(Cucurbita moschata)
Oleh:
Kelompok 9
JURUSAN BIOLOGI
OKTOBER 2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1) Mengetahui tata letak bunga Waluh pada tumbuhan Waluh.
2) Mengetahui bagian-bagian bunga Waluh.
3) Mengetahui tipe perbungaan bunga Waluh.
4) Mengetahui kelengkapan, keadaan, dan aestivatio bunga Waluh.
5) Mengetahui tipe andresium dan ginesium bunga Waluh.
6) Mengetahui tipe plasenta bunga Waluh.
7) Mengetahui rumus dan diagram bunga Waluh.
1.4 Dasar teori
B. Bagian-bagian bunga
Bunga majemuk memiliki bagian-bagian yang kompleks, untuk itu perlu
diketahui dengan jelas bagian-bagian apa saja yang terdapat pada bunga majemuk,
diantaranya :
1) Tangkai bunga (pedicellus), yaitu cabang ibu tangkai yang mendukung bunganya,
2) Dasar bunga (receptaculum), yaitu ujung tangkai bunga, yang mendukung bagian-
bagian bunga lainnya,
3) Hiasan-hiasan bunga (perianthium), diantaranya:
1) Daun-daun kelopak (sepalae),
2) Daun-daun mahkota atau daun-daun tajuk (petalae),
3) Daun-daun tenda bunga (tepalae), jika kelopak dan mahkota sama bentuk dan
warnanya,
4) Alat kelamin
1) Alat kelamin jantan (androecium)
2) Alat kelamin betina (gynaecium). (Tjitrosoepomo, 2005:142)
C. Tipe Perbungaan
Ibu tangkai bunga pada bunga majemuk dapat mengadakan percabangan dapat
pula tidak. Ibu tangkai bunga yang tidak bercabang dan tidak berdaun seringkali
dinamakan sumbu bunga (scapus). Ibu tangkai yang bercabang memperlihatkan cara
percabangan yang bermacam-macam. Selain dari itu, jumlah cabang, panjangnya
dibandingkan dengan tangkai serta susunan cabang-cabang tadi, berpengaruh pula
terhadap urutan mekarnya masing-masing bunga pada suatu bunga majemuk.
Bertalian dengan sifat-sifat itu bunga majemuk dibedakan menjadi tiga golongan :
1) Bunga majemuk tak terbatas (inflorescentia racemosa), yaitu bunga majemuk
yang ibu tangkainya dapat tumbuh terus, mempunyai susunan acropetal yaitu
semakin muda semakin dekat dengan ujung ibu tangkai, dan jika dilihat dari atas
bunga mulai mekar dari tepi menuju pusat (inflorescentia centripetala),
2) Bunga majemuk terbatas (inflorescentia cymosa), yaitu bunga majemuk yang ibu
tangkainya selalu ditutup dengan suatu bunga, dan jika dilihat dari atas bunga
mulai mekar dari pusat menuju tepi (inflorescentia centrifuga),
3) Bunga majemuk campuran (inflorescentia mixta), yaitu bunga yang
memperlihatkan baik sifat-sifat bunga majemuk terbatas maupun tak terbatas.
(Tjitrosoepomo, 2005:129)
D. Kelengkapan Bunga
Berdasarkan bagian-bagian yang terdapat pada bunga (tangkai dan dasar bunga
tidak diperhitungkan), bunga dapat dibedakan :
1) Bunga lengkap (flos completus), yaitu bunga yang terdiri atas 1 lingkaran daun-
daun kelopak, 1 lingkaran daun-daun mahkota, 1 atau 2 lingkaran benang-benang
sari dan 1 lingkaran daun-daun buah
2) Bunga tidak lengkap (flos incompletus), yaitu jika salah satu dari bagian-bagian
tadi tidak ada
Berdasarkan kelaminnya dalam satu bunga, bunga dapat dibedakan menjadi :
1) Bunga banci atau berkelamin dua (flos hermaphroditus),
E. Keadaan bunga
Pembagian tempat antara bagian bunga yang satu dengan bagian yang lain :
1) Terpencar, tersebar (acyclis), jika daun-daun kelopak, mahkota, benang sari
tersusun spiral,
2) Berkarang, melingkar (cyclis), jika daun-daun kelopak, mahkota, benang sari
tersusun melingkar,
3) Campuran (hemicyclis), jika daun-daun kelopak, mahkota, benang sari tersusun
spiral dan melingkar,
Jika bagian-bagian bunga duduknya berkarang, maka dibedakan lagi :
1) Berseling (alternatio), yaitu jika bagian-bagian suatu lingkaran terletak di antara
dua bagian lingkaran di bawahnya atau atasnya,
2) Berhadapan (superpositio), jika masing-masing bagian dalam setiap lingkaran
berhadapan satu sama lain
Berdasarkan simetri
1) Asimetris atau tidak bersimetris
2) Setangkup tunggal (zygomorphus)
3) Setangkup menurut dua bidang (disimetris)
4) Beraturan atau bersimetri banyak (actinomorphus)
Berdasarkan susunan kelopak
1) Berlekatan (gamosepalus)
2) Tidak berlekatan (polisepalus)
Berdasarkan susunan mahkota
1) Berlekatan (gamopetalus)
2) Tidak berlekatan (polipetalus)
Sedangkan jenis gamotepalus atau politepalus hanya untuk bunga yang bentuk
kelopak dan mahkotanya tidak berbeda. (Tjitrosoepomo, 2005:160)
F. Aestivatio Bunga
1) Terbuka (aperta), jika tepi daun-daun kelopak atau mahkota tidak bersentuhan
sama sekali satu sama lain,
2) Berkatup (valvata), jika tepi daun-daun kelopak atau mahkota saling bertemu
tetapi tidak berlekatan,
3) Berkatup dengan tepi melipat ke dalam (induplicativa),
4) Berkatup dengan tepi melipat keluar (reduplicativa),
5) Menyirap, tepi saling menutupi seperti susunan genting atau sirap (imbricata),
dapat dibedakan lagi :
a) Terpuntir satu arah (convoluta atau concorta),
a. Terpuntir ke kiri (sinistrorsum-contorta), jika arah putar sesuai dengan
arah putar jam,
G. Tipe Andresium
Berdasarkan jumlah benang sari pada bunga, benang sari dibedakan menjadi 3,
yaitu :
1) Benang sari banyak, yaitu jika dalam satu bunga terdapat lebih dari 20 benang sari
2) Jumlah benang sari 2x lipat jumlah daun tajuknya. Dibedakan menjadi 2 macam :
1. Diplostemon, benang sari dalam lingkaran luar duduk berseling dengan daun-
daun tajuk
2. Obdiplostemon, benang sari pada lingkaran dalam yang duduknya berseling
dengan daun-daun tajuknya
3) Benang sari sama banyak dengan daun tajuk atau kurang, :
1. Episepal, yaitu berhadapan dengan daun-daun kelopak, berseling dengan daun
tajuk
2. Epipetal, yaitu berhadapan dengan daun tajuk, berseling dengan daun kelopak
Berdasarkan jumlah berkas yang merupakan perlekatan dari benang sari, dapat
dibedakan :
1) Benang sari berberkas satu (monadelphus)
2) Benang sari berberkas dua (diadelphus), jika benang sari terbagi menjadi dua
kelompok dengan tangkai yang berlekatan dalam masing-masing kelompok
3) Benang sari berberkas banyak, jika dalam suatu bunga yang mempunyai banyak
benang sari, tangkai sarinya tersusun menjadi beberapa kelompok atau berkas.
(Tjitrosoepomo, 2005:176)
H. Tipe Ginesium
Berdasarkan jumlahnya, putik dibedakan menjadi dua, yaitu :
1) Putik tunggal (simplex), yaitu jika putik hanya tersusun atas sehelai daun buah
saja,
2) Putik majemuk (compositus), yaitu jika putik terjadi dari dua daun buah atau
lebih,
Berdasarkan letak ovarium (bakal buah) putik terhadap dasar bunga, dapat dibedakan
juga menjadi :
1) Bakal buah menumpang (superus), yaitu bakal buah duduk di atas dasar bunga
sedemikian rupa, sehingga bakal buah tadi lebih tinggi, sama tinggi, atau bahkan
mungkin lebih rendah daripada tepi dasar bunga, tetapi bagian samping bakal
buah tidak pernah berlekatan dengan dasar bunga,
2) Bakal buah setengah tenggelam (hemi inferus), yaitu jika bakal buah duduk pada
dasar bunga yang cekung, jadi tempat duduknya bakal buah selalu lebih rendah
daripada tepi dasar bunga,
3) Bakal buah tenggelam (inferus), yaitu bakal buah berlekatan dengan dasar bunga
yang berbentuk mangkuk atau piala.
Berdasarkan perlekatan daun buah (carpellum), sifat bakal buah atau putiknya
dibedakan menjadi :
1) Apokarp, yaitu jika putik lebih dari satu dan daun buah masing-masing putik tadi
berlekatan satu sama lain,
2) Senokarp, yaitu jika satu bakal buah terdiri atas beberapa daun buah yang
berlekatan satu sama lain, jika perlekatan daun-daun buah itu hanya merupakan
satu putik dengan satu ruang, disebut parakarp, sedangkan jika dari perlekatan
daun-daun buah itu terbentuk putik dengan jumlah. (Tjitrosoepomo, 2005:184)
I. Tipe Plasenta
Menurut letaknya, tembuni (plasenta) dibedakan menjadi :
1) Marginal, jika letaknya pada tepi daun buah
2) Laminal, jika letaknya pada helaian daun buah
3) Parietal, jika letaknya pada dinding bakal buah
4) Sentral, jika letaknya pada poros
5) Aksilar, jika letaknya pada sudut tengah pertemuan daun buah
(Tjitrosoepomo, 2005:185)
J. Rumus Bunga
Rumus bunga berasal dari ciri-ciri bunga, diambil dari bagian-bagian pokok
bunga :
1) Kelopak : K
2) Mahkota : C
3) Benang sari : A
4) Putik : G
Untuk bunga yang memiliki tenda bunga, rumus bunganya menggunakan huruf P.
yang ditulis paling awal adalah kelamin bunga, menggunakan tanda , , dan
(banci). Kemudian tanda simetri *(aktinomorphus),(zygomorphus), setelah itu
baru urutan-urutan bagian pokok bunga tadi. Setiap bagian-bagian bunga
diperjelas dengan menyertakan jumlahnya menggunakan angka kecil, tanda
kurung berarti berlekatan. (Tjitrosoepomo, 2005:211)
K. Diagram Bunga
Diagram bunga adalah suatu gambar proyek pada bidang datar dari semua bagian
bunga yang dipotong melintang, jadi pada diagram tersebut digambarkan penampang
melintang daun-daun kelopak, mahkota,benang sari, dan putik, dan juga bagian-
bagianselain bagian pokok tadi jika masih ada. (Tjitrosoepomo, 2005:206)
1.5 Tempat
Kebun Ambarawa
Menyiapkan bahan berupa bunga waluh (Cucurbita moschata) : jantan, betina, dan
kuncup
Menentukan bahan tersebut (kuncup bunga) dalam kelompok aestivasinya berup aperta,
valvata, redupliativa, induplikativa, koliearis, kuinkunsialis
Membuat diagram bunga dari hasil pengamatan tanaman bunga waluh (Cucurbita
moschata)
Menentukan kedudukan bakal buah dari tanaman bunga waluh (Cucurbita moschata)
terhadap reseptakulumnya
Mengiris melintang pada bakal buahnya dan menentukan jumlah karpelum penyusun
putik dan jumlah ruang
Menentukan tipe putik tanaman bunga waluh (Cucurbita moschata) termasuk kelompok
putik simplek, compositus, sinkarp, apokarp, senokarp, paracarp.
Menentukan tipe plasnta dari tanaman bunga waluh (Cucurbita moschata) termasuk
parietales, laminalis, marginalis, axilaris dan sentralis.
BAB II
ISI
2.1 Data
Andresium syanthera -
Ginesium - Compositus
Inferus
Sinkarp
Plasenta - Axilaris
Diagram bunga
Bunga jantan Bunga betina
Sumber :
Sumber :
http://lepidoptera.butterflyhouse.com.au/pla http://www.ccrc.farmasi.ugm.ac.id/?
nts/cucu/cucurbitaceae.html page_id=131
2.2 Pembahasan
1) Tipe perbungaan
Tipe perbungaan dari bunga Waluh jantan dan betina adalah bunga tunggal, letaknya
di ketiak daun (flos axillaris), dan dalam satu tumbuhan terdapat banyak bunga dan
letaknya tersebar (flos sparsi). Hal ini sesuai dengan pernyataan Gembong
Tjitrosoepomo (2005),
2) Kelengkapan bunga
1) Bunga jantan
Bunga jantan tidak memiliki alat kelamin betina, hanya memiliki satu jenis
kelamin yaitu alat kelamin jantan, dan dalam satu tumbuhan masih ditemukan
bunga betina, sehingga bunga jantan termasuk flos incompletus, flos unisexualis,
flos masculus, dan planta monoceus. (Tjitrosoepomo, 2005)
2) Bunga betina
Bunga betina tidak memiliki alat kelamin jantan, hanya memiliki satu jenis
kelamin yaitu alat kelamin betina, dan dalam satu tumbuhan masih ditemukan
bunga jantan, sehingga bunga jantan termasuk flos incompletus, flos unisexualis,
flos femineus, dan planta monoceus. (Tjitrosoepomo, 2005)
3) Keadaan bunga
Bunga jantan dan betina masing-masing memiliki daun-daun kelopak, benang-
benang sari, dan daun-daun buah, masing-masing tersusun dalam satu lingkaran,
sehingga disebut siklis. Bunga ini memiliki bagian-bagian bunga yang terletak
berseling (alternatio). Bunga ini memiliki banyak simetri (aktinomorphus), kelopak
yang berlekatan (gamosepalus), dan mahkota yang berlekatan (gamopetal). Hal ini
sesuai dengan pernyataan Gembong Tjitrosoepomo (2005),
4) Aestivatio
Letak daun-daun kelopak bunga waluh terhadap sesamanya tidak bersentuhan
sama sekali satu sama lain, termasuk aperta. Sedangkan letak mahkota menurut
aestivationya termasuk melekuk ke dalam atau disebut induplicativa. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Gembong Tjitrosoepomo (2005),
5) Andresium
Andresium pada bunga waluh jantan termasuk syanthera, yaitu alat kelamin
jantan sebanyak 3 namun bersatu pada kepalanya.
6) Ginesium
Putik pada bunga waluh betina berjumlah lebih dari satu, sehingga ia termasuk
compositus, letak bakal buah terdapat di bawah dasar bunga sehingga disebut inferus.
Selain itu, bakal buah dari bunga waluh betina ini dinamakan sinkarp karena jumlah
putik dengan jumlah ruang sesuai dengan jumlah daun buahnya, Hal ini sesuai
dengan pernyataan Gembong Tjitrosoepomo (2005),
7) Plasenta
Letak tembuni (plasenta) bakal buah bunga waluh terdapat pada sudut tengah
pertemuan dari daun-daun buah, sifat ini disebut axillaris. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Gembong Tjitrosoepomo (2005)
8) Rumus bunga
1) Bunga jantan : * K(5), C(5), A(1)
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bunga Waluh termasuk bunga tidak lengkap dan planta monoecus karena pada
setiap bunga hanya terdapat satu jenis kelamin dan dalam satu tumbuhan Waluh terdapat
kedua jenis bunga ini.
3.2 Saran
-Hendaknya pengamatan dilakukan secara langsung di tempat habitat tumbuhan agar
tidak merusak ekositem
-Untuk melakukan poin sebelumnya secara efektif hendaknya dibuatkan taman habitat
untuk tumbuhan yang akan di amati
DAFTAR PUSTAKA