Anda di halaman 1dari 16

MORFOLOGI ANGGREK

Oleh :
Septi Melia Hani (B1A0160**)
Wiwit Nur Afifah (B1A016060)
Hasan Hariri (B1A0160**)
Heksa (B1A0160**)
Kating (B********)
Rombongan : I
Kelompok : 1
Asisten : Rahmi Mutia Mawardi

LAPORAN PRAKTIKUM ORCHIDOLOGI

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anggrek memiliki nama latin Orchidaceae, yaitu merupakan satu suku


tumbuhan berbunga yang memiki anggota atau jenis terbanyak. Jenis-jenisnya
tersebar luas dari mulai wilayah tropika basah sampai lokasi sirkumpolar, walau
beberapa besar anggotanya ditemukan di wilayah tropika. Umumnya anggota suku
ini hidup sebagai epifit, terlebih yang datang dari wilayah tropika. Anggrek di
wilayah beriklim sedang umumnya hidup di tanah serta membentuk umbi sebagai
langkah beradaptasi pada musim dingin. Organ-organnya yang condong tidak tipis
serta berdaging (sukulen) membuatnya tahan hadapi tekanan ketersediaan air.
Anggrek epifit bisa hidup dari embun serta udara lembap (Hendaryono, 2007).
Dalam bahasa Yunani, kata ”orchid” berasal dari orchis yang berarti testicle atau
buah zakar. Yang termasuk dalam keluarga Orchidaceae adalah anggrek. Anggrek
merupakan keluarga besar dari kelompok (subdivisi) tanaman berbunga atau berbiji
tertutup (angiospermae), kelas tanaman berbiji tunggal (monocotyledone), ordo
Orchidales, dan family Orchidaceae (anggrek–anggrekan). Famili ini dapat dibagi lagi
menjadi lima subfamili. Menurut para ahli di dunia ada banyak spesies anggrek alam
yang terhimpun dalam beberapa genus (induk jenis atau marga). Tanaman berbunga
indah ini tersebar luas di pelosok dunia, termasuk Indonesia (Gunawan, 1992).
Menurut Otero (2013), anggrek merupakan salah satu keluarga tanaman
paling karismatik dan termasuk setidaknya 20.000 spesies secara luas dihargai oleh
petani spesialis dan ilmuwan, dengan 900 genus dan tersebar di 750 negara. Kurang
lebih 5000 spesies diantaranya tersebar di Indonesia. Selain itu, anggrek merupakan
suku terbesar dalam Spermatophyta (Sandra, 2005). Anggrek merupakan salah satu
tumbuhan berbiji dari family Orchidaceae yang banyak diminati karena bentuk dan
warna bunganya menarik sehingga dapat digunakan sebagai bahan baku industri
bunga potong, tanaman pot, atau hiasan taman. Anggrek dapat dijumpai hampir di
setiap tempat di dunia, kecuali Antartika dan padang pasir. Tanaman anggrek yang
sedemikian banyak jumlahnya, secara morfologi hampir sama, hanya lingkungan
hidupnya saja yang berbeda, tergantung habitat asalnya (Gunawan, 1992).
Anggrek adalah tumbuhan dengan perawakan yang beraneka ragam, hidup
sebagian besar epifit (tumbuh pada pohon inangnya), dan ada pula yang teresterial
(tumbuh di tanah atau sering juga disebut anggrek tanah). Anggrek memiliki
rimpang, akar yang seperti umbi tetapi bukan umbi lapis atau umbi batang. Batang\
berdaun atau tidak, pangkalnya seringkali menebal membentuk umbi semu yang
mempunyai akar yang mengandung klorofil dan berfungsi sebagai alat untuk
asimilasi (Darmono, 2006).
Anggrek merupakan tanaman hias yang mempunyai nilai keindahan (estetika)
dan daya tarik tertentu. Tanaman anggrek mempunyai nilai ekonomis yang tinggi,
selain karena keindahannya, bunga anggrek dapat dimanfaatkan sebagai bunga
potong yang tahan lama (tidak cepat layu) tidak seperti bunga-bunga lain.
Perkembangan anggrek dewasa ini mendapat perhatian yang sangat besar dari
masyarakat. Prospek pengembangan anggrek di Indonesia sangat cerah (Suhendar,
2005).

B. Tujuan

Tujuan dari praktikum morfologi anggrek adalah sebagai berikut:


1. Mengetahui morfologi organ vegetatif anggrek yang meliputi akar, batang, dan
daun.
2. Membedakan akar, batang, dan daun anggrek yang berkaitan dengan cara
hidupnya, yaitu anggrek tanah (terestrial) dan anggrek epifit.
3. Mengetahui morfologi organ generatif anggrek yang meliputi bunga.
II. TELAAH PUSTAKA

Anggrek merupakan salah satu tumbuhan berbiji dari famili Orchidaceae


yang banyak diminati karena bentuk dan warna bunganya menarik sehingga dapat
digunakan sebagai bahan baku industri bunga potong, tanaman pot atau hiasan
taman. Anggrek dapat dijumpai hampir disetiap tempat di dunia, kecuali Antartika
dan padang pasir. Tanaman anggrek yang sedemikian banyak jumlahnya, secara
morfologi hampir sama, hanya lingkungan hidupnya saja yang berbeda, tergantung
habitat asalnya (Ernawati, 1992).
Bunga khas angiospermae tersusun atas empat bagian, yaitu sepal, petal,
stamen, dan karpel. Selama evolusi Orchidaceae, spesialisasi bentuk bunga berkaitan
dengan strategi penyerbukan. Perhiasan bunga dari anggrek terdiri dari tiga sepal,
dua petal, dan satu petal yang termodifikasi menjadi bentuk bibir. Organ yang fertil
beradaptasi menjadi gimnostemium atau column yang merupakan gabungan dari
gynoecium dan androecium (Pan et al., 2014).
Anggrek mempunyai biji yang berukuran sangat kecil dan berbentuk pipih
serta ringan sehingga memungkinkan untuk terpencar melalui berbagai agen
pemencar. Angin merupakan salah satu agen pemencar yang dapat memencarkan
biji-biji anggrek dalam jarak cukup jauh. Air juga dilaporkan sebagai agen pemencar
biji anggrek, seperti yang terjadi pada jenis Epipactis gigantea (Managanta & Pangli,
2014).
Anggrek dapat tumbuh di berbagai tempat yang memungkinkan untuk
tumbuh seperti sampah, tanah yang berhumus, tanah rawa-rawa, batu cadas pasir,
pohon dan akar tumbuhan lain. Daerah penyebarannya meliputi seluruh dunia, dari
daerah tropis hingga kutub, genus Cypripedium, pada ketinggian nol di atas
permukaan laut hingga 4.000 m lebih di pegunungan. Varietas paling luas dan
jumlahnya terbanyak berada di daerah panas. Mayoritas anggrek memang merupakan
tanaman bunga tropis, dan sebagian besar adalah sub tropis (Gunawan, 1992).
Pertumbuhan tanaman anggrek dipengaruhi oleh iklim baik kapasitas sinar
matahari (intensitasnya, panjang hari atau jumlah penyinaran), kelembaban udara,
dan temperatur udara. Ketiga faktor ini merupakan faktor primer yang menentukan
keadaan fisik lingkungan setempat. Di samping faktor primer terdapat juga faktor
sekunder (medium pertumbuhan, air, makanan), dan faktor tambahan seperti hama
dan penyakit (Yusnita, 2004). Berdasarkan hasil penelitian kehilangan atau
menurunya jumlah individu anggrek yang dijumpai dikawasan ini disebabkan karena
pengambilan anggrek secara langsung dihabitat alaminya dan kerusakan habitat
akibat pembukaan lahan pertanian dan tanah longsor (Managanta & Pangli, 2014).
Anggrek dapat hidup pada berbagai ketinggian tempat. Jenis anggrek ada
yang hidup di semak-semak atau pohon-pohon yang disebut epifit, ada yang hidup di
tanah atau disebut teresterial. Anggrek tidak bersifat parasit sehingga tidak
merugikan tanaman lainnya. Tanaman ini mencukupi kebutuhan makanan untuk
dirinya sendiri dari proses fotosintesis (Yusnita, 2004).
Daerah distribusi anggrek meliputi seluruh pelosok dunia, baik di daerah
tropis, sub tropis, hingga artik kecuali antartika yang suhunya terlalu dingin dan
padang pasir yang suhunya terlalu panas. Pada umumnya genera yang paling umum
bersifat epifit, sedangkan genera yang di daerah artik (temperatur dingin) hampir
sebagian besar adalah teresterial. Walaupun anggrek dapat tumbuh pada daerah artik,
tetapi anggrek ini banyak ditemukan di daerah tropis. Di Indonesia tidak meratanya
curah hujan (547-7069 mm pertahunnya) menyebabkan penyebaran jenis anggrek
dari Sabang sampai Papua memiliki habitat yang berbeda, walaupun demikian pada
beberapa jenis penyebarannya ada juga yang merata dalam berbagai suasana iklim
tersebut (Otero, et al., 2013).
Anggrek alam atau anggrek hutan biasanya dikenal sebagai anggrek liar.
Anggrek-anggrek liar ini tumbuh secara alami di tempat-tempat yang tidak dipelihara
oleh manusia. Anggrek liar ini memegang peranan penting sebagai induk
persilangan. Tanaman anggrek telah dikenal masyarakat sejak lama. Salah satu jenis
anggrek yang bermanfaat untuk kesehatan adalah anggrek tanah. Manfaat anggrek
tanah bagi kesehatan, yaitu untuk mengobati penyakit abses paru-paru, radang
saluran napas, pendarahan usus, mata ikan, herpes, terkilir, sinusitis, ingus berbau tak
sedap. Manfaat utama anggrek adalah sebagai tanamana hias karena bunga anggrek
memiliki keindahan bentuk dan warnanya. Selain itu anggrek bermanfaat sebagai
ramuan obat-obatan, bahan campuran minyak wangi atau minyak rambut (Yusnita,
2004).
III. MATERI DAN METODE

A. Materi

Alat yang digunakan pada saat praktikum morfologi anggrek adalah lembar
kerja, alat tulis dan kamera.
Bahan yang digunakan pada saat praktikum adalah anggrek Phalaenopsis sp.,
Dendrobium sp.

B. Metode

Metode yang dilakukan pada praktikum morfologi anggrek adalah :


1. Pengamatan morfologi anggrek
1. Dua spesies anggrek disiapkan.
2. Lembar kerja disiapkan.
3. Bagian-bagian dari masing-masing spesies anggrek diamati.
4. Kedua spesies anggrek digambar pada lembar kerja dan diberi keterangan.
5. Masing-masing spesies diklasifikasikan dan dideskripsikan.
6. Masing-masing anggrek difoto.
2. Penyilangan anggrek
1. Dua spesies anggrek disiapkan.
2. Ambil polen salah satu anggrek dan lakukan penyilangan selfing dan sibling.
3. Bunga yang telah diberi polen diberi tanda.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Gambar 3.1 Dendrobium sp.
Gambar 3.2 Phalaenopsis sp.

B. Pembahasan
Praktikum kali ini mengamati 2 spesies anggrek dari genus yang berbeda
yaitu Dendrobium sp. dan Phalaenopsis sp. Deskripsi dan perbedaan dari ketiga
anggrek tersebut adalah :
1. Dendrobium sp.
Menurut APG III (2009), klasifikasi botani anggrek Dendrobium sebagai
berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Orchidales
Famili : Orchidaceae
Genus : Dendrobium
Spesies : Dendrobium sp.
Anggrek Dendrobium yang merupakan anggota keluarga anggrek dengan
total 20.000 spesies dari 900 negara,  menduduki peringkat kedua terbesar setelah
anggrek bulan. Dendrobium memiliki daun berbentuk lanset, lanset ramping dan
lanset membulat dengan ukuran dan ketebalan bervariasi. Daun keluar dari ruas
batang dan setiap ruas muncul 1-2 helai dengan posisi daun berhadap-hadapan atau
berpasangan. Namun beberapa spesies letak daun duduk berhadapan dalam satu ruas.
Dendrobium selama 1 siklus hidupnya Dendrobium mengalami 2-3 periode
pertumbuhan, yaitu vegetatif, generatif dan beberapa spesies serta dormansi dengan
lama setiap periode tergantung spesies dan habitatnya (Trubus, 2005).
Dendrobium memiliki pola pertumbuhan batang tipe simpodial yaitu
pertumbuhan ujung batang lurus ke atas dan terbatas. Pertumbuhan akan terhenti
setelah mencapai titik maksimal yang selanjutnya  tunas atau anakan baru keluar dari
akar rimpang dan tumbh membesar. Batang umumya beruas-ruas dengan panjang
yang hampir sama. Dendrobium yang bagus yaitu yang berbatang segar, berdasar
hijau, dan jika ditekan tidak gembos. Anggrek epifit yang simpodial biasanya
memiliki umbi semu atau Pseudobulb. Berdasarkan pengamatan batang dendrobium
tampak mengembung seperti umbi atau bulbulus. Umbi tersebut berfungsi untuk
menyimpan cadangan air dan makanan. Sebenarnya umbi tersebut bukan umbi yang
sesungguhnya tetapi  hanya batang yang membesar (Trubus, 2005).
Anggrek Dendrobium memiliki akar lekat atau akar substrat dan akar udara.
Fungsi akar lekat digunakan sebagai penahan tanaman, sedangkan akar udara untuk
kelangsungan hidup tanaman. Akar terbungkus jaringan berbentuk seperti bunga
karang dan menempel pada batang tanaman lain. Bagian akar itu mendatar mengikuti
bentuk permukaan batang yang  ditempeli, dengan sejumlah rambut akar pendek-
pendek menghiasi bagian akar. Akar sehat pada anggrek Dendrobium berwarna putih
tebal, di bagian ujung akar aktif berwarna hijau cerah, akarnya panjang, jumlah
banyak, dan bagian ujung meruncing (Trubus, 2005).
Bunga pada Anggrek Dendrobium, memilik sepal berwarna cerah, berjumlah
3 helai berbentuk lanset, meruncing atau bulat dan ukuran bervariasi. Sepal tengah
disebut dengan sepallum dorsalis atau kelopak punggung. Sementara dua sepal
samping disebut sepal lateralis atau kelopak samping. Petal berjumlah tiga helai
dengan petal ketiga merupakan bagian yang menyatu dan membentuk bibir bunga.
Petal umumnya berbentuk lebih bulat dan lebih besar serta bertekstur halus
dibanding sepal. Warna petal hampir sama dengan sepal kecuali pada petal yang
berbentuk bibir bunga warnanya lebih cerah. Bibir (labellum) merupakan
perkembangan dari petal ketiga. Tugu Bunga (coloumn) merupakan tempat
berkumpulnya atau wadah alat kelamin bunga. Tugu terletak dibagian tengah antara
jantan dan betina. Polen (alat kelamin jantan) berjumlah 4, tersusun dalam 2
rostellum kecil dan berbentuk bulat. Ukuran beragam mulai besar, kecil, bahkan
sangat halus. Polania berwarna pucat hingga kuning cerah yang  muncul pada bagian
atas tugu. Putik (alat kelamin betina) berada di balik dalam tugu. Ovari (bakal buah)
(Trubus, 2005).
2. Phalaenopsis sp.
Klasifikasi anggrek Phalaenopsis menurut APG III (2009) yaitu:
Regnum   : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Asparagales
Famili : Orchidaceae
Genus : Phalaenopsis
Spesies : Phalaenopsis sp.
Daun biasanya oval memanjang dengan tulang daun memanjang, khas daun
monokotil. Daun dapat pula menebal dan berfungsi sebagai penyimpan air. Bentuk
daunnya merupakan bentuk roset, cirinya daun mengimpit batang atau pangkal daun
di bagian atasnya (Darmono, 2006).
Anggrek ini termasuk dalam anggrek epifit dan batangnya tumbuh baik,
seringkali menebal dan terlindungi lapisan lilin untuk mencegah penguapan
berlebihan. Pertumbuhan batang bersifat "memanjang" (monopodial) yaitu hanya
memiliki satu batang dan satu titik tumbuh saja. Bunganya tumbuh dari ujung
batang, memiliki akar serabut, dan karena Phalaenopsis sp. jenis epifit yaitu
mengembangkan akar sukulen dan melekat pada batang pohon tempatnya tumbuh,
namun tidak merugikan pohon inang. Akar-akarnya berwarna putih dan berbentuk
bulat memanjang serta terasa berdaging (Darmono, 2006).
Bunganya berbentuk khas dan tersusun majemuk, melekat pada tangkai
bunga yang memanjang dan muncul dari ketiak daun. Bunganya simetri bilateral.
Helaian Kelopak bunga (sepal) biasanya berwarna mirip dengan mahkota bunga
(sehingga disebut tepal). Satu helai mahkota bunga termodifikasi membentuk
semacam "lidah" yang melindungi suatu struktur aksesoris yang membawa benang
sari dan putik. Benang sari memiliki tangkai sangat pendek dengan dua kepala sari
berbentuk cakram kecil (disebut "pollinia") dan terlindung oleh struktur kecil yang
harus dibuka oleh serangga penyerbuk  dan membawa serbuk sari ke mulut putik.
Bunga dapat tumbuh hingga diameter 10 cm lebih (Darmono, 2006).
Tipe anggrek bermacam-macam berdasarkan habitatnya yaitu terestrial,
saprofit, litofit, amoebofit, epifit dan anggrek yang hidup di air atau rawa-rawa.
Menurut HBO (2011), berdasarkan tempat tumbuh dan habitatnya tanaman anggrek
dapat dibedakan menjadi lima pengelompokan jenis, yaitu:
1. Anggrek epifit (ephytis) adalah jenis anggrek yang menumpang pada
batang/pohon lain tetapi tidak merusak/merugikan tanaman yang ditumpangi
(tanaman inang). Alat yang dipakai untuk menempel adalah akarnya, sedangkan
akar yang fungsinya untuk mencari makanan adalah akar udara. Anggrek epifit
membutuhkan naungan dari cahaya matahari. Di habitat aslinya, anggrek ini kerap
menempel di pohon-pohon besar dan rindang. Contoh anggrek epifit antara lain
Dendrobium, Cattleya, Ondocidium, dan Phalaenopsis.
