Anda di halaman 1dari 4

Pembahasan

Di dalam pertumbuhan tanaman terdapat adanya dominansi pertumbuhan


dibagian apeks atau ujung organ, yang disebut sebagian dominansi apikal.
Pemangkasan tunas pada puncak batang akan mengakibatkan berkembangnya tunas
pada ketiak daun atau tunas lateral. Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan tunas
lateral terhalang oleh adanya tunas pada puncak batang atau disebut apikal
dominansi atau dengan dominansi puncak. Dominansi apikal atau dominansi pucuk
biasanya menandai pertumbuhan vegetatif tanaman yaitu pertumbuhan akar, batang
dan daun. Dominansi apikal setidaknya berpengaruh dalam menghambat
pertumbuhan lateral. Selama masih ada tunas pucuk, pertumbuhan tunas lateral
akan terhambat sampai jarak tertentu dari pucuk (Kimball, 1992).

Dominansi apikal disebabkan oleh auksin yang didifusikan tunas pucuk ke


bawah (polar) dan ditimbun pada tunas lateral, hal ini akan menghambat
pertumbuhan tunas lateral karena konsentrasinya masih terlalu tinggi. Konsentrasi
auksin yang tinggi ini akan menghambat pertumbuhan tunas lateral yang dekat
dengan pucuk. Kemudian selain auksin terdapat juga sitokinin menyatakan bahwa
sitokinin dan auksin bekerja secara antagonistis dalam mengatur pertumbuhan tunas
aksilar. Sitokinin masuk melalui akar ke dalam sistem tajuk tanaman, akan melawan
kerja auksin, dengan mengisyaratkan tunas aksilar untuk mulai tumbuh. Jadi rasio
sitokinin dan auksin merupakan faktor kritis dalam mengontrol pertumbuhan tunas
aksilar (Moore, 1979).

Dalam praktikum kali ini yaitu pada tanaman cabai dengan perlakuan tanpa
pemotongan tunas apikal yang digunakan sebagai kontrol, setelah dilakukan
pengamatan selama 2 minggu terdapat pertumbuhan tunas lateral pada tanaman
cabai. Hal ini tidak sesuai dengan teori. Menurut teori pada tanaman yang masih
memiliki tunas apikal maka terdapat hormon auksin yang cukup tinggi, adanya
hormon auksin tersebut akan menghambat pertumbuhan tunas lateral, karena
hormon auksin hanya menyebabkan pemanjangan sel pada tunas apikal (Campbell,
2000). Kemudian menurut Moore (1979), selama terdapat pucuk tanaman atau
tunas apikal maka terdapat hormon auksin yang menyebabkan kerja dari hormon
sitokinin mengalami penghambatan akibatnya tidak terjadi pertumbuhan tunas
lateral karena adanya difusi auksin dari tunas pucuk ke bawah dan ditimbun pada
tunas lateral. Berdasarkan kedua teori tersebut hasil praktikum pada tanaman cabai
yang diberi perlakuan tidak dipotong tunas apikalnya tidak sesuai. Hal ini
dimungkinkan karena tanaman cabai termasuk dari tanaman yang mempunyai
dominansi apikal yang lemah atau juga karena faktor yang lain seperti terlau banyak
cahaya sehingga menyebabkan hormon auksin rusak sehingga kadarnya berkurang.

Kemudian pada perlakuan kedua yaitu pada tanaman cabai yang dipotong tunas
apikalnya. Hasil dari praktikum setelah diamati selama dua minggu yaitu terjadi
pengeringan pada ujung tunas apikal yang dipotong, dan tidak ada satupun yang
tumbuh. Hal ini tidak sesuai dengan teori karena ketika tunas apikal dipotong maka
kadar hormon auksin pada ujung tanaman akan berkurang sehingga menyebabkan
kadar hormon sitokinin tinggi. Sitokinin akan mengaktifkan pembelahan sel pada
meristem tunas lateral ( Khrishnamoorthy, 1981). Hal ini juga dikemukakan oleh
(Romawati, dkk., 2016), bahwa hormon sitokinin mempunyai peran yang penting
pada pembentukan cabang lateral, karena sitokinin yang terdapat pada ujung akar
akan ditransport secara akropetal melalui bagian xilem ke bagian atas tanaman.
Setelah dilakukan pemangkasan pada ujung batang, suplai auksin dari tunas apikal
tidak terjadi lagi, sehingga kadar auksin dalam ruas dibawahnya berkurang. Sebagai
akibatnya terjadi ekpresi IPT (isopentenil transferase) pada tanaman. IPT
merupakan enzim yang bertanggung jawab sebagai biokatalisator pada biosintesis
sitokinin. Sitokinin yang dihasilkan dari ruas tanaman memasuki tunas lateral dan
menyebabkan pertumbuhan tunas lateral (Sato dan Mori, 2001). Hal tersebut
dimungkinkan karena adanya faktor dari luar yang tidak diketahui penyebabnya.

Kemudian pada perlakuan yang ketiga yaitu tanaman cabai yang dipotong pada
bagian apikalnya kemudian pada ujung potongan tersebon diolesi dengan IAA.
Hasil yang diperoleh setelah pengamatan selama 2 minggu yaitu tidak terdapat
satupun tunas lateral yang tumbuh. Hal tersebut sesuai dengan teori karena IAA
merupakan hormon auksin sintetik. Pemberian IAA pada tanaman dapat
meningkatkan pemanjangan sel terutama ke arah vertikal, sehingga menyebabkan
peningkatan tinggi tanaman. Pertumbuhan dari mata tunas samping dihambat oleh
IAA yang diproduksi pada meristem apikal dan diangkut secara basipetal.
Konsentrasi IAA yang tinggi akan menghambat mata tunas tersebut. Jika sumber
IAA ini dihilangkan dengan jalan memotong meristem apikal tersebut maka tunas
samping ini akan tumbuh menjadi tunas (Kastono, 2005).

DISKUSI
1. Adakah perbedaan pertumbuhan tunas lateral antara ktiga tanaman tersebut?
Ada, pada tanaman yang tidak dipotong apikalnya terdapat tunas lateral
yang tumbuh, kemudian pada tanaman yang dipotong tunas apikalnya tidak
ada tunas lateral yang tumbuh, kemudian pada tanaman yang dipotong dan
dikasi IAA tidak terdapat tunas lateral yang tumbuh.
2. Apa yang menyebabkan perbedaan antara ketiga tanaman tersebut?
Karena adanya pengaruh hormo auksin dan sitokinin, kerja hormon tersebut
saling berlawanan. Jiaka auksin tinggi maka sitokinin rendah dan
sebaliknya. Auksin akan merangsang pemanjangan tunas apikal sedangkan
sitokinin merangsan tunas lateral.
3. Sampai tunas lateral yang keberapa dari atas dapat dilihat pengaruh
dominansi apikal?
Pada tunas lateral kedua yang dapat dilihat pengaruh dominansi apikalnya.
Karena adanya daerah pembentukan sel dan perpanjangan serta pembesaran
sel. Serta adanya hormon auksin yang dapat menghambat pertumbuhan
lateral yang mendukung dominansi apikal.

Kesimpulan
1. Hormon auksin adalah hormon yang bekerja sebagai tunas apikal
sedangkan hormon sitokinin adalah hormon yang merangsang
pertumbuhan tunas lateral.
2. Kinerja hormon auksin dan sitokonin saling antagonis. Yaitu ketika
hormon auksin tinggi maka kadar sitokinin rendah begitu juga
sebaliknya.
3. Pemotongan tunas apikal akan menurunkan hormon auksin sehingga
menimbulkan tunas lateral tumbuh, sedangkan IAA yang merupakan
hormon auksin akan menghambat pembentukan tunas lateral.
Saran
1. Seharusnya diamati secara detail untuk memastikan ada tidaknya tunas
lateral yang tumbuh.
2. Kemudian seharusnya tanaman yang dipakai bahan percobaan diberi
perlakuan yang sama selain perlakuan yang memang ditentukan.

Moore, T.C. 1979. Biochemistry and physiology of plant hormones. New York:
Springer-Verlag Inc.

Campbell, N. A., Reece, J.B., Mitchell, L.G. 2000. Biologi. Edisi 5: Jilid 2.
Jakarta: Erlangga.

Sato, S.S and H. Mori. 2001. Control Outgrowth and Dormancy In Axilary Bud.
http://www.plantphysiol.org diakses 7 Desember 2018.

Krishnamoorthy, H.N. 1981. Plant Growth Substances Including Applications In


Agriculture. Tata McGraw-Hill Publishing Company Limited. New Delhi.

Romwati, D.T., Darmanti, S., Setiari, N. Perlakuan Defoliasi untuk Meningkatkan


Pembentukan dan Pertumbuhan Cabang Lateral Jarak Pagar (Jatropha
curcas). Semarang: FMIPA UNDIP

Kastono, D. 2005. Pengaruh Jumlah Batang Bawah dan Kadar IAA terhadap
Pertumbuhan Bibit Durian Sambung Pucuk. Argivet. 9(1) 1 – 8
Kimball, J.W. , Tjitrosomo, S.S, Sugiri. N (1992), Biologi, Institut Pertanian
Bogor, Jakarta: Penerbit Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai