PENDAHULUAN
A. Larar Belakang
Pada masa-masa awal digunakannya mikroskopi elektron, para ahli biologi berfikir
bahwa organel sel eukaryotik mengambang bebas dalam sitosol. Tetapi penyempurnaan
mikroskopi cahaya dan mikroskopi elektron telah mengungkapkan adanya sitoskeleton,
jaringan serabut yang membentang di seluruh sitoplasma. Sitoskeleton memainkan peran
utama dalam pengorganisasian struktur dan aktivitas sel, yaitu dalam proses pengangkutan
dan pergerakan sel.
Sitosol adalah bagian dari sitoplasmayang mengisi ruang antar organela,
volumenya kurang lebih 50% volume sel. Sitosol mengandung protein dan enzim yang
terlarut didalamnya, antara lain enzim untuk glikolisis dan enzim pengangkut asam-asam
amino yang akan disintesis menjadi protein. Pada sitosol juga terdapat ARN penggandeng
dan ribosom yang penting untuk sistesis protein.
Sitoskeleton terdiri dari mikrofilamen, mikrotubulus, dan filamen intermedier. Dari
ketiga penyusun sitoskeleton tersebut terdiri dari berbagai struktur. Dalam hal pengertian
masing-masing struktur penyusun sitoskeleton tersebut mungkin sebagian dari kita
mengalami kesulitan dalam memahami lebih dalam tentang sitoskeleton.
Oleh sebab itu, makalah kami akan mencoba menjelaskan tentang sruktur atau
bagian-bagian dari sitoskeleton dan sitosol. Insyaallah makalah ini bisa membantu
mempermudah kita dalam memahami sitoskeleton dan sitosol.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja komponen penyusun sitosol ?
2. Apa fungsi sitosol ?
3. Apa saja komponen penyusun sitokeleton ?
4. Apa saja struktur penyususn sitokeleton ?
5. Apa fungsi dari tiap komponen penyusun sitokeleton ?
C. Tujuan
1. Mengetahui komponen penyusun sitosol
2. Mengetahui fungsi sitosol
3. Mengetahui komponen penyusun sitokeleton
4. Mengetahui struktur penyususn sitokeleton
5. Mengetahui fungsi dari tiap komponen penyusun sitokeleton
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sitosol
Sitosol merupakan bagian sitoplasma yang berupa cairan yang terdapat disela-sela
organel (contohnya : ribosom). 50 % volume dari sel terdiri dari sitosol. Beribu-ribu
enzim yang terlibat dalam metabolisme intermedia terlarut di dalam sitosol atau
hialoplasma. Selain itu cairan ini penuh dengan ribosoma yang aktif mensintesis protein.
Sekitar 50 % protein yang disintesis oleh ribosom ini ditentukan agar tetap berada di
sitosol. Sitosol tidak hanya merupakan larutan encer, akan tetapi mempunyai komposisi
yang kompleks dan konsistensinya hampir seperti gel. Pada keadaan normal pH sitosol
adalah netral yaitu 7.
Semula sitosol dianggap cairan homogen, kental, dan elastis. Akan tetapi, seorang
ilmuwan bernama Keith Porter berhasil melihat sel dengan menggunakan teknik HVEM
(High Voltage Electron Microscope) yaitu cara untuk melihat sel tanpa penyelubungan.
Pengamatan dengan HVEM menunjukkan bahwa bagian sitoplasma yang berada di sela-
sela organel tampak penuh dengan anyaman trimatra dari benang-benang yang sangat
halus. Anyaman ini disebut dengan jala-jala mikrotrabekula karena mirip trabekula
tulang bunga karang. Dalam perkembangannya dan karena anyaman tadi terdapat di
dalam sitosol serta membentuk kerangka sel maka mikrotrabekula ini kemudian dikenal
dengan sitoskelet (cyto = sel, skeleton = rangka).1
1
Subowo, Biologi Sel (Jakarta : Sagung Seto, 2015), hal, 107.
1. Komponen Penyusun Sitosol
Komponen terbesar yang menyusun sitosol adalah air. Air membentuk 70%
dari sel, dan terutama dalam sitosol untuk melarutkan komponen lainnya. Ini
termasuk molekul polar dan ion (partikel bermuatan). Selain itu, air ini dapat
digunakan untuk membantu dalam reaksi kimia dalam sel. Hal ini akan membantu
dalam metabolisme sel.
Dalam sitosol terdapat beribu-ribu jenis enzim yang berguna dalam proses
metabolisme intermedia serta ribosom yang aktif mensintesis protein. 50% protein
tersebut tetap berada dalam sitosol. Sebagian dari protein-protein tersebut teranyam
membentuk jejala yang disebut sitoskeleton.
2. Sifat Sitosol
A. Sifat Fisika
1. Efek tyndall adalah kemampuan matriks sitoplasma memantulkan cahaya.
2. Gerak brown adalah gerak acak partikel penyusun koloid
3. Gerak siklosis adalah gerak matrik sitoplasma berupa arus melingkar
4. Memiliki tegangan permukaan
5. Elektrolit yaitu kemampuan molekul menghantarkan arus listrik, matriks
sitoplasma dapat bertindak sebagai larutan penyangga atau buffer.
B. Sifat Biologis
1. Mampu mengenali rangsang atau irritabilitas.
2. Menghantarkan rangsang atau konduktifitas.
C. Sifat Kimia
1. Berdasarkan analisis yang dilakukan oleh sachs protoplasma disusunoleh
unsure-unsur N, C, H, O, S, P, K, Ca, Mg, Fe, Na,Cl, dan I.
2. Senyawa anorganik yang menyusun protoplasma antara lain air dan asam.
Misalnya asam (HNO3, HCl), basa (NaOH, KOH), garam (NaCl, MgCl,
NaHCO3)
3. Senyawa organik yang menyusun protoplasma adalah karbohidrat, lemak,
dan protein.
3. Fungsi Sitosol
a. Sumber bahan kimia penting bagi sel karena di dalamnya terdapat senyawa-
senyawa organik terlarut, ion-ion, gas, molekul kecil seperti garam, asam
lemak, asam amino, nukleotida, molekul besar seperti protein, dan RNA
yang membentuk koloid.
b. Sitosol juga berfungsi sebagai tempat terjadinya reaksi metabolisme, seperti
glikolisis, sintesis protein, dan sintesis asam lemak.2
B. Sitokeleton
Sitoskeleton atau kerangka sel adalah jaring berkas-berkas protein yang menyusun
sitoplasma dalam sel. Setelah lama dianggap hanya terdapat di sel eukariota, sitoskeleton
ternyata juga dapat ditemukan pada sel prokariota. Dengan adanya sitoskeleton, sel dapat
memiliki bentuk yang kokoh, berubah bentuk, mampu mengatur posisi organel,
berenang, serta merayap di permukaan.
2
Sumadi dan Marianti, Biologi Sel (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2007), hal, 98.
Sitoskeleton adalah rangka sel yang terdiri dari 3 macam yaitu : mikrotubula,
mikrofilamen, dan filamen intermediet. Mikrotubula tersusun atas dua molekul Protein
tubulin yang bergabung membentuk tabung. F ungsi mirkotubul memberikan ketahanan
terhadap tekanan pada sel, perpindahan sel (pada silia dan flagella), pergerakan
kromosom saat pembelahan sel (anafase), pergerakan organel, membentuk sentriol pada
sel hewan. Mikrofilamen merupakan filament protein kecil yang tersusun atas dua rantai
protein aktin yang terpilin menjadi satu. Mikrofilamen memiliki fungsi memberi
tegangan pada sel, mengubah bentuk sel, kontraksi otot, aliran sitoplasma, perpindahan
sel (misalnya psudopodia) dan pembelahan sel.
( sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Microtubule_structure.png )
memberikan kekuatan kepada sel atau kerangka sel yang kemudian disebut
sitoskelet berfungsi memberikan bentuk kepada sel, mengatur dan menimbulkan
gerakan sitoplasma yang beruntun, dan berkaitan dalam membentuk jejaring kerja
yang membantu reaksi enzimatik.
Berdasarkan struktur dan garis tengahnya, filamen-filamen tadi
dikelompokkan menjadi 3 kelompok, yaitu mikrotubula (Ø 24 nm), mikrofilamen
(Ø 60 A°), Dan filamen intermedia (Ø 8-10 nm). Ketiganya merupakan protein
yang dinamis, yang selalu terakit dan terurai.
a) Mikrotubula
OsO4, MnO4, atau aldehid dan suhu berapapun. (2) mikrotubula labil yaitu
mikrotubula yang dapat diawetkan hanya dengan larutan fiksatif aldehida pada
suhu sekitar 4°C. Pada bagian ini, akan dibahas mikrotubula labil.
3
Annie Istanti, Triastono Imam Prasetyo, dan Dwi Listyarini, Biologi Sel (Malang : Departemen Pndidikan
Nassional UM, 1999), hal, 162-167.
b) Mikrofilamen
terakit dan terurai. Aktin diketahui merupakan protein kontraktil yang terlibat
dalam proses-proses yang terjadi dalam sel. Antar lain sitokinesis, aliran
plasma, gerakan sel, gerakan mikrovili intestinal.
Sekitar 50% molekul aktin yang terdapat di dalam sel hewan tidak
terpolimerisasi. Mereka berada sebagai monomer bebas atau membentuk
kompleks dengan protein lain. Terjadi keseimbangan dinamis antara molekul
aktin (aktin G) dan filamen aktin (aktin F) sehingga terjadi gerakan sel.
Filamen aktin sering terakit menjadi jenjang trimatra yang kaku. Hal ini terjadi
karena filamen aktin terikat pada protein pengikat silang yang disebut filamin.
Filamin adalah suatu molekul panjang dan lentur terdiri dari dua rantai
polipeptida kembar. Jaring-jarjng kaku ini merupakan korteks sel dan memberi
daya mekanis kepada permukaan sel yang memungkinkan sel dapat bergerak
dan berubah bentuk. Beberapa berkas-berkas kecil filamen aktin tersembul
dari korteks sel membentuk tonjolan di permukaan sel atau justru bentuk
lekukan ke dalam sebagai akibat dari filamen aktin yang menarik selaput sel
ke dalam.
4
Ibid., hal 167-170
c) Filamen Intermedia
( sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Filamen_intermediat )
Contoh dari mikrotubula yang motil adalah flagela dan silia. keduanya
mempunyai bentuk yang identik yaitu merupakan juluran dari sel. molekul
airnya pun sama tetapi gerakan keduanya berbeda untuk silia gerakannya
mempunyai nilai jutaan, sedangkan flagella gerakannya seperti ombak.
Tadi disebutkan bahwa gerakan flagela dan silia itu berbeda. tetapi pada
dasarnya baik gerakan flagela dan silia adalah gerak geseran antar doublet,
sehingga perantaraan dinein jadi terdapat tiga komponen yang menyebabkan
terjadinya geseran tersebut yaitu mikrotubula dinein dan ATP. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa yang berperan dalam pergeseran antar doublet hanya
dinein flagela tidak akan melengkung tetapi doublet justru akan saling terlepas.
Lengkungan flagela dapat terjadi jika terjadi kerjasama antar jeruji dengan
pasangan singlet pusat.5
5
Ibid., Hal, 172
5. Selama siklosis, organela dipindahkan di sepanjang saluran sitoskeletal
di dalam sitosol.
6. Sitoskeleton bertanggung jawab atas pergerakan sel dan pergerakan
eksternal sepertipergerakan amuboid dari sel darah putih dan migrasi
sel selama perkembangan.
7. Sitoskeleton juga berperan dalam pembelahan sel.
2. Struktur sitoskeleton
6
Ibid., Hal, 173-175
BAB III
A. KESIMPULAN
Komponen terbesar yang menyusun sitosol adalah air. Air membentuk 70% dari
sel, dan terutama dalam sitosol untuk melarutkan komponen lainnya. Dalam sitosol
terdapat beribu-ribu jenis enzim yang berguna dalam proses metabolisme intermedia
serta ribosom yang aktif mensintesis protein. 50% protein tersebut tetap berada dalam
sitosol. Sebagian dari protein-protein tersebut teranyam membentuk jejala yang disebut
sitoskeleton.
Sumber bahan kimia penting bagi sel karena di dalamnya terdapat senyawa-
senyawa organik terlarut, ion-ion, gas, molekul kecil seperti garam, asam lemak, asam
amino, nukleotida, molekul besar seperti protein, dan RNA yang membentuk koloid.
Sitosol juga berfungsi sebagai tempat terjadinya reaksi metabolisme, seperti glikolisis,
sintesis protein, dan sintesis asam lemak.
Sitoskeleton adalah rangka sel yang terdiri dari 3 macam yaitu : mikrotubula,
mikrofilamen, dan filamen intermediet. Perlu diketahui bahwa mikrotubula sebagai
filamen dengan diameter terbesar yaitu 24 nanometer (nm) dan tebal 5 nm tersusun atas
tiga belas protofilamen yang masing-masingnya merupakan struktur dimer terdiri dari
molekul-molekul tubulin yang merupakan protein sejenis disebut tubulin á dan tubulin
β.
Mikrofilamen tersusun dari elemen fibrosa dengan diameter 60 angstorm terdiri
dari protein aktin, dan juga mikrofilamen miosin dan tropomiosin yang banyak terdapat
di sel otot. Aktin adalah protein globular dengan BM 42.000 Dalton. Merupakan protein
terbanyak yang terdapat dalam sel eukariota hampir 5% dari seluruh protein sel. Dalam
bentuk monomer disebut aktin G, jika terakit dalam bentuk filamen disebut aktin F.
Filamen intermediet bersifat giat memiliki daya rentang yang sangat tinggi
merupakan benang berongga Terdiri dari 5 protofilament diameternya antara 8 sampai
10 nm dan terdapat pada sel eukariota. Filamen intermediet akan banyak kita jumpai di
sekitar inti menuju ke arah perifer sel. mikrotubula terdapat dalam susunan tunggal.
jaringan dan berkas-berkas paralel berfungsi memberikan kekuatan pada daerah situs
plasma. Mikrofilamen dalam sitoskeleton juga berbentuk tunggal jaringan atau berkas
paralel. Filamen intermediet dalam bentuk jaringan dan berkas berfungsi mendukung
struktur sitoplasma secara tidak langsung. karena filamen Intermedia ini sering
berasosiasi dengan mikrotubula dan mikrofilamen karakteristik fisik filamen
Intermedia menimbulkan elastisitas dan resistensi terhadap kerusakan selama
peregangan sel.
B. PENUTUP
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai sitosol dan sitoskeleton dalam
makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, Penulis banyak
berharap para pembaca yang budiman bisa memberikan kritik dan saran yang
membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah di
kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada
khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.
DAFTAR RUJUKAN
Annie Istanti, Triastono Imam Prasetyo, dan Dwi Listyarini, Biologi Sel (Malang : Departemen
Pendidikan Nasional UM, 1999),
GAMBAR
https://pin.it/2wvguwe55rjjio
https://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Microtubule_structure.png
https://id.wikipedia.org/wiki/Filamen_intermediat
www.shutterstock.com-706022503