2. Anggrek semi epifit adalah jenis anggrek yang juga menempel pada
pohon/tanaman lain yang tidak merusak yang ditumpangi. Pada anggrek semi
epifit, selain untuk menempel pada media, akar lekatnya juga berfungsi seperti
akar udara yaitu untuk mencari makanan untuk berkembang. Contoh anggrek
semi epifit antara lain Epidendrum, Leila, dan Brassavola.
3. Anggrek tanah (anggrek terrestris) adalah jenis anggrek yang hidup di atas
permukaan tanah. Anggrek jenis ini membutuhkan cahaya matahari penuh atau
cahaya matahari langsung. Contoh anggrek teresterial antara lain Vanda,
Renanthera, Arachnis, dan Aranthera.
4. Anggrek saprofit adalah anggrek yang tumbuh pada media yang mengandung
humus atau daun-daun kering. Anggrek saprofit dalam pertumbuhannya
membutuhkan sedikit cahaya matahari. Contoh jenis ini antara lain: Goodyera sp.
5. Anggrek litofit adalah jenis anggrek yang tumbuh pada batu-batuan. Anggrek
jenis ini biasanya tumbuh dibawah sengatan cahaya matahari penuh. Contoh jenis
ini antara lain Dendrobium dan Phalaenopsis.
Akar anggrek berbentuk silindris dan berdaging, lunak, mudah patah dengan
ujung akar yang meruncing, licin dan sedikit lengket. Akar anggrek dalam keadaan
kering akan tampak berwarna putih keperakan pada bagian luarnya dan hanya pada
bagian ujung akar saja yang berwarna hijau atau keunguan. Akar yang telah tua
menjadi coklat dan mengering. Akar anggrek berfungsi mengambil, menyerap dan
mengantarkan zat hara ke seluruh bagian tanaman. Fungsi lainnya adalah untuk
menempelkan diri pada tempat atau media tumbuh (Gunawan, 1992).
Anggrek epifit tidak mengambil nutrien dari tumbuhan inangnya, tetapi
hanya menyerap nutrien dari kulit kayu yang telah mati atau dari lingkungan di
sekitarnya. Selain akar lekat, anggrek memiliki akar udara yang berfungsi menyerap
air dan unsur-unsur hara. Sebagian anggrek memiliki akar udara yang berfungsi
menyerap air dan udara. Akar ini juga berfotosintesis karena mengandung butiran
klorofil. Rambut akarnya pendek-pendek dan bersifat dorsiventral, yaitu dapat
dibedakan bagian perut dan punggung akar. Bagian perut merupakan bagian yang
menenpel dan memiliki rambut-rambut akar, sementara bagian dorsal merupakan
bagian yang terkena sinar matahari, tidak memiliki rambut akar, lebih cerah, serta
mempunyai vilamen dan mikorisa di bawah sel-sel epidermisnya (Ernawati, 1992).
Akar anggrek mempunyai velamen yang terdiri dari beberapa lapisan sel (sel-
sel korteks) yang berongga dan transparan. Velamen itu merupakan lapisan
pelindung pada sistem saluran akar. Lapisan sel itu berfungsi melindungi akar dari
kehilangan air selama proses penguapan. Velamen menyerap air dan melindungi
bagian dalam akar, serta membantu melekatnya akar pada benda yang
ditumpanginya. Air atau hara yang langsung mengenai akar akan diaborsi oleh
velamen dan ujung akar. Namun, hanya air dan hara yang melalui ujung akar yang
dapat disalurkan ke dalam jaringan tanaman (Lestari, 2010).
Menurut Yusnita (2004), berdasarkan pola pertumbuhan batangnya, tanaman
anggrek dibedakan menjadi dua tipe, yakni tipe simpodial dan monopodial.
a. Anggrek simpodial adalah anggrek yang tidak memiliki batang utama. Bunganya
keluar dari ujung batang dan akan berbunga kembali pada pertumbuhan anakan
atau tunas baru berikutnya, hanya anggrek jenis Dendrobium yang berbunga lewat
sisi-sisi batangnya. Contoh anggrek tipe simpodial antara lain Dendrobium,
Cattleya, Oncidium, dan Cymbidium. Biasanya anggrek tipe simpodial ini bersifat
epifit.
