Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Sel adalah unit atau bagian terkecil yang menyusun makhluk hidup yang
memiliki kemampuan untuk hidup (melakukan metabolisme untuk menjadi energi
untuk dirinya). Sel terbagi atas dua, yaitu sel tumbuhan dan sel hewan yang tentunya
masing masing memiliki ciri tersendiri.
sel tersusun dari berbagai macam organel organel sel yang memiliki fungsi
berbeda beda. Salah satu organel yang terdapat dalam sel adalah “sitoskeleton” atau
kerangka sel sehingga dapat memiliki bentukyang kokoh, berubah bentuk, mampu
mengatur posisi organel,berenang serta merayap di permukaan dengan menggunakan
flagella. Tentunya dengan fungsi yang disebutkan sebelumnya sitoskeleton sangat
penting untuk sel.
Pada masa masa awal digunakannya mikroskpi elektron, para ahli biologi
berfikir bahwa organel sel eukariotik mengembang bebas dalam sitosol. Tetapi
penyempurnaan mikroskopi cahaya dan mikroskopi elektron telah mengungkapkan
adanya sitoskeleton. Jaringan serabutyang membentang di seluruh sitoplasma.
Sitoskeleton memainkan memainkan peran utama dalam pengorganisasian struktur
dan aktivitas sel, yaitu dalam proses pengangkutan dan pergerakan sel.
Sitoskeleton terdiri dari mikrofilamen, mikrotubulus, dan filamen intermediet.
Dari ketiga penyusun sitoskeleton tersebut terdiri dari berbagai struktur. Dalam hal
pengertian masing masing struktur penyusun sitoskeleton tersebut mungkin sebagian
dari kita mengalami kesulitan dalam memahami lebih dalam tentang sitoskleteton.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu sitoskeleton?
2. Apa fungsi sitoskeleton?
3. Bagaimana struktur sitoskeleton?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan sitoskeleton
2. Untuk mengetahui fungsi dari sitoskeleton
3. Untuk mengetahui struktur dari sitoskeleton

1
BAB II

PEMBAHASAN

 Pada awalnya para ahli biologi berpikir bahwa organel sel eukariotik mengambang
bebas dalam sitosol. Tetapi penyempurnaan mikroskop cahaya dan mikroskopi elektron telah
mengungkapkan adanya jalinan serabut yang membentang di seluruh sitoplasma berbentuk
benang-benang halus yang disebut filamen.  Filamen-filamen ini teranyam membentuk suatu
jejala atau rerangka yang disebut sitoskeleton.

A. PENGERTIAN SITOSKELETON

Sitoskeleton atau kerangka sel adalah jaring berkas berkas protein yang menyusun
sitoplasma dalam sel. Setelah lama dianggap hanya terdapat di sel eukariota, sitoskeleton
ternyata juga dapat di temukan pada sel prokariota. Dengan adanya sitoskeleton, sel dapay
memiliki bentuk yang kokoh, berubah bentuk, mampu mengatur posisi organel, serta
merayap dipermukaan. Jaringan ini terdiri atas tiga tipe dasar yaitu mikrofilamen, (filamen
aktin), mikrotubulus (jamak dari mikrotubuli serta intermediet filamen.) Filamen filamen ini
terhubung antara satu sama lain dan saling bekerja sama (koordinasi)

B. PERAN SITOSKELETON
1. Memberi bentuk dan mempertahankan struktur sel.

Jelas sekali peranannya sangat diperlukan  seperti pada sel hewan yang tidak
memiliki dinding sel.  Sitoskeleton distabilkan oleh keseimbangan antara gaya-gaya
yang berlawanan yang dikerahkan oleh unsur–unsurnya

2.      Penempatan berbagai organel dalam sel

Fungsinya dapat dibayangkan seperti rangka hewan secara umumnya,


sitoskeleton merupakan  tempat bergantung banyak organel bahkan molekul enzim
sitosol. Namun, sitoskeleton lebih dinamis daripada rangka hewan. Sitoskeleton dapat

2
secara cepat dibongkar pasang atau disusun di tempat baru, yang mengubah bentuk
sel tersebut.

3.    Motilitas sel.

Sitoskeleton adalah suatu jalinan yang dinamis yang dapat berubah bentuk dan
akibatnya adalah gerakan sel. Motilitas   ( gerak ) sel mencakup perubahan tempat sel
maupun pergerakan bagian sel yang lebih terbatas. Motilitas sel membutuhkan
interaksi sitoskeleton dengan protein yang disebut molekul motor.

4.  Pergerakan materi-materi dan organel dalam sel.

Molekul motor dapat melekat pada reseptor organel, membuat organel tersebut
bisa “berjalan” di sepanjang mikrotubula sitoskeletonnya. Seperti vesikula, yang
mengandung neurotransmiter berpindah ke ujung akson , pemanjangan sel saraf yang
melepas molekul transmiter  sebagai sinyal kimiawi ke sel saraf sebelahnya.

5.  Dalam pengaturan aktivitas biokimiawi dalam sel

Sitoskeleton dapat mengahantarkan gaya mekanis dari permukaan sel ke


bagiaan dalamnya, bahkan keserabut lain, kedalam nukleus. Seperti, terjadi
pengaturan ulang secara spontan susunan nukleoli dan struktur lain dalam nukleus.

Struktur bentukan sitoskeleton

  Hanya dengan tiga tipe filamen, struktur sel dapat bervariasi antara satu sel dengan
sel lainnya. Efektivitas kerja ketiga filamen protein ini bergantung pada jumlah protein
asesori yang menghubungkan filamen ke komponen sel lain. Protein asesori penting untuk
mengontrol perakitan filamen sitoskeleton pada posisi tertentu, termasuk di dalamnya protein
motorik yang mengerakkan organel pada filamen atau filamen itu sendiri. Susunan struktur
filamen ini mirip barisan semut. Tersusun rapih dan jika ada yang meninggalkan rombongan,
barisan dapat menyusun kembali dalam kecepatan tinggi.

Sitoskeleton berdasarkan struktur dan garis tengahnya, dikelompokkan menjadi tiga


kelompok, yaitu mikrotubulus, mikrofilamen, dan filament intermediet.

1. Mikrotubulus

Mikrotubulus atau mikrotubula adalah tabung yang disusun dari mikrotubulin.


Mikrotubulus dibagi menjadi dua, yaitu mikrotubulus singlet dan mikrotubulus
doublet. Mikrotubulus memiliki dua ujung, yaitu ujung negatif yang terhubung
dengan pusat pengatur mikrotubulus, dan ujung positif yang berada di dekat membran
plasma. Organel dapat meluncur di sepanjang mikrotubulus untuk mencapai posisi
yang berbeda di dalam sel, terutama saat pembelahan sel.

3
     

2. Penemuan Mikrotubulus

                 Penemuan keberadaan mikrotubulus (jamak: mikrotubuli) baru terungkap pada


saat Keith Porter dan sejawatnya mengembangkan suatu cara untuk melihat sel tanpa
penyelubungan (embedding) dan penyayatan, namun dengan menggunakan HVEM (high
voltage electron microscope), menunjukkan bahwa bagian sitoplasma yang berada di sela-
sela organela tampak penuh dengan anyaman trimatra dari benang-benang yang sangat halus
yang juga disebut jejala mikrotrabekular serta terdapat pula filamen-filamen yang bermatra
lebih besar yang di kelompokkan menjadi mikrotubulus, mikrofilamen, dan filamen
intermedia. Kemudian diadakan penelitian lebih lanjut mengenai filamen-filamen tersebut
yang salah satunya adalah mikrotubulus.

3. Bagian-bagian mikrotubulus

Mikrotubulus ditemukan dalam sitoplasma semua sel eukariotik. Mikrotubulus itu


berupa batang lurus dan berongga. Mikrotubulus berukuran kecil, melengkung, berbentuk
silindris, dan kaku, dimana ditemukan di setiap sel yang sedang mengalami pembelahan.
Mikrotubulus tersusun atas protein yang dikenal sebagai tubulin. struktur mikrotubul sangat
menarik hampir sama di semua jenis organisme.

Analisis ultrastruktural secara negatif menunjukan noda pada potongan mikrotubul,


ini menunjukan bahwa dindingnya ialah polimer yang tersusun atau subunit globular.
Pemeriksaan potongan melintang dari dinding mikrotubulus menunjukan biasanya 13 subunit
yang memutar sehingga membentuk dinding. Ketika permukaannya dilakukan secara
membujur maka memperlihatkan protofilament. Ketika mikrotubul yang retak, 13
protofilament pembuat dinding tersebut dapat dilihat, menandakan perkumpulan dari subunit
mengitari dinding mikrotubul. Satu berkas dari subunit-subunit tadi terlihat berpola spiral
seperti bentuk sekrup. Setiap molekul rantai-rantai protein tubulin yang membentuk spiral
merupakan heterodimer yang terdiri dari dua subunit globular yang terikat erat. Subunit-
subunit tersebut merupakan protein sejenis yang diberi nama α-tubulin dan β-tubulin. Kedua
protein tersebut diperkirakan berat molekulnya kira-kira 54.000 dalton yang mempunyai
hubungan dengan struktur dan urutan asam amino yang kiranya berasal dari leluhur protein
pada awal periode evolusi, Masing-masing protein terdiri dari ikatan polipeptida tunggal yang
panjangnya sekitar 500 asam amino. Spiral ini membentuk tabung berlubang yang
panjangnya dari 200 nm hingga 25 µm dengan diameter 25 nm dan tebal 5nm.

4
Mikrotubulus dapat dibongkar dan tubulinnya digunakan untuk membangun mikrotubulus di
mana saja di dalam sel. Penambahan untuk tubulin yang mana tercatat 80-95% dari
kandungan protein di mikrotubul ialah MAPs (Microtubule-associated proteins) yang juga
hadir di organel dan sekarang ini sedang diteliti secara intensif

4. Pembentukan Mikrotubulus

Dalam banyak sel, mikrotubulus tumbuh dari sentrosom, suatu daerah yang terletak
dekat nukleus. Mikrotubulus memanjang dengan menambah molekul tubulin di ujung-
ujungnya. Tubulin dapat berpolimerisasi membentuk mikrotubulus. Percobaan polimerisasi
dapat dibuat dengan campuran tubulin, larutan penyangga, dan GTP pada suhu 37 °C. Dalam
tahapannya, jumlah polimer mikrotubulus mengikuti kurva sigmoid. Pada fase lag, tiap
molekul tubulin berasosiasi untuk membentuk agregat yang agak stabil. Beberapa di
antaranya berlanjut membentuk mikrotubulus. Saat elongasi, tiap subunit berikatan dengan
ujung ujung mikrotubulus. Saat fase plato, (mirip fase log pada pembelahan sel), polimerisasi
dan depolimerisasi berlangsung secara seimbang karena jumlah tubulin bebas yang ada pas-
pasan.

 Dalam pembentukan mikrotubulus, sebelum molekul-molekul tubulin menjadi


mikrotubulus, telebih dahulu menyusun diri membentuk protofilamen dengan jalan subunit β-
tubulin dari sebuah molekul tubulin berlekatan dengan subunit α dari molekul tubulin yang

5
lain yang berada di sampingnya. Sebuah mikrotubulus yang juga terdiri dari 13 protofilamen
yang tersusun membentuk suatu lingkaran. Jika 3 buah protofilamen dari sebuah
mikrotubulus (mikrotubulus A), juga menjadi milik mikrotubulus lain (mikrotubulus B),
maka dua buah mikrotubulus tersebut di beri nama doublet. Mikrotubulus memiliki kutub
positif, yaitu kutub yang pertumbuhannya cepat, dan kutub negatif yaitu kutub yang
pertumbuhannya lambat. Hal ini di sebabkan oleh susunan profilamen yang sejajar satu
terhadap yang lain dan sesuai dengan polaritas masing-masing. 

5. Pengelompokan mikrotubulus

 Mikrotubulus stabil adalah  mikrotubulus yang dapat diawetkan dengan


larutan fisikatif apapun, misalnya MnO4 atau aldehida dan suhu berapapun.
Contoh mikrotubulus stabil adalah pembentukan silia dan flagella.  

 Mikrotubulus labil adalahmikrotubulus yang dapat diawetkan hanya dengan


larutan fisikatif aldehida dan pada suhu sekitar 4o C. Contoh yakni
mikrotubulus pembentuk gelendong pembelahan. Sifat kelabilan mikrotubulus
ini berguna untuk menerangkan arah pertumbuhannya. Mikrotubulus yang
kedua ujungnya terdapat bebas di dalam sitoplasma akan segera lenyap.
Mikrotubulus yang tumbuh dengan ujung negatif melekat pada sentroma dapat
dibuat stabil apabila ujung positifnya dilindungi sehingga menghalangi
terjadinya depolimerisasi.
 Mikrotubulus singlet
  Mikrotubulus doublet

6. Kegiatan dan fungsi mikrotubulus

     Mikrotubulus menjalankan beberapa fungsi yaitu:

 Sarana transport material di dalam sel


 Sebagai struktur supporting bagi fungsi-fungsi organel lainnya
 Mempertahankan bentuk sel (sebagai “balok” penahan-tekanan)
 Pergerakan kromosom dalam pembelahan sel, serta pergerakan organel.

Mikrotubulus juga dapat berfungsi untuk pergerakan sel, yaitu menggetarkan silia dan
flagel (alat bantu pergerakan yang menonjol dari sebagian sel). Silia umumnya relatif pendek
daripada flagel (panjangnya 5-10 µm vs 150 µm) dan jumlahnya lebih banyak. Sekalipun
berbeda dalam hal panjang, jumlah per sel, dan pola kibasannya, silia dan flagel sebenarnya
memiliki kesamaan ultrastruktur. Unsur-unsur aksoneme dari silia dan flagel hampir smua
sama dan berisi “9+2” susunan mikrotubula.

6
Mikrotubul pada silia dan flagela

Mikrotubulus juga memiliki peran penting pada dinding sel tanaman. Dinding sel
tanaman adalah matriks ekstraseluler yang kokoh. Dinding sel ini terdiri atas mikrofibrilis

7
dalam banyak matriks polisakarida (sebagian besar pektin dan hemiselusosa) dan glikoprotein
yang saling silang. Pada bagian korteks dari dinding sel, ada array mikrotubulus yang
menentukan posisi mikrofibrilis. Penyusunan mikrofibrilis ini menentukan arah
perkembangan dinding sel, bentuk akhir sel, serta pola pembelahan sel. Dalam susunannya
pada dinding sel, mikrofibrilis selulosa saling silang dalam jaringan yang diikat oleh
hemiselusosa. Jaringan ini saling ekstensif dengan jaringan polisakarida pektin. Jaringan
selulosa-hemiselulosa memberi kekuatan tegangan sementara jaringan pektin melawan
kompresi. Pada dinding sel utama, jumlah ketiganya secara kasar sama, tetapi lamela tengah
memiliki lebih banyak pektin untuk merekatkan sel yang berdekatan.

Kegiatan dan fungsi mikrotubula sebagian besar berdasarkan kelabilannya. Salah satu
contoh yang mencolok adalah terbentuknya gelondong mitosis, yang terbentuk setelah
mikrotubula sitoplasma terurai setelah mitosis. Mikrotubula ini umumnya sangat labil, cepat
terakit dan cepat pula terurai. Hal inilah yang menyebabkan sangat pekanya gelondong
mitosis terhadap pengaruh obat-obatan seperti “colcisine”. Obat ini dapat menghentikan
mitosis untuk beberapa menit. Senyawa-senyawa yang memiliki kemampuan menghambat
mitosis disebut dengan antimitosis. Zat amitosis dapat mencegah sel membelah, sehingga
dapat untuk menghambat sel kanker.

 7. Zat-zat tertentu penghambat

Zat – zat dibawah ini menghambatpolimerisasi mikrotubulin, dan sekarang dipakai


sebagai obat (anti tumor), yaitu:

 Colchicine, Colcemid dan Nocadozale

Mencegah penambahan molekul tubuli pada mikrotubuli,depolimerisasi

 Vimbrastine dan Vincrictine                       

            Depolimerisasi mikrotubuli (pada Vinca rosea)

 Vincrictine                             

            Mestabilkan mikrotubuli, sel tetap pada mitosis

C. Mikrofilamen atau filamen aktin

Mikrofilamen berupa rantai ganda protein yang saling bertaut. Memiliki diameter 7-8 nm.
Rantai-rantai filamen ini tersusun atas bola-bola molekul protein yang disebut aktin. Aktin
dibangun oleh suatu protein struktural aktin yang mempunyai dua bentuk, yakni :

8
1.      Protein globuler monomer (G-aktin) BM 43.000 Dal

2.      Protein serabut atau filamen aktin (F-aktin)

Berbeda dengan mikrotubulus, mikrofilament cenderung sejajar dengan proses pemanjangan


ketika sel mulai memanjang. Akan tetapi, ketika pemanjangan sel berlanjut maka
mikrofilament menjadi makin melintang hingga hampir sejajar dengan mikrotuulus.

Fungsi Mikrofilamen

a.      Menahan tegangan ( gaya tarik )

Dengan bergabung bersama protein lain, mikrofilamen sering membentuk jalinan tiga
dimensi persis didalam plasma membran, yang membantu mendukung bentuk sel. Jalinan ini
membuat korteks ( lapisan sitoplasmik luar) memiliki kekentalan semi-padat seperti gel ,
yang berlawanan dengan keadaan sitoplasma yang bersifat cair ( sol ).

b.      Mengatur arah aliran sitoplasma

Jika arah mikrofilamen berubah maka, maka berubah pula arah aliran sitoplasma.

c.       Kontraksi otot

Ribuan filamen aktin disusun sejajar satu sama lain disepanjang sel otot, diselingi filamen
yang lebih tebal terbentuk dari protein disebut miosin. Kontraksi sel otot terjadi akibat
filamen aktin dan miosin yang saling meluncur melewati yang lain, yang akan
memperpendek selnya.

D. Filamen antara (Serabut antara) atau Filament Intermediet

Filamen antara merupakan serabut penyusun sitoskeleton berupa rantai molekul protein yang
berbentuk untaian yang saling melilit. Disebut serabut antara karena berukuran diantara
ukuran mikrotubulus dan mikrofilamen Melintang membentuk tubulus dan setiap tubulus di
bangun oleh 4 atau 5 protofilamen. Pada sel epidermis disebut tonofilamen , dan pada
sel  saraf disebut neurofilamen Filamen antara berukuran 8-12 nm, yang dapat berbentuk
tunggal / kelompok. Filamen antara tersusun atas protein yang disebut fimentin.

9
Filamen merupakan peralatan sel yang lebih permanen daripada mikrotubulus dan
mikrofilamen yang sering dibongkar pasang dalam berbagai macam keadaan sel. Perlakuan
kimiawi yang memindahkan mikrotubulus dan mikrofilamen dari sitoplasma meninggalkan
jalinan filamen antara dalam bentuk aslinya.

 Fungsi filamen antara, yakni :

1.      Memperkuat bentuk sel dan posisi organel tertentu.

Misalnya nukleus yang umunya terletak dalam suatu tempat yang terbuat dari filamen antara,
tetap berada ditempatnya karena adanya cabang- cabang filamen yang membentang ke dalam
sitoplasma.

2.      Pembentukan laminan nukleus

Filamen antara yang lain membentuk lamina nukleus yang melapisi bagian dalam selubung
nukleus.

3.      Filamen antara mendukung sel

Uluran panjang ( akson ) dari sel saraf yang menghantarkan impuls diperkuat oleh satu kelas
filamen antara.

10
Perbedaan komponen sitoskeleton

sifat Mikrotubula mikrofilamen Filamen


intermediet

struktur Tabung berongga 2 untai aktin yang Protein serabut


Dinding terdiri saling terjalin menggulung
atas13 menjadi kabel
protofilamen yang lebih tebal
tubulin

diameter 25 nm dengan 7 nm 8-12 nm


lumen 15 nm

Subunit Terdiri dari α- aktin Salah satu dari


protein tubulin dan β- bebrapa protein
tubulin yang berbeda
pada keluarga
keratin,
bergantung pada
sel.

fungsi Mempertahankan Mempertahankan Mempertahankan


bentuk sel bentuk sel dalam bentuk sel
Motilitas sel perubahan bentuk Tempat
pergerakan sel bertautnya
kromosom dalam Kontraksi otot nukleus dan
pembelahan sel Pengaliran organel tertentu
pergerakan sitoplasma lainnya
organel Motilitas sel Pembentukan
Pembelahan sel lambang nukleus

11
BAB III

KESIMPULAN

A. kesimpulan

sitoskeleton atau kerangka sel adalah arring berkas beras protein yang
menyusun sitoplasma eukariota. Terdapat tiga jenis sitoskeleton yaitu mikrotubula,
mikrofilamen, dan filamen intermediet. Ketiga jenis sitoskeleton tersebut berbeda
dalam hal ukuran maupun strukturnya.

Mikrtubula berupa batang lurus dan berongga. Mikrofilamen berupa rantai


ganda protein yang saling bertautan dan tipis. Filamen intermediet merupakan
filamen antar, ukurannya adtara mikrotubula dengan mikrofilamen, serabut ini
tersusun atas protein yang disebut fimetin.

B. Saran
Hendaknya kita bisa menggali pengetahuan tentang sitoskeleton dengan lebih
baik lagi. Agar kita bisa memahami struktur sitoskeleton secara detail.

12
DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2005. Sitoskeleton dan Motilitas Sel.


http://www.sith.itb.ac.id/profile1/pdf/bisel/4.SITOSKELETON%20DAN%20MOTILITAS
%20SEL.pdf. Diakses 25 Oktober 2011.

Ardiyanto, Taufik. 2011. Makalah Mikrotubula. http://taufik


ardiyanto.blogspot.com/2011/07/makalah-mikrotubula.html. Diakses pada 25 Oktober 2011.

Campbell, Neil. A dan Jane B. Reece-Lawrence G. Mitchell. 2002. BIOLOGI Edisi kelima
Jilid 1. PT. Gelora Aksara Pratama: Jakarta. Diakses
melalui http://books.google.co.id/books pada  9 November 2011.

Furqonita, Deswaty dan Tetty Setiawati. 2007. Biologi Interaktif Untuk SMA/MA Kelas XI.
Diakses melalui http://books.google.co.id/books pada 9 November 2011.

Purnobasuki, Hery. 2010. Sitoskeleton. http://biologiunair.wordpress.com.Diakses pada 25


Oktober 2011.

November 10 2011 10:35 am | Uncategorized

13

Anda mungkin juga menyukai