Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH FITOGEOGRAFI

DISUSUN OLEH :
Nama : Jihan jauhari

Nim :1814141008
Kelas : Sains B

` JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2021
BAB I
LATAR BELAKANG

Biogeografi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari sebaran secara spesial


makhluk hidup pada saat yang lalu dan saat ini. Untuk tujuan praktis sesuai dengan
pembagian makhluk hidup menjadi tumbuhan dan hewan, biogeografi pada umumnya
dibagi atas “geografi tumbuhan” (fitogeografi) dan “geografi hewan” (zoogeografi).
Fitogeografi dan zoogeografi adalah bagian dari ilmu pengetahuan biogeografi yang
mempelajari studi dan deskripsi perbedaan fenomena distribusi vegetasi di bumi termasuk
semua faktor yang mengubah permukaan bumi oleh faktor fisik, iklim atau oleh interaksi
makhluk hidup dengan lingkungannya.
Secara singkat fitogeografi adalah kajian yang mempelajari sebaran makhluk hidup di
bumi pada masa yang lalu dan saat ini. Kajian tentang distribusi vegetasi dapat dilakukan
menurut jenis-jenisnya secara terpisah atau secara keseluruhan pola distribusi tumbuhan
dapat secara luas atau secara terbatas pada wilayah tertentu. Berdasarkan terdapat atau
tidak terdapat jenis-jenis tumbuhan di suatu wilayah, dikenal 3 kelompok taksa tumbuhan,
yaitu tumbuhan yang tersebar luas, tumbuhan endemik dan tumbuhan discontinue.
Tumbuhan tersebar luas atau yang sering dinamakan juga tumbuhan kosmopolit adalah
kelompok taksa tumbuhan yang penyebarannya hampir di seluruh dunia. Untuk tumbuhan
yang tersebar luas di wilayah tropis tumbuhan dan dinamakan tumbuhan “pantropis”.
Tumbuhan endemik merupakan taksa tumbuhan yang penyebarannya terbatas di wilayah
yang tidak terlalu luas, yang disebabkan oleh kondisi lingkungan setempat dan barier.
Terdapat macam-macam tumbuhan endemik, antara lain tumbuhan endemik benua,
endemik regional dan lokal atau setempat.
Tumbuhan discontinue adalah taksa tumbuhan yang kehadirannya di suatu wilayah
yang luas terpisah-pisah dalam kantong-kantong taksa tumbuhan tertentu. Terbentuknya
taksa tumbuhan discontinue antara lain disebabkan oleh faktor barier ekologi, gagal
bermigrasi, dan gagal beradaptasi pada lingkungan tertentu. Menurut konsep dinamika
fitogeografi, terdapat beberapa penyebab yang mempengaruhi pola dasar distribusi
vegetasi, seperti kondisi habitat, atau kelangsungan hidup yang sebagian besar tergantung
pada sifat proses evolusi dan kemampuan bermigrasi. Sesuai dengan sifat toleransi dan
adaptasi terhadap kondisi habitat, dikenal memiliki banyak sekali marga atapun jenis
tumbuhan salah satunya yaitu jenis dendrobium. Sp. .
BAB II
TUJUAN PUSTAKA

1. PUSAT KERAGAMAN DENDROBIUM sp.


Anggrek termasuk dalam famili Orchidaceae yang merupakan suatu keluarga
tanaman bunga-bungaan yang paling besar. Indonesia memiliki kurang lebih 5.000
spesies anggrek dari 20.000 sampai 30.000 spesies yang berasal dari 700-an genera
yang tersebar di seluruh dunia. Terdapat sekitar 25.000 jenis anggrek yang telah
dideskripsikan. Sebanyak 1.327 jenis tumbuh di pulau Jawa dan selebihnya tumbuh di
pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Irian Jaya, dan pulau lainnya. Dendrobium
adalah salah satu diantara genus anggrek terbesar yang terdapat di dunia, terdiri sekitar
1100 spesies.
Anggrek Dendrobium ditemukan pada tahun 1800 oleh seorang ahli botani yang
terkenal, yaitu Olof Swartz. Dendrobium berasal dari bahasa latin, dendro yang berarti
pohon dan bios yang berarti hidup, sehingga Dendrobium berarti hidup di pohon.
Anggrek Dendrobium tumbuh menyebar di Asia Selatan, India, dan Srilanka. Di
Indonesia, Dendrobium banyak ditemukan di hutan pulau Jawa, Kalimantan, Sulawesi,
Sumatera, Papua, Maluku dan Nusa Tenggara. Anggrek dengan genus Dendrobium
banyak terdapat di hutan-hutan Indonesia dengan daerah sebaran yang cukup luas dari
daratan rendah sampai daerah pegunungan.
Tanaman anggrek dengan segala keunikannya yang memukau telah menarik
perhatian para penggemar tanaman hias sejak dua abad yang lalu. Keindahan dan daya
tarik anggrek terletak pada bentuk dan warna bunganya yang beraneka ragam. Selain
itu anggrek juga mempunyai daya tahan bunga yang cukup lama jika dibandingkan
dengan tanaman lain. Sifat-sifat bunga yang demikian ini menyebabkan anggrek
banyak disenangi dan ditanam oleh para pengusaha tanaman hias maupun para
penggemar anggrek. Jenis anggrek yang ada perlu dikembangkan dengan mengikuti
kaidah kaidah konservasi yang benar dan baku, sehingga tindakan tersebut dapat
dipertanggungjawabkan di masa yang akan datang, mengingat status dari kawasan
taman nasional saat ini tidak hanya untuk melindungi jenis-jenis flora khusus, namun
jenis-jenis tersebut harus dapat dimanfaatkan melalui tahapan-tahapan yang telah
ditentukan.
2. CIRI-CIRI DENDROBIUM sp.
- Habitat
Anggrek merupakan famili terbesar yang menempati 7-10% tumbuhan
berbunga dan 4.000-5.000 jenis di antaranya merupakan jenis anggrek. Namun
sampai saat ini, informasi pasti mengenai distribusi dan karakter ekologis
khususnya di beberapa daerah konservasi masih sangat terbatas. Dalam ekologi,
makhluk-makhluk hidup dan lingkungannya dianggap sebagai satu kesatuan atau
sistem yang disebut “ekosistem”. Kerapatan populasi dalam populasi anggrek
adalah besarnya populasi anggrek dalam hubungannya dengan satuan ruangan.
Keanekaragaman adalah kekayaan jenis yang dimiliki pada suatu ekosistem.
Komunitas dapat dikatakan mempunyai keanekaragaman jenis yang tinggi apabila
komunitas tersebut disusun oleh jenis yang banyak.
Dendrobium sp. berhabitat dipohon yang memiliki permukaan yang tebal dan
lembab. Tumbuhan ini menempel pada retakan- retakan batang atau bekas dahan
yang patah yang dipenuhi dengan humus atau serasah lapuk. Tumbuhan ini
umumnya hidup di pohon–pohon bertekstur batang tidak rata, kasar dan kadang
sedikit retak-retak, dan hal ini cukup beralasan karena memudahkan kotoran-
kotoran untuk menempel pada batang pohon tersebut, dan dalam kurun waktu yang
lama akan menumpuk sehingga menyebabkan batang pohon itu menjadi lembab.
Anggrek menempel pada daerah yang terkena cahaya matahari langsung dengan
temperatur, kelembaban, ketersediaan nutrisi yang sesuai dengan fisiologis
anggrek. Dalam faktor lingkungant saling berhubungan untuk mendukung
pertumbuhan tanaman secara optimal.
- Bunga
Bunga anggrek merupakan bagian yang paling menarik pada tanaman
anggrek. Bunga merupakan tempat organ jantan dan betina, alat
perkembangbiakan, dan bagian yang mampu memikat serangga untuk membantu
proses penyerbukan. Warna anggrek merupakan alat ampuh untuk memikat
serangga. Warna-warna ini disebabkan oleh zat warna yang terkandung dalam
bunga tersebut. Zat warna tersebut terkandung dalam plastida-plastida atau cairan
anthocyan. Tiap-tiap warna tertentu akan dikunjungi oleh serangga tertentu pula.
Misalnya, lebah kecil menyukai warna biru, oleh karena itu lebah lebih sering
menyerbukkan bunga yang berwarna biru. Lalat menyerbukkan bunga yang
berwarna putih, sementara kumbang suka akan warna bunga kuning. Bunga yang
sering dikunjungi lebah pada umumnya biru atau lembayung, merah, dan
sebagainya. Kupu-kupu datang bila bunga sudah masak. Menurut Albro Gaul, jenis
serangga yang menyerbukkan bermacam-macam bunga lebih kurang sebanyak
sepuluh ribu banyaknya. Bunga juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi
anggrek dan sekaligus membedakan anggrek dengan tanaman lainnya. Bagian
bunga yang dapat dijadikan penciri adalah inflorescentia dan bagian bunga itu
sendiri.
Berdasarkan inflorescentia atau karangan bunganya, menurut Hans Thomale
tanaman dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu tanaman akrante dan tanaman
pleurante. Pada tanaman akrante, inflorescentia keluar dari ujung batang. Misalnya:
Arundina bambusifolia dan Epidendrum radicans. Sementara pada tanaman
pleurante, inflorescentia keluar dari samping batang. Misalnya: Vanda, Arachnis,
dan Dendrobium. Tangkai inflorescentia atau karangan bunga disebut pedunculus
atau ibu tangkai, sedangkan tangkai masing-masing bunga disebut tangkai bunga
atau pedicellus. Pada tiap pangkal pedicellus terdapat daundaun kecil yang disebut
bractea. Bractea berguna untuk melindungi Budi Daya dan Perbanyakan. bunga
pada waktu masih kuncup. Bractea ini biasanya gugur ketika bunga-bunga terbuka.
Daun bunga pada anggrek terdiri atas 3 sepal dan 3 petala. Sepal akan
membuka terlebih dulu apabila bunga mulai mekar. Ketiga sepal ini biasanya
memiliki bentuk yang agak sama. Sepal yang terletak paling atas disebut sepalum
dorsale. Kedua sepal lainnya dinamakan sepala lateralia, masing-masing terletak di
sebelah kiri dan kanan bawah. Ketiganya terletak dalam satu lingkaran. Selain 3
sepal, terdapat pula 3 petala, yang pada waktu bunga masih kuncup terbungkus oleh
sepal. Ketiga petal ini dinamakan daun mahkota. Kedua petal yang paling atas
mempunyai bentuk yang sama, sedangkan petal yang ketiga berlainan bentuknya.
Seperti juga sepal, petal tersusun dalam suatu lingkaran.
Dua petal yang di atas disebut petala lateralia dan petal yang ketiga disebut
labellum atau bibir. Di Indonesia labellum kerap kali disebut lidah, yang sebetulnya
adalah terminologi yang keliru. Bentuk bibir atau labellum tiap-tiap jenis anggrek
berlainan. Pada jenis bunga Cypripedium, bentuk labellum sangat lucu, menyerupai
kantong atau selop sehingga jenis ini sering pula dinamakan “sepatu Venus” atau
Lady slipper. Kata “Cypripedium” berasal dari kata “Kypris” (=Venus) dan
“pedilon” (=pantoffel). Cypripedilum adalah Paphiopedilum, yang berasal dari kata
“Paphius” (=Venus) dan “pedilon” (=pantoffel atau sepatu), jadi berarti “sepatu
Venus” atau Lady slipper.
Keistimewaan bunga anggrek bila dibandingkan dengan bunga lain yaitu
mempunyai bentuk gynaecium atau putik bersatu dengan stamina atau benang sari.
Pada bunga biasa gynaecium dan stamen atau stamina merupakan bangunan
sendiri-sendiri. Pada bunga anggrek bentuk gynaecium dan stamen ini merupakan
satu bangunan yang berbentuk tiang atau dalam bahasa Inggris disebut column dan
dalam bahasa Latin disebut gynostenium. Oleh karena itu, anggrek dapat pula
disebut golongan Gynandrae. Gynandrae berasal dari kata “gyn” (bagian dari kata
“gynaecium” atau putik) dan “andrae” (dari androecium = stamen atau benang
sari); karena putik dan benang sari menjadi satu maka disebut golongan Gynandrae.
Pada gynostenium atau columna terdapat stigma atau kepala putik yang merupakan
suatu lubang. Di dalam stigma ini terdapat getah yang memungkinkan bunga
menerima pollinia atau tepung sari. Umumnya tepung sari mengelompok menjadi
suatu massa yang keras, disebut pollinia. Pollinia yang mempunyai lempeng
perekat atau discus viscidis disebut pollinarium, sementara yang tidak mempunyai
discus viscidis disebut pollinia.
Pada tiap genera jumlah pollinia ini tidak sama, ada yang mempunyai 2, 4, 6,
atau 8 pollinia. Misalnya, jenis Cattleya mempunyai 4 pollinia, Spathoglotis plicata
mempunyai 8 pollinia, dan jenis Vanda hanya mempunyai 2 pollinia. Pollinia-
pollinia tersusun menjadi pollinarium. Ovarium atau bakal buah menjadi satu
dengan tangkai bunga dan selalu terletak di bawah columna, sepal, dan petal.
Ovarium ini merupakan lanjutan dari columna.
- Buah
Bentuk buah anggrek berbedabeda tergantung jenisnya, akan tetapi rata-rata
merupakan buah lentera atau capsular yang memiliki enam rusuk. Tiga rusuk
merupakan rusuk sejati, sedangkan tiga rusuk lainnya merupakan tempat
melekatnya dua tepi daun buah yang berlainan. Di tempat bersatunya tepi daun
buah itu terdapat biji yang ketika masak akan pecah. Dalam satu buah anggrek
sebesar kelingking terdapat ratusan ribu bahkan jutaan biji anggrek yang sangat
lembut dengan ukuran yang sangat kecil.
Biji-biji anggrek tersebut tidak mempunyai endosperm sebagai cadangan
makanan. Warna anggrek Dendrobium lebih bervariasi. Akan tetapi jika didasarkan
pada kesulitan dalam memunculkan warna pada hibridnya maka dapat diurutkan
sebagai berikut: kuning, ungu, putih, dan merah muda. Dendrobium warna kuning
biasanya sangat mahal, terlebih jika bunga itu tahan lama.

3. AGEN PENYEBAR
Proses penyebaran tumbuhan biasanya membutuhkan bantuan agen atau vektor
untuk menjamin terjadinya penyebaran dari suatu tempat ke tempat lain. tingkat
penyebaran dan adaptasi yang luas dari jenis tersebut terhadap kondisi fisik lingkungan
seperti suhu udara, kelembaban udara, kecepatan angin dan ketinggian tempat sangat
berpengaruh, kondisi fisik tersebut juga sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
penyebaran biji anggrek.
- Penyebaran Tumbuhan Melalui Angin
Angin sangat membantu dalam proses penyebaran tumbuhan,angin juga membantu
dalam proses penyerbukan atau pembuahan beberapa jenis tumbuhan, sehingga proses
regenerasi tumbuhan dapat berlangsung. Bahkan ada tumbuhan tertentu yang
penyebaran benihnya di lakukan oleh angin.tumbuhan yang penyebarannya di bantu
oleh angin. Penyebaran tumbuhan oleh angin adalah penyebaran yang memanfaatkan
hembusan angin yang membawa biji atau buah dari tanaman itu jauh dari induknya
yaitu ketempat yang lain dan tumbuh dan berkembang di sana.
- Penyebaran Tumbuhan Melalui Perantara Air
Air mempunyai peranan penting bagi penyebaran tumbuhan,karena air ini dapat
melarutkan dan membawa makanan yang di perlukan bagi tumbuhan dari dalam
tanah.Adanya air tergantung dari curah hujan dan curah hujan sangat tergantung dari
iklim yang bersangkutan di daerah tersebut. Jenis tumbuhan di sutu wilayah sangat
berpengaruh pada benyaknya curah hujan di wilayah tersebut. Tumbuhan di daerah
yang kurang curah hujannya keanekaragaman tumbuhannya kurang di bandingkan
dengan tumbuhan di daerah yang banyak curah hujannya. Tumbuhan yang
penyebarannya di bantu oleh air di sebut hidrokori. Penyebaran secara hidrokori dapat
mencapai tempat yang sangat jauh, karena buah/biji dari tanaman itu akan terbawa oleh
arus air tersebut. Ciri – ciri dari biji Penyebaran secara hidrokori adalah ringan dan
memiliki pelindung yang baik bagi embrionya (biji).

4. BAGAIMANA CARA PEMENCARAAN TUMBUHAN


Pada tumbuhan anggrek pemancaran terjadi secara Anemokori adalah penyebaran biji
dengan bantuan angin. Ciri tumbuhan yang penyebarannya dengan cara ini adalah bijinya
kecil, ringan, dan bersayap. Biji yang ringan dan kecil tersebut tidak terlalu terpengaruh
gaya gravitasi bumi sehingga mudah tertiup angin. Di samping itu, keberadaan sayap juga
membantu biji mudah terbawa mengikuti arah gerak angin. Sementara itu, kapuk sendiri
merupakan tanaman yang cukup banyak dibudidayakan di Indonesia. Pasalnya, tanaman
ini sangat bermanfaat bagi manusia, salah satunya bisa dijadikan sebagai bahan dasar
kasur. Di dalam buah tanaman kapuk terdapat biji-biji kecil berwarna hitam. Letaknya
berkerumun dan ditutupi oleh kapuk tebal berwarna putih serupa kapas. Jika buahnya
sudah matang, biji kapuk tersebut dapat dengan mudah tersebar. Cukup dengan
menggoyang-goyangkan batang pohon, biji kapuk akan berjatuhan. Penyebaran biji kapuk
juga bisa melalui proses anemokori dengan bantuan angin, seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya.

5. ADAKAH KEMUNGKINAN PENGHALANG (BARRIER) YANG TERJADI ?


a. Suhu. Permukaan bumi mendapatkan energi panas dari radiasi matahari dengan
intensitas penyinaran yang berbeda-beda di setiap wilayah. Daerah-daerah yang
berada pada zona lintang iklim tropis, setiap tahunnya menerima penyinaran
matahari relatif lebih banyak jika dibandingkan dengan wilayah-wilayah lainnya.
Selain posisi lintang, faktor kondisi geografis lainnya yang memengaruhi tingkat
intensitas penyinaran matahari antara lain kemiringan sudut datang sinar matahari,
ketinggian tempat, jarak suatu wilayah dari permukaan laut, kerapatan penutupan
lahan dengan tumbuhan, serta kedalaman laut.
Perbedaan intensitas penyinaran matahari menyebabkan variasi suhu udara di
muka bumi. Kondisi suhu udara sangat berpengaruh terhadap kehidupan hewan dan
tumbuhan, karena berbagai jenis spesies memiliki persyaratan suhu lingkungan
hidup ideal atau optimal, serta tingkat toleransi yang berbeda-beda di antara satu
dan lainnya. Misalnya, flora dan fauna yang hidup di kawasan kutub memiliki
tingkat ketahanan dan toleransi yang lebih tinggi, terhadap perbedaan suhu yang
tajam antara siang dan malam jika dibandingkan dengan flora dan fauna tropis.
Pada wilayah-wilayah yang memiliki suhu udara tidak terlalu dingin atau
panas merupakan habitat yang sangat baik atau optimal bagi sebagian besar
kehidupan organisme baik manusia, hewan, maupun tumbuhan. Hal ini disebabkan
suhu yang terlalu panas atau dingin merupakan salah satu kendala bagi makhluk
hidup. Khusus dalam dunia tumbuhan, kondisi suhu udara adalah salah satu faktor
pengontrol persebaran vegetasi sesuai dengan posisi lintang, ketinggian tempat, dan
kondisi topografinya. Oleh karena itu, sistem penamaan habitat flora sering kali
sama dengan kondisi iklimnya, seperti vegetasi hutan tropis, vegetasi lintang
sedang, vegetasi gurun, dan vegetasi pegunungan tinggi.
b. Kelembapan Udara. Selain suhu, faktor lain yang berpengaruh terhadap
persebaran makhluk hidup di muka bumi adalah kelembapan. Kelembapan udara
yaitu banyaknya uap air yang terkandung dalam massa udara. Tingkat kelembapan
udara berpengaruh langsung terhadap pola persebaran tumbuhan di muka bumi.
Beberapa jenis tumbuhan sangat cocok hidup di wilayah yang kering. Sebaliknya,
terdapat jenis tumbuhan yang hanya dapat bertahan hidup di atas lahan dengan
kadar air yang tinggi.
c. Angin. Di dalam siklus hidrologi, angin bermanfaat untuk alat transportasi yang
dapat memindahkan uap air atau awan dari suatu tempat ke tempat lain. Gejala
alam ini menguntungkan bagi kehidupan makhluk di bumi, karena terjadi distribusi
uap air di atmosfer ke berbagai wilayah. Akibatnya, secara alamiah kebutuhan
organisme akan air dapat terpenuhi. Gerakan angin juga dapat membantu
memindahkan benih dan membantu proses penyerbukan beberapa jenis tanaman
tertentu.

6. JENIS/MARGA ENDEMIK
Indonesia termasuk salah satu negara di kawasan Asia Tenggara dengan
keanekaragaman tanaman berbunga paling tinggi. Salah satu kelompok tanaman
berbunga yang memiliki anggota terbanyak ialah famili Orchidaceae. Salah satu jenis
anggrek yang banyak dibudidayakan di Indonesia sebagai tanaman hias pot dan bunga
potong ialah anggrek Dendrobium sp.
Anggrek jenis Dendrobium ini tumbuh di bagian barat Indonesia, yaitu di
Sumatera, Kalimantan, Jawa, dan Sulawesi. Semakin ke timur semakin sedikit
jumlahnya. Di Kalimantan ada 25 spesies, Jawa 10 spesies, Sulawesi 5-8 spesies,
sedangkan Papua diketahui hanya punya satu spesies. Hasil observasi mengungkapkan
Sumatera dan Kalimantan merupakan kawasan yang kaya akan Dendrobium seksi
calcarifera ini. Di habitat aslinya, Dendrobium tumbuh merumpun sebagai epifit-
menempel. Pada permukaan kulit pohon-dengan panjang maksimal 110 sentimeter.
Selusin bunganya bergantungan di dekat ujung batang. Jika ada kuntum bunga yang
mekar sempurna, dipastikan berdiameter 2-3,5 sentimeter. Mahkota dan kelopaknya
berwarna kuning mengkilat. Di bagian tengah mahkota terdapat bercak merah marun.
Musim berbunga anggrek ini terjadi pada April hingga Mei. Anggrek Dendrobium
hanya tumbuh liar di Kalimantan, sehingga jenis ini tergolong sebagai spesies endemik
yang memerlukan perhatian khusus.

7. MENGAPA TUMBUHAN TERSEBUT HIDUP PADA DAERAH TERTENTU ?


Anggrek adalah jenis tanaman hias yang memiliki banyak keunikan. tanaman
anggrek dapat hidup di dataran yang rendah, hutan rimba yang panas, gurun yang
kering sampai dataran tinggi. Bahkan ada anggrek yang tetap tumbuh meski berada di
habitat puncak gunung yang bersalju. Paling banyak ditemukan di daerah tropis. Hal
ini disebabkan oleh daerah tropis sangatlah cocok untuk kehidupan anggrek. Paling
banyak spesies anggrek berasal dari daerah tropis karena disebabkan oleh
agroklimat di daerah tropis itu sendiri sangat cocok untuk pertumbuhan dendrobium.
Karena iklim tropis biasanya mempunyai suhu udara yang tinggi karena selalu
mendapatkan sinar matahari, curah hujan yang tinggi dan lebih sering dibandingkan
daerah lain, serta suhu udara yang lebih hangat dengan suhu rata-rata tahunan
mencapai 30 derajat celcius. Memiliki tekanan udara yang rendah, dan perubahan
tekanannya lambat, Memiliki amplitudo tahunan yang kecil sekitar 1-5 derajat celcius,
kecuali pada amplitudo harian yang mana lebih besar.
DAFTAR PUSTAKA

Albarkati, Kurnia. Indriyanto. Dan Yusnita. Kondisi Populasi Dan Pola Penyebaran Anggrek Eria
Spp. Di Resort Balik Bukit Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. Jurnal Sylva Lestari Vol. 5
No.1, Hlm 1-13.
Murtianingsih, I. Ningsih, S. Dan Muslimin. 2016. Karakteristik Pohon Inang Anggrek Di
Kawasan Taman Nasional Lore Lindu (Studi Kasus Desa Mataue, Kecamatan Kulawi,
Kabupaten Sigi). Warta Rimba Vol 4 (2) Hlm 32-39.
Sarinah, Ratna Herawatiningsih. 2018. Jenis – Jenis Anggrek (Orchidaceae) Di Hutan Sekunder Pada
Areal IUPHHK HTI PT Bhatara Alam Lestari Kabupaten Mempawah. Jurnal Hutan Lestari
Vol. 6 (3) : 499 – 509.
Putra, R, Z. Mercuriani, I, S. Dan Samiarti, E. 2016. Pengaruh Cahaya Dan Temperatur
Terhadap Pertumbuhan Tunas Dan Profil Protein Tanaman Anggrek Phalaenopsis
Amabilis Transgenik Pembawa Gen Ubipro::Paft. Bioeksperimen Vol 2 (2).
Rikardus. Prayogo, H. Dan Ardian, H. 2017. Analisis Keanekaragaman Jenis Anggrek Alam
(Orchidaceae) Pada Hutan Lindung Gunung Semahung Desa Saham Kecamatan
Sengah Temila Kabupaten Landak. Jurnal Hutan Lestari Vol. 5 (2) : Hlm 292 – 299.
Wulanesia, W, O, S. Soegianto, A. Dan Basuki, N. 2017. Eksplorasi Dan Karakterisasi
Anggrek Epifit Di Hutan Coban Trisula Kawasan Taman Nasional Bromo Tengger
Semeru. Jurnal Produksi Tanaman Vol. 5 No. 1, Hlm: 125 – 131.

Anda mungkin juga menyukai