b. Anggrek monopodial adalah anggrek yang pertumbuhan batangnya lurus ke atas
pada satu batang tanpa batas. Bunganya keluar dari sisi batang di antara dua
ketiak daun. Contoh anggrek tipe monopodial ini antara lain  Vanda, Arachnis,
Renanthera, Phalaenopsis, dan Aerides.
Daun anggrek memiliki bentuk, ukuran dan ketebalan yang berbeda-beda
tergantung species dan genusnya. Bentuk daun ada yang bulat panjang, seperti
pensil, lebar atau sempit seperti palem, berdaging tipis atau tebal, permukaaan halus
atau kasar, bahkan ada jenis anggrek yang tidak berdaun. Tulang daun anggrek
sejajar dengan helaian daun. Susunan daun berselang seling atau berhadapan
(Lestari, 2010).
Menurut tipe daunnya, anggrek digolongkan menjadi dua, yaitu :
1. Kelompok evergreen (tipe daun tetap segar/hijau), yaitu anggrek yang helaian
daunnya tidak gugur serentak.
2. Kelompok decidous (tipe gugur), yaitu semua helaian daun akan gugur dan
tanaman mengalami fase istirahat, kemudian ditempat daun ini akan muncul
bunga (Widiastoety, 2014).
Pada tanaman anggrek, bentuk daun sangat tergantung dari jenisnya.
Beberapa bentuk daun anggrek adalah sebagai berikut :
a. Bentuk silindris.
Bentuk daunnya  panjang dan tumpul mirip pensil. Daun seperti ini dijumpai
pada anggrek “Vanda potlod” atau “Vanda hookeriana”.
b. Bentuk talang.
Helaian daun yang kiri dan kanan membentuk sudut, sehingga bentuk daunnya
menyerupai talang. Anggrek jenis Aerides, Ascocentrum,  Rhynchostylis adalah
sebagian jenis anggrek yang memiliki bentuk daun menyerupai talang.
c. Bentuk sendok.
Bentuk daunnya lonjong dan memanjang serta relative tidak ada lekukan (datar).
Daun seperti ini bisa dilihat pada jenis anggrek Cattleya atau Bulbophyllum.
d. Bentuk daun bertunggangan.
Daun mengimpit batang atau bagian pangkal daun diatasnya. Bentuk helaian
daunnya melebar ke arah ujung. Bentuk daun yang bertunggangan ini terdapat
pada anggrek Phalaenopsis dan Oberonia (Widiastoety, 2014).
Bunga anggrek tersusun dalam karangan bunga. Jumlah kuntum bunga pada
satu karangan dapat terdiri dari satu sampai banyak kuntum. Karangan bunga pada
beberapa spesies letaknya terminal, sedangkan pada sebagian besar letaknya aksilar.
Bunga anggrek memiliki beberapa bagian utama yaitu sepal (daun kelopak), petal
(daun mahkota), stamen (benang sari), pistil (putik) dan ovarium (bakal buah). Sepal
anggrek berjumlah tiga buah. Sepal bagian atas disebut sepal dorsal, sedangkan dua
lainnya disebut sepal lateral. Anggrek memiliki tiga buah petal, petal pertama dan
kedua letaknya berseling dengan sepal. Petal ketiga mengalami modifikasi menjadi
labellum (bibir). Pada Labellum terdapat gumpalan-gumpalan yang mengandung
protein, minyak dan zat pewangi. Warna bunga tananam anggrek sangat bervariasi
dan berfungsi untuk menarik serangga hinggap pada bunga untuk mengadakan
polinasi (penyerbukan). Berdasarkan beberapa laporan, lebah madu merupakan
serangga pollinator yang umum pada tanaman anggrek (Suhendar, 2005).
Column (tugu) yang terdapat pada bagian tengah bunga merupakan tempat
alat reproduksi jantan dan alat reproduksi betina. Ujung columnya terdapat anter atau
kepala sari yang merupakan gumpalan serbuk sari atau pollinia. Pollinia tertutup
dengan sebuah cap (anther cap). Stigma (kepala putik) terletak di bawah rostellum
dan menghadap ke labellum. Ovarium bersatu dengan dasar bunga dan terletak di
bawah colum, sepal dan petal (Lestari, 2010).
IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang didapat dari hasil praktikum adalah :


