Anda di halaman 1dari 9

KELOMPOK 6

•ABRIN MAKSALMINA [3]

•ALIF SUPRAYOGI [6]

•EVAN MAYLANDRY [16]

•IBNU AGUS TIYANSYAH [22]

•IQBAL DWI CAHYO [2

SIMBIOSIS DI AREA TAMAN SEKOLAH

~SIMBIOSIS MUTUALISME~

•Kupu-kupu dengan bunga soka

~Simbosis Mutualisme~

yaitu interaksi antara dua organisme yang saling menguntungkan, seperti kupu-kupu dengan bunga
soka. Kupu-kupu diuntungkan karena dapat menghisap nektar yang terdapat pada bunga soka,
kemudian bunga soka juga mendapatkan bantuan dari dari gerakan kupu-kupu untuk penyerbukan.

Kupu-Kupu

Kupu-kupu merupakan kelompok serangga dari ordo Lepidoptera.Lepidoptera berasal dari bahasa latin
yaitu
Lepis (sisik) dan Pteron (sayap).Ordo Lepidoptera ini dibedakan menjadi 2 sub ordo yaitu Rhopalocera
dan Heterocera. Anggota dari sub ordo Rhopalocera, memiliki karakteristik say yang berwarnawarni dan
beraktifitas pada waktu siang hari. Karakter sayap tersebut dapat menjadi salah satu karakter penting
yang digunakan untuk identifikasi. Identifikasi kupu-kupu dapat dilakukan dengan mengamati karakter
tubuhnya mulai dari kepala (caput), dada (thorax), perut (abdomen), antena, kaki, dan venasi sayap.
Dilihat dari venasi sayap, kupu-kupu dibedakan menjadi 4 famili yaitu Nymphalidae, Pieridae,
Papilionidae dan Lycaenidae.
Jenis kupukupu di kampus UNEJ masih belum banyak diketahui sehingga perlu dilakukan penelitian
mengenai inventarisasi kupu-kupu.Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai Juni 2016, pada pukul
08.00-15.00 WIB. Pengukuran faktor abiotik berupa suhu, kelembapan, dan intensitas cahaya telah
dilakukan.
Pengumpulan spesimen dilakukan dengan metode jelajah menggunakan jaring serangga. Proses
identifikasi dilakukan di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Jember Jawa Timur dan Laboratorium Entomologi Bidang Zoologi PUSLIT
Biologi LIPI Cibinong Bogor Jawa Barat. Hasil penelitian menunjukan bahwa kupu-kupu yang ditemukan
di kampus UNEJ termasuk dalam 4 famili yaitu 9 genus dan 21 spesies, antara lain Tanaecia trigerta,
Phaedyma columella, Hypolimnas bolina, Acraea terpsicore, Melanitis leda, Dophla evelina, Elymnias
hypermnestra, Junonia hedonia, Junonia almana, Euploea mulciber, Leptosia nina, Eurema
hecabe,Eurema blanda, Catopsilia pomona, Catopsilia scylla, Delias hyparete, Appias olferna, Papilio
polytes, Papilio memnon, Papilio demolion, dan Jamides celeno. Anggota famili kupukupu yang paling
banyak ditemukan di lokasi penelitian yaitu Nymphalidae dengan 10 spesies. Sementara itu anggota
famili kupu-kupu yang paling sedikit ditemukan di lokasi penelitian yaitu Lycaenidae dengan 1 spesies.

Bunga Soka

Asoka

Sita-Ashok (Saraca asoca) flowers in Kolkata

Bunga Asoka

Klasifikasi ilmiah

Kerajaan:Plantae

Divisi:Magnoliophyta

Kelas:Magnoliopsida

Ordo:Fabales

Famili:Fabaceae

Subfamili:Caesalpinioideae

Bangsa:Detarieae

Genus:Saraca

Spesies:S. asoca

Nama binomial Saraca asoca

(Roxb.) Wilde
Pohon asoka adalah pohon yang dianggap suci oleh agama Hindu.Pohonnya akan mengeluarkan harum
pada malam hari di bulan April dan Mei setiap tahunnya. Pohon tanaman ini sering diasosiasikan dengan
cinta dan kesucian.Di Indonesia, dikenal dua jenis bunga asoka,yakni pohon asoka yang tumbuh
menjulang tinggi tanpa ranting atau disebut juga glodokan tiang (Polyalthia Longifolia) dan asoka biasa
(Polyalthia sp.) yang memiliki ranting dan berdaun runcing. Biasanya tanaman ini digunakan untuk
penghijaun maupun tanaman hias.Orang-orang Eropa sering menyebut tanaman ini Flame of the Wood
atau api dari hutan karena warna bunganya yang cerah serta mencolok layaknya api. Tanaman asoka
berbunga ketika menjelang musim hujan tiba.Bunganya dapat bertahan selama 3-4 bulan dan biasanya
untuk memperbanyak tanaman ini, sang pemilik akan melakukan pencangkokan atau lewat biji
langsung.Untuk perawatannya sendiri, bunga tanaman ini cukup dipupuk sekali selama 3 bulan.
Bunganya dapat digunakan untuk mengobati disentri hemoragik dengan cara ditumbuk halus serta
dicampur air, kemudian bunga ini juga bisa dipakai sebagai obat bagi orang yang haidnya tidak
teratur,dan dapat mengobati luka memar dengan meminum air rebusan dari bunga asoka yang
ditambah bunga mawar kering dan umbi daun dewa.

~SIMBIOSIS KOMENSALISME~

•Bunga anggrek dan pohon inanngya


Simbiosis Komensalisme

yaitu ,interaksi yang hanya menguntungkan salah satu pihak,tanpa merugikan organisme lainnya seperti
bunga anggrek dengan inangnya [pohon jati].Bunga anggrek diuntungkan karena dapat manfaat dari
pohon jati sebagai tempat hidupnya, sedangkan pohon jati tidak dirugikan maupun diuntungkan oleh
keberadaan bunga anggrek

Bunga Anggrek

Suku anggrek-anggrekan (bahasa Latin: Orchidaceae) merupakan satu suku tumbuhan berbunga dengan
anggota jenis terbanyak. Jenis-jenisnya tersebar luas dari daerah tropika basah hingga wilayah
sirkumpolar, meskipun sebagian besar anggotanya ditemukan di daerah tropika. Kebanyakan anggota
suku ini hidup sebagai epifit, terutama yang berasal dari daerah tropika. Anggrek di daerah beriklim
sedang biasanya hidup di tanah dan membentuk umbi sebagai cara beradaptasi terhadap musim dingin.
Organ-organnya yang cenderung tebal dan “berdaging” (sukulen) membuatnya tahan menghadapi
tekanan ketersediaan air. Anggrek epifit dapat hidup dari embun dan udara lembap. Orchidaceae adalah
sumber inspirasi dari nama kereta api Argo Anggrek, kereta api eksekutif yang melayani Surabaya Pasar
Turi-Gambir.Anggota pentingnya yang dikenal baik manusia adalah anggrek hias serta vanili berkelopak
bunga indah dan berwarna-warni

•Ciri-Ciri Botani

Anggota suku ini cenderung memiliki organ-organ yang sukulen atau “berdaging”: tebal dengan
kandungan air yang tinggi, karena banyak yang tumbuh sebagai epifit. Dengan cara adaptasi itu, ia dapat
hidup pada kondisi ketersediaan air yang rendah. Air diperoleh dari hujan,tetesan, embun, atau uap air
di udara. Namun, anggrek tidak ditemukan di daerah gurun karena perakarannya tidak intensif dan tidak
tahan terhadap sinar matahari terik yang panjang.Anggrek menyukai cahaya matahari tetapi tidak
langsung sehingga ia biasa ditemukan di alam sebagai tumbuhan lantai hutan (anggrek tanah) atau di
bawah naungan (anggrek epifit).Sebagai tanaman hias, anggrek tahan di dalam ruang.

•Akar

Akar serabut, tidak dalam. Jenis-jenis epifit yaitu mengembangkan akar sukulen dan melekat pada
batang pohon tempatnya tumbuh,namun tidak merugikan pohon inang. Ada pula yang tumbuh
geofitis,dengan istilah lain terrestria artinya tumbuh di tanah dengan akar-akar di dalam tanah. Ada pula
yang bersifat saprofit, tumbuh pada media daun-daun kering dan kayu-kayu lapuk yang telah membusuk
menjadi humus.[1] Pada permukaan akar sering kali ditemukan jamur akar (mikoriza) yang bersimbiosis
dengan anggrek.

•Batang
Batang anggrek beruas-ruas. Anggrek yang hidup di tanah (“anggrek tanah”) batangnya pendek dan
cenderung menyerupai umbi. Sementara itu, anggrek epifit batangnya tumbuh baik, sering kali menebal
dan terlindungi lapisan lilin untuk mencegah penguapan berlebihan.Pertumbuhan batang dapat bersifat
memanjang / meninggi (monopodial) atau melebar /menyamping (sympodial), tergantung
marganya.Anggrek monopodial (berarti “satu kaki”) hanya memiliki satu batang dan satu titik tumbuh
saja. Ia akan membentuk tangkai bunga dari samping batangnya yang pendek. Anakan sulit tumbuh
pada kondisi sehat tetapi suatu individu dapat memunculkan anakan kecil (keiki) dari tangkai bunganya.
Anggrek ini dapat diperbanyak dengan stek batang dan biji. Contoh anggrek tipe ini adalah Vanda dan
Phalaenopsis. Anggrek sympodial (berarti “banyak kaki”) memiliki lebih dari satu titik tumbuh. Tunas
baru muncul dari sekitar batang utama dan menjalar. Bunga bisa muncul di pucuk atau ruas
batang.Batangnya dapat menjadi umbi semu dan sanggup menyimpan air cadangan makanan sebagai
alat bertahan hidup. Anggrek ini dapat diperbanyak dengan mudah melalui pemisahan anakan, keiki,
maupun melalui biji. Contoh anggrek populer tipe ini adalah Dendrobium dan Cattleya.

•Daun

Daun anggrek biasanya oval memanjang dengan tulang daun memanjang pula, khas daun monokotil.
Daun dapat pula menebal dan berfungsi sebagai penyimpn air.

•Organ Reproduksi Seksual

Bunga anggrek berbentuk khas dan menjadi penciri yang membedakannya dari anggota suku lain.
Bungabunga anggrek tersusun majemuk, muncul dari tangkai bunga yang memanjang, muncul dari
ketiak daun. Bunganya simetri bilateral. Helaian kelopak bunga (sepal) biasanya berwarna mirip dengan
mahkota bunga (petal), sehingga keduanya disebut sebagai tepal). Satu helai mahkota bunga
termodifikasi membentuk semacam “lidah” yang melindungi suatu struktur aksesoris yang membawa
benang sari dan putik. Benang sari memiliki tangkai sangat pendek dengan dua kepala sari berbentuk
cakram kecil (disebut “pollinia”) dan terlindung oleh struktur kecil yang harus dibuka oleh serangga
penyerbuk (atau manusia untuk vanili) dan membawa serbuk sari ke mulut putik. Tanpa bantuan
organisme penyerbuk, tidak akan terjadi penyerbukan.

Kebanyakan bunga anggrek mengalami resupinasi ketika berkembang dari calon bunga menjadi bunga.
Posisi bunga pada tangkai berputar 180° pada saat berkembang ketika masih kuncup yang berakibat
bagian lidah yang sebenarnya adalah helai mahkota teratas menjadi berada di bawah. Hanya beberapa
jenis, misalnya anggota marga Calopogon, yang tidak mengalami gejala ini. Buah anggrek berbentuk
kapsul yang berwarna hijau dan jika masak mengering dan terbuka dari samping. Bijinya sangat kecil dan
ringan, sehingga mudah terbawa angin. Biji anggrek tidak memiliki jaringan penyimpan cadangan
makanan; bahkan embrionya belum mencapai kematangan sempurna. Perkecambahan baru terjadi jika
biji jatuh pada medium yang sesuai dan melanjutkan perkembangannya hingga kemasakan.

Pohon Jati
Jati adalah sejenis pohon penghasil kayu bermutu tinggi. Pohon besar, berbatang lurus, dapat tumbuh
mencapai tinggi 50-70 m. Berdaun besar, yang luruh di musim kemarau. Jati dikenal dunia dengan nama
teak (bahasa Inggris). Nama ini berasal dari kata thekku (േത്) dalam bahasa Malayalam, bahasa di
negara bagian Kerala di India selatan. Nama ilmiah jati adalah Tectona grandis L.f. Jati dapat tumbuh di
daerah dengan curah hujan 1 500 – 2 000 mm/tahun dan suhu 27 – 36 °C baik di dataran rendah
maupun dataran tinggi.Tempat yang paling baik untuk pertumbuhan jati adalah tanah dengan pH 4.5 – 7
dan tidak dibanjiri dengan air.Jati memiliki daun berbentuk elips yang lebar dan dapat mencapai 30 – 60
cm saat dewasa. Jati memiliki pertumbuhan yang lambat dengan germinasi rendah (biasanya kurang
dari 50%)yang membuat proses propagasi secara alami menjadi sulit sehingga tidak cukup untuk
menutupi permintaan atas kayu jati. Jati biasanya diproduksi secara konvensional dengan menggunakan
biji. Akan tetapi produksi bibit dengan jumlah besar dalam waktu tertentu menjadi terbatas karena
adanya lapisan luar biji yang keras.Beberapa alternatif telah dilakukan untuk mengatasi lapisan ini
seperti merendam biji dalam air, memanaskan biji dengan api kecil atau pasir panas, serta
menambahkan asam, basa, atau bakteri.Akan tetapi alternatif tersebut masih belum optimal untuk
menghasilkan jati dalam waktu yang cepat dan jumlah yang banyak.Umumnya, Jati yang sedang dalam
proses pembibitan rentan terhadap beberapa penyakit antara lain leaf spot disease yang disebabkan
oleh Phomopsis sp., Colletotrichum gloeosporioides, Alternaria sp., dan Curvularia sp., leaf rust yang
disebabkan oleh Olivea tectonea, dan powdery mildew yang disebabkan oleh Uncinula
tectonae.Phomopsis sp. merupakan penginfeksi paling banyak, tercatat 95% bibit terkena infeksi pada
tahun 1993-1994.Infeksi tersebut terjadi pada bibit yang berumur 2 – 8 bulan.Karakterisasi dari infeksi
ini adalah adanya necrosis berwarna coklat muda pada pinggir daun yang kemudian secara bertahap
menyebar ke pelepah, infeksi kemudian menyebar ke bagian atas daun, petiol, dan ujung batang yang
mengakibatkan bagian daun dari batang tersebut mengalami kekeringan.Jika tidak disadari dan tidak
dikontrol, infeksi dari Phomopsis sp. akan menyebar sampai ke seluruh bibit sehingga proses
penanaman jati tidak bisa dilakukan

~SIMBIOSIS PARASITISME~

•Pohon kelor dengan sisik naga

Simbiosis Parasitisme

yaitu interaksi antar organisme dimana salah satu organisme di untungkan sedangkan organisme lainnya
dirugikan seperti pohon kelor dan sisik naga. Pohon kelor dirugikan karena Sisik naga dapat menyerap
nutrisi dari pohon kelor.
Pohon Kelor

Tanaman Kelor (Moringa Oleifera)

• Klasifikasi Tanaman Kelor (Moringa Oleifera )

Klasifikasi tanaman kelor (Moringa Oleifera) menurut (USDA, 2013):

Kingdom : Plantae

Sub kingdom : Tracheobionta (vascular plants)

Superdivisi : Spermatophyta (seed plants)

Divisi : Magnoliophyta (flowering plants)

Kelas : Magnoliopsida (dicotyledons)


Subkelas : Dilleniidae

Famili : Moringaceae

Genus : Moringa

Spesies : Moringa oleifera Lam

Tanaman kelor (Moringa Oleifera) merupakan tanaman tropis yang mudah tumbuh di daerah tropis
seperti Indonesia dan berbagai kawasan tropis lainnya di dunia. Tanaman kelor merupakan tanaman
dengan ketinggian 7-11 meter. Tanaman ini berupa semak atau pohon dengan akar yang kuat, berumur
panjang, batangnya berkayu getas (mudah patah), tegak, berwarna putih kotor, berkulit tipis,
permukaan kasar, dan jarang bercabang. Tamanan kelor memiliki bunga yang berwarna putih kekuning-
kuningan yang keluar sepanjang tahun dengan aroma semerbak yang khas. Tanaman kelor memiliki
buah yang berbentuk panjang dan segitiga dengan panjang sekitar 20-60 cm. Buah tanaman kelor
berwana hijau ketika masih muda dan berubah menjadi coklat ketika tua (Tilong, 2012). Kelor dikenal di
berbagai daerah di Indonesia dengan nama yang berbeda seperti Kelor (Jawa, Sunda, Bali, Lampung),
Maronggih (Madura),Moltong (Flores), Keloro (Bugis), Ongge (Bima), dan Hau fo (Timur). Kelor termasuk
ke dalam famili Moringaceae yang memiliki daun berbentuk bulat telur dengan ukuran kecil-kecil
bersusun majemuk dalam satu tangkai (Tilong 2012). Tumbuhan kelor memiliki rasa agak pahit, bersifat
netral, dan tidak beracun (Hariana, 2008).Daun kelor berbentuk bulat telur dengan tepi daun rata dan
ukurannya kecil-kecil bersusun majemuk dalam satu tangkai (Tilong, 2012). Terdapat beberapa julukan
untuk pohon kelor diantaranya The Miracle Tree, Tree For Life, dan Amazing Tree. Julukan tersebut
muncul karena bagian pohon kelor mulai dari daun, buah, biji, bunga, kulit, batang, hingga akar
memilikimanfaat yang luar biasa. Tanaman kelor mampu hidup di berbagai jenis tanah, tidak
memerlukan perawatan yang intensif, tahan terhadap musim kemarau, dan mudah dikembangbiakkan
(Simbolon dkk 2007). Menurut Utami (2013), manfaat dari daun kelor antara lain sebagai anti
peradangan, hepatitis, memperlancar buang air kecil, dan anti alergi. Daun kelor (Moringa oleifera)
banyak digunakan dan dipercaya sebagai obat infeksi, anti bakteri, infeksi saluran urin, luka eksternal,
anti-hipersensitif, anti anemik,diabetes , colitis, diare, disentri, dan rematik

Sisik Naga

Paku sisik naga (Pyrrosia piloselloides) merupakan salah satu tumbuhan epifit dari famili Polypodiaceae.
Paku ini biasanya tumbuh di permukaan batang pohon yang memiliki kondisi lingkungan yang lembab
dan paparan sinar matahari yang cukup. Beberapa jenis pohon yang berbeda akan memunculkan
karakter morfologi yang berbeda. Oleh karena itu, Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakter
paku sisik naga berdasarkan pohon inang yang berbeda. Sampel diambil dari 3 jenis pohon inang yang
berada di Universitas Brawijaya, diantaranya pohon sawit, palem, dan mahoni. Masing-masing pohon
dipilih sebanyak 3 kali ulangan. Pengamatan morfologi terdiri dari organ rhizoma, daun, akar pelekat,
dan spora. Pengamatan dilakukan secara langsung di lapangan dan di laboratorium optik untuk sampel
akar pelekat, spora, sisik rhizoma, dan bulu daun. Data morfologi yang didapatkan dinalisis
menggunakan satuan taksonomi operasional (STO). Berdasarkan hasil penelitian diperoleh nilai
persentase persamaan karakter dari masingmasing organ yaitu rhizoma 90%, daun 67,6%, akar peleka
75%, dan spora 80%. Perbedaan mencolok dari semua karakter organ yang diamati terletak pada bentuk
organ daun tropofil. Adanya perbedaan yang terjadi ini dapat disebabkan oleh faktor genetik maupun
lingkungan. Namun, nilai persentase tersebut menunjukkan bahwa faktor genetik lebih mendominasi
dibandingkan dengan faktor lingkungan.

~ Sekian Dari Kelompok Kami ~

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai