Anda di halaman 1dari 2

ABSORPSI OBAT ORAL

Rute pemakaian oral merupakan rute yang paling lazim dan popular daari pendosisan obat. Bentuk
sediaan oral harus dirancang untuk memperhitungkan rentang pH yang ekstrem, ada atau tidsk adanya
makanan, degradasi enzim, perbedaan permeabilitas obat dalam daerah yang berbeda dalam usus, dan
motilotas saluran cerna. Dalam bab ini kita akan mendiskusikan variable intestinal yang mempengaruhi
absorpsi.

Pertimbangan Anatomis dan Fisiologis

Proses fisiologis normal dari saluran pencernaan dapat dipengaruhi oleh diet, kandungan saluran
cerna (GI), hormon, sistem saraf viseral, penyakit, dan obat-obat. Jadi, obat-obat yang diberikan melalui
rute enteral untuk absorpsi sistemik dipengaruhi oleh anatomi, fungsi fisiologis, dan kandungan saluran
pencernaan. Lebih lanjut, sifat fisika, kimia dan farmakologis obat sendiri juga akan mempengaruhi
absorpsinya dari saluran cerna.

Sistem enteral terdiri atas saluran cerna dari mulut sampai anus. Proses fisiologis utama yang terjadi
dalam sistem GI adalah sekresi, pencernaan, dan absorpsi. Sekresi meliputi transpor cairan, elektrolit,
peptida, dan protein ke dalam lumen saluran cerna. Enzim-enzim dalam sekresi saliva dan pankreatik juga
terlibat dalam pencernaan karbohidrat dan protein. Sekresi lain seperti mukus melindungi dinding lumen
saluran GI. Pencernaan adalah pemecahan penyusun makanan menjadi struktur yang lebih kecil untuk
absorpsi yang penyusun makanan sebagian besar diabsorpsi dalam daerah proksimal (duodenum) dari usus
halus. Proses absorpsi adalah masukkan unsur dari lumen usus kedalam tubuh. Absorpsi dapat dianggap
sebagai hasil bersih pergerakan transpor dari lumen ke darah dan darah ke lumen.

Obat-obat yang diberikan secara oral melintasi berbagai bagian saluran enteral, meliputi rongga
mulut, esofagus, dan berbagai bagian dari saluran cerna. Akhirnya residu keluar dari tubuh melalui anus.
Total waktu transit, meliputi pengosongan lambung, transit usus halus, dan transit klonik, berentang dari
0,4 sampai 5 hari (Kirwan dan Smith, 1974). Site terpenting untuk absorpsi adalah usus halus. Waktu transit
dalam usus halus (SITT-small intestine transit time) untuk sebagian besar subjek sehat berentang dari 3
sampai 4 jam. Jika absorpsi tidak sempurna, obat meninggalkan usus halus, absorpsi dapat menjadi errartic
atau tidak sempurna. Usus halus secara normal terisi cairan pencerna dan cairan, menjaga cairan isi lumen.
Sebaliknya, cairan dalam kolon direabsorpsi, kandungan lumen dalam kolon semisolid atau solid, lebih
lanjut membuat pelarutan obat errartic dan sulit. Kurangnya efek pelarutan dari khime dan cairan pencerna
berkontribusi pada lingkungan yang kurang menguntungkan untuk absorpsi obat.
Rongga Mulut

Saliva merupakan sekresi utama dari rongga mulut, dan mempunyai pH sekitar 7. Saliva mengandung
ptyalin (amilase saliva), yang mencerna pati. Musin, suatu glikoprotein yang melicinkan makanan, juga
disekresi dan dapat berinteraksi dengan obat-obat. Kira-kira 1500 ml saliva disekresi per hari.

Esofagus

Esofagus menghubungkan faring dan celah kardia lambung. pH cairan dalam esofagus antara 5 dan 6.
Bagian yang lebih bawah dari ujung esofagus dengan sphinkter esofageal, mencegah refluks asam dari
lambung. Tablet atau kapsul dapat tersangkut dalam daerah ini, menyebabkan iritasi local. Pelarutan obat
sangat sedikit terjadi dalam esofagus.

Lambung

Lambung dipersarafi oleh saraf vagus. Akan tetapi pleksus saraf lokal, hormon, mekano reseptor yang peka
terhadap peregangan dinding usus dan kemoreseptor mengendalikan pengaturan sekresi gastrik, termasuk
asam dan pengosongan lambung. pH lambung saat puasa kira-kira 2 sampai 6. Dengan adanya makanan,
pH lambung kira-kira 1,5 sampai 2, sehubungan dengan sekresi asam oleh sel parietal. Sekresi asam
lambung dirangsang oleh gastrin dan histamin. Gastrin dilepas dari sel G terutama pada bagian mukosa
antral dan dalam duodenum. Pelepasan gastrin diatur oleh peregangan (pengembangan) lambung dan
adanya peptide dan asam amino. Suatu senyawa yang disebut faktor intrinsik untuk absorpsi vitamin B-12
dan berbagai enzim gastrik, seperti pepsin, yang mengawali pencernaan protein, disekresi kedalam lumen
lambung untuk mengawali pencernaan.

Obat-obat basa terlarut secara cepat dengan adanya asam lambung. Pada bagian antral lambung
pencampuran kuat dan bertekanan, suatu proses pemecahan partikel-partikel makanan yang digambarkan
sebagai penggilingan antral. Makanan dan cairan dikosongkan memalui pembukaan spinkter pilotrik ke
dalam duodenum. Pengosongan lambung dipengaruhi oleh kandungan makanan dan asmolalitas. Asam-
asam lemak dan mono- dan digliserida menunda pengosongan lambung (Hunt dan Knox, 1968). Pada
umumnya obat dengan densitas tinggi dikosongkan dari lambung secara lebih lambat. Hubungan waktu
pengosongan lambung secara lebih lambat. Hubungan waktu pengosongan lambung dengan absorpsi obat
didiskusikan secara lebih lengkap dalam bagian berikutnya.

Anda mungkin juga menyukai