1. Berdasarkan pola pertumbuhan batangnya, tanaman anggrek dibedakan menjadi
dua tipe, yakni tipe simpodial dan monopodial.
2. Berdasarkan tempat tumbuh dan habitatnya tanaman anggrek dapat dibedakan
menjadi lima pengelompokan jenis, yaitu anggrek epifit, anggrek semi epifit,
anggrek terestrial, anggrek saprofit, dan anggrek litofit.
3. Morfologi anggrek Dendrobium sp. memiliki tipe pertumbuhan batang
simpodial, terdapat taji, posisi pembungaan terminal, bentuk pseudobulbus
oblong, tipe pseudobulbus homoblastik, bentuk daun melanset, tepi daun rata,
daunnya simetris, tipe pembungaan tandan, bentuk bunga bulat, warna sepal
hijau keunguan, dan warna petal ungu. Morfologi anggrek Mokara sp. memiliki
tipe pertumbuhan batang monopodial, terdapat taji, posisi pembungaan axilar,
tidak terdapat pseudobulbus, bentuk daun pita, tepi daun rata, daunnya simetris,
tipe pembungaan tandan, bentuk bunga bintang, warna sepal dan petal ungu
muda. Morfologi anggrek Phalaenopsis sp. memiliki tipe pertumbuhan batang
monopodial, tidak terdapat taji, posisi pembungaan axilar, tidak terdapat
pseudobulbus, bentuk daun bulat telur, tepi daun rata, daunnya simetris, tipe
pembungaan tandan, bentuk bunga bulat, warna sepal putih keunguan, dan
warna petal ungu muda berbintik ungu tua.

