Anda di halaman 1dari 4

Suku anggrek-anggrekan 

atau Orchidaceae merupakan satu suku tumbuhan
berbunga dengan anggota jenis terbanyak. Jenis-jenisnya tersebar luas dari daerah tropika
basah hingga wilayah sirkumpolar, meskipun sebagian besar anggotanya ditemukan di daerah
tropika. Kebanyakan anggota suku ini hidup sebagai epifit, terutama yang berasal dari daerah
tropika. Anggrek di daerah beriklim sedang biasanya hidup di tanah dan membentuk umbi
sebagai cara beradaptasi terhadap musim dingin. Organ-organnya yang cenderung tebal dan
"berdaging" (sukulen) membuatnya tahan menghadapi tekanan ketersediaan air. Anggrek epifit
dapat hidup dari embun dan udara lembap. Orchidaceae adalah sumber inspirasi dari nama
kereta api Argo Anggrek, kereta api eksekutif yang melayani Surabaya Pasar Turi-Gambir.
Anggota pentingnya yang dikenal baik manusia adalah anggrek hias serta vanili.berkelopak
bunga indah dan berwarna-warni

Ciri-ciri botani[sunting | sunting sumber]


Anggota suku ini cenderung memiliki organ-organ yang sukulen atau "berdaging": tebal dengan
kandungan air yang tinggi, karena banyak yang tumbuh sebagai epifit. Dengan cara adaptasi itu,
ia dapat hidup pada kondisi ketersediaan air yang rendah. Air diperoleh dari hujan, tetesan,
embun, atau uap air di udara. Namun, anggrek tidak ditemukan di daerah gurun karena
perakarannya tidak intensif dan tidak tahan terhadap sinar matahari terik yang panjang. Anggrek
menyukai cahaya matahari tetapi tidak langsung sehingga ia biasa ditemukan di alam sebagai
tumbuhan lantai hutan (anggrek tanah) atau di bawah naungan (anggrek epifit). Sebagai
tanaman hias, anggrek tahan di dalam ruang.

Akar[sunting | sunting sumber]
Akar serabut, tidak dalam. Jenis-jenis epifit yaitu mengembangkan akar sukulen dan melekat
pada batang pohon tempatnya tumbuh,namun tidak merugikan pohon inang. Ada pula yang
tumbuh geofitis,dengan istilah lain terrestria artinya tumbuh di tanah dengan akar-akar di dalam
tanah. Ada pula yang bersifat saprofit, tumbuh pada media daun-daun kering dan kayu-kayu
lapuk yang telah membusuk menjadi humus.[1] Pada permukaan akar sering kali ditemukan jamur
akar (mikoriza) yang bersimbiosis dengan anggrek.

Batang[sunting | sunting sumber]
Batang anggrek beruas-ruas. Anggrek yang hidup di tanah ("anggrek tanah") batangnya pendek
dan cenderung menyerupai umbi. Sementara itu, anggrek epifit batangnya tumbuh baik, sering
kali menebal dan terlindungi lapisan lilin untuk mencegah penguapan berlebihan. Pertumbuhan
batang dapat bersifat memanjang / meninggi (monopodial) atau melebar / menyamping
(sympodial), tergantung marganya.
Anggrek monopodial (berarti "satu kaki") hanya memiliki satu batang dan satu titik tumbuh saja.
Ia akan membentuk tangkai bunga dari samping batangnya yang pendek. Anakan sulit tumbuh
pada kondisi sehat tetapi suatu individu dapat memunculkan anakan kecil (keiki) dari tangkai
bunganya. Anggrek ini dapat diperbanyak dengan stek batang dan biji. Contoh anggrek tipe ini
adalah Vanda dan Phalaenopsis.
Anggrek sympodial (berarti "banyak kaki") memiliki lebih dari satu titik tumbuh. Tunas baru
muncul dari sekitar batang utama dan menjalar. Bunga bisa muncul di pucuk atau ruas batang.
Batangnya dapat menjadi umbi semu dan sanggup menyimpan air cadangan makanan sebagai
alat bertahan hidup. Anggrek ini dapat diperbanyak dengan mudah melalui pemisahan anakan,
keiki, maupun melalui biji. Contoh anggrek populer tipe ini adalah Dendrobium dan Cattleya.

Daun[sunting | sunting sumber]
Daun anggrek biasanya oval memanjang dengan tulang daun memanjang pula, khas
daun monokotil. Daun dapat pula menebal dan berfungsi sebagai penyimpn air.

Organ reproduksi seksual[sunting | sunting sumber]


Bunga anggrek berbentuk khas dan menjadi penciri yang membedakannya dari anggota suku
lain. Bunga-bunga anggrek tersusun majemuk, muncul dari tangkai bunga yang memanjang,
muncul dari ketiak daun. Bunganya simetri bilateral. Helaian kelopak bunga (sepal) biasanya
berwarna mirip dengan mahkota bunga (petal), sehingga keduanya disebut sebagai tepal). Satu
helai mahkota bunga termodifikasi membentuk semacam "lidah" yang melindungi suatu struktur
aksesoris yang membawa benang sari dan putik. Benang sari memiliki tangkai sangat pendek
dengan dua kepala sari berbentuk cakram kecil (disebut "pollinia") dan terlindung oleh struktur
kecil yang harus dibuka oleh serangga penyerbuk (atau manusia untuk vanili) dan membawa
serbuk sari ke mulut putik. Tanpa bantuan organisme penyerbuk, tidak akan terjadi penyerbukan.
Kebanyakan bunga anggrek mengalami resupinasi ketika berkembang dari calon bunga menjadi
bunga.[2] Posisi bunga pada tangkai berputar 180° pada saat berkembang ketika masih kuncup
yang berakibat bagian lidah yang sebenarnya adalah helai mahkota teratas menjadi berada di
bawah. Hanya beberapa jenis, misalnya anggota marga Calopogon, yang tidak mengalami
gejala ini.
Buah anggrek berbentuk kapsul yang berwarna hijau dan jika masak mengering dan terbuka dari
samping. Bijinya sangat kecil dan ringan, sehingga mudah terbawa angin. Biji anggrek tidak
memiliki jaringan penyimpan cadangan makanan; bahkan embrionya belum mencapai
kematangan sempurna. Perkecambahan baru terjadi jika biji jatuh pada medium yang sesuai
dan melanjutkan perkembangannya hingga kemasakan.

Kekerabatan antar anggrek spesies berdasarkan sifat


morfologi tanaman dan bunga[sunting | sunting sumber]
Berdasarkan hasil analisis varian untuk karakter tinggi tanaman, panjang daun, lebar daun,
perbandingan antara panjang daun dengan lebar daun, jumlah kuntum bunga, panjang tangkai
bunga, diameter bunga dan panjang kelopak bunga dari keenambelas anggrek spesies yang
diuji menunjukkan adanya perbedaan pengaruh yang nyata.
Tampak bahwa G. scriptum mempunyai panjang daun, lebar daun dan panjang tangkai bunga
nyata paling tinggi di antara keenambelas anggrek spesies yang diuji. Namun, nilai diameter
bunga (6,24 cm) spesies ini nyata lebih kecil dari D. stratiotes. Bunga D. stratiotes memiliki
diameter yang nyata paling besar di antara spesies yang diuji, yaitu 9,27 cm. Demikian juga
jumlah kuntum bunga yang dihasilkan oleh G. scriptum nyata lebih sedikit daripada D.
secundum, masing-masing 27,75 dan 50. Hal ini menunjukkan bahwa panjang dan lebar daun
yang besar tidak menjamin akan menghasilkan bunga yang besar dan banyak jumlahnya.
Tinggi tanaman D. anosmum memiliki nilai tertinggi, yaitu 118,40 cm, yang nyata berbeda
dengan tinggi tanaman ke lima belas anggrek spesies lainnya. Batang anggrek ini
berupa pseudobulb atau batang semu yang tumbuh menggantung ke bawah. Hanya pada saat
tumbuhnya tunas baru saja, pertumbuhan pseudobulb dari anggrek ini ke arah atas.
Pertumbuhan batang selanjutnya menggantung ke arah bawah, seiring dengan bertambah
panjangnya pseudobulb.Tanaman anggrek yang terpendek adalah B. lobii (5,00 cm). Berbeda
dengan D. anosmum, B. lobii memiliki batang berupa bulb. Nilai tinggi tanaman anggrek jenis ini
tidak nyata berbeda dengan D. bracteosum (17,77 cm), D. capra (12,15 cm), D.
johannis (34,48 cm), D. macrophyllum (31,12 cm), D. phalaenopsis (20,02 cm), P.
amboinensis, P. violaceae, A. miniatum dan G. scriptum.
G. scriptum memiliki daun terpanjang dan terlebar. Lebar daun G. scriptum sama dengan lebar
daun P. violaceae, P. amboinensis dan D. macrophyllum. Lebar daun terkecil dimiliki D.
capra (1,09 cm) yang sama dengan D. bracteosum (1,56 cm), D. johannis (1,76 cm), D.
phalaenopsis (2,36 cm) dan A. miniatum (1,52 cm).
Nilai perbandingan panjang dengan lebar daun terbesar dimiliki oleh V. tricolor, sebesar 10,48;
yang tidak berbeda nyata dengan D. capra (9,55). Nilai perbandingan panjang dengan lebar
daun terkecil dimiliki oleh D. stratiotes (2,20) yang tidak berbeda nyata dengan D.
macrophyllum, D. secundum, D. undulatum, D. veratrifolium, P. amboinensis dan P.
violaceae (masing-masing dengan nilai 3,05; 2,75; 2,25; 2,48; 2,73 dan 2,68).
Jumlah kuntum bunga yang terbanyak dimiliki oleh D. secundum (50 buah) dan paling sedikit
dimiliki oleh B. lobii (1 buah) yang tidak nyata berbeda dengan D. anosmum, D. bracteosum, D.
capra, D. johannis, D. phalaenopsis, D. stratiotes, P. amboinensis, P. violaceae dan A. miniatum.
Karakteristik bunga B. lobii terletak pada labellumnya yang dapat bergoyang apabila ditiup angin.
Dengan adanya ciri khas bunga yang seperti ini, anggrek B. lobii memiliki sebutan anggrek lidah
bergoyang atau kembang goyang. G. scriptum memiliki tangkai bunga yang paling panjang di
antara keenam belas anggrek spesies yang diuji, yaitu 92,27 cm. Panjang tangkai bunga
terpendek dimiliki oleh anggrek D. anosmum (1,36 cm) yang sama dengan panjang tangkai
bunga anggrek D. bracteosum, D. secundum, P. amboinensis, P. violaceae, A. miniatum dan B.
lobii.
Diameter bunga anggrek yang paling besar, yaitu 9,27 cm dimiliki oleh D. stratiotes. D.
stratiotes ini memiliki mahkota bunga (petala) yang panjang terpelintir tegak ke atas. Besarnya
diameter bunga anggrek tersebut sama dengan besarnya diameter bunga D. anosmum.
Diameter bunga terkecil dimiliki oleh anggrek D. secundum (0,74 cm). Ukuran diameter anggrek
ini paling kecil disebabkan oleh bunga ini tidak dapat membuka atau mekar dengan maksimal.
Ukuran bunga yang mini, tersusun sangat rapat, dan dalam satu tangkai bunga terdiri atas
kuntum bunga yang banyak, merupakan ciri khas yang membuat D. secundum diberi sebutan
sebagai anggrek sikat. Ukuran diameter bunga anggrek ini sama besarnya dengan anggrek A.
miniatum (1,13 cm).
Kelopak bunga (sepala) terpanjang dimiliki oleh anggrek B. lobii (6 cm) yang nyata berbeda
dengan kelima belas anggrek spesies lainnya. Anggrek ini memiliki sepala dorsale atau kelopak
bunga bagian atas tegak, berwarna kuning dan panjang. Sepala paling pendek dimiliki oleh
anggrek jenis A. miniatum (0,63 cm) yang sama ukurannya dengan anggrek D.
secundum (0,92 cm). Dari keenambelas jenis anggrek yang diuji, hanya ada empat jenis yang
mempunyai tipe pertumbuhan batang monopodial, yaitu P. amboinensis, P. violaceae, Vanda
tricolor dan A. miniatum. Kedua belas jenis anggrek lainnya tipe pertumbuhan batangnya
tergolong simpodial. Dari segi aroma bunga, terdapat keanekaragaman aroma bunga mulai dari
tidak beraroma sampai sangat beraroma. Demikian pula dengan warna kehijauan daun,
hanya Vanda tricolor yang warna daunnya berbeda dengan kelima belas jenis anggrek lainnya.
Masing-masing jenis memperlihatkan karakter yang berbeda satu dengan yang lainnya.
Perbedaan tersebut dikarenakan perbedaan habitat asal diambilnya tanaman anggrek yang
bersangkutan. Habitat asal tanaman anggrek memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan
anggrek melalui pengaruh sinar matahari, cuaca atau keadaan iklim, suhu udara, kelembapan
udara serta tersedianya unsur hara yang dapat diserap oleh tanaman anggrek untuk mendukung
pertumbuhan tanaman anggrek, yang pada akhirnya berpengaruh terhadap kualitas dan
kuantitas bunga yang dihasilkannya. Meskipun terdapat keragaman karakter dari masing-masing
jenis anggrek yang diuji, terdapat pula kesamaan karakter.

Anggrek Berdasarkan Tipe Pertumbuhan[sunting | sunting


sumber]

Anggrek Berdasarkan Tempat Tumbuh[sunting | sunting sumber]


Anggrek Epifit
Anggrek yang tumbuh menumpang pada pohon lain tanpa merugikan tanaman inangnya dan
membutuhkan naungan dari cahaya matahari. Akar anggrek menyerap makanan dari air hujan,
kabut dan udara sekitar. Contoh: Cattleya sp., Dendrobium sp., Vanda sp. Phalaenopsis sp.
Anggrek Terestial
Anggrek yang tumbuh di tanah dan membutuhkan cahaya matahari langsung. akarnya
mengambil makanan dari tanah. Contoh: Phaius sp.
Anggrek Saprofit.
Anggrek yang tumbuh pada media yang mengandung humus atau daun-daun kering, serta
menbutuhkan sedikit cahaya matahari. Jenis ini tidak memiliki daun dan klorofil.
[3]
 Contoh: Goodyera sp.
Anggrek Litofit.
Anggrek yang tumbuh pada batu-batuan atau tanah berbatu, dan tahan terhadap cahaya
matahari penuh. Anggek ini mengambil makanan dari hujan, udara, humus.
Contoh: Paphiopedilum sp.

Pemanfaatan[sunting | sunting sumber]
Anggrek dikenal sebagai tanaman hias populer yang dimanfaatkan bunganya. Bunga anggrek
sangat indah dan variasinya hampir tidak terbatas. Anggrek biasa dijual sebagai tanaman pot
maupun sebagai bunga potong. Indonesia memiliki kekayaan jenis anggrek yang sangat tinggi,
terutama anggrek epifit yang hidup di pohon-pohon hutan, dari Sumatra hingga Papua. Anggrek
bulan adalah bunga pesona bangsa Indonesia. Anggrek juga menjadi bunga
nasional Singapura dan Thailand.

Bunga anggrek

Anggrek sering dipergunakan sebagai simbol dari rasa cinta, kemewahan, dan keindahan
selama berabad-abad. Bangsa Yunani menggunakan anggrek sebagai simbol kejantanan,
sementara bangsa Tiongkok pada zaman dahulu kala mempercayai bahwa anggrek sebagai
tanaman yang mengeluarkan aroma harum dari tubuh Kaisar Tiongkok.
Pada pertengahan zaman, anggrek mempunyai peran penting dalam pengembangan tehnik
pengobatan menggunakan tumbuh-tumbuhan. Penggunaannya pun meluas sampai menjadi
bahan ramu-ramuan dan bahkan sempat dipercaya sebagai bahan baku utama pembuatan
ramuan ramuan cinta pada masa tertentu. Ketika anggrek muncul dalam mimpi seseorang, hal
ini dipercaya sebagai simbol representasi dari kebutuhan yang mendalam akan kelembuatan,
romantisme, dan kesetiaan dalam suatu hubungan. Akhirnya, pada permulaan abad ke-18,
kegiatan mengkoleksi anggrek mulai menjadi kegiatan yang banyak dilakukan di segala penjuru
dunia, terutama karena keindahan tanaman ini.
Vanili (Vanilla planifolia) juga merupakan anggota suku anggrek-anggrekan. Tumbuhan ini
dimanfaatkan buahnya. Untuk menghasilkan buah, vanili harus "dikawinkan" oleh manusia,
karena serangga penyerbuknya tidak mampu hidup di luar daerah asalnya, meskipun sekarang
usaha-usaha ke arah pemanfaatan serangga mulai dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai