Anda di halaman 1dari 29

TUGAS MAKALAH

KONSERVASI SUMBER DAYA HUTAN

“KEANEKARAGAMAN JENIS FLORA DAN FAUNA DI


KABUPATEN BUTON UTARA”

Oleh :

ABD. RASYID DANI


M1A120001
KELAS A

PROGRAM STUDI KEHUTANAN


JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS KEHUTANAN DAN ILMU LINGKUNGAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keanekaragaman flora dan fauna di suatu wilayah tidak terlepas dari


dukungan kondisi di wilayah itu. Ada tumbuhan yang hanya dapat tumbuh di
daerah yang beriklim tropis, dimana banyak curah hujan dan sinar matahari, dan
ada yang hanya dapat tumbuh di daerah yang dingin dan lembab. Tumbuhan
merupakan makhluk hidup yng menetap, memiliki dinding sel yang terdiri atas
selulosa dan sumber bahan mkanan dari gas dan air, melalui bantuan klorofil
dalam cahaya. Tumbuhan di permukaan bumi sebaagaai obyek kajian bagi ahli
geogrfi tumbuhan.
Proses migrasi pada tumbuhan di pengaruhi factor kemampuanya
berevolusi, kemampuanyaa dalam menyesuaiakan dirinya untuk mempertahankan
hidupnya, melakukan persebaran untuk tumbuh dan hidup seperti spora yang
terbang di tiup angin, dan sifat yang dimiliki kosolitnes mempunyai kemampuan
menyebar secara luas.
Dalam suatu wilayah tertentu selalu terjadi populasi satu species dengan
species lainya senantiasa terjdi suatu interksi baik secaara langsung maaupun
tidak langsung. Dengan demikian terjadilah suatu kehidupan komunitas atau
kelompok suatu kehidupan. Jenis-jenis fauna tertentu dipengaruhi keberadaannya
oleh keadaan tumbuh-tumbuhan. Sedangkan tumbuh-tumbuhan dipengaruhi oleh
iklim. Keadaan fauna di tiap-tiap daerah atau bioma, tergantung pada
kemungkinan-kemungkinan yang dapat diberikan daerah tersebut.
Dukungan kondisi suatu wilayah terhadap keberadaan flora dan fauna
berupa faktor-faktor fisik (abiotik) dan faktor non fisik (biotik).Yang termasuk
faktor fisik (abiotik) adalah iklim (suhu, kelembaban udara, angin), air, tanah, dan
ketinggian, dan yang termasuk faktor non fisik (biotik) adalah manusia, hewan,
dan tumbuh-tumbuhan.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah Persebaran Flora di Kabupaten Buton Utara?


2. Bagaimanakan persebaran Fauna di Kabupaten Buton Utara?
BAB II
PEMBAHASAN

A. JENIS FLORA DI KABUPATEN BUTON UTARA

Di wilayah Kabupaten Buton Utara tumbuh ribuan jenis pohon (flora) dan
hidup bermacam-macam hewan atau binatang (fauna). Flora dan fauna dibedakan
menjadi tiga, yaitu flora dan fauna asiatis, peralihan (asli), dan australis. Flora dan
fauna asiatis ditemukan di bagian barat. Flora dan fauna australis ditemukan
bagian timur. Flora dan fauna di bagian tengah merupakan flora dan fauna asli
Buton Utara.
Tumbuh-tumbuhan yang hidup di suatu tempat ada yang tumbuh secara
alami dan ada juga yang dibudidayakan oleh manusia. Flora ataua dunia
tumbuhan di berbagai tempat di dunia pasti berbeda-beda, hal ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain sebagai berikut :
 Iklim
 Jenis tanah
 Relief atau tinggi rendah permukaan bumi
 Biotik (pengaruh makhluk hidup).
Adanya faktor-faktor tesebut, Indonesia memeliki keanekara- gaman jenis
tumbuh-tumbuhan. Iklim memiliki pengaruh yang sangat besar terutama suhu
udara dan curah hujan. Daerah yang curah hujannya tinggi memiliki hutan yang
lebat dan jenis tanaman lebih bervariasi, misalnya: di Pulau Sumatera dan
Kalimantan
Sedangkan daerah yang curah hujannya relatif kurang tidak memiliki
hutan yang lebat seperti di Nusa Tenggara. Daerah ini banyak di tum- buhi semak
belukar dengan padang rumput yang luas. Suhu udara juga mempengaruhi
tanaman yang dapat hidup di suatu tempat. Junghuhn telah membuat zonasi
(pembatasan wilayah) tumbuh- tumbuhan di Indonesia sebagai berikut :
 Daerah panas (0 – 650 meter), tumbuhan yang cocok di daerah ini adalah
kelapa, padi, jagung, tebu, karet.
 Daerah sedang ( 650 – 1500 meter), tumbuhan yang cocok di daerah ini
adalah kopi, tembakau, teh, sayuran.
 Daerah sejuk ( 1500 – 2500 meter), tumbuhan yang cocok di daerah ini
adalah teh, sayuran, kina, pinus.
 Daerah dingin (di atas 2500 meter) tidak ada tanaman budidaya
 Beberapa jenis flora di Indonesia yang dipengaruhi oleh iklim antara lain
sebagai berikut :