B. Saran

Saran untuk praktikum morfologi anggrek yaitu sebaiknya anggrek yang


digunakan lebih bervariasi dan juga materi mengenai anggrek lebih dilengkapi.
DAFTAR REFERENSI

Darmono, D.W. 2006. Menghasilkan Anggrek Silangan. Jakarta: Penebar Swadaya


Ernawati, A. 1992. Produksi Senyawa-Senyawa Metabolit Sekunder dengan Kultur
Jaringan Tanaman dalam G. A. Wattimena (Ed.). Bioteknologi Tanaman.
Bogor : Tim Laboratorium Kultur Jaringan Tanaman, PAU Bioteknologi IPB.
Gunawan, L.W. 1992. Teknik Kultur Jaringan Tumbuhan. Bogor: Institut Pertanian
Bogor.
HBO. 2011. Handoyo Budi Orchids Laboratorium Pembibitan Anggrek dan Show
Room. Malang: Handoyo Budi Orchids.
Hendaryono, D.P.S. 2007. Pembibitan Anggrek dalam Botol. Yogyakarta: Kanisius.
Lestari, E.S. 2010. Karakterisasi Morfologis dan Molekuler Anggrek Vanda tricolor
Lindl. var. suavis Asal Merapi dan Bali. Skripsi. Fakultas Biologi Universitas
Gadjah Mada.
Managanta, A. & Pangli, M. 2014. Studi Habitat dan Inventarisasi Anggrek Hitam
(Black Orchid) di Kawasan Hutan Cagar Alam Bancea Kecamatan Pamona
Selatan, Kabupaten Poso. Jurnal Agro Pet, 11(1), pp. 20-45.
Otero J. T., Mosquera A. T. & Flanagan N. S. 2013. Tropical Orchid Mycorrhizae:
Potential Applications In Orchid Conservation, Commercialization, And
Beyond. Colombia: Departamento de Ciencias Biológicas.
Pan, Z. J., Chen, Y. Y., Du, J. Y., Chen, Y. Y., Chung, M. C., Tsai, W. C., Wang, C.
N., & Chen H. H. 2014. Flower Development of Phalaenopsis Orchid
Involves Functionally Divergent SEPALLATA-like Genes. New
Phytologists, 202, pp. 1024–1042.
Sandra, E. 2005. Membuat Anggrek Rajin Berbungga. Jakarta: Penebar Swadaya.
Suhendar, S. 2005. Business Plan Agroindustri Aloevera. Jakarta: Erlangga.
Trubus. 2005. Anggrek Dendrobium. Jakarta : PT Trubus Swadaya.
Widiastoety, D. 2014. Pengaruh Auksin dan Sitokinin Terhadap Pertumbuhan Planlet
Anggrek Mokara. J. Hort, 24(3), pp. 230-238.
Yusnita. 2004. Kultur Jaringan Cara Perbanyakan Tanaman Secara Efisien. Jakarta:
Agromedia Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai