Anda di halaman 1dari 40

PROPOSAL

FORMULASI DAN UJI EFEKTIVITAS SEDIAAN AROMATERAPI


EKSTRAK BUNGA MELATI (Jasminum sambac) SEBAGAI
ANTIDEPRESSAN PADA MENCIT (Mus Musculus)

Disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan program


Pendidikan Sarjana Farmasi

ANNISA AZIMA

D1B121001

FAKULTAS FARMASI PROGRAM STUDI SI FARMASI

UNIVERSITAS MEGAREZKY

MAKASSAR

2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. atas

segala rahmat dan hidayah-Nya yang dilimpahkan kepada penulis sehingga

penulis dapat menyelesaikan Proposal ini yang berjudul “Formulasi Dan Uji

Efektivitas Sediaan aromaterapi ekstrak Bunga Melati (Jasminum sambac)

sebagai antidepressan pada mencit (mus musculus)” sebagai salah satu syarat

akademik dalam menyelesaikan studi pada program Strata I Farmasi, serta salam

dan shalawat pada Nabi Muhammad SAW. sebagai lahiran insan yang tiada

duanya.

Penulis menyadari dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini tidak lepas

dari bimbingan,arahan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan

tulus penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Ibu apt. Zulfiah Idris, S,Farm., M.Farm. selaku pembimbing I

2. Ibu apt. Muthmainnah Thalib, S.Farm., M.Farm. Selaku pembimbing II

3. Seluruh dosen pengajar dan staff S-1 Farmasi Universitas MegaRezky

Makassar

4. Rekan angkatan D-III Farmasi 2017

5. Rekan angkatan S-1 Farmasi 2021

6. Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat saya sebutkan satu per

satu

Proposal ini saya persembahkan kepada kedua orangtua saya

ayahanda MUH. YUSRAN LA TANRANG S.H. dan Ibunda DWIJAYA

serta seluruh keluarga yang telah mencurahkan kasih sayang, kepercayaan,

keikhlasan serta do’a kepada saya. Semoga Allah SWT. membalas budi
baik seluruh pihak yang telah membantu saya dalam menyelesaikan

proposal ini.

Penulis menyadari bahwa dalam proposal ini masih banyak

kesalahan dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan

kritikan yang konstuktif penulis harapkan demi kemajuan dalam penulisan

selanjutnya. Semoga proposal ini dapat bernilai ibadah dan bermanfaat

bagi bidang kesehatan terkhusus bidang farmasi Aamiin Ya Robbal

‘Alamin...

Wassalamu’alaykum warohmatullahi wabarokatuh

Makassar, 19 Januari 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................i

DAFTAR ISI.................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................i

1.2. Latar Belakang........................................................................7

1.2. Rumusan masalah...................................................................2

1.3. Tujuan penelitian....................................................................2

1.4 manfaat.penelitian................................................................ .2

BAB II.TINJAUAN.PUSTAKA................................................................10

2.1. uraian Umum........................................................................10

2.2.kerangka teori.........................................................................10

2.3.definisi operasional................................................................11

BAB.III METODE PENELITIAN...........................................................27

3.1..jenis.penelitian......................................................................29

3.2..waktu.dan.tempat.penelitian.................................................29

3.3..alat.dan.bahan........................................................................31

3.4 Prosedur penelitian.................................................................31

3.5 Penyiapan formulasi aromaterapi...........................................31

3.6 Analisa data............................................................................32

BAB.IV.PEMBAHASAN...........................................................................32

4.1..hasil.......................................................................................32
4.2..pembahasan...........................................................................32

BAB.V.PENUTUP......................................................................................38

5.1..Kesimpulan...........................................................................38

5.2..Saran......................................................................................38

DAFTAR.PUSTAKA.................................................................................39

LAMPIRAN................................................................................................40
BAB.I

PENDAHULUANg

I.1 Latar Belakang

Kesehatan mental merupakan sebuah kondisi dimana individu

terbebas dari segala bentuk gejala-gejala gangguan mental. Individu

yang sehat secara mental dapat berfungsi secara normal dalam

menjalankan hidupnya khususnya saat menyesuaikan diri untuk

menghadapi masalah-masalah yang akan ditemui sepanjang hidup

seseorang dengan menggunakan kemampuan pengolahan stres.

Kesehatan mental merupakan hal penting yang harus diperhatikan

selayaknya kesehatan fisik. Diketahui bahwa kondisi kestabilan

kesehatan mental dan fisik saling mempengaruhi. Di Indonesia,

berdasarkan Data Riskesdas tahun 2007, diketahui bahwa prevalensi

gangguan mental emosional seperti gangguan kecemasan dan depresi

sebesar 11,6% dari populasi orang dewasa. Berarti dengan jumlah

populasi orang dewasa Indonesia lebih kurang 150.000.000 ada

1.740.000 orang saat ini mengalami gangguan mental emosional. Data

yang ada mengatakan bahwa penderita gangguan kesehatan mental di

Indonesia tidaklah sedikit sehingga sudah seharusnya hal tersebut

menjadi sebuah perhatian dengan tersedianya penanganan atau

pengobatan yang tepat. (Adisty,2015)


Depresi merupakan salah satu masalah kesehatan mental utama

saat ini, yang mendapatkan perhatian serius. Depresi dapat terjadi pada

anak-anak, remaja, dewasa, dan orang tua, orang yang mengalami

depresi akan memunculkan emosi-emosi yang negatif seperti rasa

sedih, benci, iri, putus asa, kecemasan, ketakutan, menurunnya

motivasi, tingkah laku serta kondisi bercirikan ketidakberdayaan yang

berlebihan, rasa dendam dan memiliki rasa bersalah yang dapat disertai

dengan berbagai gejala fisik. (Revika,2015). Pengobatan depresi terdiri

dari beberapa tahap yang berisi terapi psikologis dan farmakologis.

Obat yang biasa digunakan adalah obat dari golongan Selective

serotonin reuptake inhibitors (SSRIs). Noradrenergic and specific

serotonergic antidepressants (NaSSAs), dan Norepinephrine-dopamine

reuptake inhibitorsi (SNRIs).

Obat dari bermacam – macam golongan tersebut bekerja dengan

cara menghambat atau mempercepat suatu dari rangkaian proses

terbentuknya serotonin dalam otak. Obat yang biasa digunakan

tersebut merupakan obat yang terbilang mahal begitupun juga biaya

konsultasi terapi psikologis. Obat antidepresan juga memiliki banyak

efek samping, oleh karena itu penggunaan obat herbal merupakan

pilihan yang baik

Aromaterapi adalah teknik perawatan tubuh dengan menggunakan

minyak atsiri (essential oil) yang berkhasiat sebagai efek stimulasi dan

relaksasi. Aromaterapi membantu memperbaiki atau menjaga

kesehatan, membangkitkan semangat, menyegarkan serta


menenangkan jiwa dan raga. Dapat digunakan dengan cara

penghirupan, pengompresan, pengolesan dikulit, perendaman, dan

akan lebih efektif disertai dengan pijatan. (Dwinita,2019)

Aromaterapi juga merupakan istilah modern yang digunakan dalam

penyembuhan kuno yang menggunakan sari tumbuhan aromatik murni

untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan tubuh dan jiwa. Sari

tumbuhan yang dimaksud adalah minyak atsiri yang telah melalui

beberapa pengelolaan. (Nur,2021) Aromaterapi sudah banyak

digunakan sebagai antidepressan yang dapat menurunkan tingkat

emosional seseorang. (Widia,2010)

Tumbuhan obat di Indoneia harus ditingkatkan perannya untuk

dijadikan bahan fitofarmaka sehingga bukan sekedar untuk sebatas

ramuan jamu tradisional. Oleh karna itu butuh dilakukan

pengembangan dan peningkatan tanaman obat sebagai tahapan

penelitian yang mendukung peran dari tumbuhan obat. Sehinggnya

hasilnya nanti dapat menjadi hasil yang unggul dan memiliki banyak

kegunaan.

Dari banyaknya tumbuhan yang digunakan untuk sediaan

aromaterapi adalah bunga melati (Jasminum Sambac). (Nur,2021)

Melati dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam pengobatan

karena banyaknya kandungan metabolit sekunder yang terdapat pada

tumbuhan ini. Tanaman ini memiliki kandungan senyawa flavonoid,

alkaloid, saponin dan tanin atau triterpenoid (Hidayah, Herawati &

Habibi, 2020). Terdapat juga senyawa bagian dari minyak atsiri yang
terdiri dari benzil asetat, benzil benzoate, benzaldehida serta fitil

asetat. Kandungan tersebut diketahui memiliki efek terapeutik

antidepresan serta relaksasi dengan cara mempengaruhi substansi pada

otak sehingga dapat menurunkan depresi serta mencegah perubahan

suasana hati (Idris & Putri , 2020). Di Indonesia sendiri melati telah

digunakan sejak lama sebagai obat aromaterapi yang efektif dan

digunakan sebagai obat untuk mengatasi insomnia, stress, depresi,

jantung berdebar – debar, dan gelisah. Kandungan minyak atsiri pada

tumbuhan ini juga diketahui memiliki efek antidepresan serta efek

relaksasi yang sudah banyak digunakan oleh masyarakat luas melalui

aromaterapi lilin atau terapi pijat menggunakan minyak atsiri

tumbuhan ini. Beberapa sumber juga menyebutkan bahwa tumbuhan

melati dapat digunakan sebagai antibakteri, antipasmodik, ekspektoran

untuk kulit kering, sakit saat melahirkan, batuk, pusing, depresi,

kelelahan, serta kulit sensitive. (Muhammad,2022)

Mencit adalah hewan percobaan yang paling banyak digunakan

untuk penelitian laboratorium. Keunggulan mencit sebagai hewan

percobaan yaitu sangat produktif dan penanganan yang mudah.

Menurut Moriwaki et al. (1994), keunggulan mencit sebagai hewan

percobaan adalah siklus hidup relatif singkat, jumlah anak perkelahiran

banyak, variasi sifat-sifatnya tinggi dan mudah ditangani, sementara

Arrington (1972) menambahkan, mencit paling banyak digunakan

sebagai hewan percobaan laboratorium yaitu sekitar 40-80%.

Penggunaan M. musculus sebagai hewan uji memiliki banyak


keuntungan diantaranya penanganannya yang relatif mudah, harga

yang murah, jumlah peranakan yang banyak, berukuran kecil, serta

memiliki kemiripan fisiologis dengan manusia. (Hirawati,2011)

Sudah banyak dilakukan penelitian tentang ekstrak bunga melati

putih sebagai bahan antidepressan, namun formulasi antidepressan

ekstrak bunga melati (Jasminum Sambac) dalam bentuk aromaterapi

dalam tiga konsentrasi berbeda belum pernah dilakukan. Maka dari itu

perlu dilakukan penelitian formulasi dan uji efektivitas dari sediaan

aromaterapi ekstrak bunga melati (Jasminum Sambac) sebagai

antidepressan pada mencit (Mus Musculus). Penelitian ini memiliki

tujuan memperoleh ekstrak bunga melati yang mampu memberikan

efek antidepresi terbesar terhadap mencit (Mus Musculus).


I.2 Rumusan Masalah

1. Apakah minyak atsiri dari Bunga Melati dapat diformulasi menjadi

sediaan Aromaterapi?

2. Apakah Aromaterapi minyak atsiri dari Bunga Melati memiliki efek

sebagai antidepressan?

3. Pada konsentrasi berapakah yang memiliki efek yang paling tinggi

sebagai antidepressan?

I.3 Tujuan penelitian

1. Untuk mengetahui apakah minyak atsiri dari Bunga Melati dapat

diformulasi menjadi sediaan Aromaterapi

2. Untuk mengetahui apakah Aromaterapi minyak atsiri dari Bunga

Melati memiliki efek sebagai antidepressan

3. Untuk mengetahui Konsentrasi berapakah yang memiliki efek yang

paling tinggi sebagai antidepressan

I.4 Manfaat penelitian

1. Bagi institusi

Sebagai bahan atau pertimbangan bagi pengelola institusi terutama

dalam mengembangkan ilmu kefarmasian.

2. Bagi peniliti

Sebagai pengalaman ilmiah yang berharga dan dapat meningkatkan

pengetahuan serta menambah wawasan bagi peneliti.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 URAIAN UMUM

1. URAIAN TANAMAN.MELATIl(Jasminumlsambac Ait.)

Melatih(Jasminumpsambac Ait.) diperkirakan berasaljdari Indiah,

pertama kali bunga melati dibudidayakan pada tahun 1665 di Inggris.

Teridentifikasi oleh para ahli botani ada 200 jenis melati dan hanya

sekitar 9 jenis melati yang umum dipelihara yaitu melati hutan

(Jasminum multiflorum), melati raja (Jasminum rex), melati cablanca

(Jasminum officinale), Jasminum revotulum, Jasminum mensy,

Jasminum parkery, melati australia (Jasminum simplicifolium), melati

hibrida dan melati (Jasminum sambac) (Rukmana, 1997).

ada beberapa nama melati yang dikenal di berbagai daerah antara

lain yaitu Jasminum sambac Ait. dengan nama ilmiah, malatih(Sunda);

melatih, menurt(Jawa), malur, merulk(Batak),puti, bungakmanor

(Ambon); malurul(Makasar) dengan nama asing ialah

jasmineh(Inggris); mo li huat(Cina) (Hieronymus, 2013).


KlasifikasijBungaoMelati (Jasminumpsambac Ait.)

Kingdomg : Plantaep

Divisip : Spermatophytap

Subdivisip : Angiospermaep

Kelasp : Dycotyledonaep

Ordop : Olealesp

Familip : Oleaceaep

Genusp : Jasminump

Spesiesp : Jasminumpsambac (L) W. Ait

Tanaman melati yang kita kenal, tumbuh lebih dari setahun

(perennial), bersifat perdu dan merambat. Panjang atau tinggitanaman

dapat mencapai 3 meter atau lebih, batangnya berkayu, berbentuk

bulat sampai segi empat, berbuku-buku dan bercabang banyak

seolaholah merumpun. Daun bertangkai pendek, helaian daun

berbentuk bulat telur, tepi daun rata, panjang 2.5 - 10 cm, lebarnya 1.5

- 6 cm. Dapat hidup dengan baik ditempat- tempat yang terbuka atau

ditempat yang sedikit terlindung dari sinar matahari, baik di dataran

rendah maupun dataran tinggi (1 - 1000 m di atas permukaan laut).

Melati dapat diperbanyak dengan cara pencangkokan atau stek batang.

Tanaman melati sangat menyukai sinar matahari, maka sangat cocok

bila ditanam di tempat yang terbuka. Agar tanaman dapat tumbuh


dengan baik, media tanam harus subur dan drainase harus diatur

dengan baik.(Tuti,2008)

Melati dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam pengobatan

karena banyaknya kandungan metabolit sekunder yang terdapat pada

tumbuhan ini. Tanaman ini memiliki kandungan senyawa flavonoid,

alkaloid, saponin dan tanin atau triterpenoid (Hidayah, Herawati &

Habibi, 2020). Terdapat juga senyawa bagian dari minyak atsiri yang

terdiri dari benzil asetat, benzil benzoate, benzaldehida serta fitil

asetat. Kandungan tersebut diketahui memiliki efek terapeutik

antidepresan serta relaksasi dengan cara mempengaruhi substansi pada

otak sehingga dapat menurunkan depresi serta mencegah perubahan

suasana hati (Idris & Putri , 2020). Kandunganpflavonoid, saponin,

tanin, indol dan benzilpalkohol dalam daun melati diperkirakan

mempunyai aktivitas antibakteri (Santoso, 2014).

2. KANDUNGAN TANAMAN MELATI (Jasminum sambac Ait.)

Berbagai khasiat yang diperoleh dari Jasminum sambac Ait.

dikarenakan adanya kandungan senyawa aktif seperti alkaloid,

flavonoid, saponin dan tanin yang diperoleh dari proses ekstraksi

(Eren, 2013). Kandungan Flavonoid, Saponin, dan Tanin dalam

tanaman melati diduga memiliki aktivitas antibakteri (Santoso, 2014).

Melati dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam pengobatan

karena banyaknya kandungan metabolit sekunder yang terdapat pada


tumbuhan ini. Daun melati yang diketahui memiliki kadar alkaloid

yang berguna sebagai antiinflamasi serta analgesik. Kandungan

minyak atsiri pada tumbuhan ini juga diketahui memiliki efek

antidepresan serta efek relaksasi yang sudah banyak digunakan oleh

masyarakat luas melalui aromaterapi lilin atau terapi pijat

menggunakan minyak atsiri tumbuhan ini. Beberapa sumber juga

menyebutkan bahwa tumbuhan melati dapat digunakan sebagai

antibakteri, antipasmodik, ekspektoran untuk kulit kering, sakit saat

melahirkan, batuk, pusing, depresi, kelelahan, serta kulit sensitive.

Pada sebuah penelitian yang dilakukan oleh Rambabu et al. (2016)

yang bertujuan untuk mengetahui efek antidepresan bunga melati dan

beberapa tumbuhan lainnya, dinyatakan bahwa bunga melati dapat

memunculkan aktivitas antidepresan dengan cara mempengaruhi suatu

hormon pada hewan uji yang diberi perlakuan tersebut. penuruan

aktivitas depresi pada hewan uji tersebut menurut Rambabu, et al

(2016) disebabkan oleh kandungan pada minyak atsiri bunga melati

seperti benzil benzoat dan benzaldehida. (Muhammad,2022)

Minyak atsiri atau dikenal sebagai minyak eteris (aetheric oil)

merupakan hasil dari metabolisme sekunder suatu tanaman.

Aromaterapi yang dimiliki minyak atsiri bergantung dari jenis tanaman

penghasilnya, selain itu minyak atsiri dari tanaman yang berbeda juga

memiliki kandungan zat yang tidak sama. Minyak atsiri pada


umumnya mengandung beberapa komponen senyawa seperti citrinelal,

citronelal, limonen, dan sabiene (Muhtadine, dkk, 2013).

Perubahan sifat kimia minyak atsiri dapat dipengaruhi oleh

beberapa proses, antara lain oksidasi, hidrolisa polimerisasi

(resinfikasi) dan penyabunan. Minyak atsiri bersifat mudah menguap

karena titik uapnya rendah. Sangat rendah mempengaruhi saraf

manusia (terutama di hidung) sehingga seringkali memberikan efek

psikologis tertentu, Setiap senyawa penyusun memiliki efek tersendiri,

dan campurannya dapat menghasilkan rasa yang berbeda (Muhtadine,

dkk, 2013).

Kegunaan utama minyak atsiri bagi manusia terutama untuk

kesehatan. Minyak atsiri mempunyai peranan yang sangat penting

dalam berbagai industri. Secara umum penggunaan minyak atsiri bisa

dengan berbagai cara dikonsumsi melalui mulut (oral), antara lain

berupa jamu yang mengandung minyak atsiri atau bahan penyedap

makanan (bumbu) dan dipakai diluar tubuh (tropical atau external use),

antara lain pemijatan, lulur, obat luka atau dipakai untuk parfum atau

pewangi serta dapat dihirup melalui hidung atau pernafasan

(aromaterapi) antara lain wangi wangian parfum atau aromatik untuk

keperluan aromaterapi bagi kesehatan atau kebersihan lingkungan

(Andiyanto 2008 dalam Nurjanah,2016). Beberapa jenis minyak atsiri

juga diperlukan sebagai zat pengikat bau (fixative) dalam parfum atau
minyak atsiri yang berasal dari rempah-rempah umum digunakan

bahan

penyedap (flavouring agent) dalam bahan pangan dan minum

(Keteren, 1985:19 dalam Sukardi, 2016).

Isolasi minyak atsiri dari suatu tanaman ataupun tumbuhan

umumnya dapat dilakukan dengan cara destilasi uap. Pemisahan

komponen minyak atsiri dilakukan secara fisika dan secara kimia

(Kadarohman, 2006).

3. DEPRESI

Depresi merupakan gangguan jiwa yang mempengaruhi

suasana hati pengidapnya. Depresi mempunyai berbagai macam

gambaran klinis yang biasanya terdiri dari episode depresi,

gangguan distimik, gangguan depresi mayor dan depresi unipolar

serta bipolar (Depkes RI, 2007)

Depresi merupakan suatu gangguan yang beraneka ragam yang

telah digolongkan dan diklasifikasikan dengan berbagai macam

cara. Berdasarkan edisi keempat Asosiasi Psikiatris Amerika

(American Psychiatric Association) tahun 1994 tentang Diagnostic

Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-IV), beberapa

diagnosis gangguan perasaan (mood) adalah mungkin. Depresi

mayor dan distimia (minor) merupakan gejala depresi murni,

dimana gangguan bipolar dan gangguan siklotimik termasuk gejala


depresi mania. Klasifikasi sederhana berdasarkan anggapan awal

antara lain yaitu depresi reaktif atau sekunder (yang paling umum),

terjadi pada respon rangsangan nyata seperti kesedihan, kesakitan,

dan lain sebagainya. Depresi endogen yaitu suatu penyakit

biokimiawi yang ditentukan secara genetis dan diwujudkan dalam

ketidakmampuan untuk mengalami kesenangan biasa atau untuk

menghadapi kejadian sehari-hari, serta depresi yang berhubungan

dengan gangguan afektif-bipolar (maniak-depresif) (Katzung,

2012).

Pengobatan depresi biasanya terdiri dari terapi farmakologi dan

terapi non-farmakologi. Pengobatan farmakologi depresi biasanya

terdiri dari penggunaan beberapa macam obat antidepresan dimana

obat tersebut mempanguruhi hormon dan mood penderita agar

gejala-gejala depresi dihilangkan. Pengobatan non-farmakologi

hanya dapat dilakukan oleh ahli psikologi dimana pengobatan

tersebut dilakukan dengan cara konsultasi seputar masalah yang

dialami penderita sehingga dapat menyebabkan depresi.

4. Mencit (Mus Musculus)

a) Klasifikasi

Klasifikasi Mencit Putih menurut (Annisa, 2015) sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

Kelas : Mamalia

Ordo : Rodentia
Famili : Muridae

Genus : Mus

Spesies : Mus Musculus

b) Identifikasi

Mencit Mus musculus merupakan anggota dari muridae

(mencit-mencitan) yang memiliki ukuran yang lebih kecil dari

mencit. Mencit juga mudah untuk dijumpai dirumah-rumah dan

dikenal sebagai hewan yang cukup menggangu dikarenakan oleh

kebiasaannya mengigiti mebel dan barang-barang kecil lainnya,

serta bersarang disudut-sudut lemari (Annisa, 2015).

Siklus dari kehidupan dan reproduksi Mus musculus betina

yaitu 4 – 6 hari pada siklus estrus lamanya. Saat kopulasi Mus

musculus betina membentuk vaginal plug sealam 24 jam dimana

hal tersebut untuk mencegah rekopulasi. Masa kehamilan mencit

terjadi sekitar 19 – 21 hari dan akan beranak bisa mencapai hingga

13 ekor (paling sedikit 6 – 8 ekor). Dalam setahun, setidaknya

betina mus musculus bisa beranak 5 – 10 kali sehingga

perkembang biakan dari mencit begitu pesat (Muliani, 2011).

Pertumbuhan mencit pada minggu ke 1 hingga 2 akan dimulai dari

pertumbuhan rambut dan mata akan terbuka. mus musculus betina

akan dewasa pada saat minggu ke 6 setelah kelahirannya dan pada

mus musculus jantan pada minggu ke 8 namun keduanya bisa

dikawinkan minimal berumur 35 hari atau 1 bulan lebih 5 hari.


Mus musculus jantan dewasa memiliki berat badan sekitar 20 – 40

gram, sedangkan pada betina lebih kecil yaitu 18 – 35 gram

(Muliani, 2011)

5. DEPRESI PADA MENCIT

Depresi pada mencit dapat dimunculkan oleh beberapa

perlakuan yang dinakaman Chronic Mild Stress (CMS). Chronic

Mild Stress (CMS) tersebut merupakan serangkaian perlakuan

yang dilakukan agar memunculkan stress pada mencit.

Perlakuannya yaitu, kondisi kekurangan makan dan minum,

pertukaran siklus siang malam, kondisi lingkungan tempat hidup

yang tidak baik seperti kotornya kandang, kurangnya sekam

pijakan mencit atau terdapat suara predator (Henningsen et al,

2009). Aktivitias penurunan kognitif mencit akibat perlakuan

Chronic Mild Stress (CMS) didasarkan pada disregulasi pada

hippotalamus mencit atau yang disebut hypothalamic-pituitary-

adrenal (HPA). Hal tersebut menyebabkan beberapa perubahan

perilaku pada mencit yang menandakan telah terjadinya depresi.

Perubahan perilaku tersebut yaitu penurunan jam terjaga dan waktu

tidur pada fase REM (Rapid Eye Movement), jam tidur yang

terfragmentasi atau terbagi-bagi, sifat anhedonia, atau

agresif(Henningsen et al, 2009)


6. AROMATERAPI

Aromaterapi merupakan istilah modern yang dipakai untuk

proses penyembuhan kuno yang menggunakan sari tumbuhan

aromatic murni tujuannya adalah untuk meningkatkan kesehatan

dan kesejahteraan tubuh, pikiran dan jiwa. Sari tumbuhan yang

dipakai melalui berbagai cara pengolahan dan di kenal dengan

minyak essensial atau minyak atsiri (Nurcahyo, 2016).

Aromaterapi merupakan suatu metode yang menggunakan

minyak atsiri untuk meningkatkan kesehatan fisik dan juga

mempengaruhi kesehatan emosi seseorang. Minyak jenis ini dapat

digunakan sebagai minyak pijat, inhalasi, pijat, produk untuk

mandi dan parfum. Minyak atsiri adalah bahan berbau yang

dihasilkan oleh bahan alam. Kebanyakan bahan alam yang

menghasilkan aroma adalah tanaman. Bahan alami ini pada

umumnya dihasilkan dari tanaman (herbal) sehingga aromaterapi

digolongkan kedlaam bahan herbal yaitu terapi yang menggunakan

tanaman atau bahan tanaman sebagai sarana pengobatan. Dalam

hal ini yang dimaksudkan dengan bahan tanaman adalah minyak

yang terkandung dalam terapi komplementer yaitu terapi yang

dilakukan untuk melengkapi terapi konvensional

(Koensoemardiyah, 2014:1).

Efek fisiologis dari aroma dapat dibagi menjadi dua jenis : mereka

yang bertindak melalui stimulasi sistem saraf dan organ-organ


yang bertindak langsung pada organ atau jaringan melalui effector-

receptor mekanisme (Hongratanaworakit, 2004).

Aromaterapi didasarkan pada teori bahwa inhalasi atau

penyerapan minyak esensial memicu perubahan dalam sistem

limbik, bagian dari otak yang berhubungan dengan memori dan

emosi. Hal ini dapat merangsang respon fisiologis saraf, endokrin

atau sistem kekebalan tubuh, yang mempengaruhi denyut jantung,

tekanan darah, pernafasan, aktifitas gelombang otak dan pelepasan

berbagai hormon di seluruh tubuh.

Efeknya pada otak dapat menjadikan tenang atau merangsang

sistem saraf, serta mungkin membantu dalam menormalkan sekresi

hormon. Menghirup minyak esensial dapat meredakan gejala

pernafasan, sedangkan aplikasi lokal minyak yang diencerkan

dapat membantu untuk kondisi tertentu. Pijat dikombinasikan

dengan minyak esensial memberikan relaksasi, serta bantuan dari

rasa nyeri, kekuatan otot dan kejang. Beberapa minyak esensial

yang diterapkan pada kulit dapat menjadi anti mikroba, antiseptik,

anti jamur, atau anti inflamasi (Hongratanaworakit, 2004).

Teknik pemberian aroma terapi bisa digunakan dengan cara :

1) Inhalasi : biasanya dianjurkan untuk masalah dengan

pernafasan dan dapat dilakukan dengan menjatuhkan beberapa

tetes minyak esensial ke dalam mangkuk air mengepul. Uap

tersebut kemudian dihirup selama beberapa saat, dengan efek


yang ditingkatkan dengan menempatkan handuk diatas kepala

dan mangkuk sehingga membentuk tenda untuk menangkap

udara yang dilembabkan dan bau.

2) Massage/ pijat : Menggunakan minyak esensial aromatik

dikombinasikan dengan minyak dasar yang dapat menenangkan

atau merangsang, tergantung pada minyak yang digunakan.

Pijat minyak esensial dapat diterapkan ke area masalah tertentu

atau ke seluruh tubuh.

3) Difusi : Biasanya digunakan untuk menenangkan saraf atau

mengobati beberapa masalah pernafasan dan dapat dilakukan

dengan penyemprotan senyawa yang mengandung minyak ke

udara dengan cara yang sama dengan udara freshener.

4) Perendaman : Mandi yang mengandung minyak esensial dan

berlangsung selama 10-20 menit yang direkomendasikan untuk

masalah kulit dan menenangkan saraf (Craig hospital, 2013).

Beberapa manfaat dari aromaterapi adalah sebagai berikut

(Kurniasari et al., 2017):

a. Antidepresan

b. Meningkatkan memori

c. Meningkatkan jumlah energi. Banyak minyak essensial yang

dikenal berguna untuk meningkatkan sirkulasi darah,

meningkatkan energi dan merangsang tubuh dan pikiran tanpa efek

samping yang berbahaya.


d. Penyembuhan dan pemulihan

e. Sakit kepala

f. Mengatasi insomnia

g. Sistem kekebalan tubuh

h. Mengatasi nyeri.

7. DESTILLASI

Minyak atsiri dapat diperoleh dengan metode penyulingan

atau destilasi, diperlukan perlakuan terlebih dahulu terhadap bahan

sebelum dilakukan proses destilasi. Perlakuan meliputi pengecilan

ukuran, pengeringan, atau fermentasi (Pemeraman). Pengecilan

ukuran dilakukan dengan merajang bahan, hal ini bertujuan untuk

memudahkan proses destilasi dan untuk mengurangi zat tidak

berbau menjadi berbau wangi. Sedangkan proses pendiaman

dilakukan pada minyak -minyak tertentu

untuk memecahkan sel-sel minyak pada daun (Faticha,

2015:1314).

Proses penyulingan sangat penting diketahui oleh para

penghasil minyak atsiri. Pada dasarnya terdapat dua jenis

penyulingan.

1. Penyulingan suatu campuran yang berwujud cairan yang

tidak dapat saling bercampur, sehingga membentuk dua fase. Hal

ini dapat terjadi pada pemisahan minyak atsiri dengan uap air.

Penyulingan dengan uap air sering disebut juga hidrodestilasi.


Secara umum penyulingan dapat dilakukan dengan cara

mendidihkan bahan tanaman atau minyak atsiri dengan air. Proses

ini akan menghasilkan uap air yang dibutuhkan oleh alat

penyuling. Uap air tersebut juga dihasilkan dari alat pembangkit

uap air yang terpisah (Sastroamidjojo, 2018).

2. Penyulingan suatu cairan yang tercampur sempurna

hingga hanya membentuk satu fase. Pada kegiatanpemisahan

minyak atsiri ini akan diperoleh menjadi beberapa komponen, hal

ini sering disebut fraksinasi, yaitu tanpa menggunakan uap air

(Sastroamidjojo, 2018).

Pada metode reflux, sampel dimasukkan bersama pelarut ke

dalam labu yang telah terhubung dengan kondensor. Pelarut

dipanaskan terlebih dahulu hingga mencapai titik didih. Uap akan

terkondensasi dan kembali ke dalam labu. Destilasi uap memiliki

proses yang sama dan biasanya digunakan untuk mengekstraksi

minyak esensial atau minyak atsiri (campuran berbagai senyawa

menguap). Selama pemanasan, uap akan terkondensasi dan destilat

(terpisah sebagai 2 bagian yang tidak saling bercampur) ditampung

dalam wadah yang terhubung dengan kondensor. Kerugian dari

kedua metode ini adalah senyawa yang bersifat termolabil dapat

terdegradasi (Mukhriani, 2014).

8. ANTIDEPRESSAN
Antidepresan adalah senyawa yang mampu memperbaiki gejala

depresi. Berbagai antidepresan bekerja dengan cara yang berbeda-

beda, antara lain menghilangkan depresi, memperbaiki suasana

hati, mengaktifkan psikomotorik (menaikkan aktivitas) dan/atau

menekan psikomotorik (mengurangi aktivitas) dan angiolitik.

Sebagian besar obat antidepresan yang berguna dalam klinis

mempotensiasi, baik secara langsung maupun tidak langsung, kerja

norepinefrin dan/atau serotonin dalam otak. Bukti ini,

menghasilkan teori amina biogenik, yang menjelaskan bahwa

depresi disebabkan oleh defesiensi monoamina, seperti

norepinefrin dan serotonin, pada celah sinaps di otak. Sebaliknya

teori tersebut menerangkan bahwa mania disebabkan oleh karena

produksi neurotransmitter norepinefrin dan serotonin yang

berlebihan di celah sinaps. Namun, teori amina depresi dan mania

tersebut terlalu sederhana. Teori ini gagal menjelaskan alasan efek

farmakologi setiap obat antidepresan dan antimania pada

neurotransmisi yang terjadi, sedangkan waktu perjalanan respons

terapeutik terjadi selama beberapa minggu. Lagi pula, potensi obat-

obat antidepresan dalam menghambat ambilan neurotransmitter

sering kali tidak berkaitan dengan efek antidepresan yang diamati

secara klinis. Teori ini menyatakan bahwa penurunan ambilan

neurotransmitter hanya merupakan efek awal obat, yang tidak

dapat langsung menyebabkan efek antidepresan. Keberadaan


densitas reseptor penghambat prasinaps dalam otak yang

berlangsung 2-4 minggu penggunaan obat antidepresan telah

diungkapkan. Regulasi-turun (down regulation) reseptor inhibitorik

memungkinkan sintesis dan pelepasan neurotransmitter yang lebih

hebat untuk memasuki celah sinaps dan meningkatkan

pembentukan signal pada neuron pascasinaps, sehingga

menyebabkan respon terapeutik (Harvey & Champe, 2016).

Beberapa obat antidepresan yakni antidepresan generasi

pertama (MAO inhibitor, antidepresi trisiklik), antidepresan

generasi kedua: Golongan SSRI (Selective Serotonin Reuptake

Inhibitors) dan antidepresan generasi ketiga: Golongan SNRI

(Serotonine Norepinephrine Reuptake Inhibitor) serta antidepresan

yang relatif baru yaitu antidepresan atipikal (Arozal & Gan, 2016).

Penggunaan antidepresan dapat menimbulkan berbagai efek

samping yang tidak nyaman bagi penderita. Efek terapi

penggunaan antidepresan baru terlihat dalam 4 sampai 12 minggu

pemakaian dan selama masa ini efek samping juga akan terlihat

(Depkes RI, 2007). Efek samping tersebut meliputi mulut kering,

kaku otot, masalah pernapasan dan pencernaan, perasaan gelisah,

mengantuk dan aritmia jantung (Dhingra dan Sharma, 2006).

Selain itu, hanya 60%-70% pasien depresi yang merespon dengan

terapi antidepresan. Sedangkan yang tidak merespon yaitu 10%-

30% menunjukkan gejala resisten dalam pengobatan antidepresan,


ditambah dengan kesulitan dalam berperilaku sosial dan pekerjaan,

penurunan kesehatan fisik, serta adanya pikiran bunuh diri (Harbi,

2012).

Beberapa efek samping dapat terjadi pada semua obat

antidepresan, namun sebagian besar efek samping tersebut bersifat

spesifik untuk subkelompok obat. Suatu peringatan food and drug

administration (FDA) yang berlaku untuk semua jenis antidepresan

yaitu risiko meningkatnya angka bunuh diri pada pasien dengan

usia kurang dari 25 tahun. Peringatan ini dilaporkan berkaitan

dengan gagasan dan keinginan bunuh diri, tetapi bukan tindakan

bunuh diri, pada hampir 4% pasien yang berusia kurang dari 25

tahun yang diberi antidepresan pada uji-uji klinis. Angka ini adalah

dua kali lipat dari angka yang dijumpai pada pemberian placebo.

Bagi mereka yang berusia diatas 25 tahun, tidak terjadi

peningkatan atau penurunan risiko pikiran dan keinginan bunuh

diri pada pemberiaan antidepresan, terutama pada pasien dengan

umur diatas 65 tahun. Meskipun sebagian kecil pasien mungkin

mengalami peningkatan gagasan bunuh diri pada pemberian

antidepresan, tidak adanya pengobatan untuk suatu serangan

depresi mayor pada semua kelompok usia merupakan faktor risiko

penting untuk terjadinya bunuh diri (Katzung, 2012).

9. PENGUJIAN EFEK ANTIDEPRESSAN


Penilitian antidepresan yang dilakukan kepada mencit

merupakan model penilitian eksperimental. Metode uji yang

digunakan adalah pengujian nilai immobility time yang dapat

didapatkan dengan berbagai macam uji coba yaitu uji Tail

Suspension Test (TST), Open Field Test (OFT), dan Forced

Swimmig Test (FST). Pengujian efek antidepresan yang digunakan

pada penilitan ini adalah metode Forced Swimming Test (FST).

Metode FST dilakukan dengan cara hewan percobaan secara

individual dipaksa untuk berenang di tabung dengan ukuran (tinggi

20 cm, diameter 10 cm). (Muhammad,2022)

Metode FST dilakukan dengan cara hewan percobaan secara

individual dipaksa untuk berenang di tabung dengan ukuran (tinggi

20 cm, diameter 10 cm) diisi dengan air (23–25°C) hingga

ketinggian 15 cm. Setelah 2–3 menit awal aktivitas yang penuh

semangat, para hewan menunjukkan periode imobilitas dengan

mengapung bersama gerakan minimum. Seekor binatang dianggap

tidak bergerak setiap kali tetap mengambang secara pasif di air

dalam posisi agak membungkuk tetapi tegak, hidungnya di atas

permukaan air. Total periode imobilitas selama tes 6 menit direkam

dengan bantuan stopwatch (Kulkarni et al, 2009).

Metode ini digunakan untuk menguji, mengevaluasi, dan

mendeteksi mekanisme aksi antidepresan pada hewan pengerat

seperti peningkatan aktivitas psikomotor, peningkatan konsentrasi


serotonin dan mendeteksi disfungsi sistem glutaminergik

(peningkatan konsentrasi glutamat) yang berhubungan dengan

immobility. Pengamatan durasi immobility pada hewan uji

mengindikasikan depresi atipikal yang ditandai dengan kepasifan.

Metode ini menggambarkankeadaan depresi hewan uji yang sama

dengan depresi manusia seperti perasaan ( Sadock, 2015)

10. PENGUKURAN UJI

Pada saat uji dilakukan terhadap hewan coba yang telah di beri

pengaruh perlakuan tertentu, mencit akan mengalami penurunan

jumlah imobilitas atau disebut Immobility Time (IT). Imobilitas

mencit ditandai dengan geliat mencit pada saat dilakukan uji pada

hewan coba tersebut. Jumlah geliat tersebut lalu akan ditulis pada

lembar obervasi yang merupakan instrumen yang digunakan pada

uji yang dilakukan.

II.2 KERANGKA TEORI

BUNGA MELATI

(Jasminum sambac Ait..)

MINYAK ATSIRI
AROMATERAPI

ANTIDEPRESSAN

MENCIT
(Mus Musculus)

II.3 DEFINISI OPERASIONAL

a. Destilasi

Distilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan

bahan kimia berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan

menguap (volatilitas) bahan. Dalam penyulingan, campuran zat

dididihkan sehingga menguap, dan uap ini kemudian didinginkan

kembali kedalam bantuk cairan. Zat yang memliki titik didih lebih

rendah akan menguap terlebih dahulu. Metode ini termasuk sebagai

unit operasi kimia jenis perpindahan panas. Penerapan proses ini

didasarkan pada teori bahwa pada suatu larutan, masing-masing

komponen akan menguap pada titik didihnya. Model ideal distilasi

didasarkan pada hukum raoult. Ada 4 jenis distilasi yang akan dibahas

disini, yaitu distilasi sederhana, distilasi fraksionasi, distilasi uap, dan


distilasi vakum. Selain itu ada puladistilasi ekstraktif dan distilasi

azeotropic homogenous, distilasi dengan menggunakan garam berion,

distilasi pressure-swing, serta distilasi reaktif

b. Antidepressan

Antidepresan adalah senyawa yang mampu memperbaiki

gejala depresi. Berbagai antidepresan bekerja dengan cara yang

berbeda-beda, antara lain menghilangkan depresi, memperbaiki

suasana hati, mengaktifkan psikomotorik (menaikkan aktivitas)

dan/atau menekan psikomotorik (mengurangi aktivitas) dan

angiolitik.

c. Aromaterapi

Aromaterapi merupakan istilah modern yang dipakai untuk

proses penyembuhan kuno yang menggunakan sari tumbuhan

aromatic murni tujuannya adalah untuk meningkatkan kesehatan

dan kesejahteraan tubuh, pikiran dan jiwa. Sari tumbuhan yang

dipakai melalui berbagai cara pengolahan dan di kenal dengan

minyak essensial atau minyak atsiri (Nurcahyo, 2016).


\

BAB III

METODE PENELITIAN

III.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen laboratorium untuk

melihat efektivitas sediaan aromaterapi ekstrak bunga melati (Jasminum

sambac ) sebagai antidepresan pada mencit (mus musculus)

menggunakan metode destillasi

III.2 Waktu Dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Farmasi Universitas

Megarezky Makassar dimulai pada Bulan Maret sampai dengan bulan

Juni 2023

III.3 Alat Dan Bahan

a. Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu, alat-alat

gelas (Pyrex), alu, botol roll on 10 ml, cawan petri, cawan porselin,

destillator, kandang, kertas saring, lumpang, mikro pipet, pH

meter, stopwatch, timbangan analitik (Ohaus).


b. Adapun Bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu,

aluminuim foil, BHT, bunga melati, camphora, jasmin oil,

menthol.

III.4 Prosedur penelitian

a. Pengambilan sampel

Universitas MegaRezky Makassar, Sulawesi Selatan.

b. Penyiapan sampel

a) Preparasi bunga melati

Disiapkan bunga melati kemudian di cuci sampai bersih

setelah itu di keringkan dengan cara dijemur.

c. Destillasi bunga melati

Boiler diisi dengan air suling sebanyak 15 liter lalu

dimasukkan 1 kg bunga melati kedalam ketel bahan selanjutnya

dinyalakan kompor dan ditunggu hingga 2 jam setelah minyak

atsiri keluar dari separator dan ditampung digelas kimia kemudian

gelas kimia yang berisikan minyak atsiri ditutup rapat

menggunakan alumunium foil lallu diberi keterangan

menggunakan label

III.5 Penyiapan formulasi sediaan aromaterapi

a. Formulasi Aromaterapi

Bahan K(-) FI FIIFIII


Ekstrak Bunga Melati - 200mg 400mg600mg
Mentol 5.0 5.0 5.05.0
Camphora 2.0 2.0 2.02.0
BHT 0.2 0.2 0.20.2
Jasmine Oil ad 10ml ad 10ml ad 10mlad 10ml
b. Pembuatan Aromaterapi

1) Formula dengan minyak atsiri

champora dan menthol dimasukan kedalam lumpang lalu

digerus sampai homogen, kemudian dimasukan jasmine oil

kedalam lumpang lalu diaduk sampai homogen, selanjutnya

dimasukan minyak atsiri bunga melati kedalam lumpang dan

diaduk hingga homogen, kemudian dimasukan kedalam wadah

teretutup.