Jenis-jenis flora di Kabupaten Buton Utara antara lain :

1. MELATI

Bunga melati (Jasminum sambac) atau disebut juga melati putih


merupakan salah satu spesies melati yang berasal dari Asia Tenggara. Tanaman
perdu ini tersebar mulai dari daerah Hindustan, Indochina, Malaysia, hingga ke
Indonesia. Bunga melati putih ditetapkan sebagai puspa bangsa, satu diantara tiga
bunga nasional Indonesia.
Melati (Jasminum sambac) merupakan tanaman perdu, berbatang tegak
merayap, hidup menahun. Melati tumbuh baik di iklim panas tropik, kondisi tanah
ringan, porus, berpasir sampai agak liat. Bunga melati berukuran kecil, umumnya
berwarna putih, petala (mahkota bunga) selapis atau bertumpuk. Daun bentuk
membulat.
Ada sekitar 200 jenis melati yang sudah teridentifikasi, tetapi hanya 8-9
jenis yang umum dibudidayakan. Di Indonesia ada banyak nama lokal yang
diberikan kepada bunga melati seperti, menuh (bali), Meulu Cina, Meulu Cut
(Aceh), Malete (Madura), Menyuru (Banda), Melur (Gayo dan Batak Karo),
Manduru (Menado), dan Mundu (Bima, Sumbawa).
Melati mempunyai bentuk mahkota yang sederhana. Melati memiliki
bunga berwarna putih suci. Melati memiliki aroma yang lembut menenangkan.
Melati tidak membutuhkan pemeliharaan yang rumit. Harga melati yang merakyat
(relatif murah). Dari semua kelebihan melati itu, tidak berlebihan jika kemudian
melati ditetapkan sebagai bunga bangsa.
2. ANGGREK

Indonesia adalah negara yang sangat kaya akan tanaman anggreknya,


Imdonesia mempunyai lebih dari 6.000 jenis anggrek dan menjadikan Indonesia
sebagai negara dengan spesies anggrek terbanyak dan terlengkap di dunia. Tidak
hanya itu jenis anggrek di Indonesia juga merupakan jenis anggrek terindah dan
terlangka didunia. Berikut adalah beberapa jenis anggrek yang ada di Buton Utara.

- Anggrek macan

Grammatophyllum speciosum atau seringpula disebut-sebut dengan


nama G. papuanum yang diyakini sebagai salah satu variannya. Tanaman ini
tersebar luas dari Sumatera, Kalimantan, Jawa, hingga Papua. Oleh karena itu,
tidak heran bila banyak ditemukan varian-varian nya dengan bentuk tanaman dan
corak bunga yang sedikit berbeda. Dalam satu rumpun dewasa, tanaman ini dapat
mencapai berat lebih dari 1 ton dan panjang malai bunga hingga 3 meter dengan
diameter malai sekitar 1,5-2 cm. Itulah sebabnya malai bunganya mampu
menyangga puluhan kuntum bunga berdiameter 7-10 cm.
Dari corak bungany penduduk lokal sering menjulukinya dengan sebutan
anggrek macan akan tetapi sebutan ini sering rancu dengan
kerabatnya, Grammatophyllum scriptum yang memiliki corak serupa. Oleh sebab
itu, anggrek ini populer juga dengan sebutan sebagai anggrek tebu, karena sosok
batang tanamannya yang menyerupai batang pohon tebu. Meskipun
persebarannya cukup luas…anggrek ini justru menghadapi ancaman serius dari
perburuan tak terkendali serta kerusakan habitat. Sosok pohonnya yang sangat
besar mudah terlihat oleh para pemburu, terlebih lagi saat memunculkan
bunganya yang mencolok. Belum lagi perkembangbiakan alami di habitat dengan
biji sangatlah sulit diandalkan karena lambatnya laju pertumbuhan dari fase biji
hingga mencapai tanaman dewasa yang siap berbunga.

- Anggrek hitam
Anggrek hitam (Coelogyne pandurata) adalah spesies anggrek yang hanya
tumbuh di pulau Kalimantan. Anggrek hitam adalah maskot flora provinsi
Kalimantan Timur. Saat ini, habitat asli anggrek hitam mengalami penurunan
jumlah yang cukup besar karena semakin menyusutnya luas hutan di Kalimantan
namun masih bisa ditemukan di cagar alam Kersik Luway dalam jumlah yang
sedikit. Diperkirakan jumlah yang lebih banyak berada di tangan para kolektor
anggrek.
Dinamakan anggrek hitam karena anggrek ini memiliki lidah (labellum)
berwarna hitam dengan sedikit garis-garis berwarna hijau dan berbulu. Sepal dan
petal berwarna hijau muda. Bunganya cukup harum semerbak dan biasa mekar
pada bulan Maret hingga Juni.
Anggrek hitam termasuk dalam anggrek golongan simpodial dengan
bentuk bulb membengkak pada bagian bawah dan daun terjulur di atasnya. Setiap
bulb hanya memiliki dua lembar daun saja. Daunnya sendiri sekilas mirip seperti
daun pada tunas kelapa.

- Anggrek bulan
Anggrek bulan (Phalaenopsis amabilis) merupakan salah satu bunga
nasional Indonesia, Anggrek bulan (Phalaenopsis amabilis) ditetapkan sebagai
Puspa Pesona Indonesia mendampingi bunga melati (Jasminum sambac) yang
ditetapkan sebagai puspa bangsa Indonesia dan padma raksasa (Rafflesia
arnoldii ) sebagai puspa langka Indonesia. Anggrek bulan (Phalaenopsis
amabilis) merupakan salah satu anggota genus Phalaenopsis, genus yang pertama
kali ditemukan oleh seorang ahli botani Belanda, Dr. C.L.
Blume. Phalaenopsissendiri sedikitnya terdiri atas 60 jenis (spesies) dengan
sekitar 140 varietas yang 60 varietas diantaranya terdapat di Indonesia.
Di Indonesia, anggrek bulan (Phalaenopsis amabilis) pertama kali
ditemukan di Maluku. Anggrek bulan memiliki beberapa nama daerah seperti
anggrek wulan (Jawa dan Bali), anggrek terbang (Maluku), dan anggrek menur
(Jawa). Pemerintah menetapkan anggrek bulan sebagai puspa pesona
mendampingi melati (puspa bangsa), dan padma raksasa (puspa langka)
berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1993.
Anggrek bulan (Phalaenopsis amabilis) termasuk dalam tanaman
anggrek monopodial yang menyukai sedikit cahaya matahari sebagai penunjang
hidupnya. Daunnya berwarna hijau dengan bentuk memanjang. Akar anggrek
bulan berwarna putih berbentuk bulat memanjang dan terasa berdaging. Bunga
anggrek bulan memiliki sedikit keharuman dan waktu mekar yang lama serta
dapat tumbuh hingga diameter 10 cm lebih.
Anggrek bulan (Phalaenopsis amabilis) tumbuh liar dan tersebar luas
mulai dari Malaysia, Indonesia, Filipina, Papua, hingga ke Australia. Anggrek
bulan hidup secara epifit dengan menempel pada batang atau cabang pohon di
hutan-hutan. Secara liar anggrek bulan mampu tumbuh subur hingga ketinggian
600 meter dpl.
Lantaran keindahannya itu wajar jika kemudian anggrek bulan ditetapkan
sebagai puspa pesona, satu diantara 3 bunga nasional Indonesia. Anggrek bulan
ditetapkan sebagai puspa pesona mendampingi melati (puspa bangsa) dan padma
raksasa (puspa langka).

3. BUNGA BANGKAI

Bunga bangkai atau suweg raksasa atau batang krebuit (nama lokal untuk
fase vegetatif), Amorphophallus titanum Becc., merupakan tumbuhan dari suku
talas-talasan (Araceae) endemik dariSumatera, Indonesia, yang dikenal sebagai
tumbuhan dengan bunga (majemuk) terbesar di dunia, meskipun catatan
menyebutkan bahwa kerabatnya, A. gigas (juga endemik dari Sumatera) dapat
menghasilkan bunga setinggi 5m. Namanya berasal dari bunganya yang
mengeluarkan bau seperti bangkai yang membusuk, yang dimaksudkan
sebenarnya untuk mengundang kumbang dan lalat penyerbuk bagi bunganya.
Bunga bangkai juga sering digunakan sebagai julukan bagi fatma
raksasa Rafflesia arnoldii. Di alam tumbuhan ini hidup di daerah hutan hujan
basah. Bunga bangkai adalah bunga resmi bagi Provinsi Bengkulu.
Tumbuhan ini memiliki dua fase dalam kehidupannya yang muncul secara
bergantian, fase vegetatif dan fase generatif. Pada fase vegetatif muncul daun dan
batang semunya. Tingginya dapat mencapai 6 meter . Setelah beberapa waktu
(tahun), organ vegetatif ini layu dan umbinya dorman. Apabila cadangan makanan
di umbi mencukupi dan lingkungan mendukung, bunga majemuknya akan
muncul. Apabila cadangan makanan kurang tumbuh kembali daunnya.
Bunganya sangat besar dan tinggi, berbentuk seperti lingga (sebenarnya adalah
tongkol atau spadix) yang dikelilingi oleh seludang bunga yang juga berukuran
besar. Bunganya berumah satu dan protogini: bunga betina reseptif terlebih
dahulu, lalu diikuti masaknya bunga jantan, sebagai mekanisme untuk mencegah
penyerbukan sendiri. Hingga tahun 2005, rekor bunga tertinggi di penangkaran
dipegang oleh Kebun Raya Bonn, Jerman yang menghasilkan bunga setinggi
2,74m pada tahun 2003. Pada tanggal 20 Oktober 2005, mekar bunga dengan
ketinggian 2,91m di Kebun Botani dan Hewan Wilhelma, Stuttgart, juga di
Jerman. Namun demikian, Kebun Raya Cibodas, Indonesia mengklaim bahwa
bunga yang mekar di sana mencapai ketinggian 3,17m pada dini hari tanggal 11
Maret 2004.
4. BUNGA RAFFLESIA ARNOLDI
Rafflesia Arnoldi merupakan salah jenis tanaman langka yang hanya
tumbuh di kawasan Sumatra bagian selatan, terutama di Provinsi Bengkulu.
Tanaman ini pertama kali ditemukan di Bengkulu pada tahun 1818, oleh seorang
letnan dari Inggris, yang pada saat itu tengah menjabat sebagai Gubernur
Bengkulu, Thomas Stamford Raffles dan Dr. Arnoldy, seorang ahli botani.
Oleh Pemerintah Provinsi Bengkulu, bunga ini ditetapkan sebagai
lambang provinsi. Karena Refflesia Arnoldi merupakan tanaman langka, maka
sejak tahun 2000 Pemerintah Provinsi Bengkulu menetapkannya sebagai tanaman
yang dilindungi dan harus dilestarikan. Selain itu, sejak tahun 2001, beberapa
kawasan hutan yang menjadi habitat Rafflesia Arnoldi ditetapkan sebagai
kawasan hutan yang dilindungi.
Raflesia Arnoldi adalah bunga khas yang tumbuh di kawasan hutan bukit
barisan Provinsi Bengkulu. Keunikan bunga ini adalah selain dari bentuknya yang
jauh lebih besar dari ukuran bunga pada umumnya juga karena proses
pemunculannya yang tiba-tiba tanpa memiliki bentuk pohon tertentu. Menurut
berbagai ahli botani, bunga ini diidentifikasi sebagai bunga terbesar di dunia.
Bunga ini kerap tumbuh di hutan Bukit Barisan di Desa Taba Penanjung,
Kabupaten Bengkulu Tengah dan juga di sekitar Desa Tebat Monok, Kabupaten
Kepahiang. Bagian terbesar dari bunga ini adalah lima kelopak bunga yang
mengelilingi bagian dalam, yang tampak seperti mulut gentong. Di dasar bagian
yang seperti gentong ini, terdapat benang sari ataupun putik, bergantung pada
jenis kelaminnya, Rafflesia Arnoldi jantan atau betina. Terpisahnya benang sari
dan putik ini, membuat pembuahan bunga yang berbau busuk ini agak sulit.
Dibutuhkan bantuan dari serangga, angin, ataupun air agar Rafflesia Arnoldi dapat
berbunga.
Masa pertumbuhan Rafflesia Arnoldi terhitung lama, dapat memakan
waktu hingga sembilan bulan, dan jika bunganya sedang mekar, hanya akan
berlangsung selama seminggu. Maka tak heran jika tidak banyak wisatawan yang
cukup beruntung untuk melihat bunga yang biasanya mekar di bulan Agustus
hingga November ini. Jika sedang mekar, bunga ini dapat memiliki diameter
hingga 1 meter, dan beratnya dapat mencapai 11 kilogram. Bunga ini memang
akan mengeluarkan bau yang tak sedap, namun bau inilah yang memancing
serangga untuk mendekati Rafflesia Arnoldi, sehingga memungkinkan
pembuahan terjadi.
Salah satu kebanggaan masyarakat Bengkulu yang merupakan puspa
langka Indonesia, bunga Raflesia Arnoldi yang hanya tumbuh di sekitar kawasan
Hutan Lindung Bukit Daun Bengkulu saat ini terancam punah. Hal ini
diungkapkan oleh Kepala Bagian Tata Usaha Balai Konservasi Sumber Daya
Alam (BKSDA), Supartono. Kepunahan ini disebabkan oleh warga di sekitar
kawasan Hutan Lindung Bukit Daun, secara sengaja memindahkan bongkol puspa
langka tersebut ke daerah yang mudah dijangkau pengunjung atau diletakkan di
sekitar rumah atau pinggir jalan untuk dimanfaatkan menjadi sumber pendapatan,
karena setiap bunga Raflesia mekar.
Pihak BKSDA sejak tahun 2006 sudah mencurigai indikasi ini, tetapi tidak
pernah ditemukan bukti yang kuat. Pihak BKSDA curiga dan heran kenapa bunga
Raflesia selalu mekar dekat dengan jalan, padahal puspa ini memerlukan iklim
yang ekstrim dan hanya tumbuh di kawasan Hutan Lindung Bukit Daun. Hal ini
hendaknya menjadi perhatian serius bagi pemerintah daerah dan pihak terkait,
jangan sampai salah satu kebanggaan masyarakat Bengkulu dan koleksi puspa
langka Indonesia menjadi punah dan tinggal cerita.

