Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH BIOLOGI SEL

“SITOSKELETON”

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK III
EGAYANTI D1B121174
SALAWATI D1B121189
MEMILSA MEDY D1B121219
YANTI RAHIM D1B121238
JUMRIANI EDDY D1B121262
ERNA D1B121285
NADIA NANDITA D1B121286
YUSTIKA AMELIA D1B121287
SALMAWATI D1B121294
RASYANTI D1B121297

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY
MAKASSAR
2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan

karunia-NYA sehingga kami dapat menyusun makalah ini. Shalawat beriring salam

tidak lupa kami haturkan kepada nabi Muhammad S.A.W yang selalu mengajarkan

kita untuk senantiasa menuntut ilmu.

Makalah ini berjudul “SITOSKELETON” yang disusun dari berbagai sumber

tulisan. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah biologi sel, kami

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah

membantu selesainya penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena

itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari segala pihak.

Namun, besar harapan kami semoga makalah ini berguna terutama bagi kami pribadi

dan segala pihak yang membacanya. Amin.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Makassar, 03 juli 2022

Penulis

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebuah sel mampu menjalankan aktivitasnya karena ditunjang oleh

system pengangkutan dalam sel itu sendiri. Komponen yang terlibat dalam

pengangkutan tersebut adalah sitoskeleton. Selain berperan dalam

pengangkutan juga berperan dalam pergerakan sel.Sebuah sel mampu

menjalankan aktivitasnya karena ditunjang oleh system pengangkutan dalam

sel itu sendiri. Komponen yang terlibat dalam pengangkutan tersebut adalah

sitoskeleton. Selain berperan dalam pengangkutan juga berperan dalam

pergerakan sel`

Sitoskeleton adalah sebuah kerangka yang terkandung di

dalam sitoplasma sel. Sitoskeleton ada dalam semua sel. Awalnya banyak

yang menganggap bahwa sitoskeleton hanya terdapat di dalam sel eukariotik,

tetapi penelitian terbaru menunjukkan bahwa sitoskeleton juga terdapat di

dalam sel prokariotik. Sitoskeleton berupa jaring berkas-berkas protein.

Dengan adanya sitoskeleton, sel dapat memiliki bentuk yang kokoh, berubah

bentuk, mampu mengatur posisi organel, berenang, serta merayap di

permukaan.

3
B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Sitoskeleton?

2. Apa saja Komponen Sitoskeleton?

3. Apa Fungsi dari Sitoskeleton?

C. Tujuan masalah

1. Untuk mengetahui pengetian Sitoskeleton

2. Untuk mengetahui Komponen-komponen Sitoskeleton

3. Untuk mengetahui Fungsi dari Sitoskeleton

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Sitoskeleton

Sitoskeleton adalah sebuah kerangka yang terkandung di

dalam sitoplasma sel. Sitoskeleton ada dalam semua sel. Awalnya banyak yang

menganggap bahwa sitoskeleton hanya terdapat di dalam sel eukariotik, tetapi

penelitian terbaru menunjukkan bahwa sitoskeleton juga terdapat di dalam sel

prokariotik. Sitoskeleton berupa jaring berkas-berkas protein. Dengan adanya

sitoskeleton, sel dapat memiliki bentuk yang kokoh, berubah bentuk, mampu

mengatur posisi organel, berenang, serta merayap di permukaan.

B. Komponen-komponen Sitoskeleton

1. Mikrotubulus

Mikrotubulus atau mikrotubula adalah tabung yang disusun dari

mikrotubulin. Mikrotubulus dibagi menjadi dua, yaitu mikrotubulus singlet

dan mikrotubulus doublet. Mikrotubulus memiliki dua ujung, yaitu ujung

negatif yang terhubung dengan pusat pengatur mikrotubulus, dan ujung positif

yang berada di dekat membran plasma. Organel dapat meluncur di sepanjang

mikrotubulus untuk mencapai posisi yang berbeda di dalam sel, terutama saat

pembelahan sel.

