumi setelah
unsur gas nitrogen dan oksigen. Nama elemen Argon, diambil dari bahasa
Yunani Argos yang artinya tidak aktif, karena Argon tidak mudah ber-reaksi dengan elemen
lain. Argon digunakan bersama dengan gas Neon dalam industri listrik untuk mengisi lampu
neon. Gas Argon berwarna biru. Lampu neon yang diisi dengan Gas Argon lebih hemat
listrik dibandingkan lampu listrik biasa.

f. Karbondioksida (CO2)
Karbondioksida merupakan gas tidak berwarna, tidak berbau dan gas asam yang
ringan. Karbondioksida disebut juga gas asam karbon, molekulnya terdiri dari 1
atom karbon dan 2 atom oksigen, disimbolkan CO2. Karbondioksida sering disebut udara
campuran. Beberapa manfaat Gas Karbondioksida :
1) Gas Karbondioksida bersifat tidak mudah terbakar dan dapat melokalisir panas, itu
sebabnya digunakan sebagai pengisi tabung pemadam kebakaran.
2) Gas Karbondioksida dibutuhkan dalam pernafasan dan fotosintesis tumbuhan.
Kandungan Karbondioksida dalam jumlah yang banyak di atmosfer dapat menyebabkan
polusi udara sehingga menimbulkan gangguan pada pernafasan mahluk hidup, misalnya
sesak nafas pada manusia.
3) Manfaat CO2 juga dapat kita jumpai pada proses pembuatan roti yang berfungsi sebagai
pengembang roti dengan bantuan ragi.
4) Bahan pemadam kebakaran, Karbondioksida yang disemburkan pada api melalui selang
pemadam kebakaran tersebut akan segera menyelimuti api, sehingga api tidak akan
terkena kontak dengan oksigen sehingga pembakaran akan terhenti, karena pembakaran
terhenti, maka api dapat segera padam.

42
g. Neon
Neon adalah gas yang tidak berwarna, tidak berbau dan non reaktif. Neon termasuk gas
mulia seperti halnya Gas Helium, Argon, Kripton, Xenon dan Radon. Kegunaan
Gas Neon adalah sebagai berikut:
1) Dimanfaatkan untuk lampu neon Kota di malam hari
2) Dapat dimanfaatkan untuk indikator tegangan tinggi
3) Dimanfaatkan dalam dunia kedokteran, misalnya untuk membantu melihat hasil rontgen

h. Helium
Helium berasal dari bahasa Yunani Helios, yang artinya Matahari. Helium termasuk gas
mulia, lebih ringan dari udara, sehingga dimanfaatkan untuk pengisi balon gas dan balon
udara. Helium juga digunakan untuk bahan bakar yang dapat menggerakan mesin roket.

i. Ozon
Dalam hal desinfeksi / sterilisasi air, teknologi Ozon paling unggul dan sangat
efektif. Ozon dapat menghancurkan kuman, bakteri, virus, jamur, spora, kista, lumut dan zat
organik lainnya. Selain itu, juga dapat menetralisir zat inorganik/ mineral yang berlebihan/
beracun. Penggunaan ozon tidak menghasilkan zat sisa yang membahayakan kesehatan.
Bahkan sebaliknya, akan menambah kadar oksigen dalam air sehingga lebih segar dan sehat.
Selain itu, Teknologi Ozon juga digunakan untuk meningkatkan kualitas air di danau/
tambak/ sungai yang tercemar, dan pengolahan limbah pabrik. Ozon juga menghilangkan bau
tak sedap di pabrik/ rumah/ kantor/ mobil seperti bau asap rokok, bau cat, bau karpet baru
dsb. Pengobatan ikan dalam akuarium juga telah menggunakan teknologi ozon. Kolam
renang dan spa modern menggunakan ozon untuk menjernihkan dan membunuh kuman.
Karenanya, iritasi mata/ mata merah sehabis berenang tidak lagi menjadi masalah.

j. Hidrogen
Hidrogen adalah senyawa yang kita kenal dengan kata air. Sebagai sumber kebutuhan
utama dalam kehidupan. Tubuh manusia terdiri dari sekitar dua-pertiga air. Tidak heran

43
bahwa air adalah bagian integral dari diet yang sehat. Tanpa jumlah yang cukup air, tubuh
seseorang tidak menerima cairan yang diperlukan untuk terus berfungsi dengan baik. Hal ini
biasanya direkomendasikan bahwa orang harus mengkonsumsi delapan gelas air setiap hari.

k. Kripton
Berbagai bentuk Krypton dengan bentuk emisi/pancaran membuat gas Krypton tampak
keputih-putihan, yang berguna untuk lampu bohlam. Gelembung Krypton berguna sebagai
fotografi sumber cahaya putih yang bagus. Dengan begitu Krypton digunakan dalam
beberapa jenis fotografi yang menggunakan kecepatan tinggi fotografi. Gas Krypton juga
dapat dikombinasikan dengan gas lain untuk membuat cahaya berkilauan yang berwarna
putih terang.
Saat Krypton bercampur dengan Argon, ketika mengisi gas lampu penghemat energi,
Krypton dapat mengurangi voltase dan konsumsi pengeluaran dan menghemat biaya dalam
penerangan. Sepeti halnya Argon, Krypton juga digunakan untuk lampu berpijar yang
berguna untuk menghangatkan dan mengurangi penguapan.
Krypton bercahaya putih dapat digunakan untuk efek yang bagus dalam tabung gas
warna, Krypton juga rapat daya (cahaya ringan). Krypton mempunyai peran penting dalam
produksi dan pemakaian laser fluoride Krypton dalam air minum telah menjadi bagian
penting bagi masyarakat. Kripton digunakan bersama-sama untuk pengisi lampu fluoresensi
(lampu tabung). Juga digunakan untuk lampu kilat fotografi berkecepatan tinggi.

l. Xenon
Xenon berasal dari bahasa Yunani, Xenon yang artinya asing. Xenon merupakan gas
mulia, tidak berwarna dan tidak berbau, Gas Xenon tidak ber-reaksi dengan elemen lain,
sehingga banyak digunakan untuk pekerjaan yang berhubungan dengan lingkungan pada
industri kimia dan indusri elektronik.

m. Methan (CH4)

44
Gas Methan terdiri dari Carbon dan Hidrogen. Methan adalah gas yang tidak berwarna
berbau, mudah terbakar dan lebih ringan dari udara. Di beberapa planet seperti Jupiter,
Saturnus, Uranus dan Neptunus, methan merupakan komponen besar di dalam atmosfernya.
Methan digunakan sebagai bahan bakar karena Gas Alam yang digunakan sebagai
bahan bakar mengandung 85% Gas Methan (CH4), 10% Etane (C2H6) dan selebihnya
adalah Propane (C3H8), Butane (C4H10), Pantene (C5H2) dan Alkane.

Pengaruh atmosfer terhadap pertanian dapat kita liat pada kandungan gas nitrogen yang ada
pada atmosfer. Kekurangan zat nitrogen dalam tanah dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman
terganggu. Nitrogen tidak dapat digunakan oleh tumbuh-tumbuhan secara langsung dari udara,
melainkan dihisap oleh akar dan dalam tanah. Terjadinya petir atau halilintar bersamaan dengan
turunnya hujan, dapat mempercepat proses pelarutan Nitrogen di udara dan meresap ke dalam
tanah. Kekurangan Nitrogen di dalam tanah diatasi dengan melakukan pemupukan. Pupuk Urea
merupakan salah satu jenis pupuk yang mengandung banyak Nitrogen. Nitrogen merupakan
salah satu bahan dasar atau bahan baku untuk industri.

3. Pengaruh Topografi Terhadap Tumbuhan


Kondisi topografi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan kesuburan tanah.
Topografi adalah perbedaan tinggi atau bentuk wilayah suatu daerah, termasuk di dalamnya
adalah perbedaan kemiringan lereng, panjang lereng, bentuk lereng, dan posisi lereng. Topografi
dalam proses pembentukan tanah mempengaruhi: 1) jumlah air hujan yang meresap atau ditahan
oleh massa tanah; 2) dalamnya air tanah; 3) besarnya erosi; 4) arah gerakan air berikut bahan
terlarut di dalamnya dari satu tempat ke tempat lain.
Kondisi lereng (kecuraman dan panjang lereng) mempengaruhi laju erosi. Oleh karena itu,
pemanfaatannya harus disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku. Lahan dengan kemiringan
lereng 30-45% (curam) memiliki pengaruh gaya berat (gravity) yang lebih besar dibandingkan
lahan dengan kemiringan lereng 15-30% (agak curam), dan 8-15% (landai). Penyebabnya adalah
gaya berat semakin besar sejalan dengan semakin miringnya permukaan tanah dari bidang
horizontal. Gaya berat ini merupakan persyaratan mutlak terjadinya proses pengikisan
(detachment), pengangkutan (transportation), dan pengendapan (sedimentation).
Berdasarkan hal tersebut, diduga penurunan sifat isik tanah akan lebih besar terjadi pada
lereng 30-45%. Hal ini disebabkan pada daerah yang berlereng curam (30-45%) terjadi erosi

45
terus menerus sehingga tanah-tanahnya bersolum dangkal, kandungan bahan organik rendah,
tingkat kepadatan tanah yang tinggi, serta porositas tanah yang rendah dibandingkan dengan
tanah-tanah di daerah datar yang air tanahnya dalam. Perbedaan lereng juga menyebabkan
perbedaan banyaknya air tersedia bagi tumbuh-tumbuhan sehingga mempengaruhi pertumbuhan
vegetasi di tempat tersebut.42

4. Pengaruh Tanah Bagi Tumbuhan

Tanah dapat diartikan sebagai campuran yang terdiri batuan materi mineral, dan organik tanah.
Tanah merupakan hasil akhir dari kegiatan organisem dan iklim. Organisme yang paling utama
adalah tumbuh-tumbuhan. Tanah bertindak sebagai substrat atau tempat hidup organisme. Tanah
juga menyediakan kebutuhan makhluk hidup seperti unsur hara dan mineral. Tanah memiliki
sifat, tesktur dan kandungan garam mineral tertentu. Tanah yang subur sangat diperlukan oleh
organisme untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Tanah tersusuh atas bahan-bahan sebagai berikut

1. Mineral sebanyak 45%


2. Bahan organik sebanyak 5%
3. Air sebnyak 25%
4. Udara sebanyak 25%

42
Jayadi, Edi M. 2015. Ekologi Tumbuhan. Mataram: Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Mataram.

46
Gambar 1. Profil tanah secara umum pada lima ekosistem utama

Tanah terbentuk sebagai hasil kombinasi dari berbagai faktor. Ada lima faktor utama
yang mempengaruhi proses pembentukan tanah, yaitu: iklim, organisme, bahan induk, topografi,
dan waktu. Tanah bagi tanaman memiliki empat fungsi utama. Keempat fungsi tersebut adalah:
sebagai media tumbuhan tanaman, sebagai penyedia air dan hara tanah, penyedia udara bagi akar
tanaman dan mikroba tanah, dan tempat hidup bagi mikroba tanah. Tanah akan mampu
menjalankan keempat fungsi tersebut, hanya jika kualitasnya optimal.
Kualitas tanah adalah kapasitas tanah yang berfungsi memperttahankan produktivitas
tanaman, mempertahankan dan menjaga ketersediaan air seta mendudkung kegiatan manusia.
Kualitas tanah meliputi kualitas secara fisika, kimia, dan biologi. Ketiga ha; tersebut memilki
parameter masing-masing dan tidak dapat terpisahkan satu sama lain serta saling mempengaruhi.
Parameter sift fisik, antar lain: teksur, struktur, stbilitas agregat, kemampuan tanah menahan dan

47
meloloskan air, serta ketahanan tanah terhadap erosidan lain sebagainya; parameter kimia antara
lain: ketersedian hara, KTK, KTA, pH, ada tidaknya zat pencemar, dan lain sebagainya;
sedangkan parameter biologi antara lain jumlah dan jeni mikrobia yang ada dan beraktivitas di
dalam tanah.

Secara umum, kualitas tanah yang dikehendaki oleh tanaman adalah: bertekstur lempung,
struktur gembur, pH tidak masam, dan banyak mengandung bahan organik. Pada kondisi tanah
sperti ini, akan banyak terdapat pori yang dapat diisi oleh air dan udara, yang sangat penting
untuk pertumbuhan akar tanaman. Keadaan seperti ini juga akan menjadikan temperatur stbil dan
dapat memacu pertumbuhan mikroorganisme yang membantu proses pelapukan bahan organik.
Sebaliknya, dengan kondisi tanah yang padat, yang tersusun atas partikel-partikel yang sangat
kecil. Apabila terkena air, tanah akan menjadi liat dan menggumpal, air menggenang hingga
tanah menjadi lembab dan peredaran udara yang sangat lambat. Kemudian bila tanah ini kering
akan menggumpal dan memutus sistem perakaran.

pH tanah merupakan salah satu penentu kualitas tanah. Kemasaman (pH) tanah
menunjukan konsentrsi ion H+ pada larutan tanah. Tanah pertanian umumnya menghendaki pH
antara 4 sampai 8. pH tanah mempengaruhi kualitas tanah karena berkaitan dengan penyediaan
hara bagi tanaman. Selain itu pada pH yang terlalu masam pertumbuhan tanaman akan terhambat
karena keracunan aluminium.43

5. Pengaruh Cahaya Bagi Tumbuhan

Radiasi matahari adalah faktor utama di antara faktor iklim yang mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Tidak hanya sebagai sumber energi utama di bumi,
sinar matahari juga merupakan faktor pengendali unsur iklim lainnya (suhu, kelembaban, curah
hujan, dan angin).

Ada tiga unsur radiasi matahari yang berpengaruh terhadap tanaman, yaitu:

a. Intensitas Radiasi Matahari


Intensitas radiasi matahari adalah banyaknya energi yang diterima oleh suatu tanaman per
satuan luas, dan per satuan waktu tertentu. Biasanya diukur dengan satuan kal/cm2/hari.

43
Edi Muhammad Jayadi. (2015). Ekologi Tumbuhan. Mataram : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Mataram

48
Besarnya intensitas radiasi sinar matahari yang diterima tanaman dipengaruhi oleh berbagai
faktor, di antaranya: 1) jarak antara matahari dan bumi (pagi hari berbeda dengan siang hari,
puncak gunung berbeda dengan dataran rendah, subtropis berbeda dengan tropis); 2) musim,
pada musim hujan jumlahnya lebih rendah dibandingkan musim kemarau; 3) letak geograis,
misalnya pada daerah di lereng gunung sebelah utara dan selatan berbeda dengan daerah di
lereng gunung sebelah barat dan timur.

Berdasarkan adaptasinya terhadap intensitas penyinaran, tumbuhan dikelompokkan


menjadi dua, yaitu: 1) tumbuhan yang tumbuh baik dengan intensitas radiasi matahari penuh,
disebut heliophytes/sun species/sun loving. Beberapa contoh di antaranya adalah tebu, padi,
jagung, dan ubikayu; 2) tumbuhan yang tumbuh baik di bawah naungan dengan intensitas radiasi
matahari rendah atau disebut sciophytes/shade species/shade loving.

Intensitas radiasi yang terlalu ekstrem (terlalu tinggi, ataupun terlalu rendah) berdampak
sangat nyata, baik terhadap sifat morfologis maupun sifat isiologis tumbuhan. Tanaman
mendapatkan intensitas radiasi matahari rendah, akan terlihat lebih subur, karena daun-daunnya
rimbun, padahal sebenarnya tanaman tersebut lemah (terbukti kualitas hasil panennya rendah).
Begitu juga jika intensitasnya terlalu tinggi, pertumbuhannya terhambat, batangnya pendek, dan
daunnya kecil-kecil.

b. Kualitas Radiasi Matahari


Kualitas radiasi matahari diartikan sebagai proporsi panjang gelombang yang diterima
pada suatu tempat dan waktu tertentu. Umumnya tumbuhan teradaptasi untuk mengelola cahaya
dengan panjang gelombang antara 0,39 sampai 7,60 mikron, disebut cahaya tampak (visible
light) atau PAR (photosynthetic active radiation). Ultraviolet dan infrared tidak dimanfaatkan
dalam proses fotosintesis. Kloroil yang berwarna hijau mengabsorbsi cahaya merah dan biru,
dengan demikian panjang gelombang itulah merupakan bagian dari spektrum cahaya yang sangat
bermanfaat bagi fotosintesis.
Distribusi spektrum dari sinar matahari yang diterima tanaman berbeda-beda, tergantung
pada sudut datang matahari (jarak matahari dan bumi), dan letak daun pada tajuk. Semakin kecil
sudut datang sinar matahari berarti semakin panjang perjalanan radiasi tersebut, sehingga
semakin banyak yang diubah menjadi gelombang panjang (sinar merah), karena adanya partikel-
partikel di atmosfer. Contoh, di daerah pegunungan lebih banyak gelombang pendek (ultraviolet)

49
dari pada di dataran rendah. Begitu juga dalam suatu tajuk tanaman, semakin ke bawah semakin
banyak yang diubah menjadi gelombang panjang, sebagai akibat dari pancaran dan transmisi
radiasi oleh daun.
Kualitas radiasi matahari berpengaruh terhadap sifat morfogenetik tanaman, seperti:
inisiasi bunga, perkecambahan benih, perpanjangan ruas (inter node) batang, dan pembentukan
pigmen. Salah satu pengaruh kualitas radiasi matahari terhadap tanaman yang mudah diamati
adalah pada perpanjangan ruas batang, terutama di daerah-daerah pegunungan, yang biasanya
memiliki ruang batang yang lebih pendek. Hal ini terjadi karena pada umumnya gelombang-
gelombang pendek dari radiasi matahari terabsorbsi di bagian atas atmosfer sehingga hanya
sebagian kecil yang mampu sampai di permukaan bumi. Dengan demikian pengaruh ultraviolet
ini akan terjadi dan sangat terasa di daerah pegunungan yang tinggi. Bentuk-bentuk daun yang
roset merupakan karakterisktik tumbuhan di daerah pegunungan, hal ini merupakan hasil
penyinaran ultraviolet dan menghambat untuk terjadinya batang yang panjang.

c. Panjang Hari (fotoperiode)


Panjang hari diartikan sebagai panjang atau lamanya siang hari, yang dihitung dari
mulainya hari terbit sampai terbenam, ditambah lamanya keadaan remang-remang (selang waktu
sebelum matahari berada pada posisi 60 di bawah cakrawala). Fotoperiode tidak terpengaruh oleh
keadaan awan, seperti pada lamanya penyinaran. Panjang hari berubah beraturan sepanjang
tahun, sesuai dengan garis lintang. Di daerah sepanjang khatulistiwa lamanya siang hari atau
fotoperioda akan konstan sepanjang tahun, sekitar 12 jam. Di daerah temperata/bermusim
panjang hari lebih dari 12 jam pada musim panas, tetapi akan kurang dari 12 jam pada musim
panas, tetapi akan kurang dari 12 jam pada musim dingin. Perbedaan yang terpanjang antara
siang dan malam akan terjadi di daerah dengan garis lintang tinggi.
Pengaruh panjang hari terhadap pertumbuhan tanaman selama ini lebih banyak
dihubungkan dengan pembungaan, padahal masih banyak aspek lain yang dipengaruhinya.
Pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman, di antaranya: a) inisiasi bunga, b) produksi dan
kesuburan putik dan tepungsari, misalnya pada jagung dan kedelai, c) pembentukan umbi pada
tanaman ubikayu, kentang, bawang putih, dan tanaman umbi-umbian yang lain, d) dormansi
benih, terutama biji gulma dan beberapa tanaman berbunga, dan e) pertumbuhan tanaman secara
keseluruhan, seperti bentukan anakan, percabangan dan pertumbuhan memanjang

50
Pengelompokan tanaman berdasarkan responnya terhadap fotoperiode, dibedakan menjadi tiga,
yaitu tanaman hari pendek, tanaman hari panjang, dan tanaman hari netral. Ketiga kelompok
tanaman tersebut akan memberikan respon yang berbeda jika periode kritisnya tidak terpenuhi.
Panjang hari kritis adalah panjang hari maksimum (untuk tanaman hari pendek), dan panjang
hari minimum (untuk tanaman hari panjang), yang memungkinkan inisiasi bunga masih terjadi.
Panjang hari kritis berbeda-beda menurut tanaman, dan bahkan varietas.
Tanaman hari pendek (short-day plants) adalah tanaman yang akan berbunga jika
panjang hari kurang (lebih pendek) dari periode kritis tertentu (light period shorter than a
critical period to lower). Beberapa contoh tanamannya adalah kedelai, padi, jagung, tembakau,
kentang, kopi arabika, dan tebu. Tanaman hari panjang (long-day plants) adalah tanaman yang
akan berbunga jika panjang hari lebih panjang dari periode kritis tertentu (light period longer
than a critical period to lower). Tanaman yang termasuk ke dalam kelompok ini umumnya
adalah tanaman subtropis, contohnya gandum, lobak, bayam, selada, dan barley. Terakhir,
tanaman hari netral (day-neutral plants) adalah tanaman yang tidak peka (toleran) terhadap
panjang hari. Kelompok tanaman ini tidak dipengaruhi oleh fotoperiode (unaffected by
photoperiod), contohnya tomat, padi dan dandelion.
Di daerah tropika, seperti Indonesia, pengaruh panjang hari terhadap tanaman jarang
ditemukan, karena panjang antara siang dan malam relatif konstan. Namun, pengetahuan tentang
fotoperiode ini penting apabila kita melakukan introduksi varietas-varietas baru dari luar negeri,
dan juga untuk para pemulia tanaman yang akan melakukan penyilangan tanaman.

6. Pengaruh Suhu Bagi Tumbuhan


Pengertian suhu mencakup dua aspek, yaitu: derajat dan insolasi. Suhu adalah derajat panas
atau dingin suatu benda yang diukur berdasarkan skala tertentu dengan menggunakan
termometer. Sumber panas di bumi adalah dari matahari. Insolasi menunjukkan energi panas dari
matahari dengan satuan gram/kalori/cm2/jam, mirip dengan pengertian intensitas pada radiasi
matahari.
Letak lintang, tinggi tempat, musim, dan angin, serta vegetasi, merupakan faktor-faktor
yang mempengaruhi jumlah insolasi atau suhu suatu daerah.

1. Letak lintang (latitude) mempengaruhi insolasi karena di katulistiwa insolasi lebih besar dan
sedikit bervariasi dibandingkan dengan sub-tropis dan daerah sedang. Dengan semakin

51
bertambahnya latitude insolasi semakin kecil, karena sudut jatuh radiasi matahri semakin
besar atau jarak antara matahari dan permukaan bumi semakin jauh.
2. Tinggi tempat dari permukaan laut (altitude) mempengaruhi insolasi karena semakin tinggi
altitude insolasi semakin rendah, setiap naik 100 m suhu turun 0,60 C;
3. Musim berpengaruh terhadap insolasi dalam kaitannya dengan kelembaban udara dan
keadaan awan;
4. Angin juga berpengaruh terhadap insolasi, apalagi bila angin tersebut membawa uap panas.
5. Vegetasi berfungsi menyerap panas sehingga daerah yangbanyak ditumbuhi tumbuhan akan
terasa lebih dingin karena sinar dan panas matahari akan terserap oleh daun dan kayu.
Kehidupan di muka bumi berada dalam suatu batas kisaran suhu antar 0 0C sampai 300C.
Dalam kisaran suhu ini individu tumbuhan mempunyai suhu minimum, maksimum, dan
optimum yang diperlukan untuk aktivitas metabolismenya, ketiganya disebut suhu kardinal.
Suhu tumbuhan biasanya kurang lebih sama dengan suhu sekitarnya karena adanya pertukaran
suhu yang terus menerus antara tumbuhan dengan udara sekitarnya. Kisaran toleransi suhu bagi
tumbuhan sangat bervariasi, salah satunya dipengaruhi oleh habitat tumbuhnya.
Suhu dapat berperan secara langsung maupun tidak langsung terhadap tumbuhan. Berperan
langsung hampir pada setiap fungsi dari tumbuhan dengan mengontrol laju proses-proses kimia
dalam tumbuhan tersebut, sedangkan peran tidak langsung dengan mempengaruhi faktor yang
lain, terutama suplai air. Suhu akan mempengaruhi laju evaporasi dan menyebabkan tidak saja
keefektifan hujan tetapi juga laju kehilangan air tumbuhan.
Suhu yang bersifat merusak tanaman adalah suhu yang ekstrem, yaitu yang terlalu tinggi,
dan suhu yang terlalu rendah. Kedua aras suhu tersebut, tidak saja menghambat pertumbuhan
tanaman, tetapi juga mematikan tanaman. Hal ini terjadi, karena proses isiologis tanaman akan
terhambat akibat menurunnya aktivitas enzim (enzim terdegradasi).
Kondisi suhu yang tinggi biasanya berkaitan dengan kekurangan air, dan pelayuan, padahal
untuk mendinginkan suhu tubuhnya, tanaman melakukan transpirasi (melepaskan air dari
tubuhnya). Namun, karena pasokan air tidak cukup untuk melakukan transpirasi (musim
kemarau, atau di lingkungan tumbuh yang ekstrem), maka kebutuhan air bagi tanaman
tidakcukup untuk melakukan proses pendinginan tersebut. Akibatnya, pada suhu tinggi,
tumbuhan akan mengalami kerusakan karena enzimnya menjadi tidak aktif dan metabolismenya
rendah.

52
Suhu tinggi (di atas optimum) akan merusak tanaman dengan mengacau arus respirasi dan
absorpsi air. Meningkatnya suhu udara akan diikuti oleh meningkatnya laju transpirasi, karena
penurunan deisit tekanan uap dari udara yang hangat dan suhu daun tinggi, yang mengakibatkan
peningkatan tekanan uap air padanya. Kelayuan akan terjadi apabila laju absorpsi air terbatas
karena kurangnya air atau kerusakan sistem vaskuler atau system perakaran. Tingkat kerusakan
akibat suhu tinggi, lebih besar pada jaringan yang lebih muda, karena terjadi denaturasi
protoplasma oleh dehidrasi.
Pada saat pembentukan sel generatif, suhu tinggi mengakibatkan rusaknya sistem
pembelahan mitosis yang berlangsung dengan cytokinesis. Hal ini terlihat dengan adanya
kegagalan pembentukan biji, karena pollen grain yang terbentuk steril. Pada suhu 45oC akan
mengganggu aktivitas enzim, di antaranya enzim proteinase dan enzim peptidase. Enzim
proteinase berfungsi untuk merombak protein menjadi lipids, sedangkan enzim peptidase
merombak peptids menjadi asam amino. Oleh karena itu, tidak berkecambahnya biji (terutama
kedelai dan jagung) pada suhu tinggi karena kegagalan metabolisme biji yang disebabkan oleh
kekurangan bahan dasar yakni asam amino.
Suhu yang terlalu dingin juga tidak dikehendaki oleh tumbuhan. Kebanyakan tumbuhan
berhenti pertumbuhannya pada suhu di bawah 60C. Penurunan suhu di bawah suhu ini akan
menimbulkan kerusakan yang cukup berat. Kerusakan terjadi karena protein akan menggumpal
pada larutan di luar cairan sel mengakibatkan ketidakatifan enzim. Bila suhu mencapai titik
beku, akan terbentuk kristal es di antara ruang sel dan air akan terisap keluar dari sel maka akan
terjadi dehidrasi. Apabila pembekuan terjadi secara cepat maka akan terbentuk kristal-kristal es
dalam cairan sel yang ternyata volumenya akanlebih besar dari ukuran sel tersebut. Akibatnya sel
rusak dan mati karena kebocoran dinding selnya. Hasilnya akan terjadi daerah yang berwarna
coklat pada tumbuhan, sebagai karakteristik dari kerusakan akibat pembekuan atau frost. Suhu
yang rendah juga akan berperan secara tidak langsung, karena menghambat fungsi dari
tumbuhan. Akar menjadi kurang permeabel sehingga tidak mampu menyerap air. Hal ini
menimbulkan apa yang disebut sebagai kekeringan isiologis, terjadi pada situasi air yang relative
cukup tetapi tidak mampu diserap akar akibat suhu yang terlalu dingin. Situasi ini sering terjadi
di daerah tundra.44

44
Jayadi, Edi M. 2015. Ekologi Tumbuhan. Mataram: Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Mataram.

53
Ada beberapa terminologi untuk kerusakan tanaman sebagai akibat suhu rendah, antara
lain:
1. Sufokasi (suffocation): adalah lambatnya pertumbuhan tanaman karena permukaan tanah
tertutup lapisan salju, misalnya kekurangan oksigen dalam tanah.
2. Desikasi (desiccation): disebut dengan istilah kekeringan isiologis, bukan karena tidak ada
air di dalam tanah, melainkan absorpsi air oleh akar terhambat karena berkurangnya
permeabilitas selaput akar atau karena naiknya viskositas air dalam tanah dan bahkan
membeku.
3. Heaving: adalah kerusakan tanaman karena hubungan akar dan bagian atas tanaman terputus
disebabkan adanya Kristal es pada permukaan tanah.
4. Chilling: adalah kerusakan akibat suhu rendah di atas titik beku (± 40C). Gejalanya adalah
adanya garis-garis khlorosis pada daun, misalnya pada tebu, sorghum dan jagung.
7. Freezing Injury: adalah pembekuan dalam jaringan tanaman yang berupa kristal es di dalam
atau di antara sel sehingga tanaman rusak secara mekanis, akibatnya bagian tanaman atau
seluruh tanaman mati.

54
FAKTOR BIOTIK DAN PENGARUH TERHADAP TUMBUHAN

komponen biotik adalah fak tor hidup yang meliputi semua makhluk hidup didunia.
makhluk hidup terdiri atas tumbuhan, hewan, manusia dan mikroorganisme. Tumbuhan berperan
sebagai produsen, hewan dan manusia berperan sebagai konsumen, dan mikroorgaisme sebagai
pengurai (decomposer).

faktor-faktor biotik dapat dibagi menjadi suatu sistem tingkatan organisme makhluk hidup
akan saling berinteraksi dan membentuk suatu sistem yang menunjukkan suatu ekosistem.45

1. interaksi antara tumbuhan dengan hewan

serangga banyak dimanfaatkan sebagai spesies indikator, yang akhir-akhir ini semakin
penting dengan tujuan utama untuk menggambarkan adanya ketertarikan dengan kondisi factor
biotik dan abiotik. pemanfaatan serangga sebagai bioindikator ekologis dikarenakan kelompok
ini sangat sensitive terhadap gajala perubahan dan tekanan lingkungan akibat aktivitas manusia
atau akibat kerusakan sistem biotik.

peran serangga berdasarkan atas trofik dapat dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu
herbivore, karnivora, derrivor, dan pollinator.

1) serangga herbivora, serangga yang masuk dalam golongan ini merupakan serangga hama.
beberapa serangga dapat menimbulkan kerugian karena serangga menyerang tanaman yang
dibudidayakan dan merusak produksi yang disimpan. serangga herbivore yang sering
ditemukan ialah ordo Homoptera, Hemiptera, Lepidoptera, Orthoptera, Thysanoptera,
Diptera, dan Caleoptera. contohnya adalah belalang (Dissostura sp), belalang sembah
(Stagmomatis sp), kecoa (Blattaorientalis), walang sangit (Stagmomatis sp)
2) serangga karnivora; serangga karnivor/musuh alami yang terdiri atas predator dan parasitoid
umumnya dari family ordo Hymenoptera, coleopteran, dan diptera. contohnya adalah semut
tentara (Dorylinae)
3) serangga Detrivor; serangga detrivor sangat berguna dalam proses jarring makanan yang ada,
hasil uraiannya dimanfaatkan oleh tanaman. serangga detrivor ini berperan sebagai pemakan
sampah sehingga bahan-bahan tersebut dikembalikan sebagai pupuk didalam tanah. golongan
45
Oman Karmana. 2007. Biologi. Bandung: Grafindo Media Pratama. hal.264

55
serangga detrivor ditemukan sering kali ditemukan pada ordo coeloptera, diptera dan
isopteran. contohnya adalah reticulitermis flavipes,
4) serangga pollinator; serangga pollinator adalah serangga yang menjadi perantara
penyerbukan tanaman. polinasi merupakan proses kompleks dan sangat dipengaruhi oleh
temperature, kelembapan dan adanya pollinator yang dapat dilakukan oleh serangga, salah
satunya adalah lebah madu (Apis mellifora).

Penyerbukan tanaman oleh serangga pollinator merupakan pemindahan serbuk sari


(polen) dari anther ke stigma (kepala putik). Polinator dibagi menjadi dua yaitu pollinator abiotic
seperti angina dan air, serta pollinator biotik yang terdiri dari berbagai jenis hewan. pollinator
biotok seperti serangga dapat mendatangi suatu tanaman karena umumnya tanaman tersebut
memiliki mantel luar yang lengket dan mengkilap untuk menaruik perhatian serangga. agen
biotik yang paling banyak terdapat dialam adalah kumbang (coeloptera) yang dapat membantu
88,3% tanaman berbunga (angiospermae) diseluruh dunia untuk melakukan penyerbukan.
penyerbukan yang dibantu oleh serangga dari ordo Hymenoptera dikenal dengan istilah
Specophily, myrmecophily, dan Melittophily. Specophily adalah penyerbukan tumbuhan dengan
bantuan tabuhan banyak mengunjungi bunga untuk mencari nectar, seperti family Tiphiidae,
Vespidae, dan Scoolidae. Myrmecophily adalah penyerbukan dengan bantuan semut. semut
banyak mengubjungi bunga untuk mencari nectar dan polen. semut sebagai penyerbuk tanaman
adalah dari genus Camponotus, Dendromyrmex, pholyrachis dan Oecophylla. Melittophily
adalah penyerbukan tumbuhan dengan bantuan lebah. lebah mengunjungi bunga untuk
mengkoleksi nectar, serbuk sari dan propolis. beberapa spesies bah penyerbuk tanaman adalah
Dendrobium, Cymbidium, dan Caladenia adalah lebah Apis melifera dan Trigona sp. 46

2. Interaksi antara Tumbuhan dengan Manusia

Dari ke empat unsur (tumbuhan, hewan, mikroorganisme, dan manusia) yang


mempengaruhi keberadaan tumbuh-tumbuhan di alam, maka yang memiliki peran paling
dominan adalah manusia. Disebut dominan, karena manusia merupakan mahluk yang memiliki
keunggulan secara ekologik (lebih kompetitif dan lebih inovatif ) dibanding mahluk yang lain.
Keunggulan secara ekologik ditunjang oleh struktur tubuh yang memudahkan untuk melakukan
mobilitas, dan kemampuan berikir untuk melakukan perubahan terhadap ekosistem. Perubahan
46
Budi Purwatiningsih. 2014. Serangga Polinator. Malang: Universitas Brawijaya Press. hal.11-14

56
pola mata pencaharian, dari pengumpul makanan di masa awal menjadi penanam serta pemetik
hasil tanaman, merupakan suatu pencapaian yang memiliki dampak ekologis yang luas. Hal ini
merupakan bukti bahwa kemampuan berikir manusia untuk melakukan perubahan terus
berkembang dari waktu ke waktu.
Homo sapiens diyakini sebagai kelompok manusia pertama yang mempelopori aktivitas
pertanian, karena telah berinteraksi dengan tanaman dalam 10.000 tahun terakhir melalui
coevolusi secara mutualistik. Akan tetapi jauh sebelum itu (kirakira 17.000-18.000 tahun yang
lalu) diketahui bahwa manusia telah menggunakan tetumbuhan untuk berbagai hal
(makanan,tempat tinggal, pakaian, dan untuk keperluan ritual keagamaan, serta keperluan
lainnya), yang diperoleh melalui kegiatan pengumpulan dari alam liar (Sebidos, 2015). Hal ini
didasari bukti yang didapat dari fosil sisa-sisa peninggalan di sekitar tempat tinggal manusia
purba. Berdasarkan uji forensik botani terhadap sisa-sisa pembakaran buah-buahan, biji-bijian,
dan umbi-umbian yang ditemukan di sekitar tempat tinggal mereka, diketahui
bahwa sekitar 23 spesies tumbuh-tumbuhan yang telah mereka gunakan. Namun, disadari bahwa
ketergantungan manusia pada tanaman sebagai sumber makanan, tempat tinggal, dan pakaian
menjadi kuat ketika jumlah mereka tumbuh dari kelompok keluarga menjadi suku, lalu menjadi
desa-desa, dan kota-kota peradaban.
Aktivitas budidaya tanaman di masa awal, yang dilakukan secara sederhana di
lingkungan tempat tinggal Homo sapiens didasari oleh beberapa pertimbangan, diantaranya:
untuk mengurangi risiko pemangsaan dari binatang buas, menekan kemungkinan bentrok dengan
kelompok nomaden lain sesama pemburu makanan, dan semakin berkurangnya jumlah pasokan
yang mampu dihasilkan oleh alam. Aktivitas tersebut terus berkembang, dan sejak saat itu
hingga saat ini, telah tercatat tiga kali inovasi pertanian. Inovasi pertanian pertama adalah
revolusi Neolitik sekitar 10.000 SM dan inovasi pertanian kedua inovasi melaui revolusi hijau
dimulai pada tahun 1960-an dan inovasi pertanian ketiga melalui rekayasa genetika dimulai
sekitar tahun1970-an (Gepts, 2004)47.
Tidak bisa dipungkiri bahwa tanaman hasil modiikasi yang diperoleh melalui inovasi
pertanian memang jauh lebih unggul dibandingkan dengan tetua mereka di alam liar. Salah
satucontohnya dapat dilihat pada hasil tanaman jagung. Proses untuk menghasilkan produk
pertanian seperti saat ini dilakukan dengan memodiikasi berbagai atribut tanaman yang

47
Abdullah,2009,Ekologi Tumbuhan,Staf Pengajar universitas Syiah Kuala:Banda aceh

57
dilakukan selama ratusan generasi sehingga diperoleh bentuk yang stabil (Tabel 4.1). Namun,
terus meningkatnya kebutuhan terhadap tumbuh-tumbuhan untuk pangan dan perumahan, telah
memaksa dilakukannya ekstensiikasi lahan pertanian secara massal. Dampak negatifnya adalah
terjadinya alih fungsi hutan untuk berbagai peruntukan, terutama untuk areal pertanian,
perkebunan, dan juga pemukiman.
Sudah dapat dipastikan bahwa jumlah penduduk dunia akan terus bertambah, dan tentu
akan diikuti oleh meningkatnya berbagai kebutuhan hidup mereka, terutama pangan. Oleh karena
itu, jika tidak ada upaya yang sungguh-sungguh untuk menghasilkan bahan pangan guna
mengimbangi kebutuhan pangannya, maka sudah dapat dipastikan bahwa tekanan terhadap
lingkungan akan terus terjadi, bahkan intensitasnya akan semakin tinggi. Jika pada masa awal,
manusia melakukan pemilihan tanaman berdasarkan pengalaman, ekperimentasi dan
domestikasi, maka saat ini dilakukan melalui metode sains. Hasil dari semua itu adalah seperti
yang kita lihat saat ini. Sebidos (2015) menyatakan bahwa sampai saat ini telah tercatat sekitar
30.000 spesies tanaman yang dapat dimakan, namun hanya 15 spesies memasok 90 persen dari
makanan kita dan 60 persen dari kebutuhan makanan kita berasal dari tiga jenis sereal utama,
yaitu gandum, jagung, dan beras. Jika prediksi pertumbuhan penduduk adala h benar, maka pada
tahun 2025, ada 8 miliar manusia yang akan butuh makan. Pertanyaannya sekarang adalah
“apakah inovasi pertanian ketiga dengan rekayasa genetika masih mampu memberikan solusi
untuk skenario suram ini, tanpa mengorbankan keseimbangan ekologi dari komunitas global48.
Adapun faktor biotik tumbuhan pada manusia ialah sebagai ketersediaan makanan pokok
bagi seluruh masyarakat berpengaruh terhadap kualitas sumber daya manusia negara tersebut.
Sehingga pemenuhan kebutuhan akan makanan pokok menjadi penting. Bahan pertanian yang
dapat digunakan sebagai makanan pokok adalah yang dapat menghasilkan energi tinggi dan kaya
akan karbohidrat. Kebutuhan akan pangan karbohidrat yang semakin meningkat akibat
pertumbuhan penduduk sulit dipenuhi dengan hanya mengandalkan produksi padi,mengingat
terbatasnya sumber daya terutama lahan dan irigasi 49. Individu merupakan organisme tunggal
seperti : seekor tikus, seekor kucing, sebatang pohon jambu, sebatang pohon kelapa, dan seorang
manusia. Dalam mempertahankan hidup, seti jenis dihadapkan pada masalah-masalah hidup
yang kritis. Misalnya, seekor hewan harus mendapatkan makanan, mempertahankan diri

48
Jayadi,Edi M,2015,Ekologi Tumbuhan,IAIN Mataram:Mataram
49
Astriani Dian,Pemanfaatan Gulma Babadotan Dan Tembelekan Dalam Pengendalian Sitophillus SPP Pada
Benih Jagung,Program studi Agroteknologi Fakultas Agroindustri,Universitas Mercu Buana Yogyakarta:1 (1) 2010

58
terhadap musuh alaminya, serta memelihara anaknya. Untuk mengatasi masalah tersebut,
organisme harus memiliki struktur khusus seperti : duri, sayap, kantung, atau tanduk. Hewan
juga memperlihatkan tingkah laku tertentu, seperti membuat sarang atau melakukan migrasi yang
jauh untuk mencari makanan. Struktur dan tingkah laku demikian disebut adaptasi.

3. Interaksi antar Tumbuhan dengan Mikroorganisme atau Mikroba

Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa terdapat interaksi yang terjadi antara
tumbuhan dengan mikroorganisme atau mikroba di alam. Tumbuhan merupakan bagian yang
sangat penting dalam ekosistem daratan. Sebagai produsen mereka merupakan penyedia
makanan bagi kehidupan dimuka bumi. Melalui tumbuhan, gas karbondioksida dan larutan unsur
hara dalam tanah diubah menjadi sumber makanan yang diperlukan oleh seluruh hewan dan
manusia. Bagian tumbuhan yang memiliki peranan penting dalam proses penyediaan makanan
adalah akar dan daun. Akar berfungsi untuk mengambil dan mengangkut air dan unsur hara dari
dalam tanah, adapun daun merupakan tempat untuk memproses menjadi sumber makanan.
Selain berperan untuk mengambil unsur hara dan menjangkarkan tumbuhan kedalam
tanah, akar juga secara aktif mengeluarkan berbagai macam senyawa yang disebut eksudat akar
ke lingkungan tanah. Jumlah dan macam eksudat akar yang dilepaskan ditentukan oleh jenis,
umur dan faktor luar biotik maupun abiotik. Dalam proses ini tumbuhan muda menyumbangkan
30-40% dari fotosintatnya ke dalam tanah.
Seperti halnya organisme lainnya, tumbuhan juga berkomunikasi dengan makhluk hidup
lain disekelilingnya. Tumbuhan merupakan organisme yang tidak dapat berpindah tempat,
akarlah yang mengembangkan mekanisme komunikasi dengan organisme lain disekitarnya.
Semua interaksi tersebut difasilitasi oleh pertukaran senyawa kimia antara tumbuhan dengan
organisme lain. Akar tumbuhan akan memperngaruhi lingkungan sekitarnya karena akar secara
terus menerus mengeluarkan eksudat untuk berkomunikasi secara efektif dengan organisme
tanah disekelilingnya.
Mikroba merupakan komunitas terbesar di rhizosfir yang struktur dan komposisinya akar
berbeda pada stiap spesies tumbuhan karena interaksi tumbuhan dengan mikroba sangat
beragam.Eksudat akar memediasi terjadinya interajsi antara tumbuhan dengan mikroba di
rhizosfir, baik yang bersifat positif maupun negatif. Interaksi positif misalnya simbiosis dengan

59
mikroba tanah yang menguntungkan, seperti mikoriza, rhizobium, dan plant growth promoting
rhizobacteria (PGPR). Adapun interkasi negatif misalnya dengan parasit tanaman atau patogen.50
Mikroorganisme umumnya hidup dalam bentuk asosiasi membentuk suatu konsorsium
laksana suatu “Orkestra” yang satu dengan yang lainnyabekerja sama. Hubungan
mikroorganisme dapat terjadi baik dengan sesama mikroba, dengan hewan dan dengan
tumbuhan. Hubungan ini membentuk suatu pola interaksi yang spesifik yang dikenal dengan
simbiosis.
Interaksi antar mikroorganisme yang menempati suatu habitat yang sama akan
memberikan pengaruh positif, saling menguntungkan dan pengaruh negatif, saling merugikan
dan netral, tidak ada pengaruh yang berarti. Interaksi yang “netral” sebenarnya jarang terjadi
hanya dapat terjadi dalam keadaan dorman seperti endospora. Beberapa macam interaksi yang
mungkin terjadi antara mikroorganisme dengan organisme lain, diantaranya mutualisme,
komensialisme, parasitisme, amensalisme dan lain-lain. Hubungan inang dan parasit memilki
karakteristik fisiologi yang spesifik. Suatu parasit merupakan organisme yang hidup pada
permukaan atau dalam suatu organisme kedua, yang disebut inang. Interaksi yang membentuk
hubungan inang-parasit adalah kompleks. Ketika suatu parasit mencoba untuk menyebabkan
infeksi, inang merespon dengan menggerakkan suatu kesatuan tempur dari mekanisme
pertahanan. Kemampuan mencegah penyakit yang akan memasuki mekanisme pertahanan
disebut resistensi atau kekebalan.
Interaksi antara mikroba dan tumbuhan merupakan bagian integral dari ekosistem
terestrial kita. Interaksi antara mikroba dengan tanaman dapat berupa antagonisme,
komensialisme, mutualisme, dimana salah satu atau kedua spesies mendapat manfaat dari
hubungan itu masing-masing.51
Selain itu, tanaman juga mempunyai insting untuk mengoptimasi pertumbuhannya
sendiri. Tanaman memaksimalkan pertumbuhannya melalui pertumbuhan akar sehingga dapat
memilki jangkauan maksimal terhadap unsur hara yang diperlukan untuk pertumbuhannya.
Disamping itu tanaman juga berusaha menjalin kerjasama dengan mikroba untuk membantu
mengoptimasi memenuhi kebutuhan haranya dan untuk membentengi dirinya terhadap serangan
organisme pengganggu tanaman. Untuk keperluan tersebut tanaman mengeluarkan eksudat akar

50
Enny Widyati. Memahami Komunikasi Tumbuhan-Tanah dalam Areal Rhizosfir untuk Optimasi Pengelolaan
Lahan. Jurnal Sumberdaya Lahan. Vol.11, No.1, Juli 2017 (33-42).
51
Nurmiati, dkk. 2018. Interaksi Mikroba dengan Tumbuhan. Padang: FMIPA Universitas Andalas.

60
yang dimaksudkan untuk mengudang mikroba yang dikehendakiatau mengusir mikroba lain
yang mengganngu pertumbuhan tanaman. Menurut beberapa ilmuan, area kontak antara mikroba
dengan tanaman dibedakan menjadi dua, filosfir merupakan area kontak tanaman dengan
mikroba udara dan rizosfir merupakan kontak mikroba dengan tanaman yang berada didalam
tanah. Mikroba yang berinteraksi dengan bagian atas tanah tanaman dibedakan menjadi filosfir
(berada dipermukaan bagian tanaman) dan efifit (mengkoloni bagian jaringan dalam tanaman,
sedangkan mikroba dalam tanah dibedakan menjadi rizoplen (yang menempel pada akar) dan
endofit (yang berada dalam sel-sel akar). Peranan utama mikroba tersebut adalah membantu
tanaman mendapatkan unsur hara dan sebagai anti mikroba bagi patogen yang merugikan
tanaman inangnya. Keuntungan yang didapatkan oleh mikroba adalah mendapatkan habitat dan
memperoleh suplai makanan dari tanaman

61
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah,2009,Ekologi Tumbuhan,Staf Pengajar universitas Syiah Kuala:Banda aceh

Agus Yadi Ismail, dkk. 2015. Struktur Populasi dan Serta Karakteristik Habitat Huru Sintok
(Cinnamomum sintocBI) Di Resort Cilimus Taman Nasional Gunung Ciremai. Jurnal
Wanaraksa. Vol.6.No.1

Ambo Ala. 2016. Bahan Ajar Dasar-Dasar Ekologi. Makassar : Uninersitas Hasanuddin

Ardhana, I Putu Gede. 2012. Ekologi Tumbuhan. Denpasar: Udhayana University Press

Astriani Dian,Pemanfaatan Gulma Babadotan Dan Tembelekan Dalam Pengendalian


Sitophillus SPP Pada Benih Jagung,Program studi Agroteknologi Fakultas
Agroindustri,Universitas Mercu Buana Yogyakarta

Barbour, G.M., J.K. Burk and W.D. Pitts. 1987. Terrestrial Plant Ecology.
TheBenyamin/Cummings Publishing Company. New York

Didik, Priyandoko dan Kusnandi. 2004. Biologi 1 A. Jakarta : Erlangga

Budi Purwatiningsih. 2014. Serangga Polinator. Malang: Universitas Brawijaya Press

Dwijoseputro. 1989. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta : Gramedia

Dwidjoseputro, 1994. Ekologi Manusia Dengan Lingkungannya. Penerbit erlangga : Jakarta.

Edi Muhammad Jayadi. 2015. Ekologi Tumbuhan. Mataram : Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Mataram

Eliakim, et. al. 2008. Pengaruh Kelebihan AIR Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman,
Paper. Medan : Universitas Sumatera Utara

Enny Widyati. 2017 Memahami Komunikasi Tumbuhan-Tanah dalam Areal Rhizosfir untuk
Optimasi Pengelolaan Lahan. Jurnal Sumberdaya Lahan. Vol.11, No.1

Fachrul, F.M. 2007. Metode Sampling Bioekologi. Jakarta Bumi Aksara

Fitter A.H, Dan Hay R.K.M. 1991. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Yogyakarta : Universitas
Gadjah Mada

Gardner, F. P., R. B. Pearce, dan R. L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya Terjemahan
Herawati Susilo. Jakarta : UI Press.

62
Harwati, T. 2007. Pengaruh Kekurangan Air (Water Deficit) Terhadap Pertumbuhan Dan
Perkembangan Tanaman Tembakau. Jurnal Inovasi Pertanian.vol 6 No Perkembangan
Tanaman Tembakau. Jurnal Inovasi Pertanian.vol 6 No

Imam Mukadir. 2004. Fisiologi Tumbuhan. Jakarta : Gramedia

Indriyanto. 2012. Ekologi Hutan. Jakarta: Bumi Aksara.

Jayadi,Edi M.2015. Ekologi Tumbuhan. Mataram. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Mataram

Jongman, R.H.G., Braak, C.J.F.T., & van Tongeren, O.F.R. (1995). Data Analysis in Community
and Landscape Ecology. Cambridge: Cambridge University Press

Manurung, Binari dkk. 2018. Panduan EkologiTumbuhan. Medan: Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, UNIMED Press.

Naughton, S. 1990.  Ekologi Umum. (Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada,

Nurmiati, dkk. 2018. Interaksi Mikroba dengan Tumbuhan. Padang: FMIPA Universitas
Andalas.

Odum. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada

Oman Karmana. 2007. Biologi. Bandung: Grafindo Media Pratama.

Rizky, Muhammad. 2018. Pola Penyebaran dan Struktur Populasi Salagundi (Roudholio
teysmanii) Di Desa Simorangkir Julu Kabupaten Tapanuli Utara. Fakultas Kehutanan
Universitas Sumatera Utara

Saroyo dan Roni. 2016. Ekologi Hewan . Mataram : CV. Patra Media Grafindo

Solichatun et, al. 2005. Pengaruh Ketersediaan Air Tehadap Pertumbuhan dan Kandungan
Bahan Aktif Saponin Tanaman Ginseng Jawa (Talinum paniculantum Gaertn).
Biofarmasi. 3(2).

Smith, R.L. (1974). Ecology and Field Biology. 2nd. ed. Harper & Row, Pub. New York.

Syamsuri, I. 2000. Biologi. Jakarta : Erlangga.

Syahdi, Noor, dkk.2016. Struktur Populas Tumbuhan Aren (Arenga Pinnata Merr.) Di Sekitar
Sungai Uyit Loksado Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Prosiding Seminar Lahan Basah
Jilid 3. ISBN : 978-602-6483-40-9

Timuneno, Henny M. 2008. Model Pertumbuhan Logistik dengan Tundan Waktu. Jurnal
Matematika, Vol. 11 No. 1

63
Umar. M. Ruslan. 2013. Penuntun Praktikum Ekologi Umum. (Makassar : Universitas
Hasanuddin

Utina, Ramli dan Baderan, K. Wahyuni dewi. 2009. EKOLOGI dan LINGKUNGAN HIDUP.
Gorontalo

Utomo, Suyud Warno., dkk. Modul 1 Pengertian, Ruang Lingkup Ekologi dan
Ekosistem.Jakarta: Pustaka Press

Widyati,Enny. 2013. PENTINGNYA KERAGAMAN FUNGSIONAL ORGANISME TANAH


TERHADAP PRODUKTIVITAS LAHAN. Tekno Hutan Tanaman: Bogor. Vol 1, No1.29-
37.

Widjdati, Yusri. 2009. Analisis Populasi Tumbuhan Sarangan, Cemara Lumut, dan Kayu Tanen
Di Kawasan Cagar Alam Kabupaten Semarang. Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang

Yuliana Natan. 2009. Parameter Populasi Kerang Lumpur Tropis Anodontia Edentula Di


Ekosistem Mangrove. Jurnal Biologi Indonesia.  Volume 6, Nomor 1.

64

Anda mungkin juga menyukai