Anda di halaman 1dari 3

Alat dan bahan

Alat
 Satu set alat bedah
 Papan bedah
 Cawan petri
 Pipet tetes
 Lup
 Batang pengaduk
 Gelas piala 50 ml
Bahan
 Katak
 Larutan ringer
 Asetilkolim 2%
 KCl 0,9%
 CaCl2 1%
 Nacl 0,7%

Sifat osmotis dan ritmis Katak di singlepitch dibuka 63x /menit


jantung rongga dadanya dan dibuka
perikardiumnya kemudian
dihitung denyut jantung per
menit
Dipisahkan jantung dari 60x / menit
tubuh dan diletakkan pada berirama
cawan petri yang berisi
larutan ringer dihitung
denyut jantung per menit,
berirama atau tidak
Dipisahkan sinus venosus 2 x permenit.
dari jantung diamati dan
dihitung denyut jantung per
menit, bila tidak berdetak
coba dengan menyentuhkan
batang pengaduk

Analisis data
Sifat otomatis dan ritmis jantung
Pada perlakuan ini katak terlebih dahulu disingle pitch, kemudian mulai dibedah bagian ototnya
untuk melihat jantungnya. Kemudian dibuka perikardium jantungnya dan diperhatikan denyut
jantung tersebut , hasilnya setelah dihitung denyut jantunga nya adalah 63x /menit. Selanjutnya
jantung dikeluarkan dari tubuh katak dan diletakkan ke cawan petri yang berisi larutan ringer
kemudian dihitung denyut jantung, hasil denyut jantung nya adalah 60x / menit dan berirama.
Selanjutnya jantung tersebut dipisahkan dari sinus venosusnya dan dihitung denyut jantung per
menitnya jika tidak berdenyut pelan-pelan disentuh dengan batang gelas, hasilnya adalah 2x
per menit.
Pembahasan
Sifat otomatis dan ritmis jantung
Jantung katak memiliki centrum automasi sendiri yang artinya jantung akan tetap berdenyut
meskipun susunan sarafnya diputus. Pada jantung katak yang masih di dalam tubuh, jantung
katak dalam keadaan ritmis dengan denyut 63x/menit (normal). Dikatakan ritmis karena
beberapa serabut jantung bersifat autoritmik , yaitu dengan sendirinya kontraksinya berirama.
Serabut-serabut autoritmik memiliki dua fungsi yang sangat penting, pertama bekerja sebagai
pacemaker yang menyusun irama bagi keseluruhan denyut jantung yang kedua yaitu
membentuk membentuk sistem konduksi yaitu jalur bagi penghantar impuls ke seluruh otot
jantung (Soewolo, 2003).
Pada sel otot jantung katak terjadi suatu peristiwa depolarisasi secara spontan tanpa adanya
stimulus, kemudian terjadi peristiwa repolarisasi yang berjalan menurut irama tertentu, pada
saat jantung masih di dalam tubuh katak jantung masih memiliki keefektifan dalam kerja
jantung, yang dikendalikan oleh faktor intrinsik dan ekstrinsik. Faktor intrinsik tersebut adalah
yang dipengaruhi oleh sistem nodus yang mengantar rambatan depolarisasi dari sumber jantung
(sinus venosus) ke bagian-bagian lain dari jantung. Ketika jantung dikeluarkan dalam tubuh
katak kontraksi otot tidak bergantung pada implus saraf , tetapi laju kontraksinya dikendalikan
oleh saraf otonom. Jantung memiliki sifat automasi berupa serabut purkinje dan serabut his
yang didukung dngan adanya centrum automasi yang akibatnya dapat tetap berdetak ketika di
luar tubuh katak, namun jantung katak dikeluarkan dari tubuhnya laju kontraksi jantung
menurun. Pada sinus venosus denyut jantung masih berirama karena sinus venosus merupakan
sistem nodus yang memicu jantung untuk tetap berdenyut dan berirama akibatnya masih dapat
mengalami depolarisasi repolarisasi dengan kontraksi dan relaksasi. Setelah sinus venosus
dipotong jantung berhenti berdenyut karena sudah tidak ada yang memicu gerakan ritmis dari
sinus venosusnya (Dukes, 1955). jantung dapat berdenyut jika disentuh dengan batang gelas
pada data yaitu 2x / menit, namun sudah lemah dan tidak berirama (Tortora and Nicholas,
1984).

Kesimpulan
1. Jantung katak memiliki centrum automasi sendiri yang artinya jantung akan tetap
berdenyut meskipun susunan sarafnya diputus. Dikatakan ritmis karena beberapa
serabut jantung bersifat autoritmik , yaitu dengan sendirinya kontraksinya berirama.
Serabut-serabut autoritmik memiliki dua fungsi yang sangat penting, pertama bekerja
sebagai pacemaker yang menyusun irama bagi keseluruhan denyut jantung yang kedua
yaitu membentuk membentuk sistem konduksi yaitu jalur bagi penghantar impuls ke
seluruh otot jantung. . Pada bagian sinus venosus denyut jantung masih berirama karena
sinus venosus merupakan sistem nodus yang memicu jantung untuk tetap berdenyut
dan berirama akibatnya masih dapat mengalami depolarisasi repolarisasi dengan
kontraksi dan relaksasi. Pada bagian atrium kinerja denyut jantung semakin melemah
dan tidak berirama karena sudah tidak adanya pemicu dalam keadaan ritmis dan
membutuhkan sentuhan batang gelas untuk dapat berdenyut. Pada bagian ventrikel
denyut jantung pada katak sudah tidak berdenyut lagi karena pada otot jantung katak
memiliki periode refraktor yang merupakan interval waktu ketika kontraksi kedua tidak
dapat dipacu lagi dan sangat lemah.
2. Peran sinus venosus pada kontraksi otot jantung merupakan sistem nodus yang memicu
jantung untuk tetap berdenyut dan berirama akibatnya masih dapat mengalami
depolarisasi repolarisasi dengan kontraksi dan relaksasi.
3. Pengaruh beberapa factor ekstrinsik terhadap aktivitas jantung yaitu menuju ke suatu
sistem organ dapat ditingkatkan dengan memperbesar curah jantung atau dengan
memindahkan darah dari suatu sistem organ yang relatif tidak aktif ke organ lain yang
lebih aktif. Aktivitas sistem saraf simpatis dapat menghasilkan kedua respons tersebut.
Pertama, rangsangan simpatis akan meningkatkan curah jantung melalui peningkatan
frekuensi denyut jantung dari kekuatan kontraksi. Kedua, serabut simpatis adrenergik
dapat meluas sampai pada jaringan pembuluh darah perifer, khususnya pada arteriol.
Perubahan perangsangan simpatis secara selektif akan merangsang reseptor alfa dan
beta, menyempitkan beberapa arteriol tertentu dan melebarkan yang lain untuk
redistribusi darah ke jaringan kapiler yang membutuhkan

Daftar pustaka
Dukes, H. 1955. The Physiology of Domestic Animal. Comstock Pub. Associated. New York.
Soewolo. 2003. Fisiologi Manusia. Malang: Universitas Negeri Malang Press.
Tortora, Gerard dan Nicholas P.A. 1984. Principles of Anatomy and Physiology. New York:
D Van Nostran Company.

Anda mungkin juga menyukai