5
● Ultrastruktur Mikrotubulus

1. Berupa batang lurus dan berongga berdiameter 25 nm

2. Mempunyai Panjang 200nm-25um

3. Tabung berongga; dinding terdiri dari 13 kolom molekul tubulin

4. Dinding tabung berongga disusun dari protein globular

● Penemuan Mikrotubulus

Penemuan keberadaan mikrotubulus (jamak: mikrotubuli) baru

terungkap pada saat Keith Porter dan sejawatnya mengembangkan suatu

cara untuk melihat sel tanpa penyelubungan (embedding) dan penyayatan,

namun dengan menggunakan HVEM (high voltage electron microscope),

menunjukkan bahwa bagian sitoplasma yang berada di sela-sela organela

tampak penuh dengan anyaman trimatra dari benang-benang yang sangat

halus yang juga disebut jejala mikrotrabekular serta terdapat pula filamen-

filamen yang bermatra lebih besar yang di kelompokkan menjadi

6
mikrotubulus, mikrofilamen, dan filamen intermedia. Kemudian diadakan

penelitian lebih lanjut mengenai filamen-filamen tersebut yang salah

satunya adalah mikrotubulus.

● Bagian-bagian mikrotubulus

Mikrotubulus ditemukan dalam sitoplasma semua sel eukariotik.

Mikrotubulus itu berupa batang lurus dan berongga. Mikrotubulus

berukuran kecil, melengkung, berbentuk silindris, dan kaku, dimana

ditemukan di setiap sel yang sedang mengalami pembelahan. Mikrotubulus

tersusun atas protein yang dikenal sebagai tubulin. struktur mikrotubul

sangat menarik hampir sama di semua jenis organisme.

Analisis ultrastruktural secara negatif menunjukan noda pada

potongan mikrotubul, ini menunjukan bahwa dindingnya ialah polimer

yang tersusun atau subunit globular. Pemeriksaan potongan melintang dari

dinding mikrotubulus menunjukan biasanya 13 subunit yang memutar

sehingga membentuk dinding. Ketika permukaannya dilakukan secara

membujur maka memperlihatkan protofilamen. Ketika mikrotubul yang

retak, 13 protofilamen pembuat dinding tersebut dapat dilihat, menandakan

perkumpulan dari subunit mengitari dinding mikrotubul. Satu berkas dari

subunit-subunit tadi terlihat berpola spiral seperti bentuk sekrup. Setiap

molekul rantai-rantai protein tubulin yang membentuk spiral merupakan

heterodimer yang terdiri dari dua subunit globular yang terikat erat.

Subunit-subunit tersebut merupakan protein sejenis yang diberi nama α-

7
tubulin dan β-tubulin. Kedua protein tersebut diperkirakan berat

molekulnya kira-kira 54.000 dalton yang mempunyai hubungan dengan

struktur dan urutan asam amino yang kiranya berasal dari leluhur protein

pada awal periode evolusi, Masing-masing protein terdiri dari ikatan

polipeptida tunggal yang panjangnya sekitar 500 asam amino. Spiral ini

membentuk tabung berlubang yang panjangnya dari 200 nm hingga 25 µm

dengan diameter 25 nm dan tebal 5nm.

Mikrotubulus dapat dibongkar dan tubulinnya digunakan untuk

membangun mikrotubulus di mana saja di dalam sel. Penambahan untuk

tubulin yang mana tercatat 80-95% dari kandungan protein di mikrotubul

ialah MAPs (Microtubule-associated proteins) yang juga hadir di organel

dan sekarang ini sedang diteliti secara intensif

● Pembentukan Mikrotubulus

8
Dalam banyak sel, mikrotubulus tumbuh dari sentrosom, suatu daerah

yang terletak dekat nukleus. Mikrotubulus memanjang dengan menambah

molekul tubulin di ujung-ujungnya. Tubulin dapat berpolimerisasi

membentuk mikrotubulus. Percobaan polimerisasi dapat dibuat dengan

campuran tubulin, larutan penyangga, dan GTP pada suhu 37 °C. Dalam

tahapannya, jumlah polimer mikrotubulus mengikuti kurva sigmoid. Pada

fase lag, tiap molekul tubulin berasosiasi untuk membentuk agregat yang

agak stabil. Beberapa di antaranya berlanjut membentuk mikrotubulus. Saat

elongasi, tiap subunit berikatan dengan ujung ujung mikrotubulus. Saat

fase plato, (mirip fase log pada pembelahan sel), polimerisasi dan

depolimerisasi berlangsung secara seimbang karena jumlah tubulin bebas

yang ada pas-pasan.

9
Dalam pembentukan mikrotubulus, sebelum molekul-molekul tubulin

menjadi mikrotubulus, telebih dahulu menyusun diri membentuk

protofilamen dengan jalan subunit β-tubulin dari sebuah molekul tubulin

berlekatan dengan subunit α dari molekul tubulin yang lain yang berada di

sampingnya. Sebuah mikrotubulus yang juga terdiri dari 13 protofilamen

yang tersusun membentuk suatu lingkaran. Jika 3 buah protofilamen dari

sebuah mikrotubulus (mikrotubulus A), juga menjadi milik mikrotubulus

lain (mikrotubulus B), maka dua buah mikrotubulus tersebut di beri nama

doublet. Mikrotubulus memiliki kutub positif, yaitu kutub yang

pertumbuhannya cepat, dan kutub negatif yaitu kutub yang

pertumbuhannya lambat. Hal ini di sebabkan oleh susunan profilamen yang

sejajar satu terhadap yang lain dan sesuai dengan polaritas masing-masing.

10
● Pengelompokan mikrotubulus

1. Mikrotubulus stabil adalah mikrotubulus yang dapat diawetkan dengan

larutan fisikatif apapun, misalnya MnO4 atau aldehida dan suhu

berapapun. Contoh mikrotubulus stabil adalah pembentukan silia dan

flagella.

2. Mikrotubulus labil adalahmikrotubulus yang dapat diawetkan hanya

dengan larutan fisikatif aldehida dan pada suhu sekitar 4o C. Contoh

yakni mikrotubulus pembentuk gelendong pembelahan. Sifat kelabilan

mikrotubulus ini berguna untuk menerangkan arah pertumbuhannya.

Mikrotubulus yang kedua ujungnya terdapat bebas di dalam sitoplasma

akan segera lenyap. Mikrotubulus yang tumbuh dengan ujung negatif

melekat pada sentroma dapat dibuat stabil apabila ujung positifnya

dilindungi sehingga menghalangi terjadinya depolimerisasi.

3. Mikrotubulus singlet

4. Mikrotubulus doublet

● Mikrotubulus menjalankan beberapa fungsi yaitu:

1. Sarana transport material di dalam sel

2. Sebagai struktur supporting bagi fungsi-fungsi organel lainnya

3. Mempertahankan bentuk sel (sebagai “balok” penahan-tekanan)

4. Pergerakan kromosom dalam pembelahan sel, serta pergerakan organel.

11
Mikrotubulus juga dapat berfungsi untuk pergerakan sel, yaitu

menggetarkan silia dan flagel (alat bantu pergerakan yang menonjol dari

sebagian sel). Silia umumnya relatif pendek daripada flagel (panjangnya 5-

10 µm vs 150 µm) dan jumlahnya lebih banyak. Sekalipun berbeda dalam

hal panjang, jumlah per sel, dan pola kibasannya, silia dan flagel

sebenarnya memiliki kesamaan ultrastruktur. Unsur-unsur aksoneme dari

silia dan flagel hampir smua sama dan berisi “9+2” susunan mikrotubula.

2. Mikrofilamen

Mikrofilamen atau filamen aktin adalah bagian dari kerangka sel

(sitoskeleton) yang berupa batang padat berdiameter sekitar 7 nm dan tersusun

atas protein aktin, yaitu suatu protein globular. Dengan bergabung dengan

protein lain, mikrofilamen sering membentuk jalinan tiga dimensi persis di

dalam membran plasma yang membantu mendukung bentuk sel. Jalinan ini

membentuk korteks “lapisan sitoplasma luar” sel tersebut mempunyai

kekentalan semi padat seperti gel yang berlawanan dengan keadaan sitoplasma

dalamnya yang lebih cair. Mikrofilamen bersifat labil karena midah terakit dan

mudah terurai.

● Ciri-Ciri Mikrofilamen

Dalam sel mikrofilamen biasanya ditemukan berkumpul di sekitar

pinggiran, tepat di bawah permukaan luar. Disini merka dapat mengatur

bentuk sel, menanggapi perubahan dilingkungan sekitarnya. Filamen tipis

berperan dalam membentuk proyeksi kecil dari permukaan sel, yang

12
dikenal sebagai mikrovili. Mereka juga dapat membentuk tonjolan yang

lebih besar, memungkinkan sel untuk bergerak dengan cara seperti amoeba

melintasi permukaan. Mikrofilamen juga terlibat dalam perluasan

permukaan beberapa sel kekebalan untuk menelan zat yang tidak

diinginkan.

Di dalam otot filamen aktin bergabung dengan filamen miosin

sedemikian rupa sehingga memberikan otot kekuatan dan kemampuan

untuk kontraksi mereka. Filamen miosin dibundel bersama untuk

membentuk apa yang disebut filamen tebal, dengan diameter sekitar 15

nanometer. Tumpukan filamen tebal dan tumpukan filamen tipis diatur

secara bergantian sepanjang serta otot, dengan tujuan mereka sedikit

tumpang tindih satu sama lain. Selama kontraksi otot, hubungan antara

filamen tipis dan tebal yang dibuat dan putus-putus, menyebabkan filamen

untuk meluncur melewati satu sama lain dalam gerakan seperti roda gigi.

13
● Ultrastruktur Mikrofilamen

1. Batang padat berdiameter sekitar 7 nm

2. Dua untai aktin yang teranyam, masing-masing merupakan polimer

subunit aktin

3. Tersusun atas molekul-molekul aktin

● Fungsi Mikrofilamen

1. Mempertahankan bentuk sel (unsur penahan-tegangan)

2. Perubahan bentuk sel

3. Kontraksi otot

4. Aliran sitoplasmik

5. Menahan tegangan “gaya tarik”

3. Filamen intermediet

Filamen intermediat merupakan bagian dari kerangka sel (sitoskeleton)

yang memiliki diameter antara 8 hingga 12 nm, lebih besar daripada

diameter mikrofilamen tetapi lebih kecil daripada diameter mikrotubula, yang

fungsinya untuk menahan tarikan (seperti mikrotubula). Filamen intermediet

terdiri dari berbagai jenis yang setiap jenisnya disusun dari subunit molekuler

berbeda dari keluarga protein yang beragam yang disebut keratin.

Dibandingkan mikrofilamen dan mikrotubula yang sering dibongkar-pasang

dalam berbagai macam bagian sel. Filamen intermediet termasuk peralatan sel

yang lebih permanen. Perlakuan kimiawi yang memindahkan mikrofilamen

dan mikrotubula dari sitoplasma meninggalkan jalinan filamen intermediet

14
yang mempertahankan bentuk aslinya. Berbagai jenis filamen intermediet

kemungkinan berfungsi sebagai kerangka keseluruhan sitoskeleton,

● Ultrastruktur Filamen Intermediat

1. Berdiameter 8-12 nm. Lebih besar dari diameter mikrofilamen namun

lebih kecil dari mikrotubulus

2. Memiliki protein fibrosa (berserat) yang sangat mengumpar menjadi

kabel yang lebih tebal

● Fungsi Filamen Intermediet

1. Mempertahankan bentuk sel (unsur penahan-tegangan)

2. Tambatan nucleus dan organel lain tertentu

3. Pembentukan lamina nucleus

15
C. Fungsi Sitoskeleton

1. Mengatur distribusi dan tingkah laku dinamis dari filamen.

2. Memberikan kekuatan mekanik pada sel.

3. Sitoskeleton menjaga bentuk sel (binatang) dengan desain arsitekturalnya dan

sebagai tempat berlabuh bagi organela di dalam sitosol.

4. Menjadi kerangka sel.

5. Sitoskeleton bertanggung jawab dalam motilitas di dalam sel, seperti

kontraksi otot dan siklosis, pergerakan internal dari sitoplasma.

6. Membantu gerakan substansi dari satu bagian sel ke bagian yang lain.

7. Selama siklosis, organela dipindahkan di sepanjang saluran sitoskeletal di

dalam sitosol.

8. Sitoskeleton bertanggung jawab untuk pergerakan sel dan pergerakan

eksternal seperti pergerakan amuboid dari sel darah putih dan migrasi sel

selama perkembangan.

9. Sitoskeleton juga berperan dalam pembelahan sel

16
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sitoskeleton adalah sebuah kerangka yang terkandung di

dalam sitoplasma sel. Sitoskeleton ada dalam semua sel. Awalnya banyak yang

menganggap bahwa sitoskeleton hanya terdapat di dalam sel eukariotik, tetapi

penelitian terbaru menunjukkan bahwa sitoskeleton juga terdapat di dalam sel

prokariotik. Sitoskeleton berupa jaring berkas-berkas protein. Dengan adanya

sitoskeleton, sel dapat memiliki bentuk yang kokoh, berubah bentuk, mampu

mengatur posisi organel, berenang, serta merayap di permukaan.

Komponen-komponen Sitoskeleton

1. Mikrotubulus

2. Mikrofilamen

3. Filamen intermediet

Fungsi Sitoskeleton

1. Mengatur distribusi dan tingkah laku dinamis dari filamen.

2. Memberikan kekuatan mekanik pada sel.

3. Sitoskeleton menjaga bentuk sel (binatang) dengan desain arsitekturalnya dan

sebagai tempat berlabuh bagi organela di dalam sitosol.

4. Menjadi kerangka sel.

17
5. Sitoskeleton bertanggung jawab dalam motilitas di dalam sel, seperti

kontraksi otot dan siklosis, pergerakan internal dari sitoplasma.

6. Membantu gerakan substansi dari satu bagian sel ke bagian yang lain.

7. Selama siklosis, organela dipindahkan di sepanjang saluran sitoskeletal di

dalam sitosol.

8. Sitoskeleton bertanggung jawab untuk pergerakan sel dan pergerakan

eksternal seperti pergerakan amuboid dari sel darah putih dan migrasi sel

selama perkembangan.

9. Sitoskeleton juga berperan dalam pembelahan sel

B. Saran

Makalah ini masih dalam pengembangan dan jauh dari sempurna, oleh

karena itu dalam pengembangannya di butuhkan saran dan kritik untuk

perkembangan makalah ini agar dapat lebih baik lagi, dan bisa bermanfaat bagi

kami dan orang lain.

18
DAFTAR PUSTAKA

http://exactstudy.blogspot.com/2013/11/tentang-sitoskeleton.html

https://cintabiologi111506459.wordpress.com/2018/05/14/sitoskeleton/

http://oryza-sativa135rsh.blogspot.com/2010/05/struktur-dan-fungsi-sitoskeleton.html

Dwidjoseputro. 1978. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan.

Gross, Trevor dkk. 1995. Introoductory Microbiology. London: Chapmaan & hall
University and Proffesional Dinsion

19

Anda mungkin juga menyukai