5. BERINGIN
Pohon ini dengan mudah dapat dikenali karena mampu tumbuh sangat
besar dan memiliki karakteristik unik. Beringin memiliki akar tunggang yang
menyebar ke tanah dan sanggup menopang ukuran pohonnya yang besar.
Perakarannya berbentuk mirip jaring dan berfungsi sebagai safety nutrition
network atau jaring pengaman nutrisi..
Bentuk batang beringin bentuknya seperti batang pohon lainnya, berbentuk
silindris, betekstur kasar dan memiliki percabangan simpodial. Batang simpodial
adalah jenis batang dengan banyak percabangan serta tidak memiliki satu batang
utama. Diameter batang beringin dapat mencapai 2 meter. Daun beringin berbentu
oval dengan bagian ujung meruncing dan pangkalnya tumpul. Pertumbuhan
daunnya berseling dan tulang daunnya menyirip.
Pohon beringin juga menghasilkan bunga berjenis tunggul yang tumbuh di
ketiak daun atau cauliflora. Bentuk tangkai bunga beringin silindris dengan
kelopak mirip corong dan berwarna hijau. Mahkota bunganya bulat dengan warna
kuning kehijauan, sedangkan benang sari dan putiknya berwarna kekuningan.
Beringin menghasilkan buah semu atau fig yang menjadi sumber makanan hewan-
hewan disekitarnya. Bentuk buahnya bulat dan berwarna hijau saat buah masih
mudah. Bentuk tajuk beringin membulat dan lebar, faktor ini pula yang
menjadikan pohon ini kerap di tanam di alun-alun atau persimpangan jalan
sebagai naungan dan tempat berteduh. Pertumbuhan pohon beringin dapat
mencapai 15meter hingga 25 meter, bahkan di hutan alam juga terdapat beringin
dengan tinggi lebih dari itu. Dari karakteristik yang dimilikinya, beringin
termasuk pohon berukuran besar.
Umumnya pohon beringin banyak ditemukan di kawasan hutan tropis pada
ketinggian 600 mdpl. Namun pohon ini juga dapat tumbuh di daerah hutan
dataran rendah hingga hutan dataran tinggi, serta daerah terbuka. Spesies ini dapat
tumbuh diberbagai wilayah akrena memiliki kemampuan cukup baik adaptasi
terhadap lingkungan. Bahkan juga dapat tumbuh di daerah karst karena perakaran
beringin sanggup menembus celah-celah batuan disekitarnya. Beringin yang
tumbuh liar biasanya berada disekitar sumber air, seperti danau, telaha, mata air,
sungai dan sebagainya. Pohon ini menyukai kawasan dengan curah hujan yang
tinggi, serta akarnya mampu menyimpan air dengan baik. Pohon beringin yang
telah berusia tua tidak terlalu terpengaruh dengan kekeringan dan akan tetap hidup
dengan baik.
6. KAYU BITTI

Bitti (Vitex cofassus) merupakan jenis kayu unggulan Sulawesi Selatan.


Bitti termasuk dalam famili Verbenaceae. Tinggi tanaman Bitti mampu mencapai
45 meter dengan diameter 80 cm. Kayu bitti banyak digunakan sebagai kayu
perkakas, konstruksi rumah dan sebagai bahan untuk membuat perahu phinisi
(perahu khas Sulawesi Tenggara).

Bitti (Vitex cofassus) merupakan jenis kayu unggulan Sulawesi Selatan.


Bitti termasuk dalam famili Verbenaceae. Tinggi tanaman Bitti mampu mencapai
45 meter dengan diameter 80 cm. Kayu bitti banyak digunakan sebagai kayu
perkakas, konstruksi rumah dan sebagai bahan untuk membuat perahu phinisi
(perahu khas Sulawesi Selatan).

Penyebaran tanaman ini di Sulawesi Selatan terdapat di Kab. Bantaeng,


Enrekang, Bone, Bulukumba, Sidrap dan Selayar. Namun kelemahan tanaman ini
bebas cabangnya yang rendah dan percabangannya banyak. Untuk mendapatkan
kayu Bitti dengan kualitas batang yang bagus, lurus dan bebas cabangnya tinggi,
perlu dilakukan kegiatan pemuliaan. Salah satunya adalah dengan membangun
kebun benih dari pohon induk-pohon induk terpilih yang mempunyai kualitas
yang bagus. Kegiatan pengumpulan/koleksi materi/buah dari pohon induk terpilih
adalah eksplorasi.

Eksplorasi ini merupakan salah satu bagian penting dari kegiatan


pembangunan kebun benih semai. Pembangunan kebun benih ini bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan benih bermutu bagi masyarakat. Eksplorasi merupakan
kegiatan pengumpulan benih dari pohon induk-pohon induk terpilih, yang
nantinya benih tersebut akan menjadi materi genetik yang akan di uji
pertumbuhannya melalui uji keturunan. Kegiatan koleksi benih bitti dilakukan di
Kab. Bulukumba dan Kab. Bone. Eksplorasi dipilih pohon induk yang memenuhi
syarat, yaitu bebas cabang tinggi, bebas dari hama dan penyakit serta pohon induk
mempunyai penampakan yang relatif lebih bagus dibanding pohon bitti di
sekitarnya. Jarak antar pohon induk adalah 50-100 m untuk menjaga pengambilan
benih dari hasil perkawinan kerabat.
B. FAUNA BUTON UTARA

Wilayah Indonesia memiliki kekayaan fauna yang sangat beragam.


Keragaman fauna ini karena berbagai hal :
 Terletak di daerah tropis, sehingga mempunyai hutan hujan tropis
(trophical rain forest) yang kaya akan tumbuhan dan hewan hutan tropis.
 Terletak di antara dua benua yaitu benua Asia dan Australia
 Merupakan negara kepulauan, hal ini menyebabkan setiap pulau
memungkinkan tumbuh dan dan menyebarnya hewan dan tumbuhan khas
tertentu sesuai dengan kondisi alamnya.
 Buton Utara terletak di dua kawasan persebaran fauna dunia, yaitu
Australis dan Oriental.
 Karena berbagai kondisi tersebut maka wilayah Buton Utara kaya akan
keanekaragaman fauna. Berbagai jenis fauna yang meliputi :
1. Mamalia (lebih dari 500 jenis)
2. Kupu-kupu (lebih dari 100 jenis)
3. Reptil (lebih dari 600 jenis)
4. Burung (lebih dari 1.500 jenis)
5. Amfibi (lebih dari 250 jenis)

Berikut ini adalah beberapa fauna Buton Utara :

1. ORANG UTAN
Orang utan (atau orang hutan, nama lainnya adalah mawas) adalah sejenis
kera besar dengan lengan panjang dan berbulu kemerahan atau cokelat, yang
Orang utan ditemukan di wilayah hutan hujan tropis Asia Tenggara, yaitu di pulau
Borneo dan Sumatra di wilayah bagian negara Indonesia . Mereka biasa tinggal di
pepohonan lebat dan membuat sarangnya dari dedaunan. Orangutan dapat hidup
pada berbagai tipe hutan, mulai dari hutan dipterokarpus perbukitan dan dataran
rendah, daerah aliran sungai, hutan rawa air tawar, rawa gambut, tanah kering di
atas rawa bakau dan nipah, sampai ke hutan pegunungan. Di Borneo, orangutan
dapat ditemukan pada ketinggian 500 m di atas permukaan laut , sedangkan
kerabatnya di Sumatra dilaporkan dapat mencapai hutan pegunungan pada 1.000.

2. LUTUNG SULAWESI
Lutung Sulawesi atau dalam bahasa latin disebut dengan Trachypithecus
auratus merupakan salah satu jenis lutung asli (endemik) Indonesia. Sebagaimana
spesies lutung lainnya, lutung jawa yang bisa disebut juga lutung budeng
mempunyai ukuran tubuh yang kecil, sekitar 55 cm, dengan ekor yang panjangnya
mencapai 80 cm.
Lutung Sulawesi atau lutung budeng terdiri atas dua subspesies
yaituTrachypithecus auratus auratus dan Trachypithecus auratus
mauritius. Subspesies Trachypithecus auratus auratus (Spangled Langur Ebony)
bisa didapati di Jawa Timur, Bali, Lombok, Palau Sempu dan Nusa Barung.
Sedangkan subspesies yang kedua,Trachypithecus auratus mauritius (Jawa Barat
Ebony Langur) dijumpai terbatas di Jawa Barat dan Banten.

3. ANOA

Anoa adalah satwa endemik pulau Sulawesi, Indonesia. Anoa juga


menjadi fauna identitas provinsi Sulawesi Tenggara. Satwa langka dan dilindungi
ini terdiri atas dua spesies (jenis) yaitu: anoa pegunungan (Bubalus quarlesi) dan
anoa dataran rendah (Bubalus depressicornis). Kedua satwa ini tinggal dalam
hutan yang jarang dijamah manusia. Kedua spesies anoa tersebut hanya dapat
ditemukan di Sulawesi, Indonesia. Diperkirakan saat ini terdapat kurang dari 5000
ekor yang masih bertahan hidup. Anoa sering diburu untuk diambil kulitnya,
tanduknya dan dagingnya.
Baik Anoa Pegunungan (Bubalus quarlesi) maupun Anoa Dataran Rendah
(Bubalus depressicornis) sejak tahun 1986 oleh IUCN Redlist dikategorikan
dalam binatang dengan status konservasi “Terancam Punah” (Endangered; EN)
atau tiga tingkat di bawah status “Punah”.
Secara umum, anoa mempunyai warna kulit mirip kerbau, tanduknya lurus ke
belakang serta meruncing dan agak memipih. Hidupnya berpindah-pindah tempat
dan apabila menjumpai musuhnya anoa akan mempertahankan diri dengan
mencebur ke rawa-rawa atau apabila terpaksa akan melawan dengan
menggunakan tanduknya.

4. BEKANTAN SULAWESI

Bekantan atau dalam nama ilmiahnya Nasalis larvatus adalah sejenis kera
berhidung panjang dengan rambut berwarna coklat kemerahan dan merupakan
satu dari dua spesies dalam genustunggal kera Nasalis.
Ciri-ciri utama yang membedakan bekantan dari kera lainnya adalah
hidung. Fungsi dari hidung besar pada bekantan jantan masih tidak jelas, namun
ini mungkin disebabkan olehseleksi alam . Kera betina lebih memilih jantan
dengan hidung besar sebagai pasangannya. panjang dan besar yang hanya
ditemukan di spesies jantan
Bekantan jantan berukuran lebih besar dari betina. Ukurannya dapat
mencapai 75cm dengan berat mencapai 24kg. Kera betina berukuran 60cm dengan
berat 12kg. Spesies ini juga memiliki perut yang besar, sebagai hasil dari
kebiasaan mengkonsumsi makanannya. Selain buah-buahan dan biji-bijian,
bekantan memakan aneka daun-daunan, yang menghasilkan banyak gas pada
waktu dicerna. Ini mengakibatkan efek samping yang membuat perut bekantan
jadi membuncit.
Bekantan tersebar dan endemik di hutan bakau, rawa danhutan pantai di
pulauKalimantan. Spesies ini menghabiskan sebagian waktunya di atas pohon dan
hidup dalam kelompok-kelompok yang berjumlah antara 10 sampai 32 kera.
Bekantan juga dapat berenang dengan baik, kadang-kadang terlihat berenang dari
satu pulau ke pulau lain.
Bekantan merupakan maskotfauna provinsi Kalimantan Selatan.
Berdasarkan dari hilangnya habitat hutan dan penangkapan liar yang terus
berlanjut, serta sangat terbatasnya daerah dan populasi habitatnya.

5. TARSIUS SULAWESI (TARSIUS SPECTRUM )


Tar sius tarsier (Binatang Hantu/Kera Hantu) adalah suatu jenis primata kecil,
memiliki tubuh berwarna coklat kemerahan dengan warna kulit kelabu, bermata
besar dengan telinga menghadap ke depan dan memiliki bentuk yang lebar.

Nama Tarsius diambil karena ciri fisik tubuh mereka yang istimewa, yaitu
tulang tarsal yang memanjang, yang membentuk pergelangan kaki mereka
sehingga mereka dapat melompat sejauh 3 meter (hampir 10 kaki) dari satu pohon
ke pohon lainnya. Tarsius juga memiliki ekor panjang yang tidak berbulu, kecuali
pada bagian ujungnya. Setiap tangan dan kaki hewan ini memiliki lima jari yang
panjang. Jari-jari ini memiliki kuku, kecuali jari kedua dan ketiga yang memiliki
cakar yang digunakan untuk grooming.
Yang paling istimewa dari Tarsius adalah matanya yang besar. Ukuran
matanya lebih besar jika dibandingkan besar otaknya sendiri. Mata ini dapat
digunakan untuk melihat dengan tajam dalam kegelapan tetapi sebaliknya, hewan
ini hampir tidak bisa melihat pada siang hari. Kepala Tarsius dapat memutar
hampir 180 derajat baik ke arah kanan maupun ke arah kiri, seperti burung hantu.
Telinga mereka juga dapat digerakkan untuk mendeteksi keberadaan mangsa
Tarsius adalah makhluk nokturnal yang melakukan aktivitas pada malam
hari dan tidur pada siang hari. Oleh sebab itu Tarsius berburu pada malam hari.
Mangsa mereka yang paling utama adalah serangga seperti kecoa, jangkrik, dan
terkadang reptil kecil, burung, dan kelelawar. Habitatnya adalah di hutan-hutan
Sulawesi Utara hingga Sulawesi Selatan, juga di pulau-pulau sekitar Sulawesi
seperti Suwu, Selayar, dan Peleng. Di Taman Nasional Bantimurung
Bulusaraung, Sulawesi Selatan, Tarsius lebih dikenal oleh masyarakat setempat
dengan sebutan “balao cengke” atau “tikus jongkok” jika diartikan kedalam
Bahasa Indonesia.
6. BURUNG MERAK HIJAU

Merak Hijau (Green Peafowl) yang dalam bahasa ilmiah disebutPavu


muticus adalah salah satu dari tiga spesies merak yang terdapat di dunia. Satwa
yang terdapat di Cina, Vietnam dan Indonesia ini mempunyai bulu-bulu yang
indah. Apalagi Merak Hijau jantan yang memiliki ekor panjang yang mampu

mengembang bagai kipas.

Merak Hijau (Pavu muticus) mempunyai bulu yang indah yang berwarna
hijau keemasan. Burung jantan dewasa berukuran sangat besar, dengan penutup
ekor yang sangat panjang. Di atas kepalanya terdapat jambul tegak. Burung betina
berukuran lebih kecil dari burung jantan. Bulu-bulunya kurang mengilap,
berwarna hijau keabu-abuan dan tanpa dihiasi bulu penutup ekor. Mukanya
memiliki aksen warna hitam di sekitar mata dan warna kuning cerah di sekitar
kupingnya.
Pada musim berbiak, burung jantan memamerkan bulu ekornya di depan
burung betina. Bulu-bulu penutup ekor dibuka membentuk kipas dengan bintik
berbentuk mata. Burung betina menetaskan tiga sampai enam telur setelah
mengeraminya pada tumpukan daun dan ranting di atas tanah selama satu bulan.
Anaknya akan terus berdekatan dengan induknya hingga musim kawin
berikutnya, walaupun sudah bisa terbang pada usia yang masih sangat muda.
Dalam urusan makan, burung Merak Hijau doyan aneka biji-bijian, pucuk
rumput dan dedaunan, aneka serangga, serta berbagai jenis hewan kecil
seperti laba-laba, cacing dan kadal kecil.
Populasi Merak Hijau tersebar di hutan terbuka dengan padang rumput
di Republik Rakyat Cina, Vietnam, Myanmar dan Jawa, Indonesia. Sebelumnya
Merak Hijau ditemukan juga di India, Bangladesh dan Malaysia, namun sekarang
telah punah di sana. Meskipun berukuran besar, burung indah, langka, dan
dilindungi ini bisa terbang.
Di Indonesia, Merak Hijau hanya terdapat di Pulau Jawa. Habitatnya mulai
dari dataran rendah hingga tempat-tempat yang tinggi. Salah satunya yang masih
bisa ditemui berada di Taman Nasional Alas Purwo, Jawa Timur. Selain itu
diperkirakan juga masih terdapat di Taman Nasional Ujung Kulon, dan Taman
Nasional Meru Betiri.
Populasi Merak Hijau terus berkurang. Ini diakibatkan oleh rusaknya
habitat dan perburuan liar. Burung langka yang indah ini diburu untuk diambil
bulunya ataupun diperdagangkan sebagai bintang peliharaan. Untuk menghindari
kepunahan burung langka ini dilindungi undang-undang.
7. BURUNG CENDRAWASIH

Cendrawasih atau paradisoaeidae apoda, minor, cicinnurus regius, dan


seleudicis melanoleuca merupakan burung khas dari Papua. Dari 43 spesies
burung surga ini, 35 di antaranya bisa ditemukan di Papua. Burung Cendrawasih
yang dianggap sebagai burung surga. Kekhasan burung ini terdapat pada bulu
indahnya. Dan bulu indah ini hanya dimiliki oleh burung cendrawasih jantan
saja. Umumnya warna-warna bulu burung ini sangat cerah dengan kombinasi
hitam, cokelat, kemerahan, oranye, kuning, putih, biru, hijau dan ungu.
Burung ini biasanya hidup di hutan yang lebat atau di dataran rendah. Ia
memiliki kebiasaan bermain di pagi hari saat matahari mulai menampakkan
cahaya di ufuk timur. Cendrawasih jantan memakai bulu lehernya yang menawan
untuk menarik lawan jenis. Tarian cendrawasih jantan amat memukau. Sambil
bernyanyi di atas dahan, pejantan ini bergoyang-goyang ke berbagai arah. Kadang
malah bergantung terbalik bertumpu pada dahan.
Oleh masyarakat di Papua, burung cendrawasih dipercaya sebagai titisan
bidadari tak berkaki atau Apoda, burung yang cantik tetapi tak berkaki, karena
mereka berjalan atau hanya bertengger di dahan pohon saja.
Burung Cendrawasih ini dulu populasinya cukup banyak di hutan Papua, tapi
karena terus diburu, akhirnya populasi burung ini menurun tajam dan semakin
sulit ditemui. Bukan hanya diburu, tetapi habitat berkembangbiaknya pun semakin
sempit karena banyak penebangan hutan.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas maka penulis dapat menarik kesimpulan bahwa
persebaran sumber-sumber alam yang menyangkut air, dunia tumbuh-tumbuhan
serta kesuburan tanah dan sinar matahari dan lain-lain tidaklah merata di
permukaan bumi ini. sehingga, persebaran flora dan fauna pun juga
tidak menyebar secara merata di permukaan bumi ini.

B. Saran
Dengan adanya karya tulis ini maka penulis mengharapkan agar
masyarakat dapat menjaga kelestarian flora dan fauna yang ada di Kabupaten
Buton Utara.

Anda mungkin juga menyukai