Anda di halaman 1dari 4

KERANGKA SEL

1. Sitoskeleton
Sitoskeleton atau kerangka sel adalah jaring berkas
berkas protein yang menyusun sitoplasma eukariota. Jaring-jaring ini terdiri dari tiga tipe dasar,
yaitu mikrofilamen, mikrotubulus (jamak: mikrotubuli), dan intermediat filamen. Ketiga
filamen ini terhubung satu sama lain dan saling berkoordinasi. Dengan adanya sitoskeleton, sel
dapat memiliki bentuk yang kokoh, berubah bentuk, mampu mengatur posisi organel,
berenang, serta merayap di permukaan.

2. Mikrofilamen
Mikrofilamen atau filamen aktin adalah bagian dari kerangka sel (sitoskeleton) yang berupa
batang padat berdiameter sekitar 7 nm dan tersusun atas protein aktin, yaitu suatu protein
globular. Mikrofilamen ada pada sel eukariot. Peran struktural mikrofilamen dalam
sitoskeleton ialah untuk menahan tegangan (gaya tarik). Dengan bergabung dengan protein
lain, mikrofilamen sering membentuk jalinan tiga dimensi persis di dalam membran plasma,
yang membantu mendukung bentuk sel. Jalinan ini membentuk korteks (lapisan sitoplasma
luar) sel tersebut mempunyai kekentalan semipadat seperti gel, yang berlawanan dengan
keadaan sitoplasma dalamnya yang lebih cair. Dalam sel hewan yang terspesialisasi untuk
mengangkut materi melintasi membran plasma, berkas mikrofilamen membentuk inti mi
krovili, penonjolan halus yang meningkatkan luas permukaan sel. Mikrofilamen dikenal baik
karena perannya dalam pergerakan sel khususnya sebagai bagian alat kontraksi sel otot. Ribuan
filamen aktin disusun sejajar satu sama lain di sepanjang sel otot yang
diselingi dengan filamen yang lebih tebal yang terbentuk dari protein yang disebut miosin.
Kontraksi otot terjadi akibat mikrofilamen dan miosin yang saling melncur melewati yang lain,
yang akan memperpendek selnya. Aktivitas mikrofilamen menyebabkan pergerakan seperti
aliran sitoplasma dan gerak ameboid (gerak sel tunggal protista, cendawan, dan hewan yang
menggunakan protoplasmanya yang mengalir keluar dari sel unuk membentuk semacam kaki
semu atau pseudopod, kemudian bagian sel yang tertinggal maju ke arah pseudopod hingga
menghasilkan gerak sel di suatu permukaan). Mikrofilamen terlihat melalui mikroskop
fluoresensi dengan bantuan antibodi antiaktin (diperoleh dari lawan aktin pada hewan) atau
dengan analog fluoresen falotoksin (berasal dari cendawan Amanita phalloides), yang secara
khas berikatan dengan molekul aktin (atau lir-aktin)).

3. Mikrotubulus
Mikrotubulus atau mikrotubula adalah tabung yang disusun dari mikrotubulin. bersifat lebih
kokoh dari aktin, mikrotubulus mengatur posisi organel di dalam sel.
Mikrotubulus ditemukan dalam sitoplasma semua sel eukariotik. Mikrotubulus itu berupa
batang lurus dan berongga. Mikrotubulus berukuran kecil, melengkung, berbentuk silindris,
dan kaku, dimana ditemukan di setiap sel yang sedang mengalami pembelahan. Mikrotubulus
tersusun atas protein yang dikenal sebagai tubulin. Mikrotubulus menjalankan beberapa fungsi,
terutama sebagai sarana transport material di dalam sel serta sebagai struktur sporting bagi
fungsi-fungsi organel lainnya. Pengelompokan mikrotubulus
Terdapat dua kelompok mikrotubulus :
a. Mikrotubulus stabil yaitu mikrotubulus yang dapat diawetkan dengan larutan fisikatif
apapun, misalnya : OsO4, MnO4 atau aldehida dan suhu berapapun. Contoh
mikrotubulus stabil adalah pembentukan silia dan flagella.
b. b. Mikrotubulus labil yaitu, mikrotubulus yang dapat diawetkan hanya dengan larutan
fisikatif aldehida dan pada suhu sekitar 4o C. Contoh mikrotubulus labil adalah
mikrotubulus pembentuk gelendong pembelahan. Sifat kelabilan mikrotubulus ini
berguna untuk menerangkan arah pertumbuhannya. Mikrotubulus yang kedua ujungnya
terdapat bebas di dalam sitoplasma akan segera lenyap. Mikrotubulus ysng tumbuh
dengan ujung negatif melekat pada sentroma dapat dibuat stabil apabila ujung
positifnya dilindungi sehingga menghalangi terjadinya depolimerisasi.

4. Filamen Intermediat
Filamen intermediat merupakan bagian dari kerangka sel (sitoskeleton) yang memiliki
diameter antara 8 hingga 12 nm, lebih besar daripada diameter mikrofilamen tetapi lebih kecil
daripada diameter mikrotubula, yang fungsinya untuk menahan tarikan (seperti mikrotubula).
Filamen intermediet terdiri dari berbagai jenis yang setiap jenisnya disusun dari subunit
molekuler berbeda dari keluarga protein yang beragam yang disebut keratin
KERANGKA SEL 2
INSULIN SIGNALING

Contractile of Actin Rings


During cytokinesis, the actin filamentous contractile ring is formed at the equator between
two poles which will be separated into two cells. The contractile ring is formed by an existing
micro bundling, or actin fiber, into the middle region. The structure of this contractile ring
defines the pinch area that occurs as the two poles of the separating cell continue to push
apart. Part of the reason for the ring contract because the actin filament is depoliymerize,
meaning the filaments break into individual actin pieces. Blocking the depolymerization
process prevents the ring from contractors.
Miosin Motor Pulls Actin Filaments
The purpose of the contractile ring is more than just a sturdy belt; also a train that myosin
motor proteins "walk," meaning they grab and pull the actin filament parallel in the opposite
direction. This draw by myosins is part of what makes the contract ring, or shrink. Myosin
proteins have a fist, or a hand-like region it can grab onto an actin and tensile filament, as
well as a light chain that regulates hand activity. The lightweight chains sit in the wrist area
of the myosin, like a bracelet, controlling the motion of the wrist and hand. Withdrawing
myosin activity is another reason why contractile rings shrink.
Cell Junction

Specialized cell junctions occur at points of cell-cell and cell-matrix contact in all tissues, and
they are particularly plentiful in epithelia. Cell junctions are best visualized using either
conventional or freeze-fracture electron microscopy , which reveals that the interacting
plasma membranes (and often the underlying cytoplasm and the intervening intercellular
space as well) are highly specialized in these regions.

Cell junctions can be classified into three functional groups:

1. Occluding junctions seal cells together in an epithelium in a way that prevents even
small molecules from leaking from one side of the sheet to the other.
2. Anchoring junctions mechanically attach cells (and their cytoskeletons) to their
neighbors or to the extracellular matrix.
3. Communicating junctions mediate the passage of chemical or electrical signals from
one interacting cell to its partner.

Anda mungkin juga menyukai