Anda di halaman 1dari 88

Teknologi Produksi Tanaman Hortikultura

Anggrek

Grisly pituati
Pendahuluan

 Kepopuleran anggrek sudah mendunia. Beberapa


negara bahkan menjadikannya sebagai bunga
nasional di negaranya
 Bunga anggrek sangat variatif dan sangat memikat
untuk dijadikan rangkaian bunga dan dekorasi
ruangan
 Secara garis besar klasifikasi tanaman anggrek
terbagi atas 5 subfamili, 16 tribe (suku), dan 28
subtribe. Sistem klasifikasi menurut Dressler dan
Dodson (1960) didasarkan pada keistimewaan
bunganya, khususnya bagian alat reproduksinya
Klasifikasi Tanaman Anggrek

Kingdom Plantae
Devisi Spermatophyta
Subdevisi Angiospermae
Kelas Monocotyledoneae
Ordo Orchidales
Famili Orchidaceae
Subfamili Epidendroideae
Genus Vanda, Dendrobium, Cattleya,
Phalaenopsis, Paphiopedilum,
dan lain-lain
Asal dan Distribusi

 Tanaman anggrek berasal dari daerah tropika


bertipe iklim basah
 Penyebarannya terdapat di daerah hutan hujan
tropik basah seperti Amerika Selatan, Amerika
Tengah, Meksiko, India, Srilangka, Indonesia,
Thailand dan Malaysia
 Anggrek sudah dikenal dalam sejarah Cina sejak
3000 tahun yang lalu. Beberapa negara
menobatkan bunga anggrek sebagai bunga
kebangsaannya
 Sebagai contoh, Guatemala menempatkan
anggrek Lysate skinneri varietas Alba sebagai
bunga nasional, sementara Republik Panama
menobatkan Presteria elata. Lambang kerajaan
Minnesota di benua Amerika dulu kala juga bunga
anggrek. Vanda Miss Joaquim dijadikan sebagai
bunga nasional Singapura. Vanda tersebut
sebenarnya merupakan hasil persilangan, yakni
antara Vanda hookeriana dengan Vanda teres.
Indonesia juga mengangkat anggrek Phalaenopsis
amabilis sebagai bunga nasional
 Anggrek termasuk dalam famili Orchidaceae
(keluarga anggrek). Di dunia ini terdapat lebih
kurang 25.000 jenis anggrek, dan sekitar 5.000
jenis di antaranya terdapat di Indonesia. Dari
5.000 jenis tersebut, di Sumatra terdapat 1.118
jenis, Jawa 731 jenis, Kalimantan (Borneo) ± 2.500
jenis, Sulawesi dan Maluku 817 jenis, dan Papua
lebih dari 3.000 jenis
 Anggrek merupakan salah satu tanaman bunga-
bungaan yang memiliki keragaman jenis paling
banyak dan memiliki karakterietik habitat yang
berbeda-beda
Habitat Anggrek

 Anggrek tumbuh bagus di hutan-hutan tropis di bawah


pohon-pohon yang lebat, hidup epifit menempel pada
batang dan dahan pohon
 Anggrek juga hidup di atas tanah yang kaya akan
sampah dedaunan yang telah berubah menjadi humus
 Anggrek juga ditemui hidup di bebatuan pegunungan,
dengan akar menempel pada batu dan rekahannya
 Beberapa spesies anggrek tumbuh di padang rumput,
daerah rawa, hutan bakau (mangrove), dan bahkan di
tepian padang pasir
 Kondisi habitat asli anggrek yang berbeda-beda inilah
yang akan membuat penampilan anggrek alam sangat
bervariasi dalam bentuk, tipe, dan ukuran
 Anggrek juga ditemui hidup di bebatuan
pegunungan, dengan akar menempel pada batu
dan rekahannya
 Beberapa spesies anggrek tumbuh di padang
rumput, daerah rawa, hutan bakau (mangrove),
dan bahkan di tepian padang pasir
 Kondisi habitat asli anggrek yang berbeda-beda
inilah yang akan membuat penampilan anggrek
alam sangat bervariasi dalam bentuk, tipe, dan
ukuran
 Habitat anggrek dapat dibedakan menjadi 5
kelompok:
1. Anggrek epifit, yakni anggrek yang hidup
menempel pada batang, dahan, atau ranting
pohon baik yang masih hidup maupun yang
sudah mati. Anggrek ini memiliki bentuk daun
lebar dan relatif tipis. Seluruh akar fungsionalnya
menjuntai di udara, sedangkan akar yang
menempel pada substrat (dahan, pakis, dan lain-
lain) berfungsi sebagai jangkar untuk menahan
tanaman pada posisinya. Contoh-contoh anggrek
jenis ini yaitu Dendrobium, Phalaenopsis, Vanda,
Cattleya, dan Coelogyne.
2. Anggrek terestrik (anggrek tanah), yaitu
anggrek yang hidup pada permukaan atau di
dalam tanah dan mengambil nutrisi dari dalam
tanah juga. Media tanam bisa diganti dengan
media buatan atau humus. Anggrek terestrik
dibedakan menjadi anggrek yang murni terestrik
dan anggrek yang berumbi semu. Anggrek
terestrik murni memiliki kedudukan akar dan
batang berada di dalam tanah, sedangkan
anggrek tanah yang berumbi semu memiliki
kedudukan tanaman atau umbi semu sebagian di
dalam tanah atau seluruhnya di atas tanah.
Contoh-contoh anggrek tanah antara lain
Paphiopedilum, Spathoglottis, dan Arachnis.
Anggrek Epifit Anggrek Terestrik
3. Anggrek lithofit, yaitu anggrek yang hidup
melekat pada bebatuan atau pada substrat yang
relatif keras (sama dengan epifit tetapi melekat
pada bebatuan). Contohnya Paphiopedilum
sanderianum dan Dendrobium kingianum
4. Anggrek saprofit, yakni anggrek yang dapat
hidup dengan baik dan mampu menyesuaikan
hidupnya pada media organik seperti humus
atau bahan lain yang sudah terurai, seperti
kompos dan pupuk kandang yang sudah lama.
Anggrek ini sudah kehilangan kemampuan
untuk berfotosintesis. Contoh-contoh anggrek
jenis ini antara lain Epipogium, Lecanorchis,
Gastrodia, dan Galeola
Anggrek Lithofit Anggrek Saprofit
5. Anggrek amoebofit, yaitu anggrek yang pada
suatu ketika dijumpai hanya berupa daun saja
dan mempunyai umbi yang berada di dalam
tanah. Kemudian setelah daunnya gugur,
karangan bunga muncul dari umbi tersebut.
Setelah bunga layu dan gugur, anggrek seperti
berada dalam fase istirahat. Setelah
mendapatkan air, tanaman akan tumbuh lagi
dan menghasilkan umbi serta daun yang baru,
dan kemudian berbunga lagi (terjadi
bergantian). Contoh: Nervilia.
Morfologi Anggrek

1. Batang
Batang anggrek ada yang berbentuk monopodial dan ada yang
sympodial.
a. Bentuk batang monopodial yaitu batang tanaman hanya
mempunyai sumbu utama. Artinya, ujung batang terus
tumbuh dan tidak terbatas panjangnya, tumbuh terus ke
atas. Bentuk ini terdapat pada Vanda, Arachnis,
Renanthera, Aerides, dan Rynchostylis
b. Bentuk batang sympodial yaitu tanaman yang memiliki
batang utama tersusun oleh ruas-ruas tahunan, masing-
masing ruas dimulai dengan daun sisik dan berakhir
dengan setangkai pembungaan. Pertumbuhan ujung-ujung
batang pada tipe ini terbatas. Misalnya pada jenis
Cattleya, Dendrobium, dan Oncidium
2. Bunga
 Bunga anggrek merupakan bagian yang paling
menarik pada tanaman anggrek
 Bunga merupakan tempat organ jantan dan
betina, alat perkembangbiakan, dan bagian yang
mampu memikat serangga untuk membantu
proses penyerbukan
 Warna anggrek merupakan alat ampuh untuk
memikat serangga
 Warna-warna ini disebabkan oleh zat warna yang
terkandung dalam bunga tersebut
 Zat warna tersebut terkandung dalam plastida-
plastida atau cairan anthocyan.
 Bunga juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi
anggrek dan sekaligus membedakan anggrek dengan
tanaman lainnya
 Bagian bunga yang dapat dijadikan penciri adalah
inflorescentia dan bagian bunga itu sendiri
a. Inflorescentia
Berdasarkan inflorescentia atau karangan bunganya,
menurut Hans Thomale tanaman dapat dibagi
menjadi dua golongan, yaitu tanaman akrante dan
tanaman pleurante. Pada tanaman akrante,
inflorescentia keluar dari ujung batang. Misalnya:
Arundina bambusifolia dan Epidendrum radicans.
Sementara pada tanaman pleurante, inflorescentia
keluar dari samping batang. Misalnya: Vanda,
Arachnis, dan Dendrobium
Tangkai inflorescentia atau karangan bunga disebut
pedunculus atau ibu tangkai, sedangkan tangkai
masing-masing bunga disebut tangkai bunga atau
pedicellus. Pada tiap pangkal pedicellus terdapat
daun-daun kecil yang disebut bractea. Bractea
berguna untuk melindungi bunga pada waktu masih
kuncup. Bractea ini biasanya gugur ketika bunga-
bunga terbuka

b.Bunga
Daun bunga pada anggrek terdiri atas 3 sepal dan 3
petala. Sepal akan membuka terlebih dulu apabila
bunga mulai mekar. Ketiga sepal ini biasanya
memiliki bentuk yang agak sama. Sepal yang
terletak paling atas disebut sepalum dorsale
Kedua sepal lainnya dinamakan sepala lateralia,
masing-masing terletak di sebelah kiri dan kanan
bawah. Ketiganya terletak dalam satu lingkaran.
Selain 3 sepal, terdapat pula 3 petala, yang pada
waktu bunga masih kuncup terbungkus oleh sepal.
Ketiga petal ini dinamakan daun mahkota. Kedua
petal yang paling atas mempunyai bentuk yang
sama, sedangkan petal yang ketiga berlainan
bentuknya. Seperti juga sepal, petal tersusun dalam
suatu lingkaran. Dua petal yang di atas disebut
petala lateralia dan petal yang ketiga disebut
labellum atau bibir
Di Indonesia labellum kerap kali disebut lidah,
yang sebetulnya adalah terminologi yang keliru.
Bentuk bibir atau labellum tiap-tiap jenis
anggrek berlainan. Pada jenis bunga
Cypripedium, bentuk labellum sangat lucu,
menyerupai kantong atau selop sehingga jenis
ini sering pula dinamakan “sepatu Venus” atau
Lady slipper. Kata “Cypripedium” berasal dari
kata “Kypris” (=Venus) dan “pedilon”
(=pantoffel). Cypripedium adalah Paphiopedilum,
yang berasal dari kata “Paphius” (=Venus) dan
“pedilon” (=pantoffel atau sepatu), jadi berarti
“sepatu Venus” atau Lady slipper.
Bagian-bagian dari Bunga Anggrek
Keistimewaan bunga anggrek yaitu mempunyai
bentuk gynaecium atau putik bersatu dengan
stamina atau benang sari. Pada bunga anggrek
bentuk gynaecium dan stamen ini merupakan
satu bangunan yang berbentuk tiang atau dalam
bahasa Inggris disebut column dan dalam bahasa
Latin disebut gynostenium. Oleh karena itu,
anggrek dapat pula disebut golongan Gynandrae.
Gynandrae berasal dari kata “gyn” (bagian dari
kata “gynaecium” atau putik) dan “andrae” (dari
androecium = stamen atau benang sari); karena
putik dan benang sari menjadi satu maka disebut
golongan Gynandrae
Pada gynostenium atau columna terdapat stigma atau
kepala putik yang merupakan suatu lubang. Di dalam
stigma ini terdapat getah yang memungkinkan bunga
menerima pollinia atau tepung sari. Umumnya tepung sari
mengelompok menjadi suatu massa yang keras, disebut
pollinia. Pollinia yang mempunyai lempeng perekat atau
discus viscidis disebut pollinarium, sementara yang tidak
mempunyai discus viscidis disebut pollinia
Pada tiap genera jumlah pollinia ini tidak sama, ada yang
mempunyai 2, 4, 6, atau 8 pollinia. Misalnya, jenis Cattleya
mempunyai 4 pollinia, Spathoglotis plicata mempunyai 8
pollinia, dan jenis Vanda hanya mempunyai 2 pollinia.
Pollinia-pollinia tersusun menjadi pollinarium.
Ovarium atau bakal buah menjadi satu dengan tangkai
bunga dan selalu terletak di bawah columna, sepal, dan
petal. Ovarium ini merupakan lanjutan dari columna
3. Daun
Daun anggrek sebagaimana daun tanaman pada
umumnya berfungsi untuk proses fotosintesis serta
untuk menyimpan cadangan air dan makanan. Daun
anggrek juga dapat digunakan sebagai penciri untuk
membedakan berbagai jenis anggrek serta membeda-
kannya dengan tanaman yang lain. Ada jenis anggrek
yang menarik justru karena daunnya, urat-urat daun
yang berwarna kuning berkilat atau emas. Anggrek
seperti ini dinamakan anggrek permata “jewel orchid”,
yaitu Macodes petola dan Anoectochilus reinwardtii
Daun anggrek dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
daun duplikatif dan daun konvolutif.
Daun duplikatif adalah daun yang sewaktu masih muda
separuh helaian daun bagian atas menempel pada
belahan bagian yang lain. Sementara daun konvolutif
merupakan daun yang sewaktu masih muda melipat
sedemikian rupa sehingga sisi daun yang satu meng-
gulung dan menempel pada sisi daun yang lain. Daun dari
Orchidaceae memiliki beragam bentuk seperti mata
tombak (hastate), panah (sagittate), segitiga (triangular),
jantung (cordate), sekop (trullate), jarum (subulate), pita
(linear) . Daun memiliki ketebalan beragam, tidak
memiliki tangkai atau sepenuhnya menempel pada
batang. Bagian tepinya tidak bergerigi dan memiliki
ujung daun yang terbelah
Daun Anggrek
4. Buah
Bentuk buah anggrek berbeda-beda tergantung
jenisnya, akan tetapi rata-rata merupakan buah
lentera atau capsular yang memiliki enam rusuk. Tiga
rusuk merupakan rusuk sejati, sedangkan tiga rusuk
lainnya merupakan tempat melekatnya dua tepi daun
buah yang berlainan. Di tempat bersatunya tepi daun
buah itu terdapat biji yang ketika masak akan pecah.
Dalam satu buah anggrek sebesar kelingking terdapat
ratusan ribu bahkan jutaan biji anggrek yang sangat
lembut dengan ukuran yang sangat kecil. Biji-biji
anggrek tersebut tidak mempunyai endosperm
sebagai cadangan makanan
Biji Anggrek

