Anda di halaman 1dari 36

BAB III

SITOPLASMA DAN ORGANEL-ORGANEL

DALAM SITOPLASMA

Organel sel adalah komponen-komponen penyusun sel dan


bersifat hidup. Organel sel merupakan bagian terpenting dalam suatu sel
yang berfungsi mengatur proses kehidupan di dalam sel. Organel sel
terdapat pada bagian yang disebut sitoplasma. Organel sel terdiri dari
beberapa bagian yang masing-masing mempunyai fungsi yang berbeda
namun bekerja sebagai satu sistem yang mendukung proses kehidupan
yang terjadi dalam sebuah sel. Sel ialah bagian yang paling kecil didalam
suatu sistem kehidupan makhluk hidup. Orang yang pertama kali
mengamati sel ialah Robert Hook. Ia melakukan pengamatan pada sayatan
gabus dengan menggunakan mikroskop sederhana pada tahun 1665.
Kemudian pada saat yang sama juga Thomas Schwann mempelajari
bagian-bagian tumbuhan dan hewan. Kedua ilmuan tersebut mengamati
bahwa tumbuhan dan hewan tersusun atas sel-sel. Lalu, didalam setiap sel
tersebut terdapat komponen-komponen penyusun sel dan bersifat hidup
yang disebut sebagai organel sel. Organel sel yaitu merupakan bagian
yang sangat terpenting didalam sebuah sel, fungsi organel sel yang paling
utama ialah untuk mengatur proses kehidupan didalam sel. Organel sel
sendiri terdapat didalam salah satu bagian sel yang disebut dengan
Sitoplasma. Organel sel ini pun juga terdiri atas beberapa bagian penyusun
yang masing-masing memiliki fungsi yang berbeda-beda, namun tetap
bekerja sebagai satu sistem yang mendukung proses kehidupan yang
terjadi pada sebuah sel.
Pada sitoplasma terdapat sitoskeleton, berbagai organel dan
vesikuli, juga terdapat sitosol yang berupa cairan tempat organel
melayang-layang di dalamnya. Sitosol mengisi ruang sel yang tidak
ditempati organel dan vesikula dan menjadi tempat banyak reaksi
biokimiawi dan perantara transfer bahan dari luar sel ke organel atau inti
sel. Sitoplasma tersusun dari beberapa komponen seperti : Ion, air
sebanyak kurang lebi sekitar 85-90%, bahan organik, enzim-enzim di
pergunakan untuk mencerna makanan secara ekstraseluler dan untuk
melakukan proses metabolisme sel. Metabolisme terdiri dari proses
penyusunan (anabolisme) dan penguraian (katabolisme) zat-zat, garam
dan nutrien. Komponen bahan-bahan yang bisa ditemukan di sitoplasma
disebut sitosol. Sitosol membentuk setengah cairan yang mempunyai fase
encer (sol) dan fase padat lembek (gel). Fase sol dan fase gel ini
bergantung pada aktivitas osmoregulasi pada sitoplasma. Osmoregulasi
yaitu pengaturan keseimbangan air pada makhluk hidup, dimana makhluk
hidup akan menyesuaikan kebutuhan air yang dikonsumsi maupun air
yang keluar pada tubuh makhluk hidup. Fungsi Sitoplasma adalah
menyimpan berbagai macam jenis zat kimia yang dipakai untuk proses
metabolisme sel, seperti contohnya enzim, ion, gula, lemak, dan protein,
menjamin berlangsungnya pertukaran zat di dalam sel, menjaga
berlangsungnya metabolisme supaya tetap bekerja dengan baik, sebagai
tempat dimana semua pekerjaan sel dilakukan, menyokong seluruh isi
didalam sel. Sitoskeleton dalam sitoplasma mampu membantu dan
menjaga bentuk sel dan mempertahankan organel-organel pada tempatnya
masing-masing, pelarut untuk semua protein dan senyawa di dalam sel,
sebagai perantara transfer bahan dari luar sel ke organel atau inti sel,
mengisi ruang sel yang tak ditempati organel dan vesikula, tempat
Berlangsungnya kegiatan pembongkaran dan penyusunan zat-zat melalui
reaksi kimia. Misalnya proses pembentukan energi, glikolisis anaerob, dan
sintesis asam lemak, asam amino, protein, dan nukleotida, membantu
pergerakan unsur atau zat dari satu bagian sel ke bagian lain.

A. SITOPLASMA
Sitoplasma terdiri dari matrik sitoplasma yang memiliki fungsi
mengatur kekentalan sitoplasma dengan membentuk benang spindel,
pembentukan berbagai serabut seperti :

• Mikrotubulus
organel sel berbentuk silinder panjang yang berongga, tak bercabang,
tak bermembran. Tersusun dari protein dengan ukuran diameter 25 nm
dan panjang tak menentu.
• Filamen
organel sel yang memiliki bentuk seperti benang-benang halus.
• Miofibril
organel sel yang tersusun dari protein otot aktin, miosin, troponin dan
tropomiosin. Bentuknya seperti serabut-serabut.
• Serabut keratin

Struktur sitoplasma terdapat dua bagian mulai dari bagian luar


(ektoplasma) dan bagian dalam (endoplasma). Perbedaan fungsi dari
setiap stuktur yang ada dalam sitoplasma mempunyaii fungsi yang
berbeda. Perbedaan pada fungsi dari setiap struktur sitoplasma
mempengaruhi tampilan sitoplasma itu sendiri. Gambar sitoplasma dapat
dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 3.1. Sitoplasma

Pada sitoplasma sel bakteri tidak ditemukan organel-organel yang


memiliki sistem endomembran seperti badan Golgi, retikulum
endoplasma (RE), kloroplas,mitokondria, badan mikro, dan lisosom.
Sedangkan ribosom banyak ditemukan pada sitoplasma bakteri. Materi
genetik bakteri berupa DNA atau kromosom bakteri atau genophore
terdapat dalam sitoplasma, di daerah inti yang tidak dibatasi oleh sistem
membran,yang disebut nucleoid. Pada beberapa bakteri di dalam
B. ORGANEL-ORGANEL DALAM SITOPLASMA

I. Mitokondria

Dalam pengertian umum Mitokondria adalah Suatu Organel Sel


Tunggal yang berfungsi sebagai tempat terjadinya fungsi respirasi pada
manusia, hewan& tumbuhan. Sebagai contoh ketika proses Metabolisme
Homeostasis Kalsium, Asam Lemak, Transduksi Jaringan Selular,
Biosintesis Pirimidina & Pengolahan Protein untuk dijadikan sebuah
energi. Organel Sel Mitokondria juga diketahui berperan pada kematian
suatu sel tertentu di dalam jaringan tubuh contohnya ketika didalam
jaringan tubuh ada suatu proses sel yang abnormal atau berpenyakit, maka
mitokondria akan menyeleksi organisme sel abnormal agar tidak
berkembang di dalam jaringan tubuh. Oleh karena itu dengan adanya
mitokondria dalam tubuh makhluk hidup seperti manusia, hewan,
tumbuhan, maka fungsi yang ada pada organ vital di dalam tubuh makhluk
hidup bisa berfungsi dengan baik.
Gambar 3.2. Mitokondria

Sebagai Organel Sel, Mitokondria mempunyai sebuah struktur-struktur


yang terbagi menjadi 5 bagian.
• Membran bagian Luar. Membran bagian luar ini, tersusun dari
Fosfolipid Bilayer bersifat Semi Permeable & mengandung
Protein Porin. Pada lapisan ini dapat dilewati (Permeable)
dengan Ion-ion, ATP (Adenosina Trifosfat), ADP (Adenosina
Difosfat), & Molekul-molekul Nutrisi. Fungsi Membran Bagian
Luar : Pada bagian membran luar ini mengandung Enzim-enzim
yang berfungsi dalam membantu proses biosintesis pada jaringan
tubuh makhluk hidup.
• Membran bagian Dalam. Membran bagian dalam ini, merupakan
Membran Kompleks tetapi Permeable dan terbentuk dari
molekul-molekul kompleks Transpor Elektron, kompleks ATP
Sintase, & Transport Protein. Fungsi Membran Bagian Dalam :
Berfungsi dalam membantu pembuatan energi pada jaringan
tubuh makhluk hidup.
• Krista. Krista adalah Suatu lipatan yang berada pada membran
dalam mitokondria. Fungsi Krista antara lain dalam membantu
perluasan struktur membran yang berada didalam sel, ketika
molekul-molekul DNA mitokondria berkembang lebih banyak.
• Ruang antar Membran. Ruang antar embran adalah merupakan
ruang yang terdapat diantara membran luar & membran dalam.
Ruang antar membran bertanggung jawab atas fosforilasi
oksidatif. Fungsi Ruang Antar Membran : Fungsi Ruang Antar
Membran sebagai tempat berlangsungnya suatu reaksi-reaksi
yang penting untuk sebuah sel.
• Matriks. Matriks berisi molekul-molekul DNA (bertanggung
jawab atas respirasi sel), enzim-enzim (bertanggung jawab atas
siklus reaksi asam sitrat), gas-gas terlarut (seperti oksigen &
karbon dioksida), & air. Fungsi Matriks : Menyimpan bagian-
bagian yang penting seperti materi genetik (DNA), ribosom &
ion-ion penting lainnya.

Fungsi Mitokondria yang utama adalah Sebagai Respirasi Sel. Respirasi


Sel adalah Suatu proses kimiawi yang berfungsi untuk melepaskan energi
yang tersimpan didalam Glukosa. Energi yang digunakan dalam
pemecahan glukosa tersebut, disediakan oleh molekul-molekul ATP dan
molekul-molekul ATP ini dihasilkan oleh organel itu sendiri. Seluruh
proses respirasi Aerob Sel terdiri dari 3 langkah sebagai berikut :
1. Glikolisis Glikolisis sendiri mempunyai arti “pemecahan glukosa“,
glikolisis merupakan tahap pertama dari respirasi sel. Glukosa
memiliki 6 Atom Karbon. Enzim-enzim yang ada pada Sitosol
berfungsi Mengoksidasi Molekul Glukosa menjadi 2 molekul, yang
masing-masing memiliki 3 atom karbon. Glikolisis menghasilkan 2
molekul ATP, 2 molekul Asam Piruvat & 2 molekul NADH
(Nikotinamida Adenina Dinukleotida).
2. Siklus Krebs (Siklus Asam Sitrat). Sebelum siklus krebs berfungsi
maka dilakukanlah Dekarboksilasi Oksidatif, molekul-molekul asam
piruvat yang dihasilkan pada glikolisis akan diubah menjadi
Koenzim-A asetil, yang akan digunakan dalam siklus krebs. Siklus
krebs tersebut kemudian akan mengoksidasi asetil-KoA menjadi
karbon dioksida, dan dari proses ini juga menghasilkan 3 molekul
NADH & 1 molekul FADH₂.
3. Rantai Transpor Elektron. Rantai Transpor Elektron terdiri dari
serangkaian yang membawa elektron hasil dari membran
mitokondria dari siklus krebs (NADH & FADH₂). Molekul-molekul
ATP dihasilkan dari reaksi redoks NADH dan FADH₂. Sel
Eukariotik menghasilkan sekitar 36 ATP sesudah melakukan
respirasi sel.

Fungsi-fungsi lain dari mitrokondria adalah sebagai pensinyalan sel


untuk neuron-neuron, mengelola apoptosis, mengendalikan siklus sel,
mengawasi diferensiasi, pertumbuhan, & perkembangan sel.

II. Badan Golgi

Badan ini ditemukan secara resmi pada tahun 1898 oleh ahli
penyakit Syarat yang bernama Camillio Golgi. Golgi menemukan
bangunan yang berupa anyaman gelap pada sampel jaringan otak yang
sebelumnya telah difiksasi menjadi larutan bikhromat dengan pewarnaan
garam Ag. Sebelumnya badan golgi atau appratus golgi dinamai oleh
penemu dengan Apparatus reticularis kemudian selanjutnya untuk
menghormati Bapak Camillio Golgi, generasi setelahnya mengganti
menjadi Apparatus golgi. Setelah ditemukannya Mikroskop eletron,
apparatus golgi kemudian dinamakan kompleks golgi atau regio golgi.

Pada awalnya hanya dianggap ada pada sel saraf, akan tetapi setelah
beberapa dan serangkaian penelitian setelahnya, ditemukan bahwa badan
golgi ialah organel yang ada pada sel eukariot. Beberapa penelitian
dilakukan untuk mengetahui karakteristik badan golgi dan salah satunya
ialah warna atau pewarnaan badan golgi dengan menggunakan H.E.,
ternyata badan golgi tidak mempunyai butir-butir ribosom sehingga tidak
menunjukkan warna atau hanya menunjukkan daerah jernih.
Gambar 3.3. Badan Golgi

Badan golgi seperti yang anda lihat diatas, terlihat bantalan berlapis dan
sekelilingnya terdapat gelembung golgi. Gelembung-gelembung pada
badan golgi terbagi atas tiga yaitu :

• Sakula. Sakula Merupakan gelembung yang berbentuk gepeng seperti


cakram yang tersusun bertumpuk-tumpuk masing-masing dipisahkan
oleh celah yang sempit. Sedang kedua permukaan masing-masing
sakula tidak sama yaitu satu cembunbg dan permukaan lain cekung.
Pada sakula yang terletak dekat puncak sel, bagian tepi sakula tampak
gelembung-gelembung yang sebagian dilepaskan menjadi butir-butir
sekreksi. Bahkan gelembung-gelembung juga dilepaskan dari
permukaan yang cekung dari sakula tersebut.
• Vesikel Sekretoris. Gelembung vesikel sekretoris ialah gelembung
yang merupakan bagian dari sakula yang terdapat pada begian tepi.
• Mikrovesikel Atau Vesikel Tranfer. Gelembung mikro memiliki
diameter kurang lebih 40 mm yang bergerak. mikrovesikel merupakan
bagian yang berasal dari retikulum endoplasma kasar yang dilepaskan,
akan tetapi mikrovesikel telah kehilangan butiran-butiran
kromosomnya dan pada akhirnya mikrovesikel akan bersatu dengan
sakula.

Organel apparatus golgi atau badan golgi bekerja sama dengan erat
dengan Retikulum endoplasma (RE) akan mensintesis protein, kemudian
setelah terjadi sintesis protein, akan dibentuk vesikel transfer atau
mikrovesikel yang kemudian dihantar ke organel badan golgi tepatnya
pada sakula. Sehingga akan terjadi penggabungan antara protein-protein
yang dihantar dengan vesikel transpor yang dari RE. Dugaan pertama
mungkin akan terjadi pembesaran badan golgi, akan tetapi hal tersebut
tidak terjadi karena badan golgi atau apparatus golgi membentuk vesikel
sekretoris yang berfungsi dalam mengangkut sakula ke arah puncak sel
untuk dibawa keluar sel. Didalam badan golgi atau sakula terjadi
pemadatan atau kondensasi sebelum dihantar ke vesikula sekretoris.
Dalam badan golgi terdapat 3 jenis enzim galaktosil transferase yang
berperan dalam memperbaiki kerusakan pada protein membran akibat
perbedaan oligosakarida. Setelah itu, vesikel sekretoris akan keluar dari
sel melewati membran sel melalui eksositosis. Proses ini sekaligus
memperbaiki kondisi membran selo yang ada. Fungsi badan golgi
adalah sebagai berikut :
• Berperan aktif dalam mengolah protein atau hasil sintesis oleh
retikulum endoplasma.
• Sebagai organel yang berperan langsung dalam transportasi materi
metabolisme.
• Dalam keadaan terjadi kesalahan dalam perakitan karbohidrat, dapat
berperan sebagai perakit karbohidrat khususnya oligosakarida pada
protein membran.
• Sebagai organel yang berperan penting dalam proses sintesis protein
tertentu.
• Berperan penting dalam menyortir protein-protein tertentu seperti
pembentuk lisosom.
• Ikut serta dalam pembentukan lipoprotein bersama dengan RE, halus.
• Berperan dalam memperbaiki struktur membran sel atau membran
plasma.

III. Ribosom (Ergastoplasma)


Ribosom adalah salah satu organel yang berukuran kecil dan padat
dalam sel yang berfungsi sebagai tempat sintesis protein. Gambar ribosom
dapat dilihat pada gambar 3.3.

Gambar 3.4. Ribosom

Ribosom merupakan komponen sel yang membuat protein dari


semua asam amino. Salah satu prinsip utama biologi, sering disebut
sebagai “dogma sentral,” adalah DNA yang digunakan untuk membuat
RNA, yang, pada gilirannya, digunakan untuk membuat protein. Ribosom
terbuat dari kompleks dari RNA dan protein. Ribosom dibagi menjadi dua
sub unit, satu lebih besar daripada yang lain. Mengikat subunit kecil untuk
mRNA, sedangkan mengikat subunit yang lebih besar kepada tRNA dan
asam amino, untuk lenih jelasnya dapat dilihat pada gambar 4.4.
Gambar 3.5 Ribosom unit besar dan ribosom unit kecil

Kedua Komponen Struktur ribosom yaitu subunit kecil dan subunit besar.
Subunit masih saling berkaitan atara satu dan lainnya dalam pembentukan
protein baru yang akan dihasilkan dan kedua subunit terdiri dari untaian
beberapa RNA dan berbagai macam protein.
Sub unit kecil. Sub unit ini sebenarnya tidak memiliki ukuran yang
terlalu kecil, hanya lebih kecil dibandingkan dengan subunit besar.
Subunit kecil berguna untuk mengalirkan/menyampaikan informasi
selama sintesis protein. Hal ini disebut dengan sebutan “40S” dalam sel
eukariotik dan “50S” dalam sel prkariotik.
Subunit besar. subunit besar berisi sebuah lokasi/tempat dimana
ikatan baru yang akan dibuat untuk membuat protein. Hal ini disebut
dengan “60S” dalam sel eukariotik dan “50S” dalam sel prokariotik
sedangkann Huruf “S” maksudnya adalah satuan ukuran dan singakatan
dari unit Sverdberg.
Ada beberapa fungsi ribosom dalam sel, meski sebenarnya hanya
satu fungsi utamanya. Berikut ini merupakan penjelasan mengenai fungsi
ribosom dan pembahasannya lengkap.yaitu :

1. Tempat Sintesis Protein. Fungsi utama ribosom adalah melakukan


proses pembentukan protein. Ribosom menyusun urutan asam amino
menjadi peptida sesuai cetakan dalam RNA messenger (mRNA). Ribosom
menjadi tempat terjadinya sintesis protein dalam sel. Rangkaian proses
sintesis protein ini dinamakan sebagai dogma sentral. Protein yang
dihasilkan dalam proses sintesis ini nantinya akan digunakan oleh
sitoplasma. Pembentukan atau sintesis protein menjadi fungsi utama
organel sel ini.

2. Fungsi Translasi. Dalam proses pembentukan protein, ribosom


melakukan langkah translasi. Langkah ini dilakukan berupa proses
mengambil instruksi dari Messenger RNA dan menggantinya menjadi
protein. Proses atau langkah-langkah ribosom untuk membuat protein
dimulai saat ribosom menempel asam amino membangun protein, lalu
kedua subunit bergabung dengan RNA messenger, hingga akhirnya proses
membangun protein terjadi.

3. Fungsi yang terakhir adalah dalam kegiatan metabolisme sel. Fungsi


ribosom yang lainnya juga berperan penting bagi setiap kegiatan dan
aktivitas metabolisme yang dilakukan oleh sel itu sendiri. Ribosom
merupakan bagian yang berperan penting dalam pembentukan suatu sel
yang sempurna.

IV. Lisosom

Lisosom adalah Sebuah Organel Kecil berbentuk bulat yang terikat


dengan membran dan memiliki diameter sekitar 0,25 sampai 0,5
um.Lisosom juga mengandung Zat Hidrolase Asam, Enzim-enzim yang
menguraikan Protein, Asam-asam Nukleat serta Karbohidrat pada pH
asam.
Gambar 3.6 Lisosom

Lisosom ini bisa kita temukan hampir pada semua sel, kecuali dalam sel
darah merah (Eritrosit) manusia & pada sebuah sel kulit yang sepenuhnya
mengalami keratinisasi (Pengerasan/Penebalan). Lisosom juga banyak
disebut sebagai Sistem Pencernaan pada sebuah sel. Lisosom baru yang
terbentuk dari pertunasan badan golgi disebut sebagai Lisosom
Primer.Pembentukan pada lisosom terjadi karena 2 hal, yaitu :
• Proses Lisosom yang dilakukan secara langsung oleh RE. Dalam
proses lisosom ini, enzim pada lisosom yang dihasilkan adalah protein
diproduksi oleh ribosom yang kemudian masuk ke dalam RE. Setelah
masuk kedalam RE, enzim tersebut lalu akan dimasukkan kembali ke
dalam membran yang kemudian akan dikeluarkan ke Sitoplasma dan
dari proses itulah terbentuknya lisosom.
• Proses Lisosom yang dilakukan oleh Golgi. Dalam proses lisosom ini,
enzim pada lisosom yang dihasilkan oleh ribosom terlebih dahulu akan
dimasukkan ke dalam golgi. Kemudian golgi tersebut akan
membungkus enzim dengan membran, lalu enzim tersebut akan
dilepaskan kedalam sitoplasma.

Setelah kita menguraikan tentang pengertian diatas, kita dapat


menyimpulkan fungsi dari lisosom. Berikut ini adalah fungsi dari lisosom
secara umum adalah sebagai berikut :
1. Pencernaan Intrasel.
Pencernaan Intrasel ini adalah salah satu fungsi utama pada lisosom,
yang dimana ketika sebuah benda yang dicerna, bisa berasal dari luar
ataupun dari didalam sel itu sendiri. Bila benda yang dicerna tersebut
berasal dari luar sel, maka benda tersebut masuk ke dalam Sitoplasma
melalui Pinositosis& Fagositosis. Pencernaan Intrasel dinamakan
seperti itu, karena pencernaan tersebut berlangsung terjadi di dalam
lisosom, yang dimana Enzim Hidrolitik tidakakan pernah keluar dari
dalam lisosom. Hal tersebut menyebabkan prosesnya pencernaaan
berlangsung secara optimal, bila terdapat kasus pecahnya lisosom,
maka kondisi ini mengakibatkan enzim-enzim pada hidrolitik akan
keluar dari dalam lisosom & menghancurkan sel itu sendiri.
2. Endositosis
Endositosis ini adalah suatu fungsi pada lisosom, dimana mekanisme
masuknya Makromolekul yang berasal dari luar sel masuk kedalam sel.
Makromolekul tersebut akan melewati Endocytic Pathway dimana
selanjutnya molekul tersebut akan dibawa kedalam Endosom Awal yang
merupakan vesikel-vesikel kecil dan tidak beraturan. Endosom awal
memiliki pH asam sekitar 6pH, dari sinilah beberapa makromolekul
akan mengalami proses pemilihan, yang dimana terdapat sebuah benda
dibawa kedalam endosom lanjut. Ada juga benda yang tidak bermanfaat
bagi tubuh akan dibuang kedalam sitoplasma. Pada endosom lanjut
yang memiliki pH asam 5 ini, terjadilah proses pematangan dari sebuah
benda yang telah dicerna, sehingga terbentuklah lisosom. Pada dalam
proses endositosis ini, terdapat 2 buah reseptor yang terletak di luar
membran plasma pada reseptor tersebut adalah :
• Pada Housekeeping Reseptor berfungsi untuk bertanggung jawab
dalam pengambilan benda yang kemudian, akan dipergunakan
oleh sel.
• Pada Signaling Reseptor berfungsi untuk bertanggung jawab
dalam proses pengikatan Ligan di bagian ekstraseluler, yang
berfungsi untuk membawa perintah dan digunakan untuk
mengubah aktivitas yang ada didalam sel.
Dengan berdasarkan dari berat jenis, pH & komposisi proteinnya,
endosom terbagi menjadi 2 tipe yaitu adalah yang pertama adalah Early
endosom adalah Sebuah Endosom terletak pada daerah sekitaran
didalam sel dan Late Endosom adalah Sebuah Endosom terletak lebih
dekat pada bagian Nukleus sel.
3. Autofagi
Autofagi ini adalah suatu fungsi pada lisosom, dimana merupakan suatu
mekanisme penurunan (Pendegradasian) yang dilakukan pada lisosom
terhadap sebuah organel sel yang tidak dapat berfungsi (rusak) lagi,
tanpa terjadinya kehilangan bahan kimia sebagai penyusunnya yang
dapat digunakan lagi oleh sel. Suatu contoh fungsi Autofagi adalah
terjadinya proses degradasi (penurunan) pada sel hati dengan
mitokondria berumur rata-rata 10 hari.
Mitokondria yang rata-rata berumur 10 hari & tidak berfungsi lagi, akan
ditutup oleh suatu organel pada Retikulum Endoplasma Kasar &
membentuk Autofagosom. yang kemudian akan bergabung didalam
lisosom, agar mitokondria bisa dihancurkan oleh enzim hidrolitik.
4. Fagositosis
Fagositosis ini adalah suatu fungsi pada lisosom, yang dimana proses
pemasukan berbagai partikel-partikel ukuran yang besar yaitu partikel-
partikel yang mempunyai diameter lebih besar dari 5 µm, dan juga
mikroorganisme seperti virus ataupun bakteri ke dalam sel yang berasal
dari lingkungan, proses ini digunakan oleh berbagai tipe sel yang telah
mengalami spesialisasi. Suatu contoh fungsi Fagositosis adalah
Kebanyakan jenis-jenis Protista seperti Amoeba ataupun Siliata
didalam mendapatkan sebuah makanan. Cara yang dilakukan adalah
dengan menangkap partikel-partikel pada makanan atau
mikroorganisme yang lebih kecil. Kemudian partikel-partikel makanan
yang tertangkap tersebut akan dimasukkan ke dalam organel yang
dikenal dengan sebutan Vakuola atau Fagosom. Dimana vakuola atau
fagosom tersebut berasal dari sebagian kecil pada membran plasma.
Kemudian fagosom bergabung dengan lisosom, untuk melakukan suatu
pencernaan terhadap partikel-partikel makanan yang telah ditangkap.
5. Eksositosis
Eksositosis ini adalah suatu fungsi pada lisosom, dimana merupakan
mekanisme yang dimanfaatkan untuk mentransport berupa molekul-
molekul berukuran besar dalam melewati membran plasma dari dalam
sel menuju ke luar sel. Dengan menggabungkan vesikula yang berisi
molekul-molekul dengan membran plasma. Suatu contoh fungsi
Ekositosis adalah ciri-ciri sebagai makhluk hidup akan mengalami
suatu proses pergantian tulang rawan dan terjadi pada perkembangan
tulang keras.
6. Autolisis
Autolisi ini adalah suatu fungsi pada lisosom, dimana merupakan
mekanisme suatu proses penghancuran diri yang dilakukan oleh sel
dengan membebaskan isi lisosom ke dalam sel. Suatu contoh fungsi
Autolisis adalah pada kasus ini terjadi pada daur hidup seekor katak,
yaitu ketika seekor berudu menyerap kembali ekornya kedalam
tubuhnya, disaat katak tersebut menginjak usia dewasa.

Lisosom dapat diklasifikasikan menjadi 2 jenis utama yaitu :


Lisosom Primer merupakan jenis lisosom yang masih belum
dipergunakan dalam proses pencernaan ataupun dalam proses hidrolisis
dan lisosom Sekunder merupakan jenis lisosom primer yang telah
dipergunakan dalam proses pencernaan atau hidrolisis, dan telah menyatu
dengan membran fagosom. Pada Lisosom Sekunder juga memiliki 2
fungsi, yaitu memiliki keterkaitan untuk bekerja sama yang erat di dalam
sel antara lain heterolisosom dan autolisosom. Heterolisosom terbentuk
dari suatu fungsi Lisosom Primer, Fargosom atau Endosom yang
terjadi bila substrat yang dicerna berasal dari luar sel sedangkan
autolisosom terbentuk dari suatu fungsi Lisosom Primer dengan
Sitosegresom yang terjadi pada saat substrat yang dicerna
merupakan dari substrat intraseluler yang dibatasi oleh membran
(sitosegresom).
Fungsi Lisosom pada tubuh manusia

• Lisosom berfungsi dalam mencerna cadangan makanan apabila terjadi


kekurangan makanan.
• Lisosom berfungsi dalam mencerna makanan hasil fagositosis &
pinositosis.
• Lisosom berfungsi sebagai Autolisis yaitu Lisosom bisa
menghancurkan sebuah organel sel yang rusak dalam keadaan fisiologis
tertentu pada jaringan tubuh yang disebut dengan Autofagi.
• Lisosom berfungsi dalam menetralkan zat yang sifatnya Karsinogen,
yaitu zat yang menyebabkan kanker.
• Lisosom berfungsi dalam menghancurkan zat yang terdapat di luar sel,
csalah satunya untuk menghancurkan dinding sel telur sperrma yang
mengeluarkan enzim pada saat terjadinya fertilisasi.
Fungsi Lisosom pada Tumbuhan & Hewan

• Lisosom berfungsi dalam memproses pencernaan makanan & benda


asing yang masuk ke dalam sel pada tubuh seekor hewan. Contohnya
adalah Seekor ular memangsa seekor hewan yang ukurannya lebih
besar dari tubuh ular tersebut. Karena Lisosom pada tubuh ular
• Dapat berperan ketika terjadinya proses pengausan atau pengrusakan
organel sel contohnya proses rusaknya kloroplas pada tumbuhan yang
sudah tua.
V. Retikulum Endoplasma

Retikulum Endoplasma (RE) menurut biologi merupakan sistem


membran kontinue dimana membentuk sebuah serangkaian kantung rata
dalam sitoplasma sel eukariotik, serta melayani beberapa fungsi agar
menjadi penting terutama dalam sintesis, pelipatan, modifikasi, dan
transportasi protein. Seluruh sel eukariotik mengandung retikulum
endoplasma, bagian-bagian dari retikulum endoplasma dapat dilihat pada
gambar 3.6. Berikut adalah fungsi dari retikulum endoplasma antara lain
:

1. Mendukung sintesis protein dan juga untuk menyalurkan bahan


genetika yang berada di antara inti sel dengan sitoplasma.
2. Berfungsi sebagai alat transportasi zat zat yang terdapat di dalam sel
tersebut.
3. Memiliki fungsi untuk menjadi kalsium yang nantinya akan
dikeluarkan dari Retikulum Endoplasma untuk kemudian menuju ke
sitosol.
4. Memodifikasi protein yang disintesis oleh riboson untuk nantinya
disalurkan ke kompleks golgi dan akhirnya akan dikeluarkan dari sel.
5. Mensintesis lemak serta juga kolesterol yang terjadi di hati, fungsi ini
hanya dapat diberikan oleh Retikulum Endoplasma halus dan
Retikulum Endoplasma kasar.
6. Menetralkan suatu racun atau proses detoksifikasi pada Retikulum
Endoplasma dimana terletak di sel sel hati.
7. Berfungsi untuk menjadi sarana transportasi molekul molekul dan juga
bagian sel yang satu ke bagian sel yang lainnya.

Pada Retikulum Endoplasma ini terdapat 3 jenis, yaitu sebagai


berikut :
1. Retikulum Endoplasma Kasar. Retikulum jenis ini adalah retikulum
endoplasma yang mempunyai tekstur kasar karena di permukaan
retikulum endoplasma kasar ini terdapat suatu bintik-bintik yang
merupakan ribosom dan mempunyai peran di dalam sintesis protein,
maka dari itu fungsi utamanya adalah sebagai tempat untuk melakukan
sebuah proses sintesis protein.

2. Retikulum Endoplasma Halus. Retikulum jenis ini merupakan


kebalikan dari Retikulum Endoplasma Kasar karena Retikulum
Endoplasma Halus ini mempunyai permukaan yang halus serta tidak
terdapat bintik-bintik ribosom dimana berfungsi untuk membantu
beberapa proses metabolisme seperti sintesis lipid, metabolisme
karbohidrat serta juga konsentrasi kalsium, detoksifikasi obat-obatan
dan menjadi tempat melekatnya reseptor pada protein membrane sel
tersebut.

3. Retikulum Endoplasma Sarkoplasmik. Retikulum Endoplasma


Sarkoplasmik merupakan jenis khusus dari Retikulum Endoplasma
Halus yang dapat ditemukan pada otot licin dan otot lurik. Yang
membedakannya dari Retikulum Endoplasma halus ialah adanya
kandungan protein pada Retikulum Endoplasma Halus mensitesis
molekul sedangkan pada Retikulum Endoplasma Sarkoplasmik
digunakan untuk
Gambar 3.7 Bagian retikulum endoplasma

sitoplasmanya ada yang mengandung kromophore yaitu bakteri yang


mengandung krlorofil.

VI. Sentriol
Sentriol adalah Salah satu bagian dari Organel Sel terdiri dari 2
perangkat Mikrotubula. Setiap komponen sentriol terdiri dari 9
Mikrotubula. Dalam bentuk yang sama ada 3 seperti tabung (Silinder) ,
yang terbentuk dari Tubulin dan sebagian besar sel sentriol ditemukan
dalam sel Eukariotik. Pada kedua perangkat sentriol diatas tersusun
berhadapan dengan membentuk sudut tegak lurus. Sel sentriol ini
berfungsi dalam pembelahan pada sebuah sel, dan juga dalam
pembentukan Sillium & Flagela. Sel sentriol juga merupakan
perkembangan dari Sentrosom, yaitu sebagai pusat sel, dari daerah
Sitoplasma yang letaknya berdampingan pada Inti Sel. Pada tumbuhan
Sentriol terdapat pada Gamet Jantan Charophytes, Bryophytes, Tumbuhan
Berpembuluh tanpa Biji, Sikas & Ginko. Sentriol tidak terdapat pada
tumbuhan Berpembuluh yang mempunyai Biji, Berbunga &
Jamur.Berikut ini adalah struktur-struktur yang ada pada organel sel
sentriol :

Gambar 3.8. Sentriol

Didalam organel sel terdapat dari 1 sel memiliki 1 pasang sentriol, yang
letaknya tegak lurus berdampingan. Organel sel ini berbentuk seperti
Tabung (Silinder), memiliki suatu rangka Mikrotubula yang tersusun
secara radial. Mikrotubula itu terdiri dari 3 (Triplet) rangka, jumlah triplet
pada setiap sentriol ada 9 rangka. Pada rangka 9 triplet ini ditutup oleh
Matriks Kental, rangka & matrik berada pada salah satu ujung sentriol, dan
terbentuk seperti roda gerobak. Sentriol mempunyai diameter 0,15 µm,
panjang 0,3-0,5µm, & lebar 0,2 μm, dan berfungsi membentuk sebuah
benang spindel untuk memisahkan kromosom. Mikrotubula terkelompok
menjadi 3 mikrotubula yang tersusun secara paralel. Pada 9 kelompok
macam ini akan membentuk sebuah dinding sentriol, dan setiap kelompok
tidak tegak lurus dengan inti tabung, tetapi agak miring. Masing-masing
dari 9 kelompok triplet pada sentriol, terdiri dari 3 buah sub unit
mikrotubula, kemudian diberi nama sub unit A, B, & C. Pada urutan
penamaan ini dimulai dari sub unit yang paling dalam (tubula yang paling
dalam sebagai sub unit A), diameter pada setiap tubula 200-260 sub unit
Å. Organel Sel Sentriol berperan penting dalam pembentukan berbagai
bangunan selular yang terdiri atas mikrotubula, dan juga pada Sel
Gelendong Mitosis pada pembelahan sel, sillium, flagelum, & beberapa
juluran sel khusus, contohnya Filamen Aksial Spermatozoa. Organel Sel
Sentriol juga mempunyai fungsi sebagai badan basal yang merupakan
tempat pembentukan sillia.

VII. Mesosom

Pada tempat tertentu, membran plasma melekuk ke dalam


membentuk organel yang disebut mesosom. Mesosom berfungsi sebagai
penghasil energi, untuk respirasi dan sekresi dan menerima DNA pada
saat konyugasi.Beberapa bakteri memiliki alat gerak berupa flagel.
Beberapa bakteri lainnya mengandung villia yang berfungsi untuk
melekatkan diri.. Biasanya mesosom terletak di dekat dinding sel yang
baru terbentuk pada saat pembelahan biner sel bakteri. Pada membran
mesosom terdapat enzim-enzim pernapasan yang berperan dalam reaksi-
reaksi oksidasi untuk menghasilkan energi.
Gambar 3.9 .Mesosom
VIII. Vakuola

Vakuola, organel khusus yang terdapat pada sel tumbuhan, keberlangsungan sel tumbuhan begitu
dipengaruhi oleh organel terbesar yang dimiliki sel ini. Tumbuhan memiliki vakuola yang berfungsi
sebagai pembentuk tekanan turgor sel, tempat menyimpan bahan tertentu, tempat sampah dan
tempat degradasi organel lain. Sel hewan juga memiliki vakuola namun dengan ukuran yang jauh
lebih kecil dari vakuola sel tumbuhan. Vakuola adalah organel sel yang memiliki suatu rongga
bermembran pada sel tumbuhan, berisi bermacam-macam senyawa makanan, sisa metabolisme, air,
dan lain-lain.Vakuola terdiri atas 3 jenis, yaitu vakuola makanan, vakuola kontraktil yang
ditemukan pada protista dan vakuola tumbuhan pusat. Pada sel tumbuhan, khususnya sel parenkim
dan kolenkim dewasa memiliki vakuola tengah (vakuola sentral) yang berukuran besar. Vakuola ini
dikelilingi membran tonoplas, yaitu selaput pembatas antara vakuola sentral dengan sitoplasma
dalam sel tumbuhan. Vakuola tengah pada tumbuhan terbentuk sebagai akibat pertumbuhan
dinding sel lebih cepat dari pertumbuhan sitoplasmanya. Vakuola tengah berisi cairan yang disebut
cairan sel atau getah sel. Getah ini merupakan larutan pekat yang kaya garam minteral, gula,
oksigen, asam organik, karbon dioksida, pigmen, enzim, dan sisa-sisa metabolisme lain. vakuola
hanya memiliki selapis membran saja. Hal ini disebabkan karena aktivitas enzim hidrolitik dalam
vakuola yang akan mencerna membran dalam dari vakuola baru yang terbentuk. Karena adanya
enzim hidrolitik inilah vakuola berperan dalam degradasi “penghancuran” organel-organel sel yang
telah tua dan rusak. Fungsinya hampir mirip dengan lisosom pada sel hewan.
Tekanan air dalam vakuola menyebabkan munculnya istilah tekanan turgor yang membuat sel
tumbuhan tetap kokoh. Tekanan turgor yang tinggi menyebabkan sel tegang, sedangkan tekanan
turgor yang rendah menyebabkan sel menjadi kendur. Tekanan turgor yang rendah menyebabkan
jaringan tumbuhan akan menjadi layu seperti pada kasus tumbuhan yang kurang mendapat air.
Vakuola menjadi tempat menyimpan berbagai bahan tertentu seperti kristal kalsium oksalat dan
pigmen tumbuhan. Apabila kita mengamati sel-sel daun bayam, akan nampak adanya kristal
kalsium oksalat yang disimpan dalam vakuola, walaupun vakuola tersebut tidak begitu nampak
dengan metode pengamatan mikroskop biasa.
Vakuola umumnya berukuran besar hingga hampir memenuhi seluruh isi sitoplasma pada sel
tumbuhan yang telah dewasa. Organel ini dibungkus oleh suatu membran tunggal yang disebut
tonoplas. Di dalam tonoplas terdapat cairan yang umumnya disebut dengan getah sel. Getah ini
sebagian besar tersusun atas air dan zat-zat terlarut lain tergantung jenis tumbuhannya. Sel yang
masih muda pada umumnya akan memiliki banyak vakuola yang berukuran kecil, seiring dengan
berkembangan sel tersebut, vakuola-vakuola tadi akan bersatu membentuk vakuola tunggal yang
berukuran besar. Vakuola terbentuk dari retikulum endoplasma “RE” yang menjulur membentuk
saluran-saluran kecil yang disebut provakuola. Saluran kecil ini akan saling menyatu sehingga akan
terbentuk organel yang berbentuk mirip seperti bola, setelah itu vakuola-vakuola kecil yang telah
terbentuk akan bersatu membentuk vakuola yang lebih besar.
Vakuola merupakan organel dalam sel yang berisi cairan. Di dalam vakuola terdapat membran yang
disebut tonoplas. Organel ini banyak terdapat pada sel tumbuhan. Kalau pun ada pada sel hewan,
bentuk vakuolanya amat kecil. Lihat Gambar 1. Sebuah vakuola tumbuhan berisi larutan garam
mineral, gula, asam amino, bahan sisa (seperti tanin) dan beberapa pigmen seperti antosianin. Setiap
sel tumbuhan memiliki bentuk vakuola yang amat beragam. Vakuola sel tumbuhan dewasa
berbentuk besar, sedangkan vakuola tumbuhan muda berbentuk kecil. Semakin tua usia tumbuhan,
maka vakuolanya akan bertambah besar, bahkan bisa menjadi bagian yang dominan dalam sel.
Pada sel tumbuhan, vakuola memiliki berbagai fungsi, antara lain: sebagai tempat menyimpan
cadangan makanan dan ion anorganik, seperti gula, protein, kalium, dan klorida; sebagai
osmoregulator yakni penjaga nilai osmotik sel; dan berperan dalam proses sekresi hasil sisa
metabolisme yang membahayakan sel. Bagian vakuola dapat dilihat pada gambar 3.10 dibawah ini

Gambar 3.10 Vakuola pada Tumbuhan

Untuk menarik datangnya serangga penyerbuk, sebagian vakuola sel tumbuhan memiliki pigmen.
Contohnya, pigmen merah dan biru pada mahkota bunga. Sebaliknya, supaya hewan pemangsa
tidak datang mendekat, vakuola sel tumbuhan mengandung senyawa beracun dan bau tak sedap.
Pada sel hewan, vakuola hanya terdapat pada hewan uniselluler saja. Contohnya adalah protozoa.
Fungsi vakuola adalah sebagai vakuola pencernaan makanan (vakuola non-kontraktil). Selain itu,
protozoa juga memiliki vakuola berdenyut (vakuola kontraktil) yang berperan dalam pengaturan
tekanan osmotik sitoplasma.

IX. PLASTIDA

Sel tumbuhan mengandung plastida dalam beberapa bentuk atau wujud, baik sebagai
proplastida (plastida yang tidak terdiferensiasi), kloroplas (fotosintesis), amiloplas (penyimpanan
pati), elaioplas (penyimpanan lipid), leukoplas (kekurangan pigmen) atau turunannya, seperti
kromoplastik (pigmen-menyimpan), etioplas dan gerontoplas (hadir dalam jaringan penuaan). Hal
tersebut menunjukkan keanekaragaman fungsional mereka dan menunjukkan bahwa plastida
terletak pada inti fungsi seluler pabrik. Selain itu plastida tidak hanya sangat penting dalam
fotosintesis tetapi juga dalam penyimpanan bahan makanan utama, terutama pati. Plastida adalah
organel penyimpanan materi yang diselubungi oleh membran ganda. Antara membran dalam dan
membran luar dipisahkan oleh ruangan sempit intermembran. Plastida hanya terdapat pada sel
tumbuhan, alga (ganggang). Plastisida merupakan organel sel penting bagi kehidupan, misalnya
fotosintesis dan penyimpanan mananan dalam sel. Plastisida ini bisa dijumpai dalam sel tumbuhan
dan sebagian alga. Berikut ini penjelasan mengenai plastida dan fungsinya. Plastida dibedakan
menjadi 3 macam, yaitu: Leukoplas, merupakan plastida yang berwarna putih atau tidak berwarna.
Leukoplas terdapat pada sel-sel akar, umbi, dan biji. Berdasarkan jenis materi yang disimpan,
leukoplas dibedakan menjadi amiloplas (menyimpan amilum), elaioplas (menyimpan minyak), dan
proteoplas (menyimpan protein), Kromoplas, merupakan plastida yang mengandung pigmen selain
klorofil (hijau), contohnya fikociritrin (merah), fikosianin (biru), fikosantin (cokelat), karoten
(kuning), dan lain-lain. Yang terakhir adalah kromoplas. Kloroplas terdapat pada sel bunga dan
buah-buahan yang masak, kloroplas merupakan plastida berbentuk seperti lensa, berukuran 2 µm
x 5 µm dan mengandung pigmen hijau (klorofil). Kloroplas terdapat pada sel-sel yang melakukan
fotosintesis, misalnya sel daun dan ganggang hijau. Kloroplas merupakan organel semiotonom
karena memiliki DNA dan ribosom. Di dalam kloroplas terdapat kantong-kantong pipih yang
disebut tilakoid. Tilakoid yang bertumpuk-tumpuk disebut grana. Grana-grana tersebut
dihubungkan oleh tubula-tubula tipis di antara tilakoid. Di luar tilakoid terdapat cairan yang disebut
stroma. Berikut adalah bagian dari plastida dapat dilihat pada gambar 3.11.

Gambar 3.11. Bagian Dari Plastida

X. Peroksisom (badan mikro).

Peroksisom merupakan salah satu organel yang terbungkus dari membran tunggal dari lipid
dan didalamnya mengandung reseptor (protein pencerap). Tugas dari pada peroksisom yaitu
menurunkan (oksigen) yang terdapat didalam sel dan melakukan reaksi oksidatif. Dalam peroksisom
mengandung enzim yang dalam mentransfer hidrogen dari seluruh macam substrat menuju oksigen
yang menghasilkan hidrogen peroksida yaitu sebaga produk sampingan yang selanjutnya menjadi
sumber nama organel itu. Adapun bagian dari peroksisom dapat dilihat pada gambar 3.12 dibawah
ini.
Gambar 3.12 peroksisom
Hal ini dijelaskan oleh mahasiswa kedokteran dari Swedia yaitu J.Rhodin 1954 yang menjelaskan
tentang organel dalam sebuah sel. Selanjutnya penjelasan tersebut dikembangkan oleh Cristian de
Duve pada tahun 1967 yang merupakan ahli sitologis dari Belgia. Adapun fungsi lain dari
peroksisom antara lain yaitu:

• Sebagai bahan bakar respirasi sel yang dihasilkan dari perpecahan asam lemak itu menjadi
bentuk molekul kecil;
• Pada bagian dalam sel hati, berfungsi menetralisir racun yang disebabkan oleh alkohol dan
senyawa kimia berbahaya lainnya;
• Sebagai penghasil suatu enzim katalase dan oksidase yang memiliki fungsi untuk bisa
memindahkan hidrogen dari substrat agar bisa bereaksi dengan oksigen dan dapat menghasilkan
hidrogen peroksida atau H2O2 yakni sebagai penghasil lainnya.

Reaksi di dalam Peroksisom


Dalam reaksi pada peroksisom menggunakan Oksigen (O2) dan hidrogen peroksida (H2O2) dalam
melakukan reaksi osidatif. Selanjutnya enzim yang terdapat pada peroksisom dapat memanfaatkan
suatu molekul agar bisa melepaskan atom hidrogen yang bisa di terima dari substrat organik (R)
tertentu dalam suatu reaksi oksidatif yang menghasilkan hidrogen. Dalam enzim katalase
memanfaatkan H2O2sehingga dapat mengoksidasi substrat seperti formaldehid, alkohol, asam
format dan fenol.
Dimana reaksi oksidasi berperan penting dalam mendektoksifikasi berbagai jenis molekul racun
yang terdapat didalam darah. Bilamana terjadi sebuah penumpukkan hidrogen peroksida
selanjutnya akan diubah oleh katalase menjadi oksigen. Fungsi lainnya yang lebih penting dari
reaksi oksidatif yaitu sebagai pemecah molekul asam lemak dalam proses yang biasa disebut beta-
oksidasi.
XI. Mikrotubulus
Mikrotubulus atau mikrotubula merupakan organel sel berbentuk tabung silinder yang terdapat di
dalam sitoplasma pada semua sel eukariotik. Mikrotubulus berfungsi untuk mempertahankan bentuk sel,
membantu proses motilitas sel seperti pada silia atau flagella, dan pergerakan organel sel. Strukturnya
berupa silinder panjang dan berongga dengan diameter luar sekitar 25 nm dan diameter dalam 12 nm.
Ukuran panjangnya beragam mulai dari nanometer hingga mikrometer. Agar lebih jelas, silahkan lihat
gambar mikrotubulus dibawah ini.

Gambar 3.12. Gambar mikrotubulus

Mikrotubulus tersusun atas molekul-molekul bulat protein globular yang disebut tubulin,
yang secara spontan bergabung pada kondisi tertentu membentuk silinder panjang berongga. Tiap
molekul tubulin terdiri dari dua subunit polipeptida yang serupa, yaitu α-tubulin dan β-tubulin.
Setiap molekul tubulin memiliki bobot molekul sekitar 110.000 dalton dan merupakan dimer dari
protein α-tubulin dan β-tubulin. Jika di iris melintang, mikrotubulus tampak tersusun atas 13
subunit dalam susunan heliks. Subunit tersebut merupakan bagian dari 13 benang tubulin, dimana
masing-masing terangkai membentuk heliks yang menjadi bagian dari dinding mikrotubulus. Kedua
jenis tubulin ini tersusun berselang-seling sepanjang benang.
Mikrotubulus pertama kali ditemukan oleh Keith Porter dan teman sejawatnya. Cara untuk
melihat sel bukan dengan penyelubungan (embedding) dan penyayatan, tapi menggunakan HVEM
(High Voltage Electrom Microscope). Pengamatan menggunakan HVEM menunjukkan bahwa
bagian sitoplasma yang berada di sela-sela organel tampak penuh dengan anyaman trimatra dari
benang-benang yang sangat halus yang disebut jejala mikrotrabekular. Selain itu, terdapat juga
filamen-filamen yang bermatra lebih besar yang dikelompokkan menjadi 3 bagian berdasarkan
struktur dan garis tengahnya, yakni mikrotubulus, mikrofilamen, dan filamen intermedia.
Mikrotubulus dapat ditemukan di dalam sitoplasma seluruh sel eukariotik. Struktur mikrotubulus
dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 3.13. Struktur mikrotubulus

Organel ini berbentuk batang lurus dan berongga dengan ukuran kecil, melengkung,
berbentuk silendris, dan kaku. Mikrotubulus bisa dijumpai disetiap sel yang sedang mengalami
proses pembelahan. Mikrotubulus tersusun dari protein yang dikenal sebagai tubulin. Struktur
mikrotubulus sangat menarik dan hampir serupa di semua jenis organisme. Secara negatif, analisis
ultrastruktural menunjukkan noda pada potongan mikrotubulus, ini membuktikan bahwa
dindingnya ialah polimer yang tersusun atau subunit globular. Ketika mikrotubulus dipotong
melintang dari dinding sel menunjukkan 13 subunit yang memutar sehingga membentuk dinding.
Ketika permukaannya dilihat secara membujur maka akan menunjukkan protofilament. Ketika
mikrotubulus retak, 13 protofilament pembuat dinding sel bisa dilihat. Hal ini menunjukkan bahwa
perkumpulan dari subunit mengitari dinding mikrotubulus. Berkas subunit-subunit tadi terlihat
membentuk pola spiral yang merupakan heterodimer yang terdiri dari dua subunit globular yang
saling terikat erat. Subunit-subunit ini merupakan protein sejenis yang diberi nama α-tubulin dan
β-tubulin. Setiap protein terdiri dari ikatan polipeptida tunggal yang panjangnya kira-kira 500 asam
amino. Spiral ini kemudian membentuk tabung berlubang dengan panjang 200 nm hingga 25
mikrometer, diameter 25 nm dan tebal 5 nm. Mikrotubulus bisa dibongkar dan tubulinnya bisa
digunakan untuk membangun mikrotubulus dimana saja di dalam sel. Hasil analisis kandungan
kimia mikrotubulus ditemukan bahwa kandungan keseluruh protein (α-tubulin dan β-tubulin),
diperkirakan berat molekulnya sekitar 54.000 dalton. Molekul tubulin bisa ditemukan pada sel-sek
eukariota, terutama pada otak vertebrata.
Pada proses pembentukan tubulus banyak sel, mikrotubulus tumbuh dari sentrosom, suatu
organel yang terletak di dekat nukleus. Mikrotubulus kemudian memanjang dengan manambah
molekul tubulin di ujung-ujungnya. Tubulin dapat melakukan polimerisasi membentuk
mikrotubulus. Uji coba polimerisasi bisa dilakukan dengan campuran tubulin, larutan penyangga,
dan GTP pada suhu 37OC. Dalam alurnya, jumlah polimer mikrotubulus mengikuti kurva sigmoid.
Pada tahap log, setiap molekul tubulin berasosiasi untuk membentuk agregat yang agak stabil.
Beberapa diantaranya lanjut membentuk mikrotubulus.
Ketika elongasi, setiap subunit berkaitan dengan ujung-ujung mikrotubulus. Pada tahap
plato (mirip dengan tahapan log pada pembelahan sel), polimerisasi dan depolimerisasi berlangsung
secara seimbang karena jumlah tubulin bebas yang ada cukup. Gambar proses pembentukan
tubulus dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 3.14. Proses Pembentukan Tubulus

Dalam proses pembentukan mikrotubulus, sebelum molekul-molekul tubulin diubah menjadi


mikrotubulus. Dilakukan terlebih dahulu menyusun diri membentuk protofilamen dengan jalan
subunit β-tubulin dari sebuah molekul tubulin berikatan dengan subunit α dari molekul tubulin yang
lain yang ada disampingnya. Satu buah mikrotubulus yang terdiri dari 13 protofilamen yang
tersusun membentuk suatu lingkaran. Jika 3 buah protofilamen dari mikrotubulus A, menjadi miliki
mikrotubulus B, maka dua buah mikrotubulus disebut dengan doublet. Mikrotubulus memiliki
kutub positif dan kutub negatif. Kutub positif merupakan kutub yang pertumbuhannya cepat,
sedangkan kutub negatif merupakan kutub yang pertumbuhannya lambat. Hal ini diakibatkan oleh
susunan profilamen yang sejajar satu dengan yang lainnya dan sesuai dengan polaritas masing-
masing. Berikut ini adalah fungsi utama dari mikrotubulus, yaitu:

1. Sebagai penyusun sitoskeleton terbesar.


2. Sebagai sarana transpor material di dalam sel.
3. Sebagai struktur sporting bagi fungsi-sungsi organel lainnya.
4. Mempertahankan bentuk sel (balok penahan tekanan).
5. Motilitas sel seperti pada sillia atau flagella.
6. Pergerakan kromosom dalam pembelahan sel dan pergerakan sel.

XII. Mikrofilamen

Mikrofilamen adalah rantai ganda subunit aktin yang terlilit. Mikrofilamen agaknya ada
dalam seluruh sel eukariotik. Peran struktural mikrofilamen dalam sitoskeleton ialah untuk
menahan tegangan atau gaya tarik. Mikrofilamen merupakan filamen yang sangat tipis yang
ditemukan di dalam sitoplasma sel. Mikrofilamen memiliki bentuk seperti mikrotubulus, hanya saja
mikrofilamen ini lebih lembut yang terbentuk dari komponen utama protein aktin dan myosin.
Mikrofilamen memiliki peran penting dalam pergerakan sel dan peroksisom (badan mikro). Dan
juga mikrofilamen merupakan batang padat yang berdiameter sekitar 7 nm. Mikrofilamen ini
disebut juga filamen aktin, karena tersusun darimolekul aktin yang merupakan salah satu protein
globular.

Gambar 3.15 Mikrofilamen

Mikrotubulus dan mikrofilamen terkandung banyak dalam sel, membentuk jalinan pada
berbagai lapisan sitoplasma. Mikrotubulus berbentuk pipa, berongga, diameter 25 nm.
Mikrofilamen bentuk benang halus, masif (tidak berongga), berdiameter 6-10 nm. Keduanya
membina rangka sel. Mikrotubul dalam silia dan flagela, sel saraf, dan gelendong pembelahan
(spindel), semua mempunyai ultrastruktur yang sama. Setiap sistem pergerakan pada berbagai
jaringan dan alat memiliki banyak mikrotubulus dan mikrofilamen.
Pada tempat dimana terjadi endocytosis atau exocytosis, mikrofilamen melingkar bagian
puncak plasmalema, membentuk gentingan, lalu putus, sehingga tercipta gelembung atau vesikula
berisi bahan yang “ditelan” atau “dimuntahkan” sel itu. Pada waktu mitosis dan meisosis, pun
terjadi cincin mikrotubul dan mikrofilamen didaerah ekuator, membuat plasmalemma jadi genting,
putus, sehingga terjadi membran yang terpisah untuk setiap sel anak.
Mikrofilamen juga merupakan serat tipis panjang berdiameter 5-6 nm. Terdiri dari protein
yang disebut aktin. Banyak mikrofilamen membentuk kumpulan atau jaring pada berbagai tempat
dalam sel . Adanya hal itu digabungkan dengan gerak sel . Bila sel hewan membelah menjadi dua ,
misalnya terbentuklah seberkas mikrofilamen dan memisahkan kedua sel anak tersebut.
Mikrofilamen terbentuk dari protein aktin. Subunit aktin dipolimerisasi menjadi seutas untaian
panjang , dan dua untaian bersatu dalam sebuah heliks ganda (double helix) untuk membentuk
mikrofilamen.
Mikrofilamen memencar ke seluruh bagian sitoplasma dan dengan demikian menjaga bentuk
sel. Kombinasi mikrofilamen dengan protein miosin membentuk filamen peluncuran yang dikaitkan
dengan kontraksi oto dan perubahan bentuk sel. Filamen intermediet , yang dinamai demikian
karena diameternya berada di antara kedua filamen struktural lainnya , lebih tahan lama daripada
kedua filamen lain dan ditemukan pada, misalnya , jala rapat yang memberikan kekuatan yang
fleksibel bagi lembar-lembar jaringan epitel. Gambar dapat dilih pada gambar 3.15.
Gambar 3.16 Mikrofilamen secara detail.

Latihan

1. Jelaskan apa yang kalian ketahui tentang sitoplasma


2. Jelaskan dan sebutkan bagian-bagian dari sitoplasma
3. Jelaskan apa fungsi dari retikulum endoplasma
4. Jelaskan 5 fungsi lisosom pada tubuh manusia

Ringkasan

Sitoplasma adalah cairan dalam sel yang terletak antara membran plasma dan nukleus. Secara fisik,
sitoplasma tebal, semitransparan, cairan elastik yang berisi partikel tersuspensi dan sedikit tubulus dan
filamen yang membentuk sitoskleton. Sitoskleton berfungsi sebagai penyokong dan pemberi bentuk sel dan
bertanggung jawab terhadap gerakan struktur-struktur sel, juga fagositosis. Secara kimia, 70-90%
sitoplasma terdiri dari air dan komponen padatan (protein, karbohidrat, lipida, dan zat-zat anorganik). Pada
sel eukariota, sitoplasma adalah bagian non-nukleus dari protoplasma. Pada sitoplasma terdapat
sitoskeleton, berbagai organel dan vesikuli, serta sitosol yang berupa cairan tempat organel melayang-
layang di dalamnya. Sitosol mengisi ruang sel yang tidak ditempati organel dan vesikula dan menjadi
tempat banyak reaksi biokimiawi serta perantara transfer bahan dari luar sel ke organel atau inti sel.
Walaupun semua sel memiliki sitoplasma, setiap jaringan maupun spesies memiliki ciri-ciri yang jauh
berbeda antara satu dengan yang lain.
Pada sitoplasma sel bakteri tidak ditemukan organel-organel yang memiliki sistem
endomembran seperti badan Golgi, retikulum endoplasma (RE), kloroplas,mitokondria, badan
mikro, dan lisosom. Sedangkan ribosom banyak ditemukan pada sitoplasma bakteri. Materi genetik
bakteri berupa DNA atau kromosom bakteri atau genophore terdapat dalam sitoplasma, di daerah
inti yang tidak dibatasi oleh sistem membran,yang disebut nucleoid. Pada beberapa bakteri di dalam
sitoplasmanya ada yang mengandung kromophore yaitu bakteri yang mengandung krlorofil.

Anda mungkin juga menyukai