Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Larar Belakang

Pada masa-masa awal digunakannya mikroskopi elektron, para ahli biologi berfikir
bahwa organel sel eukaryotik mengambang bebas dalam sitosol. Tetapi penyempurnaan
mikroskopi cahaya dan mikroskopi elektron telah mengungkapkan adanya sitoskeleton,
jaringan serabut yang membentang di seluruh sitoplasma. Sitoskeleton memainkan peran
utama dalam pengorganisasian struktur dan aktivitas sel, yaitu dalam proses pengangkutan
dan pergerakan sel.
Sitosol adalah bagian dari sitoplasmayang mengisi ruang antar organela,
volumenya kurang lebih 50% volume sel. Sitosol mengandung protein dan enzim yang
terlarut didalamnya, antara lain enzim untuk glikolisis dan enzim pengangkut asam-asam
amino yang akan disintesis menjadi protein. Pada sitosol juga terdapat ARN penggandeng
dan ribosom yang penting untuk sistesis protein.
Sitoskeleton terdiri dari mikrofilamen, mikrotubulus, dan filamen intermedier. Dari
ketiga penyusun sitoskeleton tersebut terdiri dari berbagai struktur. Dalam hal pengertian
masing-masing struktur penyusun sitoskeleton tersebut mungkin sebagian dari kita
mengalami kesulitan dalam memahami lebih dalam tentang sitoskeleton.
Oleh sebab itu, makalah kami akan mencoba menjelaskan tentang sruktur atau
bagian-bagian dari sitoskeleton dan sitosol. Insyaallah makalah ini bisa membantu
mempermudah kita dalam memahami sitoskeleton dan sitosol.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja komponen penyusun sitosol ?
2. Apa fungsi sitosol ?
3. Apa saja komponen penyusun sitokeleton ?
4. Apa saja struktur penyususn sitokeleton ?
5. Apa fungsi dari tiap komponen penyusun sitokeleton ?
C. Tujuan
1. Mengetahui komponen penyusun sitosol
2. Mengetahui fungsi sitosol
3. Mengetahui komponen penyusun sitokeleton
4. Mengetahui struktur penyususn sitokeleton
5. Mengetahui fungsi dari tiap komponen penyusun sitokeleton
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sitosol

Sitosol merupakan bagian sitoplasma yang berupa cairan yang terdapat disela-sela
organel (contohnya : ribosom). 50 % volume dari sel terdiri dari sitosol. Beribu-ribu
enzim yang terlibat dalam metabolisme intermedia terlarut di dalam sitosol atau
hialoplasma. Selain itu cairan ini penuh dengan ribosoma yang aktif mensintesis protein.
Sekitar 50 % protein yang disintesis oleh ribosom ini ditentukan agar tetap berada di
sitosol. Sitosol tidak hanya merupakan larutan encer, akan tetapi mempunyai komposisi
yang kompleks dan konsistensinya hampir seperti gel. Pada keadaan normal pH sitosol
adalah netral yaitu 7.

Semula sitosol dianggap cairan homogen, kental, dan elastis. Akan tetapi, seorang
ilmuwan bernama Keith Porter berhasil melihat sel dengan menggunakan teknik HVEM
(High Voltage Electron Microscope) yaitu cara untuk melihat sel tanpa penyelubungan.
Pengamatan dengan HVEM menunjukkan bahwa bagian sitoplasma yang berada di sela-
sela organel tampak penuh dengan anyaman trimatra dari benang-benang yang sangat
halus. Anyaman ini disebut dengan jala-jala mikrotrabekula karena mirip trabekula
tulang bunga karang. Dalam perkembangannya dan karena anyaman tadi terdapat di
dalam sitosol serta membentuk kerangka sel maka mikrotrabekula ini kemudian dikenal
dengan sitoskelet (cyto = sel, skeleton = rangka).1

1
Subowo, Biologi Sel (Jakarta : Sagung Seto, 2015), hal, 107.
1. Komponen Penyusun Sitosol

Komponen terbesar yang menyusun sitosol adalah air. Air membentuk 70%
dari sel, dan terutama dalam sitosol untuk melarutkan komponen lainnya. Ini
termasuk molekul polar dan ion (partikel bermuatan). Selain itu, air ini dapat
digunakan untuk membantu dalam reaksi kimia dalam sel. Hal ini akan membantu
dalam metabolisme sel.

Dalam sitosol terdapat beribu-ribu jenis enzim yang berguna dalam proses
metabolisme intermedia serta ribosom yang aktif mensintesis protein. 50% protein
tersebut tetap berada dalam sitosol. Sebagian dari protein-protein tersebut teranyam
membentuk jejala yang disebut sitoskeleton.

Pada sel mamalia, sitoskeleton terdiri atas kelompok elemen-elemen


berbentuk serabut yang beraneka ragam yang berperan penting menunjang beberapa
fungsi sel baik digestif maupun nondigestif, misalnya sekresi, absorpsi, motilitas,
integritas mekanik serta mitosis atau pembelahan sel. Pada sitosol juga tersimpan
atau mengangkut zat makanan, mineral kelumit dan oksigen. Sitosol juga
mengandung berbagia jenis biomolekul kecil dalam bentuk terlarut, tidak hanya
molekul penyusun seperti asam amino dan nukleotida, tetapi juga ratusan molekul
organik kecil yang disebut metabolit, yang merupakan senyawa antara di dalam
biosintesa atau degradasi molekul unit penyusun dan makromolekul.

2. Sifat Sitosol

Sifat sitosol adalah sebagai berikut

A. Sifat Fisika
1. Efek tyndall adalah kemampuan matriks sitoplasma memantulkan cahaya.
2. Gerak brown adalah gerak acak partikel penyusun koloid
3. Gerak siklosis adalah gerak matrik sitoplasma berupa arus melingkar
4. Memiliki tegangan permukaan
5. Elektrolit yaitu kemampuan molekul menghantarkan arus listrik, matriks
sitoplasma dapat bertindak sebagai larutan penyangga atau buffer.
B. Sifat Biologis
1. Mampu mengenali rangsang atau irritabilitas.
2. Menghantarkan rangsang atau konduktifitas.
C. Sifat Kimia
1. Berdasarkan analisis yang dilakukan oleh sachs protoplasma disusunoleh
unsure-unsur N, C, H, O, S, P, K, Ca, Mg, Fe, Na,Cl, dan I.
2. Senyawa anorganik yang menyusun protoplasma antara lain air dan asam.
Misalnya asam (HNO3, HCl), basa (NaOH, KOH), garam (NaCl, MgCl,
NaHCO3)
3. Senyawa organik yang menyusun protoplasma adalah karbohidrat, lemak,
dan protein.
3. Fungsi Sitosol
a. Sumber bahan kimia penting bagi sel karena di dalamnya terdapat senyawa-
senyawa organik terlarut, ion-ion, gas, molekul kecil seperti garam, asam
lemak, asam amino, nukleotida, molekul besar seperti protein, dan RNA
yang membentuk koloid.
b. Sitosol juga berfungsi sebagai tempat terjadinya reaksi metabolisme, seperti
glikolisis, sintesis protein, dan sintesis asam lemak.2

B. Sitokeleton

Sitoskeleton atau kerangka sel adalah jaring berkas-berkas protein yang menyusun
sitoplasma dalam sel. Setelah lama dianggap hanya terdapat di sel eukariota, sitoskeleton
ternyata juga dapat ditemukan pada sel prokariota. Dengan adanya sitoskeleton, sel dapat
memiliki bentuk yang kokoh, berubah bentuk, mampu mengatur posisi organel,
berenang, serta merayap di permukaan.

2
Sumadi dan Marianti, Biologi Sel (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2007), hal, 98.
Sitoskeleton adalah rangka sel yang terdiri dari 3 macam yaitu : mikrotubula,
mikrofilamen, dan filamen intermediet. Mikrotubula tersusun atas dua molekul Protein
tubulin yang bergabung membentuk tabung. F ungsi mirkotubul memberikan ketahanan
terhadap tekanan pada sel, perpindahan sel (pada silia dan flagella), pergerakan
kromosom saat pembelahan sel (anafase), pergerakan organel, membentuk sentriol pada
sel hewan. Mikrofilamen merupakan filament protein kecil yang tersusun atas dua rantai
protein aktin yang terpilin menjadi satu. Mikrofilamen memiliki fungsi memberi
tegangan pada sel, mengubah bentuk sel, kontraksi otot, aliran sitoplasma, perpindahan
sel (misalnya psudopodia) dan pembelahan sel.

1. Komponen Penyusun Sitoskeleton


Sitoskeleton terdiri atas 50% volume sel tersusun dari sitosol yang berisi
beribu-ribu enzim yang terlibat dalam proses metabolisme intermedia, selain itu
dalam sitosol juga banyak terdapat ribosom yang mensintesis protein. Sebagian
protein yang berada di dalam sitosol berbentuk benang-benang halus disebut
filamen. Filamen-filamen ini membentuk suatu anyaman atau jala yang

( sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Microtubule_structure.png )

memberikan kekuatan kepada sel atau kerangka sel yang kemudian disebut
sitoskelet berfungsi memberikan bentuk kepada sel, mengatur dan menimbulkan
gerakan sitoplasma yang beruntun, dan berkaitan dalam membentuk jejaring kerja
yang membantu reaksi enzimatik.
Berdasarkan struktur dan garis tengahnya, filamen-filamen tadi
dikelompokkan menjadi 3 kelompok, yaitu mikrotubula (Ø 24 nm), mikrofilamen
(Ø 60 A°), Dan filamen intermedia (Ø 8-10 nm). Ketiganya merupakan protein
yang dinamis, yang selalu terakit dan terurai.
a) Mikrotubula

Perlu diketahui bahwa mikrotubula sebagai filamen dengan diameter


terbesar yaitu 24 nanometer (nm) dan tebal 5 nm tersusun atas tiga belas
protofilamen yang masing-masingnya merupakan struktur dimer terdiri dari
molekul-molekul tubulin yang merupakan protein sejenis disebut tubulin á dan
tubulin β. Molekul tubulin sampai saat ini hanya berhasil dijumpai pada sel-
sel eukariota. Mikrotubula memiliki kutub positif yaitu yang pertumbuhannya
cepat dan kutub negatif yaitu kutub yang pertumbuhannya lambat.

Terdapat dua kelompok mikrotubula yakin (1) mikrotubula stabil yang


mana mikrotubula dapa diawetkan dengan larutan fiksatif apapun, misalnya

OsO4, MnO4, atau aldehid dan suhu berapapun. (2) mikrotubula labil yaitu
mikrotubula yang dapat diawetkan hanya dengan larutan fiksatif aldehida pada
suhu sekitar 4°C. Pada bagian ini, akan dibahas mikrotubula labil.

Mikrotubula memiliki ujung positif dan ujung negatif. Ujung positif


adalah tempat dimer-dimer tubulin bersatu membentuk heterodimer,
sedangkan ujung negatif adalah tempat lepasnya dimer-dimer tubulin dari
ikatan heterodimer mikrotubula. Hal ini menyebabkan struktur mikrotubula
tersebut labil atau bergerak.

Mikrotubula labil terdapat di dalam sitoplasma oleh karena itu juga


disebut mikrotubula sitoplasma. Mikrotubula sitoplasma ini berfungsi dalam
sarana transport di dalam sel, memberi bentuk sel, membantu gerakan sel, dan
menentukan bidang pembelahan sel. Kelabakan mikrotubula dapat
diterangkan berdasarkan hipotesis Kirshchner dan Mitchison yaitu melalui
terhidrolisis atau tidaknya GTP. Jika GTP tidak terhidrolisis maka akan terjadi
proses perakitan mikrotubula. Sebaliknya jika GTP terhidrolisis maka akan
terjadi pembongkaran mikrotubula.

Kelahiran mikrotubula mendasari kegiatan dan fungsinya. Misalnya


mikrotubula pada saat mitosis yang disebut gelendong mitosis. Mikrotubula
gelendong mitosis sangat peka terhadap pengaruh dari senyawa-senyawa
kimia, di mana beberapa senyawa kimia itu bersifat antimitotik yaitu
menghambat pembentukan gelendong mitosis. Pengaruh senyawa-senyawa
antimitosis ini bersifat tidak permanen artinya apabila senyawa ini
dihilangkan, maka gelendong mitosis akan terakit kembali dan mitosis akan
berlanjut. Beberapa senyawa yang bersifat antimitosis adalah kolkisin,
kolsemid, dan nokadzole. Ketiganya berfungsi menghambat pengikatan
molekul tubulin ke mikrotubula, yang akan menyebabkan depolimerisasi
mikrotubula atau gagalnya pembentukan mikrotubula. Vinblastin dan
vinkristin berfungsi memacu pembentukan kelompok parakristalin dari tubulin
yang menyebabkan terpecahnya ikatan antar tubulin mikrotubula sehingga
terjadi juga depolimerisasi. Taksol berfungsi menstabilkan mikrotubula
sehingga sulit terurai, akibatnya kromosom tetap terletak di bidang ekuator
pembelahan, tidak dapat menuju ke masing-masing kutub pembelahan. Akibat
selanjutnya adalah mitosis gagal terjadi atau terbentuk sel-sel dengan inti
ganda (poliploidi).3

3
Annie Istanti, Triastono Imam Prasetyo, dan Dwi Listyarini, Biologi Sel (Malang : Departemen Pndidikan
Nassional UM, 1999), hal, 162-167.
b) Mikrofilamen

Mikrofilamen tersusun dari elemen fibrosa dengan diameter 60 angstorm


terdiri dari protein aktin, dan juga mikrofilamen miosin dan tropomiosin yang
banyak terdapat di sel otot. Aktin adalah protein globular dengan BM 42.000
Dalton. Merupakan protein terbanyak yang terdapat dalam sel eukariota
hampir 5% dari seluruh protein sel. Dalam bentuk monomer disebut aktin G,
jika terakit dalam bentuk filamen disebut aktin F. Aktin sSifatnya mudah

terakit dan terurai. Aktin diketahui merupakan protein kontraktil yang terlibat
dalam proses-proses yang terjadi dalam sel. Antar lain sitokinesis, aliran
plasma, gerakan sel, gerakan mikrovili intestinal.

Sekitar 50% molekul aktin yang terdapat di dalam sel hewan tidak
terpolimerisasi. Mereka berada sebagai monomer bebas atau membentuk
kompleks dengan protein lain. Terjadi keseimbangan dinamis antara molekul
aktin (aktin G) dan filamen aktin (aktin F) sehingga terjadi gerakan sel.
Filamen aktin sering terakit menjadi jenjang trimatra yang kaku. Hal ini terjadi
karena filamen aktin terikat pada protein pengikat silang yang disebut filamin.
Filamin adalah suatu molekul panjang dan lentur terdiri dari dua rantai
polipeptida kembar. Jaring-jarjng kaku ini merupakan korteks sel dan memberi
daya mekanis kepada permukaan sel yang memungkinkan sel dapat bergerak
dan berubah bentuk. Beberapa berkas-berkas kecil filamen aktin tersembul
dari korteks sel membentuk tonjolan di permukaan sel atau justru bentuk
lekukan ke dalam sebagai akibat dari filamen aktin yang menarik selaput sel
ke dalam.

Tonjolan-tonjolan pada permukaan sel hewan disebut mikrovili.


Pengamatan dengan menggunakan mikroskop elektron menunjukkan bahwa
bagian tengah mikrovili berisi seberkas filamen aktin yang tersusun sejajar
satuan lain. Filamen-filamen tersebut di beberapa tempat dihubungkan satu
sama lain dengan protein-protein pengikat aktin yaitu : fimbrin, vilin, dan
kompleks kalmodulin. Filamen aktin juga berperan dalam pelekatan sel pada
substansi antar sel dan sel-sel lainnya yang berada dalam satu macam jaringan.
Mikrofilamen mempunyai beberapa fungsi, yaitu :

1. Menahan tegangan (gaya tarik).


2. Mempertahankan bentuk sel
3. Berperan dalam perubahan bentuk sel kontraksi otot.
4. Mikrofilamen biasanya membentuk jaringan sub membran plasma
untuk mendukung bentuk sel.
5. Kontraksi otot (filamen aktin bergantian dengan serat yang lebih tebal
dari miosin,membentuk protein motor, dalam jaringan otot).
6. Siklosis (pergerakan komponen sitoplasma di dalam sel).
7. Pergerakan ‘amuboid’ dan fagositosis.
8. Bertanggung jawab untuk pemutusan jalur pada sitokinesis.

Dalam sel hewan yang terspesialisasi untuk mengangkut materi


melintasi membran plasma, berkas mikrofilamen membentuk inti mikrovili,
penonjolan halus yang meningkatkan luas permukaan sel. Mikrofilamen
dikenal baik karena perannya dalam pergerakan sel khususnya sebagai bagian
alat kontraksi sel otot. Ribuan filamen aktin disusun sejajar satu sama lain di
sepanjang sel otot yang diselingi dengan filamen yang lebih tebal yang
terbentuk dari protein yang disebut miosin. Kontraksi otot terjadi akibat
mikrofilamen dan miosin yang saling melncur melewati yang lain, yang akan
memperpendek selnya.4

4
Ibid., hal 167-170
c) Filamen Intermedia

( sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Filamen_intermediat )

Setelah membahas mikrotubula dan mikrofilamen sampailah kita pada


filamen terakhir penyusun sitoskeleton yaitu filamen Intermedia. Filamen
intermediet bersifat giat memiliki daya rentang yang sangat tinggi merupakan
benang berongga Terdiri dari 5 protofilament diameternya antara 8 sampai 10
nm dan terdapat pada sel eukariota. Filamen intermediet akan banyak kita
jumpai di sekitar inti menuju ke arah perifer sel. Filamen Intermedia banyak
terdapat di sel yang mengalami stres mekanik misalnya di epitelium akson sel
saraf dan otot polos.

Filamen intermediet diklarifikasikan berdasarkan urutan asam amino


penyusunnya. Terdapat empat kelompok filamen Intermedia, Tipe 1 tersusun
dari keratin yang bersifat asam basa atau Netral, terdapat di dalam epitelium
dan derivat epidermis dikenal sebagai filamen Intermedia, yang paling stabil.
Tipe 2 tersusun atas vimentin terdapatnya di sel-sel mesenkim, dan kultur sel
terdapat dalam sel-sel otot dan protein fibriler yang bersifat asam terdapat
dalam astrosit dan sel-sel schwan. Tipe 3 tersusun dari protein-protein
penyusun neuro filamen terdapat di sel saraf. Tipe 4 tersusun dari protein
lamina nukleus yaitu Lamin a, b, dan c terdapat di lamina nukleus. dari semua
sel eukariota lamina nukleus merupakan struktur yang dinamis mudah terurai
dan merakit kembali, kemampuan ini akan tampak sekali pada beberapa
stadium dalam mitosis.
Fungsi Filamen Intermediat adalah sebagai berikut :

1. Memperkuat bentuk sel dan posisi organel tertentu.


Misalnya nukleus yang umunya terletak dalam suatu
tempat yang terbuat dari filamen antara, tetap berada
ditempatnya karena adanya cabang- cabang filamenyang
membentang ke dalam sitoplasma.

2. Pembentukan laminan nukleus


Filamen antara yang lain membentuk lamina nukleus
yang melapisi bagiandalam selubung nukleus.
3. Filamen antara
Mendukung sel Uluran panjang ( akson ) dari sel saraf
yang menghantarkan impuls diperkuatoleh satu kelas filamen
antara.

Struktur filamen intermedia berupa protein serabut menggulung menjadi


kabel yang lebih tebal atau benang berongga yang terdiri dari lima
protofilamen dengan diameter 8-10 nm. Filamen intermedia bersifat liat,
memiliki daya rentang yang sangat tinggi, dan terdapat pada sel eukariotik.
Filamen intermedia banyak ditemukan di sekitar inti, menjulur ke arah perifer
sel. Filamen intermedia banyak terdapat di sel yang mengalami stress mekanik
misalnya di epitelium, akson sel saraf, dan otot polos.

Fungsi motil mikrotubula selain sebagai sitoskeleton seperti yang sudah


kita pelajari di atas, ternyata ada juga yang dapat bergerak atau berfungsi untuk
untuk pergerakan sel. dalam memproduksi suatu gerakan terdapat dua
mekanisme fundamental yang berbeda yang pertama gerakan mikrotubula
tergantung pada protein dinein dan tautan silang mikrotubula. Sedangkan
mekanisme yang kedua didasarkan pada pertumbuhan mikrotubula dan
pembongkarannya misalnya dari panjang menjadi pendek yang dikontrol oleh
keseimbangan mikrotubula heterodimer.

Contoh dari mikrotubula yang motil adalah flagela dan silia. keduanya
mempunyai bentuk yang identik yaitu merupakan juluran dari sel. molekul
airnya pun sama tetapi gerakan keduanya berbeda untuk silia gerakannya
mempunyai nilai jutaan, sedangkan flagella gerakannya seperti ombak.

Flagela terdiri dari 9 doublet mikrotubula yang berhubungan dengan


badan basal di sitoplasma. sel doublet tersebut tersusun melingkar dan radial
terhadap 2 buah mikrotubula tunggal. Oleh karena itu flagela dikatakan
mempunyai susunan mikrotubula 9 + 2 setiap butir saling berhubungan dengan
protein yang disebut neksin. Pada bagian bebas dari subdoublet terdapat
sepasang molekul protein yang disebut denein. Denein adalah protein yang
memiliki gugus yang berperan sebagai ATPase, sehingga dinein bertanggung
jawab terhadap terjadinya hidrolisis ATP untuk memulai suatu pergerakan
setiap dinein dihubungkan ke sepasang singlet pusat oleh molekul-molekul
protein yang menyebar secara radial berbentuk seperti jeruji sepeda.

Tadi disebutkan bahwa gerakan flagela dan silia itu berbeda. tetapi pada
dasarnya baik gerakan flagela dan silia adalah gerak geseran antar doublet,
sehingga perantaraan dinein jadi terdapat tiga komponen yang menyebabkan
terjadinya geseran tersebut yaitu mikrotubula dinein dan ATP. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa yang berperan dalam pergeseran antar doublet hanya
dinein flagela tidak akan melengkung tetapi doublet justru akan saling terlepas.
Lengkungan flagela dapat terjadi jika terjadi kerjasama antar jeruji dengan
pasangan singlet pusat.5

Secara keseluruhan, adapun fungsi-fungsi dari sitoskeleton adalah :

1. Memberikan dukungan mekanis pada sel dan mempertahankan


bentuknya.
2. Mengatur distribusi dan tingkah laku dinamis dari filamen.
3. Sitoskeleton menjaga bentuk sel (binatang) dengan desain
arsitekturalnya dan sebagaitempat berlabuh bagi organela di dalam
sitosol
4. Sitoskeleton bertanggung jawab atas motilitas di dalam sel, seperti
kontraksi otot dansiklosis, pergerakan internal dari sitoplasma.

5
Ibid., Hal, 172
5. Selama siklosis, organela dipindahkan di sepanjang saluran sitoskeletal
di dalam sitosol.
6. Sitoskeleton bertanggung jawab atas pergerakan sel dan pergerakan
eksternal sepertipergerakan amuboid dari sel darah putih dan migrasi
sel selama perkembangan.
7. Sitoskeleton juga berperan dalam pembelahan sel.

2. Struktur sitoskeleton

Setelah kita belajar tentang komponen-komponen penyusun sitoskeleton.


untuk selanjutnya kita akan memahami Bagaimana komponen-komponen tersebut
bersama-sama membentuk struktur kerangka sel atau sitoskeleton. pada sel hewan
filamen Intermedia berasosiasi dengan mikrotubulus dan mikrofilamen di dalam
sitoplasma membentuk sistem rangka sel yang menyelubungi sitoplasma. sistem
ini mendukung daerah utama dari sitoplasma dan memelihara posisi nukleus di
sitoplasma.

Masing-masing komponen penyusun sitoskeleton tersebut mempunyai


fungsi yang berbeda mikrotubula terdapat dalam susunan tunggal. jaringan dan
berkas-berkas paralel berfungsi memberikan kekuatan pada daerah situs plasma.
Namun demikian mikrotubula kemungkinan juga menyebabkan elastisitas untuk
penonjolan seluler aktivitas. mikrotubula sitoskeleton tersebut dapat mengalami
modifikasi akibat adanya variasi Maps( microtubule associated protein) dan
konsentrasi ion CA.

Mikrofilamen dalam sitoskeleton juga berbentuk tunggal jaringan atau


berkas paralel. derajat kaitan silang antar mikrofilamen yang diatur oleh variasi
ikatan aktin dengan protein yang turut mengontrol viskositas. sitoplasma sehingga
sitoplasma akan berada dalam kondisi cair atau gel. Dalam susunan berkas paralel
mikrofilamen akan membentuk daerah yang tegang pada sitoplasma berkas
mikrofilamen juga akan mendukung perluasan membran plasma, misalnya
mikrovili jumlah ikatan antara akting dan protein diatur oleh ion Ca dan caMP
polymerase mikrofilamen tautan silang dan pembentukan berkas di bawah kendali
sistem pengatur sel.
Filamen intermediet dalam bentuk jaringan dan berkas berfungsi
mendukung struktur sitoplasma secara tidak langsung. karena filamen Intermedia
ini sering berasosiasi dengan mikrotubula dan mikrofilamen karakteristik fisik
filamen Intermedia menimbulkan elastisitas dan resistensi terhadap kerusakan
selama peregangan sel.

Ketika komponen utama penyusun sitoskeleton berikatan satu sama lain


dalam ikatan protein yang bervariasi, kebanyakan ikatan terbentuk antara
mikrotubula dengan mikrofilamen atau antara mikrotubula dengan filamen
Intermedia atau dapat juga terjadi di antara ketiganya.

Sitoskeleton ternyata juga mempunyai kaitan dengan matriks ekstraseluler


melalui reseptor membran pada sisi luar. dari membran plasma terdapat reseptor
fibrin fibronektin yang berkaitan dengan matriks ekstraseluler, antara lain kolagen
dan proteoglikan sedangkan di sisi dalam berkaitan dengan tali-tali berikatan
dengan vinculin yang akan menghubungkan dengan filamen a aktin dari
mikrofilamen.6

6
Ibid., Hal, 173-175
BAB III

KESIMPULAN DAN PENUTUP

A. KESIMPULAN
Komponen terbesar yang menyusun sitosol adalah air. Air membentuk 70% dari
sel, dan terutama dalam sitosol untuk melarutkan komponen lainnya. Dalam sitosol
terdapat beribu-ribu jenis enzim yang berguna dalam proses metabolisme intermedia
serta ribosom yang aktif mensintesis protein. 50% protein tersebut tetap berada dalam
sitosol. Sebagian dari protein-protein tersebut teranyam membentuk jejala yang disebut
sitoskeleton.
Sumber bahan kimia penting bagi sel karena di dalamnya terdapat senyawa-
senyawa organik terlarut, ion-ion, gas, molekul kecil seperti garam, asam lemak, asam
amino, nukleotida, molekul besar seperti protein, dan RNA yang membentuk koloid.
Sitosol juga berfungsi sebagai tempat terjadinya reaksi metabolisme, seperti glikolisis,
sintesis protein, dan sintesis asam lemak.
Sitoskeleton adalah rangka sel yang terdiri dari 3 macam yaitu : mikrotubula,
mikrofilamen, dan filamen intermediet. Perlu diketahui bahwa mikrotubula sebagai
filamen dengan diameter terbesar yaitu 24 nanometer (nm) dan tebal 5 nm tersusun atas
tiga belas protofilamen yang masing-masingnya merupakan struktur dimer terdiri dari
molekul-molekul tubulin yang merupakan protein sejenis disebut tubulin á dan tubulin
β.
Mikrofilamen tersusun dari elemen fibrosa dengan diameter 60 angstorm terdiri
dari protein aktin, dan juga mikrofilamen miosin dan tropomiosin yang banyak terdapat
di sel otot. Aktin adalah protein globular dengan BM 42.000 Dalton. Merupakan protein
terbanyak yang terdapat dalam sel eukariota hampir 5% dari seluruh protein sel. Dalam
bentuk monomer disebut aktin G, jika terakit dalam bentuk filamen disebut aktin F.
Filamen intermediet bersifat giat memiliki daya rentang yang sangat tinggi
merupakan benang berongga Terdiri dari 5 protofilament diameternya antara 8 sampai
10 nm dan terdapat pada sel eukariota. Filamen intermediet akan banyak kita jumpai di
sekitar inti menuju ke arah perifer sel. mikrotubula terdapat dalam susunan tunggal.
jaringan dan berkas-berkas paralel berfungsi memberikan kekuatan pada daerah situs
plasma. Mikrofilamen dalam sitoskeleton juga berbentuk tunggal jaringan atau berkas
paralel. Filamen intermediet dalam bentuk jaringan dan berkas berfungsi mendukung
struktur sitoplasma secara tidak langsung. karena filamen Intermedia ini sering
berasosiasi dengan mikrotubula dan mikrofilamen karakteristik fisik filamen
Intermedia menimbulkan elastisitas dan resistensi terhadap kerusakan selama
peregangan sel.

B. PENUTUP
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai sitosol dan sitoskeleton dalam
makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, Penulis banyak
berharap para pembaca yang budiman bisa memberikan kritik dan saran yang
membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah di
kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada
khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.
DAFTAR RUJUKAN

Annie Istanti, Triastono Imam Prasetyo, dan Dwi Listyarini, Biologi Sel (Malang : Departemen
Pendidikan Nasional UM, 1999),

Subowo, Biologi Sel (Jakarta : Sagung Seto, 2015)

Sumadi dan Marianti, Biologi Sel (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2007)

GAMBAR

https://pin.it/2wvguwe55rjjio

https://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Microtubule_structure.png

https://id.wikipedia.org/wiki/Filamen_intermediat

www.shutterstock.com-706022503

Anda mungkin juga menyukai