2) Formula Kontrol (-)

champora dan menthol dimasukan kedalam lumpang lalu

digerus sampai homogen, kemudian dimasukan jasmine oil

kedalam lumpang lalu diaduk sampai homogen kemudian

dimasukan kedalam wadah tretutup.

3) Kontrol Positif
Yang menjadi kontrol positif dalam penelitian ini adalah

Aromaterapi Fresh Care Lavender

c. Evaluasi Sampel

Evaluasi sediaan aromaterapi meliputi organoleptik,bentuk, bau,

dan warna, pH dan homogenitas.

a. Uji organoleptik

Uji organoleptis dilakukan secara visual dengan mengamati

bentuk, bau, warna dan rasa dikulit. (Wahyu, 2015)

b. pH

Uji pH dilakukan untuk mengetahui kestabilan pH dari

sediaan penentuan pH aromaterapi dapat dilakukan dengan

indikator kertas pH. Hasil warna yang terbentuk dibandingkan

dengan warna pada kertas indikator. pH aromaterapi harus sesuai

dengan kulit yaitu 4,5-6,5 (Satriyo Adhi, dkk, 2019)

c. Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan dengan cara mengoleskan

sediaan pada objek glass lainnya kemudian mengamati apakah

sediaan menunjukan susunan homogen atau tidak. Sediaan

dikatakan homogen apabila tidak terdapat partikel (Martin, 1993

dalam Wahyu, 2015).

d. uji kejernihan
Pengujian kejernihan dilakukan dengan cara menuangkan

sediaan aromaterapi kedalam botol roll on dan mengamati dengan

menggunakan sinar lampu atau sinar matahari yang masuk ke

ruangan berkaca (Gunawan, dkk, 2015)

e. uji iritasi

Uji iritasi dilakukan untuk mengetahui efek iritasi terhadap

15 orang responden dengan cara mengoleskan sediaan pada

lengan atas bagian dalam apakah timbul warna merah dan terasa

panas atau tidak (Pradana, dkk, 2016).

d. Persiapan hewan uji

Induksi stres dilakukan sesuai metode Pamilutsih (2017) dengan

beberapa modifikasi. Setiap kelompok hewan uji diberikan paparan stres

selama 14 hari (2 minggu) dengan berbagai macam stressor. Perlakukan

tersebut dilakukan pada hari pertama pemberian perlakuan hingga hari

terakhir yaitu hari ke 14.

Masing-masing kelompok hewan uji diberikan paparan stres selama 14

hari. Pemberiaan stressor dilakukan dengan :

1 Diberikan suara predator pada hari ke 14 sebelum pengujian dilakukan,

Pemberiaan suara predator (anjing dan kucing) dilakukan selama 4 jam

melalui aplikasi youtube.

2. Guncangan pada kandang: Kandang diguncang selama 4 kali 15 menit

pada hari ke 14 pemberian perlakukan dengan interval 6 jam.


3. Mengotorkan kandang: Pengotoran kendang dilakukan sejak hari

pertama sedikit demi sedikit hingga hari ke 14, Kandang diberi pengotor

seperti taburan tanah/pasir, taburan kerikil, daun kering yang dipotong

kecil-kecil dan lumpur.

4. Pergantian siklus gelap terang: Setiap kelompok mencit berada pada

kandang berisi sekam bersih. Pagi harinya kandang ditutup dengan kain

berwarna hitam yang diberi lubang udara selama 11 jam. Sore harinya

mencit ditempatkan di ruangan yang terang hingga pagi hari. Perlakukan

ini dilakukan sejak hari pertama pemberian perlakukan hingga hari ke –

14. Perlakuan tersebut tidak dilakukan secara terus – menerus melainkan

apabila dilakukan pada hari pertama maka di hari kedua tidak dilakukan

pergantian siklus gelap terang. Perlakuan dilakukan kembali pada hari ke

-3 dan seterusnya.

5. Mengurangi sekam sejak hari pertama sampai hari hari terakhir

sehingga pada hari terakhir hampir tidak ada sekam yang tersisa pada

kendang mencit

e. Uji Efektifitas Aromaterapi

Disiapkan mencit jantan putih dengan berat 20 gram sebanyak 15

ekor kemudian dibagi menjadi 5 kelompok yang masing-masing terdiri

dari 3 mencit jantan putih. Kelompok I pemberian formulasi I, kelompok

II pemberian formulasi II, kelompok III pemberian formulasi III,

kelompok IV pemberian foormulasi kontrol (-), kelompok V pemberian

kontrol (+). Setelah itu dilakukan perlakuan CMS selama 14 hari


kemudian Mencit di inhalasi dengan aromaterapi selama 30 menit yaitu,

mencit dimasukkan kedalam toples yang berisi kapas, dimana kapas

tersebut diolesi terlebih dahulu formula minyak aromaterapi sesuai

dengan konsenterasi yang telah ditentukan (Ermaya et al., 2019). Setelah

itu Mencit dimasukkan kedalam kotak uji yang berisi air,uji dilakukan

setelah 1 jam pemberian perlakuan dosis terakhir dengan durasi 6 menit.

Mencit dikatakan mengalami immobility jika mencit hanya melakukan

gerakan kepalanya tetap diatas air dan dikatakan mobility jika mencit

aktif berenang dan memanjat (climbing) (Buccafusco, 2009) kemudian

dihitung waktu mobilitas dan waktu imobilitas mencit.

III.6 Analisis Data

Data yang diperoleh berupa nilai rata rata immobility time yang

selanjutnya dianalisis secara statistic, dimana analisis statistik

dilakukan dengan paired sample t-test yaitu untuk mengetahui

adanya perbedaan yang signifikan terhadap sebelum dan sesudah

pemberian sediaan minyak aromaterapi menggunakan aplikasi

SPSS 16,0 for windows dengan p=0,05.

Anda mungkin juga menyukai