Buah Anggrek
5. Akar
Anggrek memiliki akar yang berbentuk silinder dengan
ujung runcing, lunak, dan mudah patah. Warna
akarnya putih keperak-perakan dengan ujung akar
berwarna hijau. Akar juga mengandung filamen atau
lapisan luar yang terdiri dari beberapa lapis sel
berongga yang transparan yang berfungsi untuk
menyimpan air selama proses evapotranspirasi, untuk
menyerap air, melindungi bagian dalam akar, serta
membantu akar agar bisa melekat pada benda yang
ditumpanginya
Akar tanaman anggrek
Teknologi Budidaya Tanaman Anggrek

 Secara alami famili orchidaceae lebih banyak


tumbuh secara efifit, namun dalam
pertumbuhannya dapat tumbuh dalam pot yang
diisi media tertentu
 Ada beberapa faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan anggrek antara lain:
1. Cahaya
2. Temperatur atau suhu
3. Kelembaban udra
4. pH
5. Kandungan bahan organik
6. Ketinggian tempat
Cahaya

 Secara fisiologi cahaya mempengaruhi anggrek


secara langsung yakni pada proses fotosintesis
serta pengaruh tidak langsung pada proses
pertumbuhan, perkecambahan dan pembungaan
 Prosentase kebutuhan cahaya untuk jenis anggrek
berbeda-beda, pada anggrek epifit umumnya
membutuhkan cahaya yang cukup rendah 25-50%,
sedangkan anggrek terestrial membutuhkan
intensitas cahaya sekitar 60-75%
No. Jenis Anggrek Kebutuhan Cahaya (%)
1. Dendrobium 35 – 65
2. Phalaenopsis 10 – 40
3. Cattleya 20 – 40
4. Vanda pensil (teres) 80 - 100
5. Vanda Daun 50 – 60
6. Arachnis 70 – 100
7. Ascocentrum 70 – 100
8. Coelogyne 50 – 65
9. Grammatophylum 10 – 40
Temperatur

 Anggrek umumnya membutuhkan suhu maksimum 28oC dan


minimum 15oC
 Anggrek pegunungan hidup/berkembang pada suhu 5-10oC
 Anggrek terestrial lebih tahan panas dibandingkan epifit

Tipe Anggrek Suhu siang (oC) Suhu malam (oC) Jenis Anggrek
Hangat 24 – 29 21 – 24 Vanda, Arachnis,
Renanthera
Sedang 21 – 24 18 – 21 Dendrobium, Cattleya,
Oncidium
Dingin 18 – 21 13 – 18 Phalaenopsis,
Cymbidium, Miltonia
Kelembaban Udara

 Anggrek membutuhkan kelembaban udara yang tinggi


disertai sirkulasi udara yang baik
 Kelembaban nisbi (RH) yang dibutuhkan sekitar 60-80%
 Anggrek epifit seperti Vanda lebih menyukai kondisi
sedikit kering daripada terlalu banyak air
 Apabila kelembaban siang hari kurang dapat diatasi
dengan pemberian semprotan kabut (mist) di sekitar
area pertanaman atau menggunakan humidifier
atau membuat hembusan air dengan blower
 Cara yang lebih praktis dapat dilakukan dengan
membuat kolam atau bak-bak penampung air di
sekitar lokasi penanaman anggrek
Tingkat Kemasaman (pH)
 Tingkat kemasaman untuk anggrek berada pada
kisaran 4-7, dimana idealnya berada pada kisaran
5,5-5,6
 Angka kemasaman media sering dipengaruhi oleh
kelembaban, pada media basah pH cenderung
rendah

Kandungan bahan Organik


 Hampir semua jenis anggrek membutuhkan
kandungan bahan organik yang cukup tinggi
Ketinggian Tempat

 Ketinggian tempat yang cocok untuk budidaya


anggrek adalah:
1. Anggrek hangat/panas , cocok ditanam pada
ketinggian 0 – 650 m dpl (Dendrobium
phalaenopsis, Oncidium papillo, Phaphilopedilum
bellatum)
2. Anggrek sedang, pada ketinggian 150 – 1500 m
dpl (Cattleya)
3. Anggrek dingin, pada ketinggian 1500 m dpl
(Cymbidium)
Perbanyakan Tanaman Anggrek

 Perbanyakan tanaman anggrek umumnya melalui 2


cara, yaitu:
1. Konvensional
2. Metode kultur in vitro
 Perbanyakan konvensional dilakukan melalui:
a. Perbanyakan vegetatif melalui pemecahan/pemisahan
rumpun (Dendrobium sp., Oncidium sp., Cattleya sp.,
Cymbidium sp.); pemotongan anak tanaman yang
keluar dari batang (Dendrobium sp.); pemotongan
anak tanaman yang keluar dari akar dan tangkai bunga
(Phalaenopsis sp.). Cara ini menghasilkan tanaman
yang sifat genetik sama dengan induknya, namun
perbanyakan cara ini menghasilkan anakan terbatas
b. Perbanyakan generatif yaitu dengan biji. Biji anggrek
sangat kecil dan tidak memiliki endosperm, sehingga
perkecambahan di alam sangat sulit tanpa bantuan
jamur yang bersimbiosis dengan biji. Umumnya biji
merupakan hasil persilangan sehingga bersifat
heterozigot.
 Saat ini metode kultur in vitro merupakan salah satu
cara yang banyak digunakan dalam perbanyakan klon
atau vegetatif tanaman anggrek. Metode in vitro yaitu
menumbuhkan jaringan vegetatif (akar, daun, batang,
mata tunas) dan jaringan generatif (ovule, embrio dan
biji) pada media buatan berupa cairan atau padat
aseptik. Dengan metode ini perbanyakan tanaman
dapat dilakukan secara cepat dan berjumlah banyak
serta sama dengan induknya
Media Tumbuh
 Media tumbuh yang baik harus memenuhi persyaratan
yaitu tidak lekas melapuk, tidak menjadi sumber penyakit,
mempunyai aerasi baik, mampu mengikat air dan zat hara,
mudah didapat dalam jumlah cukup dan relatif murah
 Media tumbuh yang sering digunakan ada 3:
1. Media untuk anggrek epifit dan semi epifit berupa: moss,
pakis, serutan kayu, potongan kayu, serabut kelapa, arang
dan kulit pinus, pecahan batu bata/ genting. Pada media
semi epifit perlu ditambahkan kompos, pupuk kandang,
dedaunan
2. Media untuk anggrek terestrial berupa: tanah yang
ditambahkan kompos, sekam, pupuk kandang, darah
binatang, serat pakis, dll
3. Media untuk anggrek semi terestrial berupa pecahan
genting, serabut kayu, serat pakis, pupuk kandang
Pupuk

 Dalam budidaya anggrek habitat tidak cukup


mampu menyediakan unsur hara yang dibutuhkan
tanaman
 Biasanya tanaman diberikan pupuk organik dan
anorganik
 Pupuk anorganik biasanya berupa pupuk majemuk
yang mengandung hara makro dan mikro
 Beberapa Macam Pupuk Majemuk dan pupuk
organik beserta Komposisi yang disarankan untuk
tanaman anggrek disajikan pada tabel berikut:
No. Merek dagang Komposisi N:P:K Unsur Tambahan
1. Growmore (biru) 32-10-10 Mg, Mn, Mo, Fe, Ca, Co, B, S, Zn
2. Growmore (merah) 10-55-10 Mg, Mn, Mo, Fe, Ca, Co, B, S, Zn
3. Growmore (orange) 6-30-30 Mg, Mn, Mo, Fe, Ca, Co, B, S, Zn
4. Growmore (hijau) 20-20-20 Mg, Mn, Mo, Fe, Ca, Co, B, S, Zn
5. Gandasil D 20-15-15 Mg, Mn, B, Cu, Co, Zn, dan vitamin
6. Gandasil B 6-20-30 Mg, Mn, B, Cu, Co, Zn, dan vitamin
7. Hyponex (merah) 25-5-20 B, Fe, Zn, Ca, Co, Cu, Mg, Mn, Mo, S
8. Hyponex (hijau) 20-20-20 B, Fe, Zn, Ca, Co, Cu, Mg, Mn, Mo, S
9. Hyponex (biru) 10-40-15 B, Fe, Zn, Ca, Co, Cu, Mg, Mn, Mo, S
10. Molifert A 15-10-32 Fe, Mn, B, Cu, Zn, vitamin, hormon
11. Molifert B 15-10-32 Fe, Mn, B, Cu, Zn, vitamin, hormon
12. Shell foliar 18-18-18 Fe, Cu, Zn, Mo, Mg, Mn, B, dan
vitamin B1
No. Merek Dagang Bahan Baku Kandungan Hara
1. Pokon Tepung darah, tulang, N 6% (amonium, nitrat, dan
kulit, tanduk, wol, bulu, organik); P2O5 12%; K2O 4%,
dan elemen mikro dan bahan organik 45%
2. Biofloris Fermentasi cacing N total 757,4 ppm; P2O5 3,47
Lumbricus rubellus, 20 sari ppm; K2O 914,2 ppm, Ca, Mg,
pati tumbuhan, dan bahan Fe, Mn, Zn, Cu
alami lain
3. M-Bio Campuran mikroba, N 0,5%; P2O5 0,1 ppm
bakteri, pelarut fosfat, K 14,6 ppm; S 1,9 ppm; Mo
Lactobacillus, yeast, 0,2 ppm; Fe 23,6 ppm; Mn
azospirillum 0,5 ppm; B 0,1 ppm
4. POC NASA Bahan organik N 0,12%; K2O 0,31%; P2O5
0,03%; MgO 16,88 ppm; Ca
60,4 ppm; S 0,12%; Cl, Mn,
Mo, Zn, Fe, Na, B, dan zpt
5. Super bionik Ekstrak berbagai limbah N 8%; K2O 5%; P2O5 4% ;
organik (tanaman, hewan, MgO 3%; CaO 3%; S 2%; B,
limbah lain) Cu, Fe, Mn, Mo, Zn, Cl, asam
organik, 17 asam amino,
enzim, vitamin
Aplikasi Suplemen Lain

 Pemberian suplemen bertujuan untuk


meningkatkan kualitas tanaman. Misalnya, vitamin
B1 yang mengandung thiamin berguna untuk
mempercepat pertumbuhan dan memulihkan
tenaga usai pindah tanam
 Selain itu pemberian ZPT (zat perangsang tumbuh)
juga diperlukan untuk memacu pertumbuhan akar,
daun, dan bunga anggrek
 ZPT yang sering digunakan adalah auksin untuk
memacu pertumbuhan akar dan sitokinin untuk
memacu pertumbuhan tunas serta giberellin untuk
memacu bunga
Hama dan Penyakit

 Hama yang menyerang tanaman anggrek antara lain:


1. Tungau/kutu perisai, menempel pada pelepah daun,
berwarna kemerahan dalam jumlah banyak, bekas
serangan berupa bercak hitam dan merusak daun
2. Semut, merusak akar dan tanaman muda dan menye-
babkan tanaman mudah diserang cendawan
3. Belalang, menyebabkan pinggiran daun rusak dengan
luka bergerigi tak beraturan
4. Trips, menempel pada buku-buku batang dan daun
muda; menimbulkan bercak abu-abu pada permukaan
daun dan merusak bunga (bentuk tidak menarik)
5. Kutu Babi, sama serangan semut tapi tidak menyerang
tunas muda
6. Keong, menyerang lembaran daun anggrek
7. Red Spinder, bercak putih di bawah daun, permukaan
atas menjadi menguning dan akhirnya daun mati
8. Kumbang, bagian yang terserang akan berlubang, larva
yang menetas dari telur akan merusak daun
9. Ulat daun, menyerang daun, kuncup bunga, tunas
daun maupun bunga yang sudah mekar
10. Kepik, mengisap cairan daun, sehingga menyebabkan
bintik putih/kuning, tanaman yang diserang lama
kelamaan akan gundul dan tidak berhijau daun lagi
11. Kutu tudung, daun menjadi kuning, tidak sehat, lalu
berwarna coklat dan mati
Tanaman anggrek yang terserang hama
 Penyakit yang menyerang tanaman anggrek antara lain:
1. Rebah Kecambah, berupa bercak bening pada permukaan
daun, lalu melebar sampai titik tumbuh dan ujung akar,
kecambah akan membusuk
2. Bercak Daun muncul akibat serangan cendawan Cercospora
dendrobii, Cercospora epipactis, Cercospora angraeci, dan
Cercospora odontoglossi. adanya bintik-bintik atau bercak
kuning cekung di permukaan bawah daun, selanjutnya ber-
warna cokelat dengan pinggir kuning, daun kering dan gugur
3. Bercak Antraknosa (Collectotrichum gloesporium), Pada daun
terlihat bercak bulat cekung tidak teratur, berwarna cokelat
dengan bagian tengah merah muda
4. Bercak Bunga (Botrytis cinerea ), Gejala serangan terlihat di
bagian petal dan sepal bunga, yakni bebercak-bercak cokelat
dengan tepi merah muda, selanjutnya bunga membusuk
5. Bercak Memanjang (Botryodiplodia sp.), bercak terlihat me-
manjang, berwarna cokelat kehitaman pada daun dan batang
6. Busuk Akar (Rhizoctonia solani), leher akar membusuk
mencapai rhizoma dan umbi batang, daun dan umbi batang
menguning, berkeriput, tipis dan bengkok, tanaman kerdil
7. Penyakit Layu (Fusarium oxyporium), mirip serangan busuk
akar, namun pada rhizoma terdapat garis atau lingkaran
ungu, serangan berat seluruh rhizoma berwarna ungu
diikuti pembusukan batang dan umbi
8. Penyakit Layu Kuning (Sclerotium rolfsi), terdapat bintil
bintil kecil berwarna coklat pada bagian yang terserang
9. Penyakit Busuk Lunak (Erwinia cartovora), daun dan akar
membusuk dan berbau
10. Penyakit Bercak Bercincin (Tobacco Mozaic Virus Odon-
toglos), timbul lingkaran atau garis pada permukaan daun
11. Penyakit Cymbidium (Virus Mozaik Cymbidium), bercak
kekuningan lalu muncul jaringan mati, bergaris/lingkaran
12. Penyakit busuk hitam (Phytopytora amnivora), warna
kehitaman pada pangkal daun, lalu melunak dan busuk
Tanaman Anggrek yang Terserang Penyakit
Peluang Usaha Budidaya Anggrek

 Budidaya Anggrek merupakan salah satu usaha dengan


prospek baik karena permintaan produknya tinggi, hal
ini disebabkan karena:
1. Bisnis budidaya anggrek memiliki peforma yang stabil
karena anggrek cenderung dibutuhkan setiap saat
2. Jenisnya sangat banyak
3. Modal tidak terlalu besar (sesuai dengan anggaran)
4. Harga jual tinggi (merupakan tanaman kelas atas)
5. Teknik budidaya tidak terlampau sulit
6. Keuntungan besar (tampilan tanaman mempesona)
7. Bisa dijul dalam bentuk bibit atau tanaman hias
yang sudah siap
8. Bisa dijadikan bisnis rumahan (lahan tidak luas)
Kendala Usaha Budidaya Anggrek

1. Pemeliharaan yang intens dan berkelanjutan


2. Munculnya hama dan penyakit yang merusak kualitas
tanaman
3. Pemasaran yang minim
4. Tingkat persaingan cukup tinggi, karena pemilik tanman
hias punya koleksinya sendiri
5. Lamanya waktu pertumbuhan yang mengakibatkan
masa tunggu penghasilan juga lama
6. Meski peminat banyak, kadang cenderung hanya pada
jenis tertentu
7. Teknik pembudidayaan yang salah karena kurang info
dan pengalalam
Jenis atau Spesies Tanaman Anggrek

 Anggrek adlah salah satu famili tumbuhan yang


mempunyai variasi cukup tinggi
 Diperkirakan di dunia terdapat kurang lebih 20.000
spesies anggrek yang terdiri dari 7.800 marga
 Anggrek lebih banyak terdapat di daerah tropik
dengan persebaran tidak merata
 Keragaman anggrek semakin bertambah dengan
munculnya anggrek-anggrek hibrid, yaitu anggrek
hasil silangan dan kultivar yang jumlahnya sudah
mencapai 100.000 spesies
 Berikut akan disajikan beberapa jenis anggrek asli
Indonesia (kecuali Cattleya dan Oncidium)
1. . Bulan (Phalaenopsis amabilis), memiliki banyak jenis
paling tidak ada 75 jenis anggrak bulan
2. A. Kasut Kumis (Paraphalaenopsis chamberlainianum),
merupakan kembaran dari kantung semar dengan
bentuk yang berkantung dan berbulu, memiliki
perpaduan warna ungu dan hijau
3. A. Kebutan (Ascocentrum mimatum), warna orange bu-
nga ini terlihat sangat indah dan bunganya berkerumun
dalam satu tangkai. Merupakan anggrek langka
4. A. Sendok (Spathoglottis zurea), berwarna kuning cerah
dengan sedikit polesan putih dan merah di tengahnya
5. A. Bulan Bintang (Paraphalaenopsis denevei), memiliki 5
kelopak yang berbentuk mirip bintang dan di tengahnya
persis seperti bulan. Berasal dari Kalimantan dan
tumbuh di dekat aliran sungai atau menempel di pohon
Phalaenopsis amabilis Paraphalaenopsis chamberlainianum Ascocentrum mimatum

Spathoglottis zurea Paraphalaenopsis denevei Phalaenopsis violaceae


6. A. Kerlip/Violet (Phalaenopsis violaceae), masih satu
spesies dengan anggrek bulan. Aromanya sangat wangi
7. A. Jamrud (Dendrobium macrophyllum), terdapat bulu
di bunganya seperti bulu rambutan
8. A. Hartinah (Chimbidium hartinahianum), bunga
didominasi warna ungu dengan gradasi krem
9. A. Jingga (Renanthera matutina), bunga berwarna
jingga dengan motif seperti kulit macan tutul. Juga ada
yang berasal dari Filipina (Renanthera monachica)
10. A. Ki Aksara (Mecodes petola), merupakan anggrek
daun, berwarna hijau dengan sedikit ungu dan corak
menyerupai kilatan petir
11. A. Larat (Dendrobium phalaenopsis), warna ungu tua
menjadi ciri khasnya
Dendrobium macrophyllum Mecodes petola Renanthera matutina

Phalaenopsis violaceae Chimbidium hartinahianum Coelogyne pandurata


12. A. Hitam (Coelogyne pandurata) adalah spesies anggrek
yang hanya tumbuh di daerah tertentu di pulau
Kalimantan, dijadikan sebagai maskot flora di propinsi
Kalimantan Timur
13. A. Stuberi (Dendrobium lasianthera), bentuknya unik
menyerupai spiral dengan warna perpaduan dari ungu,
kuning dan putih
14. A. Callus Vanda, mempunyai banyak spesies (±40) dengan
warna dan bentuk beraneka ragam. Tersebar di beberapa
negara termasuk Indonesia
15. A. Serat (Diplocaulobium utile/Dendrobium utile), satu
suku dengan anggrek larat, menjadi identitas Sulawesi
Tenggara. Mengandung banyak serat yang dimanfaatkan
sebagai anyaman
Dendrobium lasianthera Callus Vanda Diplocaulobium utile

Paphiopedilum kolopakingii Dipodium scanden Vanda hookeriana


16. A. Kantung Kolopaking (Paphiopedilum kolopakingii),
hanya tumbuh di Kalimantan Tengah (endemik).
Warna daun hijau tua dan menyerupai pita. Ujung
daun membulat sehingga terlihay sangat unik
17. A. Pensil (Vanda hookeriana), hidupnya menumpang
pada bunga bakung. Diberi gelar ratu anggrek di
tahun 1882
18. A. Pandan (Dipodium scanden), bentuk tanaman
seperti pandan dan hidup menumpang pada pohon
besar
19. A. Tebu (Gramatophyllum speciosum), merupakan
anggrek terbesar dan terberat (tinggi mencapai 3 m
dan berat mencapai 1 ton) sehingga disebut anggrek
raksasa. Tersebar luas di Sumatera, Kalimantan,
Jawa, Sulawesi, Maluku dan Papua
Dendrobium uniflorum Anggrek Hibirda Oncidium

Gramatophyllum speciosum Anggrek Cattleya


20. Dendrobium uniflorum, tersebar di Sulawesi,
Kalimantan, Sumatera, juga di Asia Tenggara seperti
Malaysia, Thailand dan Filipina
21. A. Hibrida, merupakan persilangan dua macam
anggrek berbeda
22. A. Cattleya, memiliki ciri khas labellumnya yang lebih
besar dibandingkan anggrek lainnya, memiliki spesies
lebih dari 60. Berasal dari Amerikan Latin (Costa Rica,
Brazil, Columbia)
23. Oncidium, dari keluarga Epidendroideae, tersebar di
wilayah Florida Selatan hingga Amerika Selatan.
Umumnya tumbuh di daerah kering
Teknologi Produksi Tanaman Hortikultura

Aglonema

Grisly pituati
Pendahuluan
 Aglaonema atau lebih dikenal dengan sebutan Sri
Rejeki merupakan tanaman hias daun yang
mendapat gelar ratu tanaman hias
 Nama Aglaonema berasal dari bahasa Yunani,
yaitu Aglos yang berarti bersinar dan Nema yang
berarti benang
 Secara harfiah Aglaonema berarti benang yang
bersinar
 Nama ini mengacu pada salah satu spesies
Aglaonema yakni Aglaonema costatum, yang
memiliki tulang daun yang berwarna putih cerah
membelah kehijauan permukaan daun, sehingga
nampak seperti benang yang bersinar
Asal dan Distribusi

 Menurut asal usulnya Aglaonema berasal dari


benua Asia, seperti Malaysia, Myanmar, Thailand,
Kamboja, Laos, Vietnam, Papua Nugini, Filpina dan
Indonesia
 Anggota keluarga Araceae (Diefferenbachia,
Anthurium, Philodendron dan Spatiphyllum) yang
hidup di hutan-hutan teduh dengan tingkat
intensitas cahaya matahari rendah
 Tanaman ini menarik karena bentuk daun yang
bulat lonjong yang muncul menutupi batang
sehingga penampilannya tampak kompak dengan
warna dan corak daun yang memikat
 Beberapa Aglaonema spesies seperti Aglaonema
rotundum di Sumatera Utara dan NAD bagian Selatan
memiliki daun berwarna merah (Daun Seroja) yang
merupakan asal Aglaonema hybrid berdaun merah
 Salah satunya Pride of Sumatera (hasil persilangan
Gregori Garnadi Hambali)
 Hasil persilangan ini menepis anggapan kalau tanaman
ini berdaun hijau, sebab julukan Aglaonema adalah
Chinese evergreen yang mencitrakan tanaman hias berdaun
hijau yang mengacu pada Aglaonema modestum
 Di Indonesia tanaman ini dikenal dengan nama Sri Rejeki
yang berarti pembawa keberuntungan
 Di Thailang dikenal dengan nama siamese rainbow yang
artiny pelangi dari Thailand dan di China wan neieching
Taksonomi

Filum Plantae
Divisi Spermatophyta
Sub-divisi Angiospermae
Kelas Monocotyledoneae
Ordo Araceales
Famili Araceae
Genus Aglaonema
Spesies Aglaonema modestum, A. Brevispathum, A.
cochinchinense, A. pumilum, A. hospitum, A. simplex,
A. commutatum, A. costatum, A. densinervisum, A
cripum (Leman, 2006)
Morfologi
1. Akar
Termasuk tanaman monokotil, akar Aglaonema
merupakan akar serabut. Akar yang sehat berwarna
putih dan tampak berisi (gemuk), dengan diameter
berkisar 2 – 3 mm. Bonggol ada disela-sela akar
dengan panjang 1 – 5 cm

2. Batang
Batang Aglaonema termasuk batang basah, bersifat
lunak dan berair. Ukuran batang sangat pendek dan
tertutup oleh daun yang tersusun rapat sehingga
merupakan suatu roset. Warna batang umumnya
putih, hijau muda atau merah muda
3. Daun
Bentuk daun Aglaonema sangat bervariasi, bulat telur
(ovalus), lonjong (oblongus) dan bahkan berbentuk
delta (deltoideus). Permukaan daun licin dan tidak
berbulu, tidak bergerigi. Bentuk ujung daunpun
bervariasi, runcing (acutus), meruncing (acuminatus),
tumpul (obtosus) dan membulat (rotundalus). Daun
tersusun berselang-seling atau saling berhadapan
dengan tangkai memeluk batang. Daun Aglaonema
relatif tipis dan memiliki tekstur kaku. Umumnya
berwarna hijau bercorak atau bertotol-totol dengan
gradasi. Hanya Aglaonema rotundum (red Aglaonema)
yang asli sumatera dengan daun berwarna merah.
Aglaonema rotudum sering digunakan sebagai induk
untuk menghasilkan tanaman hibrida berwarna merah
4. Bunga
Bunga Aglaonema sangat sederhana, termasuk bunga
majemuk dan tergolong sebagai bunga tongkol
(sepadix) dengan panjang 8 – 10 cm. Bunga berbentuk
bulir, tumbuh di ketiak daun. Sebagaimana golongan
Araceae, bunga Aglaonema tertutup seludang bunga
(Spatha) yang berfungsi untuk menarik serangga yang
juga merupakan perangkap. Pada tongkol, bunga
jantan terletak dibagian atas, sedang bunga betina
dibagian bawah. Diantaranya seringkali terdapat
bunga mandul, yang secara kasat mata dapat dilihat
dari warnanya yang putih dengan seludang putih
kehijauan. Bunga jantan yang sudah masak akan
terdapat serbuk sari yang juga berwarna putih
5. Buah dan biji
Penyerbukan yang berhasil ditandai dengan bakal
buah membesar dan berkembang menjadi buah
yang berada pada pangkal bunga. Buah berbentuk
bulat lonjongseperti buah kopi dengan ukuran tidak
lebih dari 2 cm . Awalnya buah berwarna hijau agak
kekuningan, lalu berubah menjadi merah sebagai
tanda sudah matang. Biji saat belum matang akan
sulit dipisahkan dengan daging buah, namun
setelah buah matang biji akan mudah dilepas.
Proses pemasakan buah sekitar 6 bulan. Buah yang
sudah matang dipetik untuk diambil bijinya.
Syarat Tumbuh
1. Cahaya
Anglaonema membutuhkan cahaya matahari yang
cukup untuk proses fotosintesis. Aglaonema
membutuhkan intensitas cahaya berkisar 35 – 40%.
Namun beberapa jenis lebih menyenangi lokasi teduh
dengan pencahayaan terbatas (10 – 30%), sehingga
sangat tahan dengan pencahayaan minimal. Itu
sebabnya Aglaonema sangat populer sebagai indoor
plant. Cahaya yang terlalu terik dapat membakar
helaian daun. Tanda-tanda Aglaonema kelebihan sinar
matahari adalah daun menjadi pucat, putih dan
tampak terbakar serta daun cenderung tegak (sudut
antara daun dan batang kurang dari 45o)
2. Temperatur
Aglaonema membutuhkan temperatur siang berkisar
24 – 29oC, sedang temperatur malam 18 – 21oC,
namun Aglaonema termasuk mudah menyesuaikan
diri dengan temperatur yang ada asalkan tidak
berubah-ubah

3. Kelembaban
Sebagai tanaman yang hidup di bawah naungan,
Aglaonema tumbuh dengan baik pada kelembaban
tinggi berkisar antara 50 – 75%. Aglaonema masih
dapat tumbuh dengan baik pada kelembaban yang
relatif tinggi, asalkan media tumbuhnya tidak basah
Jenis Aglaonema
1. Aglaonema Spesies, merupakan Aglaonema yang
terdapat di alam, bukan hasil silangan manusia.
Umumnya Aglaonema spesies berwarna hijau, kecuali
Aglaonema rotundum yang memiliki corak dan
berwarna merah. Corak Aglaonema spesies
sederhana, namun memiliki ketahanan terhadap
lingkungan yang ekstrim dan serangan hama dan
penyakit. Aglaonema spesies merupakan induk dari
Aglaonema hibrida
2. Aglaonema Hibrida, meliputi 2:
a. Aglaonema Paten, merupakan Aglaonema hibrida
yang memiliki hak paten, dimana hak paten
diberikan kepada orang yang menghasilkan hibrida
tersebut pertama kalinya
Aglaonema Spesies

Aglaonema costatum

Aglaonema rotundum Aglaonema comutatum


b. Aglaonema non-paten, merupakan Aglaonema yang
tidak didaftarkan pada lembaga paten. Aglaonema
ini tidak diperbanyak secara besar-besaran sehingga
harganya sangat mahal. Banyak Aglaonema non-
paten ini tidak diberi nama
3. Aglaonema Mutasi, mutasi yang umum terjadi pada
tanaman Aglaonema adalah berupa perubahan warna
dan atau corak menjadi varigata. Varigata merupakan
corak warna yang tidak merata. Umumnya warna asli
bercampur dengan warna putih atau kuning. Mutasi
dapat terjadi pada Aglaonema spesies dan hibrida.
Nilai daun Aglaonema akan semakin tinggi jika
ternyata memiliki warna dan bentuk yang menyimpang
dari aslinya.
Aglaonema Hibrida

Aglaonema Red Peacock A. Pride of Sumatera Aglaonema Chocyn

A. Lady Valentine A. Chiangmai A. King of Siam


Aglaonema Mutasi

A. Commutatum A. Dona Carmen A. Cochinchinense


varigata varigata varigata
Teknik Budidaya

1. Media tanam
Aglaonema di habitat aslinya tumbuh di lapisan
tanah paling atas yang umumnya berupa tumpukan
sisa daun dan ranting yang telah terdekomposisi.
Sehingga tanaman Aglaonema membutuhkan media
tumbuh yang sifatnya subur dan gembur.
Penanaman Aglaonema dapat dilakukan ditanah/
lahan atau ditanam dalam pot. Asalkan media yang
digunakan sesuai dengan kebutuhan Aglaonema.
Beberapa bahan yang dapat digunakan sebagai
media tanam pada pot (alternatif selain tanah)
adalah potongan pakis, sekam bakar, pasir dan
cocopeat
2. Perbanyakan Tanaman
 Perbanyakan tanaman Aglaonema diperoleh baik secara
generatif maupun vegetatif
 Perbanyakan generatif dengan menggunakan biji. Biji
Aglaonema dapat disemai di media yang steril yamg
merupakan campuran sekam bakar, cocopeat dan pasir.
Sekitar 4 – 6 bulan akan tumbuh tanaman kecil-kecil,
bila sudah memiliki 3 – 5 daun, tanaman muda bisa
dipindahkan. Tingkat keberhasilan perbanyakan dengan
biji sekitar 50%
 Sedangkan perkembangbiakan secara vegetatif bisa
berupa vegetatif alami seperti dari anakan atau dengan
cara vegetatif buatan, misalnya setek, cangkok dan
kultur jaringan
3. Penanaman
 Media yang digunakan dapat berupa tanah subur
dan gembur atau kombinasi tanah dengan media
alternatif
 Penanaman Aglaonema yang penting adalah saat
awal media diusahakan lembab, namun tidak
becek

4. Pemeliharaan
 Pemeliharaan meliputi penyiraman, pemupukan,
penyiangan dan pengendalian hama dan penyakit
dapat dilakukan sesuai dengan kebutuhan tanaman
Hama dan Penyakit

1. Hama yang umum menyerang Aglaonema seperti:


a. Mealybugs, berupa kutu berwarna putih, berukuran
kecil dan memiliki semacam tepung pada tubuhnya.
Umumnya menempel pada bawah daun dan batang juga
akar, menusuk dan menyerap cairan daun, sehingga
daun keriput (insektisida)
b. Kutu perisai, menyerang bagian daun, membentuk
koloni dengan membentuk barisan pada tulang daun
c. Ulat, menyerang batang dan daun (Sevin, Metindo)
d. Semut, merusak tunas-tunas muda (Sevin, Bayrusil, Tamaron)
e. Siput, dapat merusak daun tanaman
f. Belalang, juga merusak daun dan tunas muda (Comfidor 200
SL)
2. Penyakit yang umum menyerang seperti:
a. Busuk lunak (bacterial stem rot) yang disebabkan oleh
Erwinia carotovora yang menyerang daun dan batang,
gejala diawali keluar lendir, berbau busuk dan berubah
warna coklat kehitaman (Agrept 20 WP)
b. Jamur Fusarium, bagian tanaman yang terserang
membentuk bercak merah dengan tepi ungu kemerahan
c. Botrytis, jamur ini merusak tangkai dan daun, akan ber-
ubah menjadi coklat kelabu dan selanjutnya tanaman
membusuk (Dicloran)
d. Busuk Akar, disebabkan jamur Phithyum (fungisida
Alliete), media dibakar
e. Virus, tanaman yang terserang daunnya akan berkeriput
dan keriting.
Peluang Usaha dan Kendala Budidaya Aglaonema

 Alasan usaha budidaya aglaonema menjanjikan:


1. Bisa tumbuh dijenis iklim yang luas dan di daerah
dengan kelembaban yang tinggi dengan intensitas
penyinaran rendah
2. Mudah untuk dikembangkan (menghasilkan anakan)
3. Peminat tanaman hias daun banyak sehingga
permintaan tinggi
4. Tidak membutuhkan lahan yang luas
5. Modal minim (modal hanya untuk indukan)
6. Harga jual cukup tinggi (untuk jenis eksotik)
 Adapun kendala:
1. Adanya serangan hama dan penyakit
2. Harga yang cenderung mengikuti trend
Beberapa Spesies dan Hibirda Komersil

Anda mungkin juga menyukai