Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Apabila berbicara tentang sel, kesan yang tertangkap adalah sel hanya terdiri dari
sitosol yang berupa cairan yang kental dan elastis dengan organel-organelnya yang
kesemuanya dilindungi oleh membran sel.kalau dibayangkan, mungkin sel sseperti halnya
kantong plastik yang diisi cairan kental ditambah dengan benda-benda kecil di dalamnya.
Kemungkinan, sel seperti halnya sebuah bendayang lembek dan mudah berubah bentuk.
Tetapi benarkah demikian? Kita menyaksikan bahwa-jaringan-jaringan pembentuk organ
yang disusun oleh sel-sel ternyata begitu kokoh dan sama sekali tidak berkesan lembek .
mengapa demikian? Adalah seorang ilmuan burnama Keith Porter dan sejawatnya yang
berhasil melihat sel dengan menggunakan teknik HVEM (High Voltage Elektron Microscop)
yaitu suatu cara untuk melihat sel tanpa penyelebungan (embendding). Pengamatan dengan
HVEM menunjukkan bahwa bagian sitoplasma yang berada disela-sela organel tampak
penuh dengan anyaman trimatra dari benang-benang yang sengat halus. Anyaman ini disebut
dengan jala-jala mikrotrabekula karena mirip trabekula tulang bunga karang. Dalam
perkembangannya dan karena anyaman tadi terdapat di dalam sitosol serata membentuk
kerangka sel maka mikrotrabekula ini kemudian dikenal dengan nama sitoskeleton (cyto =sel
dan skeleton =rangka )

Sitosol adalah bagian dari sitoplasma yang mengisi ruang antar organel, volumenya
kurang lebih 50% volume sel. Sitosol mengandung protein dan enzim yang terlarut di
dalamnya, antara lain enzim untuk glikolisis dan enzim pengangkut asam-asam amino yang
akan disintesis menjadi protein. Pada sitosol juga terdapat ARN penggandeng dan robosom
yang penting untuk sitesis protein. Dalam sitosol berlangsung aktifitas sel yang berkaitan
dengan transormasi sogel, misalnya perubahan viskositas, siklosis dan gerak amoeboid. Di
dalam sitosol terdapat semacam sitoskeleton yang tersusun dari mikrotubula, mukrofilamen
dan filamen intermediet. Sitoskeleton menyokong bentuk sel dan memungkinkan terjadinya
gerakan-gerakan dalam sel. Mikrotubula ada yang terbenam dalam sitosol(mikrotubula
sitoplasmik) atau sebagai penyusun organela, misalnya silia,flagela dan sentriol.
Mikrofilamen merupakan protein kontaktil yang berperan untuk gerakan dalam sitoplasma
misalnya aliran sitoplasma pada sel tumbuhan dan gerakan amoeboid.
B. Rumusan Masalah

1. Apa komponen penyusun sitosol ?


2. Apa fungsi sitosol ?
3. Apa komponen penyusun sitoskeleton ?
4. Bagaimana struktur penyusun sitoskeleton ?
5. Apa fungsi dari tiap komponen penyusun sitoskeleton ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui komponen penyusun sitosol


2. Untuk mengetahui fungsi dari sitosol
3. Untuk mengetahui komponen penyusun sitoskeleton
4. Untuk mengetahui struktur penyusun sitoskeleton
5. Untuk mengetahui fungsi dari tiap komponen penyusun sitoskeleton
BAB II

PEMBAHASAN

A. Komponen Penyusun Sitosol

Sitosol adalah bagian sitoplasma yang berupa cairan yang terdapat di sela-sela
organela berselaput. Lima puluh persen volume suatu sel berupa sitosol. Dalam sitosol
terdapat beribu-ribu jenis enzim yang berguna dalam proses metabolisme intermedia serta
ribosom yang aktif mensintesis protein. Lima puluh persen protein tersebut tetap berada
dalam sitosol. Sebagian dari protein-protein tersebut teranyam membentuk jejala yang
disebut sitoskeleton. Pada sel mamalia, sitoskeleton terdiri atas kelompok elemen-elemen
berbentuk serabut yang beraneka ragam yang berperan penting menunjang beberapa fungsi
sel baik digestif maupun nondigestif, misalnya sekresi, absorpsi, motilitas, integritas
mekanik serta mitosis atau pembelahan sel.
Sitosol berupa cairan yang penuh berisi molekul-molekul besar maupun kecil. Hal
ini menyebabkan sitosol berupa cairan kental. Sitosol merupakan zalir yang tidak
berbentuk, terdiri atas campuran berbagai macam molekul dan polimer. Beribu-ribu
jenis enzim terlibat dalam proses metabolisme intermedia terlarut di dalamnya. Salah
satu contoh metabolisme intermedia adalah proses glikolisis dan glikoneogenesis.
Selain itu, cairan tersebut dipenuhi oleh ribosom, mRNA maupun tRNA, yang aktif
mensintesis protein. Sekitar 50% protein hasil sintesis yang dilakukan ribosom,
ditentukan tetap berada di dalam sitosol.1
Sitosol berbentuk fase cair di dalam sitoplasma. Media tempat adanya organel,
ribosom, dan komponen granula sitoplasma adalah fase cair berkesinambungan yang
mengisi sel disebut sitosol. Sitosol tidak hanya merupakan larutan encer, akan tetapi
mempunyai komposisi yang kompleks dan konsistensinya hampir seperti gel. Sitosol
mengadung berbagai enzim dan system enzim dalam bentuk terlarut, dan juga protein yang
mengikat, menyimpan atau mengangkut zat makanan, mineral kelumit dan oksigen. Sitosol
juga mengandung berbagia jenis biomolekul kecil dalam bentuk terlarut, tidak hanya
molekul penyusun seperti asam amino dan nukleotida, tetapi juga ratusan molekul organik
kecil yang disebut metabolit, yang merupakan senyawa antara di dalam biosintesa atau
degradasi molekul unit penyusun dan makromolekul.

1
B. Fungsi Sitosol

Sitosol adalah bagian yang mengisi ruang antar organela, yang memiliki
volume lebih 50% volume sel. Sitosol merupakan bagian sitoplasma yang berupa cairan
yang terdapat di sela-sela organela berselaput. Sitosol mengandung protein dan enzim yang
terlarut di dalamnya, ARN penggandeng dan ribosom yang berperan dalam sintesis
protein. Beribu-ribu jenis enzim yang terlibat dalam proses metabolisme terlarut dalam
sitosol. Selain itu, cairan ini penuh dengan ribosom yang aktif mensistesis protein.
Sebagian dari protein yang berada di sitosol berbentuk benang-benang halus yang disebut
filament. Fungsi dari sitosol adalah sebagai Sumber bahan kimia penting bagi sel karena di
dalamnya terdapat senyawa-senyawa organik terlarut, ion-ion, gas, molekul kecil seperti
garam, asam lemak, asam amino, nukleotida, molekul besar seperti protein, dan RNA
yang membentuk koloid. Sitosol juga berfungsi sebagai Tempat terjadinya reaksi
metabolisme, seperti glikolisis, sintesis protein, dan sintesis asam lemak.2
C. Komponen Penyusun Sitoskeleton

Sitoskeleton merupakan rangka sel. Sitoskeleton terdiri dari 3 macam yaitu:


mikrotubul, mikrofilamen dan filamen intermediet. Mikrotubul tersusun atas dua molekul
protein tubulin yang bergabung membentuk tabung . fungsi mikrotubul memberikan
ketahanan terhadap tekanan pada sel, perpindahan sel (pada silia dan flagela), pergerakan
kromosom saat pembelahan sel (anafase), pergerakan organel, membentuk sentriol pada sel
hewan. Mikrofilamen merupakan filamen protein kecil yang tersusun atas dua rantai protein
aktin yang terpilin menjadi satu. Mikrofilamen memiliki fungsi memberi tegangan pada sel,
mengubah bentuk sel, kontrasi otot, aliran sitoplasma, perpindahan sel (misalnya spudopodia)
dan pembelahan sel. Filamen intermediet tersusun atas beberapa macam protein yang
membentuk serat seperti kabel, protein yang menyusunnya bermacam-macam seperti keratin
pada molekul protein rambut. Fungsinya memberi tegangan sel, mempertahankan posisi
nukleus dan organel tertentu.

2
Andi Marwah Bakri Dkk,.”struktur dan fungsi kloroplas, sitosol dan sitoskeleton”.fakultas sains dan
teknologi,UIN Alaudin Makassar.2013.hlm 3.
Gambar 2.1 sitoskeleton

D. Struktur Penyusun Sitoskeleton

Sitoskeleton atau kerangka sel adalah jaring berkas-berkas protein yang menyusun
sitoplasma eukariota. Jaring-jaring ini terdiri dari tiga tipe dasar, yaitu mikrofilamen,
mikrotubulus (jamak: mikrotubuli), dan intermediat filamen. Ketiga filamen ini terhubung
satu sama lain dan saling berkoordinasi. Dengan adanya sitoskeleton, sel dapat memiliki
bentuk yang kokoh, berubah bentuk, mampu mengatur posisi organel, berenang, serta
merayap di permukaan.
Sitoskeleton juga terlibat dalam beberapa jenis motilitas (gerak) sel. Istilah motilitas
mencakup perubahan tempat sel maupun pergerakan bagian sel yang terbatas. Motilitas sel
umunya membutuhkan interaksi sitoskeleton dengan protein yang disebut molekul motor.
Molekul ini menyebabkan sel otot berkontraksi. Vesikula mungkin berjalan ke tujuannya
dalam sel di sepanjang “mono-sel” yang disediakan oleh sitoskeleton, dan sitoskeleton
memanipulasi membran plasma untuk membentuk vakuola makanan selama fagositosis.
Aliran sitoplasma yang mensirkulasi materi dalam banyak sel tumbuhan besar merupakan
jenis lain gerak seluler yang disebabkan oleh komponen sitoskeleton.

1. Struktur Mikrotubulus 

Mikrotubulus memiliki bentuk silinder dengan diameter luarnya ± 30 nm dan


lumernya 114 nm dengan ketebalan dindingnya 8 nm. Panjangnya bervariasi tergantung dari
tipe sel dan spesies, namun kadang-kadang dapat mencapai 1000 kali tebalnya yaitu hingga
25 µm, namun tidak memiliki cabang. Dinding dari mikrotubulus tersusun dari 9-14
protofilamen/ protofibril yang identik. Mikrotubula adalah tabung yang disusun dari
mikrotubulin dan bersifat lebih kokoh dari aktin. Mikrotubula memiliki dua ujung yaitu ujung
negatif yang terhubung dengan pusat pengatur mikrotubula, dan ujung positif yang berada di
dekat membran plasma. Organel dapat meluncur di sepanjang mikrotubula untuk mencapai
posisi yang berbeda di dalam sel, terutama saat pembelahan sel.
Mikrotubula ditemukan dalam sitoplasma semua sel eukariotik. Strukturnya berupa batang
lurus dan berongga (diameter sekitar 25 nm dan panjang 200 nm-25 µm). 3 Dinding tabung
berongga tersebut tersusun dari protein globular yang disebut tubulin. Setiap protein tubulin
merupakan dimer molekul yang tersusun atas dua subunit. Suatu dimer tubulin terdiri dari dua
polipeptida yang agak berbeda, tubulin a dan tubulin b. mikrotubulus bertambah panjang
melalui penambahan dimer tubulin, mikrotubulus juga diuraikan dan tubulinnya pun
digunakan untuk membangun mikrotubulus di tempat lain dalam sel.
Mikrotubulus membentuk dan menyokong sel serta berperan sebagai jalur yang dapat
disusuri oleh organel yang dilengkapi dengan protein motorik. Untuk memberikan contoh
yang berbeda dari mikrotubulus memandu vesikel sekresi dari aparatus Golgi ke membran
plasma, Mikrotubulus juga memisahkan kromosan saat pembelahan sel.

Gambar 2.2 Mikrotubulus

Pengelompokan Mikrotubulus:

a. Mikrotubulus stabil.

Mikrotubulus stabil adalah mikrotubulus yang dapat diawetkan dengan larutan fisikatif
apapun, misalnya MnO4 atau aldehida dan suhu berapapun. Contoh mikrotubulus stabil adalah
pembentukan silia dan flagella.

b. Mikrotubulus labil.

3
Andi Marwah Bakri Dkk,.”struktur dan fungsi kloroplas, sitosol dan sitoskeleton”.fakultas sains dan
teknologi,UIN Alaudin Makassar.2013.hlm 4
Mikrotubulus labil adalah mikrotubulus yang dapat diawetkan hanya dengan larutan
fisikatif aldehida dan pada suhu sekitar 4o Contoh yakni mikrotubulus pembentuk gelendong
pembelahan. Sifat kelabilan mikrotubulus ini berguna untuk menerangkan arah
pertumbuhannya. Mikrotubulus yang kedua ujungnya terdapat bebas di dalam sitoplasma
akan segera lenyap. Mikrotubulus yang tumbuh dengan ujung negatif melekat pada sentroma
dapat dibuat stabil apabila ujung positifnya dilindungi sehingga menghalangi terjadinya
depolimerisasi.

c. Mikrotubulus singlet.

d. Mikrotubulus doublet.

2. Mikrofilamen (Filamen Aktin)

Mikrofilamen (Microfilament) adalah batang padat yang diameter sekitar 7 mm.


mikrofilamen disebut juga filament aktin karena tersusun atas molekul-molekul aktin (actin)
sejenis protein globular, suatu mikrofilamen merupakan seutas rantai ganda subunit-subunit
aktin yang memuntir. Selain terdapat sebagai filament lurus, mikrofilamen dapat membentuk
jejaring struktural berkat keberadaan protein-protein yang berikatan di sepanjang sisi filament
aktin dan memungkinkan filament baru membentang sebagai cabang. Mikrofilamen
tampaknya ditemukan pada semua sel eukariot.

Mikrofilamen terkenal karena perannya dalam motilitas sel, terutama sebagai bagian
aparatus kontraktil sel otot. Berbeda dengan peran penahan-kompresi oleh mikrotubulus,
peran structural mikrofilamen dalam sitoskeleton ialah menahan tegangan (gaya taring).
Jejaring berdimensi tiga yang dibentuk oleh mikrofilamen tepat dibagian dalam membrane
plasma (mikrofilamen korteks) membantu menyokong bentul sel.

Jejaring ini menyebabkan lapisan sitoplasma terluar sel yang disebut korteks memiliki
konsistensi semisolid gel, kebalikan dari kondisi sitoplasma interior yang lebih cair ( sol ).
Dalam sel hewan yang terspesialisasi untuk mentraspor materi melintasi membrane plasma
misalnya sel usus berkas mikrofilamen menjadi inti mikrovili penjuluran halus yang
meningkatkan luas permukaan sel di usus seperti yang telah disebutkan sebelumnya. 4

Gambar 2.3 Mikrofilamen

3. Filamen Intermediet

Filamen intermediat, dinamai berdasarkan diameternya yaitu 8-12 nm, berbentuk


pembuluh, tersusun atas 4-5 protofilamen yang tersusun melingkar, bersifat liat, stabil, dan
tersusun atas protein fibrosa. Sebagaian besar filamen intermediat berfungsi untuk
menyokong sel dan inti sel. Letak filamen ini biasanya terpusat disekitar inti. Pada sel epitel,
filamen intermediat membentuk anyaman yang berfungsi untuk menahan tekanan dari luar.
Contoh filamen intermediat antara lain adalah kertin, vimentin, neurofilamen, lamina nuklear,
dan keratin.
Filamen intermediat ialah peralatan sel yang lebih permanen dari pada mikrofilamen
dan mikrotubula, yang sering dibongkar-pasang dalam berbagai macam bagian sel. Filamen
intermediat memberi kekuatan mekanis pada sel sehingga sel tahan terhadap tekanan dan
peregangan yang terjadi pada dinding sel. Filamen ini juga memberi kekuatan pada dinding
sel. Misalnya, nukleus yang umumnya terletak dalam suatu tempat yang terbuat dari filamen
intermediat, tetap berada di tempatnya karena adanya cabang-cabang filamen yang
membentang ke dalam sitoplasma.  Pembentukan filamen intermediat juga didasarkan pada
polimerisasi filamen. Dua monomer filamen bergabung membentuk struktur coil. Dimer ini
akan bergabung dengan dimer lainnya membentuk tetramer, tetapi posisinya saling tidak
paralel. Ketidakparalelan ini membuat tetramer dapat berasosiasi dengan tetramer lain (mirip

4
DosenPendidikan,https://googleweblight.com/i?u=https://www.dosenpendidikan.co.id/sitoskeleton/&hl=id-
ID, dikutip pada tanggal 1 Maret 2020 pukul 21.00.
struktur penyusunan batu bata). Pada akhirnya, tetramer-tetramer bergabung membentuk
sebuah array heliks. 

Gambar 2.4 Filamen intermediet

E. Fungsi Komponen Penyusun Sitoskeleton

1. Mikrotubulus (Polimer Tubulin):

a. Mempertahankan bentuk sel ( penopang penahan-kompresi ).


b. Motilitas sel ( seperti pada silia atau flagela ).
c. Pergerakan kromosom dalam pembelahan sel.
d. Pergerakan organel

2. Mikrofilamen (Filamen Aktin)

a. Menahan tegangan (gaya tarik)

Dengan bergabung bersama protein lain, mikrofilamen sering membentuk jalinan


tiga dimensi persis didalam plasma membran, yang membantu mendukung bentuk
sel. Jalinan ini membuat korteks (lapisan sitoplasmik luar) memiliki kekentalan semi-
padat seperti gel , yang berlawanan dengan keadaan sitoplasma yang bersifat cair
sol).

b. Mengatur arah aliran sitoplasma

Jika arah mikrofilamen berubah maka, berubah pula arah aliran sitoplasma.

c. Kontraksi otot

Ribuan filamen aktin disusun sejajar satu sama lain disepanjang sel otot, diselingi
filamen yang lebih tebal terbentuk dari protein disebut miosin. Kontraksi sel otot
terjadi akibat filamen aktin dan miosin.
3. Filamen Intermediat

a. Memperkuat bentuk sel dan posisi organel tertentu.

Misalnya nukleus yang umunya terletak dalam suatu tempat yang terbuat dari
filamen antara, tetap berada ditempatnya karena adanya cabang-cabang filamen yang
membentang ke dalam sitoplasma.

b. Pembentukan laminan nucleus

Filamen antara yang lain membentuk lamina nukleus yang melapisi bagian dalam
selubung nukleus.

c. Filamen antara mendukung sel

Uluran panjang ( akson ) dari sel saraf yang menghantarkan impuls diperkuat oleh
satu kelas filamen antara.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan dari makalah ini adalah bahwa sitosol dan sitoskeleton mempunyai
komponen penyusun dan fungsi masing-masing. Sitosol adalah cairan dalam sitoplasma
yang memiliki kandungan yang bermacam-macam yang berfungsi untuk sumber bahan
kimia penting bagi sel karena di dalamnya terdapat senyawa-senyawa organik terlarut, ion-
ion, gas, molekul kecil seperti garam, asam lemak, asam amino, nukleotida, molekul besar
seperti protein, dan RNA yang membentuk koloid. Sitosol juga berfungsi sebagai Tempat
terjadinya reaksi metabolisme, seperti glikolisis, sintesis protein, dan sintesis asam lemak.

sitoskeleton atau kerangka sel adalah jaring berkas-berkas protein yang menyusun
sitoplasma eukariota. Sitoskeleton terdiri dari 3 macam yaitu: mikrotubul, mikrofilamen
dan filamen intermediet. Fungsi mikrotubul memberikan ketahanan terhadap tekanan pada
sel, perpindahan sel (pada silia dan flagela), pergerakan kromosom saat pembelahan sel
(anafase), pergerakan organel, membentuk sentriol pada sel hewan. Mikrofilamen
merupakan filamen protein kecil yang tersusun atas dua rantai protein aktin yang terpilin
menjadi satu. Mikrofilamen memiliki fungsi memberi tegangan pada sel, mengubah bentuk
sel, kontrasi otot, aliran sitoplasma, perpindahan sel (misalnya spudopodia) dan
pembelahan sel. Filamen intermediet tersusun atas beberapa macam protein yang
membentuk serat seperti kabel, protein yang menyusunnya bermacam-macam seperti
keratin pada molekul protein rambut. Fungsinya memberi tegangan sel, mempertahankan
posisi nukleus dan organel tertentu.

B. Saran

Adapun saran dari makalah kami adalah semoga dalam penyajian makalah ini
pembaca dapat memperoleh pengetahuan tentang struktur dan fungsi dari sitosol dan
sitoskeleton.

Anda mungkin juga menyukai