Anda di halaman 1dari 4

Pembahasan

Anggrek kalajengking (Arachnis flos-aeris) atau biasa disebut Anggrek ketonggeng adalah salah satu
spesies anggrek yang memiliki bentuk unik, dikarenakan bentuk bunganya yang mirip dengan hewan
kalajengking. Anggrek ini merupakan jenis anggrek yang dapat hidup di alam terbuka atau daerah yang
terkena sinar matahari langsung. Wilayah penyebarannya meliputi pulau Sumatera, Jawa, Bali,
Kalimantan dan Malaysia. Spesies ini memiliki dua varietas yang cukup terkenal, yaitu A. flos-aeris var.
gracilis dan A. flos-aeris var. Insignis. (Issirep Sumardi dan Agus Pudjoarinto. 1993.)

Anggrek kalajengking (Arachnis flos-aeris) memiliki karakteristik yang berbeda dengan


Anggrek kalajengking putih (Arachnis hookeriana), Anggrek kalajengking merah (Arachnis
maingayi) maupun Anggrek berbulu leopard (Arachnis celebica). Ketika masih berumur
muda, Anggrek kalajengking memiliki akar gantung, namun setelah berumur tua akarnya
akan menyentuh tanah dan berubah fungsi menjadi akar tunjang sebagai penunjang dari
batangnya. (Issirep Sumardi dan Agus Pudjoarinto. 1993.)

(Issirep Sumardi dan Agus Pudjoarinto. 1993.)


Tanaman ini berbatang kuat, tinggi dan memiliki panjang 4-10 cm pada ruas-ruasnya.
Daunnya tebal dan berbentuk pita pipih yang memanjang yang memiliki panjang hingga
mencapai 35 cm dan lebar sekitar 5 cm. Bunganya tidak begitu lebat, memiliki tinggi 10-11
cm dan lebar 7-8,5 cm. Warna bunganya kuning semu kehijauan dan berlurik cokelat gelap.
Bunganya harum dan memiliki aroma seperti kasturi. ( Darmono,2006)
Anggrek kalajengking bersifat epifit dan mudah ditanam sebagai anggrek tanah.
Anggrek ini biasanya tumbuh menempel dan ternaungi oleh kanopi pohon dengan
ketinggian 12 m di atas permukaan tanah. Anggrek ini juga dapat tumbuh di daerah
pinggiran sungai bersemak, di atas kayu lapuk dekat yang dengan permukaan tanah dan di
atas permukaan batuan kapur pada tebing sungai. (Prihatman,2000)

A. Habitat Arachnis flos-aeris


Habitat alami anggrek adalah pada hutan. Namun, tidak semua hutan dapat ditumbuhi
oleh tanaman anggrek. Hal tersebut haruslah memenuhi tiga kriteria, yaitu ketinggian,
pencahayaan, dan kelembaban. Ketiga faktor tersebut sangatkah berpengaruh terhadap
kelangsungan hidup anggrek. Habitat anggrek berada di ketinggian 1.100 meter dari
permukaan laut. Bila ditanam di tempat yang terlalu tinggi (> 1.100), maka anggrek akan
kesulitan tumbuh karena tipisnya oksigen di tempat tersebut. Habitat anggrek juga pada
tempat yang bersuhu antara 15 hingga 28ºC. Apabila kurang mendapatkan cahaya matahari,
maka anggrek akan mudah terserang penyakit, dan tumbuh layu. Sebaliknya, bila terlalu
banyak mendapat cahaya dengan intensitas tinggi maka anggrek akan mengalami dehidrasi
hingga daun tampak seperti terbakar. Habitat tanaman anggrek berkisar antara 60-85%. Bila
kelembapannya terlalu rendah makan akan terjadi penguapan. Namun bila terlalu tinggi,
maka akan mengakibatkan busuknya akar serta tunas-tunas muda (Darmono, 2006)
Jenis Anggrek berdasarkan habitatnya terbagi kedalam empat jenis yaiyu epifit,
terestrial, litofit, dan saprofit. Epifit adalah anggrek yang hidup menumpang pada tanaman
induk, tetapi tidak menghisap sari-sari makanannya. Contohnya Cattleya sp, Dendrobium
sp, Onchidium sp. Anggrek terestrial adalah anggrek yang tumbuh di tanah. Contohnya
anggrek tanah (Spatoglottis plicata) dan anggrek kalajengking (Arachis flos-aeris). Anggrek
litofit, yaitu anggrek yang tumbuh pada batu-abatuan. Contohnya Dendrobium
phalaeonopsis. Sedangkan anggrek saprofit adalah tanaman anggrek yang hidup pada
tanaman yang sudah mati, seperti humus atau daun-daun kering. Contohnya adalah anggrek
Goodyera sp. (Darmono, 2006)
Keunikan dari akar Arachnis flos-aeris adalah selain pada strukturnya yang khusus, akar
ini juga dapat kehilangan kemampuannya dalam menyerap dan menampung air serta zat gas.
Hal ini dapat terjadi ketika akar gantung atau akar udara pada Arachnis flos-aeris telah
berhasil menyentuh tanah. Sehingga seketika peranannya berubah menjadi akar biasa yang
menopang tubuh tumbuhan serta mampu menyerap air dan zat hara dari dalam tanah.
(Darmono, 2006)
Diagram bunga merupakan gambaran proyeksi pada bidang datar dari semua bagian yang
dipotong melintang, jadi pada diagram itu digambarkan penampang-penampang melintang daun-
daun kelopak, tajuk bunga, benang sari, dan putik, juga bagian-bagian lain yang masih ada selain
keempat bagian utama tersebut (Tjitrosoepomo, 1995).
Diagram bunga adalah suatu gambar proyeksi pada bidang datar dari semua bagian bunga
yang dipotong melintang. Jadi pada diagram itu digambarkan penampang-penampang melintang
daun kelopak, mahkota bunga, benang sari, dan putik, juga bagian-bagian bunga lainnya jika
masih ada. Dari diagram bunga itu selanjutnya dapat diketahui juga jumlah masing-masing
bagian bunga tadi bagaimana letak bunga dan susunannya antara satu dengan yang lain
(Tjitrosoepomo, 1995).
Jika kita hendak membuat diagram bunga, kita harus memperhatikan hal-hal berikut
(Tjitrosoepomo, 1995):
a. Letak bunga pada tumbuhan. Dalam hubungannya dengan perencanaan suatu diagram,
kita hanya membedakan dua macam letak bunga:
1. bunga pada ujung batang atau cabang (flos terminalis),
2. bunga yang terdapat dalam ketiak daun (flos terminalis).
b. Bagian-bagian bunga yang akan kita buat diagram tadi tersusun dalam berapa lingkaran.
Pada lingkaran-lingkarannya sendiri berturut-turut dari luar ke dalam digambar daun-daun
kelopak, daun-daun tajuk, benang sari, dan yang terakhir penampang melintang bakal buah.
Dengan demikian kita dapat membedakan dua macam diagram bunga (Tjitrosoepomo, 1995):
a. diagram bunga empirik, yaitu diagram bunga yang hanya membuat bagian-bagian bunga
yang benar-benar ada,
b. diagram teoritik, yaitu diagram bunga yang selain menggambarkan bagian-bagian bunga
yang sesungguhnya, dan juga memuat bagian-bagian yang sudah tidak ada lagi.

Rumus bunga merupakan gambaran tentang keadaan suatu bunga. Rumus bunga
menunjukkan keadaan kelopak bunga, mahkota, organ-organ reproduktifnya, dan simetrinya
(Rosanti, 2013).
Lambang-lambang yang dipakai dalam rumus bunga memberitahukan sifat bunga yang
bertalian dengan simetrinya atau jenis kelaminnya, huruf-huruf merupakan singkatan nama
bagian-bagian bunga. Disamping itu masih terdapat lambang-lambang lain lagi yang
memperlihatkan hubungan bagian-bagian bunga satu sama lain (Tjitrosoepomo, 1985).

Bunga Anggrek Kalajengking (Arachis flos-aeris)


Bunga ini termasuk bunga majemuk berkelamin dua, zygomorf, mempunyai benang
sari dan kepala putik yang terletak pada suatu kotak dan pada tenda bunga mempunyai
serupa tajuk dan warnanya bermacam-macam. Seperti warna tajuk bunga. Bunganya
banyak terdapat pada setiap tangkai dan berbentuk seperti kalajengking. Dari hasil
pengamatan dapat diketahui bahwa bunga anggrek mempunyai rumus bunga ♀, P5, A0, G1.
Artinya bunga ini merupakan bunga banci, memiliki 5 buah daun tenda bunga yang tidak
berlekatan, benang sari yang sebenarnya ada namun tidak tampak pada saat pengamatan,
dan 1 buah putik yang menumpang.

Daftar Pustaka
Issirep Sumardi dan Agus Pudjoarinto. 1993. Struktur dan Perkembangan Tumbuhan.
Yogyakarta: Fakultas Biologi UGM.
Darmono, D.W, 2006, Bertanam Anggrek. Jakarta : Penebar swadaya
Prihatman, K. 2000, Anggrek. Jakarta : Budidaya pertanian
Tjitrosoepomo, Gembong. 1995. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: UGM Press.

Anda mungkin juga menyukai