Anda di halaman 1dari 32

MORFOLOGI DAN ANATOMI TUMBUHAN THALLOPHYTA DAN

PTERIDOPHYTA

Makalah

(Dibuat untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Botani Farmasi)

OLEH :

KELOMPOK 2

FADHILLAH AGISDA MAHARANI ( O1A1 18 070 )


CITA MAUDINA ALFYAH ( O1A1 18 071 )
AINUN ZAKHRAFIA ( O1A1 18 072 )
CHATRINA BANTUN ( O1A1 18 074 )
NUR AIDA ( O1A1 18 075 )
ANITA PUSPITA SARI ( O1A1 18 077 )
FIKRA MUSFIRAH ( O1A1 18 078 )
ELFI ANDRIYANI ( O1A1 18 079 )
WA ODE YENTRI PUTIA NINGTIYAS DARMIN ( O1A1 18 081 )
M. IYAD ALFAIZ RAMLI ( O1A1 18 082 )

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Botani Farmasi yang membahas
tentang Morfologi dan Anatomi Tumbuhan Thallophyta dan Pteridophyta dalam
bentuk makalah.
Dalam penyusunan makalah ini, tidak lupa pula kami mengucapkan
banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu khususnya dari
rekan-rekan sekelompok kami sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan
baik, walaupun ada beberapa hambatan yang kami alami dalam penyusunan
makalah ini. Namun, berkat motivasi yang disertai kerja keras dan bantuan dari
berbagai pihak akhirnya dapat teratasi.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi sumber pengetahuan
bagi pembaca dan apabila dalam pembuatan makalah ini terdapat kekurangan
kiranya pembaca dapat memakluminya. Kritik dan saran sangat kami harapkan
demi penyempurnaan makalah ini.

Kendari, 6 Desember 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI

halaman
KATAPENGANTAR ............................................................................................. i
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah ..........................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................2
1.3 Tujuan .......................................................................................................2
1.4 Manfaat ....................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................4


2,.1 Definisi Tumbuhan Thallophyta ..................................................................4
2.2 Klasifikasi Dari Tumbuhan Thallophyta .......................................................7
2.3 Perkembangbiakan Dan Pertumbuhan Thallophyta ....................................12
2.4 Keuntungan Dan Kerugian Tumbuhan Thallophyta ...................................13
2.5 Ciri Morfologi Dan Anatomi Tumbuhan Pteridhopyhta .............................14
2.6 Klasifikasi Tumbuhan Pteridhophyta ..........................................................17
2.7 Reproduksi Pteridhophyta ...........................................................................21
2.8 Manfaat Tumbuhan Pteridhophyta ..............................................................23

BAB III PENUTUP ..............................................................................................24


3.1 Kesimpulan ..................................................................................................24
3.2 Saran ............................................................................................................25
Daftar Pustaka ......................................................................................................16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman makhluk
hidupnya. Terutama flora dan fauna. Salah satu keanekaragaman flora yang
adalah makroalga. Makroalga merupakan organisme penghasil marine
biomass dapat menjadi organisme transisi yang menghasilkan energi berupa
bioethanol dan biogas sebelum negara Indonesia mulai menginisiasi
mikroalga.

Dalam dunia tumbuhan ganggang termasuk kedalam dunia Thallopyta


(tumbuhan talus). Thallophyta adalah tumbuhan yang belum memiliki daun,
akar dan batang yang jelas dan Thallophyta merupakan tumbuhan yang
bertalus termasuk diantaranya adalah golongan jamur atau fungi, bakteri dan
ganggang atau alga.

Tumbuhan paku diperkirakan adalah salah satu tumbuhan tertua.


Tumbuhan paku berkembang dua ratus juta tahun sebelum tanaman berbunga
berkembang. Sebagian besar tumbuhan paku tumbuh di tempat lembab
dibawah kanopi hutan. Mereka termasuk tumbuhan berpembuluh dengan
struktur internal pembuluh yang sudah berkembang baik untuk mengangkut
air dan nutrisi, berbeda dengan tanaman berpembuluh lainnya seperti tanaman
berbunga yang tumbuh langsung dari biji. Tumbuhan paku tumbuh dari spora
dan memiliki bentuk peralihan yang disebut gametofit.

Tumbuhan paku merupakan tumbuhan berkormus atau tumbuhan yang


sudah menyerupai tumbuhan tinggi lainnya dan berpembuluh yang paling
sederhana. Terdapat lapisan pelindung sel(jaket steril) di sekeliling organ
reproduksi,sistem transpor internal, hidup ditempat yang lembab. Akar serabut
berupa rhizoma, ujung akar dilindungi kaliptra serta sel-sel akar membentuk
epidermis,korteks, dan silinder pusat ( terdapat xilem dan floem).

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana ciri morfologi dan anatomi tumbuhan Thallophyta?
2. Apa saja klasifikasi dari tumbuhan Thallophyta?
3. Bagaimana cara perkembangbiakan dan pertumbuhan Thallophyta?
4. Apa saja keuntungan dan kerugian dari tumbuhan Thallophyta?
5. Bagaimana ciri morfologi dan anatomi Tumbuhan Pteridhopyhta?
6. Apa saja klasifikasi dari tumbuhan Pteridhophyta?
7. Bagaimana proses reproduksi dari Pteridhophyta?
8. Apa saja manfaat dari tumbuhan Pteridhophyta?

1.3 Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah

1. Untuk mengetahui ciri morfologi dan anatomi tumbuhan Thallophyta.


2. Untuk mengetahui klasifikasi dari tumbuhan Thallophyta
3. Untuk mengetahui cara perkembangbiakan dan pertumbuhan dari
Thallophyta
4. Untuk mengetahui keuntungan dan kerugian dari tumbuhan
thallophyta.
5. Untuk mengetahui ciri morfologi dan anatomi Tumbuhan
Pteridhopyhta?
6. Untuk mengetahui klasifikasi dari tumbuhan Pteridhophyta?
7. Untuk mengetahui proses reproduksi dari Pteridhophyta?
8. Untuk mengetahui manfaat dari tumbuhan Pteridhophyta?

2
1.4 Manfaat

1. Bagi penulis dapat menambahkan pengetahuan tentang ciri morfologi


dan anatomi Thallpohyta dan Pterdophyta serta mengetahui
perbedaannya
2. Bagi masyarakat dapat mengetahui jenis-jenis dari tumbuhan
thallophyta dan pteridophyta dalam pemanfaatannya
3. Bagi pendidikan sebagai tambahan bahan ajar khususnya dalam mata
kuliah Botani Farmasi

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Tumbuhan Thallophyta


Thallophyta merupakan kelompok tumbuhan yang mempunyai ciri utama
yaitu tubuh berbentuk talus. Tumbuhan talus merupakan tumbuhan yang struktur
tubuhnya masih belum bisa dibedakan antara akar, batang dan daun. Sedangkan
tumbuhan yang sudah dapat dibedakan antara akar, batangdan daun disebut
dengan tumbuhan kormus (Fitrah, 2011).
2.2 Ciri Morfologi Dan Anatomi Tanaman Thallophyta
2.2.1 Ciri Morfologi Tanaman Thallophyta
Struktur tubuh dari divisi thallophyta, memiliki tubuh berbentuk thallus.
Thallus artinya belum dapat dibedakan antara akar, batang dan daun. Tubuh
tumbuhan yang telah dapat dibedakan dalam ke-3 bagian tersebut dinamakan
kormus (Cormophyta). Tubuh yang berupa tallus ini mempunyai struktur dan
bentuk dengan variasi yang sangat besar, dari yang terdiri atas satu sel berbentuk
bulat sampai yang terdiri dari banyak sel dengan bentuk yang kadang-kadang
telah mirip dengan kormus pada tumbuhan tingkat tinggi. Sel yang menyusun
tubuh telah memperlihatkan differensiasi yang jelas, dalam protoplasnya tampak
nyata satu inti atau lebih dan plastid dengan bentuk yang beraneka ragam
(Gembong, 1989). Tubuh yang berupa talus itu mempunyai struktur dan bentuk
dengan variasi yang sangat besar, dari yang terdiri atas satu sel berbentuk bulat sampai
yang terdiri atas banyak sel dengan bentuk yang kadang-kadang telah mirip dengan
kormusnya tumbuhan tingkat tinggi. Walaupun alga tidak memiliki organ batang, akar,
daun, dan bunga, namun bentuknya berkisar dari tumbuhan yang bersel tunggal
(mikroskopik) sampai yang bersel banyak (makroskopik) yang sangat kompleks yang
panjangnya mencapai 70 meter. Karena demikian besarnya kisaran bentuk alga, maka
bentuk alga dapat dibedakan sebagai berikut:
1) Bersel tunggal, bersel tunggal yang dapat bergerak contohnya:
Chlamidomonas, bersel tunggal yang tidak dapat bergerak contohnya: Chlorella,
Synecoccus

2) Thallus bersel banyak, dibagi menjadi 5 bentuk sebagai berikut:

a) Koloni, koloni yang dapat bergerak contohnya Volvox, Pandorina. Koloni yang
kokoid yang tidak dapat bergerak contohnya Hydrodiction, Pediastrum.

b) Agregat, contohnya Palmella, Gloeocapsa

4
c) Filament, filamen yang bercabang contohnya Ulothrix, Spirogyra. Filamen
yang bercabang, contohnya Cladophora.Filamen yang heterotrikos, contohnya
Chaelophora, Ectocarpus, Stigeoelonium. Parenkim semu contohnya Nemaliun.

d) Thallus Parenkim, contohnya Ulva, Porphyra, Panctaria (Zona bawah, Ciri-


ciri dan morfologi alga.htm.).

Alga uniseluler (mikroskopik) dapat betul-betul berupa sel tunggal, atau


tumbuh dalam bentuk rantaian atau filamen. Ada beberapa jenis alga yang sel-
selnya membentuk koloni, misalnya pada Volvox, koloni terbentuk dari 500-
60.000 sel. Koloni-koloni inilah yang dapat dilihat dengan mata biasa. Alga
multiseluler (makroskopik) mempunyai ukuran besar sehingga dapat dilihat
dengan mata biasa. Alga multiseluler (makroskopik) mempunyai ukuran besar,
sehingga dapat dilihat dengan mata biasa. Pada alga makroskopik biasanya
mempunyai berbagai macam struktur khusus. Beberapa jenis alga mempunyai
struktur yang disebut holdfast, yang mirip dengan sistem perakaran pada
tumbuhan, yang berfungsi untuk menempelnya alga pada batuan atau substrat
tertentu, tetapi tidak dapat digunakan untuk menyerap air atau nutrien. Alga tidak
memerlukan sistem transport nutrien dan air, karena nutrien dan air dapat
dipenuhi dari seluruh sel alga. Struktur khusus yang lain adalah bladder atau
pengapung, yang berguna untuk menempatkan alga pada posisi tepat untuk
mendapatkan cahaya maksimum. Tangkai atau batang pada alga disebut stipe,
yang berguna untuk mendukung blade, yaitu bagian utama alga yang berfungsi
mengabsorbsi nutrien dan cahaya (Anonim, 2010).

2.1.2 Anatomi Tanaman Thallophyta


Struktur anatomi thallus untuk tiap jenis alga makroskopis berbeda-beda.
Ada thallus yang memiliki percabangan dan ada pula yang tidak. Percabangan
thallus ada yang dichotomus (bercabang dua terus menerus), pectinate (berderet
searah pada satu sisi thallus utama), pinnate (bercabang dua-dua pada sepanjang
thallus utama secara berselang-seling), dan verticillate (cabangnya berpusat
melingkari aksis atau sumbu utama). Sifat substansi thallus juga beraneka ragam,

5
ada yang lunak seperti gelatin (gellatinous), mengandung zat kapur (calcareous),
lunak seperti tulang rawan (cartilaginous), dan berserabut (spongious).
Sebagian besar alga mempunyai dinding sel yang jelas, tetapi beberapa marga dan
sel-sel reproduktif tertentu tidak mempunyai dinding sel. Materi penyusun dinding
sel alga adalah: selulosa, xilan, manan, polisakarida yang mengandung sulfat asam
alginate, protein, silikon, dioksida, dan CaCO3. Dinding sel alga tidak dibentuk
oleh satu senyawa, tetapi merupakan matriks dari satu materi yang bergantian
dengan materi yang lainnya atau terbentuk dari lapisan-lapisan berbagai materi
yang berbeda .
Alga termasuk golongan tumbuhan berklorofil dengan jaringan tubuh yang secara
relatif tidak berdiferensiasi, tidak membentuk akar batang dan daun
(Tjitrosoepomo, 1983). Adanya klorofil membuat alga bersifat autotrof, yaitu
dapat menghasilkan karbohidratnya sendiri seperti tumbuhan. Walaupun memiliki
klorofil, alga tidak selalu berwarna hijau karena bisa saja memiliki pigmen lain
seperti karotenoid (jingga), phycoeritrin (merah) dan xantofill. Terkadang warna-
warna pigmen lain ini lebih dominan sehingga menutupi warna hijau klorofil dan
akibatnya algae tidak berwarna hijau (Singleton dan Sainsbury, 2006 dalam
Monruw, 2011).
Menurut Iqna Kamila Abfa, 2013, salah satu senyawa bioaktif yang
dominan terkandung pada rumput laut merah adalah fikobilin, terdiri dari
fikoeritrin dan fikosianin. Fikobilin terbentuk oleh reduksi biliverdin mealalui
fitokromobilin. Pigmen tersebut berperan penting sebagai pigmen pelengkap pada
proses fotosintesis rumput laut merah dengan membantu klorofil-a dalam
menyerap cahaya, fikoeritrin menyerap cahaya hijau yang dapat menutupi warna
hijau dari klorofil dan biru dari fikosianin. Struktur subunit fikoeritrin (PE) adalah
(αβ) 6γ dengan nilai absorbansi maksimal sekitar 580 nm. Jenis-jenis fikoeritrin
berdasarkan serapan spektranya dibagi menjadi beberapa macam, yaitu B-
fikoeritrin (B-PE), R-fikoeritrin (R-PE) dan C-fikoeritrin (C-PE), R-PE jenis
fikobiliprotein yang mendominasi algae merah. Beberapa penelitian telah
menunjukkan banyaknya manfaat dari pigmen tersebut. PE telah digunakan secara
luas dalam industri dan laboratorium penelian immunologi, contoh sebagai label

6
antibodi, reseptor antigen dan molekul biologi yang lain. Selain itu PE digunakan
dalam aplikasi histokimia, digunakan sebagai fotosensitizer untuk pengobatan
tumor dan berpotensi sebagai antioksidan.
Komposisi sel yang penting lainnya adalah kandungan zat makanan
cadangannya. Beberapa alga yang mengandung zat tepung, bahan agar-agar, zat
kersik (silikat), zat kapur, pectin, dan minyak laminarin. Ada golongan alga yang
belum memiliki inti sejati atau tidak memiliki dinding nukleus didalam selnya
disebut sel prokariotik (pada Cyanophyceae), tetapi umumnya alga bersifat
eukariotik. Pada golongan alga Cyanophyceae banyak yang memiliki lapisan
lendir sebagai pembungkus koloninya (Bonita hadiani, 2011).

2.2 KLASIFIKASI TUMBUHAN THALLOPHYTA

Berdasar ciri-ciri utama yang menyangkut cara hidupnya itu, Thallophyta


dibedakan menjadi 3 divisi yaitu :

a. Ganggang (algae)

b. Jamur (Fungi)

c. Lumut kerak (Lichens)

Berikut penjelasan dari masing – masing divisi:

a. Ganggang atau Algae

Tumbuhan ganggang atau alga merupakan tumbuhan thallus yang hidup di


air, baik air tawar maupun air laut. Yang hidup di air ada yang bergerak aktif dan
ada yang tidak. Jenis-jenis yang hidup di air, terutama tubuhnya bersel tunggal
dan dapat bergerak aktif mempunyai alat gerak untuk bergerak berupa bulu-bulu
cambuk atau flagel. Flagel pada pada gangggang berjumlah satu atau lebih. Jika
jumlahnya lebih dari satu, flagel itu dikatakan isokon bila sama panjangnya,
heterokon bila panjangnya tidak sama. Flagel yang menurut alat gerak terdapat
dibelakang disebut flagel yang opistokom. Selain daripada itu, pada ganggang
spora dan gametnya pun lazimnya dapat bergerak aktif dengan perantaraan flagel
pula. Spora yang dapat bergerak aktif itu disebut zoospore atau kembara
(Gembong, 1989).

7
Tubuh alga terdapat berbagai zat warna (pigmen), yaitu : klorofil (warna
hijau), fikosantin (warna perang/ coklat), fikoeritrin (warna merah), karoten
(warna keemasan), dan xantofil (warna kuning)
Berdasarkan pigmennya, ganggang dapat dibedakan menjadi empat:

1. Chlorophyta (Ganggang Hijau)

Mempunyai pigmen klorofil a, klorofil b, karoten dan xantofil. Ganggang


ini juga dapat melakukan fotosintesis, memiliki cadangan makanan berupa
amilum. 90% hidup di air tawar dan 10% hidup di laut. Yang hidup di air
umumnya sebagai plankton atau bentos, juga menempel pada batu dan tanah.
Ganggang hijau merupakan kelompok ganggang yang paling banyak jumlahnya
diantara ganggang lain. Contoh : Chorella

Regnum : Plantae

Divisi : Chlorophyta

Kelas : Chlorophyceae

Ordo : chlorococcales

Famili : Oocystaceae

Genus : Chlorella

Spesies : Chorella Sp

2. Chrysophyta (Ganggang Keemasan)

Ganggang keemasan bersel tunggal atau banyak, memiliki pigmen


dominan karotin (pigmen klorofil a, klorofil c, karoten, xantofil dan fikosantin).

3. Phaeophyta (ganggang coklat/ perang)

8
Phaeophyta hidup di pantai, warna coklat karena adanya pigmen fikosantin
(coklat), klorofil a, klorofil b dan xantofil. Dinding sel terdiri dari selulosa, pektin
dan asam algin. Tubuh berbentuk seperti benang atau lembaran yang dapat
mencapai puluhan meter. Contohnya Fucus, Sargassum, Turbinaria, Macrocystis.

4. Rhodophyta (Ganggang Merah)

Ganggang merah atau Rhodophyta adalah salah satu kelas dari ganggang
berdasarkan zat warna atau pigmentasinya. Warna merah pada ganggang ini
disebabkan oleh pigmen fikoeritrin dalam jumlah banyak dibandingkan pigmen
klorofil, karoten, dan xantofil. Ganggang ini pada umumnya banyak sel
(multiseluler) dan makroskopis, tidak berflagel, memiliki kemampuan menimbun
kalsium karbonat di dalam dinding selnya.. Ganggang ini dapat mencapai panjang
antara 10 sentimeter sampai 1 meter dan berbentuk benang atau lembaran. Contoh
Eucheuma, Gelidium, Glacilaria, Batrachospermum, Chondrus, Porphyra,
Polysiphonia, Nemalion. Peranan ganggang merah : Eucheuma spinosum,
Gracilaris, Gelidium merupakan penghasil agar-agar.

b. Jamur / Fungi

Cara hidup jamur sebagian saprofit, yaitu hidup pada bahan organic yang
lapuk. Jamur saprofit digolongakan atas substrat bahan baku yang digunakan.
Jamur Auricularia dan Lentinula yang tumbuh pada kayu lapuk memerlukan
substrak mengandung lignin. Jamur Volvariella memerlukan substrat merang
yang mengandung selulosa, jamur Agaricus memerlukan substrat kotoran hewan,
dan jamur Morella memerlukan substrat humus. Adapula jenis jamur yang hidup
bersama rayap, yaitu jamur Termitomyces, sementara jamur yang berasosiasi
dengan akar membentuk mikoriza. (Hendritomo, 2010)
Fungi memiki ciri umum jamur yaitu mempunyai klorofil sehingga tidak
dapat berfotosintesis. Jamur memiliki asam inti berupa ARN dan ADN.
Dindingnya terdiri atas kitin dan selulosa. Jamur ada yang bersel satu dan ada
yang bersel banyak. Jamur juga bersifat heterotrof yang mendapatkan nutriennya
melalui penyerapan (absorption). Dalam cara nutrisi ini, molekul-molekul organik
kecil diserap dari medium sekitarnya. Fungi akan mencerna makanan di luar
tubuhnya dengan cara mensekresikan enzim-enzim hidrolitik yang sangat ampuh
ke dalam makanan tersebut. Fungi hidup sebagai saprofit atau parasit, ada yang
dalam air, tetapi lebih banyak yang hidup didaratan serta pada tempat yang
lembab. Sedangkan di dalam laut jarang sekali didapatkan. Kebanyakan jamur
yang hidup saprofit dapat dipelihara pada substrat buatan (Muliayanti, 2009).

9
Jamur atau cendawan tidak mempunyai kormotofora, oleh sebab itu
umumnya tidak berwarna, tetapi pada jamur yang tinggi tingkatanya terdapat
bermacam-nacam zat warna, terutama dalam badan buahnya. Zat-zat warna itu
umumnya terdiri atas senyawa aromatic yang tidak mengandung N. Talus hanya
pada yang paling sederhana saja yang telanjang, umumnya sel-sel mempunyai
membrane yang terdiri atas kitin dan bukan selulosa.
Kingdom : Protista

Filum: Heterkonta

Kelas: Oomycotea

Ordo: Saprolegniales

Famili: Saprolegniaceae

Genus: Saprolegnia

Bagian tubuh yang vegetatif terdiri atas benang-benang halus yang


dinamakan hifa, yang seluruhnya merupakan miselium. Benang-benang itu ada
yang bersekat-sekat ada yang tidak. Fungi dibedakan menjadi beberapa kelas
yaitu:

1. Myxomycotina (Jamur lendir)


Myxomycotina merupakan jamur yang paling sederhana.
Mempunyai 2 fase hidup, yaitu: fase vegetatif (fase lendir) yang dapat
bergerak seperti amuba, disebut plasmodium dan fase tubuh buah.
Reproduksi : secara vegetatif dengan spora, yaitu spora kembara yang
disebut myxoflagelata. Contoh spesies : Physarum polycephalum
2. Oomycotina
Tubuhnya terdiri atas benang/hifa tidak bersekat, bercabang-
cabang dan mengandung banyak inti. Contoh spesies : Saprolegnia sp..
Phytophthora infestans.
3. Zygomycotina (kelas Zygomycetes)
Hifanya bercabang banyak tidak bersekat saat masih muda dan bersekat
setelah menjadi
4. Ascomycotina

10
Hidup saprofit di dalam tanah atau hipogean, hidup di kotoran
ternak kemudian disebut koprofil ada juga yang parasit pada tumbuhan.
Tubuhnya terdiri atas benang-benang yang bersekat atau ada yang unisel.
5. Deuteromycotina
Belum diketahui tingkat seksualnya, disebut juga jamur tidak sempurna
(fungi imperfecti).

c. Lumut kerak atau Lichenes

Lichenes atau lumut kerak memiliki ciri yaitu memiliki klorofil sehingga
dapat berfotosintesis dan dapat menghasilkan makanan sendiri (autotrof).
Hidupnya menempel pada tumbuhan lain (epipit) dan pada tempat yang lembab
(higrofit). Lumut kerak atau lichenes merupakan simbiosis mutualisme dari algae
dan jamur (Prowel, 2010).
Organisme ini sebenarnya kumpulan antara Fungi dan Algae tetapi
sedemikian rupa, hingga dari segi morfologi dan fisiologi merupakan suatu
kesatuan. Lichenes hidup sebagai epifit pada pohon-pohonan, tetapi dapat juga di
atas tanah, terutama di daerah tundradi sekitar kutub utara. Lichenes tmemerlukan
syarat-syarat hidup yang tinggi dan tahan kekurangan air dalam jangka waktu
yang lama. Karena panas yang terik Lichenes yang hidup pada batu-batu dapat
menjadi kering tetapi tidak mati dan jika kemudian turun hujan Lichenes dapat
hidup kembali. Pertumbuhan talusnya sangat lambat, dalam satu tahun jarang
lebih dari 1 cm. Tubuh buah baru terbaru setelah mengadakan pertumbuhan
vegetatif bertahun-tahun.

Algae yang ikut menyusun tubuh Lichenes disebut gonodium, dapat bersel
tunggal atau berupa koloni. Bentuk Lichenes biasanya bergantung pada macam
cara hidup bersama antara kedua macam organisme yang menyusunya. Hidup
bersama antara dua organisme yang berlainan jenis disebut Isimbiosis. Masing-
masing organisme itu sendiri disebut simbion. Pada Lichenes simbiosis antara
Fungi dan Algae diberikan tafsiran yang berbeda-beda. Ada yang menafsirkan
sebagai mutualisme, karena dipandang keduanya saling menguntungakan.

11
Regnum : Fungi

Division : Ascomycota

Class : Lecanoromycetes

Order : Ostropales

Family : Graphidaceae

Genus :Graphis

Kingdom: Bacteria

Phylum: Cyanobacteria

Class: see taxonomic note

Orde: Nostocales

Family: Nostocaceae

Genus: Nostoc

2.3 CARA PERKEMBANGBIAKAN DAN PERTUMBUHAN


THALLOPHYTA

2.3.1 Alga (Ganggang)


Pada ganggang hijau, contohnya spirogyra reproduksi vegetatif dengan
fragmentasi, generatif dengan konjugasi yaitu dua Spirogyra yang bertonjolan
berdekatan, kemudian dua tonjolan bergabung membentuk pembuluh,
protoplasma isi sel yang berlaku sebagai gamet, gamet sel yang satu pindah ke
gamet sel yang lain dan terjadilah plasmogami dan diikuti kariogami, hasil
persatuan ini berupa zigospora diploid, zigospora mengadakan meiosis dan

12
tumbuh menjadi benang baru yang haploid, dan hanya satu sel yang menjadi
individu baru.
Pada ganggang emas atau chrisophyta contohnya diatome, Reproduksi
dengan aseksual melalui membelah diri dan seksual dengan isogami. Isogami
yang terjadi yaitu apabila telur/sel telur sudah mencapai batas minimum maka
protoplasma akan keluar dan menjadi badan yang disebut auksospora. Selanjutnya
mencapai ukuran normal, auksospora akan membentuk epiteka dan hipoteka
seperti semula.
Pada phaeophyta atau ganggang coklat, reproduksi vegetatif dengan
fragmentasi, sedangkan generatif dengan isogami dan oogami.
Ganggang merah berkembangbiak secara vegetatif dan generatif.
Perkembangbiakan vegetatif ganggang merah berlangsung dengan pembentukan
spora haploid yang dihasilkan oleh sporangium atau talus ganggang yang diploid.

2.3.2 Jamur
Pembiakan dengan bermacam-macam spora, pada jamur yang hidup di air
berupa spora kembara yang mempunyai bulu cambuk. Fungi yang hidup di darat
dapat menghasilkan spora yang terbentuk di dalam sel-sel khusus (askus), jadi
merupakan endospora ada yang di luar basidiumdan disebut eksospora. Di
samping itu kebanyakan jamur dapat membiak aseksual dengan konidium.
Pembiakan aseksual dapat berlangsung dengan bebagai cara, yaitu isogami,
anisogami, oogami, gametangiogami dan somatogami.

2.3.3 Lumut

Kebanyakan Lichenes berkembang biak vegetatif, karena bila sebagian


talus terpisah, lalu tumbuh merupakan individu baru. Pada beberapa jenis
Lichenes, pembiakan berlangsung dengan perantara soredium yaitu kelompok
kecil sel-sel ganggang yang sedang membelah dan diselubungi benang-benang
miselium menjadi suatu badan yang terlepas dari induknya.

13
2.4 KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN THALLOPHYTA
2.4.1 Alga (Ganggang)
Peranan ganggang dalam kehidupan :
a. Menguntungkan :
- sebagai plankton dan merupakan komponen penting dalam rantai
makanan air tawar.
- Menyediakan makanan dalam jumlah banyak bagi ikan dan hewan lain
yang hidup dilaut
- Untuk penyamak kulit, bahan pembuat krem, dan obat pencuci rambut
(Chondrus crispus dan Gigortina mamilosa
- Menghasilkan bahan bergelatin
b. Merugikan :
- ganggang hijau dapat mengganggu bila perairan terlalu subur, sehingga
air akan berubah warna dan berbau.
2.4.2 Jamur/Fungi
Manfaat jamur :
- Penicillium notatum dan P. chryzogenum penghasil antibiotik penisilin
- P. camemberti dan P. roquerforti mengharumkan keju
- Aspergillus flavus menghasilkan alfatoksin
- Aspergillus oryzae untuk membuat tape
- Aspergillus wentii untuk membuat kecap
Kerugian:
- Aspergillus fumigatus parasit paru-paru burung
- A. nidulans penyebab automikosis/penyakit telinga
- Laboulbenia parasit pada serangga
- Reosellina arcuata hidup pada potongan akar
- Nectria cinabarina parasit pada kayu manis
2.4.3 Lumut Kerak atau Lichenes
Manfaat lumut kerak bagi kehidupan manusia diantaranya:

- Dapat dibuat obat contoh : Usnea filipendula (antibiotik)

14
- Digunakan sebagai penambah rasa dan aroma (masakan jepang)

- Pigmen yang dihasilkan dapat dibuat kertas lakmus celup indikator pH

- Pada daerah bebatuan, lumut kerak dapat melapukan bebatuan dan


menambah kandungan zat-zat yang dimilikinya.

- Dapat digunakan sebagai indikator pencemaran.

2.5 DEFINISI TUMBUHAN PTERIDHOPHYTA

Tumbuhan paku (Pteridophyta) merupakan tumbuhan yang dapat hidup


dengan mudah di berbagai macam habitat baik secara epifit, terestrial maupun di
air (Ayatusa’adah, 2017) Tumbuhan paku disebut Pteridophyta yang berasal dari
bahasa Yunani. Pteridophyta diambil dari kata pteron yang berarti sayap, bulu dan
phyta yang berarti tumbuhan. Di Indonesia tumbuhan ini lebih dikenal sebagai
tumbuhan paku. Tumbuhan paku termasuk tumbuhan kormus berspora, artinya
dapat dibedakan antara akar, batang dan daun. Namun demikian, pada tumbuhan
paku belum dihasilkan biji. Sehingga, alat perkembang biakannya masih berupa
spora. Tumbuhan paku tergolong tumbuhan yang heterogen, baik ditinjau dari
segi habitus.
Tumbuhan paku merupakan golongan tumbuhan yang mempunyai ciri
khas yang tidak dijumpai pada golongan tumbuhan lain. Ciri utama yang
membedakannya adalah adanya daun-daun muda yang berbentuk seperti satu
gulungan tali. Ciri lain yang sangat nyata adalah semua jenis tumbuhan ini
menghasilkan spora yang terbentuk dalam sporangium.
2.6 Ciri Morfologi Dan Anatomi Tanaman Pteridophyta
2.6.1 Morfologi dan Anatomi Tumbuhan Paku
Tumbuhan paku merupakan tumbuhan berpembuluh yang tidak berbiji,
memiliki susunan tubuh khas yang membedakannya dengan tumbuhan yang
lain. Tumbuhan paku disebut sebagai Tracheophyta berspora, yaitu
kelompok tumbuhan yang berpembuluh dan berkembang biak dengan spora.

15
Bagian-bagian tubuh berupa akar, batang, dan daun dapat dibedakan dengan
jelas.

1) Akar
Akar tumbuh dari pangkal batang, membentuk akar serabut, sehingga itu
sistem perakaran paku merupakan akar serabut. Berdasarkan poros
bujurnya, embrio tumbuhan paku dapat dibedakan menjadi kutub atas dan
kutub bawah. Kutub atas berkembang membentuk rimpang dan daun,
sedangkan bagian kutub bawah membentuk akar. Akar tumbuhan paku
bersifat endogen dan tumbuh dari rimpang. (Holtum, 1959; Smith, 1971)
dalam Hariyadi (2000).
2) Batang
Umumnya batang tumbuhan paku tumbuh di tanah disebut akar batang atau
rizoma (rimpang). Batang tumbuhan paku dapat berbentuk panjang,
merambat atau memanjat. Rimpang dan daun yang masih muda sering
tertutup oleh rambut atau sisik sebagai pelindungnya (Holtum ; Satrapadja
dalam Hariyadi, 2000). Beberapa tumbuhan paku memiliki batang yang
muncul di atas tanah, misalnya pada genus Alsophyla, Cyathea, Psilotum.
3) Daun

Gambar 1. Struktur tubuh paku


Berdasarkan bentuk dan sifat daunnya tumbuhan paku dapat dibedakan
atas dua golongan menurut Smith dalam Lubis (2009) yaitu:
a) Megaphyllus, yaitu paku yang mempunyai daun besar sehingga mudah
dibedakan atas batang dan daun , misalnya pada Asplenium.
b) Macrophyllus, yaitu paku yang memiliki daun kecil dan umumnya
berupa
sisik sehingga sukar dibedakan bagian-bagiannya, misalnya pada genus
Lycopodium.
Berdasarkan fungsinya daun paku Megaphyllus dibagi atas 2
kelompok yaitu: tropofil dan sporofil (Tjitrosoepomo, 1994).

16
a) Tropofil, yaitu daun yang berwarna hijau yang berfungsi sebagai
penyelenggara asimilasi dan fotosintesis.
b) Sporofil, yaitu daun yang berfungsi sebagai
penghasil spora.

Pada paku tertentu, ukuran daun tidak


sama. Ada daun kecil( mikrofil) dan ada pula
daun besar (makrofil), pada makrofil tidak terdapat tangkai daun dan tulang daun
serta bentuk kecil atau bersisik, belum memperlihatkan diferensiasi sel.
Sedangkan makrofil daun besar, bertangkai,bertulang daun, bercabang-cabang, sel
telah terdiferensiasi. Daun tumbuhan
paku ada yang khusus menghasilkan
spora dan disebur sprofil dan ada yang tidak
menghasilkan spora disebut tropofil.
Tumbuhan paku menghasilkan spora, spora
Sorus di dalam kotak spora
terdapat atau
sporangium. Kumpulan atau gerombolan dari sporangium disebut sorus. Sorus-
sorus berkumpul di helaian daun bagian bawah yang ada dilindungi oleh selaput
yang disebut indusium dan didalamnya terdapat banyak kotak spora.
Sporangium

17
A
kar,
batan
g,
dan
daun tumbuhan paku memiliki berkas pengangkut xylem dan floem. Xylem atau
pembuluh kayu berfungsi untuk mengangkut air dan zat hara dari tanah ke daun.
Adapun floem berfungsi untuk mengangkut hasil-hasil fotosintesis dari daun
keseluruh tubuh. Berkas pengangkut umumnya tersusun konsentris, artinya
xylem ditengah dikelilingi oleh floem.

2.7 KLASIFIKASI TUMBUHAN PAKU

Tumbuhan paku dapat di klasifikasikan berdasarkan jenis dan ukuran


spora yang dihasilkan, sifat anulus, letak sporangium, dan sorusnya pada daun.
Divisi Pteridophyta dibagi menjadi 4 kelas, yaitu Psilophytinae, Equisetinae,
Lycopodinae dan Filicinae (Tjitrosoepomo, 2011) yang diuraikan sebagai berikut:

1. Kelas Psilophytinae (Paku purba)

18
Kelompok tumbuhan paku ini dinamakan paku purba karena sebagian
besar telah punah. Anggota paku purba ada yang merupakan paku telanjang
(tidakberdaun) dan ada yang berdaun kecil (mikrofil) yang belum terdiferensiasi
(Gambar 2). Paku yang tergolong kelas ini hanya memilki satu ordo yaitu
Psilophytales.

Klasifikasi
Regnum : Plantae
Devisi : Pteridophyta
Kelas : Psilophytinae
Ordo : Psilophytales
Family : Psilophytiaceae
Genus : Psilotum
Spesies : Psilotum nudum
Gambar 2. Psilotum nudum

2. Kelas Equisetinae
(Paku ekor kuda)
Anggota paku ekor kuda sebagian sudah banyak yang punah. Umumnya
paku ekor kuda memiliki batang berupa rhizoma. Cabang-cabang batangnya
beruas-ruas. Pada ujung cabang batang sering ditemukan badan bulat disebut
elatern. Badan ini merupakan penghasil spora (Gambar 3). Paku ini terdiri
memilki tiga ordo yaitu Equisetales, Sphenophyllales, dan Protoarticulatales.

19
Klasifikasi
Regnum : Plantae
Devisi : Pteridophyta
Kelas : Equisetinae
Ordo : Equisetales
Family : Equisetaceae
Genus : Equisetum
Spesies : Equisetum arvanse
Gambar 3. Equisetum arvanse

3. Kelas
Lycopodinae (Paku rambut atau Paku kawat)
Paku kelompok ini batang dan akarnya bercabang-cabang menggarpu.
Salah satu ordo dari kelas ini adalah Lycopodiales. Ordo ini terdiri kurang lebih
atas 200 jenis tumbuhan yang hampir semua tergolong dalam family
Lycopodiaceae dari genus Lycopodium. Lycopodium kebanyakan berupa terna
kecil, batangnya mempunyai berkas pengangkut yang masih sederhana, tumbuh
tegak atau berbaring dengan cabang-cabang yang menjulang ke atas. Daun-daun
berambut, berbentuk garis atau jarum (Gambar 5).

20
Klasifikasi
Regnum : Plantae
Devisi : Pteridophyta
Kelas : Lycopodinae
Ordo : Lycopodiales
Family : Lycopodiaceae
Genus : Lycopodium
Spesies : Lycopodium clavatum
Gambar 5. Lycopodium clavatum

4. Kelas Filicinae (Paku sejati)


Paku kelompok ini paling banyak anggota spesiesnya. Habitatnya di darat,
air dan ada pula yang hidup menumpang pada tumbuhan lain sebagai epifit. Kelas
ini mencakup beberapa sub kelas, yaitu Eusporangiatae, Hydropterides, dan
Leptosporangiatae. Salah satu family dari kelas Leptosprangiatae yaitu Family
Davalliaceae. Suku ini bentuk sorus dengan indisium berbentuk piala atau sisik
pada tepi daun. Terdapat di daerah Palaeotropis, daunnya menyirip ganda dua atau

21
lebih, dengan urat-urat yang bebas. Rimpang merayap denga ruas-ruas yang
panjang, bersisik rapat. Sisik berwarna pirang (Gambar 6).
Klasifikasi
Regnum : Plantae
Devisi : Pteridophyta
Kelas : Filicinae
Sub Kelas : Leptosporangiatae
Ordo : Leptosporangiales
Family : Davalliaceae
Genus : Davallia
Spesies : Davallia trichomanoides
Gambar 6. Davallia trichomanoides

2.8 REPRODUKSI TUMBUHAN PAKU


Daur Hidup Tumbuhan Paku
Fase pembentukan spora dalam daur hidup tumbuhan paku disebut
generasi sporofit dan fase pembentukan gamet disebut generasi gametofit.
Tumbuhan paku mengalami pergiliran keturunan (metagenesis) dengan
dua generasi, yaitu generasi sporofit dan generasi gametofit. Dalam siklus
hidupnya, generasi gametofit pada tumbuhan paku umumnya lebih pendek
dibandingkan generasi sporofitnya. Berdasarkan jenis sporanya, tumbuhan
paku dibedakan menjaditumbuhan paku homospora, heterospora dan
peralihan. Tumbuhan paku homospora menghasilkan spora dengan ukuran
sama yang tidak dapat dibedakan antara spora jantan dan betina, misalnya
Lycopodium sp. (paku kawat). Tumbuhan paku heterospora menghasilkan
spora berbeda ukuran. Spora jantan berukuran kecil disebut mikrospora
dan spora betina besar disebut makrospora, misalnya Selaginella sp. (paku
rane), yang dapat dijadikan tanaman hias, dan Marsilea sp. (semanggi)
yang dapat dimakan. Mikrospora akan tumbuh menjadi mikroprotalium
sedangkan makrospora akan tumbuh menjadi makroprotalium.

22
Mikroprotalium membentuk
mikrogametofit yang akan menghasilkan anteridium, sedangkan
makroprotalium membentuk makrogametofit yang akan menghasilkan
arkegonium. Anteridium menghasilkan sel sperma dan arkegonium
menghasilkan ovum. Fertilisasi antara keduanya menghasilkan zigot. Zigot
akan tumbuh menjadi tumbuhan paku yang akan menghasilkan spora,
demikan seterusnya. Tumbuhan paku peralihan menghasilkan spora jantan
dan betina yang sama ukurannya, tetapi dapat dibedakan antara spora
jantan dan spora betinanya. misalnya Equisetum debile ( paku ekor kuda).

23
2.9 MANFAAT TUMBUHAN PAKU

Tumbuhan paku memiliki manfaat dan peranan penting dalam kehidupan


manusia, antara lain :

1. Sebagai tanaman hias


Tumbuhan paku banyak dimanfaatkan sebagai tanaman hias misalnya
Adiantum (suplir), Platycerium (paku tanduk rusa), Asplenium (paku
sarang burung), Nephrolepis, Alsophoila (paku tiang) dan lainnya.
2. Sebagai bahan obat

24
Beberapa jenis paku dapat dijadikan bahan obat-obatan seperti
Lycopodium clavatum dan Aspidium filix. Equisetum (paku ekor kuda)
untuk antidiuretik, Cyclophorus untuk obat pusing dan obat luar,
Dryopteris untuk obat cacing pita. Platycerium bifurcata untuk obat tetes
telinga luar, dan Lycopodium untuk antidiuretik dan pencahar lemah dari
sporanya.
3. Sebagai bahan sayuran
Marsilea crenata (semanggi), Pteridium aquilinum ( paku garuda), dan
lain-lain.
4. Sebagai bahan kesuburan tanah
Azolla pinnta yang bersimbiosis dengan Anabaena azollae dapat dijadikan
pupuk hijau karena dapat mengikat nitrogen bebas dari udara.
5. Sebagai sumber bahan baku batu bara, tumbuhan paku yang sudah mati
pada zaman purba.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Thallophyta merupakan kelompok tumbuhan yang mempunyai ciri
utama yaitu tubuh berbentuk talus. Thallophyta dibagi menjadi tiga anak
divisi yaitu Ganggang atau Algae, Jamur atau Fungi dan Lumut kerak atau
Lichene. Reproduksi Thallopyta Sp umumnya berkembangbiak secara
vegetatif dan generatif.
Manfaat dari Thallopyta secara umum :Sebagai plankton dan
merupakan komponen penting dalam rantai makanan air tawar. Dapat

25
dipakai sebagai makanan, misal Ulva dan Chlorella. Untuk pembuatan
plastik, kosmetik dan tekstil (ganggang perang). Merupakan penghasil
agar-agar (Eucheuma spinosus / ganggang merah). Sebagai makanan
ternak (ganggang coklat) Penicillium notatum dan P. chryzogenum
penghasil antibiotik. penisilin P. camemberti dan P. roquerforti
mengharumkan keju Aspergillus flavus menghasilkan alfatoksin.
Aspergillus oryzae untuk membuat tape. Aspergillus wentii untuk
membuat kecap dapat dibuat obat contoh : Usnea filipendula (antibiotik).
Digunakan sebagai penambah rasa dan aroma (masakan jepang) . Pigmen
yang dihasilkan dapat dibuat kertas lakmus celup indikator pH . Pada
daerah bebatuan, lumut kerak dapat melapukan bebatuan dan menambah
kandungan zat-zat yang dimilikinya. Dapat digunakan sebagai indikator
pencemaran.
Tumbuhan paku (Pteridhophyta) termasuk tumbuhan kormus
berspora, artinya dapat dibedakan antara akar, batang dan daun. Namun
demikian, pada tumbuhan paku belum dihasilkan biji. Sehingga, alat
perkembang biakannya masih berupa spora. Bagian-bagian tubuh berupa
akar, batang, dan daunnya dapat dibedakan dengan jelas.

Berdasarkan bentuk dan ukuran serta susunannya, daun tumbuhan


paku dibedakan menjadi mikrofil dan makrofil sedangkan berdasarkan
fungsinya daun tumbuhan paku dibedakan menjadi tropofil dan sporofil.
Spora tumbuhan paku terdapat di dalam kotak spora atau sporangium.
Kumpulan atau gerombolan dari sporangium disebut sorus. Sorus-sorus
berkumpul di helaian daun bagian bawah yang ada dilindungi oleh selaput
yang disebut indusium dan di dalamnya terdapat banyak kotak spora.
Berdasarkan macam spora yang dihasilkan tumbuhan paku dibedakan
menjadi tiga yaitu paku homospora, paku heterosopra dan paku peralihan.
Reproduksi seksual (generatif) melalui pembentukan sel kelamin jantan
(anteridium) dan sel kelamin betina (arkegonium) yang mana dalam siklus
hidupnya tumbuhan paku mengalami pergiliran keturunan (metagenesis).

26
Manfaat dari tumbuhan paku dapat digunakan sebagai tanaman
hias, bahan obat-obatan, bahan sayuran, pupuk, ataupun sebagai sumber
bahan baku batu bara.

3.2 Saran

1. Untuk lebih memahami morofologi dan anatomi tumbuhan


Thallophyta dan Pteridophyta, klasifikasi, proses reproduksi, serta
manfaatnya, perlu dilakukan pembelajaran lanjutan tentang materi ini.
2. Pembaca sebaiknya menambah referensi berupa buku-buku yang
relevan, jurnal penelitian,gambar, atau referensi lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2010, Algae,http://blog.unila.ac.id/wasetiawan/files/2010/01/ALGAE-


rev-01.pdf / 20 Februari 2011

A.R.Smith., A.R.Kathleen M., Prayer, E., Schuettpelz,P., Korall, H., Schneider.,


P.Gibuh, W. 2006. A Classification for Extant Ferns. http: // commons.
wikipedia.org

Arif Dwi Santoso, Rahmania A. Darmawan, dan Joko P. Susanto, 2011, Mikro
Alga Untuk Penyerapan Emisi Co2 Dan Pengolahan Limbah Cair Di

27
Lokasi Industri, Jurnal Ilmu Dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 3,
No. 2, Hal. 62-70, Desember 2011

Ayatusa’adah dan Dewi, A.P. 2017. inventarisasi tumbuhan paku (pteridophyta)


di kawasan kampus iain palangka raya sebagai alternatif media
pembelajaran materi klasifikasi tumbuhan.jurnal pendidikan sains &
matematika, vol. 5 no. 7

Bonita hadiani, 2011, Fisiologi hewan dan mikrobiologi algae, fisiologi hewan
dan mikrobiologi algae.htm, 2011, diunduh tanggal 21 maret 2014
diunduh tanggal 21 maret 2014

Campbell et al, 2008, Biologi, Erlangga, Jakarta

Faustina, adelia. 2014. Makroalga Sebagai Solusi Permasalahan Bangsa.


http://hmrh.sith.itb.ac.id/makroalga-sebagai-solusi-permasalahan-
bangsa-2/ (diakses pada tanggal 27 Februari 2015 pukul 04.00 WIB)

Fitrah. 2010. Divisi Thallophyta. Blog FitrahSains. http://biologi-news.blogspot.


com/ 2011/11/divisi-thallopyta.html (12 Desember 2018).

Fried, G.H. dan Hademenos,G.J. 2005. Biologi Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga.
Kasijan Romimohtarto, Sri Juwana. 2001. Biologi Laut : Ilmu
Pengantar Tentang Biologi Laut. Jakarta : Djambatan.
Gembong, Tjitrosoepomo. Taksonomi Tumbuhan Rendah. Yogyakarta: Gajah
Mada University Press, 1989.

Campbell, N. A. 2005. Biologi. Jakarta: Erlangga.

Harris. 2001. Binding of Metal Ions by Particulate.

Hasnunidah,Neni.2005. Botani Tumbuhan Rendah. Bandar Lampung:Universitas


Lampung

Hayati Soeprapto, 2009, Manfaat cahaya bagi algae khususnya chlorophyta, Pena
aquatika, vol 1 (1), April 2009

28
Hendrawan, Abdullah. 2005. Petunjuk Praktikum Biologi Laut. Yogyakarta:
Jurusan Perikanan UGM.

Hendritomo, H.I. 2010.ur Konsumsi Berkhasiat Obat – ed. I. Yogyakarta : Andi,


Lily Publiser

Holtum,R.E.1972. Cyatheaceae in Flora Maesiana. Groningen: Noordhoff


publishing.

Muliyanti. 2009. Fungi. Blog MuliyantiNature


http://www.muliyanti.blogspot.com/fungi.html. (12 Desember 2018).

Prowel, sianipa. Biologi. Yogyakarta: Pustaka Publisher, 2010

Ramelow. 2000. Kandungan Alga Sebagai Penunjang Makalah Ilmiah.


Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Sulisetijono.2011.Taksonomi Tumbuhan Tinggi. Malang: UIN Press.

Tjitrosoepomo, Gembong.1994. Taksonomi Tumbuhan Thallophyta, Schiziphyta,


Bryophyta, Pteridophyta. Yogyakarta: UGM Press.

Tjitrosoepomo, Gembong. 2000. Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah


Mada University Press.

Tjitrosoepomo, Gembong. 2011.Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah


Mada University Press.

29

Anda mungkin juga menyukai