Anda di halaman 1dari 8

DOMINANSI APIKAL LAPORAN PRAKTIKUM Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Fisiologi Tumbuhan Yang dibina oleh Prof. Dra.

Herawati Susilo, M.Sc., Ph.D. dan Balqis, S.Pd., M.Si.

Oleh: Kelompok 2 Off B / Pendidikan Biologi

1. Arika Maruroh 2. Dewa Ayu Swaratri 3. Gupita Laksmi Pinasthika 4. Indah Nurvita Larasati 5. Rizky Alfarizy 6. Utaria Mutasam

( 120341421991) (120341421961) (120341421990) (120341421957) (120341421984) (120341421989)

The Learning University

UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN BIOLOGI Maret 2014

A. Topik

: Dominansi Apikal

B. Tujuan

a. Untuk mengetahui pengaruh dominansi apikal terhadap pertumbuhan tunas lateral b. Untuk mengetahui pengaruh auksin terhadap dominansi apikal

C. Hasil Pengamatan Tanggal Tunas Lateral yang tumbuh pada pot pot I 10-02-2014 12-02-2014 14-02-2014 16-02-2014 18-02-2014 20-02-2014 22-02-2014 24-02-2014 26-02-2014 28-02-2014 02-03-2014 Jumlah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 pot II 0 1 (di ketiak no. 1) 0 0 0 0 0 0 1 (di ketiak no. 2) 0 0 2 pot III 1 (di ketiak no. 1) 0 1 (di ketiak no. 2) 0 1 (di ketiak no. 3) 0 1 (di ketiak no. 1) 0 0 1 (di ketiak no. 2) 0 5

Keterangan: *) Pot I = Tanaman cabai tidak diberi perlakuan (kontrol). Pot II = Tanaman cabai yang dipotong tunas apikalnya saja. Pot III = Tanaman cabai yang dipotong tunas apikalnya dan diberi lanolin.

D. Analisa Data Pada pengamatan dominansi apikal, tanaman yang digunakan adalah tanaman cabai yang dibagi dalam tiga perlakuan antara lain tanaman di pot I dibiarkan tumbuh apa adanya, tanaman di pot II dipotong tunas apikalnya, dan tanaman di pot III dipotong tunas apikalnya lalu bekasnya diberi lanolin yang

mengandung auksin 0,01%. Hasil dari pengamatan dari tanggal 10 Februari-02 Maret 2014 pada pot I yang ditanami cabai yang tidak diberi perlakuan (kontrol) tidak terdapat tunas lateral yang tumbuh meskipun kondisi tanaman segar. Hal ini diduga karena tidak dipotongnya pucuk dari tanaman. Jadi, pada tanaman cabai di pot I jumlah tunas lateralnya tidak ada. Pada pot II tunas lateral mulai muncul pada tanggal 12-02-2014 di ketiak no. 1 sebanyak 1, sedangkan tanggal sebelumnya sama seperti tanaman pada pot I masih belum tumbuh tunas lateral. Berikutnya pengamatan dari tanggal 14-022014 sampai tanggal 24-02-2014 menunjukkan bahwa tunas lateral masih belum tumbuh atau bertambah pada ketiak no. 1 dan 2. Tunas lateral baru bertambah pada tanggal 26-02-2014 yaitu pada ketiak no. 2 sebanyak 1. Setelah itu, dilakukan pengamatan kembali. Namun, hingga tanggal 02-03-2014 tunas lateralnya masih tetap tidak ada penambahan lagi. Jadi, jumlah keseluruhan tunas lateral pada cabai di pot II sebanyak 2. Pada pot III tunas lateral sudah mulai muncul pada pengamatan pertama tanggal 10-02-2014 sebanyak 1 di ketiak no. 1. Pengamatan berikutnya tanggal 12-02-2014 tunas lateral masih belum bertambah. Baru pada tanggal 14-02-2014 tunas lateral tumbuh pada ketiak no. 2. Kemudian tunas lateral tumbuh lagi pada tanggal 18-02-2014 di ketiak no. 3. Selanjutnya terjadi pertambahan tunas lateral yang muncul pada ketiak no. 1 pada tanggal 22-02-2014 dan ketiak no. 2 pada tanggal 28-02-2014 sebanyak 1. Jadi, jumlah keseluruhan tunas lateral pada cabai di pot III sebanyak 5. Berdasarkan praktikum tersebut, jumlah tunas lateral terbanyak pada tanaman cabai yang dipotong tunas apikalnya dan diberi lanolin sebanyak 5, kemudian tanaman cabai yang dipotong tunas apikalnya saja sebanyak 2, dan tanaman cabai tidak diberi perlakuan tidak ada.

E. Pembahasan Hormon tumbuhan (fitohormon) adalah zat kimia yang berperan dalam proses pertumbuhan tumbuhan. Fitohormon mempengaruhi bentuk tumbuhan, pembentukan biji, dan pembentukan organ-organ tumbuhan. Terdapat 5 kelas utama dalam hormon tumbuhan yaitu asam absisat, auksin, sitokinin, etilen, dan

giberelin. Salah satu hormon yang berperan dalam pertumbuhan memanjang adalah hormon auksin. Auksin terdapat di meristem apikal dan dapat menyebabkan terjadinya dominansi apikal (Dahlia, 2010). Dominansi apikal adalah persaingan antara tunas pucuk dengan tunas lateral dalam hal pertumbuhannya. Selama masih ada tunas pucuk, pertumbuhan tunas lateral akan terhambat sampai jarak tertentu dari pucuk. Thiman dan Skoog menunjukkan bahwa dominansi apikal disebabkan oleh auksin yang didifusikan tunas pucuk ke bawah (polar) dan ditimbun pada tunas lateral, hal ini akan menghambat pertumbuhan tunas lateral karena konsentrasinya masih terlalu tinggi. Konsentrasi auksin yang tinggi ini akan menghambat pertumbuhan tunas lateral yang dekat dengan pucuk (Petunjuk Praktikum Fisiologi Tumbuhan, 2014). Hubungan antara auksin dengan dominansi apikal pada suatu tanaman telah dibuktikan pada suatu penelitian. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pucuk tanaman dibuang sehingga tumbuh tunas di ketiak daun. Pemotongan pada pucuk daun dan ujung tanaman diberi blok agar yang mengandung auksin. Ternyata tidak terjadi pertumbuhan tunas pada ketiak daun. Hal ini membuktikan bahwa auksin di apikal menghambat tumbuhnya tunas lateral (Dahlia, 2010). Sifat penting auksin adalah berdasarkan konsentrasinya dapat merangsang dan menghambat pertumbuhan, Auksin berperan penting dalam perubahan dan pemanjangan sel. Hormon auksin diproduksi secara endogen pada bagian pucuk apikal tanaman. (Wattimena, 1998). Hasil pengamatan pada percobaan kali ini menunjukkan hasil yang hampir sama dengan hasil penelitian yang telah dijabarkan di atas. Tanaman cabai yang dibiarkan tumbuh apa adanya di pot I. Setelah beberapa kali dilakukan pengamatan ternyata tidak terdapat tunas lateral yang tumbuh sama sekali. Peristiwa ini menunjukkan bahwa telah terjadi dominansi apikal dimana hormon auksin yang diproduksi di meristem apikal tunas apikal berkadar cukup tinggi sehingga mampu menghambat pertumbuhan tunas lateral. Berbeda dengan perlakuan pada tanaman di pot II dan pot III dimana pada kedua tanaman perlakuan tersebut terdapat tunas lateral yang tumbuh. Pemotongan tunas apikal

tanaman menyebabkan produksi auksin berhenti sehingga rendahnya kadar auksin pada tunas lateral mampu membuat tunas lateral tumbuh. Konsentrasi optimal auksin untuk pertumbuhan tunas lateral jauh lebih rendah daripada kebutuhannya untuk pemanjangan batang. Aliran auksin dari tunas apikal menuju dasar tanaman diperkirakan untuk mempertahankan konsentrasi auksin dalam mencegah pertumbuhan tunas lateral. Penghentian produksi auksin dengan pemotongan tunas mampu mengurangi penyediaan auksin pada daerah lateral dan dengan demikian dapat mengurangi peluang untuk pencegahan pertumbuhan tunas lateral (Hopkins, 2008). Konsentrasi auksin yang cukup tinggi ini akan menghambat aktivitas enzim isopentil transfuse yang merupakan katalisator pembentukan sitokinin, sehingga sintesis sitokinin dihambat. Keseimabangan konsetrasi sitokinin yang rendah dan auksin yang tinggi akan menghambat diferensiasi sel pada nodus untuk membentuk primordial cabang dan secara tidak langsung akan berakibat menghambat pertumbuhan tunas lateral. hal ini dinamakan direct theory of auksin. (Salisbury, 1992). Pada dasarnya, mekanisme kerja auksin yaitu menginisiasi pemanjangan sel dengan mempengaruhi pengendoran dinding sel. Auksin memacu protein tertentu yang ada di membrane plasma sel tumbuhan untuk memompa ion H+ ke dinding sel. Ion H+ ini mengaktifkan enzim tertentu sehingga memutuskan beberapa ikatan silang hydrogen rantai molekul selulosa penyusun dinding sel. Sel tumbuhan kemudian memanjang akibat air yang masuk secara osmosis. Setelah pemanjangan ini, sel terus tumbuh dengan mensintesis kembali material dinding sel dari sitoplasma (Dahlia, 2010). Tunas-tunas yang tumbuhan pada bagian ketiak daun akan terkorelasi jarak dengan meristem apikal. Tunas lateral yang dekat dengan ujung batang tetap dorman. Jika meristem apikal diganti dengan sumber IAA yang dapat mendorong atau menghambat tumbuh tergantung konsentrasinya dan jenis jaringan dimana IAA berkerja. Meristem apikal dan daun-daun muda adalah pusat-pusat sintesa IAA, dan IAA dari pusat-pusat ini ditransport kebagian bawah batang sehingga menghambat pertumbuhan tunas lateral. Tunas lateral ketiak daun tua tidak cukup kuat dihambat kerena konsentrasi IAA yang rendah dan dapat berkembang

menjadi cabang (Suwasono Heddy, 1983). IAA disini adalah lanolin yang bertidak seperti auksin. Pada tanaman cabai yang diberi lanolin di pot III pertumbuhan lateralnya lebih cepat dan lebih banyak hal ini disebabkan cukupnya konsentrasi auksin yang ditambah dengan lanolin sehingga tunas lateral yang tumbuh merata. F. Kesimpulan 1. Apabila terdapat pengaruh dominansi apikal maka pertumbuhan tunas lateral terhambat. Hal ini seperti pada praktikum kali ini, tanaman cabai yang tidak dipotong tunas apikalnya (tidak diberi perlakuan apapun) tidak tumbuh tunas lateralnya. 2. Apabila kandungan auksin pada pucuk batang cukup maka pertumbuhan tunas lateral semakin baik. Hal ini sesuai dengan hasil praktikum, dimana tanaman cabai yang telah dipotong tunas apikalnya dan diberi lanolin, tunas lateralnya tumbuh lebih banyak yaitu sebanyak 5.

G. Evaluasi 1. Adakah perbedaan pertumbuhan tunas lateral antara ktiga tanaman tersebut? Ada, pada tanaman yang tunas apikalnya tidak dipotong tunas lateral tidak tumbuh. Untuk tanaman yang tunas apikalnya dipotong tunas lateral tumbuh dan untuk tanaman yang tunas lateralnya dipotong dan diolesi dengan lanolin tunas lateral yang tumbuh banyak.

2. Apa yang menyebabkan perbedaan antara ketiga tanaman tersebut? Penyebabnya adalah kandungan auksin pada pucuk batang. Jika konsentrasi auksin tinggi maka akan menghambat pertumbuhan tunas lateral. Tanaman cabai di pot I yang pucuknya tidak dipotong kandungan auksinnya terlalu tinggi sehingga tunas lateral tidak tumbuh. Tanaman cabai di pot II kandungan auksinnya cukup sehingga menunjang pertumbuhan tunas lateral dan pada tanaman cabai di pot III adanya lanolin yang bersifat seperti auksin membantu pertumbuhan tunas lateral.

3. Sampai tunas lateral yang keberapa dari atas dapat dilihat pengaruh dominansi apikal? Pada tunas lateral kedua yang dapat dilihat pengaruh dominansi apikalnya. Karena adanya daerah pembentukan sel dan perpanjangan serta pembesaran sel. Serta adanya hormon auksin yang dapat menghambat pertumbuhan lateral yang mendukung dominansi apikal.

Daftar Pustaka

Dahlia. 2001. Fisiologi Tumbuhan. Malang: UM Press. Heddy, Suwasono. 1986. Hormon Tumbuhan. CV. Rajawali, Jakarta. Hopkins, William G.; Huner, Norman P. A. 2008. Introduction to Plant Physiology. USA: The University of Western Ontario. Salisbury F.D, Ross C. W. 1992. Fisiologi tumbuhan jilid I edisi IV alih bahasa Luqman RR dan Sumaryono. Bandung:ITB Press Wattimena G.A. 1998. Zat pengatur Tubuh Tanaman. Bogor. Pusat Antar Universitas Bogor.

Anda mungkin juga menyukai